BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR"

Transkripsi

1 24 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR 2.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Pembentukan Kota Denpasar pada mulanya berupa Kota Administratif. Kota Administratif merupakan sebuah wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Walikota Administratif. Keberadaan Kota Administratif diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Kota Administratif bukanlah daerah otonom sebagaimana Kotamadya atau kota, dan karena tidak memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Walikota Administratif bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten induknya. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999, di Indonesia tidak dikenal lagi istilah Kota Administratif karena pembagian Provinsi hanya terdiri atas Kabupaten dan kota. Akibatnya Kota Administratif harus berubah status menjadi kota atau bergabung kembali dengan Kabupaten induknya. Kota Denpasar adalah Ibukota Provinsi Bali yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan disegala bidang yang terus meningkat, memberikan pengaruh besar terhadap kota sendiri. Kota Denpasar yang merupakan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Daerah Tingkat I Bali mengalami pertumbuhan demikian pesatnya. Pertumbuhan penduduknya rata-rata 4,05% pertahun dengan pertumbuhan diberbagai sektor, sehingga memberi pengaruh besar terhadap Kota Denpasar, pada akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah Kota Administratif. Berdasarkan kondisi objektif dan berbagai pertimbangan antara Tingkat I Bali dan Tingkat II Badung telah dicapai kesepakatan untuk meningkatkan status Kota Administratif Denpasar menjadi Kota Denpasar. 24

2 25 Kota Denpasar lahir tanggal 15 Januari 1992 berdasarkan Undang- Undang Nomor I Tahun 1992 tentang pembentukan Kota Denpasar dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Februari Pemerintahan di Daerah Tingkat I Bali, Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan juga Kota Denpasar. Provinsi Daerah Tingkat I Bali merupakan pengembangan yang dulunya terdiri atas 8 (delapan) Daerah Tingkat II sekarang menjadi 9 (Sembilan) Daerah Tingkat II. Sedangkan Kabupaten Badung telah kehilangan sebagian wilayah potensi yang terkandung didalamnya. Sementara bagi Kota Denpasar merupakan babak baru dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang merupakan Daerah Tingkat II terbungsu diwilayah Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Kota Denpasar mengalami perkembangan pesat secara fisik maupun non fisik. Di jadikannya Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali, berarti segala kegiatan pemerintahan berlangsung di wilayah Kota Denpasar. Berdirinya Universitas Udayana Tahun 1962 juga menjadi penyebab semakin pesatnya perkembangan Kota Denpasar, karena dengan demikian Kota Denpasar juga menjadi pusat pendidikan yang akan menjadi penampung para pelajar untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Keterikatan masyarakat dengan Puri dapat kita lihat di Kota Denpasar sebagai kota budaya, dimana masyarakat terikat dengan empat Puri besar yang berperan penting, yaitu Puri Denpasar, Puri Pemecutan, Puri Satria, Puri Kesiman. Terdapat dua Puri yang memainkan peranan penting yaitu Puri Kesiman dan Puri Denpasar. Melalui kekuasaan ini kemudian Kota Denpasar berkembang baik dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pendidikan (Ardhana, 2005:412). Kota Denpasar secara administratif wilayah memiliki 4 kecamatan dan 43 Desa/Kelurahan. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari 10 Desa. Denpasar Timur 11 Desa/Kelurahan. Denpasar Barat 11 Desa/Kelurahan. Denpasar Utara 11 Desa/Kelurahan. Luas wilayah Kota Denpasar sebesar Ha atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Apabila dilihat dari penggunaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekitar Ha merupakan tanah kering dan sisanya seluas

3 26 10 Ha merupakan tanah yang digunakan untuk usaha seperti tambak, kolam, tebat, dan empang. Letak geografis Kota Denpasar berada ditengah-tengah Pulau Bali menjadikan Kota Denpasar sebagai titik sentral berbagai kegiatan serta sekaligus sebagai pusat distribusi barang dan jasa. Disamping itu, sebagai Ibukota Provinsi Bali. Kota Denpasar sudah tentu sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan perekonomian di Provinsi Bali. Kota Denpasar terletak antara 08º 35º 31º - 08º 44º 49º Lintang Selatan dan 115º 10º 23º - 115º 16º 27º Bujur Timur. Batas wilayah Kota Denpasar sebagian besar berbatasan dengan Kabupaten Badung yaitu sebelah utara, barat dan selatan, sedangkan sebelah timur adalah Kabupaten Gianyar dan Selat Lombok. Secara umum Kota Denpasar merupakan daratan rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut. Akses jalan di Kota Denpasar hingga Tahun 2013 jalan utama kota sangat baik dan terawat dengan bagus. Dimana sebagian besar jalan utama sudah di aspal dengan tujuan mempermudah warga masyarakat untuk mengakses berbagai tempat tujuan mereka. 2.2 Kota Denpasar Dari Kota Keraton Menjadi Kota Budaya Berdasarkan gambaran historis dan landasan teori tentang terbentuknya kota serta didukung pustaka acuan sebagai pembanding, dapat dikatakan bahwa Kota Denpasar lahir dari sebuah keraton (Puri). Keraton Denpasar di bangun kemudian berfungsi sebagai Ibukota pusat pemerintahan Tahun Sejak itu kekuasaan Kerajaan Badung memancar dari Puri Denpasar. Upaya ini tidak bisa dipisahkan dari peranan Raja I Gusti Ngurah Made Pemecutan, Raja pertama di Puri Denpasar ( ). Hampir satu abad Puri Denpasar berdiri megah memberi corak Kota Kerajaan, Kota Keraton di Kerajaan Badung sebelum di bombardir oleh pasukan marinir dan angkatan darat Belanda Tahun 1906 hingga hancur. Selanjutnya di atas puing Keraton Puri Denpasar di bangun gedung sebagai pusat Pemerintahan di Bali selatan, Denpasar diabadikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda menjadi nama Ibukota Afdeeling Bali Selatan pada akhir

4 27 Tahun Sejak itu ditetapkan bahwa di karesidenen Bali membentuk sebuah Afdeeling Bali selatan dengan Ibukotanya Denpasar. Setahap demi setahap Kota Denpasar senantiasa memberi warna dan ciri sebagai Ibukota Daerah Tingkat II (Dati II) Badung, Ibukota Dati II Bali dan Ibukota Provinsi Bali sampai menjadi kota yang memiliki otonomi karena perkembangan yang dialami selama usia 225 Tahun. Dari Kota Keraton menjadi kota berproses selama 225 Tahun ( ) Denpasar tetap eksis menjadi kebanggaan warga Kota Denpasar. Perkembangan kota modern yang muncul dibentuk berdasarkan warisan sejarah masa lalunya. Dalam dinamika sejarahnya, kota-kota itu lahir sebagai akibat dari adanya pergeseran pusat-pusat politik tradisional seperti pusat-pusat istana kerajaan, pusat-pusat perkembangan perdagangan didaerah pedalaman atau wilayah pesisir pantai pelabuhan. Pergeseran perpindahan terjadi karena adanya dinamika politik, di pedalaman sebagai akibat perkembangan politik ditingkat internal yang menyebabkan keinginan untuk memisahkan diri, maupun serangan dari Kerajaan-Kerajaan lainnya. Pengalaman sejarah seperti itu dapat dilihat dari tumbuh dan berkembangnya Kota Badung yang kemudian menjadi Kota Denpasar sebagai pusat perkembangan politik, ekonomi, dan budaya di Bali selatan (Ardhana, 2005:405). Nama Badung juga sering kali digunakan untuk menyebut nama wilayah kerajaan itu, yaitu Kerajaan Badung atau kemudian dikenal dengan sebutan Kerajaan Denpasar. Saat ini Badung, selain menjadi nama sungai di wilayah itu, juga dipergunakan sebagai nama pasar, yakni pasar Badung pasar terbesar dikawasan itu. Nama Badung juga dipergunakan untuk menyebut nama Kabupaten yaitu Kabupaten Badung yang kini beribukota di Mangupura. Secara historis Kabupaten di Bali berasal dari pusat kerajaan yang masingmasing masyarakat lokal di wilayah memiliki adat-istiadat, sistem pengairan (subak) dan pemerintahan sendiri. Struktur masyarakat pada tiap kabupaten berbasiskan desa adat mempunyai wilayah dengan karakteristiknya sendiri yang tidak hanya menentukan pelaksana keagamaan, tetapi juga menyangkut persoalan sosial dan budaya. Kota Denpasar ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Semenjak Tahun 1958, Denpasar dijadikan

5 28 sebagai pusat pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang selanjutnya mengalami perkembangan pesat tidak hanya dalam arti fisik, melainkan juga secara sosial budaya. Pada periode ini Kota Denpasar diusulkan untuk menjadi Kota Administratif bersamaan dengan pemekaran wilayah Kecamatan Denpasar dan Kesiman. Hal ini dilakukan mengingat jumlah penduduk yang semula hanya memiliki enam (6) Kecamatan, sekarang menjadi tujuh (7) Kecamatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Kota Denpasar diubah statusnya menjadi Kota Administratif yang membawahi tiga Kecamatan yaitu: Kecamatan Denpasar Barat dengan luas 50,06 Km 2, Kecamatan Denpasar Timur dengan luas 27,73 Km 2, dan Kecamatan Denpasar Selatan dan Denpasar Timur dengan luas wilayah 46,19 Km 2. Dilihat dari segi tipologi, Kecamatan Denpasar Selatan dan Timur memiliki ketinggian antara 0-75 meter dari atas permukaan laut, sedangkan Kecamatan Denpasar Barat memiliki ketinggian antara meter dari atas permukaan laut. Kota Denpasar berperan sebagai Ibukota Kabupaten, Provinsi dan pusat pengembangan industri pariwisata Indonesia bagian timur (Soenaryo, 2003:198) Kota Denpasar memiliki jati diri sebagai sebuah kota yang secara hakiki merefleksikan citra kota berbasis budaya lokal Bali. Identifikasi diri masyarakat Kota Denpasar tampak dalam komunitas kecil seperti menjadi anggota banjar maupun sebagai krama desa pekraman. Meskipun Kota Denpasar telah berkembang dalam dinamika interaksi yang mengglobal, tetapi citra tradisi masih kental mewarnai penampilan Kota Denpasar sebagai kota budaya. Paling tidak hal ini dapat dilihat dari pilar-pilar warisan budaya yang terdapat pada bangunan Puri, Pura, Artefak kuno dan pemeliharaan bangunan-bangunan yang mengandung nilai historis, merupakan satu bukti bahwa masyarakat Kota Denpasar masih tetap mencintai tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang pendahulunya. Warisan budaya berupa institusi tradisional seperti banjar, desa adat, subak, Sekaa-sekaa, merupakan kearifan lokal (local genius) yang telah diakui oleh dunia internasional. Meskipun institusi-institusi itu mengalami pasang surut

6 29 sebagai akibat adanya faktor-faktor internal dan eksternal, tetapi hingga saat ini masih tetap memainkan peran penting dalam pembangunan Kota Denpasar sebagai kota budaya. Demikian juga halnya dengan filosofi Tri Hita Karana, desa, kala, patra, karma phala, jengah, paras paros, dan nilai kearifan lokal lainnya dipandang sebagai budaya unggul dan menjadi inspirasi dan kreasi bagi masyarakat Kota Denpasar sesungguhnya secara historis merupakan perkembangan dari kota kerajaan (Puri) menjadi kota budaya yang dengan kental telah mengusung kearifan-kearifan lokal dalam membangun Kota Denpasar (Geriya, 2010:23). Gambar 2.1 Daerah Provinsi Bali Gambar 2.1 berikut mengenai peta Pulau Bali secara keseluruhan yang terdiri dari Kota Madya Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Buleleng. Keseluruhan Kabupaten di Bali tersebut memilki masing-masing pemimpin yang disebut Bupati dan Walikota khusus untuk wilayah Kota Denpasar. Dan keseluruhannya berada dalam ruang lingkup Provinsi Bali yang dikepalai oleh seorang Gubernur dan Wakil Gubernur. Kemampuan kelas lahan pada masing-masing kabupaten memilki kualitas dan potensi yang berbeda-beda tergantung pada sumber daya manusia dan potensi sumber daya alam pada masing masing kabupaten kota. Dari

7 30 gambar di atas pemanfaaatan lahan secara nilai guna lebih terasa manfaatnya di daerah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, hal itu karena potensi Kota Madya sebagai tempat perekonomian sentral di Bali sehingga seluruh hasil pada masingmasing kabupaten lain di Bali dominan di kirim ke Denpasar dan Badung yang memilki pasar potensial ekonomi. Pemanfaatan lahan potensial dikembangkan sebagai perumahan atau tempat usaha lainnya. Di kabupaten lain pemanfaatan lahan seperti di Tabanan, Gianyar, Bangli, Buleleng, Jembarana, Klungkung, dan Karangasem potensi lahannya cukup optimal dengan telah dikembangkannya pertanian dan perkebunan di setiap desa kabupaten tersebut, pemanfaatan teknologi untuk mendukung perekonomian dan pemanfaatan lahan juga sangat digunakan secara baik oleh sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pengusaha di perkebunan. Gambar 2.2 Peta Daerah Kota Denpasar. Gambar 2.2 merupakan bentuk alur jalan dan peta gambar Kota Denpasar. Pada saat ini masyarakat di Kota Denpasar sebagian besar sebagai seorang karyawan swasta, buruh, guru, dosen, pegawai negeri dan pengusaha. Dengan keadaan ini Kota Denpasar berkembang maju dengan segala dukungan dari setiap elemen masyarakat. Perbaikan jalan sebagai akses masyarakat akan mempermudah perekonomian. Pemerintah berusaha untuk memajukan perekonomian di setiap kecamatan di Kota Denpasar. Permasalahan pemukiman yang padat penduduknya tidak hanya tugas dari pemerintah, penggalakan program seperti Keluarga Berencana (KB) selalu dijalankan untuk mencegah kepadatan

8 31 penduduk berlebihan, penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) secara menyeluruh juga sangat membantu pemerintah dan masyarakat sebagai salah satu identitas diri sebagai warga masyarakat Kota Denpasar. 2.3 Komposisi Penduduk Penduduk merupakan aset pembangunan bila mereka dapat diberdayakan secara optimal. Kendati begitu mereka juga bisa menjadi beban pembangunan jika pemberdayaannya tidak dibarengi dengan kualitas penduduk (SDM) yang memadai pada wilayah atau daerah bersangkutan. Berikut tabel 2.1 mengenai angka penduduk Kota Denpasar menurut kelompok umur dan kecamatan Tahun Tabel 2.1 Penduduk Kota Denpasar Menurut Kelompok Umur dan Kecamatan, 2011 Kelompok Kecamatan Umur Denpasar Selatan Denpasar Timur Denpasar Barat Denpasar Utara (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar (Proyeksi Penduduk) Denpasar dalam angka 2012.

9 32 Berdasarkan tabel 2.1 jumlah penduduk di Kota Denpasar di bagi menjadi 4 kecamatan di antaranya Denpasar Selatan, Denpasar Timur, Denpasar Barat, dan Denpasar Utara. Masing-masing kecamatan di atas memiliki jumlah penduduk berbeda dengan variasi umur dan jumlah yang berbeda pula. Denpasar Selatan memiliki jumlah penduduk Jiwa, Denpasar Timur memiliki jumlah penduduk Jiwa, Denpasar Barat memiliki jumlah penduduk Jiwa, dan terakhir Denpasar Utara dengan jumlah penduduk Jiwa. Penggolongan menurut kelompok umur dan kecamatan dengan usia penduduknya dihitung usia Tahun. Pembagian kelompok umur ini akan mempermudah dalam mendata dan mengetahui rata-rata usia penduduk, balita, remaja, serta usia lansia. Dalam penelitian musik Indie bagi kalangan remaja di Kota Denpasar, usia remaja yang di ambil adalah Tahun. 2.4 Pendidikan Pendidikan membuat kita berwawasan luas. Globalisasi telah mengubah dunia menjadi satu kota besar, tidak ada pembatasan untuk mendapat pengetahuan. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya berbeda atau peristiwa yang terjadi di ujung dunia sekalipun. Semua ini dimungkinkan karena adanya pendidikan. Pendidikan dapat mengubah proses berpikir kita menjadi lebih baik. Pendidikan membantu dalam membuat kita lebih toleran dan menerima masukan dan ide dari orang lain. Pendidikan memberi pengetahuan bagi setiap orang yang telah belajar dan mempelajari ilmu sebagai langkah kehidupan bermasyarakat. Selain memiliki kemampuan nonakademis, musisi Indie atau remaja di Kota Denpasar tetap belajar, sehingga kemampuan akademis musisi Indie atau remaja berjalan beriringan dengan pengetahuan dibangku pendidikan. Berikut Tabel 2.2 mengenai Jumlah Siswa/Mahasiswa Menurut Jenis Sekolah/Perguruan Tinggi di Kota Denpasar Tahun 2011.

10 33 No Tabel 2.2 Jumlah Siswa/Mahasiswa Menurut Jenis Sekolah/Perguruan Tinggi di Kota Denpasar Tahun 2011 Siswa/Mahasiswa Jumlah Sekolah/ Negeri Swasta Jumlah Perguruan Tinggi (1) (2) (3) (4) 1 Sekolah Dasar Sekolah diluar Lingkungan P dan K 3 SLTP ST Sekolah Luar Biasa Sub Sub Jumlah/Sub Total SMA SMK SMIK SMK (Pariwisata) Sekolah Pengatur Rawat Gigi Sub Sub Jumlah/Sub Total Jumlah/ Total Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Denpasar Penjelasan tabel 2.2 yaitu jumlah siswa SD Negeri berjumlah dan SD Swasta berjumlah Jumlah siswa SLTP Negeri berjumlah dan siswa SLTP Swasta berjumlah Jumlah SLB Negeri berjumlah 257 dan SLB Swasta berjumlah 166. Jumlah siswa SMA Negeri berjumlah dan siswa SMA Swasta berjumlah Siswa SMK Negeri berjumlah dan SMK Swasta berjumlah Jumlah Siswa SMIK Negeri berjumlah dan SMIK Swasta berjumlah Jumlah SMK Pariwisata Negeri berjumlah dan SMK Pariwisata Swasta berjumlah Gambaran tabel 2.2 diatas memberikan gambaran tingginya minat belajar anak-anak dan remaja di Kota Denpasar dengan berbagai jenis jenjang sekolah dan tanpa kecuali pada sekolah luar biasa yang merupakan sekolah bagi anak-anak cacat atau memiliki keterbatasan fisik juga banyak mempunyai minat dan jumlah siswa yang tinggi untuk belajar.

11 Organisasi Sosial Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, keberhasilan suatu organisasi ditunjukan oleh kemampuannya mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh kinerja organisasi yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal organisasi. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar organisasi, namun mempunyai pengaruh besar terhadap organisasi dan budayanya. Kecenderungan global yang semakin kompetitif berpengaruh kuat pada budaya organisasi. Apabila kita tidak mampu merespon pengaruh global akan berdampak pada kesulitan organisasi. Demikian pula kecenderungan pertumbuhan demografis, sosial, ekonomi, dan politik di dalam negeri berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Tabel 2.4 Jenis dan Jumlah Organisasi Kesenian Menurut Kecamatan di Kota Denpasar, 2011 No Nama Organisasi Kesenian Denpasar Selatan Denpasar Timur Kecamatan Denpasar Barat Denpasar Utara Jumlah 1 Gong Gede Gong Kebyar Semar Pegulingan 4 Angklung Gambang Selonding Saron Gong Suling Gambuh Barong Topeng Calon Arang Arja

12 35 14 Cupak Sanghyang Cak Wayang Wong Joged Bumbung 19 Legong Dedari Joged Pingitan Wayang Kulit Gandrung Parwa Baris Upacara Janger Genggong Jegog Cekepung Keroncong Tretekan Sastra Daerah Drama Gong Tekok Jago Sanggar Seni Tari 35 Gong Beri Gender Wayang 37 Gdr Pelegongan 38 Leko JumlahTahun Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Denpasar Dari tabel 2.4 terdapat lima (5) besar alat kesenian atau tempat pelestarian seni budaya di Kota Denpasar yaitu Gong kebyar (186), Sanggar Seni Tari (113), Angklung (91), Barong (67), Wayang Kulit (30), data tersebut merupakan cerminan bagaimana dalam masyarakat Kota Denpasar yang berupaya melestarikan kesenian dan budaya melalui kegiatan-kegiatan budaya seperti menabuh, megambel, menari, wayang, dan ada pula yang berupa mekakawin. Berbagai bentuk kesenian disini di lestarikan menurut minat dan bakat para remaja atau masyarakat di tiap-tiap banjar. Gong kebyar memiliki daya tarik yang

13 36 besar dengan angka (186) untuk menaruh perhatian pada generasi muda untuk menjaga kasanah budaya dan seni di Kota Denpasar. Namun terdapat kesenian seperti seni arja, drama gong dan keroncong masing-masing hanya ada dua (2) organisasi yang menggeluti bidang tersebut dan minat remaja atau pemuda untuk berkecimpung dan membentuk organisasi yang serupa pada beberapa tahun belakangan ini menurun minatnya. Hal tersebut dapat di akibatkan karena kurangnya inovasi dan sosialisasi serta daya tarik tersendiri dari jenis kesenian yang sedikit jumlah organisasinya. 2.6 Sratifikasi Sosial Masyarakat berstratifikasi adalah masyarakat yang penduduknya terbagi menjadi dua kelompok atau lebih dan kedudukan kelompok yang satu lebih tinggi atau lebih rendah kalau dibandingkan dengan yang lain, kelihatan adanya perbedaan jelas dalam hal hak, penghasilan, pembatasan, dan kewajiban. Di Bali sistem kemasyarakatan terdiri dari Banjar dan Sekaa-sekaa dalam satu lingkungan desa adat. Disamping kelompok-kelompok kerabat patrineal yang mengikat orang Bali berdasarkan atas prinsip keturunan, ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah, ialah desa. kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagamaan keramat. Pada umumnya tampak beberapa perbedaan-perbedaan antara desa-desa adat di pegunungan biasanya sifatnya lebih kecil dan anggotanya terbatas pada orang asli yang lahir di desa itu juga. Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat (Krama Desa) dan mendapat tempat duduk yang khas dibalai desa yang disebut Bale Agung, serta berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan teratur pada hari-hari yang ditetapkan Bagus dalam Koentjaraningrat (1979:290). Hak para anggota kelompok yang dinilai lebih tinggi. Di samping itu, ada kecenderungan bahwa mereka tidak mendapat penghargaan yang sama, dan pembatasan serta kewajiban mereka kemungkinan besar sedikit lebih berat, meskipun para anggota kelompok yang dinilai tinggi juga memiliki pembatasan dan kewajiban sendiri yang khas untuk ditaati. Stratifikasi sosial pada hakikatnya

14 37 adalah ketidaksamaan yang dilembagakan, tanpa peringkat, tinggi melawan rendah, tidak ada stratifikasi. Perbedaan-perbedaan sosial tanpa peringkat bukanlah stratifikasi. Penggolongan stratifikasi sosial berikutnya melalui sistem warna. Pengertian warna sesungguhnya amat bertolak belakang dengan pengertian kasta di India, dan wangsa di Bali. Masing-masing istilah tersebut memiliki pengertian sendiri-sendiri dengan sumber yang berbeda-beda. Catur Warna adalah landasan konsepsi ajaran kemasyarakatan Hindu yang bersumber pada kitab suci Hindu. Kata warna (aslinya varna) berasal dari Bahasa Sansekerta dari urat kata Vri artinya memilih lapangan kerja. Catur Warna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi secara paralel horizontal Warna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat dan pembawaan seseorang sedangkan karma artinya perbuatan atau pekerjaan. Guna dan karma inilah yang menentukan warna seseorang (Wiana, 1993:12). Band Indie di Kota Denpasar dalam satu grup terdiri dari beberapa personil yang berasal dari berbagai kelas atau kasta warna pada masing-masing individu grup band Indie. Adanya perpaduan kasta ini dapat dilihat dari kolaborasi antara kasta sudra, waisya dengan kstaria dan brahmana. Dalam grup band mereka bersatu dengan bagian atau posisi masing-masing yang berkaitan saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Ada yang bertugas sebagai vokalis, ada sebagai gitaris, bassist, hingga sebagai seorang drummer. Pembagian tugas dalam bentuk alat musik ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dalam diri personil. Persatuan antara kasta sudra, waisya, ksatria dan brahmana ini terjadi secara alami dengan mengutamakan keahliannya masing-masing bukan asal usul dari kasta itu sendiri, sehingga musik dapat bersama-sama dalam bentuk grup band Indie bila antara satu personil dan lainnya saling mengikat dan bersatu tanpa memandang derajat, kasta serta wangsa yang dimilikinya. Di Bali penduduknya sejak awal mayoritas beragama Hindu. Di Pulau Bali ini sistem pelapisan sosial masyarakat Bali yang beragama Hindu disebut Wamsa, yang oleh masyarakat luas disebut Wangsa. Walaupun Wangsa dan kasta itu sama-sama bukan ajaran Hindu, namun di Bali Wangsa pada kenyataannya

15 38 tidak setajam kasta di India. Persamaannya, Wangsa di Bali membeda-bedakan masyarakat berdasarkan keturunannya. Dalam sistem Wangsa ada satu keturunan yang dipandang lebih tinggi dan ada yang dipandang lebih rendah. Demikian pula ada kelompok keturunan yang secara tradisional mendapatkan hak-hak istimewa terutama dalam pergaulan adat. Timbulnya sistem wangsa ini, semenjak pemerintahan Dalem di Bali pada abad ke- XV. Umat Hindu di Bali menurut sumber tradisional sebagian besar berasal dari Jawa. Kedatangan umat Hindu dari Jawa ke Bali diawali oleh Dang Hyang Markandya yang membawa petani-petani dari Gunung Rawung di Jawa Timur. Masyarakat Bali dalam kenyataannnya dewasa ini di bagi menjadi tiga jenis golongan. Golongan pertama, yang dikatakan golongan Pendeta, ini diyakini sebagai cikal bakal Wangsa Brahmana Siwa dan Brahmana Budha di Bali. Umumnya rumah tinggal kedua Brahmana ini disebut Griya atau Geria. Golongan tinggal kedua, adalah golongan yang berasal dari Kediri dan Majapahit. Keturunan ini disebut Ksatria Wangsa. Tempat tinggal golongan ini disebut Jero atau Puri. Golongan ketiga adalah golongan yang bertempat tinggal diluar Jero, Puri, Geria. Mereka disebut orang Jaba. Jadi, ada tiga golongan Brahmana Wangsa, Ksatria Wangsa, Jaba Wangsa. 2.7 Mata Pencaharian Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan kita akan mengalami kesulitan dalam hidup. Kita memiliki ide dan kebijaksanaan, dengan itu kita dapat mengembangkan kemampuan memperbaiki, membuat sesuatu atau memilih pekerjaan yang kita inginkan. Memilih pekerjaan yang akan kita kerjakan adalah penting sekali sebab bila kita salah memilih pekerjaan, kita akan merasa selalu tidak puas dan menderita. Masyarakat Kota Denpasar adalah masyarakat majemuk dan sangat toleransi. Dalam hal pekerjaan segala sektor di Kota Denpasar saling mendukung usaha satu dan usaha yang lainnya. Hal itu disebabkan karena adanya kebutuhan serta keinginan untuk memajukan perekonomian Kota Denpasar melalui pekerjaan masing-masing masyarakat geluti sejak dini. berikut adalah gambaran presentase pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat di Kota Denpasar.

16 39 Tabel 2.5 Mata Pencaharian Masyarakat Kota Denpasar 2011 No Sektor Lapangan Usaha Wilayah Denpasar Bali 1 Pertanian 0,75 25,24 2 Penggalian Galian C 0,10 0,57 3 Industri ,16 4 Listrik, Gas, Air Minum 0,82 0,31 5 Bangunan/ Konstruksi 6,74 8,42 6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 36,33 27,05 7 Angkutan dan Komunikasi 6,08 3,71 8 Keuangan 6,93 3,75 9 Jasa-jasa 30,85 17,75 Jumlah/Total 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Struktur tenaga kerja di Kota Denpasar pada Tahun 2011 masih sama dengan Tahun 2010 dimana tenaga kerja masih terkosentrasi pada tiga sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja di Denpasar Sebesar 36,33%, walaupun distribusinya mengalami penurunan sebesar 4,44% dibanding Tahun Di sisi lain, sektor jasa-jasa, distribusi penyerapan tenaga kerjanya bergeser naik sebesar 3, 06% menjadi 30,85% pada Tahun Sedangkan sektor industri turun 1,69% menjadi 11,41% pada Tahun Struktur tenaga kerja di Kota Denpasar berbeda dengan struktur tenaga kerja Provinsi Bali dimana sektor pertanian mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja. Di denpasar, Pertanian hanya mampu menyerap 0,75% tenaga kerja. Jumlah ini semakin menurun di banding Tahun 2010 (1,37%). Disamping itu sektor pertanian masih tetap diupayakan dan menyebar dibeberapa desa atau kelurahan. Tenaga kerja kontribusi sektor pertanian sejalan dengan semakin sedikitnya tanah sawah di Denpasar (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011).

17 Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan dalam hal ini adalah erat kaitannya dengan perkawinan. Menurut anggapan adat lama yang amat dipengaruhi oleh sistem klen-klen (dadia) dan sistem kasta (wangsa), maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga se-klen, atau setidak-tidaknya antara orangorang yang dianggap sederajat dalam kasta. Demikian, perkawinan adat di Bali itu bersifat endogami klen, sedangkan perkawinan yang dicita-citakan oleh orang Bali yang masih kolot adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara laki-laki. Keadaan ini memang agak menyimpang dari lain-lain masyarakat yang berklen (tunggal kawitan, tunggal dadia, tunggal sanggah) di Bali itu, adalah orang-orang yang setingkat kedudukannya dalam adat, agama, dan demikian juga kasta, sehingga dengan berusaha untuk kawin dalam batas klen-nya, terjagalah kemungkinan-kemungkinan akan ketegangan-ketegangan dan noda-noda keluarga yang akan terjadi akibat perkawinan antar kasta yang berbeda derajatnya. Dalam hal ini terutama harus dijaga agar anak wanita dari kasta tinggi jangan sampai kawin dengan pria yang rendah derajat kastanya, karena suatu perkawinan serupa itu akan membawa malu pada keluarga, serta menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita itu. Dahulu bila terjadi perkawinan campuran yang demikian, maka wanita itu akan dinyatakan keluar dari dadia-nya, dan secara fisik suamiistri akan dihukum buang (maselong) untuk beberapa lama, ke tempat yang jauh dari tempat asalnya. Semenjak Tahun 1951, hukum semacam itu tidak pernah dijalankan lagi dan pada waktu ini perkawinan campuran antar kasta lebih banyak dilaksanakan Bagus dalam Koentjaraningrat (1979:287). Sistem kekerabatan dapat dipandang dari sudut cara pemakaian dari istilah-istilah kekerabatan pada umumnya, maka tiap bahasa mempunyai dua macam sistem istilah yang disebut : a) istilah menyapa, atau term of address, dan b) istilah menyebut, atau term of reference. Istilah menyapa itu dipakai Ego untuk memanggil seseorang kerabat apabila ia berhadapan dengan kerabat tadi dalam

18 41 hubungan pembicaraan langsung. Sebaliknya, istilah menyebut itu dipakai oleh Ego apabila ia berhadapan dengan seseorang lain, berbicara tentang seorang kerabat sebagai orang ketiga. Demikian didalam bahasa Indonesia istilah menyapa bagi ayah adalah bapak atau pak, sedangkan istilah menyebut bagi ayah adalah orangtua. Sistem kekerabatan erat kaitannya dengan pola perkawinan pada daerah tertentu. Perkawinan biasanya dianggap sebagai prasyarat mutlak dalam mengukuhkan status warga kerabat dalam memperoleh hak-hak dan pedoman kewajiban pada suatu kelompok masyarakat. Pada umumnya perkawinan adat Bali dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara meminang dan mrangkat. Melalui jenis perkawinan tersebut, akan terbentuk keluarga batih sebagai representasi dari jaringan kerabat. Sebuah rumah di Bali biasanya terdiri dari suatu keluarga batih yang bersifat monogami, dimana anak laki-laki yang sudah kawin masih dizinkan tinggal beserta anggota kerabat lainnya sampai orang bersangkutan telah mampu berdiri sendiri dan membangun rumah tangga secara utuh (ngarangin). Selain itu, salah satu dari saudara anak yang telah kawin tersebut biasanya tetap tinggal dengan orang tua (ngerob). Setiap keluarga batih atau keluarga luas diwajibkan memelihara hubungan interaksi dengan kelompok kerabatnya yang lebih luas atau klen. Dalam sistem perkawinan adat Bali berasaskan pada sistem klen, dimana perkawinan biasanya dilakukan dengan klen sederajat (tunggal kawitan, tunggal sanggah, tunggal dadia) agar tidak menimbulkan bencana yang sulit terselesaikan di kemudian hari. Adapun struktur tunggal dadia Bali bersifat kontekstual, yang berakibat keanekaragaman tradisi masing-masing daerah. Pada daerah pegunungan, terdapat kecenderungan tradisi orang-orang dari tunggal dadia yang telah berneolokal diwajibkan mendirikan pemujaan untuk leluhurnya (kemulan taksu). Keluarga batih yang hidup neolokal masih dianggap memiliki kewajiban-kewajiban terhadap Sanggah asal di rumah orang tua mereka. Kelompok kerabat lebih besar melengkapi beberapa kerabat tunggal dadia (sanggah) memuja kuil leluhur yang sama disebut paibon atau panti. Bagus dalam Koentjaraningrat (1979: ).

19 Religi Agama sebagai ilmu pengetahuan yaitu: pengetahuan kerohanian yang telah lama dipersoalkan orang, sebab menyangkut masalah kerohanian dan soalsoal rohani yang bersifat gaib (suksma irationil) dan methafisika (nirbawa) sehingga sangat sukar diberikan definisi secara bulat. Sebab apa yang dikatakan itu sebenarnya ialah persoalan keyakinan (kepercayaan) untuk menuntut seseorang supaya percaya diperlukan beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan berpikir dari yang dituntut itu. Mengingat keadaan dewasa ini dengan adanya kemajuan-kemajuan dibidang ilmu dan teknologi mengharuskan kita memilih metode tertentu untuk menanamkan keyakinan kepada orang-orang yang rasional. Perkataan Agama yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan perkataan Religion (bahasa Inggris), Religis kata Agama dapat diuraikan yang terdiri dari kata AGAM = A jadi kata Agama berasal dari kata Gam (Bahasa Sansekerta) atau Go (Bahasa Inggris) yang berarti A artinya sesuatu yang (bersifat). Berdasarkan uraian diatas kata Agama itu berasal dari bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yang artinya sesuatu yang bersifat tidak bergerak atau tidak pergi (langsung). Religion atau religi terdiri dari kata Ro = kembali. Religi = mengikat. Jadi religion atau religi berarti mengikat diri kembali kepada yang langgeng. Menurut ajaran Agama Hindu yang dimaksud memiliki sifat langsung (kekal, abadi, tidak berubah-ubah) hanya Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), sedangkan Alam Semesta beserta mahluk hidup dan isi alam ini sifatnya tidak ada yang langgeng (kekal) selalu mengalami perubahan bahkan akhirnya akan kembali kepada sumbernya (sangkan paran) yaitu Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Ketersediaan tempat peribadatan atau bangunan suci seperti Pura, Mesjid, Gereja, Wihara, dan sebagainya merupakan hal penting dalam pembangunan keagamaan atau spiritual masyarakat Kota Denpasar dengan pemeluk agama Hindu orang, Islam orang, Katolik orang, Protestan

20 orang serta pemeluk agama Budha orang. Ketersediaan sarana peribadatan terdiri dari Pura Kahyangan Tiga 105 Buah serta 2 buah Sad Kahyangan atau Dhang Kahyangan. Mesjid dan Langgar 30 buah, serta 8 bangunan Wihara. Berikut ini adalah tabel mengenai banyaknya pemeluk agama menurut kecamatan di Kota Denpasar Tahun Tabel 2.6 Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Kecamatan di Kota Denpasar 2011 No Wilayah Hindu Islam Katholik Protestan Budha Lainnya 1 Denpasar Selatan 2 Denpasar Timur 3 Denpasar Barat 4 Denpasar Utara Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Dari data tabel 2.6 dapat digambarkan kecamatan Denpasar Selatan sebagai daerah yang sangat banyak pemeluk agama Hindunya dengan angka jiwa dan di bagian urutan kedua daerah Denpasar Barat dengan jiwa, Denpasar Utara dengan jiwa, Denpasar Timur dengan jiwa. Mayoritas agama Hindu sangat dominan berada disetiap daerah Kota Denpasar mengingat sebagian besar umat di Bali adalah beragama Hindu dan sisanya ada yang beragama Islam, Katholik, Protestan, Budha, dan yang lainnya, untuk jumlah angka pada masing-masing kecamatan terlampir diatas.

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia PENDAHULUAN Bali terkenal sebagai pulau dewata adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Bali terletak diantara pulau

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Kuok Kuok adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelum dinamai Kecamatan Kuok, Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Pulau Bali Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia 1. Sebelum dimekarkan menjadi Provinsi tersendiri, Pulau Bali merupakan wilayah dari Provinsi

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan pustaka 1.1 Konsep Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial-Budaya Secara umum, sebab terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat adalah karena adanya sesuatu yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkawinan di Indonesia dapat berlaku hukum menurut peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Medewi, salah satu tempat pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Udayana, merupakan salah satu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya , 75 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa sawah:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya , 75 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa sawah: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Sawah 1. Geografis Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara adalah salah satu Desa yang ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Sumatera, tepatnya berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan pintu masuk pendatang dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GEOGRAFI 1. Letak Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, sekaligus sebagai pusat perdagangan dan jasa terbesar di propinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah

Lebih terperinci

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973 Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater Penulis : Clifford Geertz Oleh : Isnan Amaludin NIM : 08/275209/PSA/1973 Prodi : S2 Sejarah Geertz sepertinya tertarik pada Bali karena menjadi suaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat, terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai

BAB IV ANALISIS. mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai BAB IV ANALISIS Setelah melakukan penelitian secara langsung kepada para reponden, yaitu mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai konsep Catur Warna dalam agama Hindu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar kota di Negara Indonesia tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir. Setiap fenomena kekotaan yang berkembang pada kawasan ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, kebudayaan berasal dari kata budaya yang dalam bahasa Sansekerta Bodhya yang berarti akal budi, yang memiliki persamaan kata dengan kultur yang berasal

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Demografi Bali merupakan salah satu dari 34 provinsi yang terletak di bagian tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Bali terdiri atas 8 kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang lainnya, yaitu agama, teknologi, mata pencaharian, dan kesenian. Di Indonesia ada tiga macam bahasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan Pengembangan Taraf Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan, Kesehatan, dan Peningkatan Produktivitas di Desa Pemuteran. 1.2 Lokasi Kegiatan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki batasan wilayah administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya bersifat individualis.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci