Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : , 2014 Bandar Lampung, Agustus 2014
|
|
- Devi Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1266 Seminar Nasional BKS PTN Barat Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : , 2014 Bandar Lampung, Agustus 2014 CAPAIAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF RUANG PENGERING BANGKITAN TUNGKU DAN PENUKAR PANAS PENGERING HIBRID BERENERGI SURYA DAN PANAS PEMBAKARAN CANGKANG SAWIT UNTUK PENGERINGAN IKAN Yuwana, Bosman Sidebang, & Evanila Silvia Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu yuwana_2003@yahoo.com ABSTRAK Tungku dan penukar panas merupakan bagian yang sangat penting pada pengering hibrid berenergi surya dan biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji tungku dan penukar panas dengan bahan bakar cangkang sawit yang dapat menghasilkan suhu ruang pengering antara o C yang cocok untuk pengeringan ikan. Pengujian dilakukan melalui tiga seri percobaan dengan bahan bakar cangkang sawit berkadar air rata-rata 11,28% sebanyak 3 kali ulangan. Seri ke-1 dilakukan pengujian menggunakan bahan bakar 1 kg, seri ke-2 menggunakan bahan bakar 2 kg sedangkan seri ke-3 menggunakan bahan bakar 2 kg kemudian ditambah 1 kg hingga 5 kali dengan interval 1 jam. Uji tungku dan penukar panas dengan bahan bakar 1 kg menghasilkan temperatur pengering rata-rata 38,9 o C dan kelembaban relatif pengering ratarata 43,8% pada kondisi udara luar bertemperatur dan kelembaban relatif masing-masing 31,2 o C dan 59,8%. Selanjutnya uji dengan bahan bakar 2 kg menghasilkan temperatur dan kelembaban relatif pengering rata-rata masing-masing 45 o C dan 33,9% pada udara luar dengan temperatur dan kelembaban relatif rata-rata 32 o C dan 59,3%. Uji berdurasi 6 jam dengan pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam menghasilkan temperatur dan kelembaban relatif pengering rata-rata 41,5 o C dan 35,9% pada kondisi udara luar bertemperatur dan kelembaban relatif rata-rata 31,8 o C dan 56,4%. Pada uji tersebut juga teramati bahwa pada 6 jam pembakaran, setelah kondisi pembakaran optimum tercapai baik temperatur maupun kelembaban relatif pengering cukup stabil selama pembakaran berlangsung. Pada uji dengan pasokan bahan bakar 2 kg teramati bahwa temperatur pengering rata-rata tertinggi adalah rak 4 dan diikuti berturut-turut oleh rak 5, rak 2, rak 3 dan rak 1. Selanjutnya uji berdurasi 6 jam dengan pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam menunjukkan bahwa variasi temperatur antar rak semakin kecil yang mengisyaratkan bahwa semakin lama berjalannya proses pembakaran distribusi panas pada setiap rak menjadi lebih stabil dan merata. Kata kunci : pengering, hibrid, tungku dan penukar panas, uji kinerja PENDAHULUAN Cara pengeringan ikan yang banyak dilakukan oleh nelayan adalah penjemuran. Cara pengeringan ini praktis dan murah tetapi menghadapi berbagai kendala, seperti memakan tempat, menguras tenaga, tidak higienis dan rawan kerusakan serta kehilangan produk. Untuk mengatasi kendala ini pengering berenergi surya banyak dikembangkan dengan berbagai cara pemanfaatan energi dan karakteristiknya (Brooker et al., 1974, Patterson et al., 1971, McLean, 1980, Haque et al., 1982). Dalam satu dekade terakhir ini Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu telah berhasil mengembangkan beberapa model pengering tenaga surya. Alat pengering yang dikembangkan dieksplorasi untuk mengeringkan bermacam-macam produk pertanian. Yuwana (1999) dan Yuwana, 2002 mengembangkan pengeringan energi surya tidak langsung bermodel rumah kaca. Bagian terpenting alat pengering terdiri atas : kerangka kayu, kolektor panas, ruang pengering, cerobong dan kotak penyimpan panas. Kolektor terbuat dari kaca bening dan plenum yang berupa seng gelombang bercat hitam yang diletakkan di atas sebuah papan kayu. Prinsip kerja pengering ini adalah membuat perangkap panas semaksimum mungkin dan mengalirkannya secara otomatis melintasi bahan yang dikeringkan sehingga kadar air bahan teruapkan dari bahan dengan energi panas tersebut. Alat ini dapat menghasilkan suhu ruang pengering ini berkisar antara 37,8 55,8 C (2 21 C lebih tinggi dari suhu udara luar). Pengering ini dapat menurunkan kadar air ikan rata-rata dapat diturunkan dari 76,44% menjadi 14,18% dalam waktu 15 jam. Pengering tersebut mengalami berbagai modifikasi untuk digunakan produk lain seperti : sale pisang dan rengginang yang dapat mengeringkan produk dalam waktu 2-3 hari (Yuwana dan Mujiharjo, 2004); keripik pisang yang dapat menyelesaikan pengeringan 1-3 hari (Yuwana dan Mujiharjo, 2005),
2 Yuwana et al.: Capaian Temperatur dan Kelembaban 1267 krupuk ikan dengan penyelesaian pengeringan 1-2 hari (Yuwana, 2006), sawi dengan prestasi dapat mempercepat pengeringan dalam pembuatan sawi asin lebih cepat 2 hari dibandingkan dengan penjemuran. (Yuwana dkk., 2007). Yuwana (2009) menyempurnakan desain interior ruang pengering dengan merubah orientasi rak dan mencobakan alat pengering untuk pengeringan sale pisang di pengrajin sale pisang Raflesia Bengkulu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengering dapat menyelesaikan proses pengeringan dengan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran yaitu 2-3 hari saja. Model yang terakhir in disempurnakan lagi desain cerobongnya dan melengkapinya dengan kipas isap menjadi pengering model teko bersayap mampu menyelesaikan pengeringan 1,83 kali lebih cepat dari penjemuran (Yuwana dkk., 2011). Pengering model teko disempurnakan lagi dengan membuat desain cerobong yang dapat menggantikan fungsi kipas sehingga pemakaian listrik bisa dihilangkan dan desain yang disempurnakan ini diberi nama model YSD-UNIB12. Model ini mampu menghasilkan suhu ruang pengering rata-rata o C dan telah diujikan secara sukses untuk mengeringkan ikan (Yuwana, dkk., 2012), cabai, sawi dan daun singkong (Yuwana dan Silvia, 2012), ubi kayu (Silvia dan Yuwana, 2012). Pengering berenergi surya sudah memberikan solusi kendala penjemuran ketika beroperasi saat matahari bersinar cukup memadai tetapi pada saat mendung, hujan atau malam hari pengering tersebut tidak dapat berfungsi. Untuk mengatasi hal ini berbagai pengering hibrid dengan energi surya dan biomassa telah dikembangkan (Mulyantara dkk., 2008; Murti, 2010). Salah satu persoalan penting yang muncul pada pengering hibrid energi surya dan biomassa adalah efesiensi pemanfaatan energi panas yang rendah akibat kurang efektifnya kerja tungku dan penukar panas pada sistem pengering tersebut. Artikel ini menyajikan prestasi kerja rancang bangun tungku dan penukar panas dalam bentuk capaian temperatur dan kelembaban relatif udara pada ruang pengering hibrid berenergi surya dan panas pembakaran cangkang sawit. Cangkang sawit dipilih sebagai bahan bakar karena ketersediaannya yang melimpah di Provinsi Bengkulu. BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan uji tungku dan penukar panas ke ruang pengering. Struktur tungku terdiri dari ruang tungku yang dasarnya diberi lubang-lubang pemasok udara dan menyatu dengan penukar panas berupa 5 pasang sirip berongga yang ujungnya dilengkapi saluran pembuang asap yang bermuara pada cerobong pengering. Ukuran tungku dan penukar panas dirancang cocok dengan ruang pengering tipe teko bersayap yaitu 2m x 2 m x 2m. Tungku dan penukar panas ini selanjutnya ditempatkan di dalam ruang pengering. Ruang pengering dilengkapi dengan inlet udara yang ditempatkan di bagian bawah kedua dinding samping ruang pengering tersebut dan outlet pada pada cerobong. Alat pengering dirancang di Laboratorium Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Tungku dan penukar panas beroperasi dengan prosedur sebagai berikut. Pintu tungku dibuka dan bahan bakar dimasukkan serta ditempatkan sedemikian rupa sehingga bahan bakar ini mendapatkan pasokan oksigen dari lubang-lubang pada angkringan. Bahan bakar dinyalakan dan setelah api nyala pintu tungku ditutup sehingga tungku mendapat pasokan hanya dari lubanglubang angkringan yang membuat bahan bakar membara (bukan menyala). Panas yang dihasilkan dari pembakaran mengisi rongga-rongga sirip penukar panas dan selanjutnya permukaan sirip menghantarkan panas ke ruang pengering yang akan memanaskan udara yang ada di dalam ruang pengering tersebut. Udara yang terpanaskan ini nantinya akan memanaskan ikan yang sudah terlebih dahulu ditempatkan di atas rak-rak pengering untuk menguapkan air yang terkandung dalam ikan tersebut. Udara lembab akan keluar menuju outlet yang ada di bagian atas cerobong pengering yang akan diikuti oleh pasokan udara dari luar yang masuk ruang pengering melalui inlet. Uji kinerja tungku dan penukar panas ditempuh untuk menentukan strategi penyuplaian bahan bakar untuk menghasilkan temperatur ruang pengering o C yang cocok untuk mengeringkan ikan. Cangkang sawit yang digunakan sebagai bahan bakar berkadar air 11,28%. Sebelum diumpankan ke tungku berat cangkang ditimbang. Percobaan dilakukan dalam 3 seri. Percobaan seri pertama dilakukan dengan mengumpankan 1 kg cangkang kemudian dilakukan pengukuran temperatur dan kelembaban serta mengobservasi karakteristik pembakaran. Percobaan seri pertama dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Percobaan seri kedua dilakukan dengan mengumpankan 2 kg cangkang sawit ke dalam tungku, selanjutnya pengukuran dan observasi dilakukan dengan cara yang sama seperti seri sebelumnya. Percobaan seri kedua juga diulangi 3 kali. Percobaan seri ketiga dilakukan dengan mengumpankan 2 kg cangkang sawit, selanjutnya diikuti dengan mengumpankan 1 kg cangkang sawit sebanyak
3 1268 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : , kali dalam selang waktu 1 jam. Percobaan seri ketiga dilakukan 3 kali ulangan. Hasil dianalisa terutama untuk mengkaji : capaian temperatur dan kelembaban relatif dalam ruang pengering, pembakaran yang menghasilkan bara api bukan nyala api, saat padamnya bara, temperatur dan kelembaban relatif setelah bara padam; dan strategi pengumpanan bahan bakar Pada semua seri percobaan pengukuran temperatur dan kelembaban relatif dilakukan pada masing-masing rak pengering yang terletak di atas sirip distributor panas. Disamping itu pengukuran juga dilakukan terhadap temperatur dan kelembaban relatif udara luar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat termohigrometer. Pada percobaan seri pertama dan kedua pengukuran dilakukan dengan interval waktu 5 menit sedangkan pada percobaan seri ketiga pengukuran dilakukan dengan interval waktu 10 menit. Pada semua seri percobaan hasil pengukuran temperatur dan kelembaban relatif dari 5 rak dirataratakan untuk setiap ulangan sebagai nilai representatif temperatur dan kelembaban relatif ulangan dan selanjutnya nilai-nilai representatif temperatur dan kelembaban relatif dari 3 ulangan dirata-ratakan lagi sebagai temperatur dan kelembaban relatif pengering. Pada percobaan seri kedua dan ketiga temperatur dan kelembaban relatif rak 1, rak 2, rak 3, rak 4 dan rak 5 akan dirata-ratakan untuk 3 ulangan untuk mengkaji variasi temperatur dan kelembaban relatif antar rak pada pasokan bahan bakar yang berbeda. Semua hasil akan disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara temperatur dan kelembaban relatif dengan waktu pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tungku dan penukar panas dengan pasokan bahan bakar 1 kg dipresentasikan dalam bentuk grafik hubungan antara temperatur dengan watu pengamatan seperti ditunjukkan pada Gambar 1, dan grafik hubungan antara kelembaban relatif dengan waktu pengamatan seperti diperlihatkant pada Gambar 2. Gambar 1. Grafik hubungan antara temperatur pengering rata-rata dan tempertatur udara luar dengan waktu pengamatan (pasokan bahan bakar 1 kg). Gambar 2. Grafik hubungan antara kelembaban relatif pengering rata-rata dan kelembaban relatif udara luar dengan waktu pengamatan (pasokan bahan bakar 1 kg)
4 Yuwana et al.: Capaian Temperatur dan Kelembaban 1269 Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa proses penyalaan untuk menghasilkan bara api sempurna (pembakaran optimum) yang mengasilkan temperatur optimal ruang pengering memerlukan waktu kira-kira 20 menit. Temperatur optimum pengering rata-rata yang dapat dicapai dengan pasokan bahan bakar 1 kg adalah 38,9 o C pada kondisi udara luar bertemperatur rata-rata 31,2 o C. Dengan demikian setelah tempeatur optimum tercapai selisih antara temperatur udara luar dengan temperatur pengering adalah 7,7 o C atau dengan kata lain prestasi tungku dalam meningkatkan temperatur pengering adalah 7,7 o C lebih tinggi dari temperatur udara luar. Gambar 2 memperlihatkan bahwa setelah temperatur optimum ruang pengering tercapai, kelembaban relatif rata-rata turun secara cepat menjadi 43,8% pada kondisi udara luar berkelembaban relatif rata-rat 59,8%. Dengan kata lain tungku dapat menurunkan kelembaban relatif pengering rata-rata 16% lebih rendah dari kelembaban relatif rata-rata udara luar. Gambar 3 memperlihatkan grafik hubungan antara temperatur dan waktu pengamatan sedangkan gambar 4 memperlihatkan grafik hubungan antara kelembaban relatif dan waktu pengamatan untuk uji tungku dan distributor panas dengan pasokan bahan bakar 2 kg. Gambar 3 memperlihatkan bahwa temperatur pengering rata-rata setelah pembakaran optimum tercapai adalah 45 o C dengan kondisi uadar luar bertemperatur rata-rata 32 o C. Dengan demikian tungku dapat meningkatkan temperatur pengering rata-rata 13 o C lebih tinggi dari temperatur udara luar rata-rata. Grafik tersebut juga menununjukkan bahwa 30 menit setelah bara padam temperatur pengering rata-rata masih di atas 40 o C bahkan 1 jam setelah bara padam temperatur tersebut masih sekitar 37 o C. Di lain pihak Gambar 4 memperlihatkan bahwa kelembaban pengering rata-rata setelah pembakaran optimum tercapai adalah 33,9% pada kondisi udara luar berkelembaban relatif 59,3%. Grafik terakhir ini juga memperlihatkan bahwa 1 jam setelah bara padam kelembaban relatif pengering rata-rata masih berkisar antara 30% sampai 40%. Gambar 3. Grafik hubungan antara temperatur pengering rata-rata dan waktu pengamatan dengan pasokan bahan bakar 2 kg (garis merah menunjukkan saat bara padam) Gambar 4. Grafik hubungan antara kelembaban relatif pengering rata-rata dan waktu pengamatan dengan pasokan bahan bakar 2 kg (garis merah menunjukkan saat bara padam)
5 1270 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : , 2014 Variasi temperatur rata-rata dan kelembaban relatif rata-rata antar rak diperlihatkan masing-masing pada grafik-grafik Gambar 5 dan 6. Gambar 5 memperlihatkan bahwa temperatur pengering rata-rata tertinggi adalah rak4 dan diikuti berturut-turut oleh rak 5, rak 2, rak 3 dan rak 1 yang kesemuanya jauh di atas temperatur udara luar. Variasi cukup besar terjadi pada awal pembakaran sampai tercapainya pembakaran optimum dan setelah pembakaran optimum tercapai variasinya tidak begitu besar, bahkan antara rak 5, rak 3 dan rak 2 grafiknya sangat berdekatan. Menarik untuk dicatat bahwa temperatur pengering rata-rata rak1 adalah paling rendah, padahal rak ini letaknya paling dekat dengan tungku. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena dengan jarak yang sangat dekat dengan tungku maka arus udara luar yang masuk melalui lubang-lubang angkringan yang sekaligus berfungsi sebagai pembawa panas menjadi kurang efektif menghantarkan panas melalui rongga sirip nomor 1 atau paling bawah. Gambar 6 menunjukkan bahwa kelembaban relatif pengering rata-rata tertinggi adalah rak1 dan disusul berturut-turut oleh rak 3, rak 5 dan rak 2, yang semuanya jauh lebih rendah dari kelemababan relatif udara luar. Urutan yang sepertinya tampak acak ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya variasi kelembaban ini secara keseluruhan relatif kecil atau distribusi kelembaban cukup merata pada setiap rak. Gambar 7 dan 8 masing-masing memperlihatkan grafik-grafik hubunan antara temperatur dan kelembaban relatif pada setiap rak dengan waktu pengamatan dari percobaan seri ketiga. Gambar 7 menunjukkan bahwa untuk pengujian dengan durasi 6 jam variasi temperatur antar rak semakin kecil. Hal ini mengisyaratkan bahwa semakin lama berjalannya proses pembakaran distribusi panas pada setiap rak menjadi lebih stabil dan merata. Grafik-grafik pada Gambar 8 juga menunjukkan gejala yang sama untuk kelembaban relatif setiap rak. Gambar 5. Grafik hubungan antara temperatur pengering rata-rata masing-masing rak dan waktu pengamatan (pasokan bahan bakar 2 kg). Gambar 6. Grafik hubungan antara kelembaban relatif pengering rata-rata masing-masing rak dan waktu pengamatan (pasokan bahan bakar 2 kg).
6 Yuwana et al.: Capaian Temperatur dan Kelembaban 1271 Gambar 9 dan 10 masing-masing memperlihatkan habungan antara temperatur dan kelembaban relatif pengering rata-rata dengan pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam. Dari grafik pada Gambar 9 dapat diperoleh bahwa temperatur pengering rata-rata adalah 41,5 o C sedangkan temperatur udara luar rata-rata adalah 31,8 o C sementara dari grafik pada Gambar 10 dapat diperoleh bahwa kelembaban relatif pengering rata-rata adalah 35,9% dan kelembaban relatif udara luar rata-rata adalah 56,4%. Dengan demikian capaian kinerja tungku dalam menaikkan temperatur pengering rata-rata dan Gambar 7. Grafik hubungan antara temperatur dan waktu pengamatan untuk pasokan bahan bakar awal 2 kg dan Gambar 8. Grafik hubungan antara kelembaban relatif dan waktu pengamatan untuk pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam Gambar 9. Grafik hubungan antara temperatur pengering rata-rata dan waktu pengamatan untuk pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam
7 1272 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : , 2014 Gambar 10. Grafik hubungan antara kelembaban relatif pengering rata-rata dan waktu pengamatan untuk pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam menurunkan kelembaban relatif pengering rata-rata masing-masing adalah 9,7 o C dan 20,5%. Grafik-grafik pada dua gambar terakhir ini juga menunjukkan bahwa pada 6 jam pembakaran, setelah kondisi pembakaran optimum tercapai baik temperatur maupun kelembaban relatif pengering cukup stabil selama pembakaran berlangsung. SIMPULAN Tungku dan penukar panas pada pengering hibrid telah berhasil didesain dan diujicoba kinerjanya dalam menghasilkan panas dalam ruang pengering. Uji tungku dan penukar panas dengan bahan bakar 1 kg menghasilkan temperatur pengering rata-rata 38,9 o C dan kelembaban relatif pengering rata-rata 43,8% pada kondisi udara luar bertemperatur dan kelembaban relatif masing-masing 31,2 o C dan 59,8%. Selanjutnya Uji dengan bahan bakar 2 kg menghasilkan temperatur dan kelembaban relatif pengering rata-rata masing-masing 45 o C dan 33,9% pada udara luar dengan temperatur dan kelembaban relatif rata-rata 32 o C dan 59,3 %. Pada uji ini juga ditununjukkan bahwa 30 menit setelah bara padam temperatur pengering rata-rata masih di atas 40 o C bahkan 1 jam setelah bara padam temperatur tersebut masih sekitar 37 o C sementara kelembaban relatif pengering rata-rata masih berkisar antara 30% sampai 40%. Uji tungku berdurasi 6 jam dengan pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam menghasilkan temperatur dan kelembaban relatif pengering rata-rata 41,5 o C dan 35,9% pada kondisi udara luar bertemperatur dan kelembaban relatif rata-rata 31,8 o C dan 56,4%. Pada uji tersebut juga teramati bahwa pada 6 jam pembakaran, setelah kondisi pembakaran optimum tercapai baik temperatur maupun kelembaban relatif pengering cukup stabil selama pembakaran berlangsung. Pada uji dengan pasokan bahan bakar 2 kg teramati bahwa temperatur pengering rata-rata tertinggi adalah rak4 dan diikuti berturut-turut oleh rak 5, rak 2, rak 3 dan rak 1 sedangkan kelembaban relatif pengering rata-rata tertinggi adalah rak1 dan disusul berturut-turut oleh rak 3, rak 5 dan rak 2. Selanjutnya uji berdurasi 6 jam dengan pasokan bahan bakar awal 2 kg dan disusul 1 kg dengan interval 1 jam menunjukkan bahwa variasi temperatur antar rak semakin kecil yang mengisyaratkan bahwa semakin lama berjalannya proses pembakaran distribusi panas pada setiap rak menjadi lebih stabil dan merata sementara gejala yang sama untuk kelembaban relatif setiap rak. DAFTAR PUSTAKA Brooker DB, Fred WBA, & Hall CW Drying cereal grains. The Avi Publsh. Co. Inc. Connecticut. Carpio EV Drying fish in the Philippines. In «Food Drying» Proceeding of a Workshop held at Edmonton, Alberta, 6-9 July Goenadi DH, Susila WR, & Isroi Pemanfaatan Produk Samping Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta Haque E, Ahmed YW, & De Yoe CW Static pressure drop in a fixed bad of grain as affected by grain moisture content. Transactions of the ASAE. 25(4) :
8 Yuwana et al.: Capaian Temperatur dan Kelembaban 1273 Jamilatun S Kualitas Sifat-sifat Penyalaan dari Pembakaran Briket Tempurung Kelapa, Briket Serbuk Gergaji Kayu Jati, Briket Sekam Padi dan Briket Batubara. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Yogyakarta, 22 Februari 2011 Lawand TA Agricultural and other low temperature applications of solar energy. In «Solar energy handbook by Kreider JF & Keith F. McGraw Hill, New York. McLean KA Drying and storing combinable crops. Farming Press Ltd., Suffolk. Mulyantara LT, Nelwan LO, Agustina SE, & Widodo TW Simulasi pengering jagung pipilan menggunakan alat pengering surya tipe efek rumah kaca (ERK) hibrid dengan pengering silinder berputar. Junal Engineering Pertanian 6 (2) : Murti MR Performansi pengering ikan aliran alami memanfaatkan energi kombinasi surya dan tungku biomassa. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram 4 (2) : Patterson RJ, Arkema B, & Bichert WG Static pressure air flow relationships in packed beds of granolar biological materials such as grain II. Transactions of the ASAE. 14(1) : , 178. Prabhu PV & Balachandran KK Drying of fish in India. In «Food Drying» Proceeding of a Workshop held at Edmonton, Alberta, 6-9 July Shoda MS, Bansl NK, Kumar A, Bansal PK, & Malik MAS Solar crop drying. CRC Press. Szulmayer, W., Thermodynamics of sun drying. Paper No. V24, in Sun in the service of mankind. UNESCO Conf. Paris. Yuwana Green house solar dryer untuk pengeringan ikan. Penelitian dana DIPA. Yuwana Pengering bertenaga matahari untuk pengeringan ikan. Seminar Nasional dengan tema Potensi Pertanian Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Medan Juni Yuwana & Mujiharjo S Desain pengering tenaga surya untuk pengeringan sale pisang dan rengginang. Penelitian Dana Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Yuwana & Mujiharjo S Pengeringan keripik pisang dengan menggunakan pengering tenaga surya. Penelitian Dana Kementrian Pemberdayaan Perempuan Yuwana Pengering bertenaga surya untuk krupuk ikan. Penelitian Mandiri. Yuwana, Hidayat L, & Taupandri Desain Pengering tenaga surya untuk pengeringan sawi pada pembuatan sawi asin. Penelitian Mandiri. Yuwana Pengering sungkup bersayap untuk pengeringan sale pisang. Penelitian Mandiri. Yuwana, Sidebang B, & Silvia E Pengembangan pengering energi surya tipe Teko bersayap untuk pengeringan produk pertanian. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Unggulan Universitas Bengkulu. Yuwana, Sidebang B, & Silvia E Temperature and Relative Humidity Gains of Teko Bersayap Model Solar Dryer (A Research Note). Proceedings of the International Seminar of CRISU and CUPT Exploring Research Potential Session Enery, Education and Others, Palembang, Indonesia. ISBN Pp
PENGERING ENERGI SURYA UNTUK PENGERINGAN BAHAN PAKAIAN. Yuwana, B. Sidebang dan E. Silvia
PENGERING ENERGI SURYA UNTUK PENGERINGAN BAHAN PAKAIAN Yuwana, B. Sidebang dan E. Silvia Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Lebih terperinciKINERJA PROTOTIPE PENGERING ENERGI SURYA MODEL YSD- UNIB12 DALAM MENGERINGKAN SINGKONG
KINERJA PROTOTIPE PENGERING ENERGI SURYA MODEL YSD- UNIB12 DALAM MENGERINGKAN SINGKONG Evanila Silvia dan Yuwana Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu evanila_silvia@yahoo.com
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Pertanian Universitas Bengkulu 145
PENGGUNAAN PENGERING ENERGI SURYA MODEL YSD-UNIB12 UNTUK PENGERINGAN CABAI MERAH, SAWI DAN DAUN SINGKONG (APPLICATON OF YSD-UNIB12 MODEL SOLAR DRYER FOR RED PEPPER, MUSTARD DAN CASSAVA LEAF DRYING) Yuwana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan
Lebih terperinciJENIS-JENIS PENGERINGAN
JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan
Lebih terperinciPENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA
PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA R. Dure 1), F. Wenur 2), H. Rawung 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian UNSRAT 2)
Lebih terperinciSIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK
VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan
Lebih terperinciPerpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran
Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran Hanim Z. Amanah 1), Sri Rahayoe 1), Sukma Pribadi 1) 1) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Jl. Flora No 2 Bulaksumur
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING
PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER
KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis
Lebih terperinciPENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION
PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION IGNB. Catrawedarma Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi Email: ngurahcatra@yahoo.com Jefri A Program Studi Teknik
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciA. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah
Lebih terperinciKarakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm
Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm Agustinus Jati Pradana, I Gusti Ketut Puja Jurusan Mesin Fakultas Sains dan
Lebih terperinciIBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA
NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR
ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan
Lebih terperinciAnalisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura
Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura HUMAIDILLAH KURNIADI WARDANA 1) Program Studi Teknik Elektro Universitas Hasyim Asy Ari. Jl. Irian Jaya
Lebih terperinciAnalisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi
Petunjuk Sitasi: Tugiman, Suprianto, Panjaitan, N., Ariani, F., & Sarjana. (2017). Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang sale di Desa Bandar Tinggi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C246-251). Malang:
Lebih terperinciUJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL
UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciUJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET
UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET ABSTRAK Diini Fithriani *), Luthfi Assadad dan Zaenal Arifin **) Telah dilakukan uji perfomansi terhadap
Lebih terperinci1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 99-104 PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) 1 Ari Rahayuningtyas, 2 Seri Intan Kuala
Lebih terperinciANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN
Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN
Lebih terperinciV. HASIL UJI UNJUK KERJA
V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciKOMPARASI WAKTU PENGERINGAN AWAL GREEN BODY HASIL CETAK KERAMIK DENGAN SISTEM ALAMIAH dan SISTEM VENTILASI PADA PT X BALARAJA - BANTEN
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 KOMPARASI WAKTU PENGERINGAN AWAL GREEN BODY HASIL CETAK KERAMIK DENGAN SISTEM ALAMIAH dan SISTEM VENTILASI
Lebih terperinciCara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)
Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peralatan pengering berlangsung seiring dengan tuntutan tingkat performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor pembatas seperti ketersediaan sumber
Lebih terperinciPENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB
No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB Endri Yani Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat
III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar alternatif dapat diartikan sebagai bahan bakar yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Adapin contoh dari bahan bakar alternatif
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI ENERGI BIOMASSA UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN
PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI ENERGI BIOMASSA UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN Juandi M. 1), Eka Afriyani 2, Salomo 3 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau E_mail 2) Eka_Afriyani17@yahoo.com
Lebih terperinciKarakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas
Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT
ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT Oleh : M. Yahya Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak Provinsi Sumatera Barat memiliki luas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari
28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Perancangan 4.1.1. Identifikasi Kebutuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Singkong atau ketela pohon pada umumnya dijual dalam bentuk umbi segar oleh petani. Petani jarang mengeringkan singkongnya
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciPROTOTIPE ALAT PENGERING TIPE ROTARI (ROTARY DRYER) BERSUMBER PANAS BIOMASSA UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN PATI SAGU DI PAPUA
PROTOTIPE ALAT PENGERING TIPE ROTARI (ROTARY DRYER) BERSUMBER PANAS BIOMASSA UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN PATI SAGU DI PAPUA Wilson Palelingan Aman 1), Abadi Jading 2), Mathelda K. Roreng 3 1) Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dalam penelitian pengeringan kerupuk dengan menggunakan alat pengering tipe tray dengan media udara panas. Udara panas berasal dari air keluaran ketel uap yang sudah
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA
KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.
Lebih terperinciStudi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier
Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier Nur Aklis 1, M.Akbar Riyadi 2, Ganet Rosyadi 3, Wahyu Tri Cahyanto 4 Program Studi Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciPERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2
PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKAAN PINDAH PANAS Okka Adiyanto 1*, Bandul Suratmo 2, dan Devi Yuni Susanti 2 1, Jurusan eknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2 Jurusan eknik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1
RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1 Tamrin 2, Budianto Lanya 2 dan Dwi Firmayanti 3 ABSTRAK Bahan bakar padat seperti briket batubara tidak dianjurkan
Lebih terperinciSKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW
SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan
Lebih terperinciABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis
PEMODELAN PADA PROSES PENGERINGAN MEKANIS TEPUNG KASAVA DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER: HUBUNGAN FINENESS MODULUS DENGAN VARIABEL PROSES PENGERINGAN Modelling on Mechanical Cassava Flour Drying Process
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada
III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan satu jenis tumbuhan dari suku arenarenan atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA
ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA Asmi Warti 1, Juandi M. 2, Riad Syech 3 Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER
DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu
Lebih terperinciJURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)
RANCANG BANGUN DAN KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING SURYA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN HASIL-HASIL PERTANIAN Muhammad Yahya Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Lebih terperinciProceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012
1 2 3 4 Pengaruh Konveksi Paksa Terhadap Unjuk Kerja Ruang Pengering Pada Alat Pengering Kakao Tenaga Surya Pelat Bersirip Longitudinal Harmen 1* dan A. Muhilal 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer)
KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer) Rofandi Hartanto 1), Warji 1) dan Wahyu Rusdiyanto 2) 1) Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperinciKarakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri
EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun
Lebih terperinciANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Paisal 1), Muhammad Said Karyani. 2) 1),2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis
Lebih terperinciJika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.
1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan
Lebih terperinciPERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER
PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER Subroto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA
PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakterisasi Briket Arang Pengujian karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, dekomposisi senyawa volatil, kadar karbon terikat, kerapatan dan nilai kalor.
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN
MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN
ISSN 2302-0245 pp. 1-7 KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN Muhammad Zulfri 1, Ahmad Syuhada 2, Hamdani 3 1) Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas
Lebih terperinciPENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA
Buana Sains Vol.14 No.2: 29-36, 2015 DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA Endo Argo Kuncoro Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
Lebih terperinciLampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar
Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber
Lebih terperinciTEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI
Jurnal Mekanikal, Vol. 7 No. 1: Januari 2016: 673-678 e-issn 2502-700X p-issn2086-3403 TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI Syahrul, Wahyu Fitra, I Made Suartika,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) Telah disebutkan pada bab 5 diatas bahwa untuk analisa pada bagian energi kalor input (pada kompor gasifikasi), adalah meliputi karakteristik
Lebih terperinciMESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI. Murni *)
MESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI Murni *) Abstract Dryer machine of wood is made to fulfill need of wood in order to produce raw of drying wood is not depended weather. Making of dryer
Lebih terperinciUJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO
UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
Lebih terperinciJURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn
JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614; e-issn 2528 2654 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Modifikasi Dan Uji Kinerja Alat Pengering Energi Surya-Hybrid Tipe Rak Untuk Pengeringan
Lebih terperinciPerancangan Modul Pengering Ikan Putaran Rak Vertikal Berbasis Mikrokontroller
Perancangan Modul Pengering Ikan Putaran Rak Vertikal Berbasis Mikrokontroller Irnanda Priyadi #1, Reza Satria Rinaldi #2, Mensi Alexander #3 #1,2,3 Program Studi Teknik Elektro, Universitas Bengkulu Jalan
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciPASCA PANEN BAWANG MERAH
PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spent bleaching earth dari proses pemurnian CPO yang diperoleh dari PT. Panca Nabati Prakarsa,
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN
Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR Ahmad Syuhada 1a), Ratna Sary 1b), Rasta Purba 2c) 1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya
Lebih terperinciPENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK. Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT
PENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT Cassava crackers are foods favored by many people in Indonesia. The manufacturing
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang
Lebih terperinci