BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yenny Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Hidup Gaya hidup. Life Style. Itulah istilah yang bisa dikatakan sedang naik daun saat ini di kalangan peminat Cultural Studies dinegeri kita. Namun, bisa jadi, tanpa kita sadari, mencuatlah kerancuan ketika istilah gaya hidup dengan mudahnya dilekatkan kepada apapun. Dan, akhirnya, istilah gaya hidup pun telah menjelma menjadi segala sesuatu, sehingga pada saat yang bersamaan pula istilah tersebut menjadi tidak bermakna apa pun. Setiap manusia itu unik, maka gaya hidup mereka pun unik. Gaya hidup dipahami sebagai tata cara hidup yang mencerminkan nilai dan sikap dari seseorang. Gaya hidup merupakan adaptasi aktif individu terhadap kondisi social dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Cara berpakaian, konsumsi makanan, cara kerja, dan bagaimana individu mengisi kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. 4 4 Agung Hujatnikajennong, dkk Resistensi Gaya Hidup : Teori dan realitas ( Yogyakarta : Jalasutra) hal : 9. 10
2 Gaya Hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain.maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. 5 Sedangkan pengertian gaya hidup menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah : pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. 6 Persoalan gaya hidup tidak sesederhana seperti halnya potret kehidupan kelas menengah, Orang Kaya Baru, orang sukses, atau selebriti di kalangan gaya hidup media popular. Urusan gaya hidup bukan pula selalu dimonopoli orang berduit. Orang yang miskin sekalipun masih bisa memakai model gaya hidup tertentu, meskipun mungkin hanya bersandiwara, meniru-niru atau berpura-pura. Gaya hidup pada masyarakat saat ini, memang telah mengalami perubahan yang sangat pesat akibat berkembangnya tekhnologi. Kita bisa melihat Masyarakat dahulu tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan berbanding terbalik dengan keadaan saat ini. Mereka, lebih mementingkan urusan penampilan dan hanya meningkatkan prestise di lingkungannya. Terlebih lagi, gaya hidup kini bukan lagi monopoli suatu kelas, tapi sudah lintas kelas. Mana yang kelas atas, menengah, dan bawah semua sudah bercampur baur dan terkadang dipakai berganti-ganti. 5 Op.Cit, David Chaney, LIFE STYLE sebuah pengantar komprehensif, (Yogyakarta : JALASUTRA,1996)
3 Lantas, kalau kita menyelami dan merefleksikan karya Chaney dengan kehidupan kita sehari-hari, betapa akan mencengangkannya bahwa ternyata pilihan gaya hidup yang kita buat dari sekian banyak pilihan gaya hidup yang kita buat dari sekian banyak pilihan model gaya hidup yang ditawarkan dalam masyarakat adalah hasil dari pergulatan diri kita dalam pencarian identitas dan sensibilitas kita dengan lingkungan di mana kita hidup. Sekalipun mungkin kita tidak menyadari bahwa kini dalam banyak hal kita sudah banyak berubah, namun kita tidak tahu persis apa sebenarnya yang paling dominan yang membentuknya-nilai, cita rasa, gaya-hingga tampilan diri kita seperti sekarang ini. Kita seolah-olah hanya menentukan pilihan dari sekian banya pilihan gaya hidup. 7 Gaya Hidup merupakan gambaran keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dalam menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambing-lambang sosial. Ketika suatu gaya hidup menyebar kepada banyak orang dan menjadi mode yang diikuti, pemahaman terhadap gaya hidup sebagai satu keunikan tidak memadai lagi digunakan. Gaya hidup bukan lagi semata tata cara atau kebiasaan pribadi dan unik dari individu, tetapi menjadi sesuatu yang popular diadopsi oleh sekelompok orang. Sifat unik tak lagi dipertahankan. Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang 7 Op.Cit David Chaney, LIFE STYLE sebuah pengantar komprehensif, (Yogyakarta : JALASUTRA,1996) 12 12
4 individual maupun kolektif mengandung pengertian bahwa gaya hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. 8 Gaya hidup bukan lagi semata-mata tata cara atau kebiasaan pribadi dan unik dari individu, tetapi menjadi suatu identitas yang diadopsi oleh sekelompok orang. Sebuah gaya hidup bisa menjadi popular dan diikuti oleh banyak orang. Mereka tak segan-segan mengikutinya jika dianggap baik oleh orang banyak. 9 8 Imy Ferica, Konsumsi Media Sebagai Gaya Hidup : Dominasi Sistem Tanda Dalam Konsumsi Buku Impor Kaum Urban Jakarta. Volume V. Nomor 3, September-Desember. Hal 3 9 Op.Cit, Agung Hujatnikajennong, dkk Resistensi Gaya Hidup : Teori dan realitas ( Yogyakarta : Jalasutra) hal :
5 2.2 Teori Interaksi Simbolik Perspektif Interaksi Simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. 10 Bersamaan dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. 11 George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolik ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia, baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang yaling berkaitan di antara individu Aaron V. Cicourel. Method and Measurement in Sociology. New York :Free Press, 1964, hlm Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2004) hal : Morissan, Teori Komunikasi : Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan (Interpersonal) (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
6 Mengacu pada karya mead yang paling terkenal yang berjudul Mind, Self, and Society. Hal pertama yang harus dicatat adalah bahwa tiga konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari itu, pikiran manusia (Mind) dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain)digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) dimana kita hidup. 13 Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan social pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah bentuk pikiran manusia (Mind) dari interpretasi mereka atas dunia di sekelilingnya, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural Op.Cit, Ardianto Elvinaro & Q-Aness Bambang, Filsafat Ilmu Komunikasi. hal : Goffman, 1959, hlm.32 15
7 George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik ke dalam prinsip-prinsip, sebagai berikut : 1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. 2. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi social. 3. Dalam interaksi social orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berpikir. 4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia. 5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. 6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relative, dan kemudian memilih salah satunya. 16
8 7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat. 15 Pada pandangan interaksi simbolik, makna suatu objek social serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan kita. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kita memiliki hubungan dan ikatan emosional seperti orang tua dan saudara. Mereka memperkenalkan kita dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau kategori-kategori tertentu yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada kita dalam melihat realitas. Orang terdekat membantu kita belajar membedakan antara diri kita dan orang lain sehingga kita terus memiliki sense of self. 16 Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang diri (self) dari George Herbert Mead, yang juga dapat dilacak hingga definisi diri dari Charles Horton Cooley. Mead, seperti juga Cooley, menganggap bahwa konsepsi diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi social individu dengan orang lain. 15 Dr. Deddy Mulyana, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu social lainnya (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2006), Op.Cit Morissan, Teori Komunikasi : Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan (Interpersonal),
9 Teori tindakan yang dikembangkan George Herbert Mead melalui empat tahap, yakni 1). Impulse; 2). Perception; 3). Manipulation; dan 4). Consummation. Tahap impulse atau menangkap fenomena luar diri aktor yang terjadi sejak ia dilahirkan dalam realitas social; tahap perception terjadi saat diri aktor akan menyeleksi situasi dan kondisi yang hidup disekitarnya; tahap manipulation dibangun atas asumsi yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan: apa yang harus saya perbuat?. pemaknaan situasi berjalan seiring dengan peran yang harus dijalankan oleh diri (Self) actor. Pada posisional ini, George Herbert Mead menggaris bawahi kemampuan makhluk hidup untuk memecahkan persoalannya dengan berbagai cara, oleh sebab itu, tahap keempat kepenuhan tindakan (consummation) dipastikan sesuai dengan peran yang dimainkan oleh diri actor. Melihat tahap-tahapan pada teori tindakan tersebut, nyata pembedaan utama antara manusia dan makhluk lain, yaitu pada tahap ketiga (manipulation). 17 Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televisi, dan pribadipribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka berkerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukan-nya untuk mereka. Melalui interaksi seseorang membentuk pengertian. 17 Ibid, Hal
10 Teori interaksi simbolik ialah konstrak tentang diri. Diri itu tidak dilihat sebagai yang berada dalam individu seperti aku atau kebutuhan yang teratur, motivasi, dan norma serta nilai dari dalam. Diri adalah subjek dari fenomena pengalaman sendiri : persepsi, emosi, pikiran. Dalam fenomenologi, hal itu dipahami sebagai suatu pengalaman, dan tidak ada yang mengalami tanpa mengalaminya sendiri. Oleh karena itu, Diri adalah definisi yang diciptakan orang (melalui interaksi dengan yang lainnya) di tempat ia berbeda. Dalam mengkonstruk atau mendefinisikan aku, manusia mencoba melihat dirinya sebagai orang lain, melihatnya dengan jalan menafsirkan tindakan dan isyarat yang diarahkan kepada mereka dan dengan jalan menempatkan dirinya dalam peranan orang lain. Dengan singkat, kita melihat diri kita sendiri sebagai bagian dari orang lain melihat kita. Jadi diri itu juga merupakan konstrak social, yaitu hasil persepsi seseorang terhadap dirinya dan kemudian mengembangkan definisi melalui proses interaksi. Cara konseptualisasi diri ini telah mengarahkan pada penelitian tentang self-fulfilling prophecy dan menyediakan latar belakang tentang apa yang dinamakan labeling approach terhadap perilaku menunjang. 18 Pandangan Mead tentang diri terletak pada konsep pengambilan peran orang lain (taking the role of the other). Konsep Mead tentang diri merupakan penjabaran diri social (social self) yang dikemukakan William James dan pengembangan dari teori Cooley tentang diri. Bagi Mead dan pengikutnya, individu bersifat aktif, inovatif 18 Ibid, Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal :
11 yang tidak saja tercipta secara social, namun juga menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan. 19 Dalam Principles of psychology, William James (1890, dalam Sarwono, 1997) menyebut diri sebagai segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya saja, melainkan juga tentang tentang anak istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik dan juga uangnya. 20 Dorongan Biologis memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakannya, dan dorongan-dorongan tersebut mempunyai sifat social yang tinggi di lingkaran realitas social mereka sendiri. Artinya, ada faktor-faktor yang bersifat mempengaruhi tindakan social actor terutama dalam lingkaran realitas social mereka sendiri. Pada konteks yang demikian George Herbert Mead sangat memperhitungkan faktor eksternal seperti konflik dan status social dalam interaksi social. Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status social ekonomi, kewajiban-peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya. Faktor-faktor tersebut sebagian adalah 19 Prof. Deddy Mulyana, M.A, Ph.D., Cetakan Ke-Delapan, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu social lainnya (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), Drs. Alex Sobur, M. Si., Filsafat Komunikasi : Tradisi dan Metode Fenomenologi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal :
12 konstrak yang digunakan para ilmuwan social dalam usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku. Para interaksionis simbolik tidak menolak kenyataan bahwa konsep teoretik tersebut mungkin ber-manfaat. 21 Posisional teori interaksionisme simbolik yang paling kontras adalah dengan behaviorisme radikal, terlebih dalam konsep stimulus-respons yang dikembangkan oleh behaviorisme radikal tersebut. Teori interaksionisme simbolik menilai, actor ketika ada stimulus yang ada ia tidak akan langsung merespons stimulus tersebut. Actor akan terlebih dahulu memahami dan menafsirkan stimulus tersebut untuk direspons dalam bentuk tindakan. 22 Pendekatan teori interaksionisme simbolik mengikuti pendekatan Max Weber (Pendekatan yang berusaha mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa social dan historis) dalam teori aksi yang menyatakan bahwa actor memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukan. Proposisi ini memiliki hampir memiliki kesamaan dengan teori-teori yang dikembangkan oleh interaksionisme simbolik dengan memperhatikan secara menyeluruh tindakan social yang dilakukan oleh actor. 21 Op.Cit, Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2004) hal : Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme simbolik dari era klasik hingga modern (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014) hal :61. 21
13 Namun, titik tekan pada kedua teori ini walaupun sama-sama memfokuskan pada tindakan social yang dilakukan actor memiliki ruang yang berbeda di mana teori interaksionisme simbolik lebih memaknai tindakan actor sebagai proses pemaknaan simbol untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (Society). Simbol pada lingkaran ini merupakan sesuatu yang digunakan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang dimaksud actor, sebagaimana seperti dalam teori yang digunakan dan dipopulerkan oleh George Herbert Mead. 23 Simbol tersebut menjadi medium yang sangat efektif dalam interaksi yang dilakukan actor untuk menyampaikan pikiran atau perasaan, maksudnya, atau tujuannya kepada orang lain. 2.3 Definisi Tekhnologi Komunikasi Sebelum memilah definisi tekhnologi komunikasi, ada baiknya coba kita perhatikan tentang sikap kita ketika muncul teknologi modern dengan sebuah inovasi baru alat komunikasi yang dinamakan Hand Phone (HP). Dewasa ini tekhnologi Hand Phone sudah sedemikian maju fiture layanannya, dahulu hanya digunakan untuk menerima dan menelepon serta mengirim dan menerima Short Message System (SMS), namun sekarang sudah dipadukan dengan teknologi audio dan video, sehingga bisa mengirim gambar dan suara. 23 Ibid, Hal
14 Pada tahun-tahun belakangan ini kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi semakin berkembang pesat. Perkembangan ini disebabkan oleh kian bertambah ruwetnya berbagai masalah yang harus dicapai dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat. Atau mungkin juga disebabkan makin hebatnya saling kebergantungan sesama manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam melengkapi keperluan hidup mereka sehari-hari. Perkembangan teknologi bidang telekomunikasi yang begitu cepat dan masif, telah berimplikasi secara langsung perekonomian, baik yang bertautan dengan industri tekhnologi maupun jasa bidang telekomunikasi itu sendiri. Sekarang kita akan membahas Tekhnologi, Tekhnologi adalah a design for instrumental action that reduces the uncertainly in cause-effect relationships involvein achieving a desired outcome. Tekhnologi merupakan seperangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidak pastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Tekhnologi selalu memiliki dua aspek, yakni Hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan software (terdiri dari informasi untuk mengoperasikan hardware). Hardware bersifat visible (dapat dilihat), mungkin inilah yang membuat 23
15 persepsi tentang tekhnologi selalu pada hardware, berdiri sendiri dan terpisah dengan fenomena sosial kemasyarakatan Fenomenologi Penelitian fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala social yang alamiah (nature), digunakan sebagai sumber data, pendekatan ini berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Sosiologi Fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang memberi tekanan pada Verstehen, yaitu pengertian interpretative terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orangorang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. 24 Agoeng Noegroho, Teknologi Komunikasi, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hal
16 Para fenomenolog percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan. 25 Menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Asmadi Alsa (2003) penelitian dengan pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa atau fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu. 26 Dalam penelitian fenomenologi, interaksi simbolik merupakan suatu tipe kerangka kerja penelitian utama yang harus diperhatikan peneliti. Adapun bentukbentuk kerangka kerja interaksi simbolik, sebagai berikut : i. Perspektif fenomenologi menyatakan bahwa interaksi simbolik berasumsi bahwa pengalaman manusia di mediasi oleh interpretasi atau penafsiran terhadap peristiwa yang terjadi. ii. Di dalam perspektif fenomenologi obyek, manusia, situasi dan peristiwa-peristiwa tidak memiliki makna, selain makna yang diberikan oleh obyek manusia, dan peristiwa-peristiwa tersebut. Makna yang diberikan oleh informan penelitian bukan secara kebetulan, melainkan suatu esensial. 25 Op.Cit, Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2004) hal : Dr. Iskandar, M.Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif : Aplikasi Untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat (Jakarta : Gaung Persada, 2009) hal :
17 iii. Interpretasi atau penafsiran bukan suatu pekerjaan otonom peneliti, namun interpretasi dapat dilakukan melalui interkasi dengan orang lain dalam penafsiran suatu peristiwa yang terjadi. iv. Interpretasi merupakan interaksi simbolik dalam paradigm internal, sifat, kepribadian, kebutuhan, motif tak disadari, status social ekonomi, dan budaya. Faktor-faktor tersebut merupakan konstruk bagi ilmuwan social dan pendidikan menggambarkan dalam usaha mereka memahami perilaku obyek, manusia, dan peristiwa yang terjadi. v. Teori bukan aturan, regulasi, norma, atau apapun yang krusial dalam memahami perilaku, akan tetapi bagaimana teori ini didefinisikan dan dipakai didalam situasi-situasi khusus. 27 Pertama dan prinsip paling dasar dari fenomenologi- yang secara jelas dihubungkan dengan idealism jerman adalah bahwa pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eksternal tetapi dalam diri kesadaran individu. Jadi, fenomenologi lebih mengitari penelitian untuk pemahaman subjektif ketimbang mencari objektivitas sebab akibat dan penjelasan universal. Kedua, makna adalah derivasi dari potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan pribadi. Ketiga, kalangan fenomenolog percaya bahwa dunia dialami- dan makna dibangun- melalui bahasa Ibid, hal : Op. Cit Ardianto Elvinaro & Q-Aness Bambang, Filsafat Ilmu Komunikasi. Hal :
18 Dalam pengertian yang paling inti, istilah fenomenologi menunjuk pada suatu teori spekulatif tentang penampilan pengalaman, dan dalam penggunaan awal, pengertian fenomenologi dikaitkan dengan dikotomi phenomenon-noumenon, suatu perbedaan antara yang tampak (phenomenon) dan yang tidak tampak (noumenon). Namun dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan Teori Fenomenologi Husserl karena teori yang ia kemukakan merupakan usaha spekulatif untuk menentukan hakikat yang seluruhnya didasarkan atas pengujian dan penganalisisan terhadap yang tampak. Husserl sendiri menekankan kemiripannya atas Descartes: keduanya berupaya mencari kepastian untuk filsafat, dan menemukannya dalam Cogito, dalam kepastian Aku berpikir. Namun pada titik ini, Husserl memisahkan diri dari Descartes. Husserl tidak setuju dengan pernyataan cogito-nya Descartes telah menetapkan kepastian zat berpikir, melainkan sekadar kepastian kesadaran. Terlebih lagi, kata Husserl, kesadaran selalu merupakan hal terpenting, selalu diniatkan, ditujukan langsung pada sebuah objek. Dengan demikian, landasan pengetahuan bukan dari kepastian zat berpikirnya Descartes, yang terpisah dari objek di dunia, yang eksistensi dan alamnya dipertanyakan. Landasan Husserl adalah kesadaran dan objek yang dimaksudkannya: kesadaran tidak terpisah dengan dunia, tetapi bergabung melalui niatan Op.Cit, Drs. Alex Sobur, M. Si., Filsafat Komunikasi : Tradisi dan Metode Fenomenologi (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013), hal :
19 Dari rentangan makna fenomenologi di atas, akhirnya kita dapat menyimpulkan tiga konsep dasar fenomenologi (Deetz, 1973, dalam Little john & Foss, 2008 ). Pertama, pengetahuan diperoleh secara langsung lewat pengalaman sadar kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya. Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda berhubungan dengan benda, menentukan maknanya bagi anda. Ketiga, bahasa pada dasarnya merupakan kendaraan makna Ibid, hal :
BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan
Lebih terperinciBAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan
BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk
Lebih terperinciGagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah
Lebih terperinciBAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan
33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan
Lebih terperinciModul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations
Modul ke: TEORI INTERPRETIF INTERAKSIONAL SIMBOLIK Fakultas 15FIKOM Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations Interaksionisme Simbolik Teori interaksionisme simbolik sangat berpengaruh dalam
Lebih terperinciInteraksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif
Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain
Lebih terperinciBAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD. Mead. Akan tetapi Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori
38 BAB II SIMBOL SIMBOL MAKNA HAUL GEORGE HERBERT MEAD A. Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin,
Lebih terperinciBAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh
50 BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD A. Interaksionisme Simbolik Teori yang relevan untuk menjelaskan judul ini adalah interaksionisme simbolik. Istilah interaksionisme simbolik pertama kali
Lebih terperinciBAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert
BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Pikiran, Diri, dan Masyarakat Dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap
Lebih terperinciPengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak
Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme
Lebih terperinciBAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER
BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER A. Teori Interaksionisme Simbolik Yang menjadi objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas
BAB IV ANALISIS DATA Salah satu proses analisis data ini telah dikembangkan lebih lanjut yang materinya diambil dari hasil deskripsi data penelitian untuk nantinya dijadikan sebagai suatu temuan penelitian
Lebih terperinciBAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya
35 BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih
Lebih terperinciKuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu dimana
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Konstruktivis Komunikasi di pahami, di atur, dan dihidupkan oleh pernyataanpernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan
Lebih terperinciSEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN
Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat
BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus
Lebih terperinciBAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu
37 BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ A. Teori Fenomenologi Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank mulai berkenalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia sebagai mahluk social didunia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal.
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis
BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Teori Interaksionisme Simbolik Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William James, Charles H.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalahmasalah dunia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PARADIGMA PENELITIAN Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana yang dikutip Dedy Mulyana, menurut Patton paradigma tertanam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain, maka dari itu manusia selalu berusaha berinteraksi dengan orang lain dan mencari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Manusia bukan suatu proses dimana adanya stimulus secara otomotis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respon, tetapi antara stimulus yang diterima dan
Lebih terperinciBAB III Metodologi Penelitian. waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Penelitian pada hakikatnya ada konteks khusus atau dimensi waktu, merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk membenarkan
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko Blater yang ada di desa Tambuko ini memiliki dua kategori. pertama, blater yang cendrung melakukan tindakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat
Lebih terperinci2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Gaya hidup Menurut Max Weber, gaya hidup merupakan persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika seorang individu berada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk mengkaji secara holistik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu obyek, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu bagaimana komunikasi narsisme agnezmo direpresentasikan dalam akun instagram @Agnezmo. Maka penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciOleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI Sekolah diharapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, merintis transformasi yang diinginkan masyarakat (melestarikan), menemukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Analisis Penelitian ini dilakukan pada beberapa wilayah kajian analisis. Kajian utama yang dilakukan adalah mencoba melihat bagaimana respon pesantren terhadap berbagai
Lebih terperinciKuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi
Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa
BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciB A B III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk
B A B III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebeneran. Usaha untuk mengejar kebenaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme
Lebih terperinciBAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan
BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A.Kajian Teori Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan temapembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang
Lebih terperinciPARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivisme Paradigma Kritis Paradigma Positivis Positivisme dibidani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang dalam lingkungan dan situasi komunikasinya. Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan
Lebih terperincisebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif teknik analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data yang di peroleh dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan
Lebih terperinciPengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme
Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
Lebih terperinciTEORI DAN METODOLOGI
TEORI DAN METODOLOGI MEMBANGUN PARADIGMA DALAM TEORI SOSIOLOGI 3 PARADIGMA FAKTA SOSIAL DEFINISI SOSIAL PERILAKU SOSIAL Sudut pandang sistem sosial sebagai keseluruhan Sudut pandang struktur sosial Tindakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku
Lebih terperinciBAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli
BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
Lebih terperinciPSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu
PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia membutuhkan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hakikatnya merupakan upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Lexy J. Moleong 28, dalam bukunya menjelaskan bahwa, penelitian pada hakikatnya merupakan upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Lebih terperinciTEORI SOSIOLOGI KLASIK MAX WEBER
TEORI SOSIOLOGI KLASIK MAX WEBER Prof. Dr. Farida Hanum DISUSUN OLEH : 1. Rahma Dewi Agustin 12413244006 2. Nurrizal Ikrar L 12413244013 3. Suhendra Lumban R 12413249006 JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari
Lebih terperinciSosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi
Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definsi Sampah Sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar biasa dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, dengan kelebihannya tersebut manusia dapat melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skuter yang dirancang pabrikan Yamaha di Negara asal negeri sakura Jepang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kendaraan Yamaha NMAX, merupakan jenis otomotif roda dua bermesin Skuter yang dirancang pabrikan Yamaha di Negara asal negeri sakura Jepang, Nmax pertama kali diproduksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan tipe penelitian Kualitatif Fenomenologi. Penelitian fenomena ini pertama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini, karena di daerah ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir berdasarkan fakta atau gejala hasil interpretasi. Kuhn mendefinisikan paradigma merujuk pada teori yang
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan fenomenologi untuk dapat menggambarkan sifat-sifat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. berjudul Presentation of Self in Everyday Life, yang diterbitkan tahun Istilah
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Dramaturgi Erving Goffman Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis dalam bukunya berjudul Presentation of Self in Everyday Life, yang diterbitkan tahun
Lebih terperinciTeori-teori Umum (LittleJohn) Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.
Teori-teori Umum (LittleJohn) Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. JENIS TEORI KOMUNIKASI (Stephen W. Littlejohn) Teori-teori Umum: Teori-teori fungsional dan struktural Teori-teori behavioral
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan
Lebih terperinciTEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH
TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH Pengertian teori dalam komunikasi TEORI merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena Jadi teori dalam komunikasi pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang Penerapan Nilai Agama Islam pada Pendidikan Anak Prasekolah (Studi Kasus di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Nurul Qomar Pedurungan Semarang)
Lebih terperinci