Psikologi Kepribadian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori Alfred Adler mengenai ciri khusus, struktur, dan dinamika kepribadian manusia berdasarkan pandangan individual psychology. Kompetensi Mampu memahami tentang Individual Psychology dari Alfred Adler.

2 Latar Belakang Pendahuluan Alfred Adler mengembangkan aliran yang disebut dengan psikologi individual. Pada awalnya, ia termasuk anggota dan kelompok psikoanalisa Wina bersama Freud. Tetapi karena memiliki pandangan yang berbeda, akhirnya mengembangkan pemikirannya sendiri. Adler mewariskan banyak teori dari praktik yang sangat berpengaruh dalam dunia psikiatri. Teorinya berfokus pada perasaan rendah diri dan cara untuk mengatasinya, yaitu dalam bentuk overcompensation (mencoba terlalu keras untuk menebus apa yang kurang). Adler menyatakan bahwa gaya hisup seorang individu dibentuk pada usia empat atau lima tahun. Ia menekankan pentingnya kekuatan sosial atau lingkungan sekitar dalam pengembangan kepribadian anak. Menurutnya, setiap orang dilahirkan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan menyadari akan pentingnya masyarakat bagi kehidupannya. Adler adalah terapis yang memfokuskan pada kesehatan mental, bukan pada penyakit. Adler mendorong kliennya untuk melakukan perbaikan diri dengan cara memahami kesalahan dalam gaya hidup yang dikembangkannya untuk kemudian memperbaikinya. Adler menganggap terapis sebagai pihak yang dapat membimbing klien dengan pandangan ''menentukan nasib sendiri'' sehingga klien sendiri dapat membuat perubahan dan memperbaiki keadaan mereka. Adler adalah seorang pionir yang menggunakan terapi dalam pekerjaan sosial, pendidikan anak, dan penanganan penjahat. Manusia dalam Pandangan Alfred Adler Teori Adler memberikan harapan dan memuji hakikat manusia. Konsepnya mengenai manusia lebih memberikan keyakinan kita terhadap kemampuan diri sendiri dan menjadi antitesis dari pandangan Freud yang suram. Manuasia secara sadar, membentuk dan menentukan nasibnya, bukan didominasi oleh kekuatan insting dan pengalaman masa kanak-kanak yang tidak bisa dikontrol. Gambaran Adler mengenai manusia adalah gambaran yang optimis, karena manusia tidak diarahkan oleh kekuatan tidak sadar. Manusia memiliki kebebasan untuk membentuk kekuatan sosial yang berpengaruh pada dirinya dan menggunakannya secara kreatif untuk membangun gaya hidup yang unik. sementara teori Freud menekankan universalitas dan kesamaan manusia. 2

3 Meskipun demikian, pandangan Adler mengenai beberapa aspek dari manusia bersumber dari dalam. Misalnya, potensi terhadap minat sosial dan perjuangan untuk mencapai kesempurnaan. Pengalaman ini menentukan bagaimana penekanan warisan direalisasikan. Pengaruh masa kanak-kanak dianggap sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama urutan kelahiran dan interaksi dengan orangtua dalam mengembangkan gaya hidup. Bagi Adler manusia bukan menjadi korban dari kejadian masa kanak-kanak. Adler melihat bahwa setiap orang memiliki tujuan untuk mencapai kesempurnaan. Adler optimis mengenai kemajuan sosial, karena itu ia tertarik dengan sosialisme dan melibatkan diri dalam klinik bimbingan sekolah, melakukan program reformasi penjara dengan didasarkan pada keyakinan terhadap kekuatan kreatif dari individu. Konsep Utama Teori Psikologi Individual Konsep-konsep utama yang dikembangkan dalam psikologi individual adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Inferioritas a. Perasaan Inferior Adler percaya bahwa perasaan inferior selalu ada dan menjadi tenaga pendorong bagi tingkah laku manusia. Atau dengan ungkapan lain, menjadi manusia berarti merasakan dirinya inferior (Adler, 1939). Kondisi ini umumnya terjadi pada manusia dan bukan merupakan tanda kelemahan ataupun abnormal. Adler menyatakan bahwa perasaan inferior adalah sumber dari perjuangan manusia. Pertumbuhan individu terjadi sebagai hasil dari kompensasi yaitu upaya untuk mengatasi inferioritas (dalam bentuk pencitraan ataupun nyata) dalam diri kita. Selama hidupnya, manusia akan diarahkan oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan ini dan terus berjuang untuk mencapai tahapan lebih tinggi dalam perkembangan. Proses kompensasi dimulai sejak masa bayi. Bayi yang kecil dan tidak berdaya sepenuhnya bergantung pada orang dewasa. Adler percaya bahwa bayi tahu siapa orangtuanya. Kekuatan yang paling besar dan paling kuat dalam kondisi tanpa harapan saat itu adalah dengan mencoba untuk bertahan atanu menantang kekuatan. cara yang dilakukan bayi adalah mengubah perasaan inferior menjadi lebih kuat daripada orang-orang di sekitarnya. Meskipun pengalaman awal inferioritas dialami oleh semua bayi, tetapi hal ini tidak ditentukan secara genetik karena lebih banyak peran lingkungan yang berpengaruh yaitu lingkungan yang tidak berdaya dan kebergantunagn kepada orang dewasa. Perasaan 3

4 inferior tidak dapat dihilangkan, bahkan sebaliknya memiliki peran penting karena menyediakan motivasi untuk berjuang dan tumbuh. b. Kompleks Inferioritas Ketidakmampuan untuk mengatasi perasaan inferior akan membawa bayi kepada situasi yang disebut dengan kompleks inferioritas (inferiority complex). Orang dengan perasaan inferior memiliki kemiskinan opini tentang diri sendiri, merasa tidak berdaya, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Adler menemukan kompleks ini pada anak-anak yang selalu dibantu oleh orang dewasa. Ia tidak pernah berusaha untuk meraih sendiri apapun yang diinginkannya. Sumber kemunculan kompleks pada masa kanak-kanak terdiri dari inferior organis, pemanjaan, dan pengabaian. Dalam penelitian mengenai inferioritas organs, Adler menemukan bahwa kecacatan bagian organ tubuh akan membentuk kepribadian tertentu yang selalu menunjukkan upaya mengompensasi kecacatan atau kelemahan yang dimilikinya. Kondisi serupa sebenarnya juga dialami oleh Adler, ketika ia harus melakukan kompensasi atas penyakit rakhitis yang dideritanya pada masa kanak-kanak. Anak yang secara fisik lemah akan berusaha untuk mengembangkan kemampuannya dalam bidang olah raga. Sejarah mencatat beberapa contoh dari kompensasi. Pada jaman Yunani Demosthenes mengatasi gagapnya dengan menjadi orator yang hebat. Theodore Roosevelt, presiden Amerika ke 26 adalah anak yang sering sakit-sakitan, tetapi ketika dewasa ia menjadi model bagi orang yang bugar secara fisik. upaya untuk mengatasi kelemahan organis dapat menghasilkan keberhasilan dalam bidang seni, olah raga, dan sosial. Tetapi jika gagal dalam melakukan kompensasi, maka akan jatuh pada kondisi yang disebut ''komplek inferioritas'' (inferiority complex). Adler memberikan contoh lain dari konsepsi perkembangan kepribadian yang berlangsung secara intuitif. Konsep ini didasarkan pada teori kepribadian yang kemudian dikonfirmasikan kepada klien-kliennya. Kantor Adler di Wina, Austria berdekatan dengan taman hiburan dan beberapa kali ada pesenam dan pemain sirkus. Mereka umumnya memiliki fisik yang luar biasa. Kemampuan ini diperoleh melalui upaya yang keras untuk mengatasi ketidakmampuan pada masa kanak-kanak. Pemanjaan anak juga dapat menyebabkan kompleks inferioritas. Anak yang dimanja menjadi pusat perhatian dalam rumah. Setiap keinginan mereka harus dipenuhi dan hanya sedikit yang menolaknya. Dalam lingkungan seperti itu, anak secara alamiah berkembang 4

5 dalam pemikirannya bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting dalam situasi apapun dan orang lain selalu memberikan kesempetan kepada dirinya. Anak akan mulai merasakan shock ketika menghadapi pengalaman pertama masuk sekolah. Mereka tidak lagi menjadi pusat perhatian dan mungkin sama sekali tidak mendapat perhatian. Anak manja hanya memiliki sedikit perhatian sosial dan tidak sabar kepada orang lain. Mereka tidak pernah belajar untuk menunggu apa yang mereka inginkan. Ketika dihadapkan kepada keharusan untuk menunggu, anak manja percaya bahwa mereka pasti punya kekurangan pribadi yang merintanginya. Inilah cikal bakal berkembangnya kompleks inferioritas. Sementara untuk anak yang diabaikan, mereka akan merasa menjadi anak yang ditolak atau tidak diinginkan. Kondisi ini akan berkembang menjadi inferior. Anak tersebut dicirikan sebagai anak yang kurang kasih sayang dan rasa aman karena orangtuanya kurang peduli atau bermusuhan. Dengan demikian, anak akan mengembangkan perasaan tidak percaya, seringkali marah, dan tidak percaya kepada orang lain. c. Kompleks Superioritas Seseorang yang melakukan kompensasi yang berlebihan (overcompensation) akan berkembang menjadi kompleks superoritas. Ia akan membesar-besarkan kemampuan dan pretasi yang dicapainya. Misalnya: merasa sangat puas diri dan superior sehingga tidak lagi keinginan untuk memperlihatkan superioritasnya dalam pencapaian, sekalipun orang tersebut mungkin sudah mencapai keinginan dan berhasil. Kondisi ini tampak pada orang yang memiliki kompleks superoritas. Adapun kecenderungan tingkah laku yang muncul biasanya adalah membual, sombong, berpusat pada diri, dan menjelek-jelekkan orang lain. 2. Prinsip Superioritas Perasaan inferior adalah sumber dari motivasi dan perjuangan. Menurut Adler manusia bekerja untuk sesuatu yang lebih tinggi, meskipun tujuan utama dalam hidup seringkali berubah setiap waktunya. Adler menggambarkan perjuangan menuju superior adalah fakta utama dalam hidup (Adler, 1930). Superioritas yang dimaksud tidak sama dengan makna superior secara umum atau sama dengan kompleks superioritas. Perjuangan menjadi superior tidak untuk menjadi lebih baik daripada orang lain, bukan sombong, atau kecenderungan untuk mendominasi dengan cara menceritakan diri secara berlebihan mengenai keberhasilan. Adler menjelaskan bahwa superior yang dimaksud adalah dorongan untuk mencapai kesempurnaan (perfection). Kata perfection diperoleh dari kata Latin yang berarti ''melengkapi atau menyelesaikan''. Dengan demikian, menurut Adler kita berjuang untuk menjadi superior sebagai bentuk upaya untuk menyempurnakan diri sendiri sehingga membuat diri kita lengkap atau utuh. 5

6 Inilah tujuan yang ingin dicapai manusia sejak dari lahir yaitu mengarahkan diri untuk mencapai keutuhan atau kelengkapan yang berorientasi ke depan. Berbeda dengan Freud yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh masa lalu (yaitu insting dan pegalaman masa kanak-kanak). Adler melihat bahwa motivasi akan membentuk harapan terhadap masa depan. Ia menjelaskan insting dan impuls utama tidak cukup untuk menerangkan prinsip ini. Oleh karena itu, hanya superioritas atau kesempurnaan yang dapat menerangkan kepribadian dan tingkah laku. 3. Finalisme Semu Adler menerapkan istilah finalisme sebagai konsep yang memiliki tujuan utama (ultime gool) dalam mencapai kondisi akhir dari keberadaan dan keinginan untuk bergerak ke depan. Tujuan yang ingin kita capai bagaimanapun pontesialnya tidaklah aktual. Dengan kata lain, kita berjuang menjadi ideal secara subjektif. Adler percaya bahwa tujuan utama yang ingin kita capai merupakan bayangan semu yang tidak dapat diuji dalam kenyataan. Apabila kita hidup dalam lingkungan yang ideal, misalnya kita meyakini bahwa semua orang diciptakan setara atau semua orang pada dasarnya baik, maka dalam kenyataannya tidak persis demikian. Kondisi serupa terjadi pada Adler, tujuan hidup Adler adalah untuk menaklukkan kematian dan cara berjuang untuk mencapai tujuan adalah dorongan menjadi dokter. Adler memformulasikan konsep ini dengan finalisme semu (fictional finalism). Pernyataan yang menunjukkan bahwa pikiran semu akan mengantarkan kita untuk berperilaku tertentu sebagai upaya untuk memenuhi keyakinan. Kita mengarahkan jalan hidup dengan berbagai fiksi, terutama kesempurnaan yang ideal. Formulasi terbaik dari perkembangan keberadaan fiksi semu manusia adalah konsep mengenai Tuhan. Ada dua poin yang ditambahkan mengenai perjuangan menjadi superior yaitu meningkatkan tekanan dan menjadi superior. a. Pertama Meningkatkan tekanan, bukan meredakan tekanan. Berbeda dengan Freud, Adler tidak percaya bahwa kita memiliki motivasi tunggal yaitu untuk meredakan ketegangan. Perjuangan untuk menjadi sempurna memerlukan banyak energi dan upaya. Kondisinya sangat berbeda dengan equilibrium (kondisi bebas tekanan). 6

7 b. Kedua Perjuangan menjadi superior yang dimanifestasikan baik oleh individu maupun masyarakat. Kebanyakan kita memiliki minat sosial. Kita berjuang untuk menjadi superior atau sempurna tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai anggota masyarakat. Kita memcoba untuk mencapai kesempurnaan dalam budaya kita. Dalam pandangan Adler, individu dan masyarakat saling berhubungan dan saling bergantung. Orang harus berfungsi secara konstruktif bagi orang lain untuk kebaikan bersama. Selanjutnya, menurut Adler manusia secara terus menerus berjuang untuk sesuatu yang semu (khayali). Cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan gaya hidup. 4. Gaya Hidup Tujuan utama dari gaya hidup adalah mencapai superitas dan untuk mencapainya perlu melalui cara yang berbeda-beda dengan mengembangkan pola tingkah laku, kebiasaan, dan karakteristik yang unik. Adler menyebut hal ini dengan gaya hidup. Untuk memahami bagaimana suatu gaya hidup dikembangkan, kita harus melihat kembali konsep perasaan inferior dan kompensasi. Setiap anak yang mengalami perasaan inferior akan memotivasi dirnya untuk mengompensasi ketidakberdayaan dan ketergantungannya. Dalam melakukan kompensasi, anak memerlukan seperangkat tingkah laku. Apapun yang kita lakukan dibentuk dan dibatasi oleh gaya hidup yang unik. Hal ini menentukan aspek lingkungan yang kita perhatikan atau kita abaikan. Gaya hidup dipelajar dari interaksi sosial yang berlangsung selama awal-awal tahun kehidupan. Adler menyatakan bahwa gaya hidup terkristal kuat pada usia 4 atau 5 tahun dan setelah itu sult untuk berubah. A. Masa Anak-Anak Adler, seperti Freud melihat kepribadian atau gaya hidup sebagai sesuatu yang dibentuk pada awal masa awal kehidupan. Bahkan, prototipe dari gaya hidup seseorang cenderung diperbaiki sekitar lima tahun. Pengalaman baru, bukan mengubah prototipe, tetapi cenderung ditafsirkan dalam bentuk prototipe yang dipaksa cocok ke dalam praduga, seperti kenalan baru cenderung untuk mendapatkan ''kekuatan cocok'' ke stereotip kita. Adler merasa bahwa ada tiga masa kanak-kanak yang menjadi dasar situasi yang paling berkontribusi pada gaya hidup yang rusak: 7

8 1) Organ Inferiorities serta Penyakit Anak Usia Dini Mereka adalah apa yang disebut ''terbebani'' dan jika seseorang tidak datang untuk menarik perhatian mereka kepada orang lain, mereka akan tetap memfokuskan pada diri sendiri. Sebagian besar akan menjalani hidup dengan rasa rendah diri yang kuat. Beberapa akan overcompensate dengan superioritas kompleks. Hanya beberapa diantara mereka yang benar-benar kompensasi dengan dorongan dari orang-orang tercinta. 2) Memanjakan Banyak anak-anak diajarkan oleh tindakan orang lain, mereka dapat mengambil tanpa memberi. Keinginan mereka dapat terpenuhi dengan memerintah orang lain. Hal ini mungkin terdengar seperti situasi yang indah sampai kita menyadari bahwa anak manja gagal dalam dua cara: a) Ia tidak belajar melakukan untuk dirinya sendiri dan kemudian menemukan bahwa ia benar-benar lebih rendah. b) Ia tidak belajar apapun cara lain untuk berurusan dengan orang lain daripada memberikan perintah. Masyarakat menanggapi orang manja hanya dengan satu cara yaitu kebencian. 3). Pengabdian Seorang anak yang diabaikan atau disalahgunakan akan belajar dengan cara mereka belajar rendah diri karena diberitahu dan ditunjukkan setiap hari bahwa mereka tidak berharga, mereka belajar menggantungkan diri sendiri karena mereka diajarkan untuk tidak percaya pada siapapun. Dengan ungkapan lain jika tidak mengenal cinta, maka tidak akan mengembangkan kemampuan untuk mencintai. Kita harus mencatat bahwa anak diabaikan tidak hanya mencakup anak yatim dan korban pelecehan, tetapi anak-anak yang orangtuanya tidak pernah ada dan yang dibesarkan disebuah keluarga yang kaku dan otoriter. B. Diagnosis Dalam rangka membantu untuk menemukan ''fiksi'' gaya hidup, Adler akan melakukan beberapa hal. Di antaranya adalah ia akan memeriksa riwayat kesehatan organik untuk mencari kemungkinan akar masalah yang dialami. Dalam sesi pertama, ia akan meminta penjelasan mengenai memori masa awal akan-kanak. Disini, ia mencari indikator prototipe awal gaya hidup yang ada sekarang. Jika dalam memori awal di dapatkan kondisi yang mengindikasikan pemanjaan atau mungkin terdapat kompetisi yang agresif dengan kakak 8

9 yang membuat cenderung memiliki usaha-usaha yang kuat dari anak kedua akan menunjukkan kecenderungan bahwa ia akan memiliki tipe kepribadian ''penguasa''. Sebaliknya, jika memori berisi pengabaian, mungkin akan cenderung ke arah inferioritas dan didapati bahwa ia memiliki tipe menghindar. 5. Kekuatan Diri Kreatif Mungkin kita menemukan inkonsistensi dalam pendapat Adler. Di satu sisi, ia menyatakan bahwa kita yang mengontrol nasib kita, bukan korban dari nasib. Tetapi di sisi lain, kita menemukan bahwa gaya hidup ditentukan oleh hubungan sosial di awal kehidupan dan hanya sedikit perubahan setelah periode tersebut. Ini menunjukkan adanya pengaruh Freud yang masih kuat dalam teori Adler dalam penekanan pentingnya awal masa kanakkanak dalam pembentukan kepribadian di masa dewasa. Adler percaya bahwa indivdu yang membuat gaya hidup sendiri atau dengan kata lain, kita lah yang membuat kita, kepribadian kita dan karakter kita sendiri. Seluruh istilah tersebut oleh Adler sering dipertukar tempatkan (exchangeable) dengan gaya hidup. Kita tidak pasif dibentuk oleh pengalaman masa kanakkanak. Pengalaman tersebut tidak sepenting sikap conscious kita terhadapnya. Menurut Adler, baik hereditas maupun lingkungan tidak cukup menyediakan penjelasan mengenai perkembangan kepribadian. Justru cara kita menafsirkan bentuk-bentuk pengaruh tersebutlah yang menjadi dasar bagi pembentukan sikap kreatif kita terhadap hidup. Adler berpendapat bahwa keberadaan manusia bebas untuk membuat gaya hidup yang tepat sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya, baik yang diperoleh dari sumbangan genetik maupun lingkungan sosial. Meskipun tidak cukup spesifik, Adler dengan tegas menyatakan bahwa gaya hidup kita sudah tidak ditentukan, tetapi kita bebas untuk memiliki dan membuatnya untuk diri kita. Namun sekali terbentuk, gaya hidup akan tetap konstan selama hidup. 6. Minat Sosial Adler percaya bahwa penerimaan terhadap orang lain adalah tugas pertama yang dijumpai dalam hidup. Setiap tahapan dalam penyesuaian sosial merupakan bagian dari gaya hidup dan berpengaruh terhadap pendekatan yang digunakan dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup. Minat sosial didefinisikan dengan potensi dalam diri untuk bekerjasama dengan orang lain demi mencapai tujuan pribadi dan sosial. Meskipun manusia sangat dipengaruhi oleh kekuatan biologis dan sosial, dalam pandangan Adler potensi minat sosial datangnya dari dalam diri dan menjadi elemen biologis. Selanjutnya, elemen tersebut mengalami perluasan bergantung pada pengalaman sosial awal. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindari untuk berhubungan dengan orang lain atau menghindari kewajiban 9

10 terhadap orang lain. Pada masa awal kehidupan, setiap manusia akan dikumpulkan dalam keluarga, suku, dan bangsa. Keberadaan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan manusia guna melindungi dan bertahan hidup. Karena itu, ada kewajiban bagi orang untuk bekerjasama dan memperlihatkan minat sosialnya. Setiap individu harus bekerjasama dan berkontribusi bagi masyarakat guna mewujudkan tujuan pribadi dan bersama. 7. Urutan Kelahiran Menurut Adler, urutan kelahiran memberikan pengaruh yang besar terhadap masa kanak-kanak, karena di saat itulah kita mengembangkan gaya hidup. Meskipun memiliki orangtua yang sama dan hidup dalam satu rumah dengan saudara kandung, tidak berarti kita memiliki lingkungan sosial yang identik. Menjadi saudara yang lebih tua ataupun lebih muda dan mendapat perhatian dan sikap yang berbeda membuat kondisi masa kanakkanak yang berbeda dan hal tersebut akan menentukan kepribadian. Menurut Adeler ada empat situasi yang berkaitan dengan urutan kelahiran yaitu anak pertama, anak kedua, anak paling muda, dan anak tunggal. a. Anak Pertama Setidaknya untuk sementara, anak pertama berada dalam situasi yang unik. Umumnya, orangtua merasakan kegembiraan luar biasa dengan kelahiran anak pertama. Mereka mencurahan lebih banyak waktu dan perhatian kepada bayi baru. Kelahiran pertama membuat ibu dan bapak menjadi menerima peran sebagai orangtua yang baru, memberikan perhatian yang tidak terbagi. Anak pertama akan memiliki kegembiraan, lebih merasa aman sampai kelahiran anak kedua tiba. Adler yakin bahwa setiap anak pertama merasa kaget dengan perubahan statusnya dalam keluarga. Anak yang tadinya dimanja secara berlebihan akan merasa ada sesuatu yang hilang. Meskipun demikian, perasaan kehilangan ini bergantung pada usia anak pertama pada saat ''sang pesaing'' lahir. Secara umum, makin tua umur anak pertama, pengalaman penurunan tahta makin sedikit dirasakan. Misalnya: anak umur 8 tahun kurang marah terhadap kelahiran saudara barunya dibandingka dengan anak pertama yang berumur 2 tahun b. Anak Kedua Anak kedua biasanya menjadi penyebab kehebohan atau pergolakan dalam kehidupan anak pertama. Ia tidak pernah memiliki pengalaman berkuasa seperti yang dialami anak pertama. Sehingga, jika anak lain yang lahir dalam keluarga tersebut, anak kedua tidak menderita perasaan penurunan tahta. Umumnya, orangtua menerapkan pola pengasuhan 10

11 yang berbeda terhadap anak kedua. Bayi kedua tidak lagi menjadi sumber kesenangan seperti bayi pertama. Orangtua biasanya tidak sepeduli dan secemas seperti anak pertama dan mungkin agak mengabaikan. c. Anak Paling Muda (Bungsu) Anak yang termuda atau anak yang terakhir lahir tidak pernah menghadapi kekagetan dari penurunan tahta oleh anak yang lain. Anak yang terakhir sering kali menjadi kesayangan keluarga terutama jika jarak umurnya dengan saudara kandung lebih jauh. Dorongan untuk melampui saudara sekandung seringkali berkembang luar biasa pesat. Anak bungsu seringkali berprestasi tinggi dalam berbagai bidang dimasa dewasanya. Kejadian yang terbalik jika anak bungsu terlalu dimanja, ia percaya bahwa dirinya tidak perlu belajar atau berusaha keras untuk meraih apapun. Pada masa perkembangannya, beberapa anak memelihara ketidakberdayaan dan ketergantungan, tidak terbiasa untuk berjuang, dan berusaha keras. Sehingga pada masa dewasa, banyak diantara anak paling muda mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. d. Anak Tunggal Anak tunggal pernah kehilangan posisi utama dan kekuasaan dalam keuarga. Ia selalu menjadi perhatian utama. Ia lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama dengan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki saudara kandung. Karena itu, anak tunggal seringkali lebih cepat matang, karena ia memanifestasikan sikap dan tingkah laku orang dewasa. Berdasarkan pemikiran mengenai urutan kelahiran, Adler tidak mengajukan peran yang jelas mengenai perkembangan masa kanak-kanak. Anak tidak secara otomatis membutuhkan jenis karakter tertentu berdasarkan posisinya dalam keluarga. Pernyataan Adler mengenai gaya hidup tertentu yang berkembang sebagai fungsi dari urutan kelahiran dikombinasikan dengan interaksi sosial pada awal kehidupan. Konsep diri yang kreatif dalam membangun gaya hidup menggunakan kedua pengaruh tersebut. 8. Tipe Psikologis Adler mengembangkan tipologi kepribadian. Menurutnya terdapat empat tipe kepribadian, yaitu: a, Tipe dominan Mereka sejak masa kanak-kanak memiliki kecenderungan agresif dan dominan atas orang lain. Energi atau kekuatan yang dimilikinya begitu besar dan sangat kuat 11

12 dorongannya. Bentuk energi paling besar adalah mengganggu dan sadis. Sementara energi yang paling lemah adalah menyakiti orang lain dengan cara melukai diri sendiri. Biasanya sikap seperti ini dimiliki oleh pecandu alkohol, pecandu obat, dan pelaku bunuh diri b. Tipe bersandar Mereka adalah orang peka. Analoginya seperti orang yang telah membuat tempurung di sekelilingnya guna melindungi diri. Orang seperti ini harus bergantung pada orang lain meskipun membuatnya mengalami banyak kesulitan hidup. Mereka memilki tingkat energi yang rendah sehingga harus terus bergantung. Apabila tidak sanggup lagi menghadapi masalahnya mereka akan mengembangkan gejala-gejala, seperti: neurotik, fobia, dan obsesif. Umumnya mereka merasakan kegelisahan, histeris, amnesia, dan sebagainya bergantung pada gaya hidup yang dikembangkan. c. Tipe menghindar Orang yang memilki tipe seperti ini memiliki tingkat energi yang sangat rendah dan hanya dapat bertahan hidup dengan cara menghindar. Ketika sudah dapat menghindar, mereka cenderung menjadi gila dan akhirnya mundur ke dalam dunia pribadi mereka sendiri. d. Tipe berguna secara sosial Ini adalah tipe orang yang sehat. Orang yang memiliki minat sosial dan energi untuk hidup. Dengan energi yang dimilikinya, mereka dapat mengembangkan minat-minat sosialnya tanpa menderita ketakutan dan ancaman. Adler percaya bahwa setiap orang adalah individu yang unik dan dapat mengembangkan gaya hidup yang unik. Ide dari pengembangan konsep mengenai tipologi ini hanya bersifat perangkat heuristik, artinya hanya merupakan fiksi bukan realitas mutlak. 12

13 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. Fudyartanta, K., (2012). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 13

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

ZHAFRAN FADHIL DAMARA ( ) ANNISA WIDYA SARI ( MUH. RAHMAT FAHREZA ( )

ZHAFRAN FADHIL DAMARA ( ) ANNISA WIDYA SARI ( MUH. RAHMAT FAHREZA ( ) TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER (INTI TEORI, STRUKTUR KEPRIBADIAN DAN DINAMIKA KEPRIBADIAN) ZHAFRAN FADHIL DAMARA (1471042015) ANNISA WIDYA SARI (14710420 MUH. RAHMAT FAHREZA (1371041032) FAKULTAS

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER

PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER BIOGRAFI SINGKAT Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 9 Pebruari 1870, Dia menyelesaikan studinya dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895.

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A

MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung. Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A Disusun oleh : Bagas Rizal Firmansyah ( 1707016076 ) Dwi Uji Astuti ( 1707016052 ) Khoirurrozikin

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan anak yang sakit-sakitan.

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77 BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Untung Subroto et al. Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta

Lebih terperinci

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA Sukses tidaknya kegiatan ekstrakurikuler OR di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi pelatih, peserta didik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan bisa merasakan dicintai atau tidak oleh orang tuanya. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1 KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS TIU : Agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai serta teori-teori psikologi 1 Hakekat Psikologi Kepribadian 1. Macam-macam istilah Psikologi Kepribadian pengertian watak, tempe ramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

ALFRED ADLER PSIKOLOGI INDIVIDUAL

ALFRED ADLER PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ADLER PSIKOLOGI INDIVIDUAL (1870-1937) Latar belakang ALFRED ADLER Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Februari 1870 di Viena (Austria) dan wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dimulai dari keluargalah karakter seseorang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan sifat yang sejatinya dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan kecil sampai kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang memiliki fungsi sebagai peletak

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kepribadian G-Dragon atau Kwon Ji Young yang tercermin dalam lirik lagu

BAB IV KESIMPULAN. Kepribadian G-Dragon atau Kwon Ji Young yang tercermin dalam lirik lagu BAB IV KESIMPULAN Dalam penelitian lirik lagu karya G-Dragon pada tahun 2012 sampai 2013 kali ini dapat dilihat kepribadian yang tercermin sang pencipta lirik lagu tersebut. Kepribadian G-Dragon atau Kwon

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis: Kursus ini akan membincangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog* BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog* Tidak ada yang benar bagi seorang paranoid. Melihat orang tersenyum; seolah mengejek dirinya, mendengar orang saling bercakap

Lebih terperinci

BAB I. 1. Untuk apa buku ini diciptakan?

BAB I. 1. Untuk apa buku ini diciptakan? BAB I 1. Untuk apa buku ini diciptakan? Sejarah sudah banyak mencatat bagaimana para pria mencapai prestasi terbesar mereka ketika memperoleh dukungan dari istri mereka. Napoleon Bonaparte adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia yang bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi

Lebih terperinci

Minggu-12. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1)

Minggu-12. Product Knowledge and Price Concepts. Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1) Product Knowledge and Price Concepts Minggu-12 Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Produk Dan Penetapan Harga (1) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena melahirkan bayinya (Nolan, 2010, hal. 135).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena melahirkan bayinya (Nolan, 2010, hal. 135). 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan bukanlah suatu penyakit. Mempunyai bayi adalah kodrat wanita, dan selalu menjadi bagian hidup perempuan. Kebanyakan wanita menginginkan hal

Lebih terperinci

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MODUL 3 MEMPENGARUHI & MEMBANGUN TEAM A. SUB POKOK BAHASAN Komunikasi Efektif untuk Mempengaruhi dan Membangun Team B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan

Lebih terperinci

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI PPB-FIP FIP-UPI PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL KONDISI ATAU KEADAAN MENTAL YANG SEHAT SERTA TERWUJUDNYA KEHARMONISAN YANG SUNGGUH- SUNGGUH ANTARA FUNGSI JIWA UNTUK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN 1. Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai keinginannya. Perkembangan kemandirian merupakan bagian penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sifat Pemalu Menurut Prayitno (2004:208) bahwa malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak

Lebih terperinci

keakraban dan empati yang demikian berpusat pada semangat saling berbagi, dimana keseluruhan jajaran kepersonaliaan saling memperoleh kegunaan dan man

keakraban dan empati yang demikian berpusat pada semangat saling berbagi, dimana keseluruhan jajaran kepersonaliaan saling memperoleh kegunaan dan man Kepemimpinan Empati Diantara ribuan sukses Robert Eaton yang telah diraih, maka langkah pertama yang diambil ketika ia menggantikan Iacocca di perusahaan otomotif Chrysler, membentuk Senior Management

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG

IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG IDENTIFIKASI TINGKAH LAKU SALAH SUAI REMAJA MELALUI PENDEKATAN KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL DI SMKN 4 PADANG Lian Anella 1, Rahma Wira Nita 2, Ryan Hidayat Rafiola 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas

Lebih terperinci

BAB III. Perbedaan individual

BAB III. Perbedaan individual BAB III Perbedaan individual aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id Tujuan Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan individual yang ada pada siswa meliputi : Perbedaan gender Kemampuan Kepribadian Gaya belajar Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci