II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1. Nitrogen dalam Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA Nitrogen merupakan unsur yang banyak mendapat perhatian dan masih terus diteliti, karena merupakan unsur hara penentu utama produksi, dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Unsur ini mudah hilang dari tanah dan jumlahnya di dalam tanah rendah (Leiwakabessy, 1988). Nitrogen dalam tanah dibagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk N-inorganik dan N-organik. Bentuk N-organik adalah bentuk yang terbanyak seperti asamasam amino, protein, gula amino, senyawa kompleks yang sukar ditentukan, dan lain-lain. Sedangkan bentuk N-inorganik seperti ammonium (NH + 4 ) dan nitrat (NO - 3 ) yang merupakan bentuk tersedia bagi tanaman, serta nitrit (NO - 2 ), oksida nitrous (N 2 O), oksida nitrit (NO), dan gas N 2 (Leiwakabessy, 1988). Menurut Leiwakabessy (1988), sebagian besar nitrogen dalam tanah berada dalam bentuk N-organik. Untuk menjadi tersedia bagi tanaman, senyawa N-organik ini harus mengalami dekomposisi menjadi N-inorganik. Proses dekomposisi ini terdiri dari tiga tahap : aminisasi (transformasi protein menjadi asam amino), amonifikasi (transformasi asam amino menjadi ammonium), dan nitrifikasi (transformasi ammonium menjadi nitrat) Permasalahan Pupuk Nitrogen Kehilangan nitrogen dalam tanah terutama karena denitrifikasi, volatilisasi, penguraian, pencucian dan diserap oleh tanaman (Sanchez, 1979 : Tisdale et al.,1985). Sedangkan imobilisasi dan fiksasi NH + 4 tidak menyebabkan kehilangan nitrogen dari tanah tetapi membuat nitrogen untuk sementara waktu tidak tersedia bagi tanaman.

2 Nitrogen yang hilang melalui proses volatilisasi merupakan transformasi NH + 4 menjadi NH 3 yang selanjutnya menguap ke atmosfer bila tanah kering. Selain itu dalam Soepardi (1983) mengemukakan bahwa reduksi nitrat atau nitrit oleh mikroorganisme menjadi senyawa gas merupakan tipe utama kehilangan N melalui volatilisasi. Volatilisasi dapat terjadi pada urea atau sumber amonium lainnya (Sanchez, 1979). Kehilangan nitrogen melalui proses pencucian pada umumnya dalam bentuk nitrat (Black, 1973). Bentuk NO - 3 ini sangat mudah tercuci karena selalu dalam keadaaan larut dalam tanah, tidak terikat dan tidak dapat membentuk - senyawa sukar larut. Menurut Buckman dan Brady (1969), hilangnya bentuk NO 3 dari pupuk maupun dari hasil-hasil nitrifikasi melalui 4 hal, yaitu (1) digunakan oleh jasad renik, (2) digunakan tanaman, (3) terbawa air drainase keluar petakan, dan (4) hilang ke atmosfer dalam bentuk gas. Denitrifikasi Dekomposisi nitrat dalam keadaan anaerobik menjadi N 2, N 2 O, NO, dan NO 2 merupakan potensi kehilangan N pada tanah-tanah sawah. Kehilangan N melalui cara ini bisa lebih dari 20 % ( Leiwakabessy dan Sutandi, 1992). Menurut Leiwakabessy (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi besar dan laju denitrifikasi yaitu : jumlah dan sifat bahan organik, kadar air tanah, aerasi, ph tanah, suhu, serta kadar dan bentuk N organik dalam tanah.

3 Volatilisasi NH 3 Pupuk-pupuk NH 3 dan urea dapat melepaskan NH 3 dan menguap. Pelepasan dari pupuk urea yang dberikan dapat mencapai 10-15% (Leiwakabessy dan Sutandi, 1992). Volatilisasi amonia dari pupuk yang diberikan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tanah (ph, kadar CaCO 3, KTK, kation-kation dapat dipertukarkan, tekstur), suhu, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dosis pupuk, dan dalamnya penempatan. Penguapan amonia ternyata meningkat dengan meningkatnya ph, kadar CaCO 3, suhu dan taraf pupuk yang diberikan. Sedangkan faktor-faktor lain yang disebutkan, pengaruhnya berlawanan (Leiwakabessy, 1988). Nitrogen yang hilang dari pupuk yang diberikan meningkat dengan menurunnya KTK tanah (IRRI, 1982). Sementara itu De Datta (1981) menyebutkan bahwa dalam keadaan ph lebih rendah dari ph netral, hilangnya nitrogen melalui volatilisasi relatif sangat kecil, sedangkan pada ph tinggi hilangnya nitrogen dengan cara ini mempunyai arti yang penting dan mempengaruhi produksi. Hilangnya nitrogen melalui volatilisasi dapat dikurangi dengan cara membenamkan pupuk pada lapisan lumpur yang agak dalam. Nitrogen yang hilang melalui volatilsasi dari pupuk yang diberikan di permukaan selalu lebih tinggi daripada pupuk yang diberikan secara sebar dan kemudian dibenamkan. Selain itu juga dapat dikurangi dengan menggunakan pupuk tersedia lambat (slow release) dan pupuk sebaiknya diberikan pada saat tanaman sudah berakar banyak karena pupuk nitrogen yang diberikan dapat langsung diambil tanaman (De Datta, 1981 dan IRRI, 1982).

4 Pencucian Semua nitrat larut dalam larutan tanah dan akan segera terbawa oleh air yang bergerak ke lapisan bawah dan masuk ke air tanah dan hilang melalui saluran, sungai, ataupun ke lapisan air tanah yang lebih dalam. Ion ammonium lebih sedikit tercuci tergantung dari retensi tanah dan jumlah kounter ion dalam larutan tanah. Kehilangan N melalui cara ini di daerah tropika basah sangat besar (Leiwakabessy dan Sutandi, 1992). Nitrogen ammonium lebih sedikit tercuci dari tanah dibandingkan nitrogen nitrat karena ammonium teradsorpsi pada kompleks pertukaran kation. Kehilangan nitrogen melalui pencucian terjadi terutama pada tanah yang bertekstur kasar dengan kapasitas tukar kation yang rendah. Pada tanah-tanah yang sumber muatan negatif utama dari senyawa organik dibanding anorganik, ion ammonium dapat juga tercuci melalui air perkolasi (Horada dan Katsuma, 1955 dalam De Datta, 1981). Imobilisasi Proses imobilisasi dan mineralisasi nitrogen dalam tanah oleh aktivitas mikroba terjadi secara terus menerus. Imobilisasi nitrogen organik oleh mikroorganisme akan cepat jika perkembangan sel mikroorganisme aktif dan lambat bila aktivitas mikroba rendah (De Datta, 1981). Faktor-faktor yang mempengaruhi imobilisasi yaitu regim kelembaban, temperatur tanah, jenis dan jumlah bahan organik. Selain itu juga dipengaruhi oleh jumlah nitrogen yang diberikan dan nitrifikasi (De Datta, 1981).

5 Dari hasil studi IRRI dilaporkan bahwa imobilisasi nitrogen ialah sekitar 20% dari nitrogen yang ditambahkan pada tanah sawah Filipina. Angka ini akan bervariasi pada tanah-tanah yang berbeda (Yoshida dan Padre, 1975) Zeolit Zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat hidrat yang berasal dari batuan beku atau tufa vulkanik. Batuan ini berwarna abuabu sampai kebiru-biruan. Para ahli mineralogi menyatakan zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami di antaranya: Natrolit, Thomsonit, Analit, Hendalit, Clinoptilotit dan Mordernit (Suwardi et al., 1995). Sifat fisik zeolit meliputi kerapatan isi, warna, kadar air, volume rongga, dan kekerasan. Kerapatan isi atau bobot isi zeolit lebih kecil dibandingkan dengan mineral golongan silikat lainnya, yaitu berkisar antara 1,9 2,4 g/cm 3. Menurut Winarna dan Sutarta (2005), zeolit memiliki pori berukuran 2Å- 12Å dan dapat terisi molekul air dengan volume 20-30% dari total volume mineral zeolit. Keadaan ini menyebabkan zeolit mudah menahan air dan melepaskannya pada proses timbal balik adsorbsi dan dehidrasi. Di samping itu, zeolit memiliki muatan listrik negatif baik di permukan maupun dalam porinya dan umumnya memiliki nilai KTK berkisar me/100g (bahkan dapat mencapai 545 me/100g ), sehingga dapat berperan sebagai penukar kation (khususnya kation yang berdiameter lebih kecil dari diameter pori zeolit), pengadsorbsi dan sebagai katalis. Luas permukaan zeolit diperkirakan sebesar 900 m 2 /g.

6 Peranan Mineral Zeolit Penelitian mengenai prospek pemanfaatan mineral zeolit untuk pertanian dan pengolahan air telah banyak dilakukan di Jepang dan Amerika Serikat dengan hasil yang memuaskan. Pemanfaatan untuk kedua hal diatas adalah berdasarkan sifat hidratasi, penyerapan dan pertukaran ion (Suyartono, 1986). Penggunaan mineral zeolit di bidang pertanian telah dimulai di Jepang pada tahun 1960 dengan menggunakan bubuk batuan zeolit untuk meningkatkan ph-tanah pada tanah vulkanik masam dan untuk meningkatkan retensi nitrogen pada tanah sawah (Mumpton, 1984). Selain itu, Harjanto (1987) mengemukakan bahwa mineral zeolit di Jepang juga dipergunakan untuk menjaga kelembaban tanah (Soil Conditioner). Pemberian mineral zeolit untuk meningkatkan produktivitas tanah-tanah pertanian telah memberi pengaruh nyata terhadap kenaikan produksi tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Dalam kapasitasnya sebagai penukar kation dan pengatur pelepasan pupuk, zeolit telah banyak mendapat perhatian untuk diaplikasikan dalam bidang pertanian. Bachrein (2001) menyatakan bahwa pemberian zeolit takaran kg/ha yang dikombinasikan dengan urea, SP-36, dan KCl dengan takaran rekomendasi ( kg/ha) dapat meningkatkan produksi padi pada lahan sawah Grumosol Bandung dan Cianjur, serta tanah aluvial Karawang dari rerata 5,8 ton/ha (tanpa zeolit) menjadi 6,4-7,1 ton/ha tergantung takaran zeolit. Berdasarkan atas keuntungan yang diperoleh ternyata tingkat efisiensi tertinggi diperoleh dengan takaran 200 kg/ha, yaitu rerata 44,5% lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa zeolit.

7 Pemberian zeolit pada tanaman padi menurut Suwardi (2002) dapat berpengaruh pada lambatnya pertumbuhan vegetatif padi tetapi dengan kondisi vegetatif yang lebih baik dan mempunyai jumlah anakan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian zeolit. Suwardi (2002) menyatakan bahwa zeolit tidak banyak mengandung unsur hara kecuali kalium. Oleh karena itu, agar memberikan hasil lebih besar, zeolit perlu diberikan dalam bentuk campuran dengan bahan lain. Pernyataan ini memperkuat penelitian Suwardi (1998) yang menyatakan bahwa pencampuran zeolit dengan pupuk nitrogen dan kemudian dibuat bentuk tablet terbukti dapat meningkatkan produksi padi. Mineral zeolit dalam bidang pertanian juga digunakan sebagai pengontrol dalam pelepasan ion-ion NH + 4 dan K + dari pupuk yang diberikan ke dalam tanah, penangkap logam berat dari air limbah yang dipakai untuk pertanian dan sebagai pemantap tanah (Mumpton, 1984). Penggunaan mineral zeolit dalam bidang lainnya, antara lain : sebagai bahan tambahan makanan ternak, mencegah penyakit dan kematian ikan, tambahan makanan ikan, bahan pengawet untuk mengawetkan sayuran dan buahbuahan, pengawet ikan dan daging, penyerap bau dan warna dalam industri gula (Astiana dan Wiradinata, 1989) Morfologi dan Budidaya Padi Sawah Menurut De Datta (1981) klasifikasi tanaman padi (Oryza sativa L) sebagai famili Graminae dan genus Oryza. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yaitu organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif).

8 Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun. Organ generatif terdiri dari malai, gabah, dan bunga (Grist, 1975 ; Ismunadji dan Manurung, 1988). Menurut Grist (1975) dan De Datta (1981) pertumbuhan tanaman padi dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : 1. Fase vegetatif aktif, mulai dari awal pertumbuhan sampai jumlah anakan maksimum. Selama fase ini jumlah anakan meningkat pesat, juga tinggi tanaman dan bobot jerami. 2. Fase vegetatif lambat, dimulai dari jumlah anakan maksimum sampai tahap inisiasi malai. Jumlah anakan menurun, tinggi tanaman dan bobot jerami meningkat tetapi tidak secepat fase vegetatif aktif. 3. Fase reproduktif, mulai dari tahap inisiasi malai sampai pembungaan. Ada tiga tahap perkembangan pada fase reproduktif ini yaitu (a) bunting, (b) munculnya ujung malai dari pelepah daun bendera (heading), (c) mekarnya bunga. 4. Fase pemasakan, mulai tahap berbunga sampai masak penuh. Tanaman padi menyerap N pada waktu tanaman tumbuh aktif tetapi tidak selalu pada tingkat kebutuhan yang sama. Nitrogen yang diserap tiap hari per satuan tanaman maksimum pada saat muda dan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya umur tanaman. Penyediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persediaan nitrogen sedikit maka hanya sebagian kecil dari hasil fotosintesis yang dirubah menjadi protein dan sisanya diendapkan. Pengendapan karbohidrat menyebakan sel-sel vegetatif tanaman menebal. Apabila persediaan N cukup maka sedikit sekali yang mengendap karena sebagian besar dirubah

9 menjadi protein sehingga banyak protoplasma yang terbentuk. Jika N yang diberikan terlalu banyak, tanaman biasanya mempunyai kadar air tinggi di dalam sel vegetatif yang mengakibatkan tanaman tidak resisten terhadap serangan hama dan penyakit (Anonim, 1991) Urea Lepas Lambat Pupuk urea yang diberikan pada tanah sawah mudah hilang. Besarnya kehilangan urea pada tanah-tanah sawah di Indonesia diperkirakan mencapai 70% sampai 80%. Usaha membendung kerugian akibat kehilangan dalam pemupukan padi sawah ditempuh dengan berbagai cara antara lain perbaikan cara-cara pemupukan dan penciptaan pupuk yang lambat melepaskan nitrogen. Cara pemupukan yang dianjurkan untuk menekan kehilangan unsur nitrogen ialah penebaran merata di sawah, jumlahnya dibagi dan ditebarkan sesuai masa pertumbuhan padi serta diusahakan pupuk terbenam di lapisan tanah (reduction zone). Sedangkan pupuk urea yang termasuk lambat melepaskan kandungan nitrogennya dan mempunyai masa depan yang baik ialah pupuk urea yang dilapisi sulfur dan disebut Sulphur Coated Urea (SCU). Urea yang dijadikan bahan utama ialah urea granul (urea gelintiran) yang berukuran lebih besar dari urea butiran (urea pril). Berat urea butiran kira-kira 0,0035 gram/ butir dan urea granul ± 0,01g/granul. Ukuran besar butir urea granul mudah diatur dalam proses produksi, sehingga besar butir dapat disesuaikan dengan keperluan. Fleksibilitas ini merupakan salah satu daya tarik dari pembuatan urea granul. Selanjutnya, usaha menciptakan pupuk urea yang lambat melepaskan nitrogen tidak berhenti begitu saja. Baru-baru ini telah diciptakan bentuk pupuk

10 urea yang lambat dalam formula yang berbeda. Pupuk urea tersebut dikombinasikan dengan bahan mineral alami yaitu zeolit dan bentuk pupuknya tetap dalam bentuk granul karena lebih sesuai daripada pril (BPPT, 2006) Mekanisme Slow Release Fertilizer Pupuk urea memiliki sifat higroskopis. Ketika pupuk urea diberikan ke dalam tanah, terjadi proses hidrolisis urea dengan cepat. Segera setelah itu, urea terurai menjadi amonium. Proses selanjutnya, jika tidak menguap karena evaporasi, amonium diubah menjadi nitrat dan bentuk yang lebih tereduksi lagi (seperti ; nitrit (NO 2 ), oksida nitrit (NO), oksida nitrous (N 2 O) dan unsur nitrogen bebas (N 2 )). Bentuk-bentuk ini mudah menguap dan mudah hilang tercuci aliran permukaan. Zeolit memiliki KTK yang tinggi, yang berguna sebagai pengadsorpsi dan pengikat dan penukar kation, karena memiliki KTK yang tinggi maka semakin banyak jumlah kisi-kisi pertukaran di dalam zeolit, sehingga semakin banyak jumlah NH + 4 yang berasal dari formula SRF dan pupuk urea yangtelah mengalami hidrolisis menjadi amonium dapat dijerap oleh kisi-kisinya. Penjerapan NH + 4 ini di dalam rongga / kisis-kisi zeolit, hanya bersifat sementara dan dengan mudah akan diberikan kepada tanaman pada saat diperlukan (Suwardi, 1991). Berdasarkan sifat pertukaran kation yang tinggi, zeolit dapat mengikat dan menyimpan sementara unsur-unsur hara dalam tanah kemudian melepaskan kembali ke tanah saat tanaman membutuhkan khususnya N karena sifat selektivitas adsorbsi zeolit yang tinggi terhadap ion amonium. Kemampuan zeolit dalam menyerap ion amonium, menghambat perubahan amonium menjadi nitrat sehingga kehilangan N dalam bentuk nitrat yang mudah tercuci air hujan dapat

11 ditekan. Jika kadar N dalam larutan tanah berkurang, N yang diadsorbsi oleh zeolit akan dilepaskan secara perlahan untuk keperluan tanaman (Suwardi, 2002). Amonium yang dijerap zeolit tidak segera dilepaskan ke dalam tanah selama kelarutan N di dalam tanah masih tinggi. Setelah kelarutan N di dalam tanah menurun, baru amonium yang terjerap dalam zeolit dilepaskan ke dalam tanah. Hal ini sangat baik untuk menjaga ketersediaan N secara kontinyu bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk UZA dan Pupuk Urea Pril Ditinjau dari Laju Konsentrasi Amonium dan Nitrat yang Terbentuk Perbandingan laju pelepasan nitrogen dari pupuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL ZEOLIT VI Bandung. 2-4 November 2009

PROSIDING SEMINAR NASIONAL ZEOLIT VI Bandung. 2-4 November 2009 ISBN 978-602-96414-0-0 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ZEOLIT VI Bandung. 2-4 November 2009 Editor : I. G. Ngurah Ardha, Pramusanto, Trisna Soenara, Tendi Suhendi Suwardi, Yateman Ariyanto, Siti Amini, Husaini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman yang banyak mengonsumsi pupuk, terutama pupuk nitrogen (N) adalah tanaman padi sawah, yaitu sebanyak 72 % dan 13 % untuk palawija (Agency for Agricultural Research

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Dinamika unsur N pada berbagai sistem pengelolaan padi sawah tanah Inseptisol, Jakenan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Dinamika unsur N pada berbagai sistem pengelolaan padi sawah tanah Inseptisol, Jakenan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Dinamika Unsur Hara pada Berbagai Sistem Pengelolaan Padi Sawah 4.1.1. Dinamika unsur N Gambar 12 menunjukkan dinamika unsur nitrogen di dalam tanah pada berbagai sistem pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di 1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Gogo Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi tanaman padi secara lengkap menurut Tjitrosoepomo, (1994) adalah sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya padi gogo dilahan kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya padi gogo dilahan kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Gogo Budidaya padi gogo dilahan kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo dan ladang. Padi gogo adalah padi yang diusahakan ditanah tegalan kering secara menetap,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

Lestari Alamku, Produktif Lahanku KOMPOS ORGANIK GRANULAR NITROGEN Reaksi nitrogen sebagai pupuk mengalami reaksirekasi sama seperti nitrogen yang dibebaskan oleh proses biokimia dari sisa tanaman. Bentuk pupuk nitrogen akan dijumpai dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu dari program intensifikasi pertanian adalah pemupukan. Pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk kimia. Dalam memproduksi pupuk kimia dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah Vertisol. Vertisol atau Grumosol merupakan tanah yang berwarna abu-abu gelap

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah Vertisol. Vertisol atau Grumosol merupakan tanah yang berwarna abu-abu gelap I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Vertisol Vertisol atau Grumosol merupakan tanah yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman dengan tektur liat, mempunyai slickenside dan rekahan yang secara periodik dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PEMUPUKAN PADI. Pemupukan padi adalah kegiatan penambahan nutrisi tanaman sesuai kebutuhan dan target hasil yang realistis.

PEMUPUKAN PADI. Pemupukan padi adalah kegiatan penambahan nutrisi tanaman sesuai kebutuhan dan target hasil yang realistis. PEMUPUKAN PADI A.DEFINISI Pemupukan padi adalah kegiatan penambahan nutrisi tanaman sesuai kebutuhan dan target hasil yang realistis. B. TUJUAN Setelah berlatih peserta dapat: 1. Menentukan dosis pemupukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencernaan Nitrogen di Rumen Nitrogen merupakan senyawa yang penting bagi ternak ruminansia. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian tentang pengaruh penstabil N, pupuk P, dan kapur pada. mineralisasi N dalam budidaya padi (Oryza sativa)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian tentang pengaruh penstabil N, pupuk P, dan kapur pada. mineralisasi N dalam budidaya padi (Oryza sativa) I. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian tentang pengaruh penstabil N, pupuk P, dan kapur pada mineralisasi N dalam budidaya padi (Oryza sativa) di tanah Vertisol yang dilakukan pada bulan Februari sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar yang cukup besar. Komoditas ini diminati oleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut terdiri dari akar primer yang muncul ketika benih berkecambah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media tumbuh dan berkembang suatu tanaman. Macam tanah yang ada di Indonesia seperti Gambut (Organosol), Latosol,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci Analisis kompos kotoran kelinci dilakukan untuk mengetahui kandungan kompos dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

PERANAN ZEOLIT DALAM PELEPASAN NITROGEN DARI PUPUK TERSEDIA LAMBAT (SLOW RELEASE FERTILIZERS) NURUL HIKMAH A

PERANAN ZEOLIT DALAM PELEPASAN NITROGEN DARI PUPUK TERSEDIA LAMBAT (SLOW RELEASE FERTILIZERS) NURUL HIKMAH A PERANAN ZEOLIT DALAM PELEPASAN NITROGEN DARI PUPUK TERSEDIA LAMBAT (SLOW RELEASE FERTILIZERS) NURUL HIKMAH A.24101097 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa

Lebih terperinci

Menurut Abdurachman dkk (2008) umumnya lahan kering memiliki

Menurut Abdurachman dkk (2008) umumnya lahan kering memiliki TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Inceptisols tersebar luas di Indonesia yaitu sekitar 40,8 juta ha. Menurut data Puslitbangtanak (2000) di Sumatera Utara bahwa luasan lahan kering masa m mencapai 4,1juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledone, ordo graminae, familia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledone, ordo graminae, familia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jagung Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays L. (Insidewinme, 2007 dalam Rosalyne, 2010). Jagung

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. akibat reduksi besi-feri (Fe-III) menjadi besi-fero (Fe-II). Akan tetapi pada tanah

TINJAUAN PUSTAKA. akibat reduksi besi-feri (Fe-III) menjadi besi-fero (Fe-II). Akan tetapi pada tanah TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit buni, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi (Sofyan dkk., 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi (Sofyan dkk., 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Sawah Sawah adalah lahan pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Nitrogen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Nitrogen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nitrogen Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman, sehingga bila kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Menurut Sanchez

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian tergolong agak masam dengan ph 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu masih dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya tanah-tanah mineral di daerah tropika basah kekurangan unsur hara, seperti nitrogen dan fosfor, dan mengandung bahan organik tanah rendah. Nitrogen adalah

Lebih terperinci