BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja yang handal dan berkualitas, pembangunan nasional Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera sebagaimana yang dikandung dalam nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Berbicara tentang pembangunan nasional maka hal itu erat kaitannya terhadap berbagai bidang kehidupan yang bersinggungan dengan aspek hubungan sosial, ekonomi dan budaya yang harus taat dengan hukum. Tatanan hubungan tersebut menciptakan sebuah hak dan kewajiban yang berlandaskan nilai dan norma yang berkembang pada masyarakat itu sendiri, tetapi haruslah sesuai dengan roh yang terkandung dalam budaya kehidupan berlandaskan masyarakat Pancasila. Secara garis besarnya, tujuan utama dari pembangunan masyarakat ini ialah mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera kepada seluruh rakyat termasuk didalamnya tenaga kerja. Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 secara tegas menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini berarti setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak demi mensejahterakan

2 kehidupannya sebagai warga negara yang dilindungi oleh negara. Dalam rangka mencapai kesejahteraan penghidupan yang layak tersebut maka setiap orang haruslah memiliki pekerjaan dan bekerja sesuai dengan keinginan dan kemampuannya, yang kemudian memperoleh upah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun upah tersebut belumlah dapat menjadi tolak ukur penghidupan yang layak tanpa pemberian jaminan sosial oleh negara. Kehadiran UndangUndangNomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja beserta peraturan pelaksanaannya telah menunjukkan era baru bagi perlindungan tenaga kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja yang berdampak kepada peningkatan produktivitas kerja secara nasional.undangundang Nomor 3 Tahun 1992 menegaskan bahwa Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) merupakan hak bagi setiap tenaga kerja dan merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan (Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 ayat1). Pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja juga diatur dalam UndangUndang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk mengikuti program jaminan sosial tenaga kerja. Program jaminan sosial memberikan perlindungan dasar, untuk menjaga serta meningkatkan harkat dan martabat harga diri tenaga kerja dalam mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materiil maupun spiritual. Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari

3 terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/ atau membutuhkan perawatan medis. 1 Hampir secara universal jaminan sosial dapat diterima sebagai program pengetasan kemiskinan maupun pencegah kemiskinan, sehingga tidak kurang dari 145 negara memiliki sekurang-kurangnya satu dari program jaminan sosial, bahkan betapa pentingnya program ini hingga kategori jaminan sosial tersebut juga dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB (1948). Dalam arti luas, istilah jaminan sosial atau social security mencakup berbagai instrumen publik yang memberikan kemanfaatan tunai (cash benefit) atau kemanfaatan kebutuhan (in kind benefits) atau kedua-duanya, dalam hal 1. Pertama, kemampuan bekerja/berpenghasilan seseorang. a. Terhenti selama-lamanya, karena hari tua, cacat tetap total, atau meninggal dunia. b. Terganggu, oleh ketidakmampuan bekerja sementara, cacat tetap sebagian. c. Dibebani biaya, seperti perawatan sakit, kehamilam dan persalinan. 2. Kedua, memerlukan pelayanan medis bagi diri dan keluarganya. 2 : 1 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press,Medan, 2010, hal Sentanoe Kertonegoro, Prinsip dan Praktek Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT. Jamsostek (Persero), Jakarta, 2007, hal. 4.

4 3. Ketiga, memelihara anak-anak. Saat ini terdapat 4 (empat) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia yakni, PT. Jamsostek (Persero), PT. Taspen (Persero), PT. Askes (Persero), dan PT. Asabri (Persero). Kelompok Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan TNI/Polri, wajib disertakan sebagai anggota Taspen dan Asabri yang perlindungannya meliputi program kesehatan dan pensiun,sedangkan para pekerja atau pegawai di sektor lainnya seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan milik swasta nasional atau asing diwajibkan dalam program Jamsostek. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah mempercayakan PT. Jamsostek (Persero) sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang berplat merah untuk menjadi badan pelaksana program jaminan sosial di Indonesia yang harus berusaha dan bermitra bersama dengan berbagai pihak antara lain; pemerintah pusat dan daerah maupun organisasi pengusaha dan pekerja serta berbagai pihak lainnya untuk meningkatkan serta memperluas jaringan perlindungan dan pelayanan terhadap tenaga kerja peserta program Jamsostek sehingga kehadirannya dapat mendukung visinya menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya. Pengaturan sistem penyelenggaran jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam UndangUndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja secara tegas dinyatakan pada Pasal 3 Ayat (1) yaitu :

5 Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Mekanisme asuransi yang dilaksanakan dalam program Jamsostek adalah Asuransi sosial (social insurance), dengan menggunakan metode risiko hubungan kerja dimana kemanfaatan atau jaminannya didasarkan atas masa kerja atau kepesertaan dalam sistem ini. Jaminan tersebut bisa berupa santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan presentase penghasilan, berupa pelayanan (medis) atau kemanfaatan lain (obat-obatan). Pembiayaannya berasal dari iuran oleh tenaga kerja, pengusaha atau keduanya yang dikelola oleh badan publik. 3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bahwa perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar total upah paling sedikit Rp (satu juta rupiah) per bulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Kategori perusahaan diatas termasuk yayasan, badan, lembaga ilmiah serta badan usaha lainnya dengan nama apapun yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan tenaga kerja. Dengan demikian berarti pengaturan perlindungan ini diberlakukan terhadap tenaga kerja yang memiliki hubungan kerja dengan unsur adanya perintah, upah dan pekerjaan yang akan dilaksanakan bersifat mengikat. Sedangkan payung hukum jaminan sosial Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 Ibid, hal. 8.

6 Republik Indonesia Nomor : Per-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Yang Melakukan Pekerjaan Diluar Hubungan Kerja. Tenaga kerja di luar hubungan kerja merupakan setiap tenaga kerja yang melakukan kegiatan ekonomi tanpa dibantu orang lain, berusaha pada usaha-usaha ekonomi informal berskala mikro modal kecil, tempat usaha yang tidak tetap, kelangsungan usaha tidak terjamin, jam kerja tidak teratur tetapi menghasilkan barang atau jasa sebagaimana lazimnya tenaga kerja lainnya. Jumlah Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) di Indonesia seperti pedagang kaki lima, nelayan, tukang becak dan petani serta pekerja lainnya sangatlah besar, dan mereka juga membutuhkan jaminan sosial terhadap diri dan keluarga, namun memiliki keterbatasan untuk membayar iuran karena penghasilan yang tidak teratur dan sangatlah bergantung pada penghasilan harian sehingga mereka mendapatkan kesulitan dalam hal pembiayaan jaminan sosial. Di sisi lain, urusan pendaftaran kepesertaan Jamsostek secara umum bagi tenaga kerja sektor formal telah ditangani langsung oleh personalia perusahaan atau langsung pengusaha itu sendiri kepada badan penyelenggara, namun bagi Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) memiliki keterbatasan dalam urusan pendaftaran maupun pembayaran iuran Jamsostek seperti mendaftar, mengurus dan membayar iuran sendiri langsung ke PT. Jamsostek (Persero) sehingga diperlukan penanggung jawab wadah/kelompok yang bekerjasama dengan PT. Jamsostek (Persero) sesuai lokasi kantor cabang dan tempat tinggal tenaga kerja.

7 Dalam penanganan Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) antara wadah dan badan penyelenggara diperlukan adanya suatu Perjanjian Kerjasama yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam memberikan perlindungan jaminan sosial itu sendiri yang tentunya harus memenuhi unsur-unsur perjanjian sebagaimana yang diamanahkan dalam KUHPerdata. Tujuan perjanjian kerjasama tersebut untuk memudahkan segala urusan PT. Jamsostek (Persero) dengan Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK- LHK) dalam hal administrasi pendaftaran, pembayaran iuran dan pengajuan jaminan/santunan program jaminan sosial tenaga kerja dan wadah tersebut mendapatkan imbalan jasa berupa uang. Berdasarkan pengamatan lapangan bahwa pada saat ini sudah berlangsung beberapa perjanjian kerjasama antara wadah Tenaga Kerja di Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) dengan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan selaku badan penyelenggara, dimana penulis merasa tertarik untuk mendalaminya dengan melakukan penelitian menyusun skripsi dengan judul, TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN DENGAN WADAH TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA (TK-LHK) BINAAN KANTOR PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN.

8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, hal yang ditinjau pada penulisan ini adalah berupa tinjauan yuridis dari perjanjian kerjasama, yaitu perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) yang menjadi binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, oleh karena itu penulis merumuskan masalah antara lain yaitu: 1. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan? 2. Sejauh mana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan saat ini? 3. Apakah pernah terjadi penyimpangan perjanjian kerjasama (Wanprestasi) antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dan seperti apa bentuk serta bagaimana kasus penyelesaiannya? 4. Bagaimana bentuk pengakhiran perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan?

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini ialah: 1. Mengetahui bentuk hak dan kewajiban dalam perjanjian kerjasamaantara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. 2. Memaparkan sejauh mana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. 3. Menganalisa bentuk potensi penyimpangan kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dan seperti apa penyelesaiannya. 4. Mempelajari proses pengakhiran suatu perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi atas 2 (dua) yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis, yaitu :

10 1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan di bidang hukum perjanjian yaitu perjanjian kerjasama dan memperkaya khasanah kepustakaan serta menjadi bahan pertimbangan bagi para akademisi untuk membuat penelitian lanjutan. 2. Secara Praktis Memberikan masukan kepada PT. Jamsostek (Persero) maupun wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) mengenai hasil penelitian perjanjian kerjasama yang dilakukan agar terjadinya keselasaran dan keefektifan pada perjanjian kerjasama tersebut. E. Metode Penelitian Metode yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk menilai baik buruknya suatu penelitan. Metode ilmiah itulah yang menetapkan alur kegiatannya, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran yang diperoleh dalam penelitian itu. 4 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Didalam 4 Tampil Anshari, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 15.

11 melakukan penelitan hukum, seorang peneliti seyogianya selalu mengkaitkannya, dengan arti-arti yang mungkin dapat diberikan pada hukum. Arti- arti tersebut, merupakan pemahaman-pemahaman yang diberikan oleh masyarakat, terhadap gejala yang dinamakan hukum, yang kemudian dijadikan suatu pegangan. 5 Didalam melakukan penelitian hukum ini haruslah menyajikan dan mengumpulkan suatu data yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Jenis penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian ini maka penulis melakukan jenis penelitian hukum normatif empiris, yaitu melakukan pendekatan dengan mempelajari serta menganalisis data sekunder berupa peraturan-peraturan hukum atau bahan-bahan hukum tertulis yang bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya yang mengenai permasalahan penelitian ini, serta menggunakan pendekatan penelitan terhadap hukum tidak tertulis atau data primer yaitu dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung dari sumbernya. Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian dilapangan Sumber Bahan Hukum 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, UI-Press,Jakarta,1984, hal Ibrahim Jonny, Teori dan Metodologi Penelitan Normatif, Bayu Media Publishing, Cetakan ketiga, Malang, 2007, hal. 39.

12 Sumber bahan hukum ini menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan tersier, yaitu : 2.1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang menjadi acuan masyarakat untuk mentaati hukum itu yang bersifat mengikat, bahanbahan hukum yang mengikat didalam penelitian ini yaitu : a) Undang Undang Dasar Tahun b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. c) UndangUndangNomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. d) UndangUndang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. e) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja kepada PT. Jamsostek (Persero) selaku perusahaan Badan Usaha Milik Negara. f) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Per-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Yang Melakukan Pekerjaan Diluar Hubungan Kerja (TK-LHK).

13 h) Ikatan Kerja Sama (IKS) Antara PT. Jamsostek (Persero) dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) tentang Pelaksanaan Kepesertaan Jamsostek Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian dan tulisan-tulisan oleh ahli hukum, dalam penelitian ini tulisan-tulisan karya ilmiah yang dipakai yaitu diantaranya buku-buku karya ilmiah tentang perjanjian, tenaga kerja, Jamsostek, dan sebagainya Bahan Hukum Tersier Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum. 3. Teknik Pengumpulan Data Jenis penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang teknik pengumpulan datanya menggunakan 2 (dua) cara, yaitu : 3.1. Penelitian Kepustakaan (library research) Penelitian ini menggunakan data-data kepustakaan yaitu berupa bacaan-bacaan hukum atau bahan hukum tertulis yang berupa data sekunder seperti dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian,

14 laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya yang mengenai permasalahan penelitian ini Penelitian Lapangan (field research) Pada penelitian ini sang peneliti langsung terjun kelapangan tempat dimana penelitian ini berlangsung yaitu PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. Penelitian lapangan ini merupakan bahan yang berupa tidak tertulis (data primer) yaitu seperti wawancara. Jadi peneliti melakukan wawancara kepada pegawai PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan untuk mendapatkan informasi tentang penelitan ini langsung dari sumbernya secara akurat. 4. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kualitatifyaitu tidak berdasarkan pada angka-angka (pengukuran) tetapi pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan yang diuraikan melalui kalimat, jadi disini memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau polapola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai polapola yang berlaku. 7 7 Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kelima, Jakarta, 2007, hal. 20.

15 F. Keaslian Penulisan Penulis menulis judul tentang TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN DENGAN WADAH TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA (TK-LHK) BINAAN KANTOR PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN. Penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir serta syarat agar dapat memperoleh gelar kesarjanaan di FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Penulis telah melakukan proses pemeriksaaan pada bagian administrasi kepustakaan Fakultas Hukum dan setelah hasil pemeriksaan tersebut belum ada satu pun penulis yang melakukan penulisan penelitan mengenai judul diatas. Penulis melakukan penulisan ini dengan asli berdasarkan diri sendiri dengan tidak melakukan plagiat atau menjimplak dari hasil penelitian orang lain, apabila terbukti maka penulis siap untuk mempertanggungjawabkannya kedepan nanti. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini yaitu menjelaskan tentang runtutan mengenai pembahasan yang dilakukan setiap babnya, penulisan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab yang ditelaah lebih mendalam menjadi lebih kecil lagi (sub bab), yaitu dapat dilihat sebagai berikut :

16 BAB I : PENDAHULUAN Bab I tentang pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematikan penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN Bab II terdiri dari pengertian perjanjian pada umumnya, hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian, bagaimana sahnya suatu perjanjian dan berakhirnya suatu perjanjian. BAB III : PROGRAM TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA (TK-LHK) JAMSOSTEK SEBAGAI OBJEK PERJANJIAN Bab III terdiri dari definisi program Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK), latar belakang perjanjian kerjasama, prosedur pembuatan perjanjian kerjasama, pembinaan serta pengendalian wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK). BAB IV : TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN WADAH TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA (TK-LHK) BINAAN KANTOR PT JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN Bab IV terdiri dari hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian kerjasama, pelaksanaan perjanjian kerjasama, bentuk penyimpangan perjanjian kerjasama serta penyelesaiannya, berakhirnya perjanjian kerjasama.

17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran dari penulis tentang penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak untuk bekerja mendapatkan imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Tenaga Kerja bisa saja mengalami risiko-risiko saat menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal ini juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mulai melaksanakan pembangunan ekonomi dalam arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun 1969. Meskipun kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya jaminan sosial ketenagakerjaan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Pada era tahun dua ribuan sistem penjaminan

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang selalu ingin dipenuhi dan manusia bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam bekerja, manusia dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN BAGI TENAGA KERJA di PT. FILAMENDO SAKTI TANGERANG Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam 1 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam sektor ketenagakerjaan ini

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam sektor ketenagakerjaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, diantaranya telah meningkatkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan Bab I Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan perekonomian suatu negara tidak terbatas, kemajuan teknologi informasi, lalu lintas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum, yakni dapat dibuat oleh penguasa yang berwenang, norma hukum dapat berupa norma hukum tertulis dan norma hukum tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup menyendiri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri menunjukkan bahwa kesempatan kerja di luar negeri lebih banyak, menurut Kementerian Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : bahwa guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial bagi seluruh rakyat. Perlindungan sosial memiliki peran strategis untuk menghadapi kerentanan (vulnerability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan orang lain karena keterbatasan modal bahkan sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan orang lain karena keterbatasan modal bahkan sebaliknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kehidupan yang serba sulit seperti saat ini, manusia harus dapat melakukan sesuatu hal agar dapat bertahan hidup, untuk itu manusia dituntut bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari berbagai bentuk pembangunan. Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal

Lebih terperinci

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memperoleh pekerjaan merupakan salah satu hak yang paling asasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memperoleh pekerjaan merupakan salah satu hak yang paling asasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memperoleh pekerjaan merupakan salah satu hak yang paling asasi yang dimiliki oleh setiap orang. Memperoleh pekerjaan yang baik akan menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang berwenang, norma hukum dapat berbentuk norma hukum tertulis maupun

Lebih terperinci

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha risiko tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT DENGAN PIHAK KETIGA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

MEHAGA BASTANTA. Keywords : Mutual Agreement, TK-LHK, Jamsostek, Agent. Pendahuluan

MEHAGA BASTANTA. Keywords : Mutual Agreement, TK-LHK, Jamsostek, Agent. Pendahuluan TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN DENGAN WADAH TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA (TK-LHK) BINAAN KANTOR PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG MEDAN MEHAGA BASTANTA

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian jamsostek..., Mega Pratiwi, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian jamsostek..., Mega Pratiwi, FH UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern, kebutuhan manusia semakin bertambah dari waktu ke waktu.pada dasarnya kebutuhan manusia dibagi 3 kelompok yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA YANG MELAKUKAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dapat dilakukan melalui penyelenggaraan negara yang bersifat demokratis dan berkedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila negara dapat memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. apabila negara dapat memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional berdasarkan pancasila dan UndangUndang Negara Republik Indonesia Tahun 945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tak lepas dari pertimbangan dari hasil pekerjaan yang didapat. Tabungan

BAB I PENDAHULUAN. juga tak lepas dari pertimbangan dari hasil pekerjaan yang didapat. Tabungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan kehidupan manusia semakin meningkat. Pekerjaan menjadi salah satu jembatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Selain memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Harian Lepas

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Harian Lepas 1 ABSTRAK Rizka Kurniaty 1, 271410142, Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo, Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Harian Lepas Di PT. Tiaka Saka Pratama Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 3 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER24/MEN/VI/2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA YANG MELAKUKAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar) dijelaskan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan 1. Mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua terpenuhi oleh pemerintah berkaitan dengan masalah kebutuhan primer dan sekunder. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut dimungkinkan dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan berlaku sejak ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan berlaku sejak ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa telah dirubah dan digantikan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang secara hukum resmi dinyatakan berlaku sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan (protection), pemajuan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan (protection), pemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pasal 27 ayat yang ke 2 Undang-undang Dasar 1945 memberikan jaminan kepada setiap warga Negara Indonesia dalam hal memperoleh pekerjaan yang layak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah penduduk yang menempati urutan nomer ke-empat dunia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah penduduk yang menempati urutan nomer ke-empat dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara dengan daya tarik yang cukup tinggi bagi industri. Murahnya upah tenaga kerja dan ketersediaan Sumber daya alam yang melimpah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan. Salah satu persoalan tersebut adalah penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat

BAB I PENDAHULUAN. perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan yang ditandai dengan perkembangan mekanisasi dan otomatisasi industri, peningkatan pengunaan sarana moneter serta perubahan keseimbangan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DALAM RANGKA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA

PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DALAM RANGKA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DALAM RANGKA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PADA PT. KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan a. Latar belakang masalah Dewasa ini peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang dan masyarakatnya sedang giat membangun. Salah satu aspek penting dari pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, di mana dunia

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada 44 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN ~ 1 ~ BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SIDENRENG RAPPANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN BADAN PELAKSANA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN PERIZINAN OLEH PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat dari gambaran Indonesia yang sangat luas dan menjadi salah satu penduduk terbanyak di dunia sudah pantas bila masyarakat Indonesia sangat membutuhkan moda transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas karyawan selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buruh mempunyai peranan yang penting dalam rangka pembangunan nasional tidak hanya dari segi pembangunan ekonomi namun juga dalam hal mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang. Dasar Tahun Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang. Dasar Tahun Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945. Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan dengan cara pembangunan disegala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ATAS KARYAWAN PT. CANTIKA MANDIRI PRATAMA DENGAN PT. JAMSOSTEK CABANG JAMBI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ATAS KARYAWAN PT. CANTIKA MANDIRI PRATAMA DENGAN PT. JAMSOSTEK CABANG JAMBI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ATAS KARYAWAN PT. CANTIKA MANDIRI PRATAMA DENGAN PT. JAMSOSTEK CABANG JAMBI Oleh : H. Abdul Hariss, S.H., M.H. Prof. Madya Dr. Rusniah Bt Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan penentuan atau pengambilan kebijakan perlu diatur atau berdasarkan hukum, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tercapai tanpa memberikan jaminan hidup kepada tenaga kerja dan keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. akan tercapai tanpa memberikan jaminan hidup kepada tenaga kerja dan keluarganya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang memiliki kepentingan terhadap orang lain, sehingga menimbulkan hubungan antara hak dan kewajiban. Setiap orang punya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI SULAWESI TENGAH Menimbang : a bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- meningkatkan produksi dan produktifitas kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

IMAM MUCHTAROM C

IMAM MUCHTAROM C TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN TENAGA KERJA WANITA DITINJAU DARI UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus: PT. Aksara Solo Pos Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM)

SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM) SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM) Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang No.1510, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Peserta Penerima Upah. Jaminan Kecelakaan Kerja. Jaminan Kematian. Jaminan Hari Tua. Tata Cara Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. ( (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 154). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci