ABSTRAK. Kata Kunci : Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Harian Lepas
|
|
- Farida Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1
2 ABSTRAK Rizka Kurniaty 1, , Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo, Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Harian Lepas Di PT. Tiaka Saka Pratama Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 3 Tahun Dibawah bimbingan Ibu Nirwan Junus, SH. MH 2 pembimbing I dan Bapak Zamroni Abdussamad, SH.MH 3 Pembimbing II. Semakin meningkatnya peran serta pekerja dalam pembangunan nasional, semakin tinggi pula resiko yang mengancam keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan tenaga kerja sehingga perlindungan hukum terhadap pekerja terutama untuk pekerja harian lepas sangatlah diperlukan, terutama bagi pekerja harian lepas yang bekerja dibidang jasa konstruksi. Pekerja harian lepas dibidang jasa konstruksi mempunyai karakter tersendiri dibandingkan tenaga kerja lainnya karena para pekerja dibidang jasa konstruksi mereka bekerja dengan menggunakan peralatan-peralatan besar sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja sangatlah tinggi. Berdasarkan pemikiran diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dalam hal perlindungan jaminan sosial tenaga kerja khususnya pekerja harian lepas yang ada di sektor jasa konstruksi. Peneliti dapat mengambil rumusan masalah ; bagaimana bentuk perlindungan yang diberikan pihak perusahaan terhadap pekerja harian lepas?, Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala para pekerja harian lepas dalam menerima jaminan sosial? Tujuannya untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perlindungan yang diberikan dan faktor-faktor yang menjadi kendala bagi pekerja untuk menerima jaminan sosial. Dengan manfaat agar bisa mengembangkan konsep pemikiran secara lebih logis sistematis dan rasional dalam permasalahan yang diangkat. Untuk menjawab permasalahan diatas penelitian yang digunakan bersifat empiris. Jenis datanya meliputi Data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan serta penelitian lapangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Tiaka Saka Pratama bahwa peraturan perundang-undangaan mengenai jaminan sosial tenaga kerja belum terealisasikan dengan baik dan seutuhnya karena belum dapat mencakup perlindungan terhadap seluruh tenaga kerja khususnya tenaga kerja harian lepas. Kata Kunci : Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Harian Lepas 1 Rizka Kurniaty, Mahasiswa Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum UNG 2 Nirwan Junus SH. MH Dosen Fakultas Hukum UNG 3 Zamroni Abdussamad SH. MH Dosen Fakultas Hukum UNG 1
3 A. Pendahuluan Pembangunan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun spiritual. Masyarakat yang adil dan makmur akan tercapai apabila negara dapat memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk mendapat pekerjaan, karena dengan bekerja bagi masyarakat saat ini dapat menopang dan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam Pasal 27 Ayat(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 disebutkan bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal ini mengandung arti setiap orang yang bekerja berhak mendapat upah yang sesuai dengan standar kebutuhan hidup dan berhak memperoleh hak-hak yang telah diatur pemerintah. Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi 2
4 seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan Salah satu syarat untuk keberhasilannya pembangunan nasional dilihat dari kualitas manusia itu sendiri. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak memiliki pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu diperoleh imbalan jasa untuk membiayai dirinya dan keluarganya. Pembangunan ketenagakerjaan adalah perluasankesempatan kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja harus merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh disemua sektor. Mengingat tenaga kerja mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Di sisi lain peran tenaga kerja juga semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang akan dihadapi maka perlu adanya perlindungan,pemeliharaaan dan peningkatan kesejahteraannya. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. 3
5 Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 butir 2 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 4 Berbagai cara yang dilakukan pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja, salah satunya penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Berhubungan dengan ketenagakerjaan, menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang telah berganti nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS KETENAGAKERJAAN) didefinisikan sebagai suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil dan bersalin. Program jaminan sosial tidak hanya di peruntukkan bagi tenaga kerja itu sendiri, akan tetapi diperuntukkan pula bagi keluarganya apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan ataupun meninggal dunia. Dalam pelaksanaanya perlindungan hukum terhadap tenaga kerja haruslah sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, khususnya perlindungan hukum bagi tenaga kerja harian lepas yang diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-150/MEN/1999 tentang 4 Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4
6 Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. 5 Masalah yang berkembang saat ini dalam pelaksanaannya banyak pekerja harian lepas tidak didaftarkan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh pengusaha/perusahaan tempat mereka bekerja. Padahal sudah jelas tercantum dalam Keputusan Menteri Nomor : KEP-150/MEN/1999 Pasal 2 menentukan setiap pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara. Para pengusaha/pihak perusahaan berdalih karena tenaga kerja harian lepas hanya tidak mempunyai ikatan kerja yang pasti. Pada umumnya hubungan pengusaha dengan pekerja harian lepas sangat berbeda karena tidak adanya kontrak dan peraturan tertulis, sehingga dapat saja merugikan para pekerja harian lepas. Permasalah ketenagakerjaan di Gorontalo terutama bagi pekerja harian lepas, ternyata masih ada para pekerja atau pekerja harian lepas yang tidak mendapat hak-haknya seperti mendapat jaminan sosial tenaga kerja. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, lebih diarahkan kepada pekerja lepas yang berada pada sektor Jasa Konstruksi. Dimana dalam sektor tersebut banyak menyerap pekerja lepas dalam jumlah yang banyak dalam mengerjakan suatu 5 Keputusan Menteri Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu 5
7 proyek atau bangunan di lapangan. Pekerja lepas yang ada dibidang jasa konstruksi dalam pekerjaannya sering menggunakan alat-alat dalam pembuatan gedung bertingkat, jalan, jembatan, dan konstruksi berskala besar lainnya. Dalam hal ini para pekerja sangat rawan mengalami kecelakaan yang dapat berakibat cacat tubuh, atau cacat seumur hidup atau bahkan hingga meninggal dunia. Maka dari itu perlunya peningkatan dan perlindungan bagi para pekerja lepas yang ada di bidang Jasa Konstruksi. Begitu pentingnya peran Jaminan sosial, khususnya bagi tenaga kerja harian lepas. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan dan perlindungan jaminan sosial tenaga kerja harian lepas yang ada di Provinsi Gorontalo kihususnya di PT. Tiaka Saka Pratama dalam perspektif UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana bentuk perlindungan yang diberikan oleh pihak perusahaan (PT. Tiaka Saka Pratama) terhadap tenaga kerja harian lepas dan Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala para pekerja lepas dalam menerima Jaminan sosial. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat empiris. Pengertian empiris itu sendiri adalah merupakan penelitian hukum yang memakai sumber 6
8 data primer, data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi. 6 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interaksional (mikro) dengan analisis kualitatif. Untuk mendapatkan data, peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang akurat melalui wawancara. Jenis data yang digunakan oleh penulis yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau dilakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait mengenai masalah yang di teliti dalam hal ini di perusahaan Jasa Konstruksi PT. TIAKA SAKA PRATAMA 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, seperti mengutip dari buku-buku, beberapa literatur, Undang- Undang, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tenaga kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja serta sumber-sumber kepustakaan lain yang mendukung Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik wawancara (Interview), yaitu dengan cara melakukan tanya jawab kepada responden yang disini bertindak sebagai Kepala Divisi Keuangan 6 7
9 namun merangkap dalam berbagai bidang di perusahaan tersebut, dan kepada pihak lain yang terkait didalamnya. 2. Teknik Observasi, yaitu dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Analisis data yang dilakukan penulis ini bersifat deskriptif, dengan cara menggambarkan dan menjelaskan yang menjadi permasalahan bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu dalam mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja. 7 C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran umum PT. Tiaka Saka Pratama PT. TIAKA SAKA PRATAMA merupakan suatu perusahaan yang diawali dengan lahirnya CV. TUNJUNG SETA pada tanggal 31 Agustus 1998, diawali dengan proyek - proyek yang ber skala kecil sebagai subkontraktor. Dan dengan adanya semangat kebersamaan antara pemegang saham dan karyawan, maka skala dan nilai pekerjaan sub - sub kontrak yang dilaksanakan semakin meningkat. Dengan tekad dan semangat untuk maju, serta tantangan yang kompetitif dalam dunia jasa konstruksi, maka kami berhasil dan sukses menangani proyek Reklamasi Pulau Tiaka di propinsi Sulawesi Tengah. Dan oleh sebab itu maka kami merubah bentuk perusahaan menjadi CV. TIAKA SAKA PRATAMA. Seiring dengan perjalanan 7 Dr. Mukti ND., Yulianto Achmad, MH. Dualisme Penelitian Hukum NORMATIF & EMPIRIS hal 183 8
10 perusahaan yang telah mengerjakan berbagai proyek, menambah pengalaman yang semakin hari semakin berarti sehingga perusahaan berkembang dan diubah bentuknya menjadi PT. TIAKA SAKA PRATAMA. Sejalan dengan berkembangnya bisnis utama di bidang jasa konstruksi, PT. TIAKA SAKA PRATAMA melaksanakan pengembangan usaha di bidang industri konstruksi berupa Concrete Ready Mix untuk mendukung usaha jasa konstruksi. PT. Tiaka Saka Pratama mempekerjakan pekerjanya terbagi atas dua divisi, yaitu divisi proyek dan divisi produksi, masing-masing divisi terdiri atas pekerja harian lepas maupun borongan. Dari penelitian yang dilakukan bahwa masih ada pekerja lepas di perusahaan tersebut belum berada dalam naungan jaminan sosial tenaga kerja. Dari penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan gambaran data jumlah pekerja harian lepas di Divisi Produksi dan Divisi Proyek dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan dilampirkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : TABEL JUMLAH PEKERJA HARIAN LEPAS DIVISI PRODUKSI No Periode / Tahun Jumlah Pekerja Harian Lepas Sumber : PT. Tiaka Saka Pratama 9
11 TABEL JUMLAH PEKERJA HARIAN LEPAS DIVISI PROYEK No Perode / Tahun Jumlah Pekerja Harian Lepas Sumber : PT. Tiaka Saka Pratama Untuk Jumlah pekerja harian lepas yang ada di divisi proyek jumlah pekerjanya terbagi-bagi atas beberapa lokasi pekerjaan proyek dalam kurun waktu setiap tahun. Dalam penelitian yang telah penulis lakukan bahwa sistem perjanjian yang dilakukan antara pihak perusahaan dengan pekerja yaitu adanya surat perjanjian yang didalamnya sudah termasuk kesepakatan-kesepakatan dan perjanjian harganya. Akan tetapi untuk pekerja lepasnya hanya sebatas pembicaraan atau kesepakatan biasa. 2. Perlindungan Yang Diberikan Oleh Pihak Perusahaan (PT. Tiaka Saka Pratama) Terhadap Tenaga Kerja Harian Lepas Tenaga kerja harian lepas dibidang jasa konstruksi merupakan tenaga kerja yang mempunyai karakter tersendiri dibandingkan dengan tenaga kerja lainnya, karena jika dilihat para pekerja harian lepas dibidang jasa konstruksi mereka bekerja dengan menggunakan peralatan-peralatan besar dan teknologi modern, sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja yang 10
12 bisa berakibat sampai pada kematian sangatlah tinggi. Untuk itu sudah sewajarnya dan sangat perlu sekali adanya Jaminan Kecelakaan kerja dan jaminan kematian bagi tenaga kerja harian lepas dibidang jasa konstruksi, dengan tujuan untuk meningkatkan kepastian dalam perlindungan secara hukum. Perlindungan hukum bagi tenaga kerja harian lepas terutama pada bidang jasa konstruksi sangat penting dalam hal melindungi para tenaga kerja dan keluarga para tenaga kerja apabila mengalami suatu kecelakaan kerja yang bisa berakibat baik cacat tubuh maupun mengalami kematian. Semakin meningkatnya peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional maka semakin meningkat pula pembangunan teknologi diberbagai sektor termasuk sektor jasa konstruksi yang dapat mengakibatkan semakin tinggi resiko yang mengancam keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan tenaga kerja sehingga sangat berhak mendapatkan perlindungan tenaga kerja. Bentuk perlindungan yang diberikan perusahaan terhadap pekerja harian lepasnya hanya berupa Upah, memfasilitasi alat-alat keamanan saat bekerja, dan untuk pekerja lepasnya apabila terjadi kecelakaan kerja ataupun sakit, hanya diberikan berupa santunan yang di cover secara keseluruhan oleh pihak perusahaan, dalam hal ini pihak perusahaan merasa lebih mampu untuk memberikan jaminan secara penuh kepada pekerjanya. 11
13 3. Faktor Faktor Yang Menjadi Kendala Para Pekerja Lepas Dalam Menerima Jaminan Sosial Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala pihak perusahaan dalam memberikan jaminan sosial yaitu : a. Kurangnya Kesadaran Pihak Perusahaan Dari analisa yang dilakukan penulis, peraturan perundang-undangan sebagaimana telah disebutkan bahwa pengusaha diwajibkan mengikutsertakan para pekerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Namun dilain pihak berdasarkan fakta yang ada dilapangan terutama di Provinsi Gorontalo masih terdapat pengusaha yang belum mendaftarakan pekerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak perusahaan PT. Tiaka Saka Pratama bahwa semua peraturan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan pada umumnya telah dipahami akan tetapi dalam implementasinya, khususnya mengenai tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu belum diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja dengan alasan bahwa Tenaga kerja harian lepas tidak mempunyai ikatan kerja yang pasti dan upah yang diberikan tidak menentu. b. Pengawasan pemerintah dalam hal ini Dinas tenaga kerja masih kurang. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan salah satu upaya penegakkan hukum ketenagakerjaan secara menyeluruh dengan guna 12
14 meniadakan ataupun memperkecil adanya pelanggaran dalam ketenagakerjaan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala seksi pengawasan tenaga kerja dinas tenaga kerja provinsi gorontalo, Bapak Syahrul mengatakan bahwa jumlah tenaga pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai sertifikasi hanya 2 orang sehingga tidak selalu dapat menjangkau perusahaan-perusahaan yang ada di Provinsi Gorontalo. Dengan terbatasnya tenaga pengawas dalam melakukan pengawasan, maka pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga kerja hanya dapat memprioritaskan pengawasannya hanya kepada beberapa perusahaan saja, dan untuk perusahaan lainnya hanya menunggu laporan keadaan perusahaan dan tenaga kerjanya secara berkala setiap tahun. c. Kebutuhan Meningkat Latar belakang kebutuhan yang semakin meningkat saat ini, maka membuat para pekerja sangat menbutuhkan pekerjaan. Adanya peluang pekerjaan dari pihak pengusaha maupun perusahaan membuat pekerja mau melakukan pekerjaan yang diberikan dan menerima aturan-aturan yang diberikan oleh pihak perusahaan seperti penerimaan upah tanpa mereka ketahui apa yang menjadi hak-hak pekerja dan perlindungan yang akan mereka terima nanti. 13
15 d. Pemahaman Pekerja Harian Lepas Kurangnya Pemahaman tenaga kerja harian lepas akan peraturan perundang-undangan. Dan kurangnya pemahaman para pekerja/buruh akan perlindungan yang seharusnya mereka dapatkan selama mereka melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Seperti yang diamanatkan dalam pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-150/MEN/1999 tentang penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yaitu setiap pengusaha setiap pengusaha yang mempekerjakan Tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja kepada badan penyelenggara. D. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan mengenai masalah perlindungan jaminan sosial tenaga kerja harian lepas khususnya untuk sektor jasa konstruksi maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan tentang perlindungan jaminan sosial tenaga kerja harian lepas dibidang jasa konstruksi belum memenuhi sesuai ketentuan yang ditentukan dalam perundang-undangan karena belum dapat memberikan perlindungan terhadap pekerja harian lepas seutuhnya. Dimana masih ada 14
16 pekerja harian lepasnya belum mendapatkan perlindungan jaminan sosial tenaga kerja tapi hanya mendapatkan upah dan mendapatkan sekedar santunan apabila terjadi kecelakaan kerja. Hal ini sudah bertentangan dengan Undang-Undang nomor 3 tahun 1993 dan juga Keputusan Menteri nomor 150/MEN/1999. Faktor- faktor yang menjadi kendala para pekerja dalam menerima jaminan sosial tenaga kerja yaitu : a. Kesadaran hukum pihak perusahaan masih kurang. Pihak perusahaan sudah memahami peraturan-peraturan ketenagakerjaan yang berlaku tapi belum bisa mengimplementasikan seutuhnya kepada pekerja harian lepasnya. b. Masih terbatasnya pengawasan dari pemerintah dalam hal ini pengawas ketenagakerjaan dari Dinas Tenaga Kerja akan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja harian lepas. c. Dengan tingkat kebutuhan yang semakin tinggi membuat pekerja mau menerima pekerjaan ynag diberikan perusahaan sesuai dengan aturanaturan yang diberlakukan perusahaan, seperti penetapan upah dan hakhak lainnya. d. Kurangnya pemahaman para pekerja harian lepas akan hak-haknya dan perlindungan seperti apa yang seharusnya mereka terima seperti jaminan sosial tenaga kerja sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. 15
17 2. Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut : 1. Perusahaan PT. TIAKA SAKA PRATAMA harusnya dapat melaksanakan program jaminan sosial tenaga kerja harian lepas sesuai dengan ketentuan yang ada karena hal ini merupakan kewajiban perusahaan terhadap pekerjanya sebagaimana yang telah diatur dalam keputusan menteri tenaga kerja Republik Indonesia nomor 150/MEN/1999 tentang penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja dalam hal ini bagi tenaga kerja harian lepas sehingga tenaga kerja harian lepas dapat menikmati hak-hak mereka dalam melaksanakan pekerjaannya dengan resiko-resiko yang akan dihadapi dilapangan. 2. Dan peran pemerintah dalam hal ini dinas tenaga kerja (Disnaker) juga sangat penting dalam melakukan pengawasan seperti kunjungan rutin ke perusahaan dan mendengar langsung keluhan-keluhan yang ada di perusahaan tersebut. 16
18 DAFTAR PUSTAKA Dr. Mukti ND., Yulianto Achmad, MH Dualisme Penelitian Hukum NORMATIF & EMPIRIS Jakarta Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Keputusan Menteri Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu 17
BAB I PENDAHULUAN. apabila negara dapat memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional berdasarkan pancasila dan UndangUndang Negara Republik Indonesia Tahun 945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, diantaranya telah meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang selalu ingin dipenuhi dan manusia bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam bekerja, manusia dihadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dapat dilakukan melalui penyelenggaraan negara yang bersifat demokratis dan berkedaulatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN PUBLIK TERTENTU OLEH PEMERINTAH KOTA LANGSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak untuk bekerja mendapatkan imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Tenaga Kerja bisa saja mengalami risiko-risiko saat menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang berwenang, norma hukum dapat berbentuk norma hukum tertulis maupun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI SULAWESI TENGAH Menimbang : a bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya jaminan sosial ketenagakerjaan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Pada era tahun dua ribuan sistem penjaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mulai melaksanakan pembangunan ekonomi dalam arti yang sebenarnya sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I pada tahun 1969. Meskipun kenaikan
Lebih terperinciBUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN
~ 1 ~ BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SIDENRENG RAPPANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama kebutuhan primer yaitu sandang,pangan, dan papan. Dalam hal mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum, yakni dapat dibuat oleh penguasa yang berwenang, norma hukum dapat berupa norma hukum tertulis dan norma hukum tidak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memperoleh pekerjaan merupakan salah satu hak yang paling asasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memperoleh pekerjaan merupakan salah satu hak yang paling asasi yang dimiliki oleh setiap orang. Memperoleh pekerjaan yang baik akan menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tercapai tanpa memberikan jaminan hidup kepada tenaga kerja dan keluarganya.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan orang lain karena keterbatasan modal bahkan sebaliknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kehidupan yang serba sulit seperti saat ini, manusia harus dapat melakukan sesuatu hal agar dapat bertahan hidup, untuk itu manusia dituntut bekerja
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN BAGI TENAGA KERJA di PT. FILAMENDO SAKTI TANGERANG Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum
Lebih terperinciWALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan
Lebih terperinciPENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan)
PENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan) M. Ridwan Anas 1, Irwan Suranta Sembiring 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciMMS CONSULTING Advocates & Counselors at Law
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/1999 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA HARIAN LEPAS, BORONGAN DAN PERJANJIAN KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat cepat mengakibatkan adanya persaingan usaha yang begitu ketat disetiap sektor. Hal ini menyebabkan
Lebih terperinciperjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang
perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya
Lebih terperinciPELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL
PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buruh mempunyai peranan yang penting dalam rangka pembangunan nasional tidak hanya dari segi pembangunan ekonomi namun juga dalam hal mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya tidak akan dapat menghasilkan produk tanpa adanya pekerja. Pekerja tidak dapat diabaikan eksistensinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi yang berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan pelaksanaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan penentuan atau pengambilan kebijakan perlu diatur atau berdasarkan hukum, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak sekali kejanggalan yang di temukan di dunia kerja. Banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak sekali kejanggalan yang di temukan di dunia kerja. Banyak pekerja/buruh yang melakukan demonstrasi karena hak asasinya tidak dipenuhi. Makna dan arti
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan Daerah
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : bahwa guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN
BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN 2.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Replubik Indonesia Nomor Kep.100/Men/VI/2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas belum berjalan sepenuhnya. Akan tetapi aroma persaingan antar perusahaan barang maupun jasa, baik di dalam negeri maupun antar negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah. dalam ketenagakerjaan, dan hal tersebut harus dapat diatasi secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan. Tenaga kerja sebagai penggerak sektor usaha memerlukan perhatian khusus dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan, perawatan, perbaikan kendaraan-kendaraan dinas angkutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perum DAMRI Surakarta adalah stasiun bus angkutan antar kota yang mempunyai tugas pokok mempersiapkan dan menyelenggarakan angkutan penumpang baik angkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam sektor ketenagakerjaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan a. Latar belakang masalah Dewasa ini peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi di berbagai sektor
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015
B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia selain yang wajib
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia selain yang wajib dilaksanakan oleh setiap pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan dari orang lain disekitarnya sebagai pegangan dalam hidup dan bermasyarakat serta sebagai pegangan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA
BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh jaminan sosial untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (3) mengatur bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh jaminan sosial untuk kelangsungan hidupnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG
1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN PUBLIK TERTENTU OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 14, 1992 (TENAGA KERJA. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dilaksanakan dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang dan masyarakatnya sedang giat membangun. Salah satu aspek penting dari pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, di mana dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam berbagai sektor. Salah satu sektor pendukung pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan sistim outsourcing.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam iklim persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan berupaya menekan biaya produksi antara lain dengan menghemat pengeluaran biaya sumber daya manusia
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan
Bab I Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke IV, berisi tujuan negara bahwa salah satu tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA YANG MELAKUKAN PEKERJAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER24/MEN/VI/2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA BAGI TENAGA KERJA YANG MELAKUKAN PEKERJAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut; 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa, Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang. Dasar Tahun Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan negara Indonesia dirumuskan dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945. Untuk menggapai cita-cita bangsa Indonesia dilakukan dengan cara pembangunan disegala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan
Lebih terperinciDisusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN DI PT. WINDU ADI PERKASA GROBOGAN SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam
Lebih terperinciPAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN
PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang semakin cepat membuat persaingan usaha menjadi ketat. Persaingan yang semakin ketat ini, menentukan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan terus mengedepankan pembangunan guna meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Lebih terperinciPANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI
PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI Anita Maharani 1 Abstrak Hubungan industrial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hubungan
Lebih terperincidi segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang
BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang berusaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya melalui pembangunan di segala bidang.banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lain. Atau dengan kata lain manusia tidak dapat hidup menyendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang sedang giat melakukan pembangunan. Pembangunan di Indonesia tidak dapat maksimal jika tidak diiringi dengan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI
KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN
34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tidak dapat hidup sendiri, ada orang yang dapat melakukan usaha sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kehidupan yang serba sulit seperti ini, manusia harus dapat melakukan suatu hal agar dapat bertahan hidup, untuk itu setiap orang dituntut bekerja agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya menuntut setiap orang untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu pelaksanaan pekerjaan untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sekarang, yang menitikberatkan pada pembangunan dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dalam berbagai aspek, hukum mempunyai fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.
Lebih terperinciPERUNDANG-UNDANGAN KONSTRUKSI
PERUNDANG-UNDANGAN KONSTRUKSI A. ASPEK LEGAL DALAM LINGKUNGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DI INDONESIA Aspek legal dalam lingkungan pekerjaan konstruksi di Indonesia : Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) No.
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN BADAN PELAKSANA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN PERIZINAN OLEH PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran komunikasi pemasaran dalam pengelolaan sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran komunikasi pemasaran dalam pengelolaan sebuah perusahaan sangatlah penting, terlebih lagi dengan semakin maraknya persaingan bisnis di segala sektor usaha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dilakukan dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional sebagai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 636 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN FASILITAS KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH PERUSAHAAN
Lebih terperinci