BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya di Indonesia, Yayasan bukanlah merupakan hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya di Indonesia, Yayasan bukanlah merupakan hal"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangannya di Indonesia, Yayasan bukanlah merupakan hal yang baru dan asing di dalam masyarakat. Bahkan keberadaan Yayasan dengan berbagai macam karakteristiknya ini sudah banyak terdapat dalam masyarakat sejak zaman Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan stichting. Di Belanda sendiri, Yayasan ini barulah pada tahun 1956 diatur dengan Wet op Stichtingen van 31 Mei 1956 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1957, dan juga di dalam Het Nieuw Burgelijke Wet Boek (NBW Nederland). Di Inggris Yayasan ini telah dikenal sejak tahun 1601 yang diatur dalam Charitable Uses Acts Of Di Amerika Serikat Yayasan sebagai organisasi nirlaba juga diatur dalam Nonprofit Corporation Act. Dalam Revised Nodel Nonprofit Corporation Act 1987 (Act 1987) yang menggantikan The Old Model Act (Old Act) Demikian pula halnya di Jepang, Yayasan dan badan hukum untuk kepentingan publik lainnya telah diatur di dalam Undang-Undang Hukum Perdata Jepang. 1 Dari sejumlah Yayasan yang ada di negara Indonesia dapat dilihat kegiatannya antara lain seperti memberikan santunan kepada yatim piatu, 1 Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 2.

2 memberikan kesejahteraan kepada penderita cacat badan, memberikan beasiswa kepada anak yang kurang/tidak mampu, memberikan bantuan kepada keluarga yang sedang berduka, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita suatu penyakit dan sebagainya. 2 Terlihat dalam aspek kegiatannya, Yayasan tampak menonjol di sektor sosial, pendidikan dan agama. Keberadaan Yayasan juga tak luput dari keinginan masyarakat untuk memiliki suatu wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Oleh karena itu terbentuklah Yayasan yang dalam menjalankan roda kegiatannya diharap dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat banyak. Kendati pun perkembangan Yayasan di Indonesia berlangsung dengan pesat, keberadaan Yayasan masih hidup dan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat, doktrin dan yurisprudensi. Tidak adanya peraturan hukum yang pasti dan mengatur secara khusus mengenai Yayasan membuat ketidakseragaman aturan yang diterapkan dalam suatu Yayasan antara Yayasan yang satu dengan yang lainnya. Keinginan untuk segera memiliki Undang-Undang Yayasan sebenarnya sudah lama, bahkan belakangan di era reformasi keinginan untuk segera memiliki Undang-Undang Yayasan itu bersamaan dengan keinginan untuk menertibkan 2 Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hal. 1.

3 Yayasan-Yayasan yang semula didirikan oleh Pemerintah dan kemudian dipimpin oleh mantan tokoh-tokoh Pemerintahan seperti mantan Presiden Soeharto. 3 Setelah 56 tahun pasca kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 6 Agustus 2001 lahirlah Undang-Undang yang mengatur tentang Yayasan yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Lembaran Negara (LN) No. 112 Tahun 2001 Tambahan Lembaran Negara (TLN) 4132 dan telah direvisi dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan LN No. 115 T.L.N (Selanjutnya disebut dengan UU Yayasan). Sebagaimana diketahui, sebelum lahirnya hukum yang mengatur mengenai Yayasan secara khusus, tidak terdapat aturan yang jelas dan merinci mengenai Yayasan. Akan tetapi secara sporadis dalam beberapa Pasal Undang-Undang disebut adanya Yayasan, seperti : Pasal 365, 899, 900 dan 1680 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Selanjutnya disebut KUHPerdata), kemudian dalam Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Kepailitan. Dalam ketentuan perpajakan juga disebutkan tentang Yayasan. Di dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan Agraria, dimungkinkan pula bagi Yayasan untuk mempunyai hak atas tanah. Selain Yayasan yang dikenal dalam KUHPerdata, dalam praktik dikenal juga seperti misalnya Yayasan Tionghoa (Chineeshe Stichting), dan Yayasan dalam bentuk wakaf. 4 3 Nindyo Pramono, Reformasi Yayasan, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2002), hal Anwar Borahima, Op.Cit, hal. 3.

4 Akan tetapi dari peraturan-peraturan tersebut hanya menyinggung mengenai Yayasan, tanpa menjelaskan lebih rinci mengenai defenisi dari Yayasan atau bagaimana cara pendirian Yayasan, dan kejelasan status hukum Yayasan yang masih banyak diperdebatkan para pihak kala itu. Pada praktik yang terjadi di masa lalu Yayasan didirikan berdasarkan pada kebiasaan dengan meniru cara pendirian Yayasan-Yayasan lain yang terlebih dahulu telah berdiri, yakni dengan melakukan pendirian di hadapan Notaris atau dibuat dengan akta Notaris dengan syarat dan prosedur yang mudah dan juga tidak memakan waktu yang lama. Proses pendirian Yayasan yang mudah dan tanpa memerlukan pengesahan dari Pemerintah ini yang cenderung mendorong mayarakat mendirikan Yayasan dalam menjalankan kegiatan mereka, meskipun terkadang tidak sedikit dari Pendirinya yang masih belum memahami tujuan ideal dari pendirian Yayasan. Pendirian Yayasan di masa lalu pun juga ditandai dengan adanya pemisahan harta kekayaan si Pendiri ataupun Pengurusnya terhadap Yayasan yang hendak didirikan, dengan kata lain Yayasan memiliki harta sendiri. Selain dari pemisahan harta kekayaan Pendiri atau Pengurusnya, kekayaan Yayasan pun juga dapat berasal dari sumbangan masyarakat, wakaf, hibah ataupun wasiat. Akan tetapi dalam praktiknya di masa lalu terdapat ketidakseragaman khususnya dalam hal pembagian harta kekayaan Yayasan. Sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Yayasan, harta kekayaan Yayasan tidak boleh dibagikan kepada Organ/Perangkatnya, terkecuali apabila ia bukan Pendiri Yayasan dan tidak

5 terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas, dan ia melaksanakan kepengurusan secara langsung. Dalam praktiknya di Indonesia, tidak adanya peraturan yang dapat dijadikan payung hukum khusus bagi Yayasan pada saat itu mengakibatkan banyak terjadinya kesimpangsiuran dan multitafsir dalam perkembangannya. Hal ini mengakibatkan kecenderungan melencengnya Yayasan dari tujuan awalnya dan banyaknya ditemukan Yayasan yang bersifat tertutup. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengawasan pihak Pemerintah terhadap suatu Yayasan, sebab pendaftaran suatu Yayasan kepada Instasi Pemerintahan pada saat itu bukanlah hal yang wajib. Sifat tertutup Yayasan ini pun mengakibatkan keberadaan suatu Yayasan tidak diketahui oleh masyarakat banyak. Yayasan terkadang dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk memperkaya diri Pendiri, Pembina, Pengurus, maupun Pengawasnya, dengan langkah berkedok seperti sebuah Perseroan Terbatas (PT) untuk mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya, yang menyimpang dari tujuan mulia Yayasan. Tujuan Yayasan itu sendiri pada dasarnya adalah tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan (nirlaba atau non profit), melainkan untuk membentuk sebuah wadah yang bertujuan ideal yang bermanfaat bagi masyarakat luas di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan juga berbeda dengan perusahaan seperti Firma, PT atau Persekutuan Komanditer yang dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mencari keuntungan, ataupun lembaga/organisasi bersifat sosial lain seperti Organisasi Kemasyarakatan

6 (Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau Non Government Organisation (NGO). Selain itu adanya anggapan dari masyarakat bahwa Yayasan dalam menjalankan kegiatannya dikenakan bebas pajak atau diberi kelonggaran atas biaya pajak, membuat banyaknya orang tergiur membentuk sebuah Yayasan untuk menjalankan misi komersial terselubung di balik kegiatan yang seharusnya bersifat mulia tersebut. Hal ini sedikit banyaknya membuat Yayasan berubah menjadi sarana untuk memperkaya diri Pendirinya yang berlindung di balik nama Yayasan yang dianggap selalu bertujuan mulia tersebut. Permasalahan lain yang sering menjadi perbincangan adalah mengenai status badan hukum Yayasan. Beberapa Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia yang secara tidak tegas mengakui bahwa Yayasan adalah badan hukum yakni Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi yang terdapat pada Pasal 15 mengatur tentang penghukuman terhadap badan hukum Yayasan. Demikian pula Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960, pada Pasal 21 ayat (2) dan Pasal 49 jo Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah, mengakui bahwa Yayasan dapat memiliki hak atas tanah. 5 Namun masalahnya, suatu organisasi dapat dikatakan sebagai badan hukum harus melalui suatu proses yaitu adanya pengesahan dari Pemerintah. Dengan tidak adanya peraturan tertulis tentang Yayasan pada waktu itu, 5 Ibid, hal. 58.

7 mengalami kesulitan untuk dapat mengatakan bahwa Yayasan itu adalah badan hukum. Adanya yurisprudensi yang menetapkan suatu Yayasan sebagai badan hukum sifatnya hanya perkasus saja, dan Pengadilan mempertimbangkan status Yayasan yang dimaksud tidak terlepas dari penerapan teori badan hukum yang dilakukan oleh Yayasan. Hanya Yayasan yang berpekara di Pengadilan dan ditetapkan sebagai badan hukum, sedangkan yang lainnya masih belum jelas statusnya. 6 Pengakuan Yayasan sebagai badan hukum yang berarti sebagai subjek hukum mandiri seperti halnya orang, secara teoritis dalam kenyataannya hanya di dasarkan antara lain karena adanya kekayaan terpisah, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai organisasi yang teratur dan didirikan dengan akta Notaris. Ciri demikian memang cocok dengan ciri-ciri badan hukum pada umumnya. 7 Sehingga pada masa lalu pandangan eksistensi Yayasan sebagai badan hukum terbagi dua, dimana pihak yang satu beranggapan bahwa tanpa sebuah Perundang-Undangan sebagai landasan hukum positif pun Yayasan adalah merupakan badan hukum dengan berpegangan pada kebiasaan, doktrin dan yurisprudensi. Dan pihak lain yang beranggapan bahwa sebuah organisasi baru dapat menjadi badan hukum apabila ada Peraturan Perundang-Undangan khusus yang mengaturnya, karena pijakan terhadap putusan Hakim ataupun yurisprudensi saja masih belum kuat. 6 Gatot Supramono, Op.Cit, hal Nindyo Pramono, Op.Cit, hal. 3.

8 Masih lemahnya status badan hukum Yayasan pada masa itu tidak mengurangi arus perkembangan Yayasan, khususnya pada sektor pendidikan. Pada umumnya Yayasan pendidikan yang didirikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Yayasan Pendidikan Harapan Medan merupakan salah satu sarana pendidikan formal berbentuk Yayasan yang mulai menjalankan kegiatannya pada tahun Sebagai Yayasan Pendidikan yang berdiri sebelum adanya landasan hukum yang mengaturnya, Yayasan ini mengalami pasang surut perkembangan Yayasan di Indonesia, dan hal inilah yang menarik penulis untuk menjadikannya sebagai tempat penelitian yang menjadi bahasan pokok pada skripsi ini. Dengan uraian di atas tersebut, maka dipilih skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan). B. Perumusan Masalah Agar dapat dianalisis sehingga memberi gambaran yang tepat tentang isi skripsi ini, permasalahan akan dibatasi pada masalah-masalah yang timbul, diantaranya sebagai berikut :

9 1. Bagaimana status badan hukum dan status pembagian harta kekayaan Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan? 2. Bagaimana penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan Yayasan atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan? 3. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi Yayasan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan? 4. Bagaimana penyelesaian-penyelesaian yang dilakukan Yayasan atas hambatan yang dihadapi dalam rangka penyesuaian terhadap UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui status badan hukum dan pembagian harta kekayaan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan atas berlakunya UU No.16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

10 2. Untuk mengetahui penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan Yayasan Pendidikan Harapan Medan setelah berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Yayasan Pendidikan Harapan Medan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 4. Untuk mengetahui penyelesaian-penyelesaian yang dilakukan Yayasan Pendidikan Harapan Medan atas hambatan yang dihadapi dalam rangka penyesuaian terhadap UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengembangan atau kemajuan di bidang ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. 2. Secara praktik, diharapkan penulisan ini dapat memberikan wawasan mengenai status hukum Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. E. Metode Penelitian

11 Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan metode ilmiah, bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran ataupun ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada. 8 Penelitian hukum adalah penelitian yang berobjek pada hukum. Hukum bukan hanya dalam arti sebagai kaidah atau norma saja (law in book), tetapi meliputi hukum yang berkaitan dengan perilaku kehidupan masyarakat (law in action). 9 Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Oleh karena itu, penelitian dan metode ilmiah sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat, jika tidak dikatakan yang sama Sifat dan Jenis Penelitian Sifat Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu jenis penelitian yang sifatnya meneliti suatu kelompok manusia atau suatu kondisi yang bertujuan untuk mendapat suatu gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fenomena yang diteliti. Sedangkan jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu dalam melakukan penelitian, peneliti akan melihat pada ketentuan Peraturan Perundang- Undangan dan bahan-bahan kepustakaan hukum lain yang berhubungan dengan permasalahan, dan yuridis sosiologis, yaitu penelitian dilakukan dengan melihat hal Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : Alfabeta, 2014), 9 Ibid, hal Ibid, hal. 35.

12 realita yang ada di masyarakat, dimana penelitian dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan. 2. Jenis Data Guna mendapatkan data dalam penelitian, peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data Primer, yaitu suatu data yang didapatkan dari hasil penelitian lapangan yang diperoleh secara langsung dari responden/narasumber (field research) yang dilaksanakan dengan wawancara kepada narasumber yakni Organ Pengurus di Yayasan Pendidikan Harapan Medan. b. Data Sekunder, yaitu suatu data yang didapatkan dari hasil penelitian pustaka (library research) atau bahan lain berupa Peraturan Perundang-Undangan, buku-buku, laporan-laporan, dan bahan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun cara untuk mengumpulkan data, peneliti lakukan dengan teknik sebagai berikut: a. Untuk mengumpulkan data primer (field research), penulis melakukan studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara

13 (interview) dengan responden/narasumber di Yayasan Pendidikan Harapan Medan terkait permasalahan yang dibahas pada skripsi ini. Wawancara adalah bertanya langsung secara bebas kepada responden dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan secara terbuka sebagai pedoman. b. Untuk mengumpulkan data sekunder (library research), peneliti melakukannya dengan mempelajari Peraturan Perundang-Undangan, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana, kamus-kamus, ensiklopedia dan seterusnya, yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas. 4. Analisis Data Dalam menganalisis data tersebut, peneliti mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat, dan akhirnya diambil kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, dimana teknik penelitian yang digunakan berupa wawancara, dokumen pribadi, buku harian ataupun surat-surat. 11 F. Keaslian Penulisan 11 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), hal. 61.

14 Skripsi ini merupakan karya asli dari penulis. Sepanjang yang diketahui berdasarkan penelusuran lebih lanjut dan informasi data uji bersih yang dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum USU, diketahui bahwa belum pernah ada penelitian sebelumnya yang berjudul Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No.28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Harapan Medan). Adapun judul skripsi yang memiliki unsur kemiripan mengenai pokok pembahasan dengan penelitian antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Susanna, Nomor Induk Mahasiswa , dengan judul : Kajian Yuridis Tata Cara Pendirian Yayasan Ditinjau Dari UU Nomor 28 Tahun 2004 (Studi Kasus Yayasan Elida). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara Jamron, Nomor Induk Mahasiswa , dengan judul : Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al- Uluum Asahan-Kisaran. G. Sistematika Penulisan Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) Bab. Dimana masing-masing gambaran umum mengenai substansi bahasan tiap Bab, antara lain sebagai berikut :

15 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN Adapun yang dibahas di dalam bab dua ini adalah Tinjauan Umum Tentang Yayasan yakni Pengertian Yayasan, Sejarah dan Perkembangan Yayasan Di Indonesia, Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang tentang Yayasan, Organ Yayasan yang terbagi atas Pembina, Pengurus dan Pengawas, Kekayaan Yayasan yang terbagi atas Kekayaan Yang Dipisahkan, Perolehan Kekayaan Yayasan dan Jenis Kekayaan Yayasan, serta Penggabungan dan Pembubaran Yayasan. BAB III : TINJAUAN UMUM PENDIRIAN YAYASAN Tinjauan Umum tentang Pendirian Yayasan yang terdiri dari Tujuan Pendirian Yayasan, Jangka Waktu Pendirian Yayasan, Persyaratan dan Prosedur Pendirian Yayasan yang dibagi Sebelum Berlakunya Undang-Undang Yayasan dan Setelah Berlakunya Undang-Undang Yayasan.

16 BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TENTANG STATUS YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UU NO. 16 TAHUN 2001 Jo UU NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN (STUDI KASUS DI YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN MEDAN) Bab ini merupakan bagian yang paling pokok dalam penulisan skripsi ini, dalam bab ini akan dibahas tentang Status Yayasan Yang Berdiri Sebelum Berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 (Studi kasus di Yayasan Pendidikan Harapan Medan) yang terbagi atas Status Badan Hukum dan Status Pembagian Harta Kekayaan Yayasan, Penyesuaian-Penyesuaian yang dilakukan Yayasan atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004, Hambatan-Hambatan yang dihadapi Yayasan dalam Rangka Penyesuaian-Penyesuaian Atas Berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 dan Penyelesaian-Penyelesaian Yang Dilakukan Yayasan Atas Hambatan-Hambatan Yang dihadapi Yayasan dalam Rangka Penyesuaian-Penyesuaian Atas Berlakunya UU No. 28 Tahun 2004.

17 BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi Kesimpulan dan Saran yang ditarik berdasarkan apa yang telah dijabarkan secara jelas di dalam BAB Pembahasan. Berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang dianggap dapat memberikan masukan masukan, minimal untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan pemikiran tentang Yayasan.

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah Yayasan, bukan merupakan istilah yang asing. Sudah sejak lama Yayasan hadir sebagai salah satu organisasi atau badan yang melakukan kegiatan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan stiching. 2. sesuatu peraturan pun yang menegaskan bentuk hukum suatu yayasan, apakah

BAB I PENDAHULUAN. Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan stiching. 2. sesuatu peraturan pun yang menegaskan bentuk hukum suatu yayasan, apakah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan yayasan di Indonesia telah dikenal sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan stiching. 2 Namun tidak ada sesuatu peraturan pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kegiatan sosial lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kegiatan sosial lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yayasan sebenarnya telah dikenal cukup lama dengan berbagai bidang kegiatannya seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kegiatan sosial lainnya yang belum tertangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis pendirian Yayasan adalah tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan, maksudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pada ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pada ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yayasan merupakan suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan bersifat non komersial (nirlaba) dan bergerak di bidang sosial, keagamaan atau pendidikan. Pada ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal. dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal. dan meningkatkan kesejahteraan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal sebuah yayasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yayasan atau Stichting diperkenalkan ke dalam masyarakat sebagai suatu wadah hukum yang memiliki sifat kegiatan bukan untuk mencari keuntungan. Kegiatan tersebut

Lebih terperinci

PERANAN PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN YAYASAN DARUL HIKMAH DI KABUPATEN DHARMASRAYA SKRIPSI

PERANAN PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN YAYASAN DARUL HIKMAH DI KABUPATEN DHARMASRAYA SKRIPSI PERANAN PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN YAYASAN DARUL HIKMAH DI KABUPATEN DHARMASRAYA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN KOPERASI TIDAK TERDAFTAR SEBAGAI BADAN HUKUM

PERTANGGUNGJAWABAN KOPERASI TIDAK TERDAFTAR SEBAGAI BADAN HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN KOPERASI TIDAK TERDAFTAR SEBAGAI BADAN HUKUM ABSTRAK Indra Perdana Tanjung Ilmu Hukum, Fakultas Hukum UNA, Kisaran Sumatera Utara Universitas Asahan; Jalan Ahmad Yani, (0623) 42643 e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Badan Hukum Yayasan cukup pesat dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Badan Hukum Yayasan cukup pesat dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Badan Hukum Yayasan cukup pesat dalam masyarakat Indonesia. Keberadaan yayasan pada dasarnya merupakan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat ini menimbulkan dampak terjadinya hubungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat ini menimbulkan dampak terjadinya hubungan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku masyarakat yang dinamis seiring dengan perkembangan waktu dalam berbagai aktivitasnya mempunyai dampak sosial terhadap interaksi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Subekti, badan hukum pada dasarnya adalah suatu badan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Subekti, badan hukum pada dasarnya adalah suatu badan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan hukum adalah salah satu subjek hukum selain manusia, artinya badan hukum sama halnya dengan manusia mempunyai hak dan kewajiban di mata hukum. Menurut R. Subekti,

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Konsepsi harta kekayaan di dalam perkawinan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 1 adalah sebagai suatu persekutuan harta bulat, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum (rechstaat) mengakui manusia pribadi sebagai subyek hukum, pendukung hak dan kewajiban. Dalam Pasal 27

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU. NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004

BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU. NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004 16 BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004 A. Pengertian Yayasan Yayasan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah stichting dan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II BADAN HUKUM YAYASAN. Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang

BAB II BADAN HUKUM YAYASAN. Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang BAB II BADAN HUKUM YAYASAN 2.1 Pengertian Badan Hukum Yayasan Apa yang sebenarnya di maksud dengan yayasan? Sekarang tentang Yayasan telah diatur dengan Hukum positif kita, yaitu dengan Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

Lebih terperinci

BAB II PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING DALAM UNDANG-UNDANG YAYASAN DI INDONESIA. A. Yayasan Asing Sebelum Berlakunya PP No 63 Tahun 2008

BAB II PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING DALAM UNDANG-UNDANG YAYASAN DI INDONESIA. A. Yayasan Asing Sebelum Berlakunya PP No 63 Tahun 2008 BAB II PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING DALAM UNDANG-UNDANG YAYASAN DI INDONESIA A. Yayasan Asing Sebelum Berlakunya PP No 63 Tahun 2008 Selama ini pengaturan tentang Yayasan merujuk pada KUHPerdata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat 26 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Metode merupakan suatu bentuk cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat memecahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN A. Pengertian Yayasan Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan merupakan titik

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta 11 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di era pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, sebagai masyarakat yang konsumtif harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dimana hak kita sebagai Warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perusahaan adalah semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum orang beranggapan bahwa tanggung jawab pemegang saham perseroan terbatas hanya terbatas pada saham yang dimilikinya. Menurut asasnya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja

Lebih terperinci

Oleh : Johanes Aldyno Siwy. Abstrak

Oleh : Johanes Aldyno Siwy. Abstrak 1 KEPATUHAN TERHADAP KEWAJIBAN LAPORAN TAHUNAN KEUANGAN YAYASAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 Jo UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN (DITELITI PADA YAYASAN PENYELENGGARA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bila seseorang atau beberapa orang akan melakukan kegiatan yang penuh idealisme serta bertujuan sosial dan kemanusiaan, biasanya bentuk organisasi yang dipilih adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N I. UMUM Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh. Magister Ilmu Hukum

JURNAL. Oleh. Magister Ilmu Hukum PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN) JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan rahmat dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, kedudukan anak terdiri dari anak sah dan anak luar kawin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian di Indonesia semakin berkembang dari waktu ke waktu, banyak masyarakat yang mencoba peruntungannya dalam dunia usaha, salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia yang ada di Indonesia. Bila kita liat pada KUHD perseroan terbatas tidak diatur secara terperinci

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahwa bidang Hukum Agraria adalah sangat luas ruang lingkupnya, karena di dalamnya menyangkut segala hal ikhwal mengenai Hukum Pertanahan. yang permasalahannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan dengan cara melakukan penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. 26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Yayasan Menurut Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, definisi Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode III.METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta warisan terkadang menjadi permasalahan yang sangat rumit, bagi sebagian kalangan masyarakat, persoalan harta warisan ini bahkan bisa menimbulkan peperangan, perpecahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dan dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu beserta dengan bagaimana cara

METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu beserta dengan bagaimana cara III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari oleh metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

Analisis pemahaman..., Kristanto, FH UI, BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis pemahaman..., Kristanto, FH UI, BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang menganut sistem hukum Common Law dikenal sebuah doktrin yang digunakan dalam hukum perusahaan yaitu Doktrin Business Judgment Rule, doktrin tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai 36 I. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I A. LATAR BELAKANG BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan sebidang tanah baik digunakan untuk membangun rumah maupun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal mula masuknya peseroan terbatas dalam tatanan hukum Indonesia adalah melalui asas konkordasi, yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN. A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN. A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 1. Yayasan sebagai lembaga nirlaba Arti nirlaba

Lebih terperinci

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo, SH di Kecamatan Baki Sukoharjo Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan tanah dalam kehidupan di dunia sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pokok permasalahan dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG YAYASAN DALAM MENCAPAI MAKSUD DAN TUJUAN YAYASAN FENDI SUPRIONO / D

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG YAYASAN DALAM MENCAPAI MAKSUD DAN TUJUAN YAYASAN FENDI SUPRIONO / D IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG YAYASAN DALAM MENCAPAI MAKSUD DAN TUJUAN YAYASAN FENDI SUPRIONO / D 101 10 143 ABSTRAK Yayasan merupakan badan hukum yang maksud dan tujuannya sangat mulia yaitu sosial, keagamaan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN A. Pengertian Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah yayasan adalah badan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang akan dibahas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dalam penelitian ini diperlukan metode tertentu.

Lebih terperinci

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pasal 1 UU.No 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan, akan tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan, akan tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal, sebuah Yayasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara ini lahir dari perjuangan bangsa Indonesia yang bertekad mendirikan Negara kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 1 PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur Palur) Disusun dan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH AKIBAT HUKUM TINDAKAN PENGURUS YAYASAN DALAM MELAKUKAN PENYERTAAN MODAL KE DALAM UNIT USAHANYA

KARYA TULIS ILMIAH AKIBAT HUKUM TINDAKAN PENGURUS YAYASAN DALAM MELAKUKAN PENYERTAAN MODAL KE DALAM UNIT USAHANYA KARYA TULIS ILMIAH AKIBAT HUKUM TINDAKAN PENGURUS YAYASAN DALAM MELAKUKAN PENYERTAAN MODAL KE DALAM UNIT USAHANYA Oleh : YOYOK GATOT SAPUTRO, SH NIM: 12213086 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MATERI RUU ORMAS YANG DIPERKIRAKAN BERKAITAN DAN BERPOTENSI DISHARMONISASI DENGAN RUU PERKUMPULAN DAN UU YAYASAN

IDENTIFIKASI MATERI RUU ORMAS YANG DIPERKIRAKAN BERKAITAN DAN BERPOTENSI DISHARMONISASI DENGAN RUU PERKUMPULAN DAN UU YAYASAN IDENTIFIKASI MATERI RUU ORMAS YANG DIPERKIRAKAN BERKAITAN DAN BERPOTENSI DISHARMONISASI DENGAN RUU PERKUMPULAN DAN UU YAYASAN Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) Temuan Prinsipil a) Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun rumah tangga adalah hakikat suci yang ingin dicapai oleh setiap pasangan. Kebahagiaan dalam rumah tangga merupakan impian yang selalu berusaha diwujudkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan hukum Yayasan adalah badan hukum yang banyak dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan hukum Yayasan adalah badan hukum yang banyak dipergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan hukum Yayasan adalah badan hukum yang banyak dipergunakan oleh masyarakat di dalam menyelenggarakan pendidikan. Konstitusi Indonesia yang tertuang didalam Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga adalah suatu wadah pertama dalam suatu masyarakat. Rumah tangga juga merupakan suatu problematika yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Suatu individu ataupun

Lebih terperinci

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan gejala Masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktivitas di

Lebih terperinci

BAB I. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan. demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan,

BAB I. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan. demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, BAB I A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, kemandirian serta menjaga

Lebih terperinci