PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAN FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TAHUN GILANG TRIONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAN FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TAHUN GILANG TRIONO"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAN FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TAHUN GILANG TRIONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Aktivitas dan Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2016 Gilang Triono NIM C

4

5 ABSTRAK GILANG TRIONO. Perkembangan Aktivitas dan Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan ANWAR BEY PANE. Pengembangan aktivitas atau usaha perikanan di pelabuhan perikanan sering tidak diimbangi dengan pengembangan fasilitasnya sehingga menghambat terlaksananya aktivitas pelabuhan perikanan secara optimal. Pengembangan fasilitas ini penting dilaksanakan agar aktivitas dapat dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa jauh perkembangan yang terjadi di PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993 sampai tahun 2014 baik fasilitas maupun aktivitasnya. Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus evaluatif terhadap perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan fasilitas PPN Palabuhanratu digambarkan/disajikan dalam 4 kelompok periode waktu melalui program software Corel Draw, sedangkan perkembangan aktivitas dilakukan secara deskriptif setelah mengindentifikasi perkembangan fasilitas PPN Palabuhanratu mulai tahun Hasil yang didapatkan telah terjadi penambahan fasilitas di PPN Palabuhanratu dari tahun 1993 sampai 2014 sesuai dengan pengembangan aktivitasnya antara lain penambahan kolam pelabuhan dan dermaga akibat meningkatnya jumlah kapal yang masuk ke PPN Palabuhanratu setiap tahunnya, juga perluasan gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) karena meningkatnya jumlah produksi hasil tangkapan. Kata kunci: aktivitas, fasilitas, perkembangan, PPN Palabuhanratu

6

7 ABSTRACT GILANG Triono. Developments of Activity and Facility in National Fishery Port Palabuhanratu Period of Guided by Ernani LUBIS And ANWAR BEY PANE. Development of activities or fishery enterprise in the fishery port frequently not matched with development of facilities that obstruct the implementation of Fishing port activities optimally. These developments important to implemented in order activities operating can be performed optimally. This study aims to find out how far realization of developments in Palabuhanratu port since 1993 until 2014 both facility and activity as well. This study used evaluative case study method about activities and facilities development in Palabuhanratu National Fishery Port period of Facilities developments in Palabuhanratu National Fishery Port described in 4 group of time period through the Corel Draw software program, whereas activities development conducted deskriptively after identify the development of facilities in Palabuhanratu National Fishery Port starting in 1993 until The results from ths study show there has been an increasing number of facilities in Palabuhanratu National Fishery Port from 1993 To 2014 accordance with development of activities, such as addition of the pool and dock port as a result of an increase in the number of incoming ships in Palabuhanratu National Fishery Port each year, also extension of building fish auction place due to the increasing number of production catches result. Keywords: activities, developments, facilities, Palabuhanratu National Fishery Port

8

9 PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAN FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TAHUN GILANG TRIONO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10

11

12

13 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul : Perkembangan Aktivitas dan Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu : 1. Ayah (Nurdin), Ibu (Sarjinem), Kakak (Zainuddin, Ati, Nurmi, dan Bambang), Keponakan (Elsa, Nita, Rian, Bian, Ical, Salsa, Dimas, dan Aime), Cici Yusrini, Adi Kusnadi, Ridwan atas do a, masukan dan dukungan. 2. Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA selaku pembimbing yang telah banyak membimbing dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Dr Ir Gondo Puspito MSc selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran. 4. Dr Iin Solihin SPi Msi selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan dan saran. 5. Pihak pengelola dan pegawai PPN Palabuhanratu yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 6. Keluarga Besar PSP 48 dan penghuni kontrakan DR 30 yang selalu menemani dan banyak memberikan dukungan dan do a kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima kasih. Bogor, Februari 2016 Gilang Triono

14

15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODOLOGI 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Alat dan Bahan Penelitian 2 Metode Penelitian 2 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Fasilitas PPN Palabuhanratu dan Pengembangannya 6 Fasilitas PPN Palabuhanratu 6 Pengembangan fasilitas PPN Palabuhanratu 14 Aktivitas di PPN Palabuhanratu dan Pengembangannya 29 Aktivitas tambat labuh 29 Aktivitas pemasaran/pelelangan 38 Aktivitas pengolahan ikan 40 Aktivitas penanganan ikan 41 SIMPULAN DAN SARAN 45 Simpulan 45 Saran 45 DAFTAR PUSTAKA 46 LAMPIRAN 48 RIWAYAT HIDUP 51

16 DAFTAR TABEL 1 Tabel 1 Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu 3 2 Tabel 2 Data primer yang dikumpulkan pada penelitian perkembangan aktivitasdan fasilitas di PPN Palabuhanratu 4 3 Tabel 3 Pertambahan fasilitas pada 4 (empat) periode waktu 27 DAFTAR GAMBAR 1 Gambar 1 Pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 2 Kondisi kolam dan dermaga I PPN Palabuhanratu 16 3 Gambar 3 Fasilitas kolam dan dermaga II PPN Palabuhanratu 17 4 Gambar 4 Fasilitas breakwater II PPN Palabuhanratu 17 5 Gambar 5 Fasilitas lampu suar masuk pelabuhan kolam II 18 6 Gambar 6 Fasilitas rumah pompa air laut PPN Palabuhanratu 18 7 Gambar 7 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu pada periode 2 (tahun 2000/ /2005) 20 8 Gambar 8 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu pada periode 3 (tahun 2005/ /2010) 22 9 Gambar 9 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu pada periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 10 Histogram perkembangan jumlah fasilitas sejak PPN Palabuhanratu beroperasi tahun 1993 sampai tahun 2014 dalam 4 kelompok periode waktu Gambar 11 Gambar perkembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu, tahun dalam 4 periode waktu Gambar 12 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 13 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Gambar 14 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Gambar 15 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 16 Grafik rata-rata armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu Gambar 17 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 18 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Gambar 19 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Gambar 20 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 21 Grafik rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu 32

17 22 Gambar 22 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 23 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Gambar 24 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2011) Gambar 25 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 26 Grafik rata-rata jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode Gambar 27 Grafik rata-rata jumlah armada penangkap ikan, nelayan dan produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode Gambar 28 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 29 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Gambar 30 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Gambar 31 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 32 Grafik rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu Gambar 32 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Gambar 34 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Gambar 35 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Gambar 36 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 37 Grafik rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu Gambar 38 Grafik rata-rata jumlah penggunaan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu 43 DAFTAR LAMPIRAN 1 Gambar bangunan fasilitas di PPN Palabuhanratu 49

18

19 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan aktivitas di pelabuhan perikanan sering tidak diimbangi dengan pengembangan fasilitasnya sehingga aktivitas di pelabuhan perikanan tersebut tidak berjalan secara optimal. Lubis (2012) mengatakan bahwa sekitar 70 % pelabuhan perikanan di Indonesia belum berfungsi secara optimal. Keberhasilan operasional pelabuhan perikanan tidak terlepas dari semua faktorfaktor pendukung yang ada, salah satunya adalah tersedianya fasilitas pelabuhan perikanan sesuai kebutuhan. Banyak pelabuhan perikanan yang tidak memiliki fasilitas yang memadai sehingga menghambat terlaksananya fungsi-fungsi pelabuhan perikanan secara optimal. Selanjutnya Lubis (2012) menyatakan bahwa terlaksana atau tidaknya fungsi-fungsi pelabuhan perikanan secara optimal, adalah sebagai indikasi berhasil atau tidaknya pengelolaan suatu pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan dengan keberadaan berbagai fasilitas yang dimilikinya merupakan jembatan bagi terlaksananya segala aktivitas yang ada seperti aktivitas tambat labuh, pemasaran atau pelelangan ikan, penanganan ikan dan pengolahan ikan. Oleh karena itu, keberadaan dan kondisi fasilitas disuatu pelabuhan perikanan sangat perlu diperhatikan agar aktivitas dapat berjalan dengan baik. Pelabuhan perikanan yang merupakan prasarana perikanan tangkap sering aktivitas yang berlangsung kurang didukung oleh fasilitasnya baik dalam hal kapasitas maupun jenisnya. Hal ini akan menghambat terlaksananya fungsi suatu pelabuhan perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) adalah salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah pusat guna menunjang pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan (WPP 9) Samudera Hindia. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sejak dioperasionalkan pada tahun 1993 sampai pada tahun 2002 telah banyak mengalami perubahan, seperti adanya penambahan dermaga dan kolam pelabuhan. Dengan demikian, penelitian tentang perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu sejak operasional tahun 1993 sampai tahun 2014 perlu dilakukan secara menyeluruh. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang aktivitas dan fasilitas di pelabuhan perikanan sebelumnya telah dikaji secara parsial dalam beberapa penelitian di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor. Yasa (2012) meneliti mengenai Pengkajian Fasilitas dan Pelayanan Kepelabuhanan Terkait Usaha Perikanan Pancing Rumpon di PPN Palabuhanratu, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi aktual fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait perikanan pancing rumpon seperti dermaga, kolam pelabuhan, bengkel, TPI dan kantor administratif sebagian besar masih dalam keadaan baik. Penelitian lainnya dilakukan oleh Dwiyanti (2010) dengan judul Kajian Pengelolaan Aktivitas Pelelangan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan pelelangan yang dikelola oleh Dinas

20 2 Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat berjalan sesuai dengan praktek lelang yang seharusnya, namun pelelangan ikan yang dikelola oleh KUD Mina tahun 2004 nelayan merasa enggan untuk memasarkan ikan melalui TPI karena sudah ditangani oleh bakul. Penelitian-penilitian tersebut berbeda dengan penelitian ini yang menganalisis dan membahas tentang Perkembangan Aktivitas dan Fasilitas di PPN Palabuhanratu tahun secara menyeluruh dalam 4 kelompok periode waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah: Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan hasil identifikasi dan hasil gambaran dari perkembangan fasilitas yang terjadi di PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993 sampai tahun Mengetahui perkembangan aktivitas di PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993 sampai tahun 2014 sehubungan dengan pengembangan fasilitasnya. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan pihak pelabuhan tentang perkembangan aktivitas dan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, sejak tahun Memberikan informasi bagi mahasiswa dan pihak lain yang membutuhkan informasi tentang perkembangan aktifitas dan fasilitas yang terjadi di PPN Palabuhanratu, sejak tahun METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Mei Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian berupa kuisioner dan program Corel Draw. Adapun bahan yang dipakai meliputi data primer hasil wawancara dan data sekunder dari PPN Palabuhanratu. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah studi kasus evaluatif terhadap perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu antara tahun melalui studi evaluasi dengan menelusuri hubungan antara perkembangan aktivitas dan fasilitas PPN Palabuhanratu. Evaluasi difokuskan pada perkembangan fasilitas dan aktivitas PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993 sampai tahun Kajian dibatasi pada

21 aktivitas tambat labuh, pemasaran/pelelangan ikan, pengolahan ikan, dan penanganan ikan. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Jenis data primer diperoleh dengan cara melakukan : 1). Pengamatan langsung di lokasi penelitian terhadap kondisi fasilitas, baik fasilitas pokok, fungsional maupun fasilitas penunjang. Aktivitas yang diamati berupa aktivitas tambat labuh, pemasaran/pelelangan, penanganan ikan dan pengolahan ikan. 2). Wawancara dengan pengelola PPN Palabuhanratu, pengelola industri pengolahan dan pedagang dengan panduan kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang perkembangan keseluruhan bangunan fasilitas, perkembangan aktivitas tambat labuh, pemasaran, pengolahan dan penanganan ikan hasil tangkapan. Pada Tabel 1 ditunjukkan jenis data sekunder yang diperlukan. Sementara data sekunder diperoleh dari statistik dan laporan tahunan PPN Palabuhanratu dari tahun dan data laporan kontrak lahan industri PPN Palabuhanratu. Tabel 2 menjelaskan jenis data primer yang diperlukan. Tabel 1 Data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu : No Jenis data Sumber data Data utama : Fasilitas : - Jumlah, jenis, dan ukuran fasilitas. - Kondisi fasilitas dan pemanfaatannya. Aktivitas : - Tambat labuh : data jumlah kapal masuk di PPN Palabuhanratu dari tahun Pelelangan/pemasaran : data jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun Penanganan ikan : data jumlah penggunaan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu dari tahun Pengolahan ikan : data jumlah industri pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu dari tahun Data tambahan : - Layout PPN Palabuhanratu Data statistik PPN Palabuhanratu. Data evaluasi tahunan PPN Palabuhanratu. Data statistik PPN Palabuhanratu. Data statistik PPN Palabuhanratu Data statistik PPN Palabuhanratu Data laporan kontrak lahan industri PPN Palabuhanratu. Laporan tahunan PPN Palabuhanratu.

22 4 Tabel 2 Data primer yang dikumpulkan pada penelitian perkembangan aktivitas dan fasilitas di PPN Palabuhanratu : No Jenis data Sumber data Data utama : Fasilitas : - Kondisi fasilitas dan pemanfaatannya. Aktivitas : - Tambat labuh : data jumlah kapal masuk di PPN Palabuhanratu. - Pelelangan/pemasaran : data jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu. - Penanganan ikan : data jumlah penggunaan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu. - Pengolahan ikan : data jumlah industri pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu. Wawancara pihak PPN Palabuhanratu. Wawancara pihak PPN Palabuhanratu dan nelayan. Wawancara pihak pengelola TPI dan nelayan. Wawancara ke nelayan. Wawancara ke pihak industri pengolahan. Analisis Data Analisis perkembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu dilakukan secara deskriptif evaluatif komparatif setelah mengidentifikasi perkembangan keberadaan dan kondisi dari hasil rekapitulasi seluruh fasilitas baik fasilitas pokok, fungsional dan fasilitas penunjang yang ada di PPN Palabuhanratu mulai saat berdirinya tahun 1993 sampai dengan tahun Data perkembangan fasilitas tersebut ditabulasi dan kemudian digambarkan dalam bentuk layout dengan menggunakan program komputer yaitu Corel Draw. Jenis program ini digunakan untuk mengolah gambar seperti logo, poster, dan peta. Prosedur penggambaran layout dan fasilitas dengan menggunakan Corel Draw dilakukan dengan membuka program Corel Draw, kemudian pilih ikon file, lalu pilih ikon import -- kemudian pilih gambar lalu klik ok. Langkah berikutnya tracing gambar dengan menggunakan ikon Freehand tool di Toolbox. Selanjutnya, penyajian gambar tanpa skala dilakukan dalam 4 (empat) kelompok periode waktu dimana masing-masing periode memiliki jangka waktu 5 tahun. Pembagian jangka waktu 5 tahun dikarenakan, masa pembangunan di Indonesia terdiri dari 5 tahun sesuai dengan istilah kata PELITA (Pembangunan Lima Tahun) pada masa Orde Baru (ORBA). Selain itu, masa jabatan pemerintahan di Indonesia dalam 1 periodenya terdiri dari 5 tahun seperti jabatan kepala pelabuhan perikanan. Berikut adalah pembagian empat kelompok periode waktu yang terdiri dari: 1. Periode 1 (tahun 1993/ /2000) > 5 tahun, dengan penyajian gambar bangunan fasilitas yang dibangun mulai pada tahun 1993/1994 sampai dengan tahun 1999/2000.

23 2. Periode 2 (tahun 2000/ /2005) 5 tahun, dengan penyajian gambar bangunan fasilitas yang dibangun mulai pada tahun 2000/2001 sampai dengan tahun 2004/ Periode 3 (tahun 2005/ /2010) 5 tahun, dengan penyajian gambar bangunan fasilitas yang dibangun mulai pada tahun 2005/2006 sampai dengan tahun 2009/ Periode 4 (tahun 2010/ /2015) 5 tahun, dengan penyajian gambar bangunan fasilitas yang dibangun mulai pada tahun 2010/2011 sampai dengan tahun 2014/2015. Analisis perkembangan aktivitas dilakukan secara deskriptif setelah mengindentifikasi perkembangan fasilitas mulai tahun Selanjutnya menganalisis apakah perkembangan aktivitas tersebut didukung oleh perkembangan fasilitasnya baik jenis maupun kapasitasnya dengan cara memetakan perkembangan fasilitas secara komparatif berdasarkan periode. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Fasilitas di PPN Palababuhanratu dan Pengembangannya Fasilitas PPN Palabuhanratu Fasilitas pokok : Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan (Lubis, 2012). Fasilitas pokok yang terdapat di PPN Palabuhanratu dari tahun antara lain : Breakwater atau pemecah gelombang Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap gelombang laut (Lubis, 2012). Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) memiliki 2 unit breakwater yaitu breakwater kolam I dibangun tahun 1992/1993 dan breakwater kolam II dibangun tahun 2000 yang masing-masing memiliki panjang 125 meter dan 294 meter. Tahun 2003 kondisi breakwater kolam II sudah mengalami kerusakan sepanjang 150 meter (Gambar 4). Kerusakan tersebut ditimbulkan akibat sering terkenanya arus dan gelombang. Tinggi gelombang di PPN Palabuhanratu sekitar 1,5 3 meter. Menurut Mahyuddin (2007) gelombang besar terjadi di PPN Palabuhanratu terjadi selama musim barat, yaitu pada bulan November-Maret. Tahun 2014 dalam upaya pengembangan PPN Palabuhanratu, pemerintah telah menganggarkan dana perbaikan breakwater. Perbaikan yang baru terealisasi untuk breakwater adalah sepanjang 100 meter dari total panjang kerusakan sepanjang 150 meter. Hal ini dikarenakan, dana pencairan bantuan dari pusat hanya mampu memperbaiki kerusakan breakwater dengan panjang 100 meter. Seharusnya

24 6 perbaikan dilakukan sesuai dengan kerusakan yang ada agar breakwater tersebut berfungsi secara optimal. Lampu suar masuk pelabuhan Lampu suar pelabuhan merupakan bangunan menara yang tinggi dengan lampu diatasnya, biasanya diletakkan di sepanjang pantai untuk memberitahu atau membimbing kapal sepanjang perjalanannya mendekati pelabuhan agar terhindar dari bahaya-bahaya seperti adanya karang-karang dan pendangkalan (Lubis, 2012). Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki 4 unit lampu suar masuk pelabuhan, yaitu 2 unit berada di dermaga I dan 2 unit berada di dermaga II (Gambar 5). Pengadaan lampu suar di dermaga I pada tahun 1993 dengan tinggi masing-masing 12 meter sedangkan lampu suar di dermaga II pada tahun 2003 dengan tinggi masing-masing 6 meter. Penambahan lampu suar pada tahun 2003 dikarenakan adanya penambahan fasilitas berupa dermaga dan kolam II di PPN Palabuhanratu. Fasilitas lampu suar masuk pelabuhan sejak adanya penambahan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2014 masih dalam kondisi baik. Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan, serta tempat mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut (Lubis, 2012). Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki 2 dermaga, yaitu dermaga I dan dermaga II. Dermaga I dibangun pada tahun 1993 dengan panjang 500 meter yang dimanfaatkan untuk dermaga pendaratan sepanjang 81 meter, dermaga muat sepanjang 315 meter dan dermaga perbaikan (docking) sepanjang 66 meter. Dermaga II dibangun tahun 2003 dengan panjang 410 meter yang dimanfaatkan untuk dermaga pendaratan sepanjang 165 meter dan dermaga muat sepanjang 235 meter (Gambar 3). Menurut Qadarian (2010), PPN Palabuhanratu menggunakan dermaga I untuk melayani kapal-kapal yang berukuran < 30 GT, sedangkan dermaga II digunakan untuk melayani kapal-kapal yang berukuran > 30 GT. Penambahan dermaga II dikarenakan jumlah kapal yang masuk dalam tiap tahunnya meningkat, sehingga untuk mengurangi jumlah kapal yang menumpuk di dermaga I maka dibangun dermaga II. Dermaga yang ada di PPN Palabuhanratu baik dermaga I maupun dermaga II masih dalam kondisi baik. Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapalkapal yang akan bersandar di dermaga (Lubis, 2012). Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu memiliki 2 unit kolam pelabuhan. Kolam I dibangun pada tahun 1993 dengan luas kolam pelabuhan 3 ha dengan kedalaman 3 meter. Kolam I ini digunakan untuk aktivitas tambat dan labuh bagi kapal-kapal yang berukuran < 30 GT. Kolam II dibangun pada tahun 2003 dengan luas 2 ha dengan kedalaman 3 meter sampai 4 meter. Kolam II ini digunakan untuk aktivitas tambat dan labuh bagi kapal-kapal yang berukuran > 30 GT seperti halnya kapal motor jenis longline yang daerah penangkapannya jauh. Pembangunan kolam pelabuhan II dikarenakan jumlah kapal yang ingin melakukan tambat labuh atau membongkar hasil

25 tangkapan dan sebagainya di kolam pelabuhan I sangat banyak. Menurut Qadarian (2010), kolam pelabuhan II di PPN Palabuhanratu dibangun karena kolam pelabuhan sebelumnya tidak cukup menampung aktivitas kapal. Kondisi kolam pelabuhan di PPN Palabuhanratu khususnya kolam pelabuhan I setiap tahunnya mengalami pendangkalan akibat pasir dan tanah yang terbawa oleh aliran Sungai Cipalabuhan. Menurut Mahyuddin (2007), pendangkalan kolam di PPN Palabuhanratu terjadi karena adanya sampah-sampah yang berasal dari padat limbah dan limbah cair yang dibuang dari kapal-kapal, aktivitas docking dan aktivitas pelelangan ikan serta adanya sampah akibat dari adanya arus pasang kedalam kolam. Usaha yang telah dilakukan oleh pihak PPN Palabuhanratu setiap tahunnya melakukan pengerukan di kolam pelabuhan I, sedangkan kondisi kolam pelabuhan II sampai tahun 2014 belum pernah mengalami pendangkalan. Sejak dibangun tahun 2003 sampai dengan tahun 2014 kolam pelabuhan belum ada pengembangan lagi. Turap sungai cipalabuhan Turap sungai cipalabuhan di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1992/1993 dengan melakukan perbaikan dinding dan dasar sungai yang memiliki panjang 200 meter (Lampiran 1). Tujuan perbaikan dan pembangunan turap adalah untuk mengalirkan air Sungai Cipalabuhan. Fungsi dari turap tersebut adalah untuk menahan agar tidak terjadi erosi. Kondisi turap Sungai Cipalabuhan dari awal pembangunan turap sampai tahun 2014 masih cukup baik. Rumah pompa air laut Rumah pompa air di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2004 (Gambar 6). Pompa air laut ini digunakan untuk membantu pihak pegawai PPN Palabuhanratu dalam penyediaan air tawar bagi para nelayan dan lain sebagainya. Pompa air laut ini agar tetap aman dari karat, panas dan hujan dilengkapi dengan rumah atau yang biasa kita sebut dengan rumah pompa. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu, fasilitas rumah pompa air di PPN Palabuhanratu pada tahun 2014 tidak lagi berfungsi. Hal ini dikarenakan, kurangnnya perhatian pemeliharaan terhadap fasilitas rumah pompa air dan juga sebagian besar badan dan pipa pompa air mudah korosi. Fasilitas fungsional : Fasilitas fungsional yang dikatakan juga suprastuktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di suatu pelabuhan, namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut (Lubis, 2012). Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu dari tahun diantaranya sebagai berikut : 7

26 8 Tempat pelelangan ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sesuai dengan namanya, fungsi Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk melelang ikan (Lampiran 1), di tempat tersebut terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan) (Lubis, 2012). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terdapat di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 920 m 2 yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan jual beli ikan melalui pelelangan. Tahun 2009 dalam rangka upaya melakukan program tempat pelelangan yang higienis, pengelelola TPI membuat saluran air bekas pencucian ikan dan meninggikan lantai TPI. Kondisi fasilitas TPI sejak adanya perbaikan dan penambahan fasilitas pada tahun 2009 sampai 2014 masih dalam kondisi baik. Bangunan gedung satuan kerja pengawas perikanan Bangunan gedung satuan kerja pengawas perikanan yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 70 m 2 yang memiliki 4 (empat) ruangan yakni ruangan satuan kerja, 2 (dua) ruangan staf dan 1 (satu) ruangan dapur (Lampiran 1). Bangunan gedung satuan kerja pengawas perikanan digunakan oleh petugas yang berperan mengawasi dan menindaklanjuti tindak pelanggaran dibidang perikanan tangkap yang ada di wilayah pelabuhan perikanan, khususnya di Teluk Palabuhanratu. Kapal-kapal yang akan berlayar kembali setelah melakukan aktivitas di PPN Palabuhanratu, perlu membayar kewajiban tambat dan langsung melaporkan kapalnya di kantor satuan kerja pengawas perikanan untuk diperiksa oleh petugas pengawas perikanan berkaitan dengan alat tangkap dan mendapatkan surat layak operasional. Kondisi kantor satuan kerja pengawas perikanan sampai tahun 2014 masih baik dan belum ada pengembangan. Pos pelayanan terpadu I Pos pelayanan terpadu I yang ada di PPN Palabuhanratu ini dibangun pada tahun 1993 dengan luas 72 m 2 dan sampai tahun 2014 tidak ada pengembangan (Lampiran 1). Kantor atau yang biasa disebut sebagai Pos I ini berlokasi didekat jembatan yang menghubungkan jalan masuk menuju jalan ke dermaga I dan II dengan jarak sekitar 25 meter dari gapura pintu masuk pelabuhan. Pos ini digunakan pegawai pelabuhan sebagai tempat enumerator (pencatat data lapangan) untuk memonitoring, mengevaluasi dan mencatat data perikanan dalam hal keluar dan masuknya kapal perikanan, produksi, alat tangkap yang dipakai serta jumlah perbekalan yang dibawa untuk melaut. Menurut Mahyuddin (2007), kondisi fisik pos pelayanan di PPN Palabuhanratu perlu direhab atau dibangun baru karena sebagian bangunannya sudah mengalami pelapukan dan juga belum tersedianya fasilitas pendingin ruangan (AC). Perbaikan mesin kapal (bengkel) Tempat perbaikan mesin kapal atau bengkel di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 62 m 2 (Lampiran 1). Tempat perbaikan mesin kapal ini berfungsi untuk memperbaiki mesin-mesin kapal perikanan yang mengalami kerusakan. Menurut Yasa (2012), semenjak berdirinya fasilitas perbaikan mesin

27 kapal hingga tahun 2009 belum dapat beroperasi dengan baik karena kurangnya peralatan yang ada. Tahun 2009 pihak PPN Palabuhanratu telah menambah sarana operasional seperti mesin bubut 1 unit, mesin bor 1 unit, mesin gergaji 1 unit, mesin pembengkok pipa 1 unit, dan blower 1 unit. Kantor administrasi Kantor administrasi yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 528 m 2 (Lampiran 1). Tujuan pembangunan kantor administrasi ini adalah: 1). Sebagai tempat para pegawai pelabuhan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan operasional pelabuhan yang dilengkapi dengan saranasarana penunjang. 2). Sebagai tempat para pegawai melakukan koordinasi antar seksi dalam struktur organisasinya untuk memecahkan masalah-masalah yang menjadi kendala operasional pelabuhan perikanan. Tahun 2014 kantor administrasi telah direnovasi untuk menambah luas lantai. Bak penampungan air bersih Bak penampungan air bersih yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan kapasitas 200 m 3 yang digunakan untuk menampung air bersih sebagai persedian air bersih bagi kapal-kapal perikanan di wilayah PPN Palabuhanratu (Lampiran 1). Tangki air bersih ini juga dilengkapi dengan pompa berikut rumah pompanya yang berfungsi untuk memompa air dari truck tangki air ataupun dari rumah pompa ke truck tangki air untuk disalurkan ke kapal-kapal yang membutuhkan air bersih. Sejak dibangun tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 belum ada pengembangan. Tangki bahan bakar solar Terdapat 2 tangki bahan bakar solar atau biasa disebut tangki BBM yang ada di PPN Palabuhanratu yang dibangun pada tahun Tangki I berukuran 320 m 3 dengan luas 75 m 2 dan tangki II berukuran 208 m 3 dengan luas 104 m 2 (Lampiran 1). Tangki ini digunakan sebagai penyimpanan stok bahan bakar minyak terutama solar yang dalam pengelolaanya dilakukan oleh pihak swasta. Menurut Lubis (2012), fasilitas tangki BBM dengan kapasitas 208 m 3 dikelola oleh PT. Mekartunas Rayasejati, sedangkan fasilitas tangki BBM dengan kapasitas 320 m 3 dikelola oleh KUD Mina Sinar Laut. Tangki bahan bakar solar dilengkapi dengan rumah pompa untuk menyimpan pompa yang berfungsi untuk memompa atau menyalurkan solar yang akan dimasukkan ke dalam tangki tersebut maupun dari tangki solar ke instalasi dispenser yang selanjutnya dikeluarkan melalui selang dispenser ke kapal-kapal yang membutuhkan solar. Sejak dibangun tahun 1993 sampai tahun 2014 fasilitas tangki bahan bakar solar belum pernah ada pengembangan. 9

28 10 Pos pelayanan terpadu II Pos pelayanan terpadu II atau yang lebih dikenal lagi dengan Pos pelayanan jasa pelabuhan yang ada di PPN Palabuhanratu ini dibangun pada tahun 1993 dengan luas 70 m 2 (Lampiran 1). Pos ini digunakan oleh petugas lapangan dibawah Seksi Pengembangan untuk memberikan pelayanan jasa dan pungutan jasa Pelabuhan Perikanan. Sejak dibangun tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 pos tersebut belum ada pengembangan. Kantor syahbandar perikanan Kantor syahbandar di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2007 dengan luas 75 m 2 (Lampiran 1). Kesyahbandaran yang terdapat di PPN Palabuhanratu ada dua kategori yaitu syahbandar umum dan syahbandar perikanan. Kedua syahbandar ini memiliki tugas yang berbeda dan berada dibawah kementrian yang berbeda. Syahbandar umum berada di bawah Kementrian Perhubungan sementara syahbandar perikananan dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Menurut Yasa (2012), syahbandar umum bertugas mengawasi dan mengeluarkan izin kapalkapal dagang, kapal angkut barang atau penumpang dan kapal lainnya selain kapal perikanan, sedangkan syahbandar perikanan memiliki tugas menerbitkan surat izin berlayar (SIB), memeriksa ulang kelengkapan dan keabsahan dokumen kapal, memeriksa ulang alat penangkap ikan yang ada di kapal, dan memeriksa persyaratan teknis dan nautis kapal. Gedung arsip Gedung arsip di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2008 dengan luas 56 m 2 (Lampiran 1). Gedung arsip ini digunakan untuk menyimpan arsip yang terhitung sejak 5 (lima) tahun yang lalu. Penyimpanannya dilengkapi dengan 3 (tiga) buah lemari arsip. Selain itu, gedung arsip digunakan juga sebagai kios IPTEK dimana gedung tersebut dilengkapi dengan buku`yang berhubungan dengan perikanan baik perikanan darat maupun laut. Buku-buku tersebut sudah ditata secara rapi sehingga bagi para pegawai pelabuhan perikanan atau mahasiswa yang ingin menambah wawasan tentang materi yang dinginkan dapat memilih, mengambil lalu membacanya secara mudah. Sejak dibangun tahun 2008 sampai tahun 2014 gedung arsip belum ada pengembangan. Gedung laboratorium dan pengembangan Gedung laboratorium dan pengembangan yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2008 dengan luas 335 m 2 (Lampiran 1). Gedung ini digunakan sebagai tempat pengujian formalin dan organoleptik. Hasil dari pengujian tersebut dalam upaya memberikan binaan terhadap masyarakat perikanan karena masih maraknya bahaya formalin sebagai pengawet makanan ataupun produk-produk perikanan untuk dikonsumsi manusia. Tidak hanya bahaya bagi konsumen saja, namun juga terkait dengan niliai tambah perikanan sehingga dengan adanya informasi nilai tambah produk perikanan secara tidak langsung dapat membantu masyarakat perikanan atau nelayan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya

29 atau menjual hasil tangkapannya. Sejak dibangun tahun 2008 sampai tahun 2014 gedung tersebut belum ada pengembangan. Fasilitas penunjang : Fasilitas penunjang adalah yang secara tidak langsung akan meningkatkan peranan pelabuhan sehingga para pengguna mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan (Lubis, 2012). Fasilitas penunjang yang ada di PPN Palabuhanratu dari tahun terdiri dari : Balai pertemuan nelayan Balai pertemuan nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 150 m 2 (Lampiran 1). Balai ini digunakan sebagai tempat tatap muka antara pegawai PPN Palabuhanratu dengan masyarakat perikanan seperti nelayan. Menurut Qadarian (2010), balai pertemuan nelayan di PPN Palabuhanratu selain digunakan untuk mengadakan rapat pertemuan nelayan juga digunakan untuk rapat KUD dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan. Balai ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat perikanan setempat tetapi juga digunakan oleh instansi lain yang masih berkepentingan di bidang perikanan. Sejak dibangun tahun 1993 sampai tahun 2014 balai tersebut belum ada pengembangan. Klinik kesehatan Klinik kesehatan yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 41 m 2 (Lampiran 1). Klinik kesehatan atau biasa disebut puskesmas nelayan ini mulai beroperasional pada tahun 2005, sejak dari tahun 2005 sampai tahun 2014 puskesmas nelayan ini beroperasi layaknya puskesmas yang lain. Puskesmas ini memberikan pelayanan kesehatan kepada para keluarga nelayan atau nelayan yang melaut dan sedang dalam kondisi sakit. Pelayanan dilakukan oleh dokter umum dari Dinas Kabupaten Sukabumi. Menurut Mahyuddin (2007), puskesmas atau klinik kesehatan nelayan di PPN Palabuhanratu beroperasi setiap hari selasa dan kamis dengan jumlah pasien 55 orang setiap hari, selain itu puskesmas ini akan ditingkatkan menjadi RS Pelabuhan Perikanan yang berfungsi memberi pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan pelabuhan. Klinik kesehatan atau puskesmas tersebut dari tahun awal pengoperasiannya sampai tahun 2014 belum ada pengembangan lagi. Pos peron Pos Peron yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 1993 dengan luas 6 m 2 (Lampiran 1). Berdasarakan hasil wawancara ke pihak pengelola PPN Palabuhanratu, pos peron ini digunakan sebagai tempat membayar pungutan jasa pas masuk bagi kendaraan yang masuk ke pelabuhan. Petugas peron selain memungut pas masuk juga ikut menertibkan kendaraan yang akan parkir, sehingga tidak menganggu orang yang ada disekitarnya. Pos peron ini sejak dibangun tahun 1993 sampai 2014 belum ada pengembangan. 11

30 12 Rumah type 50,70 dan 36 Rumah type 50, 70 dan 36 yang ada di PPN Palabuhanratu merupakan rumah dinas atau mesh pegawai yang dibangun pada tahun 1993 (Lampiran 1). Pembangunan rumah bertype ini bertujuan agar pegawai mendapatkan akses dengan mudah dalam melakukan tugas di PPN Palabuhanratu, karena kedekatan jaraknya. Adapun ukuran masing-masing rumah bertype tersebut: 1). Rumah type 70 ( 2 rumah ) = 140 m 2 2). Rumah type 50 ( 5 rumah ) = 250 m 2 3). Rumah type 36 ( 13 rumah ) = 252 m 2 Sejak dibangun tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 rumah tersebut belum ada pengembangan. Gedung alat berat Gedung alat berat atau yang disebut garasi alat berat yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2003 dengan luas 200 m 2 (Lampiran 1). Garasi alat berat ini digunakan untuk menyimpan dan memarkir kendaraan alat berat seperti crane truck. Sejak dibangun tahun 2003 sampai dengan tahun 2014 gedung tersebut belum ada pengembangan. Toilet publik dermaga II Toilet publik dermaga II dibangun pada tahun 2005 dengan luas 24 m 2. (Lampiran 1). Pembangunan toilet ini bertujuan untuk memberikan akses yang mudah bagi masyarakat setempat untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) tanpa harus kesulitan keluar areal pelabuhan perikanan. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelolah PPN Palabuhanratu toilet publik dermaga II dilengkapi dengan beberapa kamar mandi, air bersih dan kakus (WC). Sejak pembangunan tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 toilet tersebut belum ada pengembangan. Musholla Musholla di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2005 dengan luas 359 m 2 (Lampiran 1). Pembangunan musholla ini bertujuan sebagai tempat para pegawai pelabuhan yang bergama Islam untuk mendapatkan siraman rohani dan melakukan ibadah kepada Allah SWT. Tahun 2007 telah dibangun pagar agar musholla terlihat rapih dan bersih serta menjaga kebersihan/kesuciannya. Sejak pembangunan pagar musholla tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 musholla tersebut belum ada pengembangan lagi. Toko logistik dan BAP (kedai pesisir) Toko logistik perikanan (kedai pesisir) berlokasi di sebelah kanan dari bengkel perikanan dan sebelah kiri syhabandar perikanan dengan jumlah 11 unit. Toko BAP berlokasi di komplek PPN Palabuhanratu dengan jumlah 3 unit. Toko logistik dan BAP ini bagian unit dari bisnis perikanan terpadu dalam upaya memenuhi logistik nelayan khususnya berupa makanan dan minuman, yang diperlukan baik ketika akan melaut ataupun sedang beristirahat. Toko logistik

31 dibangun pada tahun 2007 dengan luas 110 m 2 sedangkan toko BAP dibangun pada tahun 2006 dengan luas 120 m 2 (Lampiran 1). Menurut Yasa (2012), toko bahan alat penangkap ikan (BAP) adalah toko yang menjual bahan-bahan untuk membuat alat penangkap ikan seperti benang, coban, kail, pelampung, pemberat, jaring dan umpan sedangkan kedai pesisir menjual bahan kebutuhan melaut seperti makanan dan minuman. Sejak dibangunnya toko BAP tahun 2006 dan toko logistik tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 kedua bangunan tersebut belum ada pengembangan. Gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang berlokasi di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2008 dengan luas 470 m 2 (Lampiran 1). Anggaran pembangunannya berasal dari pemerintah pusat melalui Dirjen P2HP DKP. Tujuan pembangunannya adalah sebagai tempat untuk : 1). Melakukan pembinaan terhadap masyarakat perikanan yang berkaitan dengan pengolahan hasil perikanan atau produk perikanan. 2). Memberikan informasi tentang teknologi terbaru dalam bidang pengolahan ikan terutama mengenai rantai dingin dan teknis penambahan nilai tambah produk perikanan. 3). Melakukan pembinaan tentang dampak dari pemakaian bahan pengawet pada produk perikanan yang dikonsumsi untuk orang banyak. 4). Melakukan pembinaan tentang penanganan mutu ikan baik di atas kapal maupun setelah ikan didaratkan sampai pada pemasarannya. Gedung pasar ikan dan resto Gedung pasar ikan dan resto yang ada di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2009 dengan luas 713 m 2 (Lampiran 1). Pasar ikan digunakan untuk tempat penjualan ikan secara grosir. Menurut Yasa (2012), pasar ikan dan resto di PPN Palabuhanratu digunakan sebagai pasar ikan segar dan restoran ikan bakar. Pasar ikan dan resto ini mulai dioperasikan sejak tanggal 20 Januari 2010 dan pengelolaannya diserahkan kepada Koperasi Mina Nusantara. Pembangunan pasar ikan dan resto bertujuan agar masyarakat nelayan dapat dengan mudah memasarkan hasil tangkapannya. Sejak dibangun tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 gedung tersebut belum ada pengembangan. Pengembangan fasilitas PPN Palabuhanratu Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gambar pengembangan fasilitas disajikan dalam 4 (empat) kelompok periode waktu yaitu: 1). Periode 1 (tahun 1993/ /2000). 2). Periode 2 (tahun 2000/ /2005). 3). Periode 3 (tahun 2005/ /2010). 4). Periode 4 (tahun 2010/ /2015). 13

32 14 Periode 1 (tahun 1993/ /2000) Bangunan atau fasilitas di PPN Palabuhanratu pada periode 1 (tahun 1993/ /2000) sebanyak 33 fasilitas. Bangunan/fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Fasilitas pokok di PPN Palabuhanratu pada periode 1 sebanyak 8 yaitu : kolam I, lampu suar masuk kolam I, dermaga tambat dan perbaikan 1, dermaga tambat dan perbaikan 2, breakwater, lampu suar kolam I, dermaga pendaratan dan turap Sungai Cipalabuhan. Fasilitas fungsional sebanyak 9 yaitu : kantor satuan kerja pengawas perikanan, pos pelayanan terpadu II, perbaikan mesin kapal, kantor administrasi, bak penampungan air bersih, tangki bahan bakar solar, pos pelayanan terpadu I, bengkel perikanan dan gedung genset, dan TPI. Fasilitas penunjang sebanyak 16 yaitu: gedung penyimpanan mesin dan jaring, balai pertemuan nelayan, klinik kesehatan, pos peron, rumah type 50 2 buah, rumah type 70 2 buah, guest house, wisma nelayan type 36, rumah type 36, Dispenser SPDN (KUD), Kantor SPDN (KUD), Mess operator type 36, Kantor Polairud, dan CV. Agung, S. Kom (coldstorage, docking). Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu, pembangunan fasilitas seperti dermaga, kolam, TPI, breakwater, dan sebagainya sangat diperlukan karena para nelayan pada saat itu mengalami kesukaran bertambat untuk membongkar dan mendaratkan ikan, juga belum adanya tempat yang layak untuk memasarkan ikan serta belum terlindungnya perahu terhadap gelombang. Menurut Yasa (2012), dana pembangunan fasilitas di PPN Palabuhanratu pada tahap awal bersumber dari APBN, Asian Development Bank (ADB), dan Islamic Development (ISDB). Area lahan yang terpakai pada pembangunan fasilitas pada periode 1 diperkirakan sekitar m 2 dari total luas lahan m 2 yang dimiliki PPN Palabuhanratu. Jumlah fasilitas penunjang pada periode 1 (tahun 1993/ /2000), adalah terbanyak dibanding fasilitas fungsional dan fasilitas pokok. Hal itu disebabkan pembangunan fasilitas penunjang berfungsi meningkatkan peranan pelabuhan secara tidak langsung. Fasilitas penunjang memiliki peran sangat penting karena berfungsi melayani kebutuhan para pelaku perikanan. Gambar perkembangan fasilitas pada periode 1 (tahun 1993/ /2000) terlihat posisi atau letak bangunan fasilitas yang ada rata-rata sudah sesuai dengan yang seharusnya (Gambar 1). Bangunan/fasilitas TPI di PPN Palabuhanratu berada di dekat dermaga bongkar. Hal ini bertujuan agar aktivitas pemindahan ikan hasil tangkapan berjalan mudah dan kualitas ikan hasil tangkapan tetap terjaga. Lubis (2012) mengatakan bahwa letak dan pembagian ruang di gedung pelelangan harus direncanakan mulai dari ruang lelang, kantor, tempat pengepakan dan lain-lain. Letak atau posisi bangunan/fasilitas seperti dermaga tambat dan tempat perbaikan kapal, gedung pertemuan nelayan, bengkel perikanan dan gedung genset, dan balai pertemuan nelayan di PPN Palabuhanratu berada pada posisi yang saling berdekatan. Hal ini bertujuan untuk memperlancar kegiatan aktivitas yang ada. Berdasarkan urutan tata letak fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan, bangunan/fasilitas seperti bengkel mesin, gedung pertemuan nelayan, dan tempat perbaikan jaring masuk ke dalam kategori kelompok penyegaran. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan kriteria yang bertujuan untuk memperhitungkan tingkat kelancaran aktivitasnya yang disesuaikan dengan fungsi fasilitas yang menyertainya (Lubis, 2012).

33 15 Keterangan : 1. Lampu suar masuk kolam 1 2. Dermaga tambat dan perbaikkan 3. Gedung penyimpanan mesin dan jaring 4. Perbaikkan mesin kapal 5. Balai pertemuan nelayan 6. Kantor administrasi 7. Dermaga tambat dan perbaikkan 8. Kolam I 9. Bak penampungan air bersih 10. Tangki bahan bakar solar 11. Pos pelayanan terpadu 12. Klinik kesehatan 13. Pos peron 14. TPI 15. Lampu suar masuk kolam I 16. Mess operator type Rumah type Rumah type Rumah type Rumah type Guest house 22. Wisma nelayan type Rumah type Turap sungai cipalabuhan 25. Bengkel perikanan dan gedung genset 26. Dispenser SPDN (KUD) 27. Kantor SPDN (KUD) 28. Dermaga bongkar 29. Kantor POLAIRUD 30. AGUNG, S. Kom 31. Pos pelayanan terpadu II 32. Kantor satkes pengawas 33. Breakwater (groin) Gambar 1 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000)

34 16 Periode 2 (tahun 2000/ /2005) Bangunan atau fasilitas di PPN Palabuhanratu pada periode 2 (tahun 2000/ /2005) mengalami penambahan jumlah fasilitas sebanyak 11 unit. Penambahan fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang tadinya 8 buah pada periode 1 (tahun 1993/ /2000) menjadi 14 fasilitas pada periode 2. Tambahan fasilitas tersebut berupa kolam II, dermaga II, lampu suar masuk kolam II, rumah pompa air laut, breakwater II, dan lampu suar masuk pelabuhan. Fasilitas penunjang yang tadinya 16 pada periode 1 menjadi 21 pada periode 2. Penambahan fasilitas tersebut berupa gedung alat berat, PT AGB (Agro Global Bisnis), CV. Agung, S. Kom (sparepart), PT Ratu Prima coldstorage, dan CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar. Sedangkan fasilitas fungsional dari periode 1 sampai periode 2 tidak mengalami perkembangan ataupun penambahan. Tambahan fasilitas di periode 2 diberi tanda warna kuning (Gambar 7). Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu didapatkan informasi bahwa penambahan kolam II yang dibangun pada tahun 2003 di PPN Palabuhanratu adalah seluas 2000 m 2 dengan kedalaman kolam 3 m sampai dengan 4 m dan panjang dermaga 410 m 2. Penambahan fasilitas tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah armada kapal penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada periode 2 sehingga terjadi kepadatan kapal-kapal yang bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan I (Gambar 2). Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 Gambar 2 Kondisi kolam dan dermaga I PPN Palabuhanratu Menurut Qadarian (2010), penambahan dermaga II di PPN Palabuhanratu dikarenakan kapal-kapal yang menggunakan dermaga I sebagai tempat mendaratkan hasil tangkapan sudah melampaui kapasitasnya, sedangkan penambahan kolam II dikarenakan kolam I sudah tidak cukup menampung aktivitas kapal. Dermaga II digunakan untuk melayani kapal-kapal yang berukuran 30 GT dan di atas 30 GT seperti kapal jenis longline (Gambar 3), sedangkan dermaga I digunakan untuk melayani kapal-kapal berukuran dibawah 30 GT. Menurut Mahyuddin (2007), kolam I memiliki kapasitas daya tampung sebanyak 125 unit

35 kapal untuk ukuran <30 GT, sedangkan kolam II sebanyak 40 unit kapal dengan ukuran GT. 17 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2012 Gambar 3 Fasilitas kolam dan dermaga II PPN Palabuhanratu Kapal yang melakukan tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu tidak hanya berasal dari PPN Palabuhanratu, tetapi juga berasal dari pelabuhan lainnya di Jakarta, Cilacap, Lampung dan dari PPI lainnya di Sukabumi yakni Cisolok, Cibangban, Mina Jaya, Ujung Genteng, Ciwaru dan Loji (Yasa, 2012). Breakwater II di PPN Palabuhanratu dibangun pada tahun 2003 (Gambar 4). Pembangunan breakwater II digunakan untuk melindungi kolam dan dermaga II di PPN Palabuhanratu. Menurut Lubis (2012), breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap gelombang laut. Seperti penjelasan sebelumnya, panjang breakwater II ini adalah 294 meter. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2009 Gambar 4 Fasilitas breakwater II PPN Palabuhanratu

36 18 Penambahan 2 unit lampu suar masuk pelabuhan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2003 masing-masing setinggi 6 meter dan 12 meter. Lampu suar ini digunakan untuk memberikan tanda bagi kapal-kapal yang ingin masuk di pelabuhan. Menurut Lubis (2012), biasanya lampu suar ini diletakkan di sepanjang pantai untuk memberitahu atau membimbing kapal sepanjang perjalanannya mendekati pelabuhan agar terhindar dari bahaya-bahaya seperti adanya karang dan pendangkalan. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 Gambar 5 Fasilitas lampu masuk pelabuhan kolam II Penambahan fasilitas rumah pompa air laut digunakan untuk membantu pihak pegawai PPN Palabuhanratu dalam penyediaan air tawar bagi para nelayan dan sebagainya. Selain itu, penambahan fasilitas rumah pompa air laut dikarenakan akibat meningkatnya jumlah kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu. Hal ini juga didukung dengan cenderung meningkatnya jumlah pengunaan air bersih di PPN palabuhanratu setiap tahunnya pada periode ini. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2012 Gambar 6 Fasilitas rumah pompa air laut PPN Palabuhanratu Fasilitas rumah pompa air laut di PPN Palabuhanratu tidak dapat bertahan lama. Mahyuddin (2007), mengatakan bahwa operasional fasilitas rumah pompa air

37 laut PPN Palabuhanratu mengalami kesulitan dalam pemeliharaan karena alat pemompanya mudah korosi akibat pengaruh air laut. Penambahan fasilitas gedung alat berat di PPN Palabuhanratu digunakan untuk menyimpan atau memarkir kendaraan atau alat berat yang ada seperti fork lift dan drum truck. Luas gedung alat berat di PPN Palabuhanratu sekitar 200 m 2. Selain itu, pada periode 2 ini terdapat beberapa perusahaan seperti PT AGB, PT. Ratu Prima, dan CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar. Berdirinya industri pengolahan ikan seperti PT. AGB coldstorage diindikasikan karena cenderung meningkatnya jumlah produksi ikan di PPN Palabuhanratu setiap tahunnya pada periode 1 dan periode 2 (Gambar 22 dan Gambar 23). PT. AGB di PPN Palabuhanratu berdiri pada tahun 2004 yang bergerak pada usaha pembekuan dan ekspor ikan layur. Renggana (2012), mengatakan bahwa tujuan dan kegiatan utama dari perusahaan PT. AGB adalah menyalurkan dan mengekspor produk perikanan layur. PT. Ratu Prima berdiri pada tahun 2004 dengan luas bangunan 600 m 2. PT. Ratu Prima bergerak di bidang pembekuan ikan layur dengan kemampuan produksi sekitar 60 ton/bulan. Selain itu, PT. Ratu Prima juga bergerak di bidang penyediaan es di PPN Palabuhanratu. Berdirinya PT. Ratu Prima diindikasikan karena kurangnya ketersedian es di PPN Palabuhanratu dalam memenuhi kebutuhan logistik es akibat peningkatan jumlah produksi ikan. Hal ini juga didukung dengan tingginya jumlah kebutuhan logistik es di PPN Palabuhanratu pada tahun 2004 yaitu sebesar balok (Gambar 34). CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar berdiri pada tahun 2004 dengan luas lahan 500 m 2. Berdirinya CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar diindikasikan karena meningkatnya jumlah kebutuhan melaut dan belum cukupnya ketersediaan kebutuhan BBM di PPN Palabuhanratu. CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar merupakan perusahaan perseorangan yang melakukan kegiatan penyediaan kebutuhan BBM bagi kapal berukuran di bawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. Yasa (2012), mengatakan bahwa sumber BBM CV. Mekartunas Rayasejati adalah PT. Pertamina, dimana biaya pendistribusian BBM dari PT Pertamina ke tangki milik PT. Mekartunas Rayasejati dilakukan menggunakan mobil tangki dengan biaya Rp ,00 per tangkinya. Gambar perkembangan fasilitas pada periode 2 (tahun 2000/ /2005) menunjukkan bahwa posisi letak bangunan/fasilitas seperti breakwater, kolam II, dan dermaga II berada pada posisi yang seharusnya (Gambar 7). Bangunan/fasilitas seperti CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar dan CV. Agung, S. Kom ( Sparepart ) terletak diantara kolam pelabuhan I dan kolam pelabuhan II. Hal ini untuk mempermudah aktivitas pengisian bahan bakar dan perbaikan bagi kapalkapal yang berada pada kolam I dan II. Letak posisi bangunan PT. RATU PRIMA coldstorage berada di pinggir jalan agar mempermudah akses transportasi dalam pengangkutan ikan beku menuju daerah konsumen. Area lahan yang terpakai pada tambahan pembangunan fasilitas pada periode 2 ini diperkirakan sekitar m 2 dari total luas lahan m 2 yang di miliki oleh pihak PPN Palabuhanratu. Ketersediaan lahan untuk penambahan fasilitas pada periode 2 (tahun 2000/ /2005) masih mencukupi. 19

38 20 de 3 (tahun 2005/ /2010) Keterangan : 1. Lampu suar masuk kolam 1 2. Dermaga tambat dan perbaikkan 3. Gedung penyimpanan mesin dan jaring 4. Perbaikkan mesin kapal 5. Balai pertemuan nelayan 6. Kantor administrasi 7. Dermaga tambat dan perbaikkan 8. Kolam I 9. Bak penampungan air bersih 10. Tangki bahan bakar solar 11. Pos pelayanan terpadu 12. Klinik kesehatan 13. Pos peron 14. TPI 15. Lampu suar masuk kolam I 16. Mess operator type Rumah type Rumah type Rumah type Rumah type Guest house 22. Wisma nelayan type Rumah type Turap sungai cipalabuhan 25. Bengkel perikanan dan gedung genset 26. Dispenser SPDN (KUD) 27. Kantor SPDN (KUD) 28. Dermaga bongkar 29. Kantor POLAIRUD 30. AGUNG, S. Kom 31. Pos pelayanan terpadu II 32. Kantor satkes pengawas 33. Breakwater (groin) 34. Kolam II 35. Lampu suar kolam I 36. Rumah pompa air laut 37. Gedung alat berat 38. PT.AGB Tuna 39. CV. Agung, S. Kom (Sparepart) 40. PT. Ratu Prima coldstorage 41. CV. Mekartunas Raya Sejati BBM Solar 42. Breakwater II 43. Lampu suar masuk pelabuhan 44. Dermaga II Gambar 7 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005)

39 21 Periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) terdapat penambahan fasilitas di PPN Palabuhanratu sebanyak 21 unit. Penambahan fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok sebanyak 1 unit yaitu lampu suar tanda pelabuhan. Tambahan fasilitas fungsional sebanyak 4 unit yaitu kantor syahbandar umum, gedung arsip, pos penyuluhan perikanan, dan gedung laboratorium dan pengembangan. Tambahan fasilitas penunjang sebanyak 16 unit yaitu musholla dan toilet publik dermaga II, mesjid nelayan, musholla karyawan, PT. PARIDI ASYUDEWI, depot air minum isi ulang, Eks. PT. SARI SAGARA, toko BAP, musholla depo pemasaran ikan, toko logistik I dan II, kedai pesisir, toko logistik perikanan, toko kebutuhan nelayan, gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, pegadaian, dan gedung pasar ikan dan resto. Tambahan fasilitas pada periode 3 diberi tanda warna hijau (Gambar 8). Penambahan fasilitas seperti masjid nelayan, musholla karyawan, dan musholla depo pemasaran ikan dikarenakan meningkatnya aktivitas yang ada di PPN Palabuhanratu seperti aktivitas pemasaran dan penerima jasa. Meningkatnya aktivitas tersebut ditandai dengan banyaknya jumlah pedagang, pembeli, ojek, dan tukang pikul. Aktivitas tersebut dilakukan dari pagi sampai malam sehingga diperlukan tempat ibadah yang cukup di dalam area PPN Palabuhanratu agar masyarakat yang melakukan kegiatan dapat melakukan ibadah di dalam lingkungan PPN Palabuhanratu. Penambahan fasilitas seperti toko kebutuhan nelayan, toko logistik II, toko logistik perikanan, kedai pesisir dan PT. Paridi Asyudewi diduga karena meningkatnya kebutuhan perbekalan melaut di PPN Palabuhanratu. Penambahan fasilitas gedung pasar ikan digunakan untuk penjualan ikan untuk konsumsi lokal dan restoran secara grosir. Menurut Mahyuddin (2007), mengatakan bahwa jenisjenis ikan segar yang terjual di pasar ikan di PPN Palabuhanratu antara lain adalah kakap, udang, tongkol, kuwe, dan cumi-cumi. Gambar perkembangan fasilitas pada periode 3 (tahun 2005/ /2010) menunjukkan bahwa letak posisi bangunan/fasilitas tambahan di PPN Palabuhanratu rata-rata sudah sesuai seperti yang seharusnya seperti kantor syahbandar, depot air minum isi ulang, toko logistik perikanan, kedai pesisir, toko kebutuhan nelayan saling berdekatan. Hal ini bertujuan untuk menunjang aktivitas para nelayan dalam menyiapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Lubis (2012) menjelaskan bahwa berdasarkan urutan letak fasilitas di pelabuhan perikanan, maka bangunan/fasilitas seperti pabrik es, tangki solar, kantor pelabuhan, kantor syahbandar, air bersih termasuk kelompok perbekalan. Kesesuaian alir fasilitas-fasilitas tersebut bertujuan untuk kelancaran aktivitasnya. Area lahan yang terpakai pada pembangunan fasilitas tambahan di periode 3 ini diperkirakan sekitar m 2 dari total luas lahan m 2 yang dimiliki oleh pihak PPN Palabuhanratu. Pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana dari APBN. Ketersediaan lahan untuk penambahan fasilitas pada periode 3 (tahun 2005/ /2010) masih mencukupi.

40 22 Keterangan : 1. Lampu suar masuk kolam 1 2. Dermaga tambat dan perbaikkan 3. Gedung penyimpanan mesin dan jaring 4. Perbaikkan mesin kapal 5. Balai pertemuan nelayan 6. Kantor administrasi 7. Dermaga tambat dan perbaikkan 8. Kolam I 9. Bak penampungan air bersih 10. Tangki bahan bakar solar 11. Pos pelayanan terpadu 12. Klinik kesehatan 13. Pos peron 14. TPI 15. Lampu suar masuk kolam I 16. Mess operator type Rumah type Rumah type Rumah type Rumah type Guest house 22. Wisma nelayan type Rumah type Turap sungai cipalabuhan 25. Bengkel perikanan dan gedung genset 26. Dispenser SPDN (KUD) 27. Kantor SPDN (KUD) 28. Dermaga bongkar 29. Kantor POLAIRUD 30. AGUNG, S. Kom 31. Pos pelayanan terpadu II 32. Kantor satkes pengawas 33. Breakwater (groin) 34. Kolam II 35. Lampu suar kolam I 36. Rumah pompa air laut 37. Gedung alat berat 38. PT.AGB Tuna Keterangan : 39. CV. Agung, S. Kom (Sparepart) 40. PT. Ratu Prima coldstorage 41. CV. Mekartunas Raya Sejati BBM Solar 42. Breakwater II 43. Lampu suar masuk pelabuhan 44. Dermaga II 45. Musholla dan toilet publik dermaga II 46. Mesjid nelayan 47. Lampu suar tanda pelabuhan 48. Musholla karyawan 49. PT. PARIDI ASYUDEWI 50. Depot air minum isi ulang 51. PT. SARI SAGARA 52. Toko BAP 53. Musholla depo pemasaran ikan 54. Toko logistik II 55. Kantor syahbandar perikanan 56. Toko logistik I 57. Kedai pesisir 58. Toko logistik perikanan 59. Toko kebutuhan nelayan 60. Kantor syahbandar umum 61. Gedung arsip dan pos penyuluhan 62. Gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 63. Gedung laboratorium dan Pengembangan 64. Pegadaian 65. Gedung pasar ikan dan resto Gambar 8 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010)

41 23 Periode 4 (tahun 2010/ /2015) Periode 4 (tahun 2010/ /2015) terdapat penambahan fasilitas sebanyak 12 unit di PPN Palabuhanratu. Penambahan fasilitas tersebut hanya fasilitas penunjang. Tambahan fasilitas berupa depo pemasaran ikan dan lapak ikan, warung dan lapak ikan, pabrik es curah, gedung pemasaaran hasil perikanan, cold storage P2HP, CV. Mitra Ratu Mandiri, PT. Bahari Pratama Mandiri, PT. Tritunggal Lintas Bahari, PT. Java Fisheries, CV. Duta Ratu, dan Kantor PT. Paridi Asyudewi. Penambahan fasilitas tersebut diduga karena meningkatnya aktivitas pemasaran, produksi hasil tangkapan dan kebutuhan melaut di PPN Palabuhanratu. Penambahan fasilitas berupa warung dan lapak ikan oleh pihak PPN Palabuhanratu dikarenakan meningkatnya aktivitas yang ada seperti aktivitas pemasaran yang ditandai dengan banyaknya jumlah pedagang. Meningkatnya jumlah pedagang di PPN Palabuhanratu menimbulkan ketidaktertiban pedagang dalam menjual hasil dagangannya. Melihat kondisi seperti ini, pihak PPN Palabuhanratu dalam upaya melakukan program pasar ikan yang higienis membangun fasilitas berupa warung dan lapak ikan agar aktivitas pedagang terlihat lebih tertata. Menurut Mahyuddin (2007), mengatakan bahwa pembangunan lapaklapak ikan di PPN Palabuhanratu untuk menjaga kebersihan, ketertiban, dan keindahan pasar ikan agar tidak terlihat kumuh. Penambahan fasilitas berupa depo pemasaran ikan diduga karena tingginya jumlah produksi ikan yang didaratkan pada periode ini sehingga pihak PPN Palabuhanratu menyediakan sarana atau fasilitas untuk membantu proses pemasaran ikan hasil tangkapan. Selain itu, meningkatnya aktivitas pemasaran yang ditandai dengan banyaknya jumlah pedagang di PPN Palabuhanratu juga merupakan salah satu faktor dibangunnya fasilitas tersebut. Penambahan fasilitas berupa pabrik es curah di PPN palabuhanratu dikarenakan belum tersedianya fasilitas pabrik es. Selain itu, ketidakmampuan PPN Palabuhanratu dalam mencukupi kebutuhan es dan tingginya jumlah kebutuhan es pada periode ini juga merupakan salah satu faktor dibangunnya fasilitas tersebut. Pabrik es di PPN Palabuhanratu hanya mampu memproduksi kurang lebih 1000 balok perhari. Menurut Mahyuddin (2007), kebutuhan es di PPN Palabuhanratu sebanyak 1500 balok perhari. Tambahan fasilitas di periode 4 diberi tanda warna merah (Gambar 9). Gambar perkembangan fasilitas pada periode 4 (tahun 2010/ /2015) terlihat posisi atau letak bangunan/fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu rata-rata sesuai seperti seharusnya. Misalnya letak atau posisi bangunan/fasilitas seperti depo pemasaran ikan dan lapak ikan, warung dan lapak ikan dan gedung pemasaran hasil perikanan yang dibangun secara berdekatan dengan lokasi dermaga bongkar dan TPI. Hal ini sangat mendukung bagi kelancaran aktivitas pemasaran ikan sehingga mutu atau kualitas ikan hasil tangkapan tetap dalam kondisi baik. Area lahan yang terpakai pada pembangunan fasilitas tambahan di periode 4 ini sekitar m 2 dari total luas lahan m 2 yang di miliki oleh pihak PPN Palabuhanratu. Pembangunan atau penambahan fasilitas khususnya untuk industri di PPN Palabuhanratu sudah tidak mencukupi. Menurut Mahyuddin (2007), lahan yang digunakan untuk fasilitas pokok di PPN Palabuhanratu sekitar 7,2 ha sehingga lahan untuk pengembangan areal industri tidak tersedia lagi.

42 24 Keterangan : Depo Lampu Pemasaran suar masuk Ikan kolam dan 1 Lapak 2. Dermaga Ikan tambat dan 67. Warung perbaikkan dan Lapak Ikan Pabrik Gedung Es Curah penyimpanan mesin 69. Gedung dan jaring Pemasaran Hasil 4. Perbaikkan mesin kapal Perikanan 5. Balai pertemuan nelayan 70. CV. PERMATA MINA 6. Kantor administrasi Penjualan 7. Dermaga tambat dan Spare part, perbaikkan Penanganan ikan CV. Kolam MITRA I RATU MANDIRI Penanganan 9. Bak penampungan Ikan air bersih PT. Tangki BAHARI bahan PRATAMA bakar solar MANDIRI 11. Pos pelayanan Penanganan terpadu Ikan Coldstorage. Klinik kesehatan PT. Pos Tritunggal peron Lintas Bahari PT TPI Java Fisheries CV. Lampu Duta Ratu suar masuk kolam I Kantor Mess PT. operator PARIDI type 36 ASYUDEWI 17. Rumah type Rumah type 70 BBM SOLAR 19. Rumah type Rumah type Guest house 22. Wisma nelayan type Rumah type Turap sungai cipalabuhan 25. Bengkel perikanan dan gedung genset 26. Dispenser SPDN (KUD) 27. Kantor SPDN (KUD) 28. Dermaga bongkar 29. Kantor POLAIRUD 30. AGUNG, S. Kom 31. Pos pelayanan terpadu II 32. Kantor satkes pengawas 33. Breakwater (groin) 34. Kolam II 35. Lampu suar kolam I 36. Rumah pompa air laut 37. Gedung alat berat 38. PT.AGB Tuna Keterangan : 42. Breakwater II 43. Lampu suar masuk pelabuhan 44. Dermaga II 45. Musholla dan toilet publik dermaga II 46. Mesjid nelayan 47. Lampu suar tanda pelabuhan 48. Musholla karyawan 49. PT. Paridi Asyudewi 50. Depot air minum isi ulang 51. PT. Sari Sagara 52. Toko BAP 53. Musholla depo pemasaran ikan 54. Toko logistik II 55. Kantor syahbandar perikanan 56. Toko logistik I 57. Kedai pesisir 58. Toko logistik perikanan 59. Toko kebutuhan nelayan 60. Kantor syahbandar umum 61. Gedung arsip dan pos penyuluhan 62. Gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 63. Gedung laboratorium dan Pengembangan 64. Pegadaian 65. Gedung pasar ikan dan resto 66. Depo Pemasaran Ikan dan Lapak Ikan 67. Warung dan Lapak Ikan 68. Pabrik Es Curah 69. Gedung Pemasaran Hasil Perikanan 70. CV. Permata Mina Penjualan Spare part, Penanganan ikan 71. CV. Mitra Ratu MandiriPenanganan Ikan 72. PT. Bahari Pratama Mandiri Penanganan Ikan 73. Coldstorage. 74. PT. Tritunggal Lintas Bahari 75. PT Java Fisheries 76. CV. Duta Ratu 77. Kantor PT. Paridi Asyudewi BBM Solar Gambar 9 Gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015)

43 25 Berdasarkan Gambar 10 diketahui jumlah keseluruhan fasilitas pada periode 1 sebanyak 33 fasilitas yaitu fasilitas pokok sebanyak 8 unit, fasilitas fungsional 9 unit, dan fasilitas penunjang 16 unit. Periode 2 jumlah penambahan fasilitas sebanyak 11 unit. Jumlah keseluruhan fasilitas pada periode 2 sebanyak 44 fasilitas dengan penambahan fasilitas berupa fasilitas pokok sebanyak 6 unit dan fasilitas fungsional 5 unit. Periode 3 jumlah panambahan fasilitas sebanyak 21 unit. Jumlah keseluruhan fasilitas pada periode 3 sebanyak 65 fasilitas dengan penambahan fasilitas berupa fasilitas pokok 1 unit, fasilitas fungsional 16 unit, dan fasilitas penunjang 4 unit. Periode 4 jumlah penambahan fasilitas sebanyak 12 unit. Jumlah keseluruhan fasilitas pada periode 4 sebanyak 77 fasilitas. Penambahan fasilitas pada periode 4 ini hanya berupa fasilitas penunjang, yaitu sebanyak 12 unit (Gambar 10). Jumlah fasilitas (unit) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Fasilitas pokok Fasilitas fungsional Fasilitas penunjang Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 10 Histogram perkembangan jumlah fasilitas sejak PPN Palabuhanratu beroperasi tahun 1993 sampai tahun 2014 dalam 4 kelompok periode waktu. Perkembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu di tandai dengan bertambahnya jumlah fasilitas di setiap periode waktunya. Penambahan fasilitas di PPN Palabuhanratu disebabkan karena terjadinya peningkatan aktivitas yang ada. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, meningkatnya aktivitas tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata jumlah armada penangkap ikan dari periode sebelumnya merupakan alasan bagi pihak pengelola PPN Palabuhanratu untuk menambah fasilitas seperti dermaga dan kolam II. Penambahan fasilitas tersebut bertujuan untuk mengurangi kepadatan jumlah kapal yang berada di dermaga dan kolam I pelabuhan. Perkembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu telah mengimbangi peningkatan aktivitas yang ada agar aktivitas tersebut berjalan dengan lancar dan optimal. Namun dalam prosesnya, pembangunan fasilitas di PPN Palabuhanratu mengalami keterlambatan karena

44 26 terhambatnya pencairan dana anggaran pembangunan fasilitas dari pusat. Berikut adalah tabel dan gambar pengembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu pada tahun dalam empat kelompok periode waktu (Tabel 3 dan Gambar 11). Tabel 3 Pertambahan fasilitas pada 4 (empat) periode waktu. Fasilitas Periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 2 (tahun 2000/ /2005) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 4 (tahun 2010/ /2015) Kolam I, Kantor satkes perikanan, Gedung penyimpanan mesin dan jarring, Lampu suar masuk kolam I, Pos pelayanan terpadu I, Balai pertemuan nelayan, Dermaga tambat dan perbaikkan 1, Perbaikan mesin kapal, Klinik kesehatan, Dermaga tambat dan perbaikkan 2, Kantor administrasi, Pos peron, Breakwater, Bak penampungan air bersih, Rumah type 50 2 buah, Dermaga bongkar, Tangki bahan bakar solar, Rumah type 70 2 buah, Lampu suar kolam I, Pos pelayanan terpadu II, Guest house, Turap Sungai Cipalabuhan, Bengkel perikanan dan gedung genset,wisma nelayan type 36, TPI, Rumah type 36, Mess operator type 36, Kantor Polairud, CV.Agung, S. Kom (coldstorage, docking), Dispenser SPDN (KUD), dan Kantor SPDN (KUD) Kolam II, Gedung alat berat, Dermaga II, PT AGB coldstorage, Lampu suar masuk kolam II, Agung, S. Kom (sparepart), Rumah pompa air laut, PT Ratu Prima coldstorage, Breakwater II, CV. Mekartunas Rayasejati BBM Solar, dan Lampu suar masuk pelabuhan. Lampu suar tanda pelabuhan, Kantor syahbandar umum, Musholla dan toilet publik dermaga II, Gedung arsip, Mesjid nelayan, Pos penyuluhan perikanan Musholla karyawan, Gedung laboratorium dan pengembangan, PT Paridi Asyudewi, Depot air minum isi ulang, Eks. PT. Sari Sagara, Toko BAP, Musholla depo pemasaran ikan, Toko logistik I, Toko logistik II, Kedai pesisir, Toko logistik perikanan,toko kebutuhan nelayan, Gedung pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, pegadaian, dan Gedung pasar ikan dan resto. Depo pemasaran ikan dan lapak ikan, Warung dan lapak ikan, Pabrik es curah, Gedung pemasaaran hasil perikanan, Cold storage P2HP, CV. Mitra Ratu Mandiri, PT. Bahari Pratama Mandiri, PT. Tritunggal Lintas Bahari, PT. Java Fisheries, CV. Duta Ratu, dan Kantor PT. Paridi Asyudewi.

45 27 Periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 2 (tahun 2000/ /2005) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 4 (tahun 2010/ /2015) Gambar 11 Gambar perkembangan fasilitas di PPN Palabuhanratu, tahun dalam 4 periode waktu

46 28 Aktivitas di PPN Palabuhanratu dan Pengembangannya Aktivitas/kegiatan yang ada di PPN Palabuhanratu sudah ada sejak diresmikannya pelabuhan ini pada tahun Aktivitas yang ada seperti aktivitas tambat labuh, pendaratan hasil tangkapan, pemasaran, produksi perikanan, dan lainlain. Aktivitas tambat labuh Aktivitas tambat labuh di PPN Palabuhanratu sudah ada sejak diresmikannya pelabuhan ini pada tahun Kegiatan aktivitas tambat labuh ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga didukung dengan adanya penambahan fasilitas seperti dermaga II dan kolam II yang dibangun pada tahun Peningkatan tersebut dapat dilihat dari bertambahnya jumlah armada penangkap ikan dan jumlah nelayan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base (Gambar 12-15). Hal ini dapat mengindikasikan bertambahnya jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. a. Jumlah Armada Penangkap Ikan Armada penangkap ikan yang ada di PPN Palabuhanratu dibedakan menjadi dua jenis yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Jumlah PMT di PPN Palabuhanratu tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar antara 235 unit sampai 531 unit. Jumlah KM di PPN Palabuhanratu tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar antara 78 unit sampai 629 unit. Kisaran jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 381 sampai unit. Berikut data jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada 4 kelompok periode waktu. Jumlah (unit) Tahun Jumlah Armada PMT KM Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Keterangan : PMT = perahu motor tempel, KM = kapal motor Gambar 12 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000). Periode 1 (tahun 1993/ /2000) rata-rata jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu sebanyak 443 unit dengan rata-rata pertumbuhan jumlah armada penangkap ikan sebesar 1,89% /tahun (Gambar 12). Jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu tertinggi terjadi pada tahun 1996, yaitu sebanyak 488 unit dengan peningkatan jumlah armada penangkap ikan sebesar

47 6,86% dari tahun sebelumnya. Jumlah armada terendah terjadi pada tahun 1997 dengan jumlah kapal sebanyak 406 unit. Penurunan tersebut diduga karena banyaknya jumlah kapal yang tidak beroperasional. Menurut Hardani (2008), penurunan jumlah kapal di PPN Palabuhanratu pada tahun 1997 dikarenakan terjadi krisis ekonomi di Indonesia, sehingga banyak kapal penangkap ikan tidak beroperasi dikarenakan bahan perbekalan melaut semakin melonjak harganya dan jumlahnya berkurang Jumlah (unit) PMT KM Jumlah Armada Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Keterangan : PMT = perahu motor tempel, KM = kapal motor Gambar 13 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005). Periode 2 (tahun 2000/ /2005) rata-rata jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu yaitu sebanyak 462 unit dengan rata-rata pertumbuhan jumlah armada penangkap ikan sebesar 9% /tahun. Jumlah armada penangkap ikan tertinggi terjadi tahun 2004, yaitu sebanyak 530 unit dari tahun sebelumnya (Gambar 13). Jumlah armada penangkap ikan terendah terjadi tahun 2003 yaitu sebanyak 381 unit. Peningkatan jumlah armada tahun 2004 diduga karena bertambahnya jumlah operasional armada penangkap ikan yang berukuran kecil. Menurut Hardani (2008) peningkatan jumlah armada penangkap ikan pada tahun 2004 selain meningkatnya pembelian perahu motor, juga dikarenakan meningkatnya jumlah alat tangkap yang menggunakan perahu motor tempel seperti pancing ulur dan payang Jumlah (unit) PMT KM Jumlah Armada Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Keterangan : PMT = perahu motor tempel, KM = kapal motor Gambar 14 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010).

48 30 Periode 3 (tahun 2005/ /2010) rata-rata jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu sebanyak 746 unit dengan rata-rata pertumbuhan jumlah armada penangkap ikan sebesar 4,49% /tahun. Jumlah armada tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu sebanyak 852 unit dari tahun sebelumnya (Gambar 14). Tahun 2008 jumlah armada penangkap ikan mengalami penurunan sebesar 24,18%. Penurunan tersebut dikarenakan semakin berkurangnya jumlah armada penangkap ikan yang melakukan kegiatan operasional. Menurut Yuliastuti (2010), pada tahun 2008 jumlah armada penangkap ikan mengalami penurunan sebesar 24,2% dikarenakan banyak kapal yang tidak beroperasi karena mahalnya harga BBM, salah satunya seperti kapal payang. Jumlah (unit) Tahun PMT KM Jumlah Armada Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Keterangan : PMT = perahu motor tempel, KM = kapal motor Gambar 15 Grafik jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015). Periode 4 (tahun 2010/ /2015) rata-rata jumlah armada penangkap ikan mengalami peningkatan dari 3 periode sebelumnya (Gambar 16). Rata-rata jumlah armada penangkap ikan pada periode ini sebanyak 906 unit dengan rata-rata pertumbuhan jumlah armada sebesar 0,76% /tahun (Gambar 15). Jumlah armada penangkap ikan tertinggi terjadi tahun 2011 yaitu sebesar unit dengan peningkatan jumlah armada penangkap ikan sebesar 30,23% dari tahun sebelumnya. Jumlah armada penangkap ikan terendah terjadi pada tahun 2014, yaitu sebanyak 814 unit dengan penurunan 8,02%. Peningkatan jumlah operasional armada penangkap ikan pada tahun 2011 dikarenakan bertambahnya jumlah kapal motor di PPN Palabuhanratu (Risnandar, 2013). Jumlah (unit) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Rata-rata Jumlah Armada Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 16 Grafik rata-rata jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu

49 31 b. Nelayan Nelayan yang terdapat di PPN Palabuhanratu meliputi nelayan asli PPN Palabuhanratu dan nelayan pendatang. Jumlah nelayan PPN Palabuhanratu dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar sampai orang. Berikut data jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada 4 kelompok periode waktu Jumlah nelayan (orang) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 17 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 1 (tahun 1993/ /2000) rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu sebanyak orang dengan rata-rata pertumbuhan jumlah nelayan sebesar 2,39% / tahun (Gambar 17). Jumlah nelayan tertinggi di PPN Palabuhanratu terjadi pada tahun 1993, yaitu sebanyak orang. Jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 1996 dengan jumlah nelayan sebanyak orang dengan penurunan jumlah nelayan sebesar 11,04% dari tahun sebelumnya Jumlah nelayan (orang) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 18 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Periode 2 (tahun 2000/ /2005) rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu sebanyak orang dengan rata-rata pertumbuhan jumlah nelayan sebesar 10,63% /tahun (Gambar 18). Jumlah nelayan tertinggi terjadi tahun 2004 dengan jumlah nelayan sebanyak orang. Tingginya jumlah nelayan tahun 2004 juga diduga karena banyaknya jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2004 (Gambar 13). Jumlah nelayan terendah terjadi tahun 2000 dengan jumlah nelayan sebanyak orang. Menurut Hardani (2008), meningkatnya jumlah nelayan tahun 2001 sampai tahun 2006 karena masih

50 32 banyaknya masyarakat Palabuhanratu yang mengandalkan sektor perikanan tangkap sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhui kebutuhan hidup Jumlah nelayan (orang) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 19 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) rata-rata jumlah nelayan di PPN sebanyak orang dengan rata-rata pertumbuhan jumlah nelayan sebesar 10,34% /tahun. Rata-rata jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah sebanyak orang (Gambar 19). Tingginya jumlah nelayan tahun 2007 diduga karena tingginya jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2007, yaitu sebanyak 852 unit (Gambar 14). Jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebanyak orang. Menurut Yuliastuti (2010), tahun jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu cenderung meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,3%. Jumlah nelayan (orang) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 20 Grafik jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada periode 4 (tahun 2010/ /2015) Jumlah nelayan (orang) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 21 Grafik rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode Waktu

51 Periode 4 (tahun 2010/ /2015) rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu meningkat dari 3 periode sebelumnya (Gambar 21). Rata-rata jumlah nelayan periode 4 sebanyak orang dengan rata-rata pertumbuhan jumlah nelayan 1,61% /tahun. Jumlah nelayan tertinggi terjadi tahun 2012 yaitu sebanyak orang (Gambar 20). Jumlah nelayan terendah terjadi tahun 2014 yaitu sebanyak orang. Rendahnya jumlah nelayan tahun 2014 diduga karena rendahnya jumlah armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2014 (Gambar 15). c. Produksi Ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu Produksi ikan di PPN Palabuhanratu terdiri dari dua jenis, yaitu produksi yang ikan berasal dari laut dan produksi ikan yang berasal dari daerah lain melalui jalan darat. Jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar antara kg sampai dengan kg. Berikut data jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada 4 kelompok periode waktu. 33 Jumlah produksi (ton) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 22 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 1 (tahun 1993/ /2000) rata-rata jumlah produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sebanyak ton dengan ratarata pertumbuhan jumlah produksi sebesar 0,77% /tahun. Jumlah produksi ikan tertinggi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu terjadi tahun 1997, yaitu sebanyak ton dari tahun sebelumnya (Gambar 22). Jumlah produksi ikan terendah terjadi pada tahun 1998, yaitu sebanyak ton dari tahun sebelumnya. Jumlah produksi (ton) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 23 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005)

52 34 Periode 2 (tahun 2000/ /2005) rata-rata jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sebanyak ton dengan ratarata pertumbuhan jumlah produksi sebesar 14,54% /tahun. Jumlah produksi ikan didaratkan tertinggi terjadi tahun 2003, yaitu sebanyak ton dari tahun sebelumnya (Gambar 23). Jumlah produksi ikan didaratkan terendah terjadi tahun 2001, yaitu sebanyak ton. Turunnya rata-rata jumlah produksi ikan didaratkan pada periode 3 diduga akibat berkurangya operasional armada penangkap ikan dan berkuranya jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu. Hardani (2008), mengatakan penurunan jumlah perahu motor tempel dan kapal motor pada tahun 2003 disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi BBM terhadap kapal-kapal penangkap ikan kategori industri (>30 GT). Jumlah produksi (ton) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 24 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) rata-rata jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sebanyak ton dengan rata-rata pertumbuhan jumlah produksi sebesar 11,12% /tahun. Jumlah produksi ikan yang didaratkan tertinggi terjadi tahun 2005, yaitu sebanyak ton, sedangkan terendah terjadi tahun 2009, yaitu sebanyak ton dari tahun sebelumnya. Tingginya jumlah produksi ikan tahun 2005 diduga karena meningkatnya jumlah rata-rata armada penangkap ikan dan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu yang melakukan operasi penangkapan ikan. Menurut Qadarian (2010), peningkatan jumlah produksi hasil tangkapan tahun 2005 disebabkan karena adanya usaha dari pihak PPN Palabuhanratu untuk meningkatkan pelayanan dengan mengembangkan fasilitas yang ada. Jumlah produksi (ton) Tahun Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 25 Grafik jumlah produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015)

53 Periode 4 (tahun 2010/ /2015) rata-rata jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu meningkat dari 3 periode sebelumnya (Gambar 26). Rata-rata jumlah produksi ikan yang didaratkan pada periode ini sebanyak ton dengan rata-rata pertumbuhan jumlah produksi ikan didaratkan sebesar 13,12% /tahun. Jumlah produksi ikan di daratkan tertinggi terjadi tahun 2014, yaitu sebesar ton dari tahun sebelumnya (Gambar 25). Jumlah produksi ikan didaratkan terendah terjadi pada tahun 2011, yaitu sebanyak ton dengan penurunan jumlah produksi sebesar 3,04% dari tahun sebelumnya. Penurunan jumlah produksi ikan di PPN Palabuhanratu diduga akibat menurunnya jumlah armada penangkap ikan yang beroperasi. 35 Jumlah produksi (ton) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 26 Grafik rata-rata jumlah produksi hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu Periode 1 Periode 2 Periode 3 perode 4 Rata-rata jumlah armada (unit) Rata-rata jumlah produksi ikan (ton) Rata-rata jumlah nelayan (orang) Sumber : PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 27 Grafik rata-rata jumlah armada penangkap ikan, nelayan dan produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu.

54 36 Berdasarkan (Gambar 27) dapat diketahui bahwa jumlah armada penangkap ikan dan jumlah nelayan mengalami peningkatan disetiap periode. Namun, jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan pada periode 2. Seperti yang dijelaskan sebelumnya penurunan produksi ikan didaratkan diduga akibat berkurangnya jumlah operasional armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu. Menurut Hardani (2008), penurunan jumlah jenis perahu motor tempel dan kapal motor pada tahun 2003 disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi BBM terhadap kapal-kapal penangkap ikan kategori industri (>30 GT). Secara umum, jumlah armada penangkap ikan, nelayan dan produksi ikan didaratkan di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan disetiap periodenya. Hal ini menunjukkan, bahwa aktivitas tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu dari tahun 1993 sampai tahun 2014 telah mengalami perkembangan. Adanya perkembangan aktivitas tambat labuh di PPN Palabuhanratu pihak pengelola PPN Palabuhanratu memberikan fasilitas berupa penambahan fasilitas seperti dermaga dan kolam II yang dibangun pada tahun Menurut Qadarian (2010), penambahan dermaga dan kolam II di PPN Palabuhanratu dikarenakan jumlah kapal-kapal yang menggunakan dermaga dan kolam II sebagai tempat mendaratkan hasil tangkapan sudah melampaui batas. Aktivitas pemasaran/pelelangan ikan Aktivitas pemasaran/pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu sudah ada sejak diresmikannya pelabuhan ini pada tahun Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola TPI di PPN Palabuhnratu didapatkan informasi bahwa pada periode 1 (tahun 1993/ /2000) aktivitas pelelangan ikan dikelola oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu periode dikelola oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (Lubis et al. 2012). Aktivitas pelelangan yang dikelola oleh pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Sukabumi berjalan sesuai dengan praktek lelang seharusnya. Aktivitas pelelangan ikan dilakukan didepan khalayak umum dengan syarat penawaran dengan harga tertinggi dinyatakan sebagai pemenang. Berjalannya aktivitas pelelangan ikan pada periode ini tidak didukung dengan ketersediaan fasilitas berupa air bersih demi memenuhi kebutuhan proses pencucuian ikan. Periode 2 (tahun 2000/ /2005) aktivitas pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu dikelola oleh pihak KUD Mina Sinar Laut. Menurut Hidayat (2013) tahun 2000 pengelolaan TPI dialihkan kepada Koperasi Unit Desa Mina Sinar Laut. Perpindahan tersebut mengacu kepada Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 132 tahun 1997,902/Kpts/3SKB/IX/1997 yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pemberdayaan Industri Kecil mengenai pelelangan ikan yang tercantum dalam Bab II pasal 4 ayat 2 yang berbunyi: Kepada daerah menunjuk KUD sebagai penyelenggara pelelangan ikan setelah memenuhi syarat, serta didukung oleh Perda Jabar No.5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan Pengelola TPI di Provinsi Jawa Barat terkena kewajiban melaksanakan pelelangan ikan dan terhadap semua ikan. Berdasarkan SKB pihak pengelola PPN Palabuhanratu beralih peran menjadi hanya pemilik lahan bangunan TPI, sedangkan aktivitas pengelolaan TPI dikelola oleh pihak KUD Mina Sinar Laut. Pada periode ini aktivitas pelelangan yang dikelola oleh pihak KUD Mina Sinar

55 Laut masih berjalan seperti seharusnya, namun proses pelelangan yang ada belum optimal. Berjalannya aktivitas pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu pihak KUD Mina Sinar Laut dalam memperlancar aktivitas pelelangan pihak KUD Mina Sinar Laut menyediakan fasilitas berupa basket plastik. Periode 3 (tahun 2005/ /2010) aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu tidak berjalan. Menurut Lubis (2012), pada awalnya aktivitas pengolahan pelelangan ikan yang dilakukan oleh KUD Mina Sinar Laut berjalan lancar, namun pada pertengahan tahun 2005 pelelangan tidak berjalan. Padahal jika dilihat dari segi jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan, jumlah produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2005 adalah tertinggi yaitu sebanyak ton (Gambar 25) harusnya proses pelelangan ikan pada periode ini berjalan seperti seharusnya. Menurut Lubis et al (2012) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap berjalan atau tidaknya aktivitas pelelangan di TPI yaitu rendahnya jumlah produksi hasil tangkapan dan adanya pemilik kapal yang merangkap sebagai bakul atau tengkulak. Tahun 2009 dalam rangka upaya melakukan program Tempat Pelelangan Ikan yang higienis pihak pengelola TPI melakukan peninggian pada lantai dan membuat saluran air bekas pencucian ikan yang akan dilelang. Periode 4 (tahun 2010/ /2015) aktivitas pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu yang dikelola oleh pihak KUD Mina Sinar Laut tidak berjalan. Padahal jika dilihat dari segi jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan seharusnya aktivitas pelelangan ikan harusnya berjalan. Menurut pihak pengelola TPI tidak berjalannya aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanrtu dikarenakan banyaknya para nelayan yang bergantung kepada tengkulak dalam hal peminjaman modal. Masih banyaknya nelayan yang terikat pada pemilik modal atau pedagang pengumpul atau bakul atau tengkulak sehingga memungkinkan rendahnya keikutsertaan nelayan dalam menjual ikannya di TPI (Lubis et al, 2012). Tahun 2014 dalam rangka melakukan program pasar ikan yang higienis, pihak pengelola pelabuhan dan TPI bekerja sama memperbaiki tempat pemasaran ikan yang berada disamping bangunan gedung TPI. Aktivitas pengolahan ikan Aktivitas pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu mulai ada sejak adanya industri pengolahan ikan yang bergerak dibidang usaha pembekuan. Aktivitas pengolahan tersebut mengalami perubahan yang lebih baik setiap tahunnya. Perubahan tersebut didukung dengan bertambahnya industri-industri perikanan yang bergerak dibidang pengolahan seperti PT AGB ( pembekuan khusus ikan layur), PT. Ratu Prima Bahari Nusantara ( pembekuan ikan layur), dan lain sebagainya. Periode 1 (tahun 1993/ /2000) di PPN Palabuhanratu terdapat 2 industri yang bergerak di bidang usaha pembekuan ikan di bawah naungan Koperasi Mina Nusantara PPN Palabuhanratu. Industri tersebut bergerak di bidang usaha pembekuan ikan layur. Industri yang berdiri pada tahun 1998 memiliki luas bangunan 200 m 2 dengan kemampuan produksi 10 ton/bulan sedangkan industri yang berdiri pada tahun 1999 memiliki luas 300 m 2 dengan kemanpuan produksi 20 ton/bulan. Industri ini menyediakan 3 unit cool storage. Berdirinya industri pengolahan di PPN Palabuhanratu dikarenakan belum adanya fasilitas pengolahan ikan yang tersedia di PPN Palabuhanratu. Selain itu, jumlah 37

56 38 produksi ikan yang cenderung meningkatan juga merupakan salah satu faktor berdirinya industri pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu (Gambar 26). Periode 2 (tahun 2000/ /2005) terdapat 2 industri yang sama-sama bergerak di bidang usaha pembekuan di PPN Palabuhanratu. Industri tersebut yaitu: PT. AGB dan PT. Ratu Prima Bahari Nusantara bergerak pada usaha pembekuan ikan layur yang dibangun pada tahun PT. AGB (Agro Global Bisnis) dan PT. Ratu Prima Bahari Nusantara memiliki luas masing-masing 900 m 2 dan 600 m 2 dengan kemampuan produksi masing-masing 30 dan 60 ton/bulan. Berdirinya kedua industri ini dikarenakan jumlah produksi ikan di PPN Palabuhanratu pada periode 2 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 23). Menurut Lubis dan Sumiati (2011), produksi ikan hasil tangkapan pada periode di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan rata-rata 23,70% per tahun. Periode 3 (tahun 2005/ /2010) telah dibangun PT. Sagari Utama yang bergerak dalam usaha pembekuan ikan tuna. PT. Sagari Utama berdiri pada tahun 2005 dengan luas 468 m 2 dan memiliki kemampuan produksi 20 ton setiap bulannya. Berdirinya industri ini diduga karena meningkatnya jumlah produksi ikan tuna di yang didaratkan di PPN Palabuhanratu setiap tahunnya. Lubis dan Sumiati (2011) mengatakan, ikan tuna memliliki rata-rata produksi perbulan terbesar pada tahun 2005 yaitu mencapai 159,36 ton. Periode 4 (tahun 2010/ /2015) terdapat 4 industri pengolahan ikan. Industri tersebut diantaranya: CV. Agung, S.Kom Jakarta yang dibangun pada tahun 2012 dengan jenis usaha pembekuan ikan (coldstorage) dan memiliki luas bangunan m 2. PT. Tri Tunggal Lintas Bahari yang bergerak dibidang usaha penanganan tuna. PT tersebut dibangun pada tahun 2013 dengan luas 144 m 2. CV. Mitra Ratu Mandiri dibangun pada tahun 2013 dengan usaha pembekuan ikan (coldstorage) dan memiliki luas bangunan 144 m 2. CV. Duta Ratu Pertiwi Lancar dibangun pada tahun 2014 dengan usaha pembekuan ikan dan memiliki luas lahan 300 m 2. Berdirinya industri ini diduga karena meningkatnya jumlah produksi ikan di PPN Palabuhanratu pada periode 2 ini. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui jumlah industri di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami penambahan setiap periodenya. Penambahan tersebut juga didukung dengan cenderung meningkatnya jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu (Gambar 26). Hal ini menunjukkan adanya perkembangan aktivitas pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu yang ditandai dengan berkembangnya industri pengolahan ikan. Aktivitas penanganan ikan Aktivitas penanganan hasil tangkapan yang ada di PPN Palabuhanratu sudah ada sebelum diresmikannya pelabuhan ini pada tahun 1993, namun penanganan ikan pada saat itu masih belum terlaksana dengan baik karena masih terbatasnya fasilitas air bersih dan belum adanya pabrik es. Aktivitas penanganan ikan sangat perlu dilakukan, agar dihasilkan mutu ikan yang baik. Proses penanganan ikan membutuhkan air bersih dan es.

57 39 a. Air Bersih Jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar antara liter sampai liter. Berikut data jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu pada 4 kelompok periode. Jumlah air bersih (liter) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 28 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 1 (tahun 1993/ /2000) rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu sebanyak liter dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penggunaan air bersih sebesar 18,19% /tahun. Jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar liter dari tahun sebelumnya (Gambar 28). Jumlah penggunaan air bersih terendah terjadi pada tahun 1993 yaitu sebanyak liter. Jumlah air bersih (liter) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 29 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Periode 2 (tahun 2000/ /2005) rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Ratarata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu pada periode ini sebanyak liter dengan rata-rata pertumbuhan penggunaan air bersih sebesar % /tahun. Jumlah penggunaan air bersih tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebanyak liter dari tahun sebelumnya (Gambar 29). Tingginya jumlah penggunaan air bersih pada tahun 2004 diduga karena meningkatnya jumlah armada penangkap ikan dan jumlah nelayan pada tahun 2004 (Gambar 13, dan Gambar 18). Jumlah penggunaan air bersih terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu

58 40 sebanyak liter dengan penurunan jumlah penggunaan air bersih sebesar 84,45% dari tahun sebelumnya. Menurut Yuliastuti (2010) rendahnya jumlah penggunaan air bersih pada tahun 2001, yaitu liter karena tingginya jumlah operasional kapal jenis Perahu Motor Tempel (PMT) dan belum beroperasionalnya kapal motor longline. Jumlah air bersih (liter) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 30 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu sebanyak liter dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penggunaan air bersih 5,71% /tahun. Jumlah penggunaan air bersih tertinggi terjadi tahun 2005, yaitu sebanyak liter (Gambar 30). Jumlah penggunaan air bersih terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu liter dari tahun sebelumnya. Tingginya jumlah penggunaan air bersih tahun 2005 di PPN Palabuhanratu diduga karena meningkatnya operasional armada penangkap ikan dan meningkatnya jumlah kebutuhan perbekalan melaut. Menurut Yuliastuti (2010), penggunaan air bersih tertinggi di PPN Palabuhanratu selama periode terjadi pada tahun 2005, hal ini dikarenakan tingginya jumlah kebutuhan air kapal jenis longliner dan kapal pengangkut tuna dari armada kapal longline. Jumlah air bersih (liter) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 31 Grafik jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Periode 4 (tahun 2010/ /2015) rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu meningkat dari periode sebelumnya (Gambar 32). Rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu liter dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penggunaan air bersih sebesar 8,49% /tahun. Jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu tertinggi terjadi tahun 2010,

59 yaitu sebanyak liter (Gambar 31). Jumlah penggunaan air bersih terendah terjadi tahun 2014, yaitu dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa penurunan jumlah penggunaan air bersih pada tahun 2014 diduga karena rendahnya jumlah operasional armada penangkap ikan di PPN Palabuhanratu, sedangkan tingginya penggunaan air pada tahun 2010 di PPN Palabuhanratu diduga karena meningkatnya jumlah operasional armada penangkap ikan khususnya bagi armada penangkap ikan yang berukuran >30 GT. Selain itu, meningkatnya jumlah kebutuhan perbekalan melaut juga merupakan salah satu faktor tingginya penggunaan air di PPN Palabuhanratu pada tahun Jumlah air bersih (liter) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 32 Grafik rata-rata jumlah penggunaan air bersih di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu. b. Es Balok Jumlah penggunaan es tahun 1993 sampai dengan tahun 2014 berkisar antara balok dan balok. Berikut data jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu pada 4 kelompok periode waktu. Jumlah es (balok) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 33 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 1 (tahun 1993/ /2000) Periode 1 (tahun 1993/ /2000) rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu balok dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,64% /tahun. Jumlah penggunaan es tertinggi terjadi pada tahun 1993 yaitu sebanyak balok (Gambar 33). Jumlah penggunaan es terendah di PPN Palabuhanratu

60 42 terjadi pada tahun 1999, yaitu balok dengan penurunan sebesar 37,10% dari tahun sebelumnya. Jumlah es (balok) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 34 Grafik jumlah penggunaan es di PPN palabuhanratu periode 2 (tahun 2000/ /2005) Periode 2 (tahun 2000/ /2005) rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu sebesar balok dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penggunaan es sebesar 560, 35% /tahun. Jumlah penggunaan es tertinggi terjadi tahun 2004 yaitu sebesar balok dari tahun sebelumnya (Gambar 34). Tingginya jumlah penggunaan es tahun 2004 juga diduga karena meningkatnya jumlah armada penangkap ikan pada tahun 2004 sedangkan jumlah penggunaan es terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu balok dari tahun sebelumnya. Menurut Yuliastuti (2010), penggunaan es tertinggi terjadi pada tahun 2004 dikarenakan meningkatnya aktivitas operasional kapal jenis KM GT dan KM > 30 GT khususnya armada longline dan kapal pengangkut tuna di PPN Palabuhanratu. Jumlah es (balok) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 35 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 3 (tahun 2005/ /2010) Periode 3 (tahun 2005/ /2010) rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu balok dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penggunaan es sebesar 14,20% /tahun. Jumlah penggunaan es tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu balok dari tahun sebelumnya (Gambar 35). Jumlah penggunaan es terendah terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah balok. Penurunan penggunaan es tersebut diduga karena meningkanya aktivitas operasional armada penangkap ikan yang berukuran < 30 GT. Menurut Yuliastuti (2010), penurunan penggunaan es yang terjadi pada tahun 2005 dikarenakan

61 armada penangkap ikan jenis longline telah menggunakan pendinginan ikan dengan RSW (Refregated Sea Water). 43 Jumlah Es (balok) Tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 36 Grafik jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu periode 4 (tahun 2010/ /2015) Jumlah es (balok) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 37 Grafik rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu Penggunaan Air Bersih (liter) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode Penggunaan Es (balok) Sumber: PPN Palabuhanratu, 2014 (data diolah kembali) Gambar 38 Grafik rata-rata penggunaan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu pada 4 periode waktu

62 44 Pada periode 4 (tahun 2010/ /2015) rata-rata jumlah penggunaan es di PPN Palabuhanratu meningkat dari periode sebelumnya (Gambar 37). Rata-rata jumlah penggunaan es pada periode ini yaitu sebesar balok dengan ratarata pertumbuhan jumlah penggunaan es sebesar 4,47% /tahun. Jumlah penggunaan es tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebanyak balok dari tahun sebelumnya sedangkan jumlah penggunaan es terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar dari tahun sebelumnya (Gambar 36). Penurunan jumlah penggunaan es tahun 2011 diduga karena meningkatnya jumlah operasional armada penangkap ikan jenis longline yang menggunakan pendinginan ikan dengan RSW (Refregated Sea Water). Berdasarkan gambar diatas (Gambar 38) dapat diketahui jumlah penggunaan air dan es di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan di setiap periodenya. Namun pada penggunaa es telah mengalami penurunan pada periode 3. Seperti yang dijelaskan sebelumnya penurunan jumlah penggunaan es pada periode 3 diduga karena banyaknya armada penangkap ikan jenis longline yang menggunakan pendinginan ikan dengan RSW (Refregated Sea Water) yang menggunakan air laut sebagai bahan pembuatan es. Jumlah penggunaan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya fasilitas berupa fasilitas pompa air laut pada periode 2 dan pabrik es yang disediakan oleh pihak PPN palabuhanratu pada periode 4. Penambahan fasilitas tersebut digunakan untuk membantu nelayan dan pengguna lainnya seperti industri dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan es. Kebutuhan air bersih dan es di PPN Palabuhanratu masih belum mencukupi walaupun di PPN Palabuhanratu tersedia fasilitas seperti rumah pompa air laut dan pabrik es. Pabrik es di PPN Palabuhanratu memiliki kapasitas maksimum sekitar perbalok per harinya, namun kebutuhan es di PPN Palabuhanratu lebih dari balok per harinya sehingga diperlukan tambahan fasilitas berupa pabrik es. Menurut Mahyuddin (2007), kebutuhan es di PPN Palabuhanratu sebanyak balok per hari.

63 45 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perkembangan fasilitas PPN Palabuhanratu secara keseluruhan telah mengimbangi peningkatan aktivitas yang ada, seperti penambahan fasilitas kolam dan dermaga II yang bertujuan mengurangi kepadatan aktivitas tambat dan labuh di kolam dan dermaga I PPN Palabuhanratu. Setelah periode 4, pengembangan fasilitas PPN Palabuhanratu kiranya terhalang karena tidak tersedia lagi lahan yang mencukupi seperti lahan untuk industri. Aktivitas tambat labuh, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan telah berkembang. Namun pada aktivitas pemasaran ikan setelah periode 1, pelelangan ikan tidak berjalan secara optimal. Aktivitas pengolahan ikan selama 4 periode mengalami perkembangan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah industri pengolahan. Aktivitas penanganan ikan mengalami perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata jumlah kebutuhan logistik air dan es. Saran Pengembangan fasilitas perlu disegerakan oleh pengelolah PPN Palabuhanratu ketika aktivitas sudah mulai berkembang.

64 46 DAFTAR PUSTAKA [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Permen KP No. 008/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Hardani R Studi Hubungan Hasil Tangkapan dengan Ukuran Basket/Wadah Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. Hidayat M Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Fasilitas dan Penyediaan Kebutuhan Melaut di PPN Palabuhanratu Sukabumi. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. Lubis E Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Press. Lubis et al Besaran kerugian nelayan dalam pemasaran hasil tangkapan: kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Maspari Journal. 4 (2): Lubis E dan Sumiati Pengembangan Industri Pengolahan Ikan ditinjau dari Produksi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu. Marine Fisheries. 2 (1): Mahyuddin B Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan dengan Konsep Tryptyque Portuaire: Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Palabuhanratu (ID): PPN Palabuhanratu. [PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Palabuhanratu (ID): PPN Palabuhanratu. [PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Daftar Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Palabuhanratu (ID): PPN Palabuhanratu. [PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Daftar Pemanfaatan Fasilitas (Lahan/Bangunan) Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Palabuhanratu (ID): PPN Palabuhanratu. Qadarian R Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. Renggana P Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen pada Perusahaan Ikan Layur untuk Ekspor: Studi Kasus PT AGB Palabuhanratu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. Risnandar Pengelolaan Lingkungan di Pelabuhan Perikanan Studi Kasus di: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

65 Yasa A Pengkajian Fasilitas dan Pelayanan Kepelabuhanan Terkait Usaha Perikanan Pancing Rumpon di PPN Palabuhanratu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. Yuliastuti R Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. ]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor. 47

66 48 LAMPIRAN

67 49 Lampiran 1 : Gambar 1 fasilitas PPN Palabuhanratu. Tempat pelelangan ikan (TPI) Bak penampungan air bersih Turap sungai cipalabuhan Toilet dermga II Mushollah Tangki BBM Puskesmas/Klinik kesehatan Garasi alat berat Rumah Type 36,50 dan 70 Gedung laboratorium dan pengembangan. Gedung pembinaan, pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan Toko logistik dan BAP

68 50 Lanjutan lampiran 1 : Gambar 1 fasilitas PPN Palabuhanratu. Gedung arsip Dermaga Gedung pasar ikan dan resto Balai pertemuan nelayan Kantor syahbandar Pos pelayanan terpadu II Satuan kerja pengawas Bengkel/docking Warung dan lapak ikan Kantor administrasi PT. Paridi Asyudewi PT. AGB Tuna

69 51 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Polewali Mandar pada tanggal 4 Oktober 1992 dari pasangan Bapak Nurdin dan Ibu Sarjinem. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Penulis memiliki empat orang kakak yang bernama Zainuddin, Ati, Nurmi dan Bambang. Penulis dibesarkan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 015 Sumberjo tahun 1999 hingga tahun 2005 di Wonomulyo kemudian melanjutkan pendidikan di SMP 1 Wonomulyo tahun 2005 hingga tahun 2008 di Wonomulyo dan melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Polewali pada tahun 2008 hingga tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi/kelembagaan mahasiswa antara lain HIMAFARIN , Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Penulis memiliki prestasi selama di kampus antara lain sebagai Ketua Divisi Kesehatan pada tahun 2014 hingga tahun 2015.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 LAMPIRAN 153 154 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 154 155 Lampiran 2 Lay out PPN Palabuhanratu Sumber: PPN Palabuhanratu, 2007 155 156 Lampiran 3 Perhitungan besaran pemanfaatan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU 109 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU Penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut, khususnya untuk nelayan pancing rumpon

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu LAMPIRAN 155 Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu Keterangan gambar: 1. Rumah Dinas 2. Kantor 3. Aula 4. PT. Fan Marine Shipyard 5. Tangki Solar 6. Bengkel 7. Bak Air 8. Pabrik Es 9. Sumur

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain THE STUDY of SPATIAL PLANNING FACILITIES BRONDONG FISHING PORT LAMONGAN DISTRICT EAST JAVA PROVINCE (Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN 168 BAB V 5.1. Tinjauan Umum. Untuk dapat melaksanakan Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan Perikanan Morodemak, Kabupaten Demak dengan baik maka diperlukan evaluasi yang mendalam atas kondisi Pelabuhan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaaan Umum Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE Alpin Septiyan Harahap 1) Jonny Zain 2) and Ronald M. Hutauruk 2) E-mail:

Lebih terperinci

JURNAL STUDI PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

JURNAL STUDI PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT JURNAL STUDI PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT OLEH RIMA STEFI EKARISKI FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5.1 Keadaan Umum 5.1.1 Letak dan sejarah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh secara geografis terletak pada 4 0 07 30 LU dan 96 0 30 BT dan terletak di wilayah

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS 48 6 AKTIVITAS DAN FASILITAS 6.1 Aktivitas PPI Perkembangan aktivitas kepelabuhanan di PPI Cituis didasarkan kepada fungsi pelabuhan perikanan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu 60 Lampiran 2. Fasilitas di PPP Karangantu No Fasilitas Volume Satuan (baik/rusak) I. FASILITAS POKOK Breakwater 550 M Rusak Turap 700 M Baik Faslitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelabuhan Namlea Pulau Buru terletak di Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru, Propinsi Maluku. Pelabuhan Namlea Pulau Buru ini perlu dikembangkan karena banyaknya hasil

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I 1.1 Tinjauan Umum Indonesia adalah negara kepulauan yang mana luas wilayah perairan lebih luas dibanding luas daratan. Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menggali potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province By Sumitri 1), Ir. Syaifuddin, M.Si 2), Ir. Jonny Zain, M.Si 2) 1) Student

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.10/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 91 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei - Juni 2009 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 106 20 ' 10 6 0 '

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS

4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS 36 4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS 4.1 Lokasi Penelitian, Sejarah dan Struktur Organisasi Organisasi 4.1.1 Lokasi penelitian Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus terletak dikelurahan Bungus Barat Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN DI KABUPATEN REMBANG Location Selection Priority of Fishing Port Development at Rembang Regency Oleh: Iin Solihin 1* dan Muhammad Syamsu Rokhman

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44); LEMBARAN

Lebih terperinci

PETA FUNGSI KERJA PROSES BISNIS PUSAT PEMASARAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PPN BRONDONG

PETA FUNGSI KERJA PROSES BISNIS PUSAT PEMASARAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PPN BRONDONG PEDOMAN 16 PETA FUNGSI KERJA PROSES BISNIS PUSAT PEMASARAN DAN DISTRIBUSI IKAN DI PPN BRONDONG Disusun dalam rangka pengembagan pengelolaan dan pemasaran ikan di Brondong 2010 1. Pendahuluan Peta fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang perekonomian nasional, Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kecamatan Juntinyuat

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa retribusi jasa usaha

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Lebih terperinci

URNAL kuppstudy on utilization of Tiku fishing port facilities, Agam Regency, West Sumatera Province. Abstract

URNAL kuppstudy on utilization of Tiku fishing port facilities, Agam Regency, West Sumatera Province. Abstract URNAL kuppstudy on utilization of Tiku fishing port facilities, Agam Regency, West Sumatera Province. by Kusniwati 1) Jonny Zain 2) Syaifuddin 2) Abstract For purpose to identify type, capacity and condition

Lebih terperinci

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU

5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU 5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU Berjalannya fungsi pelabuhan perikanan sangat dipengaruhi oleh keberadaan fasilitas dan juga berkaitan erat dengan kelancaran aktivitas pelabuhan. Fasilitas pokok

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN TAHUN 2013

LAPORAN TAHUNAN UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN TAHUN 2013 LAPORAN TAHUNAN UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN TAHUN 2013 UPTD PELABUHAN PERIKANAN PANTAI CAROCOK TARUSAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 LAPORAN TAHUNAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.11/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 35 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2011. Proses pengambilan data dilakukan di PPN Pekalongan. Lokasi PPN Pekalongan dapat dilihat

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci