BAB II KAJIAN TEORI Supervisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI Supervisi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Supervisi Program Supervisi Menurut Good Carter (dalam Sahertian, 2008: 17) bahwa program supervisi adalah rencana atau usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran. Mc Nerney (dalam Sahertian, 2008: 17) menyatakan bahwa program supervisi adalah suatu prosedur, memberi arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Menurut Kimball Wiles (dalam Sahertian, 2008: 18) program supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar dapat menjadi lebih baik. Seorang supervisor yang baik sebaiknya memiliki lima ketrampilan, yaitu: Ketrampilan dalam hubungan kemanusiaan, Ketrampilan dalam proses kelompok, Ketrampilan dalam kepemimpinan pendidikan, Ketrampilan dalam mengatur tenaga kependidikan, Ketrampilan dalam evaluasi. Semua definisi tentang program supervisi di atas bersifat umum, dan dalam perkembangannya supervisi 9

2 kemudian difokuskan ke dalam batasan yang lebih spesifik, yaitu supervisi pengajaran (Sagala, 2010: 88). Supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Sagala (2010: 89) Supervisi pengajaran adalah tindak laku pejabat yang dirancangkan oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga. Dari definisi para ahli di atas tentang supervisi dapat disimpulkan bahwa kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada lembaga pada umumnya dan kepada guru, kepala sekolah pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti akan meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga/sekolah tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti kegiatan supervisi sudah sesuai dengan tujuan. Supervisi dibedakan menjadi dua yaitu supervisi akademik dan supervisi manajerial/administrasi. 10

3 Supervisi Akademik Supervisi akademik merupakan usaha yang sifatnya membantu atau melayani guru agar dia dapat memperbaiki, mengembangkan, dan bahkan meningkatkan proses belajar mengajar, serta dapat pula mempersiapkan kondisi belajar siswa yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Arikunto (2009:12) bahwa supervisi akademik bukan hanya dapat membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswa, sebagai dasar analisis dalam menyusun rencana kegiatan belajar mengajar secara tepat. Menurut Mulyasa (2013:112) salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru. e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi saran dan pengarahan. 11

4 f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. g. Adanya penguatan dan umpan balik kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran guna mencapai tujuan Tujuan Supervisi Akademik Tujuan supervisi akademik adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa (Aqib & Rohmanto, 2007:190). Hal ini dimaksudkan bukan saja untuk memperbaiki kemampuan guru mengajar tetapi juga untuk pengembangan potensi dan kualitas guru sebagai berikut: a. Mengembangkan kurikulum yang sedang digunakan di sekolah. b. Meningkatkan mutu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. c. Mengembangkan kemampuan seluruh staf di sekolah. Untuk dapat tercapai tujuan dan maksud supervisi akademik, maka harus tahu sasaran supervisi akademik tersebut. Sasaran supervisi akademik adalah 12

5 guru dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, pembuatan silabus dan RPP, pemilihan metode pembelajaran, penggunaan alat peraga dan media pembelajaran, penilaian kegiatan dan hasil kegiatan pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Glickman (dalam Pusbangtendik, 2015:16) tujuan supervisi akademik yaitu membantu guru mengembangkan potensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas Prosedur Supervisi Akademik Prosedur supervisi akademik merupakan rangkaian kegiatan supervisi untuk memberikan bantuan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru agar termotivasi melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam bidang akademik dengan cara memilih pendekatan, metode, dan tehnik supervisi yang tepat sesuai tujuan yang ingin dicapai (Pusbangtendik, 2015:17). Prosedur pelaksanaan supervisi akademik terdiri atas: a. Tahap persiapan, meliputi menyiapkan instrumen dan menyiapkan jadwal bersama, b. Tahap pelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasi supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung, c. Tahap pelaporan, meliputi: mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi, menganalisis hasil supervisi, mengevaluasi bersama antara supervisor dengan kepala sekolah dan guru, dan membuat 13

6 catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, d. Tahap tindak lanjut, meliputi: mendiskusikan dan membuat solusi bersama, memberitahukan hasil pelaksanaan supervisi akademik, dan mengkomunikasikan hasil pelaksanaan supervisi akademik kepada kepala sekolah dan guru Kepala Sekolah Kepala sekolah harus dapat berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM). Kepala sekolah sebagai edukator artinya kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya, kepala sekolah sebagai manajer artinya kepala sekolah harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan para anggota organisasi yang dipimpin, kepala sekolah sebagai administrator maksudnya kepala sekolah mampu dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala sekolah mampu menyupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga kependidikan, kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas, kepala sekolah sebagai inovator artinya memiliki strategi yang tepat, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, sebagai motivator kepala sekolah harus mampu memberi motivasi kepada tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. (Mulyasa, 2006: 98) Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah selaku supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik harus menyusun konsep kegiatan supervisi yaitu 14

7 penyusunan dokumen perencanaan pembinaan, pemantauan, penilaian, dan serangkaian kegiatan yang membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran Kinerja Mengajar Guru Robbins (dalam Karwati & Priansa, 2013:83) menyatakan bahwa kinerja merupakan keadaan di mana individu atau kelompok berfungsi untuk melaksanakan tugas. Suhardiman (2012:29) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya merupakan hasil dari suatu pekerjaan. Hasil ini merupakan akhir dari pekerjaan yang dipengaruhi oleh sumber daya dan lingkungan yang berinteraksi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan. Jika hasil dari suatu kinerja dapat mencapai atau melebihi dengan yang diharapkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka hasil tersebut dapat dikatakan memuaskan. Sebaliknya jika hasil di bawah standar yang diharapkan maka dikatakan kurang baik. Menurut Supardi (2014:47) Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan, berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai norma dan etika yang telah ditetapkan. 15

8 Berdasarkan beberapa pengertian di atas ada persamaan tentang pengertian kinerja yaitu kinerja merupakan prestasi seseorang baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu. Tetapi ada beberapa perbedaan antara lain kinerja berdasarkan prestasi seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan, kualitas dan kuantitas, kinerja merupakan pergeseran paradigma. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa kinerja merupakan prestasi yang unjuk kerja (performance) secara individu atau kelompok yang dibuktikan dengan output sesuai target yang telah ditentukan secara kualitas dan kuantitas oleh sebuah lembaga untuk mencapai tujuan. Kinerja seseorang didukung oleh beberapa faktor antara lain kompetensi seseorang, lingkungan, iklim kerja dan tentunya umpan balik yang berupa gaji. Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bab IV Bagian kedua tentang Hak dan Kewajiban Guru Pasal 20 menjelaskan bahwa: Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Kinerja mengajar merupakan penampilan kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan 16

9 bimbingan belajar yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi peserta didik. Kinerja mengajar yang baik merupakan salah satu prasyarat bagi keberhasilan dan kesuksesan proses belajar mengajar. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, guru dituntut untuk senantiasa mampu tampil dengan baik. Kinerja mengajar guru sebagaimana yang telah dikemukakan yaitu berhubungan dengan tugas guru sebagai pengajar di kelas. Kinerja mengajar guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi, artinya mampu mengelola proses belajar mengajar di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya demi mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka tugas guru dalam mengajar harus memiliki kemampuan merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil proses belajar mengajar. Hal tersebut merupakan perwujudan, penampilan atau kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengajar. Untuk mengetahui kinerja seseorang perlu adanya evaluasi kinerja. Menurut Dessler dalam Sudarmanto (2014:251) penilaian kinerja adalah sesuatu proses yang meliputi: 17

10 18 (1) penetapan standar prestasi kerja, (2) penilaian prestasi kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar, (3) memberi umpan balik kepada seseorang dengan tujuan memotivasi prestasi kerja. Jadi kinerja perlu diadakan penilaian secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan seseorang dan kinerja suatu organisasi. Di samping itu untuk menentukan tindak lanjut secara tepat, memberikan tanggapan yang lebih baik untuk peningkatan kinerja di masa mendatang yang lebih baik dan sebagai dasar untuk promosi jabatan, peningkatan karir dan penentuan imbalan yang sesuai Peningkatan Mutu Pembelajaran Menurut Arcaro (2006:75) mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Untuk meningkatkan mutu perlu proses dan tata kerja yang teratur dilakukan secara terus-menerus. Mutu sebuah lembaga pendidikan menjadi tanggung jawab semua personal yang ada, sedangkan mutu pembelajaran menggambarkan kompetensi dari guru di lembaga pendidikan tersebut. Untuk mendukung peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pendidikan dari pengajar harus memenuhi syarat sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan dasar. Seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 29

11 ayat 2 menyatakan, bahwa pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1). b. Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi. c. Sertifikasi profesi guru untuk SD/MI. Menurut Usman (2014:543) mutu adalah produk atau jasa yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan memuaskan pelanggan. Sesuai dengan pendapat di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran dikatakan bermutu apabila pelaksanaan pembelajaran di sekolah bisa menghasilkan keluaran (output) yang lebih baik, karena setiap rangkaian pekerjaan merupakan sebuah usaha untuk memberikan sumbangan pada penciptaan keluaran yang memuaskan pelanggan. Di lembaga pendidikan pelanggan adalah orang tua murid, masyarakat dan lembaga pengguna hasil (keluaran). Dalam menunjang terpenuhinya pembelajaran bermutu tentunya diperlukan pendidik/guru yang profesional, sehingga mutu pembelajaran bisa memenuhi standar yang diharapkan. Danim (2013:17) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau 19

12 keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma dan etika tertentu. Peningkatan kompetensi guru melalui berbagai kegiatan profesionalisme guru adalah salah satu upaya untuk peningkatan mutu pembelajaran, karena dengan kompetensi guru yang meningkat akan meningkat pula kemempuan guru dalam melakukan praktik pembelajaran di sekolah. Menurut Hikmat (2011:285) seseorang dianggap profesional apabila dalam mengerjakan tugasnya, ia selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efesien, dan inovatif, serta berdasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur: (1) ilmu atau teori yang sistematis, (2) kewenangan profesional yang diakui oleh klien, (3) sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya, (4) kode etik dan regulatif. Proses pembelajaran yang bermutu melibatkan berbagai input pembelajaran seperti peserta didik (kognitif, afektif, dan psikomotorik), bahan belajar, metodologi yang bervariasi sesuai kemampuan guru, sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana prasarana, sumber daya lainnya dan penciptraan suasana yang kondusif. Mutu pembelajaran di sekolah ditentukan melalui metode, input, suasana kondusif dan kemampuan 20

13 memberdayakan sumber daya yang ada (guru) untuk peserta didik dalam pembelajaran secara produktif Menurut Karwati & Priansa (2013) Mutu pembelajaran merupakan hasil pendidikan yang ditentukan oleh beberapa faktor pendukung antara lain: 1) peserta didik, 2) pendidik yaitu kompetensi guru yang meliputi kemampuan guru dalam melaksanakan manajemen proses pembelajaran, kemampuan guru dalam menggunakan metode mengajar secara bervariasi, dan kelengkapan administrasi sebagai pendukung keberhasilan pembelajaran, 3) sarana prasarana yang memenuhi standar kebutuhan artinya sesuai dengan yang dibutuhkan saat mengajar, (4) suasana kondusif sangat mendukung mutu pembelajaran. Menurut Mustakim (2008) Kepemimpinan kepala sekolah dan kreativitas yang profesional, inovatif, kreatif, merupakan salah satu tolok ukur dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena kedua elemen ini merupakan figur yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran, kedua elemen ini merupakan figure sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka akan secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang diinginkan oleh pihak sekolah, sehingga dengan demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah. 21

14 22 Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan mutu pembelajaran atau pendidikan yang berkualitas secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas/kompetensi guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas (mutu) pembelajaran dan hasil pendidikan. Untuk itu, seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai guru profesional dengan kompetensi yang harus dimiliki: kompetensi pribadi, kompetensi sosial, koimpetensi pedagogik, dan kompetensi profesional mengajar. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut bisa ditempuh dengan beberapa program pelatihan dan diklat serta kegiatan yang mendukung profesionalisme dan pengembangan karir guru karena dengan profesional yang meningkat berarti akan memberikan konstribusi dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Selain guru, mutu pembelajaran masih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: siswa sebagai input, metode pembelajaran yang digunakan, media pembelajaran, sarana dan prasarana yang mencukupi, serta lingkungan yang kondusif. Prestasi siswa tergantung dari efektivitas guru, kerja sama guru dalam organisasi di sekolah memberi dampak positif dalam prestasi. Stabilitas dan kualitas organisasi dan pengajaran akademik berkaitan dengan tingkat pencapaian. Hal ini menunjukan bahwa efektif dan kinerja guru secara kolaborasi serta kualitas dalam proses akademik akan mempermudah dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

15 2.5. Evaluasi Program Evaluasi Evaluasi merupakan proses, mencari dan pemberian informasi bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan seperti yang dikemukakan Stufllebeam (dalam Suharsimi & Jafar, 2010:2). Sedangkan menurut Tyler (dalam Tayibnapis, 2008:3) menyebutkan Evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Apabila tujuan yang hendak dicapai bertahap, maka dengan evaluasi berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang sudah diselesaikan, tahapan manakah yang berjalan dengan mulus, dan mana pula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya (Sudijono, 2008:7-9). Evaluasi sendiri memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang dicapai, dan evaluasi juga memberikan kritikan terhadap berjalannya suatu program. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang valid mengenai suatu pekerjaan. Evaluasi merupakan sarana untuk memantau dan mengkritik berjalannya suatu program. Selain itu evaluasi juga dapat 23

16 digunakan untuk menentukan alternatif dalam mengambil sebuah keputusan Program Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum, program dapat diartikan sebagai rencana. Apabila program ini dikaitkan langsung dengan evaluasi program, maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu: (1) realisasi atau implementasi kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tapi jamak berkesinambungan, (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan banyak orang (Suharsimi & Jafar, 2010:4). Program menurut Sudijono (2006:313) adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, institusi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia Berdasarkan pendapat beberapa peneliti yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program adalah rencana suatu kegiatan yang dilakukan 24

17 oleh perseorangan atau sekelompok orang yang saling berkesinambungan dalam melaksanakan kebijakan dan memerlukan waktu yang relatif lama Evaluasi Program Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan (Suharsimi & Jafar, 2010:297). Sudijono (2006:20) mendifinisikan, evaluasi program sebagai suatu proses yang berkaitan dengan penyiapan berbagai wilayah keputusan melalui pemilihan informasi yang tepat, pengumpulan dan analisis data, serta pelaporan yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam menentukan berbagai alternatif pilihan untuk menentapkan keputusan. Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Suharsimi & Jafar (2010:5), evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Dari berbagai definisi yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang realisasidan tingkat keberhasilan suatu programyang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan kebijakan di lapangan. 25

18 Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan. Menurut Arikunto (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu: a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan. b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit). c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat. d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), kerena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain Tujuan Evaluasi Program Ada 2 macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Tujuan evaluasi program adalah ingin mengetahui seberapa efektif program yang sudah dilaksanakan, sedangkan tujuan khusunya adalah mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-masing komponen sebagai faktor penting yang mendukung kelancaran proses dan pencapaian tujuan (Suharsimi & Jafar, 2010:19). 26

19 adalah: Menurut Sudijono (2006:18) tujuan evaluasi (l) untuk mencari informasi atau bukti-bukti tentang sejauh mana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan, atau sejauhmana batas kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang atau sebuah lembaga; (2) untuk mengetahui sejauhmana efektifitas cara dan proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program. Tujuan evaluasi program berbeda-beda tergantung konsep atau pengertian seseorang tentang evaluasi. Konsep seseorang tentang evaluasi dipengaruhi oleh pandangan filosofis seseorang tentang posisi evaluasi sebagai suatu bidang kajian dan sebagai suatu profesi. Terkadang tujuan tersebut tercantum secara jelas, tetapi terkadang tidak tercantum dalam definisi yang dikemukakan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program yaitu adalah: (1) memberi masukan; (2) mengetahui ketercapaian sebuah program; (3) membuat kebijakan dan keputusan; (4) mengetahui efektifitas cara dan proses yang ditempuh. 27

20 2.6. Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Model Evaluasi Program CIPP 28 Stufflebeam menyatakan model evaluasi Context, Input, Process, Product merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan sistem. Model Context, Input, Process, Product terdiri dari empat jenis evaluasi yang mencakup konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil (product), yang disingkat menjadi CIPP (Wirawan, 2011: 92). Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi dengan sebuah sistem. Dengan demikian, jika tim evaluator sudah menentukan model evaluasi CIPP sebagai model evaluasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang akan ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya. Evaluasi konteks (context evaluation) dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, asset, dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan

21 dan prioritas, serta membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui tujuan, peluang, dan hasilnya. Evaluasi masukan (input evaluation) dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindakan, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi sumber daya, pelaksana dan jadwal kegiatan yang paling sesuai bagi kelangsungan program. Evaluasi proses (process evaluation) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil (product evaluation) dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Menurut Stufflebeam, evaluasi hasil 29

22 ini dapat dibagi ke dalam penilaian terhadap dampak (impact), efektivitas (effectiveness), keberlanjutan (sustainability), dan daya adaptasi (transportability). Berdasarkan uraian tersebut dapat dimaknai bahwa model evaluasi CIPP terdiri atas evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses dan hasil. Evaluasi yang dianalisis dari beberapa komponen ini dimaksudkan agar memudahkan mendata kekurangan selama program dilaksanakan, sehingga pengelola program lebih mudah dalam mengambil tindakan lanjutan Komponen Evaluasi Model CIPP Penjelasan masing-masing dimensi dapat dijabarkan lebih jelas lagi seperti di bawah ini. a. Context Evaluation Context evaluation (evaluasi konteks) diartikan sebagai situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang dilakukan dalam suatu program yang bersangkutan. Penilaian dari dimensi konteks evaluasi ini seperti kebijakan atau unit kerja terkait, sasaran yang ingin dicapai unit kerja dalam waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja terkait dan sebagainya. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. 30

23 Konteks dalam penelitian ini adalah tujuan, manfaat, sasaran supervisi. b. Input Evaluation Input evaluation pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengaitkan tujuan, konteks, input, dan proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam membantu pencapaian tujuan dan objektif program. Menurut Widoyoko (2015:15), evaluasi masukan (input evaluation) ini adalah untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategiuntuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Input dalam penelitian ini adalah 1) Rencana program supervisi, 2) Yang terlibat supervisi, 3) Sarpras yang mendukung supervisi, 4) Anggaran atau biaya supervisi, 5) Mekanisme pelaksanaan supervisi. c. Process Evaluation Process evaluation ini ialah merupakan model CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh 31

24 kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. 32 Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004), mengusulkan pertanyaan untuk proses antara lain sebagai berikut: 1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal? 2) Apakah yang terlibat dalam pelaksanaan program akan sanggup menanganikegiatan selama program berlangsung? 3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal? 4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program? Proses dalam penelitian ini adalah rencana dan pelaksanaan program supervisi, evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan supervisi. d. Product Evaluation Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa evaluasi produk ialah untuk melayani daur ulang suatu keputusan dalam program. Dari evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek dalam mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah program tersebut dilanjutkan, berakhir, ataukah ada keputusan lainnya. Keputusan ini juga dapat membantu untuk membuat keputusan

25 selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan antara lain: 1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai? 2) Apakah kebutuhan peserta didik sudah dapat dipenuhi selama proses belajar mengajar? Produk dalam penelitian ini adalah hasil supervisi, tingkat kepuasan yang di supervisi, kesiapan guru dalam supervisi selanjutnya, dan tindak lanjut supervisi Tujuan dan Fungsi Model CIPP Model evaluasi program model CIPP memiliki tujuan utama yaitu untuk keperluan pertimbangan dalam pengambilan sebuah keputusan/kebijakan. Adapun fungsi dari evaluasi model CIPP adalah sebagai berikut: a. Membantu penanggung jawab program tersebut (pembuat kebijakan) dalam mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan program. b. Apakah tujuan yang ditetapkan program telah mencapai keberhasilannya, maka ukuran yang 33

26 digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan: Harun (2013) Bahwa penelitian yang berjudul Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Kepala Sekolah Dalam meningkatkan Profesional Guru Pada SMP Negeri I Simeulue Timur Kabupaten Simeulue dengan hasil penelitian bahwa supervisi akademik di sekolah merupakan upaya kepala sekolah dalam membekali guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam mengelola perangkat pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui program supervisi, pelaksanaan supervisi,evaluasi pelaksanaan supervisi, faktor pendukung dan kendala pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Hasil penelitian ini adalah bahwa program supervisi berjalan sesuai jadwal yang berlaku dan sesuai rencana yan telah dipersiapkan. Zakiyah (2013) Penelitian yang berjudul Kemampuan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru Pada SMA Negeri 7 Banda Aceh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi 34

27 guru,strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru, dan kendala kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam melaksanakan program peningkatan kompetensi guru. Hasil penelitian ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi sesuai dengan program yang telah ditetapkan sekolah dan sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah. Guru di SMA Negeri 7 Banda Aceh mengalami perubahan yang signifikan terhadap kompetensinya. Penelitian Sarono (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan baik partial maupun bersama-sama antara sikap terhadap profesi guru, pengetahuan proses belajar mengajar, motivasi kerja dengan pelaksanaan supervisi pengajaran. Sarono menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan supervisi pengajaran, yaitu: 1)Sikap pengawas terhadap profesinya. 2)Pengetahuan pengawas mengenai proses belajar mengajar. 3) Motivasi kerja yang dimiliki pengawas. Hasilnya menunjukan bahwa ketiga faktor tersebut baik secara terpisah ataupun secara gabungan memiliki hubungan yang positif, artinya semakin baik kondisi faktor-faktor tersebut maka pelaksanaan supervisi pengajaran juga akan semakin baik. Di samping itu 35

28 hubungan itu terjalin sangat erat atau kuat dengan pelaksanaan supervisi pengajaran pengawas sekolah. Untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran pengawas sekolah dapat melakukan dengan meningkatkan program kerja evaluasi supervisi. Hasil Penelitian Sahid (2005) tentang Pelaksanaan Supervisi Pendidikan oleh Pengawas di Sekolah Menengah Atas Negeri se Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa perencanaan program supervisi pendidikan yang dilakukan pengawas termasuk dalam kategori baik yang meliputi perencanaan program supervisi akademik dan perencanaan program supervisi manajerial. Evaluasi dan tindak lanjut program supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas di SMA Negeri se Kabupaten Sleman termasuk pada kategori baik yang meliputi evaluasi dan tindak lanjut program supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pelaksanaan supervisi ini me liputi tiga tahap pelaksanaan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta tindak lanjut. Penelitian ini berhasil mengungkapkan harapan para guru dan kepala sekolah terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas agar pengawas ikut memberikan solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi guru dan kepala sekolah,agar pengawas selalu menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan kepala sekolah,agar pengawas 36

29 memberikan demonstrasi cara mengajar yang baik, dan agar supervisi dilaksanakan secara berkelanjutan. Harapan ini merupakan bahan masukan untuk dikaji lebih lanjut sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan supervisi bagi para pengawas sekolah. Sudin (2008) melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal. Secara pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup juga.pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru kelas/mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang. Lukum (2013) menguji pengaruh supervisi dan kualitas mengajar guru terhadap kinerja akademik siswa dalam konteks sekolah di Nigeria. Analisis menunjukan dimensi supervisi mempunyai pengaruh yang kuat pada kinerja akademik siswa secondary school. Supervisi diramalkan mempunyai signifikan menambah pengaruh ke kualitas mengajar guru dari kinerja akademik siswa secondary school. Sekolah yang memajukan budaya kinerja guru dan kompetensi guru untuk penilaian yang 37

30 berkelanjutan menawarkan kapasitas untuk memperbesar pencapaian siswa dan perkembangan profesional guru. Ryan dan Gottfried (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Elementary supervision and the supervisor Teacher attitudes and inclusive education menunjukkan bahwa seorang supervisor harus mengetahui kondisi setiap orang atau individu yang akan disupervisi agar kegiatan supervisi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dongara (2015) dalam penelitian yang berjudul The Impact of Instructional Supervition on Academic of Secondary School Student is Nasarawa State menjelaskan bahwa supervisi akademik yang dilakukan secara rutin terhadap administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran guru memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah. Penelitian yang dilakukan oleh Sardiyo (2015) dengan judul: Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Melalui Kegiatan supervisi Akademik, menyimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Merta (2015) yang berjudul Kontribusi supervisi Akademik, Iklim Kerja, dan Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru dalam 38

31 Mengelola Proses pembelajaran, menyimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi akademik terhadap kinerja guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Penelitian oleh Indriana (2014) dalam penelitian yang berjudul: Determinasi Kepemimpinan Kepala sekolah, Pelaksanaan supervisi Akademik dan sikap Guru terhadap Profesinya dengan Kinerja Guru SMP Negeri se Kecamatan Gerogak, menyimpulkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan pelaksanaan supervisi akademik dengan kinerja guru dengan determinasi sebesar 30,2 %. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Kurniati, Permana dan Hartin (2014) yang berjudul Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) sekabupaten Tasikmalaya, menyimpulkan bahwa supervisi akademik berpengaruh secara positif terhadap kinerja mengajar guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se- Kabupaten Tasikmalaya. Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. 39

32 2.8. Kerangka Berpikir Pelaksanaan evaluasi program supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal seperti bagan di bawah ini. PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA MENGAJAR GURU Context Input Process Product 1. Tujuan Program Supervisi 2. Manfaat Program Supervisi 3. Sasaran Program Supervisi 1. Rencana program supervisi 2. Yang terlibat Supervisi 3. Sarpras Pendukun g Supervisi 4. Anggaran/ biaya Supervisi 5. Mekanism e Pelaksana an Supervisi 1. Rencana Pelaksanaa n Program Supervisi 2. Pelaksanaa n Program Supervisi 3. Evaluasi Pelaksanaa n Supervisi 4. Tindak lanjut Pelaksanaa n Supervisi 1. Hasil Program Supervisi 2. Tingkat Kepuasan Yang Disupervis i 3. Kesiapan guru dalam Supervisi selanjutny a 4. Tindak Lanjut hasil Supervisi Hasil Rekomendasi Kebijakan Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Evaluasi Program Supervisi Akademik 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Evaluasi program supervisi akademik perlu dilakukan guna meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Dengan adanya evaluasi program supervisi akademik akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

A. Pengertian Evaluasi Program

A. Pengertian Evaluasi Program A. Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa:

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evaluasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran serta memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Suharsimi Arikunto (2004, hlm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai dari kurikulum, tenaga kependidikan, kepemimpinan dan managemen sekolah, sarana dan prasarana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di masa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum, jumlah siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Supervisi pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pembelajaran memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat dalam proses edukasi yang khas. Proses interaksi guru dan peserta didik merupakan inti dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : 2015082087 The CIPP Evaluasi Model ini dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam pada tahun 1966, dan selanjutnya diperbarui sepanjang tahun,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas peyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan masalah sumber daya manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut. Masalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai seringkali kurang berarti apabila tidak didukung

Lebih terperinci

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A 9 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang kehidupan. Dengan manajemen, kinerja sebuah organisasi dapat berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** EVALUASI PERAN KEPALA SEKOLAH DI SMA NEGERI SE KOTA KOTAMOBAGU Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Guru BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dilihat dari arti kata, kinerja berasal dari kata performance. Kata performance memberikan tiga arti, yaitu: (1) prestasi seperti dalam konteks atau kalimat high

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah guru. Bagaimana pun peranan guru tidak bisa digantikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi sekolah merekam perjalan sekolah yang berkembang sejalan dengan banyaknya program yang dijalankan. Namun yang terjadi saat ini, proses berjalan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan. Baik kelangsungan kehidupan seseorang hingga kelangsungan suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian Implementasi Profesionalisme guru di SD Negeri Sukatani Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin Madrasah dan profesional dalam bidang kependidikan. Namun kenyataan di lapangan membuktikan bahwa tidak semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia mengalami pasang surut di mana perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah baik di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

tugas sehari-hari (Arwani, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Supervisi a. Pengertian Supervisi Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan data penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi Sekolah

Lebih terperinci

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Sri Winarni Guru SDN 1 Pandean Email: sri.winarni@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama atau disingkat SMP diharapkan mampu menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas yang bisa diterima

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang palingmenentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian yang sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN 79 EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN Oleh: Ivani Mirasari 1 Dra. Gantina Komalasari, M.Psi. 2 Dra. Retty Filiani 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan menilai keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Karena dengan pendidikan yang baik dapat menciptakan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan kompleks yang harus direspons secara positif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan di masa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Implementasi Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat tahun 2013 secara keseluruhan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci