PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Minat Utama Pendidikan Geografi Oleh : DJOKO HERIYANTO NIM S Oleh : Djoko Heriyanto NIM S PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar, dimana kualitas proses belajar sangat mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah guru belum mengembangkan metode pembelajaran secara maksimal. Dalam proses belajar mengajar ada kecenderungan guru sangat dominan peranannya, sehingga guru berfungsi sebagai sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi keilmuan ketika berada di depan kelas. Guru sebagai pengajar diharapkan tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitas melalui kegiatan belajar. Menentukan metode atau kegiatan belajar merupakan salah satu langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu dalam pembelajaran hendaknya guru menerapkan variasi metode pembelajaran dan guru menekankan agar peserta didik aktif dalam kegiatan belajar, sehingga guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Dalam proses pembelajaran selama ini masih banyak ditemui kecenderungan guru memperlakukan peserta didik sebagai obyek

3 atau klien yang menerima pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Guru banyak menempatkan siswa sebagai obyek, bukan sebagai subyek didik, sehingga dalam proses pembelajaran kegiatan peserta didik lebih banyak duduk, diam, mencatat, dan menghafal, sementara gurunya aktif mengajar. Lemahnya proses pembelajaran juga merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Guru kurang mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dalam proses pembelajaran guru menuntut peserta didik untuk menghafal informasi tanpa memahaminya, sehingga tidak mampu menghubungkan materi yang diterima dengan realitas kehidupan sehari-hari. Toeti Soekamto (1993 : 1) menyatakan : Dewasa ini pendapat umum di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan tidak memberikan hasil seperti apa yang diharapkan. Selain itu program-program instruksional yang ada dianggap masih belum memadai dalam kualitas, sehingga siswa tidak bisa belajar dengan baik karena tidak dapat menangkap apa yang diajarkan guru di sekolah. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa atau subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai,

4 dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan ketrampilan serta kesadaran diri sebagai pribadi (Sardiman, 2007 : 2-3). Belajar berarti perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbedabeda, karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah. Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Nurhadi, 2003 : 60) Pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan suatu proses yang direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adanya perubahan paradigma pembelajaran yang semula berpusat kepada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, menuntut adanya perubahan-perubahan unsur-unsur lain yang menunjang dalam pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dianggap berhasil apabila selama kegiatan belajar mengajar siswa menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan terlibat secara fisik dan mental. Hal ini ditunjukkan dengan adanya interaksi aktif dalam pembelajaran antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa lainnya. Sedangkan aspek hasil

5 ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku yang positif pada siswa dan prestasi belajar yang tinggi. Dalam mengelola sebuah proses belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk memilih materi, model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Guru tidak hanya cukup memberikan ceramah di depan kelas saja, karena siswa akan cepat bosan. Kebosanan inilah yang akhirnya dapat melemahkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Dengan menerapkan model-model pembelajaran diharapkan terjadi variasi sehingga kebosanan dapat dihindari. Kewajiban guru sebagai tenaga pendidik seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2 adalah sebagai berikut, Tenaga pendidik berkewajiban menciptakan sistem pembelajaran bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif, dan dinamis. Dengan demikian diharapkan guru memiliki kreativitas yang dapat menciptakan suasana kelas dan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan bermakna, sehingga bagi para siswa proses pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan selalu ditunggutunggu. Untuk mewujudkannya hal tersebut maka kegiatan pembelajaran tidak hanya satu arah dari guru, tetapi multi arah, yaitu hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Dalam komunikasi multi arah guru harus aktif merencanakan, memilih, membimbing, dan

6 menganalisis kegiatan yang dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan aktif terlibat secara fisik maupun emosional. Proses belajar yang dilakukan oleh siswa adalah untuk menggali informasi, mendapatkan ketrampilan, menemukan menggelola, menggunakan, dan mengkomunikasikan hal-hal yang ditemukan merupakan hasil belajar yang diharapkan. Tidak ada satupun strategi dan metode pembelajaran yang dianggap paling baik, karena setiap strategi dan metode pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Strategi dan metode pembelajaran tertentu mungkin lebih baik untuk materi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin kurang tepat untuk materi dan kondisi lain. Menurut Nurhadi (2003 : 60), pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif (cooperativ learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008 : 25). Sedangkan menurut Lie dalam Sugiyanto (2008 : 27) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif tersebut adalah:

7 saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan ketrampilan untuk menjalin hubungan sosial. Pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat dilaksanakan karena metode ini mempunyai ciri selain pengembangan aktivitas berfikir, juga menumbuhkan perilaku-perilaku sosial yang positif yang dapat dikembangkan melalui diskusi dan kerja kelompok. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode jigsaw adalah sebagai berikut: kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan materi berbeda yang harus dipelajari, siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul dalam kelompok ahli (expert group) untuk membahas materi, para siswa kembali ke kelompok asal (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota lainnya secara bergantian, dan di akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) dijelaskan bahwa geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai

8 suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya (Depdiknas, 2006). Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Mata pelajaran Geografi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : 1) memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan, 2) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi, dan 3) menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan

9 sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat. Dari hasil pengalaman dan pengamatan yang dilakukan penulis di SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan khususnya pada mata pelajaran geografi belum maksimal. Suasana belajar di kelas yang cenderung berpusat pada guru menyebabkan suasana kelas cenderung pasif, siswa kurang berani bertanya dan mengemukanan pendapat. Untuk itulah diperlukan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran model kooperatif metode jigsaw merupakan salah satu metode yang dapat pengembangan aktivitas berfikir, juga menumbuhkan perilaku-perilaku sosial yang positif yang dapat dikembangkan melalui diskusi dan kerja kelompok. Sehubungan dengan itu maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Geografi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa, pada siswa kelas XI IPS3 SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas dan berdasarkan studi pendahuluan penulis sebagai guru Geografi, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah

10 2. Masih banyak guru geografi yang belum menerapkan strategi dan metode pembelajaran secara tepat dan efektif 3. Pembelajaran Geografi di kelas pada umumnya bersifat komunikasi satu arah, guru mendominasi proses belajar mengajar dan kurang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh. 4. Penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan motivasi belajar siswa relatif masih rendah 5. Prestasi belajar siswa pada mapel Geografi masih relatif rendah dibandingkan mata pelajaran lain C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka akan lebih terfokus apabila penelitian ini dibatasi pada : 1. Model pembelajarannya dibatasi pada model pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada mata pelajaran Geogarfi 2. Materi yang digunakan sebagai eksperimen adalah materi Geografi kelas XI IPS semester 1 pada Standar Kompetensi Menganalisis Fenomena Biosfer 3. Motivasi belajar dalam pembelajaran Geografi dibatasi pada motivasi peserta didik dalam mempelajari dan mengikuti pembelajaran Geografi di sekolah

11 4. Hasil pembelajaran geografi berupa prestasi belajar materi Geografi kelas XI IPS semester 1 pada Standar Kompetensi Menganalisis Fenomena Biosfer D. Perumusan Masalah 1. Adakah pengaruh pembelajaran menggunakan model kooperatif metode jigsaw terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan menganalisis fenomena biosfer? 2. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Geografi? 3. Adakah pengaruh pada interaksi pembelajaran yang menggunakan model kooperatif metode jigsaw dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Geografi? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan model kooperatif metode jigsaw terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan menganalisis fenomena biosfer. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Geografi. 3. Untuk mengetahui pengaruh pada interaksi pembelajaran yang menggunakan model kooperatif metode jigsaw dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Geografi.

12 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru a. Dapat mengetahui strategi pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas. b. Memberi bahan masukan kepada rekan guru lain dalam memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran geografi yang relevan c. Memberi masukan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan terutama proses belajar mengajar geografi di sekolah 2. Bagi Siswa a. Memberikan suasana belajar yang menyenangkan b. Memberikan kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar c. Memberi latihan kepada siswa untuk dapat mengembangkan perilaku yang positif dalam hubungan sosial d. Dapat meningkatkan prestasi belajar 3. Bagi Sekolah a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan strategi dan metode

13 pembelajaran dalam proses belajar mengajar geografi khusunya di SMA Negeri 1 Cepogo b. Dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah pendidikan, khususnya di SMA sehingga dapat ikut serta membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, dimana terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen tersebut melibatkan sarana dan prasarana seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. a. Pengertian Belajar Manusia adalah makhluk yang berakal yang senantiasa ingin belajar dari lingkungannya. Seseorang yang telah mengalami proses

14 belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun dalam sikapnya. Menurut Slameto (1995 : 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah laku seseorang dari belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan. Sedangkan Winkel, W.S. (1996 : 53) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Pendapat lain dikemukakan oleh Cronbach dalam Sardiman (2007 : 20) yang menyatakan bahwa Learning is shown by a chage in behavior as a result of experience, artinya pembelajaran ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Harold Spears memberikan batasan Learning is to be observer, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction, artinya pembelajaran adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan dan mengikuti petunjuk. Sedangkan Geoch mengatakan Learning is change in performance as a result of practice, artinya adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil dari latihan. Jadi belajar senantiasa

15 merupakan perubahan- perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan antara individu dengan lingkungannya. Learning is change in the individual due to instruction of that individual and this environment.dalam pengertian tersebut terdapat kata change atau perubahan yang berarti bahwa seseorang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun dalam sikapnya (Burton, 2000 : 35). Gagne (2003 : 40) berpendapat bahwa ada tiga komponen penting dalam belajar yaitu pertama kondisi eksternal berupa stimulus dari lingkungan dalam proses belajar, kedua kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik, sikap, dan aspek kognitif. Kondisi internal belajar inilah yang berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar, dan dari interaksi ini tampaklah hasil belajar siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan manusia untuk

16 memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman manusia itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. b. Pengertian Pembelajaran Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal. Ada beberapa pendapat mengenai pembelajaran. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 1995 : 32). Sedangkan menurut Gino (1997 : 32 ) pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor eksternal dan internal dalam kegiatan belajar mengajar. Susilana (2008 : 1-2) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang penting dalam

17 kegiatan pembelajaran adalah terjadi proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau memenuhi beberapa cirri berikut: 1) belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya, 2) hasil belajar diperolah dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namun bertahap (sequensial). Seorang anak dapat membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata, dan kalimat, 3) belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih, atau instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dengan guru. Menurut Sumiati (2008 : 3), proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponenkomponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan

18 lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem karena di dalamnya mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi (Susilana, 2008 : 4). Selain itu, dua komponen utama yang lainnya adalah peserta didik dan guru. Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen dalam pembelajaran, meliputi : 1) Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah proses pembelajaran yang mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Materi pelajaran yaitu segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep untuk mencapai tujuan. 3) Metode pembelajaran adalah cara yang tersedia untuk memberikan kesempatan pada peserta didik mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan. 4) Media pembelajaran yaitu bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan.

19 5) Evaluasi, adalah cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya. 6) Peserta didik, adalah yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 7) Guru, adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dan peranan lainya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan tersebut lebih efektif. Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, teknik, dan pendekatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas demonstrasi dan pemecahan masalah yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan, dan batas akhir suatu tugas. Untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran ini disamping disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran, juga dengan ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Metode pembelajaran sangat beragam, sehingga perlu dipertimbangkan apakah metode pembelajaran yang lebih

20 cocok untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu utuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2. Pengajaran Geografi Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP 2006) dijelaskan bahwa geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya. Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.

21 Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. a. Prinsip-prinsip Pengajaran Geografi Kartawijaya (1988: 2) merumuskan prinsip-prinsip pengajaran geografi di sekolah yaitu : 1. Adanya unsur lingkungan yang saling berhubungan yaitu lingkungan alam dan budaya. 2. Siswa mengerti tentang sifat dinamis pada geografi yang selalu berubah. 3. Adanya respon manusia terhadap alam yang berbeda-beda, tergantung tingkat penguasaan teknologi. 4. Siswa mengenal pola region dunia yang dilandasi unsur-unsur geografi. 5. Pentingnya peserta didik meyakini bahwa jika lingkungan geografi telah dipelajari secara keseluruhan, interaksi dari unsur-unsur lingkungan sangat komplek lalu menjadi komplek area yang tiada bandingnya di muka bumi sebagai sifat unik dari setiap region geografi haruslah merupakan prinsip penting yang harus dipelajari. b. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Geografi

22 Ruang lingkup mata pelajaran Geografi meliputi aspekaspek sebagai berikut : 1. Konsep dasar, pendekatan, dan prinsip dasar Geografi 2. Konsep dan karakteristik dasar serta dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer serta pola persebaran spasialnya 3. Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial Sumber Daya Alam (SDA) dan pemanfaatannya 4. Karakteristik, unsur-unsur, kondisi (kualitas) dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya 5. Kajian wilayah negara-negara maju dan sedang berkembang 6. Konsep wilayah dan pewilayahan, kriteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi 7. Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan peta, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan citra penginderaan jauh c. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi mata pelajaran geografi adalah : a) Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan. b) Mengembangkan ketrampilan dasar serta memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.

23 c) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya serta toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat. 2. Tujuan pembelajaran di sekolah meliputi : a) Pengetahuan: 1) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya. 2) Mengembangkan pengetahuan sumberdaya alam, peluang dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan. 3) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan wilayah sekitar dan wilayah negara dunia. b) Keterampilan 1) Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya. 2) Mengembangkan keterampilan, mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. 3) Mengembangkan keterampilan analisa sintesis dan hasilhasil dari interaksi berbagai gejala geografi. c) Sikap 1) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahanperubahan geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.

24 2) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggungjawab terhadap kualitas lingkungan hidup. 3) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumberdaya. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya. 4) Mewujudkan rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa. 3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Pendekatan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan salah satu penunjang berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar. Disamping ketrampilan mengajar, seorang guru harus memiliki dan menguasai metode-metode mengajar, serta dapat menggunakannya secara tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna (Sugiyanto, 2008 : 1). Menurut Slameto (1995 : 65), pendekatan mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Pendekatan pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru

25 untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sedangkan menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008 : 2), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalam Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperative, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidak berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model/ strategi pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang inging dicapai, 2) sifat bahan/ materi ajar, 3) kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar. Lebih khusus, Killen dan Depdiknas

26 sebagaimana dikutip oleh Sanjaya menjelaskan ada delapan prinsip dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu: 1) berorientasi pada tujuan, 2) mendorong aktivitas siswa, 3) memperhatikan aspek individual siswa, 4) mendorong proses interaksi, 5) menantang siswa untuk berpikir, 6) menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, 7) menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta 8) mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut (Sugiyanto, 2008 : 3) Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga proses belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi peserta didik. Kaitannya dengan model pembelajaran, tidak setiap model atau strategi pembelajaran mampu mengembangkan 8 prinsip penggunaan model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu dibandingkan model pembelajaran lainnya. Oleh karena itu, setiap pengajar dapat memilih model pembelajaran tersebut secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. 4. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw a. Metode Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperativ learning) merupakan belajar dan bekerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam

27 kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas kolektif yang telah ditentukan dengan jelas (Cohen, 1994 : 3). Pembelajaran kooperatif menurut Richard Arends (1990 : 102), merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dalam tim atau kelompok. Pembelajaran kooperatif secara umum menyangkut teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar yang sama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima siswa. Pembetukan kelompok didasarkan pada pemerataan karakteristik psikologis individu, yang meliputi kecerdasan, kecepatan belajar, motivasi belajar, perhatian, cara berpikir, dan daya ingat. Pembelajaran kooperatif dapat dikelompokkan menurut bentuknya sebagai berikut : 1) siswa bekerjasama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran tertentu, 2) kelompok siswa terdiri dari siswa yang berprestsi tinggi, sedang dan rendah, 3) bila memungkinkan kelompok tersebut merupakan campuran jenis kelamin, 4) penilaian atau sistem penghargaannya berorientasi kelompok, bukan berorientasi individu. Pembelajaran kooperatif mengupayakan siswa untuk mampu mengajarkan kepada siswa lain. Mengajar teman sebaya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan, ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan pada

28 siswa yang bekerja sama dalam situasi pembelajaran kooperatif, didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi, karena metode pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggung jawab individu sekaligus tanggungjawab kelompok, sehingga dalam diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku yang saling ketergantungan. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerjasama dan bertanggungjawab secara sunggguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam kelompok kecil tersebut, siswa dapat saling berbagi mengenai kelebihan masing-masing, sehingga saling mengembangkan kemampuan dan hubungan interpersonalnya. Selain itu siswa juga dapat belajar bagaimana mengelola konflik yang biasa timbul dalam kelompok. Rasa saling ketergantungan ini muncul karena adanya perbedaan yang dimiliki oleh manusia.

29 Gambar 1. Model Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif. Sumber : Slavin (2009 : 93) Manusia memiliki derajad potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya beberapa perbedaan tersebut, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2008 : 27) b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Roger dan Johnson yang dikutip Anata Lie (2005: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

30 pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari kegiatan pembelajaran kooperatif ada lima unsur yang harus diterapkan, yakni: 1) saling ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individu, 4) ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi, dan 5) evaluasi proses kelompok. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : 1. Saling ketergantungan positif Saling ketergantungan positif mengandung makna bahwa setiap siswa anggota kelompok merasa saling membutuhkan. Dalam hal ini guru harus dapat menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan, melalui saling membutuhkan untuk mencapai tujuan dan saling membutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Hubungan saling ketergantungan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : a) Saling ketergantungan mencapai tujuan b) Saling ketergantungan menyelesaikan tugas c) Saling ketergantungan bahan atau sumber d) Saling ketergantungan peran e) Saling ketergantungan hadiah 2. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka pada pembelajaran kooperatif menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi

31 juga dengan sesama siswa. Interaksi seperti ini memungkinkan para siswa untuk dapat saling berbagi informasi sehingga mereka saling menjadi sumber belajar. Kondisi ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya. 3. Akuntabilitas individu Akuntabilitas individu mengandung makna penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan materi oleh semua anggota kelompok secara individu. Maksudnya adalah bahwa setiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan kerja kelompok. Selanjutnya guru memberikan penilaian kelompok dan juga penilaian individu. Hal ini perlu dilakukan agar guru dan siswa mengetahui siapa saja anggota kelompok yang memerlukan lebih banyak bantuan dan siapa saja yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena setiap kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompoknya. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi meliputi beberapa sikap antara lain seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap sesama teman, mengkritik ide, berani memepertahankan pikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai sifat lain

32 yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan mendapat teguran dari guru dan sesama siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok dilakukan melalui umpan balik dari masing-masing siswa, umpan balik sesama teman, dan umpan balik dari kelompok. Evaluasi ini penting dilakukan agar kerja kelompok menjadi lebih efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Suparno (1997 : 66), agar peran dan tugas guru lebih optimal diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar dalam pendekatan kooperatif, diantaranya adalah : 1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan 2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat 3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah pelajar 4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar

33 5. Guru perlu mempunyai pikiran yang fleksibel untuk mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima oleh guru. Supaya tujuan pembelajarn kooperatif dapat dicapai, guru harus pandai memainkan beberapa peranan seperti yang disampaikan oleh Nurhadi (2003: 67-71), antara lain sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembelajaran 2. Menentukan jumlah anggota kelompok dan menentukan anggota kelompok 3. Menentukan tempat duduk siswa 4. Merancang bahan untuk merangsang saling ketergantungan positif 5. Menjelaskan tugas beserta langkah-langkah pengerjaan tugasnya 6. Membentuk akuntabilitas individu 7. Memberikan bantuan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas. c. Perbedaan Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Ceramah Bervariasi Dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas pada umumnya menggunakan metode ceramah bervariasi, selain itu juga diselingi metode diskusi atau belajar kelompok. Sedangkan dalam metode pembelajaran kooperatif ada saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi. Ada sejumlah

34 perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Tabel 1. Perbedaan pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional No Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional 1 Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. 2 Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. 3 Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. 4 Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. 5 Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya enak-enak saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong Kelompok belajar biasanya homogen. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru, atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

35 gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. 6 Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. 7 Guru memperlihatkan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. 8 Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Sumber : Sugiyanto (2008 : 29-31) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. d. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah. 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perlaku sosial, dan pandanganpandangan. 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial

36 dan komitmen 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hinggga masa dewasa 7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia 9. Meningkatkan kemampuan masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. e. Model Pembelajaran Kooparatif Metode Jigsaw Jigsaw merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawankawannya dari Universitas Texas pada tahun 1971 dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkins. Teknik ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca, memahami, mendengarkan, memecahkan masalah, dan mempresentasikan, sekaligus mengembangkan kerjasama. Dalam

37 pembelajaran yang menerapkan metode jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Anita Lie, 2005: 69). Selanjutnya, guru membagi materi pelajaran (bahan akademik) ke dalam beberapa bagian, menyajikannya dalam bentuk teks, kemudian memberikannya kepada siswa per bagian. Selanjutnya, siswa-siswa yang mendapat materi yang sama berkumpul, membentuk suatu kelompok tersendiri yang dinamakan kelompok pakar (expert group), dan membahas materi tersebut. Kemudian, anggota kelompok pakar kembali kepada kelompok semula (home teams) untuk menyampaikan kepada anggota lain tentang materi yang sudah mereka bahas dalam kelompok pakar tersebut. Pengertian jigsaw dalam pembelajaran kooperatif adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bahan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997: 73). Dalam jigsaw, siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut kelompok ahli. Anggota dari kelompok yang berbeda

38 bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling membantu satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah siswa pada kelompok ahli kembali pada kelompok masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota yang lain tentang apa yang dibahas atau dipelajari dalam kelompok ahli (Arends, 1977 : 72). Kelompok Asal Kelompok Ahli Gambar 2. Ilustrasi Kelompok Jigsaw Yang membedakan metode jigsaw dengan kegiatan kerja kelompok lainnya adalah bahwa dalam pembelajaran yang menerapkan metode ini, setiap siswa mendapatkan tugas yang sama, setiap siswa menjadi anggota kelompok asal dan sekaligus menjadi anggota kelompok pakar untuk materi-materi tertentu. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap penguasaan materi yang dipelajari dan berkewajiban menyampaikan kepada siswa lain dalam kelompok asalnya (Arends, 1997: 73). Setelah diadakan pertemuan

39 dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi oleh guru secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Langkah-langkah dalam penerapan metode jigsaw dapat dilihat di antara lain sebagai berikut: 1. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan dari 5 atau 6 orang dengan karakteristik anggota kelompok yang heterogen. 2. Tunjuklah satu siswa dari setiap kelompok untuk menjadi ketua kelompok. 3. Bagilah materi pelajaran menjadi 5 atau 6 bagian. 4. Berilah tugas pada masing-masing siswa untuk mempelajari satu bagian materi, dan yakinkan bahwa setiap siswa hanya mempelajari materi yang menjadi bagiannya. 5. Berilah kesempatan kepada siswa untuk memahami bagian mereka, tetapi tidah harus hafal. 6. Buatlah kelompok sementara yang anggotanya terdiri dari siswasiswa yang mendapat bagian materi yang sama. Kelompok sementara ini disebut kelompok pakar (expert group). Kelompok ini membahas materi yang menjadi tanggung jawab mereka, sekaligus untuk menyamakan persepsi tentang materi tersebut. 7. Bawalah kembali siswa-siswa anggota kelompok pakar ini kepada kelompok asal mereka (home teams), dan suruh mereka menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang materi yang sudah dibahas pada kelompok pakar tadi dan berikan

40 kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya dan meminta penjelasan. 8. Suruh masing-masing siswa untuk menjelaskan pada kelompoknya dari apa yang mereka peroleh dalam kelompok ahli dan berikan kesempatan pada siswa lain untuk bertanya dan minta penjelasan. 9. Amati proses kerja kelompok ini. Berikan bantuan penjelasan atau intervensi secara tidak langsung bila diperlukan. 10. Pada akhir sesi berilah pertanyaan atau kuis untuk materi tersebut agar siswa menyadari bahwa bagian itu penting. Berdasarkan penjelasan mengenai langkah-langkah penerapan metode jigsaw tadi dapat dilihat bahwa metode ini dapat mengatasi beberapa masalah yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran kelompok seperti yang dikemukakan oleh Aronson (2000: antara lain sebagai berikut. Pertama, bagi siswa yang biasa mendominasi diskusi di dalam kelompok maupun di kelas, metode jigsaw bisa membatasi dominasi mereka. Ini dikarenakan setiap siswa diberi tanggungjawab akan suatu materi, dan semuanya mendapat giliran menjadi pemimpin diskusi di dalam kelompok masing-masing. Kedua, bagi siswa yang lambat berpikir, metode jigsaw membantu mereka untuk mengejar ketertinggalan mereka dari teman-teman mereka, karena dalam setiap kelompok ada siswa yang lebih pandai dan bisa membimbing teman-teman yang kurang berprestasi. Ketiga, bagi siswa pandai yang cepat

41 bosan, metode jigsaw menawarkan solusi yang menyenangkan, karena mereka mendapat giliran untuk diposisikan sebagai tutor, sebagai pengajar anggota kelompok yang lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan baik meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran kooperatif. 2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya sebagian orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif. 4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

Djoko Heriyanto. Guru SMAN 1 Cepogo Boyolali

Djoko Heriyanto. Guru SMAN 1 Cepogo Boyolali Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPS3 SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

Lebih terperinci

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong

Lebih terperinci

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Jigsaw Metode (Yunani: methodos = jalan, cara) dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut bahasa pengertian hasil adalah sesuatu yang diperoleh karena adanya usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah baik di tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Di tingkatan sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan bangsa

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Belajar Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Spears dan Geoch dalam Sardiman AM (2005 : 20) sebagai berikut: berperilaku sebagai hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Spears dan Geoch dalam Sardiman AM (2005 : 20) sebagai berikut: berperilaku sebagai hasil dari pengalaman. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Ada beberapa pendapat Para ahli tentang definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Supriono Abstract: The study which was held on the academic year of 2005/2006, was aimed at increasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan indikator untuk dapat bersaing dengan negaranegara lain di dunia pada era globalisasi. Daya saing akan lahir dari sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu negara. Negara dikatakan maju dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING BAB IV ANALISIS A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Cooperative learning merupakan strategi atau pendekatan pembelajaran dalam pendidikan. Strategi ini menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan pun semakin ketat. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK MATERI EKOSISTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK MATERI EKOSISTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK MATERI EKOSISTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SIDOHARJO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI TINGKAT SMA DALAM KONTEKS KTSP. Muh. Sholeh Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI TINGKAT SMA DALAM KONTEKS KTSP. Muh. Sholeh Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI TINGKAT SMA DALAM KONTEKS KTSP Muh. Sholeh Jurusan Geografi FIS UNNES Abstrak Perencanaan pembelajaran sangat penting karena seorang guru sejenius apapun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kerjasama siswa merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Warsono dan Hariyanto (2012: 163) bahwa kerjasama tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci