BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri, diakses 20 Desember 2011 dalam Kemampuan dapat digolongkan dalam beberapa jenis, di antaranya kemampuan intelektual, kemampuan fisik, dan kemampuan pekerjaan. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental (berpikir), bernalar, dan memecahkan masalah. Dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual menurut Asty diakses 3 Maret 2012 adalah kecerdasan angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran deduktif dan visualisasi spasial. Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa. Setiap individu mempunyai kemampuan dasar fisik yang berbeda-beda. Kemampuan intelektual atau fisik tertentu dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan adalah tingkat kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan.

2 b. Pengertian KPK Hasil kali dua bilangan cacah, yaitu 8 x 3 = 24, jika ditulis dengan notasi operasi angka adalah 8+8+8= 24. Oleh karena 24 adalah hasil kali dari 8 x 3, maka 24 adalah kelipatan dari 3. Dalam perkalian bilangan cacah berlaku sifat komutatif, yaitu 24= 3 x 8, maka 24 adalah kelipatan 8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 24 adalah kelipatan 3 atau 8. Jika A dan B merupakan dua himpunan kelipatan dari dua bilangan yang berbeda, maka irisan antara A dan B ditulis A B merupakan himpunan kelipatan dari A dan B. Himpunan kelipatan positif 7 adalah {7, 14, 21, 28, 35,...}. Himpunan kelipatan 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,...}. Selanjutnya himpunan kelipatan persekutuan dari 7 dan 3 diperoleh dari irisan kedua himpunan tersebut, yaitu {21, 42, 63, 84, }. Di antara persekutuan tersebut terdapat anggota yang terkecil disebut kelipatan persekutuan terkecil. Dengan demikian 21 adalah kelipatan persekutuan terkecil 7 dan 3. KPK adalah singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil. Lebih singkat dalam pengertiannya KPK yakni bilangan yang bisa dibagi (Indira diakses 20 Pebruari 2012). Bilangan bulat positif m adalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dua bilangan bulat positif p dan q, jika dan hanya jika m adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi oleh p dan q. Berdasarkan defenisi tersebut, Marini (2011:149) menyatakan bahwa Kelipatan persekutuan terkecil dua bilangan bulat adalah bilangan bulat positif yang habis dibagi kedua bilangan tersebut.

3 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah bilangan bulat positif terkecil dari himpunan bilangan persekutuan yang merupakan irisan dari dua himpunan kelipatan bilangan yang berbeda. c. Cara-Cara Menentukan KPK Terdapat beberapa cara dalam menentukan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), diantaranya: 1) Menggunakan Kelipatan Bilangan KPK dapat ditentukan dengan mencari kelipatan dari masing-masing bilangan. Bilangan yang didapat dari kelipatan diberi tanda dengan melingkari setiap bilangan yang sekutu atau yang sama. Dari daftar bilangan yang dilingkari dapat tentukan bilangan terkecil sebagai KPK. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : Kelipatan 12 : 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120, 132, 144, 156, Kelipatan 16 : 16, 32, 48, 64, 80, 96, 112,128, 144, 160, 176. Bilangan-bilangan yang dilingkari adalah bilangan kelipatan persekutuan. Dari bilangan persekutuan dapat ditentukan bilangan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah 48. 2) Menggunakan Pohon Faktor Dalam menentukan KPK biasa juga menggunakan pola pohon faktor. Untuk menentukan KPK dari 2 atau 3 bilangan, harus diingat bahwa setiap bilangan adalah hasil kali faktor-faktor primanya. Soenarjo (2007:54) mengatakan bahwa 2 atau 3 bilangan yang akan dicari KPK-nya, harus ditentukan lebih dulu faktor-faktor primanya, kemudian menuliskannya ke

4 dalam bentuk perkalian faktor prima (faktorisasi). Setelah itu, kalikan semua faktor yang ada dengan pangkat terkecil. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : Bilangan 12 mempunyai faktorfaktor prima yaitu 2, 2, 3. Sedangkan bilangan 16 mempunyai faktor - faktor prima yaitu 2, 2, 2, 2. Sehingga dapat ditentukan faktorisasi primanya sebagai berikut : 12 : 2 2 x 3 16 : 2 4 Faktor primanya adalah 2 dan 3, sedangkan faktor yang memiliki pangkat terbesar adalah 2 4, sehingga : KPK = 2 4 x 3 = 48. 3) Menggunakan tabel Tabel adalah cara yang dipandang oleh sebagian orang sebagai cara yang lebih efektif. Hal itu dikarenakan penentuan KPK dengan menggunakan tabel sangat sederhana dan lebih cepat. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : Bilangan 12 dan 16 dibagi dengan bilangan prima mulai dari bilangan prima terkecil yaitu 2. Setelah kedua bilangan tidak habis lagi dibagi 2, lanjutkan dengan bilangan prima berikutnya. Apabila kedua bilangan yang dibagi mendapat hasil 1, kalikan

5 semua bilangan prima pembagi, sehingga : KPK = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 48 4) Menggunakan FPB Cara ini oleh Arief Rahman diakses 20 Pebruari 2012 dinamakan sebagai pola dahsyat karena hanya membutuhkan waktu yang paling sedikit dibandingkan ketiga cara di atas. Kita dapat menggunakan FPB sebagai pembagi. Lebih jelasnya, perhatikan rumus berikut. Rumus: FPB: yang besar dibagi yang kecil, sisanya itu FPB KPK: yang besar dikali yang kecil dibagi FPB Contoh menentukan KPK dari 12 dan 16 : FPB = 16 dibagi 12, dapat 1 sisa 4 dan FPBnya adalah 4 KPK = 16 x 12 : 4 = 16 x 3 = Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Gardner (2007:6-7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian

6 setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Nurhadi (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai mahluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi mahluk sosial, mahluk yang berinteraksi dengan sesama (dalam Sanjaya, 2011/Online). Selanjutnya dalam situs yang sama, Abdurrahman dan Bintoro (2000) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Roger dan David Johnson (dalam Abdul Idris diakses 17 Desember 2011 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan penerapan elemen-elemen pembelajaran kooperatif dengan sungguh-sungguh. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan

7 untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia. Ketergantungan timbal balik mereka mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka. Hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya, bukan sebaliknya. Ibrahim diakses 12 Desember 2011 juga mengemukakan tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat dinyatakan pembelajaran kooperatif dapat mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan pertisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. 2) Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

8 Menurut Dzaki (diakses 24 Juli 2012), unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut : a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. b) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. d) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. e) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 3) Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, di antaranya: a) Prinsip ketergantungan positif

9 Interaksi yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif harus dapat menciptakan adanya saling ketergantungan positif di kalangan siswa. b) Tanggungjawab perseorangan Setiap siswa sebagai anggota kelompok memiliki tanggungjawab perseorangan, sehingga seluruh siswa dapat ikut berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. c) Tatap muka Pembelajaran kooperatif harus berlangsung secara tatap muka. Guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan siswa tanpa melalui media perantara. d) Partisipasi dan komunikasi. Partisipasi dan komunikasi siswa dituntut optimal dalam pembelajaran kooperatif. Keaktifan siswa mengikuti proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu tercapainya tujuan melalui model pembelajaran ini. 4) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif memiliki karakteristik atau ciri-ciri, diantaranya: a) Pembelajaran secara tim. b) Berdasarkan pada manajemen kooperatif. c) Kemauan untuk bekerjasama. d) Keterampilan bekerjasama.

10 b. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw 1) Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (model tim ahli) dikembangkan pertama kali oleh Aronson dan teman-temannya dan merupakan model pembelajaran kooperatif cukup sederhana. Masing-masing kelompok memiliki anggota yang berkemampuan akademik heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para guru menggunakan model Jigsaw untuk menyampaikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui pengkajian verbal maupun tertulis (Azis Sunarto diakses 17 Desember 2011). 2) Tujuan Model Pembelajaran Jigsaw Tujuan model pembelajaran ini di antaranya sebagai berikut. a) Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. b) Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu mengembangkan keterampilan sosial siswa di antaranya; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok (Muhfida, 2011).

11 3) Ciri - Ciri Model Pembelajaran Jigsaw Adapun ciri-ciri model pembelajaran tipe jigsaw sebagaimana diuraikan oleh Muhfida (2011, Online) adalah sebagai berikut. a) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama. b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. d) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. 4) Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, langkahlangkah pembelajaran dilakukan sebagai berikut. a) Siswa dikelompokkan ke dalam 3 sampai 4 anggota kelompok asal. b) Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda tentang cara-cara menentukan KPK. c) Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari cara menentukan KPK sesuai pembagian tugasnya bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan cara menentukan KPK yang ditugaskan oleh kelompok asal.

12 d) Setelah selesai diskusi sebagai kelompok ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang cara menentukan KPK yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya memperhatikan dengan sungguh-sungguh. e) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi. f) Guru memberi evaluasi 5) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw Kelebihan model pembelajaran jigsaw a) Melalui model pembelajaran jigsaw siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Model pembelajaran jigsaw dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Model pembelajaran jigsaw dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d) Model pembelajaran jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Model pembelajaran jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa harga diri, hubungan interpersonal

13 yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f) Melalui model pembelajaran jigsaw dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g) Model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Kelemahan model pembelajaran jigsaw: a) Untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memang butuh waktu. b) Ciri utama model pembelajaran jigsaw adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran jigsaw didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

14 d) Keberhasilan model pembelajaran jigsaw dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampaun secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Selanjutnya, Sanjaya (2011) menguraikan beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, di antaranya: a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. b. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. c. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. d. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain Penerapan Jigsaw dalam Menentukan KPK Dalam membelajarkan cara menentukan KPK melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dimulai dengan mengkondisikan kelas untuk melakukan cooperative learning, yaitu membentuk enam kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa. Kelompok-kelompok ini dinamakan kelompok asal. Sebelumnya, guru dapat menyiapkan bahan / materi pelajaran berupa cara-cara

15 menentukan KPK dalam Lembar Kerja Siswa (lampiran 4) yang dapat dimodifikasi pada kertas berwarna agar lebih menarik. Selanjutnya, ketua-ketua kelompok membagi tugas kepada anggota-anggota kelompok untuk mengkaji/membahas cara menentukan KPK. Setiap anggota mendapat tugas yang berbeda dengan anggota lainnya dalam kelompok. Kemudian, anggota dari masing-masing kelompok yang mendapat tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok-kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli membahas materi berdasarkan lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setelah selesai membahas, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil pembahasan mereka secara bergilir. Selanjutnya, perwakilan dari masing-masing kelompok ahli mempresentasikan hasil pembahasannya di depan kelas. Guru menambahkan penjelasan materi dan memperbaiki apabila ada kesalahpahaman tentang materi KPK yang dibahas. Pada kelompok ahli pertama, membahas tentang cara menentukan KPK melalui kelipatan bilangan. Contoh menentukan KPK dari 16 dan 12. Kelompok ahli Kelipatan mencari kelipatan dari bilangan 16, yaitu 16, 32, 48, 64, dan kelipatan bilangan 12, yaitu 12, 24, 36, 48, 60,. Dari kelipatan bilangan 16 dan 12 dapat ditentukan KPK yaitu 48. Kelompok ahli yang ke dua membahas cara menentukan KPK melalui pohon faktor. Kelompok Pohon Faktor menentukan faktorisasi prima dari bilangan 12 dan 16. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 :

16 Faktorisasi prima : 12 : 2 2 x 3 16 : 2 4 Faktor primanya adalah 2 dan 3, sedangkan faktor yang memiliki pangkat terbesar adalah 2 4, sehingga : KPK = 2 4 x 3 = 48. Kelompok ahli yang ke tiga membahas cara menentukan KPK melalui tabel. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 dengan menggunakan cara tabel sebagai berikut Bilangan 12 dan 16 dibagi dengan bilangan prima mulai dari bilangan prima terkecil yaitu 2. Setelah kedua bilangan tidak habis lagi dibagi 2, lanjutkan dengan bilangan prima berikutnya. Apabila kedua bilangan yang dibagi mendapat hasil 1, kalikan semua bilangan prima pembagi, sehingga : KPK = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 48. Kelompok ahli ke empat membahas cara menentukan KPK dengan cara dahsyat. Cara ini dapat dilakukan dengan menerapkan rumus sebagai berikut. FPB: yang besar dibagi yang kecil, sisanya itu FPB KPK: yang besar dikali yang kecil dibagi FPB Contoh menentukan KPK dari 12 dan 16 : FPB = 16 dibagi 12,

17 dapat 1 sisa 4 dan FPBnya adalah 4 KPK = 16 x 12 : 4 = 16 x 3 = 48 Hasil pembahasan kelompok ahli tentang cara menentukan KPK akan disampaikan ke kelompok asal oleh masing-masing perwakilan kelompoknya. Dengan demikian, setiap anggota kelompok dapat menentukan KPK dengan berbagai cara, dan dapat memilih serta menggunakan cara yang paling efektif menurut masing-masing individu. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Windari Astuti Tahun 2007 Meningkatkan Pemahaman Konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil Melalui Alat Peraga Tabel Perkalian di Kelas IV SD. Suatu penelitian tindakan di SDN No. 28 Kota Selatan Kota Gorontalo. Dari hasil pengujian hipotesis maka terdapat hambatan-hambatan dalam pemahaman konsep KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), diantaranya kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep dasar perkalian yang menjadi kesulitan guru dalam menerapkan pemahaman konsep KPK. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru lebih cenderung mengajak siswa untuk menghafal daripada mengajak siswa mengerti dan hanya terikat pada simbol-simbol yang tertulis dalam buku. Selain itu, rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan KPK disebabkan kurangnya media, serta penggunaan model yang kurang variatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dirancang sesuai dengan karakteristik siswa untuk melatih kerjasama dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil.

18 2.3 Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka kemampuan siswa kelas V SDN 1 Sidoharjo Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dalam menentukan KPK akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini apabila kemampuan menentukan KPK dapat meningkat dari observasi awal yang hanya 9 dari 24 siswa atau 37,5% dari jumlah siswa menjadi 70% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) 2.1. Kajian teoretis BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1. Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar.

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan belajar-mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.

memperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Menurut Sudjana (1989:20) peran aktif adalah suatu kegaiatan dalam proses belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara langsung baik intelektual maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. 1

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. 1 10 A. Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena dalam permainan bola voli dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Belajar Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Keterampilan Menjumlah Bilangan Bulat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Keterampilan Menjumlah Bilangan Bulat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menjumlah Bilangan Bulat 2.1.1.1 Pengertian Keterampilan Keterampilan adalah proses mental yang melibatkan motorik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA Jasruddin 1) D. M., Pariabti P. 1), Magfirah 1) Jurusan

Lebih terperinci

C. Indikator Menerapkan tindakan disiplin dari pengalaman belajar dan bekerja dengan matematika dalam

C. Indikator Menerapkan tindakan disiplin dari pengalaman belajar dan bekerja dengan matematika dalam RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII/Ganjil Materi Pokok : Bilangan Alokasi Waktu : 25 Jam Pelajaran @4 menit A. Kompetensi Inti. Menghargai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Kualitatif 1

Jurnal Penelitian Kualitatif 1 Jurnal Penelitian Kualitatif 1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Fitria Ismail Dra. Samsiar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Ada beberapa pendapat para ahli, yang dapat membantu kita untuk memahami tentang pengertian hasil belajar. Dari beberapa orang ahli

Lebih terperinci

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat b. Penjumlahan tanpa alat bantu Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian ini diuraikakan teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian, terdiri dari berbagai pustaka. Dari sejumlah pustaka tersebut,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan berkolaborasi menurut Abidin (2013:19), desain pembelajaran yang tepat digunakan adalah desain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DI V SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DI V SD PENINGKATAN HASIL BELAJAR KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DI V SD Yonathan Saba Pasinggi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar Jalan Jenderal Sudeirman N. 56 Parepare

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman. 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman. 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

Contoh Bilangan Prima : {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, }

Contoh Bilangan Prima : {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, } BILANGAN PRIMA Bilangan prima adalah bilangan yang tepat memiliki dua faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Semua anggota bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2. Contoh Bilangan Prima : {2,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SUSUNAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DIKELAS V SDN 20 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan. disajikan dengan strategi yang menarik bagi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan. disajikan dengan strategi yang menarik bagi siswa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Matematika banyak hal yang menuntut siswa untuk berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan memberikan kesan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik khususnya di Sekolah Dasar harus mengacu pada Standar Kompetensi dan berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 03 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 03 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 03 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Yusnida 1, Zulfa Amrina 1, Ashabul Khairi 1, Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap

BAB I PENDAHULUAN. kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta. UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KASIHAN Reny Tri Setia Ningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Teori Tentang Belajar Skinner dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 5) mengatakan, Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. Isjoni (2010: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009: 40) pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009: 40) pembelajaran BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pengertian Matematika BAB II KAJIAN PUSTAKA Matematika dalam dunia pendidikan formal merupakan mata pelajaran yang terus dipelajari siswa selama menempuh pendidikan dasar hingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci