BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan
|
|
- Leony Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 167 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan sistem pengadaan barang/jasa dari konvensional ke e- Procurement di Pemerintah Kota Yogyakarta telah dilakukan dengan melewati sejumlah proses dan tahapan. Ditinjau dari pengalaman praktis, Pemerintah Kota Yogyakarta telah banyak menerapkan elemen-elemen yang terkandung dalam teori manajemen perubahan. Tahap pertama adalah persiapan melakukan perubahan yang diawali dengan melakukan assessment untuk menilai pentingnya dilakukan perubahan serta untuk mengetahui sejauhmana kesiapan dari Pemerintah Kota Yogyakarta menghadapi perubahan. Secara teknokratis, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyiapkan rencana perubahan tersebut, yaitu dengan memasukkan program pemberantasan korupsi ke dalam dokumen RAD. Dokumen RAD tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan. Assessment tersebut menghasilkan rekomendasi bawa kesiapan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menerapkan e-procurement adalah tahun Wali Kota Yogyakarta pada waktu itu Bapak Heri Zudianto mensikapi hasil assessment lebih progresif, dimana menargetkan pada tahun 2008 Pemerintah Kota Yogyakarta harus sudah bisa menerapkan e-procurement.
2 168 Kebijakan dari Wali Kota Yogyakarta tersebut didukung oleh jajaran di bawahnya dan ditindaklanjuti dengan membentuk kelompok kerja yang melibatkan sejumlah perwakilan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk difungsikan sebagai agen perubahan. Kegiatan berikutnya adalah melakukan studi banding ke Kota Surabaya dan Kota Bogor yang sudah lebih awal menerapkan e-procurement. Hasil studi banding memutuskan bahwa, Pemerintah Kota Yogyakarta memilih untuk menggunakan aplikasi e- Procurement yang disusun oleh LKPP. Persyaratan untuk mengadopsi aplikasi e- Procurement LKPP pada saat itu cukup berat, namun karena komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menerapkan e-procurement tahun 2008 maka semua persyaratan bisa dipenuhinya. Salah satu faktor penting yang menjadi kunci keberhasilan dari penerapan e-procurement di Kota Yogyakarta adalah adanya komitmen yang kuat dari pucuk pimpinan dan jajaran di bawahnya. Pihak legislatif yang diwakili oleh komisi III juga dilibatkan dalam proses perubahan. Dengan komitmen yang kuat, Pemerintah Kota Yogyakarta berhasil memenuhi persyaratan yang ditentukan LKPP antaralain: tersedianya alokasi anggaran, terbentuknya kelembagaan, adanya payung hukum dan kesiapan SDM serta dukungan sarana prasarana. Persyaratan tersebut disiapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam waktu sekitar satu tahun, yaitu mulai pertengahan tahun 2007 sampai dengan pertengahan Tahap berikutnya adalah implementasi e-procurement yang ditandai dengan peluncuran e-procuremnet tgl 25 Juli Perubahan yang disebabkan oleh penerapan e-procurement dalam pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta
3 169 menunjukkan hasil dan manfaat yang positif. Melalui e-procurement mendorong terwujudnya sistem pengadaan barang/jasa yang transparan, akuntabel, adil serta terhindar dari praktik KKN. Perubahan yang menarik juga terjadi pada ranah mindset & cultureset dari para stakeholders. Aspek keadilan diukur dari adanya peluang yang sama kepada publik untuk ikut berpartisipasi sebagai peserta tender maupun sebagai pemantau jalannya proses tender karena perkembangan tahapan lelang bisa diakses dari mana saja, kapan saja tanpa terhalang oleh dimensi waktu dan jarak. Keadaan tersebut berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penyedia jasa (provider) yang ikut serta dalam proses tender di Pemerintah Kota Yogyakarta, dimana setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada awal implementasi e- Procurement hanya diikuti sekitar 185 penyedia jasa. Jumlah penyedia jasa yang ikut lelang terus meningkat pada tahun 2013 terdapat 3000 calon penyedia jasa, yang mana sekitar 2000 provider adalah merupakan penyedia jasa lokal. Aspek transparansi dapat ditunjukkan dengan keterbukaan informasi data lelang yang di-upload di website LPSE Kota Yogyakarta. Berapa jumlah kegiatan yang dilelangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, berapa nilai pagu kontrak masing-masing kegiatan, siapa saja peserta yang mengikuti lelang, semua itu bisa diakses melalui internet. Jadual pelaksanaan lelang dan progress-nya dalam setiap tahapan bisa diketahui bersama karena diumumkan terbuka di website LPSE Kota Yogyakarta. Hasil penilaian dari panitia pengadaan dan penentuan pemenang dapat ditampilkan di website dan diketahui oleh publik.
4 170 Melalui e-procurement dapat mengurangi potensi terjadinya praktik KKN, karena pertemuan antara panitia lelang dan provider sangat dibatasi. Pada saat lelang secara konvensional masih banyak dilakukan pertemuan langsung antara peserta tender dan panitia sehingga membuka kesempatan terjadinya transaksi negatif. Pemasukan dokumen penawaran pada lelang secara konvensional ada kecenderungan saling menunggu, dan memasukkan dokumen pada saat akhir menjelang penutupan. Kesempatan tersebut bisa digunakan untuk mengintip mencari informasi berapa harga penawaran terendah, sehingga yang bersangkutan atau calon yang sudah dikondisikan bisa mengajukan harga penawaran yang lebih rendah. Dengan sistem e-procurement tidak bisa lagi saling mengintip karena dokumen penawaran disampaikan dalam bentuk soft file dan sudah diprogram tidak bisa dibuka sebelum waktu yang dijadualkan. Penerapan e-procurement di Kota Yogyakarta diperoleh adanya efektifitas waktu. Proses pengadaan dengan sistem e-procurement terbukti lebih cepat sehingga jumlah hari yang dibutuhkan lebih sedikit, karena hanya memerlukan waktu hari kerja. Sedangkan sistem konvensional prosesnya lebih lama karena memerlukan waktu lebih dari 30 hari kerja. Pada saat tender masih secara konvensional kepanitiaan tender tersebar di SKPD dan memerlukan ratusan orang sebagai panitia. Setelah menerapkan e-procurement, kepanitiaan terpusat di ULP dan hanya membutuhkan puluhan orang. Hal itu dinilai mendatangkan efisiensi SDM dan anggaran untuk honor panitia tender. Efisiensi anggaran juga diperoleh dari belanja modal, antaralain dari pengadaan ATK, konsumsi, honor panitia lelang. Dengan diperolehnya efisiensi anggaran tersebut, Pemerintah Kota
5 171 Yogyakarta sudah bisa meraih Break Event Point (BEP) atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk investasi penerapan e-procurement. Perubahan mindset & cultureset dari para stakeholders dirasakan mulai kelihatan. Perubahan tersebut dikenali melalui beberapa indikasi antaralain, pada saat ini hampir tidak ada resistensi dari para stakeholders. Pada saat awal penerapan e-procurement sebagian besar stakeholders masih gagap dalam mengoperasikan komputer, internet dan menjalankan aplikasi website LPSE Kota Yogyakarta. Keadaan sudah berubah dimana saat ini stakeholders sudah terbiasa dan menguasai perkembangan teknologi yang ada di e-procurement. Masyarakat menilai positif dan baik terhadap sistem e-procurement Kota Yogyakarta, yang diukur melalui Survai Indek Kepuasan Masyarakat terhadap LPSE Kota Yogyakarta tahun 2013 dimana memperoleh penilaian rata-rata baik. Seluruh SKPD di lingkungan pemerintah Kota Yogyakarta sudah menyerahkan proses lelang atas kegiatan yang diampunya kepada ULP dan LPSE. Perkembangan jumlah paket kegiatan yang dilelangkan di LPSE Kota Yogyakarta dan jumlah penyedia jasa menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada awal diterapkannya e-procurement, LPSE Kota Yogyakarta hanya melelangkan sembilan paket kegiatan. Pada tahun 2013 mencapai 366 paket kegiatan dan pada tahun 2014 melelangkan 217 paket. Pada tahun 2008 hanya diikuti 185 penyedia jasa, jumlah peserta tender bertambah signifikan pada tahun 2013 yaitu 3000 penyedia jasa.
6 172 Tahap penguatan dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan melakukan survai kepuasan pelanggan pada setiap tahun untuk dipakai sebagai bahan masukan perbaikan dan penguatan sistem e-procurement. Sebagai upaya untuk memperkuat sistem e-procurement di Kota Yogyakarta dilakukan dengan berbagai pengembangan dan perbaikan terhadap standard pelayanan, penyediaan dukungan teknologi informasi yang memadai, serta peningkatan kapasitas SDM pengelola LPSE serta para stakeholder. Dalam rangka untuk menyiapkan LPSE menjadi sebuah lembaga layanan pengadaan yang profesional, visioner, pada saat ini LPSE tengah berbenah dan menata diri untuk mendapatkan sertifikasi ISO Meskipun persyaratan yang harus dipenuhi oleh LPSE sangat banyak, sampai dengan penelitian ini disusun, LPSE telah menyelesaikan sekitar 70% dari jumlah keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi. Bagian Organisasi juga telah melakukan kajian kelembagaan terhadap organisasi LPSE sekarang. Salah satu hasil kajiannya adalah merekomendasikan untuk penguatan organisasi LPSE yang sekarang berbentuk sekretariat, ditingkatkan statusnya menjadi Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa untuk digabung dengan ULP. Payung hukum berupa draft perda tentang perubahan Sekretariat LPSE menjadi Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa telah disampaikan kepada DPRD Kota Yogyakarta pada tahun Pada saat ini pihak eksekutif masih menunggu hasil pembahasan yang ada di legislatif.
7 173 Kerjakeras dan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menjadikan LPSE sebagai salah satu terobosan dalam memberantas paraktik-praktik KKN menunjukkan adanya keberhasilan. Atas prestasinya itu, LPSE Kota Yogyakarta pernah memperoleh sejumlah penghargaan diantaranya adalah Penilaian Indek Anti Korupsi (PIAK) diberikan oleh KPK, sebagai LPSE Pelopor dalam pembentukan LPSE dan implementasi e Procurement yang diberikan oleh LKPP. Pemerintah Kota Yogyakarta menyadari bahwa beban kerja LPSE termasuk berat, oleh karena itu kepada pengelola LPSE diberikan reward berupa tambahan pendapatan di luar gaji pokok. Namun demikian, pihak pengelola LPSE merasa bahwa besaran tambahan pendapatan tersebut masih belum sebanding dengan beban kerja yang diampunya. Tambahan pendapatan yang resmi diterima oleh pegawai LPSE dinilai masih cukup jauh jika dibanding dengan pegawai yang berada di unit lain, yang sama-sama bertugas mengawal proses pengadaan barang/jasa. Sejalan dengan waktu dan proses yang terus bergulir, Pemerintah Kota Yogyakarta memandang bahwa organisasi LPSE pada saat ini sudah semakin mapan. Penting untuk dikemukaan sebagai hasil temuan dalam penelitian, pada saat ini perhatian serta dukungan dari pimpinan terhadap LPSE sudah mulai berkurang tidak seperti pada saat awal berdiri. Bila hal ini benar adanya maka menjadi kontradiktif dengan tahapan perubahan yang sekarang sedang berada pada fase penguatan.
8 Hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat melakukan perubahan Proses perubahan sistem pengadaan barang/jasa dari konvensional ke sistem e-procurement yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, tidaklah semudah dengan apa yang direncanakan. Di dalamnya penuh dengan tantangan, hambatan serta masalah yang juga turut menyertainya. Secara umum dapat diinformasikan bahwa hambatan serta masalah yang paling banyak adalah muncul pada tahap persiapan dan tahap awal implementasi e-procurement. Pada tahap tersebut LPSE menghadapi masalah keterbatasan alokasi anggaran karena pada tahun 2007 belum tersedia anggaran khusus untuk pelaksanaan e-procurement. Penetapan Perda APBD baru dilakukan pada bulan Februari Akibat adanya hambatan terkait penyediaan anggaran maka berpengaruh kepada terbatasnya dukungan sarana prasarana untuk Sekretariat LPSE. Dengan terbatasnya sarana prasarana khusunya penyediaan server, kurangnya jumlah komputer laboratorium, terbatasnya alokasi bandwidth serta jaringan internet yang belum lancar maka berdampak pada kecepatan dalam melaksanakan tugas rutin LPSE. Kendala lain yang juga ditemuinya adalah dalam menentukan pilihan bentuk kelembagaan yang tepat untuk organisasi yang nanti bertugas mengawal pelaksanaan e-procurement. Dalam hal penyiapan SDM juga menghadapi hambatan, dimana Sekretariat LPSE adalah berada di Bagian Pengendalian Pembangunan, sementara jumlah pegawai di Bagian Pengendalian Pembangunan juga terbatas. Untuk mengisi kebutuhan SDM tidak cukup hanya mengambil pegawai yang dimiliki Bagian Pengendalaian Pembangunan. Sementara untuk
9 175 mengambil pegawai dari instansi di luar Bagian Pengendalia Pembangunan diperlukan proses dan ditempuh sesuai prosedur yang berlaku. Hambatan yang juga dirasakan adalah terkait dengan adaptasi terhadap e- Procurement. Mengingat bahwa sistem ini adalah baru maka tidak mudah untuk merubah mindset & cultureset dari para stakeholder terkait, yang notabene selama ini sudah nyaman dengan sistem konvensional. Melatih ketrampilan mereka untuk bisa mengoperasionalkan sistem ini saja mengalami kesulitan apalagi merubah pola pikir serta budaya yang selama ini telah mengakar pada sistem konvensional. Seiring dengan berjalannya waktu, masalah-masalah yang berkaitan dengan penyediaan anggaran, dukungan sarana-prasarana, serta mindset & cultureset secara berangsur sudah teratasi. Pada saat ini diakui bahwa LPSE Kota Yogyakarta lebih mapan dibandingkan empat tahun yang lalu. Meskipun demikian, bukan berarti LPSE Kota Yogyakarta tidak memiliki masalah. Berdasarkan hasil penelitain, LPSE Kota Yogyakarta menghadapi permasalahan internal. Masalah yang pertama adalah terkait dengan kapasitas kelembagaan yang sampai dengan saat ini masih berbentuk sekretariat. Sebagai unit kerja yang tidak independent menjadikan LPSE tidak bisa bergerak cepat karena segala sesuatunya harus dikomunikasikan lebih dahulu dengan koordinator LPSE. Dalam hal penyusunan rencana kegiatan dan rencana anggaran LPSE juga hanya menerima hasil jadinya. Semua tergantung dengan koordinator LPSE. Keadaan ini dirasakan menjadi hambatan bagi LPSE untuk berkembang lebih cepat mengikuti tuntutan kemajuan di lapangan.
10 176 Masalah yang kedua adalah berpindahnya sebagian besar dari pegawai LPSE ke unit lain yang juga bertugas mengawal pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta. Diperkirakan perpindahannya disebabkan ketertarikan mereka dengan tambahan pendapatan yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan di LPSE. Akibatnya, pada saat ini jumlah pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang standby di LPSE hanya dua orang, padahal sebelumnya berjumlah tujuh orang. Masalah yang ketiga adalah munculnya rasa ketidakpuasan dari pegawai LPSE dikarenakan tidak sebandingnya beban kerja yang diemban oleh mereka dengan jumlah tambahan pendapatan yang diperolehnya. Terlebih bila dibandingkan dengan pegawai di unit lain yang sama-sama bertugas mengawal proses pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta. Seperti yang disampaikan oleh narasumber, masalah seperti ini tidak hanya terjadi di LPSE Kota Yogyakarta, namun hampir dirasakan oleh kebanyakan pegelola LPSE di daerah yang lain. Menurut pengamatan peneliti, masalah seperti ini adalah merupakan bom waktu yang bisa meledak suatu saat dan berpotensi menjadi masalah serius yang berdampak negatif terhadap kemajuan LPSE Kota Yogyakarta khususnya dan LPSE di daerah lain pada umumnya. Ketidakpuasan yang disebabkan karena reward yang diterima pegawai LPSE dinilai belum sebanding dengan beban kerja yang diemban. Keadaan ini dapat berpotensi menyurutkan komitmen mereka sehingga bisa memancing terbukanya celah-celah yang tidak tidak sehat dalam mengawal proses pengadaan barang/jasa.
11 177 Masalah keempat adalah terkait dengan adanya penyedia jasa yang melakukan upload penawaran di atas jam kerja Pemkot Yogyakarta yakni pukul WIB. Dalam hal ini LPSE tetap harus menyiapkan pegawai untuk bisa melayani penyedia jasa yang sedang upload penawaran. Persoalan yang juga perlu diperhatikan adalah adanya pergantian atau mutasi pegawai yang memang tidak bisa dihindarkan dalam birokrasi publik. Mutasi atau pergantian pegawai sering menjadi masalah di instansi terkait karena pimpinan tidak menempatkan orang yang ahli dibidangnya (right man on the right job) untuk mengisi posisi yang kosong menggantikan pegawai yang dimutasi. Ketidaktepatan dalam melakukan mutasi pegawai bisa berdampak pada tidak connect keberlanjutan program/kegiatan yang menjadi tujuan sebuah organisasi. 6.3 Solusi yang dilakukan Hambatan yang berupa keterbatasan anggaran pada tahap awal implementasi bisa dipecahkan dengan melakukan sharing anggaran oleh sejumlah instansi yang memiliki anggaran rutin sesuai kebutuhan LPSE. Untuk kebutuhan sarana teknolgi informasi seperti adanya kekurangan server disiasati dengan menggunakan server yang dimiliki oleh Bagian Teknologi Informasi. Demikian juga dengan kebutuhan pemasangan instalasi jaringan LAN dibebankan kepada Bagian Teknologi Informasi. Kebutuhan yang menyangkut pelatihan menggunakan anggaran rutin dari Badan Diklat Daerah. Sedangkan untuk operasional kegiatan LPSE menggunakan anggaran dari Bagian Pengendalaian Pembangunan.
12 178 Dalam kaitannya dengan terbatasnya jumlah pegawai di LPSE, Pemerintah Kota Yogyakarta telah merekrut sejumlah orang sebagai tenaga kontrak untuk ditempatkan di LPSE. Dalam rangka untuk melayani penyedia jasa yang mengupload penawaran setelah di atas jam WIB, maka ditugaskan tenaga untuk piket bergantian sampai dengan pukul WIB. 6.4 Saran/Rekomendasi Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah disusun oleh peneliti, rekomendasi dalam peneltian ini dibagi menjadi dua: a. Rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah Kota Yogyakarta: Birokrasi pemerintah selalu berubah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan publik dan kemajuan zaman. Salah satu prasyarat untuk melakukan perubahan yang baik perlu adanya desain dan strategi manajemen perubahan. Prasayarat lainnya untuk melakukan perubahan adalah adanya agen perubahan. Dalam kaitannya dengan penerapan e- Procurement di Pemerintah Kota Yogyakarta, agen perubahan yang dibentuk bekerja efektif hanya sampai pada tahap persiapan. Adapun pada tahap pelaksanaan dan penguatan sudah tidak ada lagi agen perubahan. Perubahan dapat berjalan dengan baik apabila seluruh tahapan perubahan dikawal oleh agen perubahan. Sebagai perbaikan dimasa mendatang, sebelum melakukan perubahan ditubuh birokrasi pemerintah, perlu dilakukan dengan mengikuti pedoman manajemen
13 179 perubahan yang baku berdasarkan sejumlah teori yang telah dibangun oleh para pakar. Pemerintah Kota Yogyakarta perlu melakukan kajian mendalam terhadap hal-hal yang menjadi masalah dalam tubuh Sekretariat LPSE. Penting kiranya menentukan skala prioritas terhadap masalah mana yang penting diselesikan lebih dahulu. Menurut hemat peneliti, Pemerintah Kota Yogyakarta perlu memfokuskan kepada dua masalah, yang pertama adalah bagaimana memperkuat kapasitas kelembagaan LPSE, dan yang kedua adalah memberikan perhatian kepada pegawai pengelola LPSE atas ketidakpuasan mereka dengan reward yang selama ini mereka terima. Ketidakpuasan dari para pengelola LPSE dikhawatirkan dapat melemahkan komitmen mereka sehingga berdampak negatif terhadap sistem e-procurement yang selama ini telah dibangun dengan baik oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. b. Rekomendasi yang ditujukan kepada publik apabila hendak melakukan penelitian dengan tema e-procurement di Kota Yogyakarta, sebaiknya obyek utama penelitiannya tidak hanya di Sekretariat LPSE saja, namun melakukan penelitian juga di Unit Layanan Pengadaan (ULP). Sebab antara LPSE dan ULP adalah bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi dan masing-masing memiliki peran strategis dalam mengawal proses pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta.
14 Kontribusi Teoritik Berdasarkan uraian hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, secara umum dapat dikemukakan bahwa indikator manajemen perubahan yang dipakai sebagai teori dalam penelitian ini sudah diterapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola perubahan sistem pengadaan barang/jasa dari konvensional ke sistem e-procurement. Kontribusi dari penelitian ini adalah memperoleh masukan adanya indikator lainnya yang tidak kalah penting untuk mengelola perubahan penerapan e-procurement di Kota Yogyakarta. Indikator tersebut adalah komitmen yang kuat dari pimpinan dan jajaran di bawahnya untuk senantiasa konsisten terhadap tujuan dilakukannya perubahan. Indikator berupa komitmen yang kuat ini tidak tercantum dalam indikator teori manajemen perubahan yang diajukan peneliti. Pemerintah Kota Yogyakarta telah membuktikan bahwa dengan komitmen yang kuat dari pucuk pimpinan sebagai pengambil kebijakan serta staff yang menjalankan langsung proses perubahan, dalam waktu yang relatif singkat yaitu hanya satu tahun dapat mengantarkan berdirinya LPSE, dan sampai dengan saat ini sudah berjalan sekitar enam tahun. Komitmen yang kuat tersebut harus dimiliki oleh setiap individu pelaku perubahan dan harus tetap terjaga disepanjang proses perubahan. Bila komitmen tersebut pudar maka hakikat dan tujuan perubahan tidak akan tercapai. Dalam konteks ini, tujuan utama menerapkan e-procurement adalah untuk mewujudkan pengadaan barang/jasa yang transparan, akuntabel, adil dan menghindari praktik KKN. Setiap pelaku perubahan juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam
15 181 menerapkan nilai-nilai transparansi, akuntabel, keadilan, serta menutup rapatrapat celah terjadinya praktik KKN dalam proses pengadaan barang/jasa. Komitmen yang kuat adalah merupakan energi yang luar biasa untuk menggerakkan individu bekerja tanpa mengenal lelah dan pamrih. Keberlanjutan dan eksistensi LPSE Kota Yogyakarta masa kini dan masa depan sangat tergantung dengan komitmen kuat dari setiap individu yang terlibat. Bila komitmen tersebut lemah atau hilang maka bukan tidak mustahil bila arah tujuan penerapan e-procurement berbelok, dan akhirnya sulit untuk mewujudkan hakikat dilakukannya perubahan.
BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat bekerja dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperincibarang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan
BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Pelatihan staf pengadaan di LPMP dan P4TK Kemdikbud dalam hasil penelitian secara umum menggambarkan tingkat implementasi yang baik memenuhi kriteria dan
Lebih terperinci1. Mohon perhatikan Keterangan Penilaian sebelum mengisi kuisioner :
L1 Petunjuk Pengisian Kuisioner : 1. Mohon perhatikan Keterangan Penilaian sebelum mengisi kuisioner : TS = Tidak Setuju; KS= Kurang Setuju; CS = Cukup Setuju; S = Setuju; SS = Sangat Setuju 2. Beri tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Istilah e-procurement diperkenalkan pertama kali di Pemerintah Kabupaten
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Istilah e-procurement diperkenalkan pertama kali di Pemerintah Kabupaten Toraja Utara sekitar pada bulan Maret 2011 dalam suatu pertemuan yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah peneliti paparkan dapat
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah peneliti paparkan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. UGM mengembangkan sistem yang terintegrasi untuk mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur untuk mendukung Indonesia khususnya kota Yogyakarta yang sedang dalam masa perkembangan menghantarkan konstruksi
Lebih terperincigovernance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki posisi yang strategis, bukan hanya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih
Lebih terperinciBAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN 2.1. Kondisi Umum SKPD 2.1.1 Dasar Hukum Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam
Lebih terperinciPERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)
PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang *Email :
Lebih terperinci1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan
Lebih terperinciJurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara
Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara Alfred Mainassy alfred_lounussa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciDalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat
B A B I I I A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat pencapaian kinerja, berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, yang kemudian dijabarkan
Lebih terperinciPERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN
Ulasan / Review Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.53-57 PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN Budi Restu Hudaya Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan
Lebih terperinciBUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010
BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E-PROCUREMENT ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ENDE BUPATI ENDE,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Lebih terperinciRepositori STIE Ekuitas
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Accounting Information System 2015-12-14 Pengaruh Usefulness AIS (Accounting Information System) Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan proyek konstruksi semakin pesat. Proyek konstruksi merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang telah ditetapkan, untuk memenuhi
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas
Lebih terperinciANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA
ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA Liziad Aditya Soetanto 1, dan Kenny Jonathan Setiobudi 2 ABSTRAK : E-Procurement atau Pengadaan secara elektronik adalah Pengadaan Barang/Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi informasi memiliki peran yang penting tidak hanya dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang dari kesuksesan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government, dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, memiliki keuntungan, terwujudnya
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 81 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 81 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau
Lebih terperinciEVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pembangunan, dan fungsi pemerintahan umum (Lembaga Administrasi Negara, 2007).
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:
ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Robin Tibuludji * ABSTRAK Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian yang paling banyak
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara mendalam peran e-procurement dalam mencegah fraud pada proses pengadaan barang dan jasa serta
Lebih terperinciBandung Integrated Resources Management System (BIRMS)
Bandung Integrated Resources Management System (BIRMS), yaitu sistem pengelolaan daerah yang terintegrasi dari hulu hingga hilir yang diawali dari Proses Perencanaan Pembangunan Daerah, Pelaksanaan Anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan setelah tahap
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan
Lebih terperinciE:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc
2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
Lebih terperinciBAB IV P E N U T U P
BAB IV P E N U T U P Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai media untuk menjawab amanah yang diberikan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) kepada Pemerintah pada dasarnya
Lebih terperinciP3I. Pelatihan Teknik Memenangkan Tender Pemerintah melalui Penguasaan SPSE versi 4 Sesuai Dengan Perpres No. 4 Tahun 2015
Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia PUSAT PENGKAJIAN PENGADAAN INDONESIA Nomor : 09/E-PROC//XII/2016 Jakarta, 15 Desember 2016 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pelatihan Teknik Memenangkan Tender
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Mochammad Iksan Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciKAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI
KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI Oleh : SUWARDI 06 172 030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adam Smith (1776) dalam An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations mengemukakan bahwa ada tiga fungsi negara yaitu memelihara pertahanan
Lebih terperinciKABUPATEN BADUNG PERJANJIAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015
KABUPATEN BADUNG PERJANJIAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015 RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Penetapan Kinerja... Kata Pengantar.... Daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disadari atau tidak, teknologi informasi telah menjadi bagian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Disadari atau tidak, teknologi informasi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Teknologi informasi ini memungkinkan perdagangan, perniagaan, transaksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara kualitatif mengenai efektivitas pengadaan barang dan jasa secara elektronik
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan teknik deskriptif/kualitatif yaitu menguraikan secara kualitatif mengenai efektivitas pengadaan barang dan jasa secara
Lebih terperinciBUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincib) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di
Lebih terperinciINSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2017 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA
- 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN
PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN JARINGAN SURVEI INISIATIF Alamat : Jln. T. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Telepon
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG
BAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG A. Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah Kota Malang Pemerintah Kota Malang pada dasarnya telah melakukan langkah-langkah perubahan untuk mewujudkan pemerintahan
Lebih terperinciNO NARASI TOLOK UKUR TARGET KINERJA
Program dan Kegiatan di Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah 1. Program Dalam tahun anggaran 2012, program yang dilaksanakan oleh Bagian Pembangunan, meliputi : a. Program Peningkatan Dan Pengembangan
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA
Lebih terperinciBAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD
BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD 2.1. Struktur Organisasi Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam rangka mendorong peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan
BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian ini akan mengkaji strategi pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta hingga mampu mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi untuk dua unit kerjanya,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 58 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementrian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011
LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 Jakarta, 28 Desember 2010 1 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014
BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciKeynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia. Jakarta, 23 Agustus 2006
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2 4, Jakarta Pusat Keynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia Jakarta, 23 Agustus 2006
Lebih terperinciINOVASI OPTIMALISASI KAPASITAS APIP KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA
INOVASI OPTIMALISASI KAPASITAS APIP KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA A. KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG HUBUNGAN, PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciTERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang
Lebih terperinciBUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN TENTANG
SALINAN BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN 2016 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN
Lebih terperinciAkselerasi Daya Dukung E-Procurement dan Model Penumbuhan Iklim Usaha Daerah berbasis E-Gov
Akselerasi Daya Dukung E-Procurement dan Model Penumbuhan Iklim Usaha Daerah berbasis E-Gov Rachmat Hidayat 1 dan Suji 2 Email: kognisi@gmail.com dan kognisi_otak@yahoo.com Mahasiswa yang terlibat: Taufik
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BALI TAHUN 2015 Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Diklat Provinsi Bali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrak untuk pekerjaan publik antara pemerintah dengan sektor swasta/privat merupakan bisnis dengan ukuran yang sangat besar. Mulai dari proyek-proyek infrastruktur
Lebih terperinciBAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciE-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012
E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent
No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinci