Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Dasar filsafat Rogers mengenai manusia. Pokokpokok dasar Rogers. Teori kepribadian Rogers. Kompetensi Mampu memahami pendekatan konseling non diretive.

2 Pendahuluan Dasar Filasafi Rogers mengenai Manusia Carl Rogers adalah tokoh yang sangat terkenal dalam bidang konseling dan psikoterapi. Teorinya mengenai berpusat pada klien (Client centered therapi) atau berpusat pada person menjadi pendekatan favorit bagi banyak orang konselor ataupun terapis dalam memberikan penanganan terhadap masalah psikologis yang dihadapi klien. Dasar teorinya memiliki kesamaan pandangan dengan Maslow, sehingga dikategorikan ke dalam aliran humanistik. Rogers secara positif menganggap manusia sebagai mahkluk yang bertanggung jawab terhadap diri sendri dan memiliki kemampuan untuk memutuskan apa yang paling tepat bagi dirinya. Cara pandang ini sangat berlawanan dengan aliran psikoanalisis atau behaviorisme yang mendudukkan manusia sebagai korban dari masa lalu atau sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam kepada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke depan, berjuang untuk berfungsi secara penuh, serta memiliki kebaikan. Manusia pada dasarnya dapat dipercaya, kooperatif, dan konstruktif, tidak perlu melakukan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresif yang dimilikinya. Rogers mempunyai pandangan bahwa tingkah laku manusia dapat dipahami dari pengalaman subjektif terhadap realitas (subjective experience of rality). Manusia juga memiliki kemampuan menentukan nasibnya sendiri, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri. Asumsi Rogers tentang manusia adalah bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, tetapi juga heterostatis dan sulit dipahami. Rogers percaya dan optimis dengan sifat alami manusia. Ia meyakini bahwa dorongan paling besar pada manusia adalah aktualisasi diri, yaitu memilihara, menegakkan, mempertahankan diri, dan meningkatkan diri dengan memberikan kesempatan terhadap individu untuk berkembang dalam gerak maju dan memiliki cara untuk menyesuaikan diri. Teori Kepribadian Rogers Teori Rogerss didasarkan pada pengalaman selama bertahun-tahun dalam menangani klien-kliennya. dalam hal ini, Rogers memiliki kesamaan dengan Freud yaitu sama-sama kaya dan matang dalam teori dan pengalaman, dan memiliki perbedaan dengan Freud dalam pandangannya terhadap manusia. Rogers melihat manusia pada dasarnya baik dan sehat, tidak buruk atau sakit. Dengan kata lain, ia melihat kesehatan mental sebagai 2

3 kemajuan kehidupan normal dan melihat penyakit mental, kriminalitas, dan masalahmasalah manusia lainnya sebagai distorsi dari kecenderungan alamiah. Rogers juga berbeda dengan Freud dalam teori yang dikembangkannya. Teori Rogers relatif sederhana dibandingkan dengan teori Freud yang rumit. Seluruh teori Rogers dibangun dari satu gaya hidup yang disebut kecenderungan aktualisasi. Aktualisasi dapat didefinisikan sebagai motivasi built in yang hadir dalam setiap format kehidupan untuk mengembangkan semua potensi dengan penuh. Rogers percaya bahwa semua mahkluk berusaha untuk membuat yang terbaik dari keberadan mereka. Jika mereka gagal untuk melakukannya, itu bukan karena kurangnya keinginan tetapi karena kondisi yang membatasinya. Istilah aktualisasi versi Rogers tidak sama dengan aktualisasi versi Maslow. Aktualisasi versi Rogers berlaku untuk semua mahkluk hidup. 1. Diri (self) dan Kecenderungan Aktualisasi Diri Berdasarkan pengalamannya dalam perjalanan selama di Cina, Rogers mengakui pentingnya otonomi diri (self) sebagai faktor penting dalam perkembangan hidupnya. Beberapa riset awal yang dilakukannya membutikkan pentingnya self dalam pembentukan kepribadian. Pada tahun 1930, Rogers mengembangkan suatu metode untuk menentukan apakah perilaku seorang anak sehat atau konstruktif atau sebaliknya tidak sehat dan destruktif. Rogers menelti beberapa anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Mengukur faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku anak tersebut. Faktorfaktor tersebut diantaranya lingkungan keluarga, kesehatan, perkembangan intelektual, kondisi ekonomi, budaya, interaksi sosial, dan tingat pendidikan. Semua faktor tersebut merupakan faktor eksternal dan merupakan bagian dari lingkungan anak. Rogers juga meneliti faktor internal yang dianggap berpengaruh yaitu: pemahaman diri dan self insight. Rogers menggambarkan bahwa self insight sebagai sesuatu yang diterima oleh self dan realitas serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap self. Rogers percaya bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan dalam dirinya untuk menjadi aktual, memelihara, dan meningkatkan self. Dorongan menuju aktualisasi diri menjadi bagian dari kecenderungan aktualisasi (actualization tendency) yang lebih luas, yang meliputi semua aspek psikologis dan kebutuhan psikologis. Dengan memperhatikan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan makanan, air, dan keamanan. Kecenderungan untuk aktual akan memelihara organisme dan membantu untuk menyediakan gizi dan bertahan hidup. Proses pertumbuhan sepanjang hayat dipandang Rogers sebagai proses penilaian organismik (organismic valving process). Melalui proses ini menilai pengalaman hidup dalam kerangka untuk mengetahui apakah akan menuju ke arah kecenderungan aktualisasi atau 3

4 tidak. Pengalaman yang meningkatkan aktualisasi diri apabila nilai bagus dan diharapkan, kita akan memberi nilai positif. Sebaliknya, pengalaman yang merintangi untuk aktual akan dianggap tidak diharapkan dan membuat penilaian negatif. Persepsi tersebut berpengaruh kepada perilaku karena lebih menyukai untuk mengalami pengalaman yang diharapkan dan menghindari pengalaman yang tidak diharapkan. 2. Pengalaman Dunia (Experiental World) Dalam mengembangkan teorinya, Rogers sangat menekankan pengaruh pengalaman dunia dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini menjadi frame of reference atau konteks yang berpengaruh kepada pertumbuhan. Beberapa pengalaman yang menstimulasi kita dari yang kecil sampai dengan yang besar baik yang mengganggu maupun yang menyenangkan membuat kita ingin tahu bagaimana menerima dan bereaksi terhadap pengalaman dunia yang multifacet. Meurut Rogers, realitas lingkungan bergantung pada persepsi kita tentang hal tersebut, yang memungkinkan persepsi kita terhadap realitas tidak tepat. Persepsi berubah sejalan dengan pertambahan umur dan pengaruh lingkungan dan dunia pengalaman bersifat pribadi dan hanya diketahui oleh diri sendiri. 3. Perkembangan Self pada Masa Kanak-Kanak Seorang bayi berkembang secara bertahap dalam lapangan pengalaman yang kompleks melalui hubungan sosial. Sebagian pengalaman tersebut telah membedakan satu bagian dari bagian lainnya. Bagian tersebut didefinisikan dengan kata I, me, dan my self yang semuanya adalah self atau self concept. Pembentukan self concept terjadi melalui pembedaan langsung dan segera antara self dan objek atau kejadian di luar dirinya. Idealnya, self memiliki pola konsisten dan inipun sebenarnya diusahakan oleh self sendiri. Misalnya orang yang merasa terganggu karena memiliki kecenderungan agresif tinggi akan berusaha menghindari perilaku agresif, dengan cara menghindari, bertanggung jawab terhadap tindakan yang tidak konsisten dengan self concept nya yaitu mempercayai bahwa dirinya kurang agresif. 4. Penghargaan Positif (Positive Regard) Setiap anak memerlukan penghargaan (positive regards). Kebutuhan ini bersifat universal dan persisten. Penghargaan positif terdiri atas penerimaan, cinta, dan dukungan dari orang lain terutama dari ibu. Penghargaan positif merupakan sesuatu yang penting bagi 4

5 perkembangan kepribadian. Anak yang menerima penghargaan positif akan merasakan kepuasan, sebaliknya anak yang tidak mendapatkannya akan frustasi. Perilaku anak dituntun oleh kasih dan cinta yang diterimanya. Jika sang ibu tidak memberikan penghargaan positif, maka kecenderungan aktualisasi diri anak akan terhalang. Demikian juga denga anak yang mendapatkan pengasuhan yang buruk, mereka akan mengalami penolakan terhadap perkembangan self yang baru. Jika hal ini sering dialami, anak akan berhenti untuk berjuang mencapai aktualisasi. Mereka akan mencari pengharagaan positif dari orang lain, meskipun hal ini akan membuatnya bertindak tidak konsisten dengan konsep dirinya. Anak yang mendapatkan penerimaan, cinta, dan dukungan dalam situasi tertentu mungkin tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan orangtua apabila perilaku tersebut tidak membuatnya mendapatkan hukuman, maka kondisi ini disebut dengan penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard). Penghargaan positif tetap diberikan meskipun anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kecintaan ibu diberikan secara penuh dan gratis tanpa syarat, tidak bergantung pada perilaku anak. Pola pemberian penghargaan ini bersifat alamiah resiprokal (reciprocal nature), artinya ketika seseorang mendapatkan penghargaan positif dari orang lain, akan merasa puas dengan kebutuhan tersebut dan membuatnya memiliki keinginan untuk memberikan penghargaan positif pada orang lain. 5. Kondisi yang Berharga (Condition of Worth) Penghargaan diri positif menurut Rogers sama dengan konsep super ego dari Freud. Sumbernya berasal dari penghargaan positif tanpa syarat. Penghargaan positf tanpa syarat meliputi penerimaan dan cinta orang tua kepada anak tanpa syarat apapun terlepas dari perilaku anak, terbalik dengan penghargan positif dengan syarat. Orangtua tetap akan memberikan pengharagaan positif terhadap apapun yang dilakukan anak. Beberapa perilaku anak mungkin mengganggu, menakutkan, atau membosankan, tetapi orangtua menunjukkan reaksi yang mendukung atau menyukai. Sebaliknya, apabila orangtua hanya berespon positif untuk perilaku yang diinginkan, maka akan membuat anak belajar memahami bahwa kasih sayang orangtua akan bergantung pada kesesuaian perilaku yang mereka tunujukkan. Selanjutnya, anak-anak memahami bahwa kadangkala penghargaan tersebut diberikan dan kadang-kadang tidak. Jika orangtua mengekspresikan kebergangguannya pada setiap anak untuk berperilaku tertentu, maka anak akan belajar untuk menolak dirinya. Standar atau penilaian eksternal akan menjadi sesuatu yang bersifat internal dan personal. Dalam hal ini, anak-anak akan menghukum dirinya seperti yang dilakukan oleh orangtua terhadap dirinya. Anak-anak 5

6 mengembangkan penghargaan diri hanya pada situasi saat orangtuanya memberikan dukungan. Pada saat yang sama, konsep diri yang terbentuk berfungsi sebagai wakil dari orangtua. Kondisi yang berharga adalah saat seseorang merasa dirinya berharga hanya pada situasi tertentu. Orang yang menerima penghargaan positif dari orangtuanya akan memiliki penghargaan diri positif. Dengan norma dan standar orangtua yang sudah diinternalisasi, mereka akan melihat dirinya berharga atau tidak, baik atau jelek sesuai dengan kerangka yng dibuat oleh orangtuanya. Anak akan belajar menghindari perilaku yang mungkin tidak memberikan kepuasan pribadi, karenanya mereka tidak bebas, merasa memerlukan evaluasi atas perilaku dan sikapnya. Oleh karena itu, anak akan sangat hati-hati dan menahan diri untuk tidak berperilaku tertentu. Dengan demikian, anak akan terhalang untuk mencapai perkembangan secara penuh atau aktualisasi diri. Perkembangan mereka terhalang oleh kehidupan karena perkembangannya dibatasi oleh kondisi berharga (condition of worth). 6. In-Kongruensi (Incongruence) Incongruence adalah ketidaksesuaian antara konsep diri dan dunia pengalaman, serta lingkungan yang kita terima. Anak-anak tidak hanya belajar merintangi perilaku yang tidak diterima, tetapi juga menolak atau mendistorsi pengalaman yang tidak dapat diterimanya. Dengan berpegang kepada persepsi yang tidak akurat mengenai pengalaman tertentu, anak-anak menerima resiko menjadi "asing" terhadap diri yang sebenarnya (true self). Setiap individu akan mengevaluasi pengalaman untuk kemudian menerima atau menolak, bukan karena pengalaman tersebut berkontribusi kecenderungan aktualisasi atau tidak, melainkan dalam kerangka apakah pengalaman tersebut memberikan penghargaan positif terhadap orang atau tidak. Kondisi ini akan membawa kepada incongruence antara self concept dan dunia pengalaman dari lingkungan yang diterima. Pengalaman yang tdak kongruence atau tidak sesuai dengan konsep diri akan menjadi ancaman dan termanifestasi dalam bentuk kecemasan (anxiety). Misalnya di dalam konsep diri kita memiliki kepercayaan bahwa kita mencintai kemanusiaan, suatu waktu kita bertemu dengan seseorang yang kita benci, maka kita akan merasakan kecemasan. Kebencian ini tidak kongruen dengan citra diri kita yang mencintai sesama. Maka, untuk memelihara konsep diri, kita harus menyangkal kebencian. Kita mempertahankan diri melawan kecemasan yang membawa ancaman dengan cara mendistorsinya yang selanjutnya menutup porsi dari lapangan pengalaman kita. Hasilnya adalah kekakuan dari persepsi kita. 6

7 7. Pertahanan Orang sedang mengalami inkongruensi akan berada dalam sitasi yang terancam. Ketika orang menghadapi situasi yang mengancam, maka akan merasa cemas. Kecemasan adalah sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa ada masalah di depan, karenanya harus menghindari situasi tersebut. Penghindaran tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga secara psikologis yaitu menggunakan pertahanan. Konsep pertahanan dari Rogers terdapat dua jenis pertahanan, yaitu: penyangkalan dan distorsi persepsi. Penyangkalan sama seperti mekanisme pertahanan dari Freud yaitu dengan menolak apapun bentuk sitasi yang mengancam. 8. Orang Berfungsi Sepenuhnya (Fully Functioning Person) Menurut Rogers, orang yang sehat berarti berfungsi sepenuhnya. Bagi Rogers, orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang telah mendapatkan hasil akhir perkembangan psikologis dan evolusi sosial. Beberapa ciri orang yang berfungsi sepenuhnya (aktualisasi diri) adalah sebagai berikut: a. Terbuka terhadap pengalaman (kebalikan dari defensif). Ini adalah persepsi yang akurat terhadap pengalaman seseorang tentang dunia, termasuk perasaan-perasaannya. b. Eksistensi hidup, yang berarti hidup disini dan sekarang (here and now). Menurut Rogers, eksistensi merupakan bagian dari dan untuk berhubungan dengan realitas. Kita tidak hidup di masa lalu atau di masa depan, tetapi kita hidup sekarang. c. Percaya pada organisme sendiri. Orang yang berfungsi sepenuhnya percaya dengan cara mereka bereaksi bukan didasarkan atas opini orang lain, kode sosial, atau penilaian intelektual. Bertindak berdasarkan apa yang mereka anggap benar, bertindak dengan cara yang mereka puas. d. Hidup secara penuh dan kaya dalam setiap kejadian. Orang yang berfungsi sepenuhnya merasa bahwa setiap pengalaman adalah berpontensi, baru dan menyegarkan. Pengalaman tidak dapat diprediksi atau diantisipasi, tetapi dapat diikuti dengan penuh bukan hanya diobservasi. e. Memiliki perasaan bebas daam membuat pilihan tanpa dirintangi atau dibatasi. Kondisi ini membuat memiliki perasaan berdaya, karena mengetahui bahwa masa depannya tergantung pada tindakannya bukan ditentukan oleh lingkungannya, baik sekarang, kemarin atau akan datang atau juga bukan ditentukan oleh orang lain. f. Hidup secara konstruktif dan adaptif terhadap lingkungan yang berubah yang dipadukan dengan kreativitas secara spontan. 7

8 Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang fleksibel suka mencari pengalaman baru dan tantangan. Mereka tidak membutuhkan sesuatu yang dapat diprediksi, keamanan, dan kebebasan dari tekanan. g. Orang yang berfungsi sepenuhnya mungkin menghadapi kesulitan. Kondisi ini melibatkan pengujian yang berkelanjutan, tumbuh, bekerja keras dan menggunakan semua potensi, sebuah cara hidup yang membawa kepada kompleksitas dan tantangan. Penerapan Teori Berpusat pada Diri dalam Konseling Carl Rogers terkenal karena kontribusinya terhadap terapi. Nama terapinya telah berkalikali berganti nama. Pada awalnya disebut dengan nondirektif karena merasa bahwa terapis tidak boleh mengarahkan klien, tetapi hanya mengarahkan klien menuju kemajuan terapi. Ketika Rogers makin berpengalaman, makin menyadari bahwa "nondirektif" masih dipengaruhi oleh kliennya. Dengan kata lain, klien melihat terapis untuk bimbingan, padahal pada kenyataannya ia menemukan bahwa terapis tidak mencoba untuk membimbing, kemudian berganti nama menjadi berpusat pada klien (client centered therapy). Rogers masih merasa bahwa klien lah yang harus mengatakan apa yang salah, menemukan caracara untuk memperbaiki,dan menentukan kesimpulan hasil terapinya. Proses Konseling Komponen atau perangkat yang digunakan dalam konseling menurut Rogers antara lain kemampuan untuk mendengar aktif (avtive listening), genuineness, dan paraphrasing. Poin penting dalam pendekatan ini adalah klien telah memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya, sementara konselor berperan dalam mendengarkan tanpa memberi pilihan, tanpa mengarahkan, dan membantu klien untuk merasa diterima dan dapat memahami realitas perasaannya sendiri. Dalam konteks ini, konselor melihat konseling sebagai proses membantu seseorang untuk mengaktualisasikan kekuatan positif yang sudah dimilikinya. Hal ini merupakan upaya untuk membuat seseorang lebih memiliki dorongan dari dalam diri sendiri (self directive). Konseling bukan sebuah proses bantuan yang melihat kejadiankejadian di masa lampau, tetapi lebih pada upaya membangun keberlangsugan masa depan baik secara spiritual, intelektual, maupun emosional. Dalam konseling, konselor memberi kebebasan yang luas kepada klien untuk membuat keputusan. Pendekatan ini menekankan pada prinsip, konselor harus menahan diri dalam 8

9 memberi pengaruh kepada klien, konselor memberi tanggung jawab kepada klien dalam proses pengambilan keputusan lewat konseling, konselor memberi kebebasan kepada klien dalam mengekspresikan diri dalam menentukan cara menangani masalahnya. Rogers mengidentifikasi enam kondisi konseling yang dibutuhakan untuk mencapai perubahan psikologis, antara lain: 1. Dua orang yang berada dalam kontak psikologis. 2. Konseli yang memiliki kondisi tidak kongruen (incongruence). 3. Konselor yang kongruen (congruence) dan terlibat dalam hubungan konseling. 4. Konselor yang memiliki unconditional positive regard untuk konseli 5. Konselor yang memiliki pemahaman empatik tentang pola berpikir klien (frame of reference). 6. Komunakasi yang empatik dan positive regard (Thompson, et.al., 2004). Tujuan Konseling Konseling person centered bertujuan membantu klien menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, dimana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi dengan penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard), yaitu menerima konseli apa adanya. Tujuan utama pendekatan person centered adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri. Dalam pandangan Rogers (1977) tujuan konseling bukan semata-mata menyelesaikan masalah tetapi membantu klien dalam proses pertumbuhannya sehingga klien dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang dengan lebih baik dapat mengatasi masalahnya sediri di masa yang akan datang (Corey, 1986). Tujuan dasar pendekatan person centered dapat terlihat dari pendapat Rogers (1961) tentang individu yang dapat mengaktualisasikan diri. Individu yang dapat mengaktualisasikan diri dapat terlihat dari karakteristik berikut: 1. Memiliki keterbukaan terhadap pengalaman (openes to experience). Keterbukaan terhadap pengalaman meliputi kemampuan untuk melihat realitas tanpa terganggu untuk menyesuaiakan pada self structure yang telah terbentuk sebelumnya. 2. Kepercayaan pada diri sendiri (self trust). 9

10 Salah satu tujuan konseling adalah membantu klien mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri. 3. Sumber internal evaluasi (internal source of evaluation). Internal source of evaluation berarti indivdu mencari pada diri sendiri tentang jawaban atas masalah-masalah eksistensi diri. 4. Keinginan yang berkelanjutan untuk berkembang (willingness to continue growing). Pembentukan self dalam process of becoming merupakan inti dari tujuan pendekatan person centered. Peran dan Fungsi Konselor Kemapuan konselor dalam membangun hubungan interpersonal dalam proses komunikasi konseling merupakan elemen kunci keberhasilan konseling. Dalam proses konseling, konselor berperan mempertahankan tiga kondisi inti (care condition) yang menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan tereupatik dan perkembangan klien. Dalam peran tersebut konselor menunjukkan sikap yang selaras dan keaslian (congruence or genuineness), penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard dan acceptance) dan pemahaman sempati yang tepat (accurate empathic understanding). 1. Kongruen (congruence) atau keaslian (genuineness). Berarti bahwa konselor menampilkan diri yang sebenarnya, asli, terintegrasi, dan otentik. Seorang konselor harus dapat menampilkan kekongruenan antara perasaan dan pikiran yang ada didalam dirinya (inner) dengan perasaan, pandangan, dan tingkah laku yang diekspresikan (outer). 2. Penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard and acceptance). Unconditional positive regard berarti bahwa konselor dapat berkomunikasi dengan klien secara mendalam dan jujur sebagai pribadi. Hal ini berarti bahwa konselor tidak melakukan penilaian dan penghakiman terhadap perasaan, pikiran, dan tingkah laku klien berdasarkan standar norma tertentu (Corey, 1986). 3. Pemahaman yang empatik dan akurat (accurate empathic understanding). Empathy atau deep understanding adalah kemampuan konselor untuk memahami permasalahan klien, melihat melalui sudut pandang klien, peka terhadap perasaan-perasaan klien sehingga konselor mengetahui bagaimana klien merasakan perasaannya. 10

11 Teknik-Teknik Konseling Corey (1995) mengatakan bahwa konselor harus memperlihatkan berbagai ketrampilan interpersonal yang dibutuhkan dalam proses konseling. Ketrampilan-ketrampilan tersebut adalah: 1. Mendengarkan aktif (active listening). Memperhatikan perkataan klien, sensitif terhadap kata atau kalimat yang diucapkan, intonasi, dan bahasa tubuh klien. 2. Mengulang kembali (restating atau paraphrasing). Mengulang perkataan klien dengan kalimat yang berbeda. 3. Memperjelas (clarifying). Merespon pernyataan atau pesan klien yang membingungkan dan tidak jelas dengan memfokuskan pada isu-isu utama dan membantu individu tersebut untuk menemukan dan memperjelas perasaan-perasaannya yang bertolak belakang. 4. Menyimpulkan (summarizing). Merupakan ketrampilan konselor untuk menganalisa seluruh elemen-elemen penting yang muncul dalam seluruh atau bagian sesi konseling. 5. Bertanya (questioning). Teknik ini bertujuan untuk menggali informasi yang lebih dalam dari klien. 6. Menginterpretasi (interpreting). Kemampuan konselor dalam menginterpretasi pikiran, perasaan, atau tingkah laku klieni yang bertujuan untuk memberikan perspektif alternatif dan baru. 7. Mengkonfrontasi (confronting). Merupakan cara yang kuat untuk menantang klien untuk melihat dirinya secara jujur. 8. Merefleksikan perasaan (reflecting feelings). Kemampuan untuk merespon terhadap esensi perkataan klien. Merefleksikan perasaan bukan sekedar memantulkan perasaan klien tetapi termasuk pula ekspresinya. 9. Memberikan dukungan (supporting). Upaya memberikan penguatan kepada klien, terutama ketika mereka berhasil membuka informasi-informasi personal. 10. Berempati (empathizing). Inti dari ketrampilan empati adalah kemampuan pemimpin untuk sensitif terhadap hal-hal subyektif klien. 11. Memfasilitasi (facilitating). Bertujuan memberdayakan klien untuk mencapai tujuan-tujuannya. 12. Memulai (initiating). 11

12 Ketrampilan untuk memulai kegiatan dalam proses konseling, seperti: diskusi, menentukan tujuan, mencari alternatif solusi. 13. Menentukan tujuan (setting goals). Ketrampilan untuk menentukan tujuan konseling. Disini konselor harus dapat menstimulasi kliennya menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam konseling. 14. Mengevaluasi (evaluating). Ketrampilan untuk mengevaluasi keseluruhan proses konseling, karena evaluasi merupakan kegiatan yang berkelanjutan. 15. Memberikan umpan balik (giving feedback). merupakan ketrampilan konselor untuk memberikan umpan balik yang spesifik, deskriptif, dan jujur atas dasar observasi dan reaksi terhadap tingkah laku klien. 16. Menjaga (protecting). Upaya konselor untuk menjaga klennya dari kemungkinan risiko-risiko psikologis dan fisik yang tidak perlu. 17. Mendekatkan diri (disclosing self). Kemampuan membuka informasi-informasi personal dengan tujuan membuat klien menjadi lebih terbuka. 18. Mencontoh model (modeling). Klien belajar dari mengobservasi tingkah laku konselor. Konselor harus dapat menampilkan nilai-nilai kejujuran, penghargaan, keterbukaan, mau mengambil risiko, dan arsetif. 19. Mengakhiri (terminating). Ketrampilan konselor untuk menentukan waktu dan cara mengakhiri kegiatan konseling. 12

13 Daftar Pustaka Hidayat, D.R., (2015). Psikologi Kepribadian dalam konseling. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Komalasari, G., Wahyuni, E., Karsih., (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks. 13

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 15 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

Client Centered Therapy

Client Centered Therapy Client Centered Therapy 1. Latar Belakang Sejarah Carl Ransom Rogers (1902-1987) pada awal tahun 1940 (Corey 1986:100; Corey 1995: 291-294) pada awal tahun 1940 mengembangkan teori yang disebut non-directive

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya

Lebih terperinci

Oleh Oom Sitti Homdijah Program Doctoral Sekolah Pascasarjana UPI

Oleh Oom Sitti Homdijah Program Doctoral Sekolah Pascasarjana UPI Oleh Oom Sitti Homdijah Program Doctoral Sekolah Pascasarjana UPI FOKUS CHAPTER INI PADA PENGARUH KONSELOR KELOMPOK BAIK SEBAGAI INDIVIDU ATAU SEORANG PROFESIONAL KONSELOR KELOMPOK SEBAGAI INDIVIDU Konselor

Lebih terperinci

MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI

MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI 1. Latar Belakang Pendekatan konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1940-an. Munculnya pendekatan ini didasarkan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dalam hidupnya. Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dalam hidupnya. Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang seharusnya dimiliki oleh semua orang. Dengan percaya diri seseorang akan mampu meraih

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY INTRODUCTION Sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya ketrbatasan mendasar dari psikoanalisis, Carl R. Rogers lalu mengembangkan terapi client-centered.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

Theories And Intervention

Theories And Intervention Theories And Intervention INTERVENSI Upaya merubah pikiran, perasaan, dan atau perilaku individu serta keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki Tujuan; Pemecahan masalah; Memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6 PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY Kuliah 6 TRANSFERENCE AND COUNTERTRANSFERENCE Tugas psikoanalis: memahami sumber dan arti simptom klien serta membantu klien untuk melakukan hal yang sama dengan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI Disusun oleh Nama Anggota : 1. Wiwin Rizky O (1511414123) 2. Bella Abdi Negara (1511414131) 3. Silvana Wara Mustika (1511414140)

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Gantina Komalasari Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Konseli berbicara dan konselor tidak memberi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTERED DAN PENERAPANNYA DALAM PRAKTIK. Ulfa Danni Rosada *)

MODEL PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTERED DAN PENERAPANNYA DALAM PRAKTIK. Ulfa Danni Rosada *) MODEL PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTERED DAN PENERAPANNYA DALAM PRAKTIK Ulfa Danni Rosada *) rosada_ulfa@yahoo.co.id Abstrak Client Centered Theory sering pula dikenal sebagai teori non-direktif atau

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt:

Lebih terperinci

Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan Khairul Amry Wicaksana Yoga Satya Nur Iman Bani Sya bani

Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan Khairul Amry Wicaksana Yoga Satya Nur Iman Bani Sya bani Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan 1511411008 Khairul Amry Wicaksana 1511411012 Yoga Satya Nur Iman 1511411035 Bani Sya bani 1511411044 Terapi client-centered Carl Rogers dilandasi beberapa asumsi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

Pengalaman, orientasi teoretis, dan teknik yang digunakan bukan menjadi penentu utama (critical determinants) bagi keefektifan terapi (Perez);

Pengalaman, orientasi teoretis, dan teknik yang digunakan bukan menjadi penentu utama (critical determinants) bagi keefektifan terapi (Perez); Pengalaman, orientasi teoretis, dan teknik yang digunakan bukan menjadi penentu utama (critical determinants) bagi keefektifan terapi (Perez); Kepribadian konselor merupakan key influence dalam hubungan

Lebih terperinci

PSIKOTERAPI: PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK

PSIKOTERAPI: PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK HOW THE BLIND DREAM Dream content analysis in 11 congenitally blind (CB), 14 late blind (LB) and 25 sighted controls (SC). Sensory impressions (Did you see anything? If so, was it in color? Did you taste?

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN. Disusun Oleh: IDA YUSTINA

VARIABEL-VARIABEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN. Disusun Oleh: IDA YUSTINA VARIABEL-VARIABEL KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN Disusun Oleh: IDA YUSTINA Variabel yang memengaruhi proses komunikasi dalam pelayanan kesehatan: 1. Emphaty 2. Control 3. Trust 4. Self-disclosure

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   HUBUNGAN INTERPERSONAL BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id HUBUNGAN INTERPERSONAL Pembelajaran intereprsonal adalah faktor terapeutik yang luas dan kompleks dalam analog konseling kelompok seperti

Lebih terperinci

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Manfaat ketua pada sebuah proses kelompok Membantu (help) Mengajar (teach) Mensupervisi (Supervisory) Siapa yang sering menggunakan? Konselor Psikolog Pekerja Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Analisis Transaksional (TA): Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Bau Ratu Prodi Bimbingan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu Abstrak : Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

Variabel-Variabel Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan. Disusun Oleh: IDA YUSTINA

Variabel-Variabel Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan. Disusun Oleh: IDA YUSTINA Variabel-Variabel Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Disusun Oleh: IDA YUSTINA 1. Empathy Merupakan variabel yang paling penting dalam setiap komunikasi; tanpa empati, komunikasi antarmanusia menjadi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K.

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K. KETERAMPILAN KONSELING Rosita E.K. KETERAMPILAN ATTENDING Keterampilan attending terkait dengan penerimaan konselor melalui perhatian dan kesiapsiagaan penuh yang diberikan kepada konseli. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling komprehensif pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Menurut Lickona (2013:64) Tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas (dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja) dengan segenap kemampuan

Lebih terperinci

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI THE STUDY OF THE BASIC ATTITUDE ROGERIAN OWNED COUNSELOR VOCATIONAL HIGH SCHOOL PGRI 4 KEDIRI Oleh: Irma Rahma Wati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Bantul STANDAR

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN. Skripsi

PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN. Skripsi PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KBPP63119 PSIKOLOGI KONSELING. Disusun oleh: ISNA ASYRI SYAHRINA, S. Psi., M.M

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KBPP63119 PSIKOLOGI KONSELING. Disusun oleh: ISNA ASYRI SYAHRINA, S. Psi., M.M RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KBPP63119 PSIKOLOGI KONSELING Disusun oleh: ISNA ASYRI SYAHRINA, S. Psi., M.M FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG 2017 LEMBAR PENGESAHAN Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM KETRAMPILAN EMPATI SEBAGAI USAHA PENGUATAN KARAKTER SISWA Eny Kusumawati Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita sehari-hari, karena dengan berkomunikasi yang baik berarti kita termasuk orang yang berjiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS

PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS Vivi Ratnawati Universitas Nusantara PGRI Kediri, JL. Tinalan I / 14 Kediri vievie_18@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi

BAB II KAJIAN TEORI. Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi 15 BAB II KAJIAN TEORI 1. Terapi Client Centered a. Pengertian Client- Centered Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan- keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama KOHESIFITAS KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   KOHESIFITAS KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id KOHESIFITAS KELOMPOK Hipotesis dari kohesivitas kelompok adalah analog sebuah hubungan dalam konseling individual. Bukti yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi pentingnya kehidupan manusia, karena dengan kepercayaan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci