PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI"

Transkripsi

1 PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II CARL ROGERS : TEORI YANG BERPUSAT PADA PRIBADI Disusun oleh Nama Anggota : 1. Wiwin Rizky O ( ) 2. Bella Abdi Negara ( ) 3. Silvana Wara Mustika ( ) 4. Swasti Masayu Puji Savitri ( ) Rombel 4 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2 ISI A. Biografi Carl rogers lahir lahir pada tangga 8 Januari 1902 di Oak, Illionis, sebuah daerah pinggiran Chicago, sebagai anak keempat dari eman bersaudara. Ayahnya adalah insinyur teknik sipil yang sukses sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga pemeluk Kristen yang taat. Dia langsung masuk SD karena sudah bisa membaca sebelum usia TK. Saat Carl berusia 12 tahun, keluarganya pindah ke sebuah daerah pertanian 30 mil sebuah timur Chicago, dan ditempat inilah dia menghabiskan masa remajanya. Dengan pendidikan yang keras dan kegiatan yang padat, kepribadian Carl menjadi anak terisolasi, independen dan sangat disiplin. Dia masuk Universitas Wisconsin dan mengambil bidang pertanian. Kemudian dia beralih mempelajari agama dan bercita-cita pendeta. Saat itu, dia juga terpilih sebagai salah seorang dari 10 mahasiswa yang akan menghadiri Konferensi Mahasiswa Kristen Sedunia di Beijing selama 6 bulan. Dia menceritakan bagaimana pengalaman bari ini memperluas pemikirannya dan dia mulai meragukan beberapa pandangan yang menjadi dasar agama. Setelah lulus dia menikah dengan Hellen Elliot (bertentangan dengan keinginan orangtuanya), yang kemudian pindah ke New York City dan mengajar di Union Theological Seminary, sebuah intiusi keagamaan liberal yang cukup terkenal kala itu. Suatu kali, dia menyarankan agar mahasiswa mengadakan diskusi kelas dengan tema Kenapa Saya Mau Jadi Pendeta?. Carl mengatakan bahwa sebagian besar pendeta kelas tersebut menganggap alasan mereka sudah berdasarkan teks-teks keagamaan. Kehilangan keyakinan terhadap agama tentu saja merupakan persoalan psikologis. Oleh karena itu, rogers pun kemudian masuk program psikolofi klinis di Columbia University dan menerima gelah Ph. D tahun Dia mulai melakukan praktik di Rocherster Society for the Privention of Cruelty to Children (Masyarakat Rochester Mencegah Kekerasan Terhadap Anak-anak) di klinik ini, dia mempelajari teori Otto Rank dan teknik-teknik terapi yang kemudian menjadi langkah awal bagi pengembangan pendekatan-pendekatannya sendiri. Dia menjabat professor penuh di Negara Bagian Ohio pada tahun Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychoterapy. Kemudian, tahun 1945, dia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of Chicago. Saat bekerja di

3 sinilah bukunya yang sangat terkenal Client-Centered Therapy diluncurkan, yang memuat garis besar teorinya. Tahun 1957, dia kembali mengajar di almamaternya. University of Wisconsin. Sayangnya, saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi dan Rogers merasa sangat kecewa dengan system pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1964, dengan senang hati dia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Di sini dia memberikan terapi, ceramah-ceramah, dan menulis karyakarya ilmiah sampai ajal menjemputnya tahun B. Teori Kepribadian Rogers adalah salah satu dari banyak ahli yang mengembangkan teori humanistic dan menentang teori-teori sebelumnya yaitu psikoanalisis dan behavioristik, orang-orang humanis memandang kedua teori sebelumnya bersifat dehumanizing (melecehkan nilai-nilai manusia). Teori humanistik dipandang sebagai third force (kekuatan ketiga) dalam psikologi, kekuatan humanistik ini memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai Orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya. Para ahli humanistik memiliki pandangan yang optimis terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa : 1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri 2. Manusia memilki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan; dan 3. Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik Fokus utama Rogers adalah proses psikoterapi dan teori kepribadiannya bersumber dari teori terapi. Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Teori Rogers yang disebut dengan teori yang berpusat pada pribadi atau istilah yang lebih luas personcentered. Berkaitan dengan teori, teori psikoanalitis menekankan dorongan biologis, bawah sadar, peredaan ketegangan, dan perkembangan karakter di usia awal. Sebaliknya, pendekatan fenomenologis Rogers menekankan persepsi sadar, perasaan berkaitan dengan interaksi sosial, motif aktualisasi diri, dan proses perubahan. Berkaitan dengan metode riset, psikoanalis percaya bahwa wawancara klinis atau tes proyektif harus

4 digunakan untuk menghalangi tindakan mekanisme pertahanan diri. Sebaliknya, Rogers percaya bahwa orang memiliki kapasitas untuk melaporkan karakteristik pengalaman psikologis mereka dengan cara yang amat bermanfaat; dengan demikian riset dapat menggunakan metode self-report (evaluasi diri) yang sederhana. Asumsi Dasar Rogers mengajukan dua asumsi umum, yaitu : a) Kecenderungan Formatif Feist (2013) yakin terdapat bahwa kecenderungan dari setiap hal, baik organik maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. b) Kecenderungan Aktualisasi Asumsi yang saling berkaitan dan relevan adalah kecenderungan aktualisasi atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Feist, 2013). Aspek-Aspek Kepribadian Perhatian utama Rogers adalah kepada perkembangan atau perubahan, maka tidak menekankan kepada struktur kepribadian, walaupunbegitu dia mengajukan dua konstruk pokok dalam teorinya, yaitu organisme dan self. a) Organisme Rogers memandang bahwa setiap makhluk hidup tahu apa yang terbaik baginya. Evolusi telah melengkapi kita dengan pancaindra, selera dan kemampuan untuk memilih apa yang kita butuhkan. Saat kita lapar, kita akan mencari makanan-bukan sembarang makanan, tapi makanan yang rasanya enak. Makanan yang rasanya tidak enak biasanya membawa penyakit. Sedangkan apa yang enak da apa yang tidak enak telah ditunjukan dengan baik oleh proses evolusi kita. Inilah yang disebut Rogers dengan proses penilaian organismik. Organisme yaitu makhluk fisik (physical creature) dengan semua fungsifungsinya, baik fisik maupun psikis. Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri dan juga di dunia luar (ekternal world). totalisan pengalaman, baik yang disadari maupun yang tidak

5 disadari membangun medan fenomenal (fenomenal field). Perilaku itu bukan fungsi (pengaruh) dari realitas eksternal, atau stimulus lingkungan, tetapi realitas subjektif atau medan fenomenal. Di antara berbagai hal yang kita nilai berdasarkan insting adalah perhatian positif. Yang dimaksud Rogers dengan istilah ini adalah perasaan-perasaan seperti cinta, senang, atensi, kepedulian, dan lain sebagainya. Bayi, misalnya tentu sangat memerlukan cinta dan perhatian, bahkan besar kemungkinan bayi itu akan tewas kalau ini tidak ada. Mereka akan gagal tumbuh dan berkembang, artinya menjadi apa yang seharusnya. Hal lain yang kita kenali secara instingtif, dan ini hanya dimiliki manusia, adalah perhatian positif terhadap positif terhadap diri sendiri, yaitu kehormatan, rasa bangga, citraan yang baik pada diri sendiri, dan lain sebagainya. Kita memperoleh perhatian positif terhadap diri sendiri ini dengan merasakan perhatian positif yang diberikan orang lain kepada kita selama masa-masa pertumbuhan. Tanpa adanya perhatian terhadap diri sendiri ini, kita akan merasa kecil, tak daya dan tak berguna, dan sekali lagi kita akan gagal menjadi apa yang seharusnya. Masyarakat juga mengajarkan pada kita untuk selalu berada dalam syaratsyarat yang diperlukan. Dalam masa pertumbuhan, orangtua, guru, teman, media, dan lain-lain hanya mau mengabulkan keinginan kita kalau kita mampu menunjukan bahwa kita baik dan patut. Mereka memberikannya bukan karena kita memang memerlukanya. b) Diri (self) Kunci konsep struktural dalam teori kepribadian Rogerian adalah diri (self). Menurut Rogers, individu memahami objek dan pengalaman eksternal, dan memberikan makna kepada mereka. Keseluruhan sistem persepsi dan makna menciptakan medan fenomenal individual. Berbagai bagian dari medan fenomenal yang dilihat oleh individu sebagai self (diri), me (saya-objek), atau I (aku-subjek). Diri atau konsep diri merepresentasikan pola persepsi yang terorganisasi dan konsisten. Walaupun diri selalu berubah, akan tetapi diri selalu mempertahankan kualitas yang telah terpola, terintegrasi, dan terorganisir ini. Karena kualitas terorganisir terus bertahan dari waktu ke waktu dan menjadi karakteristik seseorang, maka diri adalah struktur kepribadian (Pervin, Cervone,

6 John, 2010). Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian dari diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut (Feist, 2013). Hubungan antara self concept dengan organism (actual experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu congruence atau incongruence. kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan penyesuaia (adjustment), dan kesehatan mental (mental health) seseorang. apabila antara self concept dengan organisme terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen, tetapi apabila terjadi diskrepansi (ketidak cocokan) maka hubungan itu disebut inkogruen. Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal (Feist, 2013). Dinamika Kepribadian Rogers meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Manusia juga memiliki kebutuhan lainnya yaitu positive regard of other dan self regard. Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan dan minum, serta mempertahankan organism dari serangan luar, maka motif aktualisasi diri memelihara organism agar tetap survive. Disamping itu juga motif aktualisasi diri ini berfungsi untuk mendorong perkembangan manusia melalui diferensial organ-organ fisik, perkembangan fungsi-fungsi psikis, dan pertumbuhan seksual masa remaja. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan

7 aktualisasi merujuk pada pengalaman organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan-kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis, dan kognitif. Sebaliknya, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri bagaimana yang dirasakan dalam kesadaran. Saat organisme dan diri yang dirasakan selaras, kedua kecenderungan aktualisasi hampir identik; namun apabila pengalaman organisme seseorang tidak selaras dengan pandangan mereka terhadap diri, perbedaan akan terjadi antara kecenderungan aktualisasi dan kecenderungan aktualisasi diri (Feist, 2013). Konsep aktualisasi mencakup kecenderungan organisme untuk tumbuh dari sebuah entitas sederhana menjadi kompleks, bergerak dari kebergantungan kepada kemandirian, dari kekakuan ke proses perubahan, dan kebebasan ekspresi. Perkembangan Kepribadian Rogers tidak mengemukakan tahapan (stages) dalam perkembangan kepribadian. Dia lebih tertarik pada cara-cara orang lain (orangtua) menilai anak. jika seorang orangtua tidak mencurahkan positive regard (penerimaan dan cinta kasih) bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecanderungan kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Anak mempersepsi penolakan orangtua terhadap tingkah lakunya sebagai penolakan terhadap perkembangan self concept nya yang baru. apabila hal itu sering terjadi, anak akan mogok untuk berusaha mengaktualisasikan dirinya. Secara ideal, anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada setiap saat dari orang lain (orang tua). Kondisi ini disebut unconditional positive regard. Kondisi ini mengimplikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara conditional, tetapi secara bebas dan penuh. Mengingat pentingnya memperoleh kepuasan akan kebutuhan positive regard, khususnya pada masa anak, maka seseorang akan menjadi sensitive akan sikap dan tingkah laku orang lain. Melalui penafsiran terhadap reaksi yang diterima dari oranglain, seseorang mungkin mengubah atau memperhalus onsep dirinya. Hal ini menunjukan, bahwa perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi juga oleh upayanya mengininternalisasikan sikap-sikap oranglain. Secara berangsur-angsur positive regard akan menjadi lebih mempribadi daripada yang berasal dari orang lain. Kondisi ini olrh Rogers dinamakan positive self regard Jika orang tua tidak mencurahkan positive regards (penerimaan, dan cinta kasih)

8 bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Secara Ideal,anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada setiap saat dari orang lain (orang tua). Kondisi ini disebut unconditional Positive regard. Kondisi ini mengimplikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara kondisional, tetapi secara bebas dan penuh. Perkembangan dari positive regard ke positive self regard dipengaruhi oleh kondisi yang mengembangkan perasaan berharga (conditions of worth). Menurut Rogers fully functioning person merupakan tujuan dari seseorang. Orang yang telah mencapai fully functioning person ini memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut : 1. Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Tidak ada pengalaman yang ditolak, semuanya disaring melalui self. 2. Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas pada setiap saat.berpartisipasi dalam kehidupan bukan sebagai pengamat. 3. Memiliki rasa percaya kepada dirinya sendiri,seperti dalam mereaksi atau merespon sesuatu. Dalam arti, dia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan data pengalaman yang diperoleh. 4. Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun. 5. Menjalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan, serta berpikir kreatif Kesadaran Tanpa kesadaran konsep diri dan diri ideal tidak mungkin ada. Kesadaran sebagai representasi simbolik (walaupun tidak selalu dalam simbol verbal) dari sebagian pengalaman kita Tingkat Kesadaran Rogers menemukan tiga tingkat kesadaran, yaitu : 1. Beberapa kejadian dialami di bawah batas kesadaran dan biasanya diabaikan atau disangkal. 2. Membuat sebuah hipotesis bahwa beberapa pengalaman akan disimbolisasikan secara akurat dan dimasukkan dengan bebas ke dalam struktur diri. Pengalaman seperti itu biasanya tidak mengancam dan konsisten dengan konsep diri yang sudah ada. 3. Pengalaman yang diterima dalam bentuk yang terdistorsi. Saat pengalaman kita tidak konsisten dengan pandangan kita terhadap diri, kita mengubah bentuk atau

9 mendistorsi pengalaman tersebut supaya dapat diasimilasikan ke dalam konsep diri kita yang sudah ada. Menjadi Seorang Manusia Menurut Rogers proses yang diperlukan untuk menjadi seorang manusia yaitu seseorang harus membuat kotak-positif ataupun negatif dengan orang lain. Kotak ini adalah pengalaman minimum yang penting untuk menjadi seorang manusia. Saat seseorang mengembangkan kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain, merupakan kebutuhan yang disebut sebagai penghargaan positif. Apabila kita melihat bahwa orang lain, terutama yang merupakan significant others, peduli atau menghargai kita, maka kebutuhan kita untuk mendapatkan penghargaan positif setidaknya terpenuhi sebagian. Penghargaan positif adalah persyaratan untuk mendapatkan penghargaan diri yang positif, yang didefinisikan sebagai pengalaman menghargai diri sendiri. Sumber dari penghargaan diri yang positif berada dalam penghargaan positif yang kita terima dari orang lain, namun setelah hal tersebut terbentuk, ia akan menjadi otonom dan bertahan dengan sendirinya (Feist, 2013). Hambatan pada Kesehatan Psikologis Tidak semua manusia dapat menjadi manusia secara psikologis. Malah kebanyakan manusia mengalami penghargaan bersyarat,inkongruensi,sikap defensif dan disorganisasi. a) Penghargaan Bersyarat (Conditions of worth) Penghargaan bersyarat timbul saat penghargaan positif dari significant other memiliki persyarataan, saat individu tersebut merasa dihargai dalam beberapa aspek dan tidak dihargai dalam aspek lainnya (Rogers,1959). Pengalaman bersyarat menjadi kriteria penerimaan atau penolakan terhadap pengalaman kita. Dari awal masa kanak-kanak dan tahap perkembangan selanjutnya, kita belajar untuk mengabaikan penilaian organismik kita, serta melihat keluar dari kita untuk arahan dan panduan. Sampai pada tahapan ketika kita memasukkan nilai-nilai dari orang lain ke dalam diri kita, yaitu menerima penghargaan bersyarat tersebut, kita akan cenderung untuk menjadi tidak kongruen atau tidak seimbang. Nilai-nilai dari orang lain hanya dapat

10 diasimilasikan dalam bentuk yang telah diubah atau akan berisiko menciptakan ketidakseimbangan dan konflik dalam diri. Persepsi kita terhadap pandangan orang lain tentang kita disebut evaluasi eksternal. Evaluasi ini, positif atau negatif, tidak mendukung kesehatan psikologis, tetapi malah akan menghambat kita untuk menjadi terbuka sepenuhnya terhadap pengalaman-pengalaman kita. b) Inkongruensi Kita telah melihat bahwa organisasi dan diri (self) adalah dua intensitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Juga dapat diingat bahwa aktualisasi merujuk kepada kecenderungan organisme untuk bergerak menuju fulfillment, ketika aktualisasi merupakan keinginan untuk diri yang dipersepsikan mencari fulfillment. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman organismik adalah sumber dari gangguan psikologis. Konsep diri yang muncul meliputi persepsi yang tidak jlas dan tidak selaras dengan pengalaman organismik kita,serta inkongruensi antara diri dan pengalaman dapat berakibat pada perilaku yang terlihat tidak konsisten dan berbeda. 1. Kerentanan Rogers(1959) menyakini bahwa manusia menjadi rentan saat tidak menyadari perbedaan antara diri organismik mereka dengan pengalaman mereka yang signifikan 2. Kecemasan dan ancaman Kerentanan terjadi saat tidak memiliki kesadaran tentang inkongruensi dalam diri kita, sementara kecemasan dan ancaman dirasakan saat kita mendapatkan kesadaran atas inkongruensi tersebut. Rogers(1959) mendefinisikan kecemasan sebagai kondisi yang tidak menyenangkan atau tekanan dari sumber yang tidak diketahui. Saat kita menyadari inkongruensi atas pengalaman organismik dengan persepsi kita terhadap diri, kecemasan kita mulai berubah menjadi ancaman yaitu kesadaran bahwa kita tidak lagi utuh atau kongruen. Kecemasan dan ancaman dapat merepresentasikan langkah menuju kesehatan psikologis karena memberikan tanda bahwa pengalaman organismik kita tidak konsisten dengan konsep diri kita.

11 c) Sikap Desensif Sikap desensif adalah perlindungan atas konsep diri dari kecemasan dan ancaman, dengan penyangkalan atau distorsi dari pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri (Rogers,1959). Dua perlindungan yang utama adalah distorsi dan penyangkalan. Dengan distorsi, kita melakukan kesalahpahaman dari sebuah pengalaman, agar sesuai dengan salah satu aspek konsep diri kita. Dengan penyangkalan, kita menolak untuk menghayati pengalaman dalam kesadaran atau setidaknya kita menahan beberapa aspek dari pengalaman tersebut agar tidak mencapai simbolisasi. d) Disorganisasi Kebanyakan manusia melakukan perilaku defensif, namun terkadang perlindungan tersebut gagal dan perilaku seseorang akan menjadi tidak terorganisasi. Akan tetapi kenapa perlindungan tersebut gagal berfungsi? kita harus merunut dari perilaku disorganisasi, yang mempunyai asal yang sama dengan perilaku defensif normal, yaitu perbedaan antara pengalaman organismik manusi dengan pandangan mereka terhadap diri.penyangkalan dan distorsi cukup untuk menjaga manusi normal dari menyadari perbedaan tersebut, tetapi saat terjadi inkongruensi antara diri yang dirasakan dan pengalaman organismik yang terlalu jelas atau terlalu mendadak untuk dapat disangkal atau didistorsi, perilaku mereka mulai tidak terorganisasi. Dalam kondisi disorganisasi, manusi kadang berperilaku secara konsisten dengan pengalaman organismiknya dan kadang sesuai dengan konsep diri yang hancur. Perilaku dapat menjadi tidak terorganisasi atau bahkan menjadi psikotik saat pertahanan seseorang tidak bekerja dengan benar. C. Psikoterapi Carl Rogers terkenal dengan kontribusinya terhadap metode terapi. Terapi yang dia praktikan memiliki dua nama yang sama-sama dia pakai. Awalnya dia menyebut metodenya dengan non-direktif, sebab dia berpendapat seorang terapis tidak seharusnya tidak mengarahkan kliennya, akan tetapi membebaskan klien mengarahkan sendiri ke mana terapi akan berujung. Semakin banyak pengalaman yang dia peroleh selama terapi, seorang terapis akan semkin menyadari bahwa dia masih tetap memiliki pengaruh pada kliennya justru karena dia sama sekali tidak mengarahkannya. Kemudian Rogers

12 mengganti istilah ini dengan metode yang terpusat pada klien. Dia tetap menganggap klienlah yang seharusnya menyatakan apa yang salah pada dirinya, berusaha memperbaikinya sendiri, dan menentukan kesimpulan apa yang akan dihasilkan proses terapi-terapi ini akan tetap terpusat pada klien meskipun dia menyadari betul pengaruh terapis terhadap dirinya. Salah satu ungkapan yang dipakai Rogers dalam menggambarkan bagaimana cara kerja metode terapinya ini adalah berusahalah mendorong dan mendukung, jangan mencoba merekonstruksi, dan dia juga mencontohkan dengan proses belajar mengendarai sepeda. Satu-satunya teknik yang dikemukakan Rogers untuk menjalankan metode tersebut adalah refleksi. Refleksi adalah pemantulan komunikasi perasaan. Kalau klien berkata saya merasa tidak berguna, maka si terapi bisa memantulkan hal ini kembali pada klien dengan berkata, kalau begitu hidup telah mengecewakanmu? Dengan cara ini, si terapis sesungguhnya menunjukan pada kliennya bahwa dia mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berusaha memahami perasaan si klien. Syarat-syarat seorang terapis menurut Rogers : 1. Kongruen-kejujuran dan ketulusan dengan klien 2. Empati-kemampuan merasakan apa yang dirasakan klien. 3. Respek-menerima klien apa adanya dan memberikan perhatian positif tak bersyarat kepadanya. Ciri-ciri Pendekatan Client-centered (person centered) 1. Ditujukan kepada konseli yang sanggup memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian yang terpadu 2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan bukan segi intelektualnya 3. Titik tolak konselor dan keadaan individu termasuk kondisi social. Psikologi masa kini dan bukan pengalaman masa lalu. 4. Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikna antara ideal self dengan actual self. 5. Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh konseli sedangkan konselor adalah Pasif-Reflektif

13 Periode-periode Perkembangan Terapi Client-Centered Periode 1 ( ) ; Psikoterapi nondirectif. Pendekatan ini menekankan penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Penerimaan dan klasifikas1. i menjadi teknik-teknik yang itama. melalui terapi nindirectif klien akan mencapai pemahaman atas dirinyan sendiri dan atas kehidupannya. Periode 2 ( ); Psikoterapi reflektif. Terapis terutama merefleksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan dengan kliennya. melalui terapi reflektif, klien mampu mengembangkan keselarasan antara konsep diri dan konsep diri idealnya. Periode 3 ( ); Tingkah laku yang luas dari terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasarnya menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. tetapi difokuskan kepada apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa yang sedang dialami oleh terapis. klien tumbuh pada suatu rangkaian keseluruhan (continuum) dengan belajar menggunakan apa yang sedang dialami. Teori Client-Centered Dalam konseling individual, teori client centered merupakan psikoterapi nondirective yaitu metode perawatan psikis dengan berdialog anara konselor dengan konseli agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self dengan actual self. 1. Tujuan Konseling Tujuan konseling untuk membina kepribadian konseli secara integral, berdiri sendiri dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Integral berarti struktur kepribadian tidak terpecah antara gambaran tentang diri dengan kenyataan. tanggung jawab dan kemampuan dirinya. Dalam hal ini diperlukan kemampuan dan keterampilan konselor, kesiapan konseli untuk menerima bimbingan dan taraf intelegensi konseli yang memadai. 2. Proses Konseling Kepribadian berdiri sendiri berarti mampu menentukan sendiri atas dasar : 1) Konseling datang kepada konselor 2) Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab konseli, konselor menyadarkan konseli. 3) Konselor memberanikan konseli agar mampu mengemukakan perasaannya, konselor bersikap ramah, bersahabat dan menerima konseli. 4) Konselor menerima perasaan konseli dan memahaminya.

14 5) Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima keadaan dirinya. 6) Konseli menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan). 7) Konseli merealisasikan pilihannya itu. 3. Teknik Konseling 1) Acceptance : Konselor menerima konseli sebagaimana adanya dengan segala masalahnya, menerima secara netral. 2) Congruance : Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten. 3) Understanding : Konselor dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia konseli sebagaimana dilihat dari dalam diri konseling itu. 4) Non judge mental : Memberi penilaian terhadap konseli, akan tetapi konselor selalu objektif.

15 DAFTAR PUSTAKA Feist, J., & Feist, G.J Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika Pervin, L.A., Cervone, Daniel., & John, O.P Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Dasar filsafat Rogers

Lebih terperinci

Client Centered Therapy

Client Centered Therapy Client Centered Therapy 1. Latar Belakang Sejarah Carl Ransom Rogers (1902-1987) pada awal tahun 1940 (Corey 1986:100; Corey 1995: 291-294) pada awal tahun 1940 mengembangkan teori yang disebut non-directive

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING PSIKOLOGI HUMANISTIK (CARL ROGERS) DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Bau Ratu Prodi Bimbingan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu Abstrak : Tulisan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY INTRODUCTION Sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya ketrbatasan mendasar dari psikoanalisis, Carl R. Rogers lalu mengembangkan terapi client-centered.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan Khairul Amry Wicaksana Yoga Satya Nur Iman Bani Sya bani

Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan Khairul Amry Wicaksana Yoga Satya Nur Iman Bani Sya bani Oleh : Mohamad Fajar Kurniawan 1511411008 Khairul Amry Wicaksana 1511411012 Yoga Satya Nur Iman 1511411035 Bani Sya bani 1511411044 Terapi client-centered Carl Rogers dilandasi beberapa asumsi tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan 19 II. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan dengan ruang lingkup permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow

Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow Pendekatan Humanistik : Teori Hierarki Keperluan Maslow Teori Pembelajaran Humanistik Teori Pembelajaran Carl Rogers Teori Pembelajaran Maslow Pengenalan menekankan keunikan dan individualiti seorang murid.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

PSIKOTERAPI: PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK

PSIKOTERAPI: PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK HOW THE BLIND DREAM Dream content analysis in 11 congenitally blind (CB), 14 late blind (LB) and 25 sighted controls (SC). Sensory impressions (Did you see anything? If so, was it in color? Did you taste?

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan di kodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual memiliki unsur

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama LANDASAN PSIKOLOGIS BK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Batasan Motif Sumadi Suryabrata (1995) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI

MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI MATERI PENDEKATAN KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI 1. Latar Belakang Pendekatan konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1940-an. Munculnya pendekatan ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1978) mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara 58 BAB 6 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah. 6.1. Konsep Diri Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi

BAB II KAJIAN TEORI. Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi 15 BAB II KAJIAN TEORI 1. Terapi Client Centered a. Pengertian Client- Centered Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan- keterbatasan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6 PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY Kuliah 6 TRANSFERENCE AND COUNTERTRANSFERENCE Tugas psikoanalis: memahami sumber dan arti simptom klien serta membantu klien untuk melakukan hal yang sama dengan

Lebih terperinci

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu Konsep Dasar Konseling Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia dan kehidupan kita sering mendengar tentang kepemilikan harga diri. Tiap manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki harga diri dan tentunya

Lebih terperinci

TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Ide Dasar Terapi Rasional Emotif merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam psikoterapi. Terapi Rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Dasar Person-Centered Group Therapy 1

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Dasar Person-Centered Group Therapy 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konseling merupakan suatu kegiatan profesional dan ilmiah, sehingga pelaksanaannya bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Teori merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

TEORI BELAJAR HUMANISTIK TEORI BELAJAR HUMANISTIK Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

Theories And Intervention

Theories And Intervention Theories And Intervention INTERVENSI Upaya merubah pikiran, perasaan, dan atau perilaku individu serta keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki Tujuan; Pemecahan masalah; Memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Menurut Lickona (2013:64) Tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas (dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja) dengan segenap kemampuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin manusia mampu menjalani kehidupan sendiri tanpa melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dalam hidupnya. Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dalam hidupnya. Perasaan yakin akan kemampuan yang dimiliki akan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang seharusnya dimiliki oleh semua orang. Dengan percaya diri seseorang akan mampu meraih

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Biografi BF Skinner Burrhus Frederic Skinner lahir 1904 di Pennsylvania Ayahnya seorang pengacara dan politisi ternama, ibunya seorang ibu rumah tangga Skinner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI THE STUDY OF THE BASIC ATTITUDE ROGERIAN OWNED COUNSELOR VOCATIONAL HIGH SCHOOL PGRI 4 KEDIRI Oleh: Irma Rahma Wati

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM KETRAMPILAN EMPATI SEBAGAI USAHA PENGUATAN KARAKTER SISWA Eny Kusumawati Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci