BAB VII TINJAUAN KHUSUS ( SAFETY PROGRAM PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN MADISON PARK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII TINJAUAN KHUSUS ( SAFETY PROGRAM PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN MADISON PARK)"

Transkripsi

1 BAB VII TINJAUAN KHUSUS ( SAFETY PROGRAM PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN MADISON PARK) 7.1 Pendahuluan Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling beresiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi terutama di bidang pekerjaan umum merupakan kegiatan konstruksi yang spesifik dan komplek sehingga memerlukan sumber daya yang besar, melibatkan tenaga kerja yang banyak dan peralatan berat yang tidak sedikit. Hal ini tentu tidak terlepas dari peluang-peluang kecelakaan dan potensi bahaya yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri. Apalagi patut diakui jika hingga saat ini kecelakaan kerja di bidang konstruksi masih menjadi pekerjaan bagi pemerintah. VII- 1

2 Adanya kemungkinan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab tergganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehata kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek. Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan perusahaan besar melalui Undang - undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2.1% saja dari lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi atau santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan (Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Pada tinjauan khusus ini akan dibahas tentang penerapan K3 dan bagaimana tindakan penanganan terhadap resiko K3 pada kegiatan proyek pembangunan Apartemen Madison Park. Proyek pembangunan Apartemen Madison Park didirikan di kawasan Jakarta Barat terdiri dari 1 tower dan fasilitas lengkap. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh PT.Totalindo Eka Persada sebagai kontraktornya. Pembangunan VII - 2

3 Apartemen Madison Park merupakan bangunan tingkat tinggi yang sangat beresiko dalam hal kecelakaan kerja. Pembanguan teknologi tinggi dan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. 7.2 Definisi SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produkif. (Permen PU, 2008). Pemahaman tentang SMK3 yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakan (zero accident). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu objek penting yang perlu diperhatikan daam sistem manajemen perusahaan, karena menyangkut kegiatan atau aktifitas aktifitas yang melindungi dan memelihara sumber daya manusia. VII - 3

4 7.3 Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang - Undangan Prinsip dasar SMK3 dalam perundang undangan sudah ada sejak tahun 1970 terlihat dalam Peraturan Undang undang Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahkteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Sedangkan pada undang undang No. 13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi : 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Setelah itu, maka dikeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang SMK3 dan dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi demi tercapaianya keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum Nomor : 09/PRT/2008 yang tercantum dalam ayat ayat (a), (b) dan (c) sebagai berikut : VII - 4

5 1. Ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat syarat keamanan, keselamatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. 2. Ayat (b) menyatakan bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umun dapat terelenggara secara optimal, maka diperlukan suatu pedoman pembinaan dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan bidang Pekerjaan Umum. 3. Ayat (c) menyatakan bahwa pekerjaan pertimbangan sebagaiamana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi bidang Pekerjaan Umum. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Permen PU Nomor :09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang PU tercantum elemen elemen yang harus dilaksanakan oeh Penyedia Jasa sebagai berukut : 1. Kebijakan K3 Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntu partisipasi dan kerja sama semua pihak. Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif. VII - 5

6 2. Perencanaan K3 Perusahaan yang membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kerja yang diterapkan. (Sastrohadiwiryo,2001). Adapun bagian bagian perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaiannya, 2) Pemenuhan Perundang undangan dan Persyaratan lainnya, 3) Sasaran dan Program. (Permen, 2008). 3. Penerapan K3 Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterpakan. Adapun kualifikasi yang tercantum daam Permen No.9 tahun 2008 adalah sebagai berikut : 1) Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban. 2) Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian. 3) Komunikasi, Keterlambatan dan Konsultasi. 4) Dokumentasi 5) Pengendalian Dokumen. VII - 6

7 6) Pengendalian Operasional. 7) Kesiagaan dan Tanggap Darurat. (Permen, 2008) 4. Pemeriksaaan dan Evaluasi Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, mamantau dan mengevauasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan identifikasi tindakan perbaikan. Seperti terdapat pada pasal 10 Permen PU tahun 2008 menyatakan bahwa dalam hal materi penyeenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, PPK wajib menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ialah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. Berikut adalah bagian peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran kinerja SMK3 terdiri dari 4 bagian yaitu : 1) Evaluasi Kepatuhan. 2) Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan. 3) Pengendalian Rekaman. 4) Audit Internal. (Permen, 2008) 5. Tinjauan Manajemen (Permen, 2008) VII - 7

8 Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkisinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi impikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. (Sastrohadiwiryo, 2001). 7.4 Pengendalian Risiko Pengelolaan atau pengendalian risiko didasarkan berbagai pertimbangan yang telah dilakukan dalam tahap penilaian risiko. Risiko dapat dikelola sendiri oleh Perusahaan dengan melakukan usaha pencegahan dengan melakukan usaha pencegahan dan pengendalian bahaya (safety management) yang baik. Resiko dapat dikelola dengan melakukan berbagai teknik dan pilihan teknologi yang tersedia, biaya, efektifitas dan efisiensi terhadap operasi menyeluruh. Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan kecelakaan kerja yang terdiri dari 5 hierarki. Gambar 7. 1 Teknik Pengendalian Risiko VII - 8

9 1) Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja. Gambar 7.2 Teknik Eliminasi Bahaya 2) Substitusi, yaitu sumber bahaya diganti (substitusi) dengan bahan, sistem atau alat lain yang sifat bahayanya lebih rendah. Sumber bahaya masih ada tetapi instensitasnya berkurang. Gambar 7.3 Teknik Substitusi 3) Isolasi, yaitu sumber bahaya diisolir. Sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang atau hilang sama sekali. Gambar 7.4 Teknik Isolasi VII - 9

10 4) Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain peralatan, proses dan layout. Bahaya dikelola secara teknis seperti: a. Menjaga jarak yang aman b. Penggunaan sistem pengaman dan pelindung. c. Proses tertutup. Gambar 7.5 Menjaga Jarak Aman Bahaya Sumber bahaya dijaukan sampai batas yang aman. Semakin jauh dari sumber bahaya semakin kecil paparan bahaya yang diterima. 5) Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. Bahaya dikelola melalui pendekatan administrasi seperti : a) Pengaturan waktu kerja (shiff kerja). b) Prosedur kerja aman (SOP). c) Rotasi. d) Pemilihan / seleksi pekerja. VII - 10

11 6) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK). Alat pengaman diri merupakan alat perlindungan bagi pekerja yang bertujuan untuk mencegah atau meminimalisir dampak atau akibat yang terjadi. Sedangkan alat pengaman kerja merupakan alat bantu dalam proses pelaksanaan proyek. Alat pengaman ini berupa rambu rambu peringatan terkait dengan potensi bahaya di dalam proyek dan lingkungan sekitarnya. Gambar 7.6 Alat Pengaman Diri (APD) Gambar 7.7 Rambu Larangan VII - 11

12 Gambar 7.8 Rambu Peringatan Gambar 7.9 Rambu Kewajiban 7.5 Manfaat Pelaksanan K3 a. Bagi Kontraktor Pada dasarnya antara K3 dengan laba memiliki keterkaitan sehinggakelihatannya seperti kurang manusiawi, namun perhatian terhadap K3 justru akan menguntungkan kontraktor dan juga bagi tenaga kerja konstruksi karena tenaga kerja yang cedera tentu akan menderita fisik dan juga menderita financial. Kontraktor yang mengabaikan K3 juga akan menderita dari segi biaya langsung, misalnya waktu yang terbuang akibat kecelakaan, perbaikan peralatan, penyewaan akibat peralatan yang rusak dan masih banyak lagi kerugian tak terasuransikan yang ditanggung oleh Kontraktor tersebut. b. Bagi Tenaga Kerja Konstruksi Tenaga kerja konstruksi akan memperoleh haknya bila mengikuti program asuransi, namun jika tenaga kerja tersebut telah cacat, biasanya tidak VII - 12

13 mampi lagi menggunakan keterampilannya di lingkungan usaha jasa konstruksi, maka ia pun harus terpaksa beralih kegiatan dengan keterampilan yang lebih rendah dan ini berarti ia akan menerima upah yang lebih rendah dari yang diperoleh sebelum cacat. c. Bagi Pemberi Kerja / Konsumen Kecelakaan yang serius dapat mengakibatkan penundaan yang tidak dapat diatasi lagi. Bila hal itu terjadi, maka proyek produksi memerlukan revisi. Pemberi tugas terkadang terpaksa untuk mendatangkan peralatan serta mesin mesin baru untuk dipasang akibat penundaan, yang lebih lanjut mengakibatkan dampak berantai yang dapat menciptakan penderitaan bagi pemberi kerja. Hal demikian tidak perlu terjadi dalam Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaannya secara efisien dan selamat, sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan dan secara khusus bagi pemberi kerja. 7.6 Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Kontruksi Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1) Kecelakaan Umum Adalah kecelakaan yang terjadi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan seperti kecelakaan pada waktu hari libur / cuti atau kecelakaan di rumah. 2) Kecelakaan Akibat Kerja VII - 13

14 Adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di Perusahaan. Kecelakaan karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan di industri konstruksi termasuk kecelakaan akibat kerja. Industri konstruksi sangat rawan terhadap kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan karena sifat sifat khusus konstruksi yang tidak sama dengan industry lainnya yaitu : a) Jenis pekerjaan atau kegiatan pada industry konstruksi pada setiap proyek sangat berlainan (tidak standar), sangat dipengaruhi oleh bentuk atau jenis bangunan, lokasi dan situasi lingkungan kerja serta metode pelaksanaannya. b) Pada setiap pekerjaan konstruksi terdapat berbagai macam jenis kegiatan yang seringkali dilaksanakan secara simultan dengan tujuan untuk mencapai target waktu yang tepat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama antara pemilik dan pelaksana proyek. c) Masih banyaknya kegiatan konstruksi yang menggunakan tangan (manual), yang mungkin tidak dapat dihindari. d) Teknologi yang menunjang kegiatan konstruksi selalu berkembang dan bervariasi mengikuti laju perkembangan kegiatan konstruksi dan tergantung dari jenis jenis pekerjaannya. e) Banyaknya pihak pihak yang terkait atau ikut ambil bagian dan berperan aktif untuk terlaksananya kegiatan konstruksi. VII - 14

15 f) Tingkat pengetahuan (knowledge) dari pekerja kontruksi yang beragam atau tidak merata, baik untuk pengetahuan teknis praktis maupun tingkat manajerial khususnya dalam pengetahuan peraturan atau perundangan yang berlaku. 7.7 Penetapan Sasaran K3 Hal yang sangat penting dalam pembuatan program kerja K3 proyek adalah penetapan sasaran atau target K3 proyek. Sasaran atau target K3 yang direncanakan akan menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan proyek pada aspek K3. Sasaran atau target K3 pada proyek pembangunan Apartemen Madison Park adalah sebagai berikut : a) Zero Accident (kecelakaan fatal) b) Meningkatkan kepedulian tentang K3 kepada seluruh pekerja. c) Pada pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. d) Wajib menggunakan alat pelindung diri dan alat keamanan lainnya. e) Material ditumpuk rapi sesuai dengan jenisnya. f) Proyek bersih, rapi, dan sehat. g) Meningkatkan hasil produksi yang lebih baik. VII - 15

16 7.8 Saffety Program K3 Proyek Apartemen Madison Park Beberapa bentuk kegiatan K3 yang dilakukan pada proyek pembangunan gedung Apartemen Madison Park antara lain : Gambar 7.10 Gambaran Umun Saffety Program Proyek Apartemen Madison Park a) Safety Induction Pengarahan atau pendekatan kepada pekerja baru termasuk karyawan serta pengarahan tentang K3, house keeping dan ketertiban proyek. Kegiatan ini dilakukan dan ketertiban proyek. Kegiatan ini dilakukan pada awal pelaksanaan proyek atau setiap ada pekerja yang baru masuk. VII - 16

17 Gambar 7.11 Pelaksanaan Safety Induction di Proyek Apartemen Madison Park b) Safety Talk Penjelasan atau pengarahan singkat tentang K3 dan kondisi proyek kepada seluruh pekerja sebelum memulai pekerjaan. Hal ini penting agar pekerja mengetahui kondisi bahaya atau risiko yang ada pada pekerjaan yang dihadapi. c) Safety Meeting Pertemuan atau rapat K3 diperlukan untuk membahas masalah yang terjadi dan tindakan pencegahannya serta melaporkan kecelakaan yang terjadi dan langkah langkah perbaikannya. VII - 17

18 Gambar 7.12 Pelaksanaan Safety Comite Meeting d) Safety Patrol Inspeksi K3 atau safety patrol, dilakukan untuk pengawasan dan mengontrol kegiatan di lapangan apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak. e) Training K3 Pelatihan K3 bagi karyawan dan petugas K3. Gambar 7.13 Pelaksanaan Safety Training VII - 18

19 f) Pemasangan Rambu rambu Pemasangan rambu rambu K3 sangat penting untuk memberikan peringatan bagi pekerja akan bahaya atau resiko kecelakaan kerja selama berada dan bekerja di proyek. Rambu rambu ini juga untuk mengingatkan karyawan dan pekerja agar menjaga keselamatan dan membuat lingkungan kerja menjadi bersih dan teratur. Gambar 7.14 Pemasangan Rambu rambu K3 Semua program K3 yang dibuat adalah dalam upaya pencegahan kecelakaan atau menekan jumah kecelakaan yang terjadi seminimal mungkin (zero accident). g) Railing Tepi Tangga Untuk pengamanan di tiap lantai yang menandakan tepi lantai dan lubang terbuka di lantai dipasang railing dengan tambang kuning dan dipasang kelambu setinggi 1 meter untuk mencegah terjadinya bahaya jatuh, benda jatuh dan sampah jatuh. VII - 19

20 Gambar 7.15 Railing Tepi Tangga h) Penutupan Void Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void ditutup dengan menggunakan plywood atau jaring pengaman untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakukan setiap lima lantai mulai dari lantai bawah. Gambar 7.16 Penutupan Void dengan Net VII - 20

21 Gambar 7.17 Penutupan Void dengan Kayu i) Terminal Terminal dipasang untuk menaikkan atau menurunkan material selama proses struktur dan finishing agar pengangkutan dan penuruan dengan material dapat berjalan dengan aman dan lancar. Gambar 7.18 Terminal VII - 21

22 j) Pembongkaran Pengaman Bongkaran Tepi Lantai Untuk mengamankan pekerjaan pembongkaran di daerah tepi lantai, pembongkaran harus mengajukan ijin (Permit) dan menggunakan jarring pengaman yang melindungi seluruh daerah bongkaran khususnya daerah tepian agar tidak ada benda jatuh sebagai pengaman pertama dan safety deck sebagai pengaman ke dua apabia masih memungkinkan adanya benda jatuh. Gambar 7.19 Pengaman Bongkaran Tepi Lantai k) Safety Deck (Net) Safety deck dipasang untuk menahan benda jatuh dari lantai atasnya agar tidak mengenai orang yang berada di bawahnya. Safety net di pasang 3 lantai dari VII - 22

23 lantai teratas agar benda jatuh dapat tertangkap safety net dan fixes safety deck untuk lantai terbawah untuk mencegah benda jatuh dari kegiatan finishing. Gambar 7.20 Safety Net l) Akses Kerja Disediakan akses kerja bagi para pekerja yang hendak naik ataupun turun dengan menggunakan tangga scaffolding temporary atau dengan passenger Hoist yang dilengkapi dengan shelter tempat orang menunggu sehingga aman. VII - 23

24 Tangga Scaffolding Temporary Gambar 7.21 Tangga Scaffolding Temporary m) Pekerjaan Tepian Untuk pekerjaan pembesian di tepian lantai dipasang tag line atau temporary hand rill dari tambang plastic / dadung sebagai pengaman kerja. Gambar 7.22 Pekerjaan Tepian VII - 24

25 n) Tabung APAR Tabung APAR duitempatkan di setiap lokasi yang berisiko untuk timbulnya api atau kebakaran agar penangguangan dapat segera tertangani sedangkan untuk di area tower disediakan tabung APAR setiap 1 lantai mulai dari basement dan penempatannya di lokasi lokasi yang mudah terihat serta terjangkau. Jenis tabung disesuaikan dengan jenis api yang mungkin timbul dan bahan bakar penyebabnya. Gambar 7.23 Tabung APAR o) Kotak P3K Penempatan kotak P3K disediakan di site klinik dan disetiap pos jaga agar setiap terjadi kecelakaan yang sifatnya kecil dapat segera di beri pertolongan pertama dan tercatat untuk mengetahui tingkat keparahan dan frekuensinya. VII - 25

26 p) Equipment Inspection Melakukan pemeriksaan terhadap setiap peraatan yang di gunakan di dalam proyek mulai dari kelayakan operasi, safety equipment yang disyaratkan dan ijin penggunaan yang dilakukan setiap satu bulan sekali. Gambar 7.24 Equipment Inspection q) Kebersihan dan Kesehatan Kebersihan a. Untuk menjaga kebersihan lingkungan proyek disediakan Tenaga kebersihan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. b. Untuk fasilitas sanitari disediakan sarana MCK di lapangan. Kesehatan a. Jamsostek b. Penyediaan fasilitas clinic on site. VII - 26

27 c. Fogging atau penyemprotan nyamuk di area proyek dan barak sebagai salah satu program kesehatan dan pengendalian ingkungan. Gambar 7.25 Fogging di Area Proyek c. Pembersihan Dilakukan aktifitas pembersihan dan perapian di dalam dan area sekitarproyek serta barak untuk menunjang kebersihan proyek. Gambar 7.26 Pembersihan Area Proyek VII - 27

28 d. Pemeriksaan Kesehatan Staff dan Pekerja Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan oleh dokter Jamsostek yang dilakukan di proyek 1 tahun sekali. Gambar 7.27 Pemeriksaan Kesehatan Staff dan Pekerja e. Pemeriksaan ID Pekerja dan APD Dilakukan pemeriksaan secara berkala setiap pagi antara petugas K3 dan security di pintu masuk pekerja mulai dari penggunaan APD sampai dengan ID pekerja. Gambar 7.28 Pemeriksaan ID Pekerja dan APD VII - 28

29 f. Ketertiban dan Keamanan Untuk menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan proyek di aktifkan security internal untuk menertibkan pekerja yang keluar masuk tanpa ID card dan APD yang disyaratkan serta melakukan patrol lapangan untuk mencegah terjadinya kegiatan criminal dan tindakan yang tidak aman di dalam lingkungan proyek. Gambar 7.29 Pemeriksaan Tamu 7.9 Panitia Pembina K3 (P2K3) Proyek Apartemen Madison Park 1. Struktur organisasi k3 Penerapan K3 proyek dan pembentukan panitia Pembina K3 proyek maka diperlukan struktur organisasi dan tugas serta tanggung jawab yaitu : VII - 29

30 KETUA P2K3 Oriza Sativa WAKIL KETUA P2K3 M.Dahlan SEKERTARIS Surya Saputra ANGGOTA 1. Heri 2. Tio ANGGOTA 1. Budi 2. Zulfikar ANGGOTA 1. Agus 2. Iwan Gambar 7.30 Struktur Organisasi P2K3 Proyek Apartemen Madison Park 2. Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat Didalam penerapan K3 proyek dan pembentukan Tim Tanggap Darurat di proyek maka diperlukan struktur organisasi dan tugas serta tanggung jawab yaitu : Ketua Safety Officer Koordinator P3K Koordinator Evakuasi Koordinator Anti Huru Hara Koordinator Pemadam Kebakaran Gambar 7.31 Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat VII - 30

31 Personel yang bertanggung jawab atas terwujudnya pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut : a. Safety Officer Tugas dan tanggung jawab Safety Officer adalah : 1. Memberikan pengarahan kepada seluruh pekerja yang berada di lokasi atau area proyek, tentang pentingnya : Mengenakan APD selama di dalam area dan disesuaiakan dengan kebutuhan kerjanya. Mematuhi rambu rambu yang dipasang di area sebagai pedoman. Mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Mengamati, memeriksa dan melakukan tindakan disetiap area kerja terhadap : Personil yang berada di area proyek, apakah mereka sudah memakai APD? Personil yang berada di area proyek, apakah sudah memenuhi aturan K3? Alat atau peralatan yang digunakan pekerja, apakah sudah memenuhi persyaratan keselamatan? VII - 31

32 Area atau lokasi yang digunakan untuk bekerja ataupun dilalui personil, apakah sudah aman, tidak ada ada lubang lubang yang membahayakan? 3. Petugas Safety Officer berhak menindak lanjuti para pelaku yang melanggar ketentuan tersebut sebagai berikut : Memberi peringatan Memberlakukan sanksi denda Mengeluarkan pelaku dari area proyek 4. Petugas Safety Officer adalah merupakan bagian dari security system, sehinnga harus berkoordinasi dengan anggota dan koordinator dengan security. 5. Mengetahui prosedur penanganan keadaan darurat. b. Koordinator dan Petugas P3K Tugas dan tanggung jawab petugas P3K adalah : Membantu coordinator tim tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K3 Mempelajari situasi dan kondisi bila setiap saat diperlukan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. VII - 32

33 Membuat hubungan yang baik dengan pihak terkait seperti Rumah Sakit, Dokter dan Tim medis. Menggunakan peralatan yang ada saat memberikan pertolongan. Membawa Korban ke Rumah Sakit yang di rujuk Melaporkan kepada atasan kejadian kecelakaan tersebut, baik kronologis terjadinya kecelakaan maupun kondisi terakhir korban. Siaga dan tanggap atas kondisi yang ada. c. Koordinator dan Petugas Evakuasi Tugas dan tanggung jawab petugas evakuasi adalah : Membantu coordinator tim tanggap darurat dalam menjalankan manajeman K3. Mempelajari situasi dan kondisi bila saat diperlukan untuk melakukan evakuasi. Melaksanakan evakuasi bila terjadi keadaan darurat kecelakaan kerja, kebakaran, ancaman bom dan huru-hara. Selalu mendahulukan keselamatan jiwa dari pada keselamatan barang / material. VII - 33

34 Siaga dan tanggap atas kondisi yang ada. d. Koordinator dan Petugas Anti Huru Hara Tugas dan tanggung jawab petugas huru hara adalah : Membantu koordinator tim tanggap darurat dalam menjalankan manajeman K3. Mempelajari situasi dan kondisi bila setiap saat diperlukan untuk melakukan pengamanan atas terjadinya huru hara. Melokalisir tindakan huru hara agar tidak meluas. Menyidik timbulnya huru hara. Melakukan tindakan persuasif untuk meredakan huru hara tersebut. Menghubungi atau meminta bantuan pihak berwajib untuk mengatasi kondisi bila tidak dapat diatasi sendiri. Melaporkan kepada atasan kejadian huru hara tersebut, baik kronologis terjadinya huru hara tersebut maupun kondisi akhir. Siaga dan tanggap atas kondisi yang ada. e. Koordinator dan Petugas Pemadam Kebakatan Tugas dan tanggung jawab petugas pemadam kebakan adalah : VII - 34

35 Membantu coordinator tim tanggap darurat dalam menjalankan manajemen K3. Mempelajari situasi dan kondisi bila seyiap saat diperlukan pada waktu ada bahaya kebakaran untuk melakukan pemadaman api. Melakukan pemeriksaan atas alat pemadam api yang tersedia. Melaksanakan tindakan pemadaman apabila terjadi indikasi kebakaran. Selalu mendahulukan keselamatan jiwa dari pada keselamatan barang atau material. Siap dan tanggap atas kondisi yang ada. Berikut adalah struktur organisasi Tim Tanggap Darurat di Proyek Apartemen Madison Park, prosedur tanggap darurat dan flow koordinasi dengan pihak luar. VII - 35

36 KETUA Surya WAKIL KETUA Oriza Saiva KETUA REGU EVAKUASI M.Dahlan KETUA REGU FIRE FIGHTING Zulfikar KETUA REGU P3K Iwan ANGGOTA 1. Supri 2. Agus ANGGOTA 1. Tio 2. Jatmiko ANGGOTA 1. Anwar 2. Toro Gambar 7.32 Struktur Organisasi Tim Keadaan Darurat dan P3K Proyek Apartemen Madison Park VII - 36

37 Gambar 7.33 Prosedur Tanggap Darurat Untuk Kecelakaan Kerja Gambar 7.34 Flow Koordinasi dengan Pihak Luar VII - 37

38 VII - 38

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apa itu Keselamatan Konstruksi? Keselamatan Konstruksi adalah Kegiatan yang dilakukan untuk melindungi pekerja dan orangorang yang ada di tempat kerja, masyarakat,

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU + 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Lunch Atop a Skyscraper (New York Construction Workers Lunching on a Crossbeam) Foto diambil tahun 1932 oleh Charles C. Ebbets pada proyek Gedung RCA, USA Dr. Jati

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN CONTOH... [Logo & Nama Perusahaan] RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) [digunakan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI PENGELOLAAN K3 Melalui Pendekatan Sistem Manajemen Melibatkan seluruh aspek sumberdaya yang mempengaruhi K3 ditempat kerja.

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya

Lebih terperinci

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP) ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP) Caesario Alam Widjaja S 1, Heryanto Hartadi 2 and Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP. 198311292010012034 DEFINISI FAKTOR PENYEBAB UPAYA PENCEGAHAN TRAINING KLH JAMSOSTEK EVALUASI Presented by : Anita Iskhayati,

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan sangat menentukan dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak menggunakan berbagai peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 BIMBINGAN TEKNIS SMK3 KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN 1 KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI BALAI PENINGKATAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA Cahya Dewi Wulandani 1, Mila Kusuma Wardani 2, Feri Harianto 3 Jurusan

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada pekerja khususnya pada pekerja bangunan sering diakibatkan karena pihak pelaksana jasa kurang memprioritaskan keselamatan dan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH RSU BINA KASIH RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH I. LATAR BELAKANG Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Johanes Jiman¹, Eka Pramudita², Andi³ ABSTRAK : Konstruksi merupakan salah satu industri yang

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Teori dan Konsep 1.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 (2007) mendefenisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas / di dalam tanah

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI TUJUAN PENGAJARAN Tujuan Umum: peserta mengetahui peraturan perundangan dan persyaratan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2014, 2014 KEMEN ESDM. Sistem Manajemen. Keselamatan. Pertambangan. Mineral dan Batubara. Penerapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI PT. PUALAM BANGUN CIPTA Paket an Lanjutan Pembangunan Bendung dan Jaringan

Lebih terperinci

SAFETY INDUCTION PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA DIV. OPS. III SURABAYA

SAFETY INDUCTION PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA DIV. OPS. III SURABAYA SAFETY INDUCTION DIV. OPS. III SURABAYA SEJARAH Plant Precast Surabaya berdiri pada awal 1996. awalnya merupakan anak perusahaan PT. Adhi Karya. Dalam perjalanannya sejak 1996 hingga 2000-an, plant precast

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pada berbagai perusahaan dewasa ini sangat pesat pertumbuhannya, hal ini didukung dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang industri. Dengan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan teori dan konsep 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha 63

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha 63 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUEIONER EVALUAI PENERAPAN ITEM KEELAMATAN DAN KEEHATAN KERJA Data Umum 1. Nama:... 2. Umur:... 3. Pendidikan:... a. D b. LTP c. LTA d. Akademi e. arjana Petunjuk Pengisian: 1. Mohon

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN RESIKO DAN TINDAKAN Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan...4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi...

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di pabrik paralon PVC X, berikut adalah kesimpulan yang di dapatkan : 1. Pabrik paralon PVC X kurang memperhatikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO Bryan Alfons Willyam Sepang J. Tjakra, J. E. Ch. Langi, D. R. O. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3

Sehingga semua pihak merasa ikut memilki dan merasakan hasilnya. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Sistem Manajemen K3 SMK3 Sertifikat SMK3 Sertifikat SMK3 PP 50 tahun 2012 adalah penghargaan terhadap komitmen perusahaan yang telah menjalankan sesi konsultasi dan audit SMK3 Sertifikat Sistem Manajemen K3 pp 50 tahun 2012 Untuk

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA Nama : Indah Wulandari NPM : 34413373 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Stephanus Benedictus Bera

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR IJIN KERJA No. Dokumen : PT-KITSBS-19 No. Revisi : 00 Tanggal : April Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN (PPBK) PADA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan.

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Tinjauan Umum Pengendalian dan pengawasan proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara suatu rencana dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RK3K (RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK)

RK3K (RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK) RK3K (RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK) 1 Rencana K3 Kontrak (RK3K) RK3K adalah dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR DAN PENGELOLAAN RUMAH AMAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi, juga para pemasok

Lebih terperinci

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE No. Dokumen Judul Dokumen : K3L-2 : PERSIAPAN DAN RESPON DARURAT Ini adalah dokumen yang dikontrol Distribusi rutin di batasi pada distribusi yang disetujui PT

Lebih terperinci

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG OLEH: Hendra Wahyu NIM. 131158003 PASCA SARJANA MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu Perusahaan yang didirikan mempunyai beberapa tujuan, tujuan yang dimaksud adalah mencari laba, berkembang, memberi lapangan kerja, serta memenuhi kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. UTAMAKAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK : 7-/AJS/HSE/FR Revisi : Halaman : dari 5. Manual Sistem Manajemen K3 /AJS/MK3 3 8-3-4. Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian Resiko. a. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko b. Pengendalian

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan. 2. RUANG LINGKUP Yang termasuk keadaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hal yang paling utama dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci