COERCIVE DIPLOMACY AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONFLIK INTERNAL LIBYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "COERCIVE DIPLOMACY AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONFLIK INTERNAL LIBYA"

Transkripsi

1 COERCIVE DIPLOMACY AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONFLIK INTERNAL LIBYA REZA INDRA ADICHAPUTRA ( ) Abstract Internal conflict in Libya between the Libyan government and its people in the phenomenon of the Arab spring in 2011 encourages the international community through the United Nations to take action. Libyan government's acts of violence against civilians protesting by using military facilities be the basis action to be taken by the United Nations. Based on the UN (United Nations) Security Council meeting as the party who has the authority to participate protect Libyan civilians, the UN Security Council issued resolution No related to the conflict in Libya. UN mandate for NATO forwarded to the Security Council and implemented in the United States as a member of both institutions to conduct coercive diplomacy. Coercive diplomacy launched an attack in the form of access to the Libyan military weapons used against unarmed civilians. United States act along with member states of the UN Security Council and NATO resulted in the death of the Libyan leader, Muammar Qaddafi, which put an end to the internal conflict in Libya. I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena Arab Spring merupakan sebuah puncak dari meletusnya kesabaran dan kesadaran masyarakat atas pola pemerintahan di negara-negara Timur Tengah. Negara - negara Timur Tengah identik dengan bangsa Arab yang dikenal dalam sistem pemerintahan yang pola kepemimpinannya dikuasai dalam rentang waktu yang lama oleh seorang pemimpin bahkan turun-temurun. Kebebasan berpendapat dan berserikat, rendahnya mutu pendidikan, diskriminasi terhadap perempuan dan tersingkirnya kaum minoritas menjadi sebuah hal yang langka dan menjadi alasan yang kuat terjadinya pergolakan oleh masyarakat yang dikenal dengan nama Arab Spring. Dinamakan Arab Spring karena keidentikan musim semi (spring) dengan kondisi bahagia, bunga bermekaran, daun menguning dan berwarnawarni setelah dilaluinya musim dingin salju dimana fenomena Arab Spring dianggap sebagai sebuah kondisi yang mirip yaitu tumbangnya rezim, yang dianalogikan dengan musim dingin yang menyiksa, dan diakhiri dengan kemenangan masyarakat Arab atas memperjuangkan 1

2 hak dalam memperoleh kehidupan yang lebih baik dari belenggu sistem pemerintahan yang sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Fenomena Arab Spring di Timur Tengah diawali pada tanggal 17 Desember 2010, Mohamed Bouazizi, seorang pedagan kaki lima, membakar diri di Sidi Bouzid, Tunisia, sebagai protes terhadap penganiayaan yang diterima dari agen kota (Semacam Satpol Pamong Praja di Indonesia). 1 Kematiannya, hari kemudian, berubah menjadi tragedi nasional yang menyebabkan Presiden Zein al-abedin Ben Ali terpaksa lengser. Seperti api yang merambat dan melahap benda apapun, protes kemudian menyebar dari satu negara Arab ke negara Arab yang lain sampai seluruh wilayah Timur Tengah, mengantarkan era baru dalam sejarah wilayah Timur Tengah dan dikenal sebagai Musim Semi Arab (Arab Spring) atau Kebangkitan Arab (Arabian Uprising). 2 Pada tanggal 14 Januari 2011, protes pecah di ibukota Yordania dan kota-kota besar lainnya. Pada 16 Januari, seorang ibu rumah tangga di Yaman berusia 32 tahun mem-posting pesan di Facebook memanggil orang-orang untuk melakukan pemberontakan di Tunisia, sebuah inisiatif diikuti oleh rantai gejolak yang beberapa bulan kemudian memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mundur. 3 Pada tanggal 25 Januari, sebuah kelompok pemuda di Mesir menggunakan Facebook untuk mengatur unjuk rasa untuk memprotes kebrutalan polisi, keadaan hukum darurat, kurangnya kebebasan, dan korupsi di tempat-tempat umum seperti di Tahrir Squere, suatu tindakan yang menyebabkan penggulingan Presiden Hosni Mubarak. 4 Pada tanggal 13 Maret, pasukan keamanan Suriah melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang berkumpul di masjid utama Deraa di Suriah selatan untuk membicarakan tentang bagaimana menanggapi penangkapan beberapa siswa yang menulis slogan-slogan anti-rezim di dinding sekolah mereka. Demonstrasi dengan berbagai tingkat intensitas juga meletus di Irak, Lebanon, Maroko, dan Arab Saudi. 5 Fenomena Arab Spring tidak terkecuali juga terjadi di Libya. Negara yang diberkahi anugrah kekayaan alam berupa Minyak bumi yang besar dimana dari data OPEC menunjukkan bahwa Libya merupakan negara ke tujuh belas terbesar di dunia penghasil bahan minyak bumi (petroleum production) dalam rentang tahun dimana dengan kemampuan sumber daya alamnya yang menunjang kemampuan ekonomi membuat Libya 1 Mansoor Moaddel. The Arab Spring and Egyptian Rovolutions Maker: Predictor of Participation. Population Studies Center:Amerika Serikat Hlm 3. 2 Ibid, Hlm 3. 3 Ibid, Hlm 3. 4 Ibid, Hlm 4. 5 Ibid, Hlm (diakses 11 Mei 2013) 2

3 memiliki bargaining position dalam tatanan politik di Afrika dan dalam tatanan dunia. Dipimpin oleh seorang kolonel yang bernama Moammar Abu Minyar Al-Qaddafi atau biasa disebut Qaddafi. Qaddafi yang melakukan kudeta militer pada tahun 1969 dan memulai kepemimpinannya dan menetapkan dasar negara kombinasi dari ideologi sosialis dan Islam. 7 Setelah 42 tahun kepemimpinanya, Qaddafi diangggap telah menjalankan pemerintahan korup dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya yang menyebabkan Protes ribuan warga Libya terjadi seiring pemerintah yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan menahan pengacara Fathi Terbii di Benghazi, Libya, yang mengarah ke pemberontakan bersenjata melawan Qaddafi. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Libya dikenal sebagai negara dari benua Afrika yang memiliki track record yang menyita perhatian internasional tak lain karena dipimpin oleh seseorang yang eksentrik yaitu Moammar Qaddafi. Kebijakan Qaddafi mensponsori penyerangan terhadap pesawat terbang Pan Am 103 yang sedang melintasi Lockerbie, Skotlandia, pada 21 desember yang menewaskan 259 orang. 9 Hal tersebut menyebabkan Libya mendapat berbagai sanksi, mulai dari sanksi ekonomi hingga embargo senjata. Pada tahun 2003 pemerintahan Libya menyerahkan dua tersangka pelaku pemboman pada kasus pesawat Pan Am dan membayar kompensasi sebesar 2,3 milyar Dollar AS terhadap kejadian tersebut disertai dengan persetujuan Libya untuk tidak meneruskan proyek pengembangan senjata perusak massal (weapon of mass destruction). 10 Libya dikenal sebagai negara anti-barat, khususnya Amerika Serikat, dimana pada era presiden G.W Bush mengkategorikan Libya sebagai salah satu dari negara axis of evil karena sering berseberangan pandangan dan melawan kebijakan AS dalam politik internasional dan kebijakan radikal negara dalam hal ini misalnya adalah pengembangan nuklir dan senjata pemusnah massal. 7 (Diakses 11 Mei 2013) 8 (diakses tanggal 11 mei 2013) 9 Bruce W. Jentleson dan Christopher Whytock. Who won libya: The Force Diplomacy debate and its implications for theory and policy. Diakses dari situs live.belfercenter.org tanggal 11 mei Azyumari Azra. Anatomi krisi Libya, Yaman dan Bahrain. Kompas.com. diakses 11 mei

4 Kecenderungan dalam fenomena Arab Spring berupa pergolakan yang terjadi di negara Timur Tengah disebabkan oleh protes terhadap pemerintahan. Protes tersebut cenderung dilakukan terkait sikap pemerintah yang kerap melakukan pelanggaran HAM, memenjarakan penduduk tanpa proses pengadilan dan penyalahgunaan kekuasaan serta wewenang serta diperparah praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam tubuh pemerintahan. Hal ini juga terjadi di negara Libya, masyarakat Libya memanfaaatkan momentum rakyat Timur Tengah yang protes terhadap pemerintahan (Arab Spring) yang dianggap kerap mengabaikan suara rakyat. Sikap pemerintah yang kerap melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), tingginya angka kemiskinan dan permasalahan ekonomi (dua hal yang selalu berkaitan erat) hingga tindakan represif pemerintah terhadap masyarakat. Pergolakan yang terjadi di Libya didorong oleh tindakan pelanggaran HAM oleh pemerintah yang menyebabkan terjadinya protes dan unjuk rasa menuntut adanya reformasi dalam upaya pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Respon pemerintah Libya terhadap para protester (pengunjuk rasa) dengan penggunaan senjata peluru tajam dan cara kekerasan dalam membubarkan aksi unjuk rasa menyebabkan terjadinya pergolakan di Libya. Masyarakat yang tidak berhenti untuk melakukan aksi protes terhadap pemerintah dan penggunaan senjata oleh aparat Libya dalam merespon protes masyarakat menyebabkan pelanggaran HAM dan mendapat perhatian internasional. Dalam momentum fenomena Arab Spring tersebut, terjadi konflik internal rakyat Libya terhadap pemerintah Libya dibawah kepemimpinan Qaddafi. Konflik internal yang menyebabkan pelanggaran HAM dengan adanya penggunaan kekerasan oleh aparatur negara yang menyebabkan tidak sedikit korban jiwa yang meninggal dan terluka. Korban tewas dari aksi protes anti-pemerintah di Libya mencapai 300 orang, termasuk 111 tentara dan 189 warga sipil seperti dilansir stasiun televisi nasional Libya pada hari Rabu 23 februari Dalam konflik internal ini terdapat dua sisi yang saling berkonflik antara negara (aparatur / pemerintah) dan rakyat (dimana terdapat kelompok masyarakat sipil yang membentuk kelompok perlawanan). Konflik antara dua kubu tersebut menyebabkan adanya campur tangan PBB dalam melihat kejahatan kemanusiaan karena Pemerintah Qaddafi menggunaakan senjata berat seperti pesawat tempur hingga tank dalam melawan kelompok oposisi (kelompok rakyat sipil yang menentang pemerintah). 11 Diakses dari Korban Tewas kerusuhan Libya capai 300 orang. Diakses tanggal 12 mei

5 pada tanggal 17 Maret 2011, Dewan Keaman (DK) PBB melakukan sidang ke , lalu mengeluarkan serta mengesahkan Resolusi DK PBB No.1973 terkait dengan situasi di Libya yang semakin memburuk. 12 Resolusi tersebut secara garis besar antara lain mengatur mengenai penerapan gencatan senjata dan penghentian seluruh tindakan kekerasan serta penyerangan terhadap penduduk sipil dalam waktu sesegera mungkin. Perlunya upaya-upaya yang intensif untuk merumuskan suatu solusi politik yang damai dan berkelanjutan atas krisis di Libya, kewajiban bagi Otoritas Libya untuk mematuhi hukum internasional, perlindungan atas penduduk sipil (Protection of Civillians), pelaksanaan Zone Larangan Terbang (No Fly Zone), pelaksanaan Embargo Senjata (Enforcement of the Arms Embargo), dan pembekuan sejumlah aset perorangan, instansi pemerintah maupun perusahaan Libya. 13 Amerika Serikat menggalang suara dalam tubuh DK PBB dengan melibatkan Inggris dan Prancis terlibat dalam konflik di Libya. Keikutsertaan Inggris dan Prancis tersebut sesuai dengan mandat DK (DK) PBB berdasar resolusi Amerika Serikat sebagai negara yang menjunjung nilai demokrasi dan HAM menjadi pionir dalam melaksanakan resolusi PBB 1973 yang disetujui oleh 10 negara anggota DK yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Bosnia dan Herzegovina, Kolombia, Gabon, Libanon, Nigeria, Portugal dan Afrika Selatan. 5 negara anggota DK lainnya yaitu Rusia, Jerman, Tiongkok, India dan Brazil memilih sikap abstain dan tidak ada negara anggota DK PBB yang menolak resolusi. DK PBB melalui NATO ikut serta dalam upaya penggulingan Qaddafi dari singgasana kepemimpinannya. Pengiriman pasukan oleh negara Amerika Serikat juga tidak lepas dari kematian duta besar AS untuk Libya di Benghazi yang menyebabkan pengiriman pasukan oleh Amerika Serikat berikut kebijakan menarik seluruh warga negaranya serta melindungi rakyat Libya dengan penggunaan senjata sesuai resolusi PBB Hal tersebut merupakam tindak lanjut upaya mencegah korban sipil yang jatuh lebih banyak lagi dari aksi pembantaian warga sipil di berbagai kota di Libya. 1.3 Pembatasan Masalah Penulis menentukan batasan konsepsional dari penulisan penelitian ini dari segi ruang lingkup dan periodisasi dari penelitian yang akan dilakukan: Ruang lingkup yang akan diamati dalam konflik di Libya ini adalah dinamika konflik dimana konflik internal antar pemerintah Libya dan Rakyatnya serta 12 Ukar dan Ketut. Resolusi DK PBB1973. Diakses dari pada 13 mei Ibid 5

6 respon internasional melalaui mandat PBB diimplementasikan oleh pihak-pihak tertentu yang kemudian melancarkan diplomasi kekerasan (Coercive diplomacy). Periode bulan Januari 2011 hingga Desember 2011 yang dipilih penulis dalam penelitian ini. Alasan pemilihan periode ini karena gejala fenomena Arab Spring dimulai sejak awal tahun 2011 dan dalam dinamika serta perkembangannya, sepanjang tahun 2011 merupakan tahun dimana Libya mengalami konflik hingga berujung pada kematian Qaddafi dan terjadi transisi pemerintahan Libya yang berdampak pada perubahan pola pemerintahan hingga dasar negara (konstitusi). 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan mengenai coercive diplomacy dalam fenomena arab spring dengan studi kasus di negara libya dalam bentuk pertanyaan: Bagaimana bentuk diplomasi kekerasan (coercive diplomacy) Amerika Serikat dan sekutu yang disebabkan konflik internal di Libya? 1.5 Kerangka Pemikiran Dalam menganalisa konflik internal di Libya ini, penulis akan mengkaji terlebih dahulu konflik internal yang terjadi di Libya dengan mengacu pada perspektif konflik internal dalam sebuah negara dengan asumsi peningkatan konflik internal yang terjadi di Libya menjadi pemicu adanya coercive diplomacy dalam penyelesaian konflik di Libya oleh negara-negara seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Italia hingga Lebanon sesuai mandat DK PBB berdasarkan resolusi Dengan adanya mandat tersebut DK PBB melalui NATO melakukan melindungi warga sipil Libya dari pembantaian oleh aparat keamanan Libya yang berdalih bahwa konflik terjadi sebagai akibat pembangkangan sekelompok rakyat terhadap pemerintah Libya. Sebelum membahas mengenai konflik internal, perlu kita ketahui dahulu definisi dari konflik itu sendiri. Dahrendorf mendefinisikan konflik sebagai sebuah keadaan yang terjadi akibat adanya tekanan yang mengelilingi keputusan dalam beberapa pilihan, yang kadang dimanifestasi melalui konfrontasi antar pihak. 14 Definisi lainnya yang dijelaskan oleh Azar, bahwa konflik merupakan perbedaan dalam opini, pertentangan, dan argumen yang terjadi dalam sebuah hubungan manusia, dalam organisasi, komunikasi, ataupun dalam tingkatan 14 Oliver Ramsbotham, Tom Woodhouse dan Hugh Miall, Contemporary Conflict Resolution; Third Edition, Polity Press, Cambridge Hlm 86 6

7 internasional. 15 Ross mengatakan bahwa konflik dalam beberapa negara terjadi akibat adanya pencampuran konsiderasi sosio-ekonomi dan budaya, dengan status kelompok minoritas dalam ranah politik Konflik internal Konflik internal (intra state conflict) adalah sengketa politik kekerasan atau yang berpotensi kekerasan dimana dapat ditelusuri faktor utama dari domestik ketimbang faktor sistemik (eksternal), dan di mana kekerasan bersenjata terjadi atau mengancam untuk memperoleh suatu hal dari kepentingan yang diperjuangkan dalam sebuah wilayah negara. 17 Menurut Michel E. Brown, beberapa alasan mengapa konflik internal penting untuk dikaji dalam berbagi kasus yang mempengaruhi tatanan internasional, yaitu: 18 Pertama, konflik internal telah merebak ke seluruh wilayah negara dan menimbulkan aksi-aksi kekerasan. Kedua, konflik internal telah menyengsarakan masyarakat yang menjadi korban yang tidak berdaya akibat konflik, seperti pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, dan pengusiran. Ketiga, konflik internal penting karena sering melibatkan negara-negara tetangga sehingga bisa menimbulkan konflik perbatasan. Pengungsi yang menyeberang ke negara tetangga atau pemberontakan yang mencari perlindungan ke negara tetangga dapat menimbulkan permasalahan baru yang dapat memicu konflik bersenjata antar negara yang bertetangga. Keempat, konflik internal penting karena sering mengundang perhatian dan campur tangan dari negara-negara besar yang terancam kepentingannya dan organisasi internasional. Konflik internal mencuat pasca perang dingin dimana menurut Kalevi Holsty pergeseran atau perubahan pola konflik yang sebelumnya merupakan konflik antar negara, kemudian berkembang menjadi konflik yang terjadi antara kelompok tertentu dalam sebuah kedaulatan negara dengan akar konflik masalah kenegaraan (statehood), kepemerintahan (governance), serta peran dan status bangsa serta komunitas dalam negara Ho-Won Jeong. Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage Publications:London Hlm Ibid. 17 Aleksius Jemadu. Analisa Konflik Internal dari Perspektif Hubungan internasional Dalam (editor)yulius P. Hermawan. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta:Graha Ilmu Hlm Ibid. Hlm Ibid. Hlm. 92 7

8 Diplomasi Kekerasan (Coercive Diplomacy) Dalam perkembangannya sejak konsep awal diperkenalkan di Eropa yang ditandai dengan kongres Wina (1815) dengan pendefinisian diplomasi klasik oleh Ernest Satow, adalah aplikasi penggunaan kecerdasan dan taktik dari perwakilan negara dalam menjalin hubungan antar negara yang merdeka. 20 Namun pedefinisian tersebut telah mengalami pergeseran dimana dalam pendefinisian klasik hanya melibatkan aktor-aktor pemerintah. Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi membentuk perubahan signifikan dalam praktek diplomasi dimana dalam prakteknya menurut Sukawarsini Djelantik praktek diplomasi berkembang karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: 21 Revolusi teknologi informasi; Peningkatan peran media massa; Globalisasi bisnis dan sistem keuangan Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam hubungan internasional (diplomasi publik) Munculnya isu-isu non-tradisional seperti pelanggaran HAM, lingkungan, terorisme,dll) Terkait dengan pengkajian diplomasi kekerasan, pola diplomasi dan hubungan antar negara juga dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, politik dan sosial yang menjadi aset dalam menghimpun perngaruh dan kekuatan dalam tatanan internasional. Diplomasi digunakan sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan kepentingan, pengaruh dan kerjasama atau secara umum menunjukkan sikap sebuah negara terhadap negara lain. Diplomasi kekerasan menjadi sarana diplomasi sebagai bentuk keengganan ataupun sikap tidak sepakat terhadap sikap pihak lain. Diplomasi kekerasan menurut Ken Ohnisi dipandang penulis sebagai sebuah pendefinisian yang menggambarkan penggunaan diplomasi kekerasan dalam pelaksanaannya di tatantan internasional dimana diplomasi kekerasan adalah sebuah upaya oleh suatu pihak terhadap pihak lainnya dengan penggunaan kekuatan (force) agar merubah sikap sesuai keinginan dari pengguna kekuatan yang memaksa pihak yang ditekan Christer Jonsson dan Martin Hall. Essence of Diplomacy. New York:Palgrave Macmillan Hlm Sukawarsini Djelantik Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Garah Ilmu. Hal Ken Ohnisi. The intervention in Libya as coercive diplomacy: why didn t Gadaffi accept the international comunity s demand? The National Institute for Defense Studies News. August-september Hlm 32 8

9 Branislav L. Slantchev dalam tulisannya National Security Strategy: The Diplomacy of Strategic Coercion melihat bahwa dalam sejarahnya perang atau penggunaan kekuatan (force) dalam bentuk perang sebagai bentuk mengejar atau mencapai kepentingan nasional telah berakhir eranya seiring dengan tidak berlakunya prinsip yang telah lama disepakati dari seorang ahli perang mahsyur Carl Von Clauswitz 150 tahun yang lalu dalam penggunaan militer dalam bentuk perang. 23 Asumsi yang juga diamini oleh Jomini, Mahan, Douhet yaitu efektivitas penggunaan pasukan dan menyerang musuh di titik terlemah dengan kekuatan penuh tidak relevan lagi menurut Slantchev seiring perkembangan tekonologi, informasi dan komunikasi. Namun, dalam pelaksanaannya, penggunaan kekerasan tidak ditolak oleh asumsi Slantchev dimana menurut Slantchev diplomasi merupakan kegiatan negosiasi dan cenderung yang halus (benign) maka penggunaan kekuatan (force) dibagi menjadi dua oleh Slantchev yaitu brute force (secara langsung atau brutal) dan Coercive use of force (menggunaakn kemampuan untuk menghukum atau mengancam tanpa serangan langsung) dimana ilustrasi dalam pendefinisian ini sebagai berikut: Seorang kakak kelas yang bandel dan nakal terkenal kuat dan punya pengaruh mengancam dan memaksa seorang adik kelas untuk menyerahkan uang jajannya dengan tindakan kekerasan (brute force). Pada keesokan harinya, kakak kelas tersebut (yang memilki postur tubuh lebih besar dan menyeramkan) meminta uang jajan adik kelas tersebut tanpa tindakan kekerasan akan diberikan uang jajan adik kelas tersebut (Coercive use of Force). 24 Ilustrasi tersebut merupakan taktik yang digunakan pemimpin besar kerajaan Mongolia, Jenghis Khan, dalam memperluas kekuasaannya dimana dalam satu kesempatan Jenghis Khan melakukan brute force dalam penyerangan namun seiring kehebatannya yang telah terkenal Jenghis Khan cukup menunjukkan puluhan ribu pasukannya di hadapan musuhnya maka Jenghis Khan memperoleh kekuasaan dan pengaruh. Kondisi tersebut berlaku dengan syarat bahwa pihak lawan mengakui dan menentukan sikap terkait penggunaan kekuatan (force) oleh pihak lainnya dan yang paling penting terkait hubungan internasional, sikap tersebut (coercive diplomacy) mendapat dukungan internasional. 23 Branislav L. Slantchev.National Security Strategy: The Diplomacy of Strategic Coercion. Department of Political Science, University of California Hlm Ibid, Hlm 58 9

10 Sejak berakhirnya perang dunia II, pola diplomasi kekerasan (coercive diplomacy) secara umum diberikan kepada negara-negara non-demokratis. Dalam tatanan dunia yang mendorong diplomasi dengan hegemoni nilai-nilai demokrasi, sanksi, embargo dan ancaman menjadi pola baru dalam diplomasi. Hal ini (coercive diplomacy) dibuktikan dengan berbagai kejadian seperti yang dialami Libya dimana pemerintah Qaddafi yang anti-barat juga menjalankan pemertintahan non-demokratis yang membuat negara seperti Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata, namun Libya di bawah kepemimpinan Qaddafi tidak bergeming karena faktor berlimpahnya kekayaan alam berupa pengolahan minyak bumi (petroleum) yang menyebabkan Libya tidak terlalu mendapatkan dampak negatif dari sanksisanksi internasional. Sanksi tersebut juga sebagai akibat sikap agresif Libya di bawah kepemimpinan Qaddafi dimana kerap dicurigai membiayai kelompok-kelompok (oleh Amerika Serikat dan sekutu yang melancarkan propaganda war on terror ) terorisme di berbagai wilayah sepreti di Irlandia, Filipina dan negara-negara Afrika dan Timur Tengah lainnya, hal tersebut tidak hanya kecurigaan namun dapat dilihat dari sikap Qaddafi dalam forum internasional yang terang-terangan menunjukkan sikap anti-barat. 10

11 II.PEMBAHASAN 2.1 KONFLIK INTERNAL LIBYA Dalam mengkaji konflik internal di Libya, setelah penulis memaparkan dalam kerangka pemikiran terkait urgensi analisa internal negara dalam hubungan internasional, maka dalam melihat kasus di Libya ini penulis melihat penyebab terjadi pergolakan dan protes oleh rakyat terhadap pemerintah libya adalah sikap abai dan tidak empati terhadap kondisi rakyat (grass root). Jika kita menggunakan penyebab konflik internal oleh Edward Azar dalam bukunya The management of Protracted Social Conflict: Theory and Cases dimana menurut Azar ada 4 pra-kondisi yang menjadi pemicu konflik internal, yaitu: 25 Pertama, hubungan yang tidak harmonis antara kelompok identitas seperti suku, agama dan budaya dengan pemerintah. Pemerintah cenderung tidak mengakui eksistensi kelompok identitas tersebut dan bahkan berusaha mengeliminasinya demi kepentingan dan keutuhan negara. Akibatnya, terjadi pertentangan terhadap kelompok identitas tertentu dan mendorong para anggotanya untuk melakukan perlawanan terhadap negara. Kedua, konflik juga dikaitkan dengan kenyataan bahwa pemerintah telah gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sehingga terjadi proses kemiskinan. Proses secara ekonomi telah menciptakan kemiskinan sementara kekuatan ekonomi dan politik dari pusat menikmati surplus ekonomi sebagai hasil eksploitasi SDA di daerah-daerah yang dilanda konflik. Ketiga, sebab konflik internal berkaitan dengan karakteristik pemerintahan yang otoriter dan mengabaikan aspirasi politik dari masyarakat. Dalam hal ini pemerintah pusat menyakini asumsi bahwa kekuasaan yang terpusat (sentral) menjamin kontrol yang efektif atas masyarakat. Bahkan kekuatan militer digunakan terhadap setiap bentuk protes atau perlawanan terhadap pemerintahan yang otoriter. Pemerintah daerah juga tidak dapat berfungsi sebagai alat perjuangan kepentingan masyarakat daerah dikarenakan elit-elit daerah ikut menikmati eksploitasi SDA. Keempat, konflik internal dikaitkan dengan International Linkages, yaitu sistem ketergantungan yang terjadi antara negara dengan sistem ekonomi global dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih memihak kekuatan modal asing daripada kepentingan penduduk lokal. Misalnya, dalam rangka melindungi 25 Yulius P. Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal

12 kepentingan investor asing pemerintah rela menindas rakyatnya sendiri dan mengabaikan hak-hak dasar mereka sebagai manusia. 26 Dari paparan di atas, pemerintahan Libya yang diprotes oleh rakyatnya dalam fenomena Arab Spring memenuhi seluruh syarat terjadinya konflik internal dalam sebuah negara. Dalam konflik internal pemerintah Libya dibawah pimpinan Qaddafi melakukan berbagai upaya pelanggaran HAM terhadap rakyat sipil yang mencoba mengkritik pemerintah bahkan memenjarakan individu-individu yang mengkritisi pemerintah atau lawan politik tanpa proses hukum dengan dalih mengancam stabilitas keamanan dalam negeri. Pemerintah Libya tidak dapat mendistribusikan kekayaan negara kepada rakyat sipil sehingga kemampuan finansial negara yang kuat tapi pembangunan tidak merata dan kemiskinan masih menjadi permasalahan dan jarak (gap) antara kaya dan miskin yang lebar. 2.2 Coercive Diplomacy di Libya Dalam pelaksanaan diplomasi kekerasan oleh Amerika Serikat di Libya menggunakan dalih human intervention. Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden Barack Obama telah menyusun strategi sedemikian rupa; menggunakan kekuatan militer sebagai last resort, strategi militer dengan prospek yang bagus, menggunakan cara-cara dan alat-alat yang proporsional, berkoalisi dengan pihak yang lebih luas dan mendapat legitimasi dari DK PBB. 27 Hasilnya cukup memuaskan bagi Amerika Serikat, yaitu tujuan jangka pendek untuk menghentikan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Muammar Qaddafi dan tujuan jangka panjangnya untuk melengserkan Qaddafi dari kepemimpinan di Libya; keduanya tercapai. Kebijakan humanitarian intervention yang dilakukan oleh Amerika Serikat dilaksanakan tanpa menghabiskan biaya yang banyak, tanpa tentara Amerika Serikat terjun langsung ke Libya dan tanpa korban jiwa dari pihak Amerika Serikat. Amerika Serikat beranggapan bila humanitarian intervention yang didasarkan pada Responsibility to Protect (RtoP). ini tidak dilaksanakan maka kejahatan-kejahatan Qaddafi akan terus berlangsung di Libya. Pemerintahan Obama sendiri sangat menekankan dan mendorong RtoP sebagai norma global yang vital. Sebagai tindak lanjut berikutnya, pemerintahan Obama mengeluarkan Presidential Study Directive on Mass Atrocities (PSD- 26 Aleksius Jemadu. Analisa Konflik Internal dari Perspektif Hubungan internasional Dalam (editor)yulius P. Hermawan. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta:Graha Ilmu S. Patrick, Libya and the Future of Humanitarian intervention (online), < diakses tanggal 12 mei

13 10). PSD-10 mendefinisikan mass atrocities sebagai inti kepentingan akan keamanan nasional dan inti tanggung jawab moral dari Amerika Serikat. 28 PSD-10 ini mencakup beberapa tindakan dalam menghadapi mass atrocities seperti diplomasi preventif, sanksi ekonomi dan finansial, embargo senjata dan tindakan pemaksaan. 29 Menurut Noam Chomsky, resolusi DK PBB 1973 oleh Amerika Serikat (dan Inggris, Perancis) sebagai izin untuk berpartisipasi langsung untuk memihak pihak pemberontak dalam pertempuran di Libya. 30 Sehingga penggunaan kekerasan tersebut merupakan langkah strategis sesuai dengan pemaparan penulis terkait penggunaan kekerasan dalam kerangka pemikiran dimana Amerika Serikat dengan menggunakan kemampuan bargaining dan posisi strategis dalam DK PBB mengajak NATO untuk mengintervensi Libya dengan asumsi sesuai ilustrasi penulis bahwa Amerika Serikat (bersama NATO dengan sekutu lainnya) adalah "kakak kelas dan Libya adalah adik kelas. Amerika Serikat dan NATO sebagai pemenang pasca perang dingin yang secara otomatis menjadikan mereka kakak kelas karena kemampuan kekuatan (force) telah terbukti. Dalam ilustrasi ini, Amerika Serikat melakukan brute force agar Qaddafi dengan pemerintahan Libya sebagai adik kelas takut dan terbukti dengan tumbangnya rezim Qaddafi. Sebagai tindakan nyata, Amerika Serikat bergabung dalam koalisinya yang tergabung dalam NATO dengan mengarahkan pangkalan militer dan udaranya ke wilayah Libya. Bombardir 110 rudal dari pasukan udara bersama dengan pasukan udara Amerika serikat dan Inggris dalam operasi yang bernama Operation Odyssey Dawn. 31 Amerika Serikat melalui presidennya, Barrack Obama, memerintahkan aksi militer terbatas dengan landasan resolusi PBB no Upaya diplomasi kekerasan ini dilakukan untuk mencegah rezim Libya menggunakan pasukan terhadap rakyatnya sendiri. Namun Amerika Serikat selanjutnya tidak menerjunkan pasukannya di darat karena pertimbangan dalam negerinya. Diplomasi kekerasan yang dilaksanakan Amerika Serikat terhadap Libya menunjukkan sikap Amerika Serikat yang bersebrangan dengan Libya selama ini dalam tatanan internasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap Libya yang kerap menentang berbagai kebijakan Amerika Serikat dan pihak barat khususnya dalam isu-isu yang menyudutkan islam dan isu nukir serta senjata pemusnah massal. Dengan diplomasi kekerasan ini maka tujuan 28 Ibid. 29 Ibid. 30 Noam Chomsky. On Libya and the Unfolding Crises (online), 30 Maret 2011, < diakses 13 mei Diakses dari Kompas.com. 110 Rudal Tomahawk Ditembakkan ke Libya. Pada tanggal 3 september

14 Amerika Serikat dalam merubah kebijakan negara Libya (yang secara tidak langsung juga merubah sistem pemerintahan Libya) tercapai sesuai dengan asumsi tujuan penggunaan diplomasi kekerasan dalam kerangka pemikiran penulis yaitu penggunaan diplomasi kekerasan dalam pelaksanaannya di tatantan internasional dimana diplomasi kekerasan adalah sebuah upaya oleh suatu pihak terhadap pihak lainnya dengan penggunaan kekuatan (force) agar merubah sikap sesuai keinginan dari pengguna kekuatan yang memaksa pihak yang ditekan. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyatakan peristiwa di Libya yang berujung pada kematian Qaddafi membuktikan bahwa pemerintahan tangan besi pasti berakhir dengan merujuk seluruh negara-negara Arabyang rakyatnya memperjuangkan hak-hak mereka dalam fenomena Arab Spring. 32 Pergantian kepemimpinan yang diharapkan menjadi titik akhir penghentian rezim yang dianggap bertentangan dengan nilai kemanusiaan di Libya menjadi perhatian Obama dan diharapkan adanya perbaikan kepemimpinan dan tercapainya keinginan masyarakat Libya yang melakukan protes terhadap pemerintahnya dan secara langsung menyelesaikan konflik internal di negara Libya. III. KESIMPULAN Fenomena Arab Spring telah merubah tatanan negara-negara Timur Tengah khususnya dalam pola dan tatanan pemerintahan, tak terkecuali di Libya. Konflik Internal yang terjadi di Libya (dan menjadi corak umum Arab Spring) sebagai akibat dari sistem pemerintahan diktator dan abai terhadap kondisi rakyat sipil yang miskin dan diskriminasi terhadap kelompok tertentu khususnya gap antara rakyat yang kaya dan miskin. Kondisi tersebut diperparah dengan penyalahgunaan militer dalam mempertahankan hegemoni dan dinasti kepemimpinan. Perjuangan rakyat yang tidak dapat berbuat banyak karena tertekan dibawah pemerintah yang represif dan bersenjata lengkap sehingga adanya respon internasional terkait pelanggaran HAM yang terjadi mengiringi pergolakan di Timur Tengah. Amerika Serikat sebagai pionir perjuangan demokrasi dan HAM melakukan tindakan terkait kejadian di Timur Tengah dengan melakukan intervensi dengan memanfaatkan posisi di DK Perserikatan Bangsa-Bangsa. Intervensi yang diimplementasikan oleh Amerika Serikat bersama NATO tersebut menggunakan dalih humanitarian intervention yang secara eksplisit menerapkan Coercive diplomacy. Resolusi PBB menjadi tiket dalam intervensi Amerika Serikat, Coercive diplomacy yang selama ini dilakukan dalam bentuk embargo dan sanksi dianggap tidak cukup sehingga dalam memanfaatkan momentum fenomena Arab Spring 32 Dan Robinson. Diakses dari voaindonesia.com. Operasi di Libya, Ujian Utama Strategi Militer Presiden Obama. Diakses 12 Mei

15 Amerika Serikat ikut intervensi dan merubah sikap dari negara Libya yang kerap bersebrangan dalam tatanan internasional. Penggunaan kekuatan (force) berupa serangan terhadap akses militer pemerintah Libya yang bertindak represif terhadap rakyatnya menjadi alat Amerika Serikat dalam menjalankan coercive diplomacy. Tindakan Amerika Serikat ini dilakukan berlandaskan keanggotaannya dalam NATO juga DK PBB yang memiliki mandat ikut serta dalam konflik internal Libya berdasar resolusi DK PBB no

16 DAFTAR PUSTAKA Buku dan ebook Jemadu, Aleksius. Analisa Konflik Internal dari Perspektif Hubungan internasional (editor)yulius P. Hermawan. (2007). Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta:Graha Ilmu. Djelantik, Sukawarsini. (2008). Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Garah Ilmu. Jeong, Ho-Won. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage Publications:London. Jonsson, Christer dan Martin Hall.(2005).Essence of Diplomacy. New York:Palgrave Macmillan. Ramsbotham, Oliver, Tom Woodhouse dan Hugh Miall. (2011). Contemporary Conflict Resolution; Third Edition, Polity Press Cambridge:AS. Artikel Ohnisi, Ken. The intervention in Libya as coercive diplomacy: why didn t Gadaffi accept the international comunity s demand? (2011). The National Institute for Defense Studies News. August-september 2011 (issue 157). Moaddel, Mansoor. (2012). The Arab Spring and Egyptian Rovolutions Maker: Predictor of Participation. Population Studies Center:Amerika Serikat. Slantchev, Branislav L. (2008). National Security Strategy: The Diplomacy of Strategic Coercion. Department of Political Science, University of California. Jentleson, Bruce W. dan Christopher Whytock. (2011). Who won libya: The Force Diplomacy debate and its implications for theory and policy. Internet Azra, Azyumari.(2011). Anatomi krisi Libya, Yaman dan Bahrain. Kompas.com. man.bahrain. Chomsky, Noam. Libya and the Unfolding Crises, 30 Maret 2011, CIA. Ketut. Resolusi DK PBB1973. Diakses dari resolusi-dewan-keamanan-pbb-1973.html. Liputan6.com. Korban Tewas kerusuhan Libya capai 300 orang. OPEC. /XL/T33.HTM Patrick, S. Libya and the Future of Humanitarian intervention (online), 16

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat telah merdeka dari penjajahan, baik merdeka dengan berperang maupun merdeka

BAB I PENDAHULUAN. kuat telah merdeka dari penjajahan, baik merdeka dengan berperang maupun merdeka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang dunia kedua telah berakhir, setiap Negara yang dijajah oleh Negara yang kuat telah merdeka dari penjajahan, baik merdeka dengan berperang maupun merdeka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Perbedaan utama hukum internasional dan hukum nasional adalah pada hukum nasional ada kekuasaan/organ yang berwenang memaksa hukum dan memberi sanksi kalau terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah melalui bukti-bukti dari beberapa blue print, pidato dan peryataan-peryataan maupun penjelasan-penjelasan maka

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran penting dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Dalam menjalankan perannya tersebut, negara

Lebih terperinci

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini. Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME Disusun oleh Veny Tristiana 151090042 PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari BAB V KESIMPULAN Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari AS dan Israel. Kedua negara secara nyata mengajak negara anggota Non Blok untuk tidak hadir dalam agenda tersebut,

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH (RUSSIAN DIPLOMACY TO THWART THE PLAN OF SENDING PEACEKEEPING TROOP TO SYRIA) Oleh: ALI AL HASIMI M 070910101104

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN

BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN BAB I KEPENTINGAN INTERVENSI AMERIKA TERHADAP KONFLIK INTERNAL DI LIBYA TAHUN 2011 PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Penulis memilih judul tersebut karena ketertarikan penulis atas dinamika konflik

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011

JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011 JURNAL SKRIPSI KEWENANGAN DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK NON-INTERNASIONAL DI LIBYA TAHUN 2011 Disusun oleh: SCHERTIAN TONY HADINATA NDOLU NPM : 100510458 Program Studi : Ilmu Hukum Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi

Lebih terperinci

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Isi Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai entitas pengamat

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi pasca kudeta militer tahun 2013 yang berhasil menumbangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas

Lebih terperinci

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah.

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Boleh jadi mantan Presiden Mesir Husni Mubarak tertawa di dalam penjara. Penggantinya Muhammad Mursi tak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah terjadi atau mempunyai riwayat yang cukup panjang. Keamanan di wilayah Libanon

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

ETIKA PERANG. Oleh Dewi Triwahyuni

ETIKA PERANG. Oleh Dewi Triwahyuni ETIKA PERANG Oleh Dewi Triwahyuni 1 DOKTRIN IUS AD BELLUM (War as a Necessary Evil) Merupakan sebuah doktrin yang diciptakan sebagai prinsip-prinsip utama dalam berperang Dalam hal konflik bersenjata internasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

PERSAINGAN EKONOMI INDONESIA KEPERCAYAAN KONSUMEN TERTINGGI NOMOR 3 DI DUNIA INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN SEBESAR 115

PERSAINGAN EKONOMI INDONESIA KEPERCAYAAN KONSUMEN TERTINGGI NOMOR 3 DI DUNIA INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN SEBESAR 115 PERSAINGAN EKONOMI INDONESIA KEPERCAYAAN KONSUMEN TERTINGGI NOMOR 3 DI DUNIA INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN SEBESAR 115 SUMBER: www.indonesia-investments.com & www.m.tempo.co INDONESIA PERINGKATKEDUA DUNIA

Lebih terperinci

Hubungan Internasional (daring), 1 November 2013, <http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistemdemokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/>,

Hubungan Internasional (daring), 1 November 2013, <http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistemdemokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/>, BAB V PENUTUP Dalam pandangan konstruktivisme, kebijakan diplomasi fatwa antinuklir sebagai senjata pemusnah massal adalah hasil proses dialektis antara kondisi sentimen anti-islam pasca 11 September,

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada tahun 1991 Pecahnya Uni Soviet, banyak bagian bagian wilayah darinya membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai kawasan yang

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan pembinaan,sehingga anak tersebut bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tanpa beban pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci