BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain"

Transkripsi

1 54 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan semua temuan selama proses penelitian berikut pembahasannya terkait keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain itu, diuraikan peningkatan literasi sains siswa secara keseluruhan ditinjau dari semua aspek literasi sains maupun setiap aspek literasi sains tersebut (aspek konten, konteks, proses, dan sikap). Dari temuan dan pembahasan ini dilakukan upaya perbaikan story board dari multimedia pembelajaran ikatan kimia yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran Multimedia pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azmi (20). Materi dalam multimedia pembelajaran ini adalah ikatan kimia menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena. Namun, penelitian yang dilakukan baru sampai pada tahap uji kelayakan terhadap multimedia yang dikembangkan tersebut. Multimedia yang dikembangkan sudah valid jika dilihat dari aspek konten, dan berdasarkan hasil penelitian Azmi (20) secara umum ahli menilai baik terhadap

2 55 desain grafis dan antarmuka. Dari segi kemenarikan, interaktivitas, dan kesesuaian pun sudah dinilai baik. Ahli juga menilai baik terhadap unsur-unsur yang ditampilkan dalam multimedia ini, seperti tulisan, gambar, animasi, video, dan tombol navigasi. Selain tanggapan ahli, tanggapan guru kimia terhadap pembelajaran dalam multimedia dan kemenarikannya termasuk kategori baik. Penilaian dari siswa sendiri mendapat tanggapan yang positif untuk aspek tampilan, konten dan konteks, kejelasan video, dan kemenarikan multimedia dengan hasil kategori baik. Karena proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan multimedia, maka perangkat komputer menjadi hal yang harus ada di kelas. Oleh karena itu, sebelum proses pembelajaran berlangsung dilakukan survey ke laboratorium komputer di sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. Diketahui terdapat 8 perangkat komputer, tetapi hanya 2 perangkat yang dapat digunakan. Kekurangan jumlah perangkat komputer ini ditanggulangi dengan menggunakan tambahan laptop peneliti dan observer, juga sebuah laptop dari sekolah tempat dilaksanakan penelitian. Total siswa yang mengikuti pembelajaran berjumlah 30 siswa. Hanya saja yang mengikuti seluruh tahapan pembelajaran adalah berjumlah 20 siswa, dengan rincian : siswa tidak mengikuti pretest, 2 siswa tidak mengikuti pertemuan pertama, 4 siswa tidak mengikuti pertemuan kedua, 3 siswa tidak mengikuti postest. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan langkahlangkah yang tercantum dalam RPP. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dan diadaptasi dari proyek Chemie im Context atau

3 56 ChiK (Netwig et al., 2002) yang disesuaikan dengan kriteria pembelajaran berbasis literasi sains (Holbrook, 998) yang terdiri atas:. tahap kontak (contact phase), 2. tahap kuriositi (curiosity phase), 3. tahap elaborasi (elaboration phase), 4. tahap pengambilan keputusan (decision making phase), dan 5. tahap nexus (nexus phase) Adapun khusus untuk tahapan penilaian hanya dilakukan posttest dan pengisian angket, sehingga pembelajaran dengan multimedia hanya dilaksanakan pada tahap nexus. Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis literasi sains tersebut sudah dikemas dan dikembangkan dalam multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika siswa secara sistematis menggunakan multimedia ini dengan baik, dapat dipastikan mereka sudah mengalami tahapan-tahapan pembelajaran literasi sains. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penugasan dalam menggunakan multimedia pembelajaran, artinya siswa dituntut belajar mandiri dalam mempelajari sajian materi dalam multimedia pembelajaran ikatan kimia ini. Peran pengajar sendiri yaitu mengelola suasana belajar mengajar dalam kelas dalam mencapai tujuan atau keterlaksanaan dari tahapan-tahapan pembelajaran tersebut. Pengajar juga berperan sebagai pelaksana pembelajaran dan sebagai pihak yang

4 57 memberi motivasi dan mendisiplinkan peserta didik. Berikut ini uraian mengenai tahapan pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.. Tahap Kontak (Contact Phase) Proses pembelajaran pertama, sesuai dengan tahapan-tahapan literasi sains adalah tahap kontak. Sebelum proses pembelajaran dimulai, pada pertemuan sebelumnya dilakukan pretest terlebih dulu untuk mengetahui kemampuan awal literasi sains siswa pada materi ikatan kimia. Keterlakasanaan tahap kontak ini dapat dilihat pada Tabel 4.. Aktivitas Siswa Siswa membaca halaman pertama serta judul dari multimedia pembelajaran ikatan kimia Siswa membaca penjelasan mengenai nano partikel dan mengamati tayangan video nano partikel Siswa menuliskan ringkasan dari tayangan video dan penjelasan nano partikel Tabel 4. Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kontak Deskripsi Observasi Jumlah Siswa Siswa membaca dengan serius 6 Siswa membaca tetapi dengan bercanda dan mengobrol dengan teman di dekatnya Siswa membaca dan mengamati tayangan video penjelasan nano partikel dengan baik Siswa hanya membaca penjelasan nano partikel dan tidak mengamati tayangan video Ragu-ragu untuk menjalankan video, butuh waktu lama untuk menjalankannya Mengulang-ulang tayangan video Siswa menulis ringkasan dari multimedia pembelajaran Siswa menulis catatan dari arahan pengajar, bukan dari multimedia pembelajaran Siswa tidak menulis ringkasan Persentase 80 % 20 % 6 0 % 20 % 60 % 0 % 30 % Meski dengan tindakan yang berbeda-beda, semua siswa melakukan tahapan kontak dengan baik. Hanya ada satu siswa yang hanya membaca penjelasan tentang

5 58 nano partikel dan tidak mengamati tayangan videonya. Dalam halaman tersebut, video memang hanya sebagai tayangan ilustrasi penjelasan dari teks tentang nano partikel, sehingga walaupun siswa tidak mengamati tayangan video yang ada tetapi dia dapat benar-benar memahami materi dari teks penjelasan nano partikel. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena semua keterangannya sudah ada di teks. Dalam tahap ini halaman web yang muncul dalam multimedia adalah sebagai berikut: Gambar 4. Halaman Pertama : Judul Multimedia Pembelajaran

6 59 Gambar 4.2 Halaman Teks dan Video Penjelasan yentang Nano Partikel Dalam tahap kontak, siswa dikenalkan atau pun diingatkan terkait isu teknologi nano yang semakin marak digunakan dalam berbagai produk komersil berbasis teknologi. Setelah dikenalkan isu nano teknologi, kemudian siswa dikenalkan dengan salah satu material nano yang sedang marak dikembangkan karena berbagai kelebihannya, yaitu grafena. Berdasarkan observasi, terdapat enam siswa yang tidak menuliskan ringkasan dari materi yang disajikan dalam multimedia karena dirasa sudah cukup memahami bahasan tersebut. Selain itu, terdapat dua siswa yang mencatat bukan dari multimedia pembelajaran, tetapi dari arahan yang diberikan pengajar. Dalam hal ini pengajar memberikan arahan sebagai berikut: Silakan kalian baca, perhatikan, dan pahami semua bacaaan atau pun animasi yang ada dalam multimedia pembelajaran yang digunakan. Bila ada kesulitan, silakan acungkan

7 60 tangan dan tanyakan kepada saya. Kedua siswa ini merasa bahwa arahan tersebut harus diingat agar bisa maksimal dalam mengikuti pembelajaran dengan multimedia ini. Selebihnya dengan baik menulis ringkasan materi yang mereka anggap penting. Dari data di atas, rata-rata keterlaksanaan pada tahap kontak ini adalah sebesar 97, (Lampiran C.). Berdasarkan kriteria keterlaksanaan menurut Panggabean (996), rata-rata tersebut termasuk kategori baik sekali. 2. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase) Setelah dikenalkan tentang teknologi nano, dalam tahap kontak juga dikenalkan salah satu material nano yang sedang marak dikembangkan karena berbagai kelebihannya, yaitu grafena. Dalam tahap kuriositi ini, siswa diberikan permasalahan berupa pertanyaan yang dapat membangkitkan kuriositi atau keingintahuan siswa. Pertanyaan yang diberikan yaitu Apakah grafena akan berpengaruh besar dalam perkembangan teknologi di masa depan, khususnya di bidang elektronik?. Pertanyaan tersebut diajukan agar siswa merasa memerlukan pengetahuan kimia yang dapat diperoleh dari pembelajaran. Tampilan multimedia untuk tahapan ini ditunjukkan pada Gambar 4.3.

8 6 Gambar 4.3 Tampilan Multimedia pada Tahap Kuriositi Keterlakasanaan tahap kuriositi dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kuriositi Aktivitas Siswa Siswa membaca pertanyaan kuriositi Deskripsi Observasi Siswa membaca pertanyaan kuriositi dengan baik Siswa hanya membaca sepintas pertanyaan kuriositi Jumlah Siswa 9 Persentase 9 Meskipun sebelumnya dipertimbangkan bahwa semua siswa akan membaca pertanyaan kuriositi, karena memang masih terletak pada halaman yang sama dengan tahap kontak, pengajar tetap membacakan kembali pertanyaan kuriositi tersebut agar rasa ingin tau dari setiap siswa benar-benar terpancing. Keterlaksanaan tahap kuriositi

9 A 62 tergolong baik sekali karena semua siswa membacanya, sehingga rata-rata keterlaksanannya adalah 00 % (Lampiran C.). 3. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase) Tahap elaborasi ini dapat disebut sebagai tahap pemaparan materi kimia yang akan didapat oleh setiap siswa. Pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab. Multimedia pembelajaran yang ada digunakan untuk proses eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep. Siswa secara mandiri menjalankan program dengan tetap diberikan panduan oleh pengajar. Multimedia pembelajaran yang ditampilkan dalam tahap ini adalah mengeksplorasi konsep ikatan kovalen, ikatan ion, ikatan logam, gaya Van der Waals, hibridisasi, dan sifat fisis senyawa kovalen. Beberapa tampilan pada halaman multimedia untuk tahapan elaborasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.4. a Gambar 4.4 Beberapa Tampilan Multimedia untuk Tahap Elaborasi b

10 63 Halaman-halaman yang ditampilkan bukan sebatas materi kimianya saja. Materi kimia berada pada link-link tertentu dari suatu bahasan tentang grafena. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat mengeksplorasi semua hal terkait grafena, baru kemudian dari hal-hal tersebut dihubungkan untuk membangun dan memantapkan konsep materi ikatan kimia pada setiap siswa. Misalnya, dalam tahap pembuatan grafena secara industri, di situ terdapat bahan CaO yang merupakan senyawa ion. Dari CaO itu dibuat link untuk membahas seperti apa pembentukan ikatan ion. Contoh lainnya adalah material hidrazin yang merupakan senyawa kovalen ikatan tunggal dan SiO 2 yang merupakan senyawa kovalen ikatan rangkap dua. Kedua zat tersebut dibuat link ke halaman lain untuk menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan rangkap dua, begitu pun logam Na yang dibuat link untuk menjelaskan ikatan logam. pembelajaran. Berikut ini tabel yang berisi keterlakasanaan tahap elaborasi dalam Aktivitas Siswa Ikatan Kovalen Siswa mengamati video, gambar, atau pun penjelasan tentang grafena Tabel 4.3 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Elaborasi Jumlah Deskripsi Observasi Siswa Siswa mengamati, membaca, dan menulis ringkasan Siswa hanya mengamati dan membaca, tanpa menulis ringkasan Siswa sibuk membuat ringkasan materi dan 7 2 Persentase 8 0 %

11 64 Aktivitas Siswa Siswa mengklik link karbon, untuk membuka dan membaca halaman kecenderungan atom karbon dalam membentuk ikatan kovalen Siswa mulai mengamati gambar, ataupun penjelasan tentang pembuatan grafena skala industri Siswa mengklik link hidrazin, untuk mengetahui bagaimana ikatan kovalen terbentuk Siswa mendengarkan penjelasan tentang sifat dan bahaya dari hidrazin, juga tentang cara safety penggunaan hidrazin dalam praktikum Siswa mengklik link ikatan kovalen rangkap dua, untuk mengetahui bagaimana ikatan kovalen rangkap dua terbentuk (SiO 2 ) Deskripsi Observasi tidak fokus memperhatikan gambar Siswa mengamati, membaca, dan menulis ringkasan Siswa hanya mengamati dan membaca, tanpa menulis ringkasan Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan tetapi banyak mengobrol Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan tetapi terilihat mengantuk Siswa mengamati media tanpa menulis ringkasan Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan Siswa hanya mengamati media tanpa menulis ringkasan Siswa hanya memahami penjelasan Siswa memahami penjelasan dan menulis ringkasan Siswa menulis ringkasan tetapi mengantuk Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan Siswa hanya mengamati media tanpa menulis ringkasan Siswa banyak mengobrol Siswa tidak fokus membaca Jumlah Siswa Persentase 90 % 0 % 80 % 0 % % 0 %

12 65 Aktivitas Siswa Siswa mendengarkan penjelasan tentang bahaya dari silikon dan dampaknya bila diaplikasikan dalam kehidupan secara tidak tepat Ikatan Ion Siswa mengklik link CaO, untuk mengetahui bagaimana ikatan ion terbentuk Ikatan logam Siswa mengklik link Logam Natrium (Na), untuk mengetahui bagaimana ikatan logam terbentuk, dan dampaknya Gaya Van der Waals Siswa mengamati video, gambar, ataupun penjelasan tentang cara memperoleh grafena secara sederhana Siswa mengklik link grafit, untuk mengetahui bagaimana struktur grafit Siswa mengklik link gaya van der Waals, untuk mengetahui apa itu gaya van der waals Deskripsi Observasi Siswa mendengarkan dan mencoba memahami penjelasan Siswa tidak memperhatikan penjelasan Siswa memahami materi dan menulis ringkasan Siswa memahami materi tanpa menulis ringkasan Siswa hanya membaca materi Siswa memahami materi dan menulis ringkasan Siswa memahami materi dan menulis ringkasan tetapi mengobrol Siswa memahami materi tanpa menulis ringkasan Siswa membaca tetapi mengantuk Mengulang-ulang video / mengamati video dengan teliti Mengulang-ulang video / mengamati video dengan teliti dan meringkas Siswa menjelaskan proses cara memperoleh grafena secara sederhana di kelas Siswa membuat ringkasan materi Siswa hanya mengamati tampilan media Siswa hanya membaca materi Siswa membaca materi tetapi tidak fokus Siswa memahami materi dan berdiskusi dengan temannya Siswa membaca materi dan meringkas Siswa hanya membaca materi Siswa membaca materi dan meringkas Siswa membaca materi tetapi tidak fokus Siswa membaca materi tetapi mengobrol Siswa mengantuk Jumlah Siswa Persentase 9 50 % 0 % 40 % % 20 % 0 % 6 20 % 6

13 66 Aktivitas Siswa Hibridisasi Siswa mengklik link hibridisasi, untuk mengetahui apa dan bagaimana hibridisasi terbentuk Sifat Fisis Senyawa Siswa mengamati gambar ataupun penjelasan tentang sifat dari grafena Deskripsi Observasi Siswa hanya membaca materi Siswa membaca materi tetapi sering memainkan handpone Siswa tidak membuka link hibridisasi Siswa hanya membaca materi Siswa membaca materi dan meringkas Siswa membaca materi tetapi sering memainkan handpone Siswa membaca materi tetapi dengan mengobrol Siswa tidak konsentrasi, mengantuk dan terus menunduk Siswa mengantuk, tetapi membuat ringkasan materi Siswa berdiskusi dengan teman Materi Pengayaan : Aplikasi Grafena Siswa mengamati Siswa hanya membaca materi video, gambar, ataupun penjelasan Siswa antusias/serius mengamati video tentang aplikasi dari grafena Siswa membuka Siswa hanya membaca materi link tentang Siswa membaca materi dan meringkas aplikasi grafena Siswa berpindah tempat duduk untuk sebagai transistor menghindari rasa kantuk dan ultrakapasitor Siswa selalu menghadap ke samping dan sesekali menghadap ke belakang Jumlah Siswa Persentase 8 0 % 30 % 40 % 0 % 50 % 50% 8 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat berbagai aktivitas siswa dalam melewati tahap elaborasi. Beberapa siswa membuat ringkasan yang mereka anggap penting pada setiap topik yang ditampilkan melalui multimedia pembelajaran. Namun, beberapa siswa nampak terlalu lama dalam membuat ringkasan materi, hampir semua

14 67 penjelasan dalam multimedia tersebut ditulis kembali. Hal ini sering membuat mereka ketinggalan dalam mengikuti setiap tahapan-tahapan di tahap elaborasi ini. Dalam beberapa tahap, ada juga siswa yang terlihat mengantuk dan tidak fokus. Dari segi multimedia, terdapat lebih banyak teks penjelasan daripada animasi atau pun video, sedangkan pembelajarannya sendiri menekankan siswa untuk belajar mandiri dengan multimedia yang digunakan, sehingga memungkinkan untuk siswa menjadi tidak fokus atau mengantuk. Meski demikian, dalam setiap akhir bagian sub materi pengajar juga kembali menanyakan kepada siswa terkait materi pokok bahasan sub materi yang dibaca dan dipahami siswa. Dalam hal ini siswa diharapkan sudah bisa memahami pokok bahasan tersebut secara mandiri, tetapi penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa yang didapat, sehingga bila terdapat pemahaman yang kurang tepat dari siswa, dapat diluruskan oleh pengajar. Pada proses ini, siswa juga diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan di setiap akhir tahapan mempelajari sub materi. Pada sub materi awal, yaitu ikatan kovalen dan ikatan ion nampak siswa belum berani dan nampak ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan, sehingga tidak banyak pertanyaan yang muncul. Pertanyaan justru banyak diajukan di sub materi pengayaan, yaitu aplikasi grafena. Pada sub materi tersebut siswa nampak antusias sejak bagian awal materi karena memang disajikan video yeng cukup menarik tentang gambaran dari aplikasi grafena pada masa depan. Dalam video tersebut, grafena dapat dijadikan sebagai suatu material yang digunakan untuk membuat gadget yang super tipis dan multifungsi.

15 68 Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada tahap elaborasi: a) Mengapa grafena bisa menghantarkan listrik, padahal bukan logam? b) Apa yang dimaksud dengan distribusi ikatan phi? c) Lembaran-lembaran tipis grafena itu kan ada dalam pensil, bisa tidak grafit atau pun grafena dibuat menjadi tinta ballpoint? d) Karena grafena sangat baik untuk mentransfer panas, bisa tidak dimanfaatkan menjadi panci? Sehingga dapat mempercepat proses perebusan? e) Jika diaplikasikan seperti yang ada dalam video, kemudian gadget tersebut kena air, akan rusak atau tidak? Beberapa pertanyaan tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi dikembalikan kepada siswa untuk menjawab. Hal ini dilakukan supaya terbentuk komunikasi timbal-balik antara guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Munir (2008) yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik. Proses tersebut bukan hanya melalui pemberian informasi dari guru kepada peserta didik tanpa mengembangkan gagasan kreatif peserta didik, melainkan melalui komunikasi timbal-balik antara guru dengan peserta didik sehingga suasana kelas menjadi interaktif. Pola komunikasi yang terjadi pada proses diskusi ketika pembelajaran berlangsung ditunjukkan pada Gambar 4.5.

16 69 Pengajar Peserta Didik Peserta Didik Peserta Didik Gambar 4.5. Pola Komunikasi Banyak Arah Kesimpulan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa adalah: a) Pada pertanyaan ini siswa ditanya oleh guru mengenai hal yang menyebabkan suatu benda dapat menghantarkan listrik, sampai siswa menjawab adanya elektron yang dapat bergerak bebas. Dari situ siswa mulai paham bahwa suatu zat dapat menghantarkan listrik tidak hanya karena zat tersebut merupakan logam, tetapi asalkan zat tersebut memiliki elektron yang dapat bergerak bebas. Begitu juga dengan grafena yang memiliki elektron bebas. b) Siswa dingingatkan kembali seperti apa struktur grafit dan bedanya dengan grafena. Setelah siswa ingat bahwa bentuk grafena adalah planar, dengan satu atom C yang mengikat 3 atom C lainnya. Kemudian siswa dituntun lagi supaya paham bahwa atom C memiliki 4 tangan. Setelah itu barulah siswa mulai dituntun bahwa satu tangan elektron itu tidak berikatan, dan ada pada orbital phi yang letaknya bisa di atas maupun di

17 70 bawah layer grafena. Seperti itulah distribusinya dalam lembaran tipis grafena. c) Sebelum siswa mengetahui jawabannya, pengajar mengingatkan kembali tentang fasa suatu zat, dengan mencontohkan air yang pada kondisi suhu dan tekanan ruang berwujud cair, dan dapat membeku pada suhu sekitar nol derajat Celcius (0 o C). Dalam kondisi (suhu dan tekanan) ruangan sendiri bagaimana fasa dari grafit? Dari pertanyaan ini siswa sudah mulai menemukan jawaban bahwa untuk menjadikan grafit sebagai tinta maka grafit harus berfasa cair, dan pada kondisi ruangan sangat sulit. Dengan demikian, harus didesain bentuk ballpoint yang dapat menjaga suhu dan tekanan tertentu agar fasa dari grafit bisa tetap cair. d) Dari pertanyaan ini sebenarnya siswa sudah paham bahwa peralatan seperti panci harus dapat menghantarkan panas dengan baik. Karena grafena sendiri adalah penghantar panas yang baik, maka tentu bisa dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan panci. Hanya saja siswa selanjutnya diingatkan oleh pengajar terkait biaya yang mungkin diperlukan untuk membuat panci jenis tersebut. e) Gadget itu sendiri merupakan salah satu piranti elektronik, banyak sekali komponen yang ada di dalamnya. Apabila sampai terjadi konslet, tentu dapat juga menyebabkan kerusakan.

18 7 Pada tahap elaborasi ini, keterlaksanaannya termasuk ke dalam kriteria sangat baik, dengan persentase rerata keseluruhan mencapai 99,7 % (lihat lampiran C.). 4. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making Phase) Tahap ini mengupayakan siswa untuk bersama-sama mengambil keputusan dari permasalahan di tahap kuriositi. Setelah sebelumnya siswa melewati tahap elaborasi, hasil dari tahap tersebutlah yang digunakan sebagai dasar pengetahuan siswa dalam membuat pengambilan keputusan. Siswa diingatkan kembali terkait pertanyaan kuriositi yang dimunculkan di tahap ini, yang juga akan menjadi bahan diskusi siswa, dimana pertanyaannya adalah: Setelah mengetahui beberapa sifat grafena, menurut kalian apakah grafena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di masa depan? Jelaskan mengapa! Lalu apa saja dampak (keuntungan dan kerugian) yang mungkin timbul bagi para pelaku industri, ilmuwan, dan bagi masyarakat? seperti gambar berikut.

19 72 Gambar 4.6. Tampilan pada Tahap Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan dilakukan bersama melalui proses diskusi yang dipandu oleh pengajar. Beberapa siswa langsung merespon terkait pernyataan kuriositi tersebut, dan yang lainnya aktif ketika diskusi mulai dilaksanakan. Proses diskusi sampai pada tahap pengambilan keputusan sendiri akan sangat berkaitan dengan konten atau materi yang didapatkan oleh siswa dan cara berfikir siswa. Keadaan diskusi seperti ini sangat diharapkan dalam proses pembelajaran karena siswa akan memperoleh pengalaman belajar, seperti yang dikemukakan oleh Munir (2008) bahwa pengalaman belajar menunjukkan kegiatan belajar yang perlu dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan objek dan atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan kemampuan dan materi pembelajaran. Berikut ini tabel yang menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran pada tahap pengambilan keputusan.

20 73 Tabel 4.4 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Pengambilan Keputusan Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah Siswa Persentase Siswa membaca Siswa hanya membaca pertanyaan kuriositi 7 8 pertanyaan pada awal kuriositi yang Siswa memberikan tanggapan dari 3 juga ditampilkan pertanyan kuriositi dihalaman aplikasi grafena Siswa berdiskusi Tidak aktif berdiskusi dalam memberikan 6 30 % bersama terkait keputusan bersama pertanyaan yang Memberikan pendapat dalam diskusi 2 0 % ditampikan, kemudian memberikan keputusan bersama terbuka Aktif berdikusi dalam kelompok kecil (dengan teman dekat meja) 2 60 % Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa siswa sudah memahami permasalahan yang menjadi bahan diskusi untuk diambil keputusannya secara bersama. Dapat dilihat karena semuanya sudah membaca ulang pertanyaan kuriositi di tahap pengambilan keputusan. Bahkan ada tiga orang yang langsung menanggapinya sendiri di depan medianya masing-masing. Tanggapan-tanggapan mereka yang dapat didokumentasikan oleh observer adalah: a) Kelebihannya jelas ada, dan nampaknya akan menjadi sangat bermanfaat untuk perkembangan masa depan b) Sangat sulit untuk mencari kelemahan dari grafena c) Yang jelas masyarakat akan menjadi sangat terbantu dengan aplikasi dari grafena

21 74 Tanggapan tersebut diutarakan langsung oleh siswa sendiri tetapi tidak diutarakan di kelas, karena memang pengajar sendiri belum mempersilakan siswa untuk memulai diskusi. Setelah siswa dipersilakan diskusi untuk mengambil keputusan bersama, nampak diskusi terlihat hidup, meski ada enam siswa yang tidak aktif berdiskusi. Tetapi meskipun tidak secara langsung aktif terlibat, enam siswa ini mengikuti diskusi dengan baik dan tetap memperhatikan sampai diperolah keputusan bersama. Semua siswa setuju bahwa grafena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di masa depan, dan akan banyak dampak positif dari grafena ini. Beberapa siswa mengungkapkan dampak positif dari aplikasi grafena adalah akan menjadikan berbagai piranti elektronika menjadi lebih baik. Sedangkan ketika ditanya kekurangan dari grafena, hampir tidak ada satu pun siswa menjawab. Namun seteleh diberikan beberapa clue dari pengajar, seperti: Sebesar apa ukuran grafena? Bagaimana cara membuat peralatan dengan material ukuran grafena? Bagaimana dengan biayanya? Barulah siswa mulai mengacungkan tangan dan mengutarakan kelemahan-kelemahan dari grafena. Berikut kelemahan-kelemahan dari grafena yang dipikirkan siswa: a) Tidak semua orang bisa memperbaiki peralatan yang menggunakan grafena, karena selain ukurannya nano yang pastinya tidak semua orang punya alat untuk memperbaiki, juga hanya orang yang berpendidikan tinggi yang dapat melakukannya.

22 75 b) Biaya untuk membuat material nano akan sangat mahal, sehingga piranti atau gadget-nya juga akan sangat mahal harganya, sehingga tidak semua orang dapat memilikinya. c) Peralatan yang berukuran nano bila hilang akan sangat sulit dicari karena sangat kecil ukurannya. d) Kalau diingat dari bagaimana cara mendapatkan grafena itu terdapat berbagai zat kimia yang berbahaya, sehingga akan membahayakan juga untuk para penelitinya. Ketika siswa hanya diam dalam mengungkapkan kekurangan dari grafena, pengajar lantas tidak langsung memberi tahu apa saja kekurangannya, tetapi memberikan beberapa clue yang dapat membuka pemikiran siswa agar siswa bisa bereksplorasi dan berinquiri sendiri untuk menemukannya secara mandiri. Hal ini dimaksudakan agar siswa terbiasa untuk bereksplorasi dan berinquiri ketika melihat suatu fenomena atau pun permasalahan yang dialami. Keterlaksanaan tahapan pengambilan keputusan ini tergolong baik dengan persentase rerata keseluruhan sebesar 8 (Lampiran C.). 5. Tahap Nexus (Nexus Phase) Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari, kemudian mengaplikasikannya pada konteks yang lain (rekontekstualisasi), artinya masalah yang sama diberikan dalam konteks yang

23 76 berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya (Nentwig et al., 2002). Proses pengambilan intisari (konsep dasar) dibimbing oleh guru dengan cara menuntun siswa dengan pertanyan-pertanyaan yang mengingatkan siswa terkait materi yeng telah didapatkan di tahap-tahap sebelumnya. Untuk rekontekstualisasi konsep ikatan kimia dalam konteks lain, yaitu bentuk lembaran grafena yang digulung menjadi CNT (Carbone Nano Tube) dan baju perang berbahan material nano yang disebut tentara nanoteknologi (nanotechnology soldier). Tampilan multimedia untuk tahapan ini ditunjukkan pada Gambar Gambar 4.7. Tampilan Multimedia pada Tahap Nexus Tahap ini dilakukan agar pengetahuan yang diperoleh lebih aplikatif dan bermakna, tidak hanya di dalam konteks pembelajaran tetapi juga di luar konteks pembelajaran. Konsep-konsep tentang material nano grafena dan ikatan kimia yang sudah dipelajari diaplikasikan pada konteks yang lain. Khusus untuk tahap penilaian hanya dilakukan posttest dan pengisian angket. Tahap penilaian yang dikemas pada

24 77 multimedia dijadikan sebagai tahap nexus dalam rangka menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkannya. Berikut ini tabel yang berisi keterlaksanaan pembelajaran pada tahap nexus. Tabel 4.5 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Nexus Jumlah Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Siswa Siswa menentukan Siswa ikut menjawab pertanyaanpertanyaan pengajar yang 2 intisari (konsep dasar) dari materi yang membimbing ke penentuan konsep dipelajari dasar Siswa kurang aktif, sesekali saja mencoba menentukan konsep dasar Siswa aktif menjawab dan mencatat 3 hal-hal penting Siswa masuk pada evaluasi pada software pembelajaran ikatan kimia, kemudian mengerjakan soal-soal dalam software pembelajaran yang merupakan aplikasi pada konteks yang lain (rekontekstualisasi) Siswa hanya diam saja Siswa Kurang paham dengan pertanyaan Siswa banyak melihat jawaban teman Siswa berdiskusi dengan teman untuk menjawab pertanyaan Siswa menjawab pertanyaan dengan serius Persentase 60 % 20 % 4 3 Dalam tahap ini, siswa mengikuti dengan cukup baik untuk menentukan intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari. Beberapa siswa agak kesulitan dalam tahap rekontekstualisasi terkait material nano ini. Terdapat tiga siswa yang kurang paham terhadap soal rekontekstualisasi, tetapi setelah diberikan penjelasan oleh pengajar, ketiga siswa ini bisa kembali mengerjakan soal rekontekstualisai ini dengan baik. Dalam tahapan rekontekstualisai di pelaksanaan pembelajaran, soal ada dalam multimedia dan masih ada sangkut-pautnya dengan material nano. Sedangkan

25 78 dalam soal pretest dan posttest soal rekontekstualisasi menggunakan konteks di luar material nano untuk lebih mengetahui pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia yang ada pada konteks lain. Keterlakasanaan tahap nexus dalam pembelajaran tergolong kriteria baik sekali dengan rerata persentase secara keseluruhan sebesar 00% (Lampiran C.). Terkait pembelajaran yang dilakukan menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena, didapat data juga berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah pembelajaran Berikut ini tabel yang memperlihatkan tanggapan siswa untuk setiap kategori dalam pembelajaran. Tabel 4.6 Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran No Pernyataan Skor Keterangan Belajar kimia dengan material nano grafena sangat 3,4 Baik menyenangkan. 2 Belajar mengenai topik ikatan kimia penting karena 3,45 Baik sangat erat dengan kehidupan 3 Mengaitkan pembelajaran ikatan kimia dengan 3,5 Cukup Baik konteks grafena membantu mempercepat pemahaman 4 Belajar materi ikatan kimia melalui multimedia 3,4 Baik pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar 5 Multimedia pembelajaran ini membuat saya ingin 3,4 Baik tahu lebih banyak 6 Diskusi perlu dilakukan dalam pembelajaran 3,4 Baik Data ini memberikan temuan tambahan bahwa siswa merasa terbantu untuk mempelajari materi ikatan kimia menggunakan konteks nano material grafena ini.

26 79 Siswa menganggap belajar dengan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena ini menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih, menganggap materi ikatan kimia juga penting karena sangat erat kaitannya dengan kehidupan, meningkatkan motivasi, dan menyenangkan. Meskipun siswa dituntut untuk mandiri dalam memahami konsep dengan multimedia pembelajaran, namun siswa tetap menganggap bahwa diskusi itu perlu dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan proses pembelajaran yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Siswa berani untuk bertanya baik itu kepada guru atau kepada teman lainnya. Rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran dari seluruh tahapan pembelajaran literasi sains adalah 94,33 % (lihat lampiran C.). Dengan demikian, maka keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia dengan konteks sains dan teknologi nano material grafena termasuk ke dalam kriteria baik sekali. B. Peningkatan Literasi Sains Siswa Penguasaan literasi sains diukur dan ditafsirkan berdasarkan hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest. Data hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa selanjutnya dianalisis untuk melihat ada tidaknya peningkatan penguasaan literasi

27 80 sains siswa. Berikut ini akan diuraikan hasil dan pembahasan peningkatan penguasaan literasi sains siswa baik untuk semua aspek secara keseluruhan maupun untuk setiap aspek literasi sains (aspek konten, konteks, proses, dan sikap).. Peningkatan Semua Aspek Literasi Sains Siswa Dalam penelitian ini, soal pretest dan posttest dibuat sesuai panduan soal dari PISA, yaitu Take the Test Sample Questions from OECD s PISA Assessments, dimana aspek konten, konteks, dan proses menggunakan soal pilihan berganda sedangkan aspek sikap menggunakan skala sikap yang berbentuk angket. Untuk pretest dan posttest sendiri digunakan instrumen soal yang sama. Instrumen soal untuk mengukur aspek konten, konteks dan proses terdiri dari 3 dan untuk mengukur aspek sikap terdiri dari 2 soal (Lampiran A.3). Data hasil pretestt dan posttest (Lampiran C..) siswa secara keseluruhan selanjutnya dianalisis untuk melihat peningkatan literasi sains siswa. Hasil pengolahan data skor pretest dan posttest siswa aspek konten, konteks, dan proses dapat dilihat pada gambar 4.8.

28 ,5 63,08 46,4 0 pretest postest <g> Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Rerata Nilai Pretest, Posttest dan Peningkatan Penguasaan Aspek Konten, Konteks, dan Proses Berdasarkan gambar 4.8. di atas dapat terlihat bahwa pada pretest nilai ratarata secara keseluruhan adalah 3,5%. Berdasarkan tafsiran kemampuan penguasaan dari Arikunto (200) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa sebelum pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran tergolong kurang. Sedangkan pada posttest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 63,08%. Berdasarkan tafsiran kriteria kemampuan menurut arikunto (200) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa setelah pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena tergolong baik. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan kemampuan aspek konten, konteks, dan proses literasi sains siswa, dimana awalnya adalah kurang kemudian menjadi baik setelah mengalami proses pembelajaran. Peningkatan ini juga dapat

29 82 dilihat dari pencapaian gain ternormalisasi <g> yaitu perbandingan antara nilai ratarata pretest dan posttest yang nilainya adalah 46,4%. Untuk aspek sikap yang soalnya adalah menggunakan skala sikap, hasil pengolahan data skor pretest dan posttest-nya adalah seperti gambar 4.9. berikut: ,27 9, ,3 pretest postes <g> Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Persentase Rerata Nilai Pretest, Posttest dan Peningkatan Penguasaan Aspek Sikap Berdasarkan gambar 4.9. di atas dapat terlihat bahwa pada pretest nilai ratarata secara keseluruhan adalah 79,27%. Berdasarkan tafsiran kemampuan penguasaan dari Arikunto (200) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa sebelum pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran tergolong baik. Sedangkan pada posttest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 9,35%. Berdasarkan tafsiran kriteria kemampuan menurut arikunto (200) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa setelah pembelajaran menggunakan

30 83 multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena tergolong sangat baik. Pencapaian gain ternormalisasi <g> adalah 46,4 %. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8 dan 4.9. terlihat adanya peningkatan nilai hasil pretes dan posttest. Peningkatan ini membuktikan bahwa siswa benarbenar telah mengalami proses belajar berbasis literasi sains, sehingga siswa mampu menjawab lebih baik pertanyaan yang diberikan berupa tes tertulis yang merupakan indikator keberhasilan proses belajar. Gagne (Dahar, 996) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Pengalaman yang dimaksud ini tentu merupakan pengalaman yang bermakna sehingga hal yang diperoleh akan melekat dalam waktu yang lama. Begitu pun dengan peningkatan penguasaan literasi sains siswa ini diakibatkan karena pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, selain pengemasan sumber belajar yang bebasis TIK juga konten yang disajikan mendorong siswa untuk membangun dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan konteks-konteks yang diberikan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Holbrook (2005) bahwa sains akan mudah dipelajari ketika yang dipelajari tersebut masuk akal dalam pandangan siswa dan berkaitan dengan kehidupan manusia, kepentingan dan aspirasi. Dengan mengaitkan materi ajar pada kehidupan nyata, siswa akan tahu bahwa sains itu bukan sekadar teori, dan sains merupakan ilmu yang sangat erat sekali kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

31 84 2 Peningkatan Setiap Aspek Literasi Sains Siswa Selain analisis peningkatan literasi sains siswa secara keseluruhan, dilakukan juga analisis terhadap data nilai pretest dan posttest untuk setiap aspek literasi sains secara terpisah yang meliputi aspek konten, konteks, proses, dan sikap. Dalam pengolahannya terlebih dahulu dilakukan pengelompokan soal-soal ke dalam aspekaspek literasi sains untuk selanjutnya ditentukan nilai pretest, posttest dan gain ternormalisasinya. Soal pilihan berganda yang dikembangkan memuat tiga aspek yang diuraikan sebelumnya, yaitu aspek konten, konteks, dan proses. Dimana konteks berperan sebagai media siswa untuk mengembangakan kompetensi (proses) dalam memahami konten. Aspek konten dan konteks aplikasi merujuk pada penguasaan pengetahuan, sedangkan aspek proses merujuk pada kemampuan berfikir tingkat tinggi (Toharudin, et al. 20). a. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten Sebaran konten yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Matriks Soal pada Aspek Konten Konten No. Soal Ikatan Kovalen,2,3,7,23 Ikatan Ion 4, Ikatan logam 9,0 Hibridisasi 8 Gaya Van der Waals 2 Sifat Fisis Senyawa Kovalen 22

32 85 berikut. Hasil pencapaian siswa pada aspek konten dapat dilihat pada Gambar , ,5 43, , Pretest Posttest <g> 0 0 Ikatan Kovalen Ikatan Ion Ikatan logam Hibridisasi Gaya Van der Waals Sifat Fisis Senyawa Kovalen Gambar 4.0. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Konten Dari Gambar 4.0 bisa dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam konten ikatan ion adalah paling kecil dibandingkan dengan konten lainnya, dan hasil peningkatannya pun terlihat paling kecil. Jika dibandingkan dengan ikatan kovalen, kemampuan awalnya memang tidak begitu jauh, hanya saja setelah dilihat peningkatannya terlihat pada konten ikatan kovalen lebih signifikan dari ikatan ion. Hal ini disebabkan pada multimedia sendiri sebelum masuk ke konten ikatan kovalen, siswa dikenalkan terlebih dahulu kecenderungan suatu atom untuk membentuk ikatan kovalen. Sedangkan untuk ikatan ion langsung diberikan penjelasan bagaimana ikatan ion terbentuk, tidak diawali bagaimana kecenderungan dari suatu atom untuk

33 86 melepakan elektron terluar yang biasa dikenal sebagai proses ionisasi, dan bagaimana kecenderungan suatu atom lainnya yang lebih suka mengikat elektron, yang disebut afinitas elektron. Untuk peningkatan pencapaian nilai <g> terbesar adalah pada konten ikatan logam. Multimedia pembelajaran menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena ini nampak berpengaruh baik pada konten ikatan logam. Sebagai material utamanya, grafena memang menjadi kajian utama dalam multimedia, sedangkan sifat dari grafena itu sendiri adalah seperti suatu logam yang di dalamnya mengandung elektron yang bebas bergerak, sehingga dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik. Dalam aplikasinya sendiri, grafena diproyeksikan untuk menjadi super konduktor, transistor, dan ultra kapasitor. Sedangkan untuk konten lain, seperti ikatan kovalen dan ikatan ion, tidak secara langsung dihubungkan dengan grafena, tetapi dari bahan-bahan atau pun material lain yang digunakan dalam memperoleh grafena. b. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks Sebaran konteks yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Matriks soal pada Aspek Konteks Konteks No. Soal Hujan Asam,2,3,4 Peralatan Aluminium 9,0, Pagar Rumah Stainless Steel 6,7,8 Wisata Air Panas 2,22,23

34 87 berikut. Hasil pencapaian siswa pada aspek konten dapat dilihat pada Gambar , ,33 66, , ,33 6,67 47 pretest posttest 20 <g> 0 0 Hujan Asam Peralatan Aluminium Pagar Rumah Stainless Steel Wisata Air Panas Gambar 4. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Konteks Dari gambar 4., terlihat bahwa kemampuan awal siswa dan pencapaian nilai <g> tertinggi adalah pada konteks peralatan aluminium dan pagar rumah stainless steel. Hal ini menunjukkan bahwa kedua konteks tersebut adalah konteks yang dekat dengan kehidupan siswa dan biasa mereka temui dalam kehidupan. Tingginya hasil peningkatan ini juga menunjukkan bahwa siswa bisa menerapkan tahapan nexus untuk konteks yang berbeda dengan material grafena tapi dengan permasalahan yang sama dimana untuk memecahkannya diperlukan konsep yang sama.

35 88 Adapun kemampuan awal terendah siswa adalah pada konteks hujan asam. Hasil pencapaian nilai <g> terendah juga pada konteks hujan asam. Hal ini menunjukkan bahwa konteks hujan asam tidak terlalu dekat dengan kehidupan siswa. Banyak dari siswa yang sepertinya tidak menyadari bahwa dalam hujan yang turun di beberapa kota di Indonesia memiliki air yang ph-nya di bawah 7. Selain itu juga, siswa sendiri memang tidak tinggal di kota industri besar seperti Jakarta ataupun Bekasi yang hasil polusinya dapat memicu hujan asam. c. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses Sebaran aspek proses yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Matriks soal pada Aspek Proses Proses No. Soal Mengidentifikasi masalah-maslah ilmiah 9,6,8 Menjelaskan fenomena Ilmiah,2,3,4,,7,23 Menggunakan bukti ilmiah 0,2,22 berikut. Hasil pencapaian siswa pada aspek proses dapat dilihat pada Gambar 4.2

36 Mengidentifikasi masalah-maslah ilmiah 20,7 55,7 58,33 44 Menjelaskan fenomena Ilmiah 36,67 Menggunakan bukti ilmiah 34 pretest posttest <g> Gambar 4.2 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Proses Dari sebaran soal ketiga aspek proses tersebut terlihat bahwa pada aspek proses mengidentifikasi ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah masing-masing terdistribusi tiga soal, sedangkan untuk aspek menjelaskan fenomena ilmiah terdistribusi paling banyak, yaitu tujuh soal. Banyaknya soal yang ada pada aspek proses menjelaskan fenomena ilmiah ini dapat menyebabkan siswa juga banyak menjawab salah, sehingga didapat nilai kemampuan awalnya pun adalah yang terendah. Berdasarkan Gambar 4.2 sendiri dapat dilihat bahwa hasil pencapaian nilai <g> terbesar adalah pada aspek proses mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah, kemudian menjelaskan fenomena ilmiah, dan terendah adalah menggunakan bukti ilmiah. Hal ini memang sesuai dari urutan ketiga aspek tersebut dari mudah ke yang

37 90 paling sukar. Mengidentifikasi masalah ilmiah adalah kompetensi paling mudah untuk dikuasai oleh siswa sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan yang besar. Sedangkan menggunakan bukti ilmiah adalah kompetensi yang paling sukar sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan yang rendah. Karena diperlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk menjelaskan menggunakan bukti ilmiah sehingga peningkatannya lebih kecil. d. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Sikap Sebaran aspek sikap yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen diperlihatkan pada Tabel 4.0. Tabel 4.0. Matriks Soal pada Aspek Sikap Sikap No. Soal Ketertarikan terhadap sains 5,6,4,5 Mendukung inquiri ilmiah 24,25 Tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan 7,8,2,3,9,20, berikut. Hasil pencapaian siswa pada aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 4.3

38 ,5 87,9 87,5 8,88 78,3 80,83 29 Ketertarikan terhadap sains 43 Mendukung inkuiri ilmiah 6 Tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan pretest posttest <g> Gambar 4.3 Hasil Belajar pada Aspek Sikap Dalam PISA Internasional, mulai tahun 2006, sikap dan kesadaran (bagian utama karakter) memang dipandang sebagai komponen penting dalam literasi sains individu, dan dapat membawa individu pada pembentukan literasi sains. Untuk mencapai tahap literasi sains tersebut, seseorang perlu mempunyai sikap positif terhadap sains agar dapat menguasai pengetahuan sains dengan baik, bahkan perlu keahlian saintifik dan membudayakan diri dengan sikap dan nilai-nilai sains dalam setiap dimensi kehidupan. Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, sikap awal siswa pun sudah cukup tinggi. Dilihat secara umum, terjadi peningkatan setiap aspek sikap literasi sains dengan pencapaian yang tergolong sedang.

39 92 Peningkatan terbesar pada aspek sikap terjadi pada sikap tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan dengan capaian nilai <g> sebesar 6 %. Peningkatan terbesar ini dikarenakan dalam proses pembelajaran, pengajar memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait beberapa zat atau pun senyawa kimia tertentu dalam proses pembuatan grafena skala industri. Penyampaiannya diberikan secara langsung oleh guru, karena dalam multimedia pembelajaran yang digunakan hal tersebut tidak ada. Dalam penyampaiannya, pengajar memberikan sifat dan bahaya dari hidrazin yang digunakan untuk mereduksi kertas grafit menjadi grafena, dimana hidrazin adalah salah satu senyawa yang beracun, penyebab iritasi, dan dapat menyebabkan kanker. Selain itu juga pengajar memberikan penjelasan bagaimana bahayanya silikon (Si) yang ada dalam pasir kuarsa. Apalagi bila disalahgunakan untuk operasi hidung dan pada payudara wanita, yang malah dapat merusak tubuh, dan efek paling bahayanya adalah dapat menyebabkan kanker. Menurut Baron & Byrne (Mulyani, 20) manusia tidak dilahirkan dengan sikap, melainkan sikap itu dipelajari. Dengan pembelajaran yang diterapkan peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar yang akan berujung pada pembentukan sikap. Seperti yang disebutkan oleh Azwar (Mulyani, 20) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi akan meninggalkan kesan yang kuat. C. Upaya Perbaikan Story Board Multimedia Pembelajaran Ikatan Kimia

40 93 Data hasil pengolahan dan analisis keterlaksanaan pembelajaran, juga dari hasil pencapaian nilai <g> digunakan untuk melakukan suatu upaya perbaikan dari multimedia pembelajaran yang digunakan. Hal ini penting dilakukan karena proses pembelajaran di kelas, bergantung dengan multimedia yang digunakan. Dengan adanya perbaikan ini, diharapkan hal-hal yang menjadi kekurangan atau pun kelemahan yang ditemukan selama dan setelah proses pembelajaran dapat dihilangkan, sehingga bisa optimal digunakan untuk meningkatkan literasi sains siswa. Upaya perbaikan multimedia pembelajaran dilakukan berdasarkan data hasil temuan yang dihubungkan dengan faktor penyebabnya yang dihubungkan dengan penyajian multimedia yang sudah dibuat (Lampiran C.6.). Berikut akan diuraikan hasilnya satu per satu.. Peningkatan yang cukup rendah untuk konten ikatan ion (<g> = 30 %). Nilai pencapaian paling kecil dibandingkan dengan konten lainnya Hasil capaian ini disebabkan materi ikatan ion dalam media langsung menunjukkan penjelasan bagaimana ikatan ion terbentuk, tidak diawali bagaimana kecenderungan dari suatu atom untuk melepaskan elektron terluar (proses ionisasi), dan bagaimana kecenderungan suatu atom lainnya yang lebih suka mengikat elektron, (afinitas elektron). Hal ini membuat siswa kurang kuat dalam pemahaman konsep dasarnya mengapa dapat terbentuk senyawa ion. Gambar 4.4 berikut menunjukkan link halaman tentang pembentukan ikatan ion.

41 94 Gambar 4.4. Halaman Pemaparan Materi Ikatan Ion Dari data tersebut, dilakukan suatu upaya agar multimedia bisa lebih maksimal dalam menjelaskan dan menguatkan pemahaman siswa terhadap konten ikatan ion. Pada halaman pertama tentang pengenalan grafena, terdapat suatu link yang menerangkan bagaimana kecenderungan dari atom karbon (C) yang memiliki elektron valensi 4 dapat membentuk ikatan kovalen dengan empat tangan. Seharusnya pada link ini, pertama-tama dibahas dulu tentang kestabilan dari unsur gas mulia yang elektron valensinya 2 untuk He, dan 8 untuk gas mulia lainnya. Kemudian baru dibuat kecenderungan dari atom C untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia, dan atom lainnya terutama atom yang mudah mengionisasi untuk mencapai

42 95 konfigurasi seperti gas mulia seperti golongan IA dan IIA atau pun yang melakukan afinitas elektron. 2. Peningkatan Aspek Sikap paling tinggi adalah pada aspek tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan (<g> = 6 %) Dalam media pembelajaran, sama sekali tidak ada suatu link yang mengarah ke halaman untuk menjelaskan tentang sifat atau bahaya dari suatu senyawa yang ada dalam proses pembuatan grafena skala industri. Padahal bagian ini perlu disampaikan agar siswa bisa paham dan mengerti dalam memperlakukan suatu bahan kimia yang mungkin nanti akan mereka temui di laboratorium atau pun dalam kehidupan seharihari. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam proses pembelajaran di kelas penjelasan tentang sifat dan bahaya dari suatu zat atau senyawa kimia disampaikan oleh pengajar secara langsung. Ternyata dengan itu, berhasil meningkatkan sikap siswa pada aspek tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan dengan arahan seperti berikut: a) Pada halaman pembuatan grafena skala industri metode redoks silikon karbida (SiC), dibuat link yang menunjukkan sifat dan bahaya dari silikon, dan juga dampak dari penyalahgunaan silikon. Misalnya dalam suntik silikon pada hidung, ataupun payudara wanita yang dapat menyebabkan kanker dan efek negatif lainnya. b) Pada halaman yang sama, tetapi pada metode reduksi hidrazin, dibuat link yang memaparkan sifat dan bahaya dari hidrazin yang iritan, beracun, dan

43 96 dapat menyebabkan kanker. Serta bagaimana cara memperlakukan hidrazin dalam laboratorium. 3. Peningkatan yang rendah pada konten sifat fisik senyawa kimia (<g> = 3%) Multimedia pembelajaran yang dibuat, hanya menjelaskan sifat-sifat dari grafena. Meskipun ikatan yang dibentuk antaratom karbon dalam lembaran grafena adalah ikatan kovalen, tetapi siswa menjadi kurang memahami terkait sifat senyawa kovalen secara umum. Sehingga merasa kesulitan dalam menentukan sifat dari senyawa kovalen yang lain. Halaman yang menjelaskan sifat-sifat grafena ditampilkan seperti Gambar 4.5. Gambar 4.5. Tampilan Halaman pada Media Yang Menjelaskan tentang Sifat Grafena

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu berbasis STL yang dikembangkan pada tema

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre experimental design) dengan desain kelompok tunggal pretes dan postes (one group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumen penelitian dan teknik pengolahan data. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pra experiment

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumen penelitian dan teknik pengolahan data. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pra experiment 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan data. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan desain pembelajaran yang dikembangkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan tinjauan tentang literasi sains dan teknologi (STL),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan tinjauan tentang literasi sains dan teknologi (STL), 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan tinjauan tentang literasi sains dan teknologi (STL), pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi (STL), penilaian literasi sains dan teknologi (STL),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO, 2008 : 4-5). Laporan

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II A. KONSEP ATOM

BAB II A. KONSEP ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM A. KONSEP ATOM Semua material tersusun oleh atom atom. Setiap atom terdiri dari inti atom(nukleus) dan elektron seperti ditunjukkann pada

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS...

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan desain kelompok tunggal pretest dan posttest (one group pretest-posttest design).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan dan membuktikan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan dan membuktikan desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan dan membuktikan desain pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Penelitian ini

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA DI KELAS X SMAN 3 LAMONGAN Meiliyah Ulfa, Muchlis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil pengolahan data penelitian dan pembahasannya berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes siswa

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumit, sulit dipahami dan membosankan, tiga kata yang menjadi gambaran betapa pelajaran fisika kurang disukai oleh siswa pada umumnya. Pemahaman konsep, penafsiran grafik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes satu kelompok, one design group pretest-postest (Arikunto, 2002). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tinggi, menuntut adanya peningkatan kualitas pendidikan. Kenyataan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tinggi, menuntut adanya peningkatan kualitas pendidikan. Kenyataan ini 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Multimedia dalam Pendidikan Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, berbagai perubahan dalam masyarakat yang semakin terbuka dan memiliki kompetisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah pengembangan dan validasi, dengan model rekonstruksi guruan (Model of Educational Reconstruction/ MER). Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment, sehingga hanya digunakan satu kelas eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan desain kelompok tunggal pretest dan posttest (one group pretest-posttest design)

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kualitas keterampilan memberikan penjelasan sederhana peserta didik. Sebagaimana dijabarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah multimedia pembelajaran senyawa karbon menggunakan konteks obat herbal khas Indonesia. Bahan kajian materi senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah I Palembang tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 04 Mei

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang meliputi tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu ditingkatkan karena disadari saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia komputer telah mencapai perkembangan yang sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan oleh komputer. Pekerjaan-pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini peneliti akan jabarkan perkembangan penelitian yang telah dilaksanakan. Pembahasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi prototipe produk yang dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peningkatan Penguasaan Konsep Hasil peningkatan penguasaan konsep ditentukan melalui nilai rata-rata gain yang ternormalisasi, yang didapatkan dari pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest posttest design (Sugiyono, 2010). Dalam desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri atas lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Setting penelitian ini adalah di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dengan jumlah

III. METODE PENELITIAN. Setting penelitian ini adalah di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dengan jumlah 29 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Setting penelitian ini adalah di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dengan jumlah siswa kelas X3 SMA Al-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 adalah

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN COURSEWARE MULTIMED IA INTERAKTIF D ENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN 5M PAD A MATERI PENGGOLONGAN D AN TATA NAMA SENYAWA HID ROKARBON

2015 PENGEMBANGAN COURSEWARE MULTIMED IA INTERAKTIF D ENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN 5M PAD A MATERI PENGGOLONGAN D AN TATA NAMA SENYAWA HID ROKARBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hidrokarbon merupakan salah satu dari materi kimia yang diajarkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI. Dalam mempelajari materi ini peserta didik dituntut

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN IKATAN KIMIA DALAM BAHAN Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron, dimana diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia yang akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persentase Skor (%) 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasannya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui ketercapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran Adapun metode pengembangan multimedia pembelajaran seperti yang dikemukakan Munir (2008:195) terdiri dari lima tahap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat

Lebih terperinci

KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI PADA KONTEKS MATERI SEL AKI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA

KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI PADA KONTEKS MATERI SEL AKI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Inquiry lesson yang dimaksud adalah pembelajaran inquiry tentang kompetensi dasar, Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan posstest keterampilan memprediksi dan penguasaan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis 37 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk materi kemagnetan kelas IX

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I 4.1.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah-istilah yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Efektivitas Efektivitas yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan hasil hasil penelitian pembelajaran menggunakan model learning cycle pada materi pokok cahaya. Adapun hasil penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum 32 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum Sekincau Kabupaten Lampung Barat pada semester Ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pra-Tindakan Langkah awal penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Lemahsugih ini adalah melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang

Lebih terperinci

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe IV. HASIL PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah multimedia pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe Flash. Materi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Pengembangan Multimedia Pembelajaran Dalam penelitian ini penulis mengambil 5 tahap pengembangan multimedia menurut Munir (2003), yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Ismail, 2016

DAFTAR ISI Ismail, 2016 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tests of Normality

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tests of Normality BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Peningkatan Literasi Sains Peserta Didik Untuk mendapatkan data peningkatan literasi sains digunakan nilai hasil pretest dan posttest dari

Lebih terperinci

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal BAB 3 IKATAN KRISTAL Zat padat berdasarkan susunan atomnya dapat diklasifikasikan atas kristal dan amorf. Sebuah kristal mempunyai susunan atom yang teratur sehingga dapat berbentuk kubus, tetragonal atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA 1 Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : X / 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu dengan desain satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen (preexperimental).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen (preexperimental). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimen (preexperimental). Peneliti terlibat langsung memanipulasi variabel dengan memberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi ikatan kovalen kelas X yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional BABI PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan wahana untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Ciri khas dari penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel

Lebih terperinci

Oleh: Hernani, Ahmad Mudzakir, dan Siti Aisyah Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Hernani, Ahmad Mudzakir, dan Siti Aisyah Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia MEMBELAJARKAN KONSEP SAINS-KIMIA DARI PERSPEKTIF SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP Oleh: Hernani, Ahmad Mudzakir, dan Siti Aisyah Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran Sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Inquiry, siswa diberikan tes berupa soal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di SD Negeri 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di SD Negeri 1 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di SD Negeri 1 Gumukrejo Pringsewu. B. Polpulasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Weak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10 III. METODE PENELITIAN A. Subjek dan Tempat Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah siswa 33 orang

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X MA KHAS KEMPEK CIREBON

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X MA KHAS KEMPEK CIREBON PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X MA KHAS KEMPEK CIREBON Fitriana, Ina Rosdiana Lesmanawati, Djohar Maknun Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstualitas pada materi ikatan kimia ini dilakukan beberapa tahap kerja. Tahapan kerja tersebut meliputi analisis standar kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya berperan penting untuk menyiapkan peserta didik yang mampu berpikir kritis,

Lebih terperinci

SILABUS KIMIA SMK NEGERI 5 MUARO JAMBI X / 2 TEKNIK KENDARAAN RINGAN DAN AGR. TANAMAN PERKEBUNAN : : : :

SILABUS KIMIA SMK NEGERI 5 MUARO JAMBI X / 2 TEKNIK KENDARAAN RINGAN DAN AGR. TANAMAN PERKEBUNAN : : : : MATA PELAJARAN SATUAN PENDIDIKAN KELAS / SEMESTER PROGRAM STUDI KOMPETENSI DASAR 3.1 Mendeskri psikan perkemban gan teori atom MATERI Struktur Atom SILABUS KIMIA SMK NEGERI 5 MUARO JAMBI X / 2 TEKNIK KENDARAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul Kajian Penggunaan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen 1 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen dengan menggunakan desain one group pretest-postest. Metode pra-eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental design atau eksperimen semu. Disebut demikian karena eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang terdapat pada perumusan masalah, guna menghindari terjadinya perbedaan penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk menganalisis keterbacaan dan pemahaman mahasiswa terhadap buku teks terjemahan adalah metode deskriptif. Menurut Firman,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model Pembelajaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model Pembelajaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model Pembelajaran Generatif dalam mata pembelajaran Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif (PPMO).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA KALOR DAN PERUBAHAN SUHU

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA KALOR DAN PERUBAHAN SUHU PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA KALOR DAN PERUBAHAN SUHU Herni Suryaneza¹ ¹ Science Education, Indonesia University of Education

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1) 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran beserta pembahasannya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode penelitian Quasy-experiment, one group pretes-postes design,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam uji coba Multimedia Interaktif terdiri dari hasil uji pakar materi dan uji pakar media (exspert judgement), hasil uji coba terbatas (preliminary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran sains bagi siswa berguna untuk mempelajari alam sekitar dan pengembangannya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB VI IKATAN KIMIA Sebagian besar partikel materi adalah berupa molekul atau ion. Hanya beberapa partikel materi saja yang berupa atom. 1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educatonal research and development) meliputi tahapan define, design, and

Lebih terperinci