PERAN KELEMBANGAAN AGRIBISNIS DALAM USAHATANI KAKAO. Oleh: Putu Arimbawa 1) ABSTRACT
|
|
- Indra Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 179 PERAN KELEMBANGAAN AGRIBISNIS DALAM USAHATANI KAKAO Oleh: Putu Arimbawa 1) ABSTRACT The study aimed to analyze the role of agribusiness institution in cocoa development in village of Atula, Landongi, East Kolaka, Southeast Sulawesi. Survey samples were 36 farmers that analyze with simple random sampling method. Data were collected by direct interview using a questionnaire. Data was analyzed by descriptive qualitative. Results showed that: (a) institution support agribusiness in cocoa farming were: institution farmer (farmer groups); institution extension; institution financing (Cooperative and Bank), and marketing agencies consisting of middlemen, collecting and stall production facilities, and (b) farmer groups, extension and financial institutions contribute less felt by farmers, while marketing agencies play a very good perceived by farmers in cocoa farming. Keywords: role, cocoa farming, agribusiness institution PENDAHULUAN Salah satu komoditas unggulan perkebunan dan mempunyai prospektif serta berpeluang pasar yang menjanjikan dan banyak diusahakan melalui perkebunan rakyat (±94,19%) adalah kakao. Sampai tahun 2011 areal kakao di Indonesia telah mencapai Ha dengan produksi ton yang melibatkan petani secara langsung sebanyak KK (Dirjenbun, 2012). Usaha perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara 96,28% adalah perkebunan rakyat, dengan luas lahan mencapai Ha dengan produksi mencapai ton yang dikelola oleh KK (Disbunhorti Prov. Sultra, 2012). Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Komoditi Kakao Provinsi Sulawesi Tenggara Lima Tahun Terakhir No Uraian Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) 4. Jumlah Petani Sumber: Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, 2012 Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2011 terjadi kg/ha (tahun 2009) kemudian mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi 869 kg/ha dan kembali mengalami penurunan menjadi 825 kg/ha di tahun Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu sentra peningkatan luas lahan, produksi dan jumlah petani kakao di provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan produktivitas kakao dalam kurun waktu tersebut terjadi fluktuasi komoditi kakao dengan luas areala tanaman dari 942 kg/ha (tahun 2007) menurun kakao mencapai ,5 Ha dengan menjadi 909 kg/ha (tahun 2008), 792 rincian 5.272,1 Ha merupakan tanaman 1 )Staf Pengajar Jurusan AGRIPLUS, Agribisnis Fakultas Volume Pertanian 23 Nomor Universitas : 03 September Halu Oleo, Kendari 2013, ISSN
2 180 belum menghasilkan, 9.854,5 Ha tanaman menghasilkan dan 2.283,9 Ha diantaranya merupakan tanaman tua yang kurang menghasilkan (Disbunhorti Prov. Sultra, 2012). Kondisi perkebunan kakao rakyat hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, diantaranya: sebagian besar dikelola belum sesuai dengan petunjuk teknis dengan tingkat produksi, produktivitas dan mutu yang masih rendah, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang masih tinggi, modal usaha yang terbatas, akses informasi dan pasar belum memadai sehingga berdampak pada rendahnya daya saing petani (Bambang, 2012). Permasalahan petani kakao tidak hanya masalah produksi dan pasca panen, tetapi juga masalah kelembagaan (Iqbal dan Dalimi, 2006). Kelembagaan kakao yang ada saat ini dirasakan belum berfungsi dengan baik. Selanjutnya Iqbal dan Dalimi merinci permasalahan agribisnis kakao dapat dikelompokkan menjadi enam aspek, yakni: 1) produksi; 2) diversifikasi, 3) pascapanen, 4) pemanfaatan limbah, 5) sarana & prasarana, serta 6) kelembagaan. Untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan arah kebijakan pertanian yang tepat. Langkah operasional kebijakan yang perlu diwujudkan dalam pengembangan agribisnis kakao adalah melalui perencanaan, implementasi, dan pengawasan partisipatif (participator) yang bahu membahu (integrative), menyeluruh (holistic), dan lumintu (sustainable) dengan landasan nota kesepakatan bersama (momerandum of understanding) antara berbagai pihak (stakeholders). Masalah kelembagaan menjadi masalah penting dalam usahatani kakao. Lembaga atau intitusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolongmenolong, gotong-royong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya. Pengembangan gagasan revitalisasi atau penguatan kelembagaan pertanian yang sesuai dengan tuntutan pembangunan spefisik lokasi diawali dengan memperhatikan pendulum imanjener dampak imposed institution terhadap nilainilai kelembagaan local yang bergerak dan mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Penguatan kelembagaan local mengarah pada pencapaian dampak positif sejalan dengan pembangunan daerah setempat. Adapun komponen revitalisasi kelembagaan meliputi: partisipasi masyarakat, dampak jelas yang akan dicapai dan sistem pendukung (Suradisastra, 2006). Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Salah satu kelembagaan agribisnis di pedesaan adaalah kelompok tnai. Purwanto (2006), mengemukakan kelompok tani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian suatu lingkungan social budaya untuk mencapai tujuan yang sama. Keberadaan kelembagaan kelompok tani kurang begitu dirasakan. Contohnya peran kelompok tani hanya sebagai tempat informasi dan administrasi saja. Peran kelembagaan/kelompok sebagai unit produksi dan pemasaran hasil belum pernah dirasakan anggota kelompok (hasil survei awal). Petani dalam memenuhi
3 181 sarana produksi dilakukan secara sendirisendiri sehingga banyak petani kakao tidak melalukan pembudidayaan secara anjuran. Pemasaran kakao juga dilakukan secara individu sehingga standar kualitas biji kakao yang dijual kurang diperhatikan. Akibat pemasaran kakao yang dilakukan secara individu tanpa ada kontrol dari kelompok tani menyebabkan posisi tawar petani rendah sehingga berakibat pada harga jual kakao rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, petani kakao perlu diberdayakan sehingga angota kelompok dapat melaksanakan program revitalisasi dan pascapanen (fermentasi dan pengering) kakao sesuai dengan rekomendasi. Disamping itu, dengan mengetahui peran kelembagan petani kakao dapat menguatkan kelompok tani kakao sehingga dapat menjadi media kontrol bagi petani dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil, yang pada akhirnya petani mendapatkan harga jual kakao sesuai dengan harga pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelembagaan agribisnis dalam pengembangan usahatani kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur. dengan Simple Random Sampling atau setara dengan 36 KK. Sedangkan untuk lembaga-lembaga yang terlibat dalam usahatani kakao di lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data meliputi: 1. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan obyek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan. 2. Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literaturliteratur yang berhubungan dengan penelitian ini. Analisis Data Analaisis data penelitian digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu menyajikan data sesuai dengan satuan, indikator dan parameter yang telah ditetapkan berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur pada bulan Juli Agustus Tempat ini dipilih secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur dan terdapat lembaga yang menunjang pengembangan usahatani kakao. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani kakao yang berjumlah 243 KK dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan usahatani kakao di Kelurahan Atula. Teknik pengambilan sampel penelitian untuk petani kakao dilakukan A. Karakteristik Responden Umur Petani yang memiliki umur relatif muda biasanya lebih kuat, lebih agresif dan lebih tahan bekerja dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa umur non produktif berada pada kisaran 0-14 tahun, umur produktif berada pada kisaran tahun dan umur 55 tahun ke atas merupakan usia kurang produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 51,58 tahun dengan umur termuda 22 tahun dan umur tertua adalah 90 tahun. Distribusi umur responden yang berada pada kisaran umur produktif (22-54 tahun) adalah sebanyak 22 orang (61,11%) dan selebihnya sebanyak 14 orang (38,89%) berada pada kisaran umur kurang produktif
4 182 (55 tahun ke atas). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki usia pada rentang produkif, pada kondisi ini diharapkan responden mampu bekerja secara optimal khususnya dalam usahatani kakoa. Sedangkan bagi mereka yang memiliki usia kurang produktif membutuhkan tenaga kerja baru untuk membantu dalam menangani usahatani kakao yang mereka miliki. Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar petani responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 21 orang (58,33%). Diikuti dengan tingkat SMA sebanyak 6 orang (16,67%), SMP sebanyak 5 orang (13,89%), tidak pernah mengenyam pendidikan formal sebanyak 3 orang (8,33%) dan satu orang berpendidikan magister (S2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki petani responden secara umum berada pada kategori rendah. Hal ini memungkinkan adanya pengetahuan petani dalam penerapan teknologi usahatani kakoa sehingga menyebabkan produksi yang baik jika diimbangi dengan adanya pengalaman dan penyuluhan dari instansi yang terkait dengan masalah ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh responden sangat memerlukan perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas pemahaman responden dalam usahatani dengan cara meningkatkan penyuluhan tentang budidaya kakao. Pengalaman Usahatani Pengalaman responden dalam usahatani kakoa berada pada kisaran lebih dari 10 tahun (berpengalaman) yaitu sebanyak 31 responden atau 86,11% dan selebihnya berbeda pada kisaran 5-10 tahun sebanyak 5 responden atau 13,89%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelaman responden secara umum berada pada kategori berpengalaman. Pengalaman sangat mempengaruhi kegiatan usahatani sekaligus kegiatan pemasaran yang mereka lakukan. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh petani diharapkan kedepannya petani mampu lebih baik lagi dalam menjalankan usaha, sehingga dapat meningkatkan skala produksinya. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga petani responden tersebar pada kisaran 4 6 orang atau termasuk dalam kategori keluarga sedang sebanyak 26 responden (72,22%). Sedangkan tanggungan keluarga pada kisaran 1 3 orang (keluarga kecil) dan tanggungan keluarga besar (>6 orang) masing-masing berjumlah 5 orang (13,89%). Keluarga petani terutama tanggungan usia produktif merupakan potensi atau sumber tenaga kerja keluarga dalam membantu usaha keluarga. Disamping itu dengan memiliki jumlah tanggungan keluarga di atas 3 orang akan semakin menuntut petani untuk bekerja keras meningkatkan pendapatannya, artinya mata pencaharian sebagai petani kakoa yang dilakukan akan lebih ditingkatkan dengan harapan hasil yang mereka peroleh dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam hal ini jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu motivasi petani dalam meningkatkan usaha. Selain sebagai faktor yang dapat memotivasi, jumlah tanggungan keluarga yang berada pada kisaran usia produktif dapat menjadi sumber tenaga kerja dalam usahatani kakao. Luas Lahan Garapan Lahan yang dimaksud di sini adalah luas lahan usahatani yang ditanami kakoa. Menurut Hermanto (1991), bahwa luas lahan usahatani di Indonesia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan luas lahannya yaitu lahan sempit ( 0,5 Ha), lahan sedang (0,6 2 Ha) dan lahan luas (> 2 Ha). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata luas lahan garapan responden adalah seluas 0,87 Ha dengan lahan terluas 2,5 Ha dan lahan tersempit 0,3 Ha. Hasil penelitian menunjukkan responden memliki luas lahan dalam kategori sempit. Luas lahan yang dimiliki petani turut mempengaruhi sikap dalam menentukan jenis usahatani serta tenaga kerja yang digunakan, petani yang memiliki
5 183 luas lahan garapan yang relative luas, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebiih banyak. Dengan luas lahan garapan yang dimiliki petani sebagian yang golong sempit, maka tenaga kerja yang dibutuhkan rlatif sedikit, dan petani tidak pernah menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, melainkan hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sendiri. Kondisi ini juga dapat memberikan motivasi yang rendah terhadap petani dalam menjalankan usahatani kakao. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara mendalam dengan responden yang memberikan penjelasan bahwa responden sebagian besar memiliki luas lahan sawah yang lebih luas dibandingkan kebun kakao. Sehingga fokus usahatani yang diterapkan adalah adalah pada padi sawah. B. Jenis dan Peran Kelembagaan dalam Usahatani Kakao di Kelurahan Atula. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data tentang jenis dan peran kelembagaan yang menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan Peran Kelembagaan yang Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kolaka Timur, Tahun 2013 No Jenis Kelembagaan Peran Kelembagaan 1. Kelembagaan Petani (Kelompok Tani) 2. Kelembagaan Penyuluh Kelembagaan Pembiayaan - Koperasi - Bank Kelembagaan Pemasaran - Tengkulak - Pengumpul - Kios Sarana Produksi Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa secara umum terdapat lima kelembagaan yang ada dan berperan dalam menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula yaitu: 1) kelembagaan petani, 2) kelembagaan penyuluh; 3) kelembagaan - Mengkoordinir petani dalam melaksanakan program-program usahatani kakao - Sebagai wahana diskusi bagi petani tentang usahatani kakao - Memberikan penyuluhan tentang teknik budidaya kakao - Memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya penguatan kelembagaan petani - Menerima keluhan dan memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang disampaikan kepada petani. Memberikan pinjaman modal usaha - Membeli biji kakao dari petani - Memberikan pinjaman kepada petani untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok Menyediakan (menjual) sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani, seperti: obat-obatan (pestisida), pupuk dan peralatan pertanian lainnya (cangkul, sabit, parang, gunting, handsprayer, gergaji dan lain-lain). pembiayaan (keuangan); 4) kelembagaan pemasaran dan 5) lembaga swadaya masyarakat. Kelima kelembagaan tersebut memiliki peran masing-masing yang kesemuanya memberikan manfaat yang baik bagi kelangsungan usahatani kakao yang
6 184 dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur. Hasil penelitian tentang tanggapan responden terkait dengan peran masing-masing kelembagaan tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut. 1. Kelembagaan Petani Kelembagaan petani kakao yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh bentuk kelembagaan yang menghimpun petani kakao dalam menunjang keberlangsungan usahatani kakao. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan petani kakao yang ada di kelurahan Atula adalan Kelompok Tani dan Gapoktan. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan tani dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peran Kelembagaan Tani (Kelompok Tani) dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 15 41,67 2. Berperan Kurang Baik 8 22,22 3. Berperan Sangat baik 13 36,11 Tabel 3 dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (41,67%) menyatakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao. Selanjutnya 13 orang (36,11%) mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani berperan sangat baik dalam menunjang usahatani kakao. Sedangkan selebihnya (22,22%) mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atula memberikan beran yang belum baik. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa kelompok tani tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao adalah responden yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan bagi mereka yang tergabung dalam kelompok tani mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atul telah memiliki peran meskipun belum maksimal. 2. Kelembagaan Penyuluh Kelembagaan penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh kelembagaan penyuluh baik pemerintah, swasta maupun swadaya. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penyuluh yang ada di kelurahan Atula adalan berasal dari pemerintah. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran penyuluh dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Peran Penyuluh dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 6 16,66 2. Berperan Kurang Baik 15 41,67 3. Berperan Sangat baik 15 41,67
7 185 Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa persentase responden yang mengemukakan bahwa keberadaan penyuluh telah berperan sangat baik dan berperan kurang baik ada sama yaitu 41,67% (15 responden) sedangkan selebihnya mengemukakan bahwa bahwa keberadaan penyuluh di Kelurahan Atula tidak memiliki peran sama sekali dalam menunjang usahatani kakao. Penyuluh tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao adalah responden yang sama sekali tidak pernah bertemu dengan penyuluh dan tidak tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan bagi mereka yang mengemukakan bahwa penyuluh memiliki peran yang kurang baik dan sangat baik adalah mereka-mereka yang tergabung dalam kelompok tani. Bagi responden yang mengemukakan bahwa penyuluh memiliki peran yang kurang baik disebabkan karena intensitas kehadiran penyuluh di Kelurahan Atula sangat jarang. 3. Kelembagaan Pembiayaan Kelembagaan pembiayaan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi lembaga pembiayaan yang resmi seperti Bank dan Koperasi kelembagaan keuangan lainnya yang terdaftar secara resmi. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan pembiayaan yang berperan dalam menunjang usaha petani di kelurahan Atula adalan Koperasi (Koperasi Wanita Karya Terpadu) dan Bank BRI. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan keuangan tersebut dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Peran Koperasi dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 14 38,89 2. Berperan Kurang Baik 21 58,33 3. Berperan Sangat baik 1 2,78 Tabel 5 dijelaskan bahwa sebagian besar responden (58,33%) menyatakan bahwa keberadaan koperasi di Kelurahan Atula telah berperan meskipun dirasakan kurang baik. Selebihnya sebanyak 14 responden (38,89%) menyatakan bahwa keberadaan koperasi di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao dan hanya 1 responden (2,78%) yang menyatakan bahwa koperasi berperan sangat baik dalam menunjang usahatani kakao. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa koperasi dirasakan memiliki peran yang belum maksimal karena dianggap bahwa koperasi memberikan pinjaman modal kepada petani dengan bunga yang tinggi. Bagi responden yang mengemukakan bahwa koperasi tidak memiliki peran adalah responden yang tidak pernah melakukan transaksi pinjaman kepada koperasi. Tabel 6. Peran Perbangkan dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 5 13,89 2. Berperan Kurang Baik 31 86,11 3. Berperan Sangat baik 0 0
8 186 Tabel 6 dijelaskan bahwa sebagian besar responden (86,11%) menyatakan bahwa keberadaan Bank bagi petani di Kelurahan Atula telah berperan meskipun dirasakan kurang baik. Selebihnya sebanyak 5 responden (13,89%) menyatakan bahwa keberadaan bank bagi petani di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa bank dirasakan memiliki peran yang belum maksimal karena dianggap bahwa pihak perbankan memberikan pinjaman modal kepada petani dengan bunga yang masih dianggap tinggi dan persyaratan administrasi yang dianggap oleh petani sangat memberatkan. Selain itu tenggang waktu pengurusan pinjamn pada Bank BRI membutuhkan waktu yang cukup lama. Bagi responden yang mengemukakan bahwa bank tidak memiliki peran adalah responden yang tidak pernah melakukan transaksi pinjaman kepada bank. 4. Kelembagaan Pemasaran Kelembagaan pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi semua kelembagaan pemasaran yang terlibat/menunjuang keberlangsungan usahatani kakao. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan pemasaran yang berperan dalam menunjang usahatani kakao di kelurahan Atula adalan tengkulak, pedagang pengumpul dan kios sarana produksi. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan pemasaran tersebut dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Peran Tengkulak, Pedagang Pengumpul dan Kios Sarana Produksi dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran Berperan Kurang Baik Berperan Sangat baik ,00 Tabel 7 dijelaskan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa keberadaan tengkulak, pedagang pengumpul dan kios sarana produksi yang ada di Kelurahan Atula telah berperan sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa tengkulak dan pengumpul sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang mendesak. Sedangkan keberadaan kios sarana produksi dianggap sangat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan dan pupuk guna menunjang usahatani kakao. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelembagaan agribisnis dalam menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur adalah: kelembagaan tani (kelompok tani); kelembagaan penyuluh; kelembagaan pembiayaan (Koperasi dan Bank); dan lembaga pemasaran yang terdiri dari tengkulak, pengumpul dan kios sarana produksi. 2. Kelompok tani, penyuluh dan lembaga pembiayaan kurang berperan dirasakan oleh petani, sedangkan lembaga
9 187 pemasaran dirasakan berperan sangat baik oleh petani dalam usahatani kakao. Saran Saran yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kepada kontak tani agar aktif melakukan kegiatan dalam kelompok untuk menambah pengetahuan tentang usaha budidaya dan manajamen usahatani kakao bagi petani anggota kelompok. 2. Kepada intansi terkait khususnya instansi yang menangani kegiatan penyuluhan, kiranya dapat meningkatkan intensitas kegiatan penyuluhan. DAFTAR PUSTAKA Bambang., Meningkatkan Daya Saing Perkebunan Kakao Rakyat Melalui Penguatan Kelembagaan Petani Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. LEM Sejahtera Sulawesi Tenggara. Kendari. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara., Statistik Perkebunan Kendari. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI., Sambutan Direktur Jenderal Perkebunan dalam acara Musyawarah Nasional II Asosiasi Petani Kakao Indonesia Tahun Jakarta Hermanto Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Iqbal, M., dan Dalimi A., Kebijakan Pengembangan Agribisnis Kakao Melalui Primatani: Kasus Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 4 Nomor 1:p Purwanto, S., Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung. Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. Suryadisastra K., Revitalisasi Kelmebagaan untuk Percepatan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Analisis Kebijaka Pertanian, Vol 4 Nomor 4: p
KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
JURNAL KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA OLEH : FINAYAH AKHIRUL NIM. G2B114011 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA
e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan
Lebih terperinciAGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN
60 ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) USAHA PEMASARAN KACANG METE DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Oleh: Wa Ode Farida S. Djarudju 1 ABSTRACT The research aims to identify and analyze the volume and price of
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming
Lebih terperinciPENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN
M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciPerkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung
Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu
Lebih terperinciKata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid
56 KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 16 DAN BISI 2 DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT FARM INCOME COMPARISON OF THE HYBRID MAIZE BISI 16 AND BISI 2 IN GERUNG, WEST LOMBOK Idrus
Lebih terperinci(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)
AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR
Lebih terperinciOleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT
193 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN KACANG METE DI KABUPATEN BUTON Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT The study aimed to find out and to analyze factors affecting the amount of
Lebih terperinciBoks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi
Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms
Lebih terperinciPeran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara
Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara Diany Faila Sophia Hartatri 1), Febrilia Nur Aini 1), dan Misnawi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Lebih terperinciMOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU
MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU MOTIVATION OF FARMERS TO JOINT FARMER GROUPS IN PAGARAN TAPAH VILLAGE PAGARAN
Lebih terperinciANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DAN USAHATANI LADA DI DESA LAMONG JAYA KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN
ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DAN USAHATANI LADA DI DESA LAMONG JAYA KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN Siti Aisah Azhar Bafadal Yusna Indarsyih Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH
HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 317-324, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI Income Analysis and
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian
41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciEFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR
SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar
Lebih terperinciHerman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciHUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA
JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA (THE RELATIONSHIP
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS
V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah
Lebih terperincipendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor
8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,
Lebih terperincipestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Peran Kelembagaan Pertanian Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE
ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE Leni saleh Dosen Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lakidende Email : Cici_raslin@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciPARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)
PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Aip Rusdiana 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015
BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Lebih terperinciANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH
ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai
PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciPENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT
Volume 23 No. 1, Januari Maret 2017 p-issn: 0852-2715 e-issn: 2502-7220 PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT Endang Sari Simanullang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas
Lebih terperinciKarakteristik dan definisi Petani swadaya dalam konteks perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.
Karakteristik dan definisi Petani swadaya dalam konteks perkebunan kelapa sawit berkelanjutan www.spks-nasional.org Latar belakang Belum ada titik temu antara kondisi petani swadaya kelapa sawit dengan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOKTANI SAGU DI DESA LUKUN KECAMATAN TEBING TINGGI TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALYSIS DYNAMIC OF FARMERS GROUP SAGO IN THE VILLAGE OF LUKUN DISTRICTS TEBING TINGGI TIMUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan
Lebih terperinciSEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO
SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : 1829-9946 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO UMI BAROKAH Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Lebih terperinciPeranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi
Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN
Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN Sri Hastuty 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 srihastuty21@yahoo.co.id 1 Alih fungsi
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Saat ini pelaksanaan pembangunan pertanian di tingkat petani umumnya masih bersifat parsial (per sub sektor). Sebagai contoh, lahan sawah masih dipandang sebagai
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciDAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT
EPP.Vo. 7. No 1. 2010 : 14-19 14 DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT (Lycopersicum Esculentum L. Mill) DI DESA BANGUNREJO KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI BHINEKA TUNGGAL IKA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK
PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
69 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993:9-10) menyatakan bahwa setiap kompetensi tampak pada individu dalam
Lebih terperinciPARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK
Partisipasi Anggota Kelompoktani dalam Penyusunan...(Suwiton M. Anis, Lukman Effendy dan Elih Juhdi Muslihat) PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciPOTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN
POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN (FARMER CAPITAL POTENCIES FOR REPLANTING RUBBER PLANTATION IN MUSI RAWAS REGENCY SOUTH SUMATERA) Maya Riantini
Lebih terperinciVIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciPERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan
Lebih terperinciSEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN
SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)
ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan
Lebih terperinciANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BIAYA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU KASTURI, PADI DAN JAGUNG TRHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHA TANI KELUARGA ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinciSetelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten
44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN
FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu
Lebih terperinci