PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN & PERIKANAN DAN KAJIAN KHUSUS BIDANG KELAUTAN & PERIKANAN TOPIK: PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BREBES Tim: Dr. Armen Zulham Ir. Yayan Hikmayani, MSi Rani Hafsaridewi, MSi Nensyana Shafitri, SSos Retno Erlina, SSi Dani Sudibyo Saputro, SE BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR GAMBAR... 4 I. PENDAHULUAN... 5 II. METODE PENELITIAN Kerangka Pikir Penelitian Waktu dan Lokasi Pengumpulan Data Analisis Data... Error! Bookmark not defined. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum di Kabupaten Brebes Perkembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes Potensi Lahan Karakteristik Pembudidaya Budidaya Rumput Laut IV. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

3 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kelompok dan Jumlah Respoden... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode Analisis dan Output Tabel 3. Produksi Perikanan di Kabupaten Brebes Tahun Tabel 4. Potensi Areal Perikanan Tabel 5. Luas Lahan Tambak di Sentra Budidaya Kab. Brebes Tabel 6. Sebaran Karakteristik Responden Pembudidaya Rumput Laut dan Bandeng di Kabupaten Brebes, Tahun Tabel 7. Produksi Rumput Laut Per Kecamatan di Kab. Brebes Tabel 8. Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Desa Randusanga Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun Tabel 9. Pembagian Upah Tenaga Kerja Tabel 10. Karakteristik Pedagang Rumput Laut di Kab. Brebes Tabel 11. Biaya Pengiriman Rumput Laut Tabel 12. Kelompok Tenaga Kerja Tabel 13. Rata-rata Luas Areal Tambak (Ha) dan Produktivitas budidaya Bandeng dan Udang pada beberapa desa di Kec. Bulakamba (Kab. Brebes) Tabel 14. Luas Lahan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di Brebes

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Brebes... 6 Gambar 2. Kerangka Pikir... 9 Gambar 3. Peta Kabupaten Brebes Gambar 4. Pemanfaatan Areal di Kabupaten Brebes

5 I. PENDAHULUAN Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia termasuk salah satu negara eksportir rumput laut di Asia karena rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Sebanyak 70% produksi bahan mentah rumput laut kering diekspor ke China, Uni Eropa, dan Filipina sedangkan pasar dalam negeri hanya menyerap 30% bahan mentah rumput laut kering (KKP, 2010). Pada tahun 2009, total produksi rumput laut di Indonesia menapai 2,252 juta ton atau meningkat 5% bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 2,145 juta ton (Febrianto, 2010). Angka ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar dunia dan masih mempunyai potensi untuk lebih dikembangkan. Rumput laut sudah dapat dibudidayakan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Jenis rumput laut yang berkembang dan dibudidayakan adalah Euchema contonii dan Gracilaria sp. Kedua jenis rumput laut ini dikembangkan pada media air yang berbeda. Euchema contonii dibudidayakan di media air laut, sedankan Gracilaria sp dibudidayakan di media air payau yang biasanya berupa tambak. Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi penghasil rumput laut jenis Gracilaria sp adalah Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten yang berada di daerah Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes pada tahun 2009, mencapai Rp ,517 milyar sedangkan menurut harga konstan Rp.5.247,897 milyar. PDRB Kabupaten Brebes berdasarkan harga yang berlaku, pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 12,56% apabila dibandingkan dengan tahun 2008, sedangkan menurut harga konstan 4,99% (Brebes Dalam Angka 2009). Pertumbuhan ini didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 3,08%, disusul oleh sektor perdagangan sebesar 3,39% dan sektor industri sebesar 11,25%. Produk domestik bruto Kabupaten Brebes Tahun dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Budidaya rumput laut ini ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Brebes. Berdasarkan statistic, pada tahun 2009 total produksi rumput laut basah mencapai ton, dengan nilai produksi sebesar Rp. 2,415 milyar. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha budidaya rumput laut ini cukup besar. Tahapan proses budidaya sampai pasca panen membutuhkan sekitar 45 orang tenaga kerja untuk mengelola 1 ha budidaya rumput laut (Anonim, 2010). 5

6 Sumber: Kabupaten Brebes Dalam Angka, 2009 Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Kab. Brebes Potensi perikanan budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes cukup besar, karena memiliki panjang pantai 53 km, tambak seluas ha, kolam seluas 114,4 Ha, yang didukung dengan keberadaan waduk Mahalayu seluas 702 Ha dan Waduk Penjalin 125 Ha. Namun budidaya perikanan laut/payau di Kabupaten Brebes sampai saat ini masih mengalami beberapa permasalahan antara lain adanya ancaman penyakit, adanya sedimentasi yang tinggi sehingga menyebabkan pendangkalan saluran tambak, sulitnya mencari benih unggul, tingginya harga sarana produksi ikan (saprokan) dan terbatasnya penerapan budidaya tambak ramah lingkungan serta rusaknya ekosistem lingkungan pesisir dan areal pertambakan sehingga produksi tidak optimal. Kendala dan permasalahan dalam usaha budidaya tambak perlu diperhatikan, karena selain menjadi tantangan juga dapat menjadi ancaman untuk pengembangan budidaya tambak. Kab. Brebes dapat mengembangkan budidaya rumput laut di tambak. Lahan tambak yang dapat digunakan untuk budidaya rumput laut seluas 150 ha, sehingga hal ini mendasari bahwa Kab. Brebes sangat potensial untuk pengembangan rumput laut di Pulau Jawa. Selain itu pengembangan budidaya rumput laut ini untuk memenuhi permintaan rumput laut yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kebutuhan rumput laut sekitar 6

7 1.000 ton kering/bulan ( ensiklopedia/ 358- brebes.html). Pengembangan budidaya rumput laut mempunyai prospek yang sangat besar, karena rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta tingkat pemanfaatan yang sangat luas, mulai dari bahan makanan dan minuman (manisan, dodol, permen, jelly, agar tepung, agar kertas, minuman alginat serta minuman rumput laut), bahan obat-obatan, bahan pakan, pupuk tanaman dan penyubur tanah, bahkan sekarang sedang dikembangkan untuk bahan baku pembuatan body mobil. Produk turunannya digunakan untuk industri tekstil, kertas, cat, kosmetika, pasta gigi, dan lain-lain. Manfaat rumput laut yang sangat beragam, maka prospek pengembangan budidaya rumput luat di Kabupaten Brebes sangat besar. Rumput laut sebagai komoditas unggulan dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yakni budidaya rumput laut bersifat mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan (Nurdjana, 2006). Pengembangan rumput laut di Kabupaten Brebes ini perlu dikaji terutama mengenai prospek pengembangannya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi usaha rumput laut di Kab. Brebes 2. Mengidentifikasi prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes 3. Merumuskan kebijakan untuk pengembangan rumput laut di Kab. Brebes II. METODE PENELITIAN 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Pengembangan usaha budidaya rumput laut yang terencana diharapkan mampu percepatan usaha budidaya rumput laut. Akan tetapi, pengembangan itu perlu dilengkapi dengan kajian dan evaluasi mengenai pengembangan usaha budidaya rumput laut. Indonesia mempunyai lahan yang berpotensi untuk budidaya rumput laut mencapai 1,2 juta hektar, yang merupakan potensi terbesar di dunia. Namun pemanfaatan potensi sumberdaya tersebut baru sekitar 10%. Hal itu terjadi karena pengembangan usaha budidaya selama 30 tahun terakhir menghadapi banyak kendala baik secara teknis maupun sosial budaya. Percepatan usaha budidaya rumput laut perlu segera dilakukan dengan mengatasi berbagai kendala tersebut untuk merebut pangsa pasar rumput laut dunia. 7

8 Kebutuhan rumput laut di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 2005, kurang lebih ton, pada tahun 2006 sekitar ton, pada tahun 2007 mencapai ton dan tahun 2009 meningkat mencapai ton. Potensi produksi rumput laut kering dalam setiap hektar 16 ton per tahun. Jika separuh potensi itu tergarap, menghasilkan 9,6 juta ton per tahun dan harga rumput laut kering di pasar dunia sekitar Rp 4,5 juta per ton.total devisa yang diperoleh diperkirakan mencapai sekitar Rp 40 triliun. Di Kabupaten Brebes mempunyai potensi lahan tambak yang dapat digunakan untuk budidaya rumput laut. Lahan tambak ini pada awalnya merupakan lahan tambak usaha udang windu dan bandeng. Seiiring berjalannya waktu, usaha udang windu dan bandeng ini mengalami penurunan produksi akibat menurunnya kondisi daya dukung lingkungan yang ditandai dengan banyaknya udang dan bandeng yang tidak berkembang bahkan mengalami kematian. Hal ini menyebabkan banyak tambak yang terbelangkalai. Tambaktambak yang terbengkalai ini kemudian dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Terdapat sekitar ,12 hektar tambak yg berpotensi untuk budidaya rumput laut. Sehingga usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes mempunyai prospek yang cukup besar. Budidaya rumput laut ini pun dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang terdapat di daerah pesisir. Keadaan ini didasarkan pada kondisi perikanan tangkap laut sekarang yang tidak pasti menyebabkan nelayan harus mencari alternatif mata pencaharian lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu juga usaha budidaya tambak ikan yang sering diserang penyakit, serta tingginya harga input produksi terutama pakan ikan, menyebabkan budidaya rumput laut menjadi hal yang sangat menarik untuk diusahakan. Oleh karena itu perlu dikaji mengenai prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui informasi mengenai sumberdaya usaha rumput laut di Kab. Brebes sehingga dapat membuat rekomendasi kebijakan mengenai prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes. Kerangka pikir kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. 8

9 Gambar 2. Kerangka Pikir 2.2. Waktu dan Lokasi Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli Lokasi kegiatan mencakup Brebes (Jawa Tengah,) Jakarta, dan Jawa Barat. Kab. Brebes merupakan lokasi inti pelaksanaan penelitian sesuai dengan topik penelitian, sedangkan Jakarta merupakan lokasi untuk mengidentifikasi pasar rumput laut baik lokal maupun ekspor. Lokasi Jawa Barat digunakan untuk studi literatur dan koordinasi penelitian Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskripsi. Untuk memperoleh informasi secara komprehensif dan akurat maka penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden/sample penelitian dengan metode survey dengan pengumpulan data secara observasi dan teknik sampling secara acak terhadap pembudidaya rumput laut, dan pedagang pengumpul. Penelitian memerlukan data sekunder adalah perkembangan budidaya rumput laut di Kab. Brebes dan data pasar serta harga rumput laut yang melibatkan stakeholder/institusi yang terdiri dari Ditjen P2HP-KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, BPS. Analisis yang digunakan meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis perhitungan kelayakan finansial rumput laut di Kab. Brebes dan analisis kebutuhan rumput laut nasional/wilayah. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan atas informasi yang diperoleh dari berbagai pihak terkait prospek pengembangan rumput laut di Kab. Brebes dan keragaan produksi serta kualitas produk rumput laut lokal. Kebutuhan data terkait dengan tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. 9

10 Tabel 1. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode Analisis dan Output NO TUJUAN 1 Mengidentifikasi potensi usaha rumput laut di Kab. Brebes (sumberdaya, input, tenaga kerja, harga dan pemasaran, serta kebijakan) 2 Mengidentifikasi prospek pengembangan rumput laut di kab. Brebes 3 Merumuskan kebijakan untuk pengembangan rumput laut di kab. Brebes METODE ANALISIS Deskripsi tabulasi Deskripsi Tabulasi Deskriptif JENIS DATA SUMBER DATA OUTPUT Data sekunder: Statistik perikanan, data ekspor rumput laut, Data primer: analisis usaha, kelayakan finansial, sumberdaya rumput laut - Data Primer: key informan (Pelaku usaha) - Hasil analisis Data Ditjen P2HP, Pusdatn, Dinas Kelautan dan Perikanan Brebes Pembudidaya rumput laut, pedagang, key informant (pelaku usaha rumput laut) Din. KP daerah, Din.Perindustri an, Din perdagangan Wawancara dengan key informan Informasi mengenai komoditas, teknik, budidaya, input, produksi, dan pemasaran serta harga rumput laut - Informasi mengenai usaha budidaya rumput laut - Informasi mengenai produksi rumput laut di tingkat pembudidaya Rekomendasi kebijakan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum di Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes berada di bagian utara paling barat Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di antara koordinat '37,7" '28,92" Bujur Timur dan 6 44'56'5" '51,48 Lintang Selatan. Kabupaten Brebes berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (di sebelah Barat), Kabupaten Cilacap dan Banyumas di sebelah Selatan, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. Kab. Brebes merupakan kabupaten yang paling banyak penduduknya di Jawa Tengah, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai jiwa. Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah Ha digunakan untuk lahan sawah, pekarangan/bangunan, tegalan/perkebunan, tambak/kolam/rawarawa, hutan rakyat, hutan Negara, perkebunan Negara/swasta, dan tanah sementara tidak dipergunakan. Peta Kab. Brebes dan Pemanfaatan luas areal dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 di bawah ini. 10

11 Sumber: Gambar 3. Peta Kabupaten Brebes Gambar 4. Pemanfaatan Areal di Kabupaten Brebes Perikanan merupakan subsektor yang turut menyumbang perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Brebes. Perikanan yang berkembang di Kab. Brebes, perikanan tangkap laut, dan perikanan darat (kolam, tambak, waduk dan sungai). Komoditas andalan Kab. Brebes terdiri dari: a. Hasil penangkapan di laut : Teri Nasi, Prik/Petek b. Hasil budidaya tambak : Bandeng, Udang dan Rumput Laut c. Hasil budidaya kolam : Nila, Lele, Gurame, Mas, Tawes d. Hasil penangkapan di perairan umum : Betutu, Nila, dll 11

12 Produksi perikanan Brebes meningkat pada setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan produksi perikanan darat yang cukup signifikan, terutama produksi tambak yang mencapai 28 ribu ton. Hal ini disebabkan pada tahun 2008, dicapainya keberhasilan produksi rumput laut di tambak. Produksi perikanan di Kab. Brebes dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Produksi Perikanan di Kabupaten Brebes Tahun No Subsektor Perikanan Produksi (kg) Perikanan Laut 1,152,212 1,363,924 1,609,312 2,169,619 2 Perikanan Darat 3,760,076 30,091,728 30,821,356 34,725,525 Tambak - 28,084,317 28,789,550 32,654,798 Kolam 239, , , ,516 Waduk 3,249, , , ,803 Sungai 271, , , ,408 Jumlah 8,672,364 61,547,380 63,252,024 71,620,669 Sumber; Kabupaten Brebes Dalam Angka 2009 dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes, 2010 Berdasarkan daya dukung sumberdaya, Kab. Brebes memiliki potensi yang cukup besar. Luas areal untuk perikanan terdiri dari tambak (12.748,12 Ha), kolam (114,4 Ha), Waduk Malahayu (702 Ha) dan Waduk Penjalin (125 Ha). Luas areal tambak di Kab. Brebes, yang potensial untuk tambak rumput laut sebesar 4,350 Ha. Areal yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut baru mencapai Ha dan terdapat areal seluas 2,943 Ha yang belum dimanfaatkan. Potensi areal perikanan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Potensi Areal Perikanan No. Potensi Areal Perikanan Luas (Ha) 1 Lahan Tambak 12,748 - Tambak Lainnya 8,398 - Tambak Rumput Laut 1,407 - Potensi Tambak RL 2,943 2 Kolam Waduk 827 Total Areal Perikanan 13,689 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan,

13 Kabupaten Brebes mempunyai iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan, sehingga cocok untuk daerah pengembangan produk pertanian, peternakan dan perikanan. Kabupaten Brebes terdapat lima wilayah kecamatan yang cocok untuk pengembangan produk perikanan, yaitu: Brebes, Wanasari, Bulukamba, Tanjung dan Losari Perkembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes Potensi Lahan Di Kabupaten Brebes sudah terdapat sentra budidaya rumput laut yaitu di Desa Randusanga Kulon dan Randusanga Wetan. Kedua desa tersebut terdapat di Kecamatan Brebes. Di kecamatan lain yaitu Kecamatan Losari, Bulukamba, Tanjung dan Wanasari usaha budidaya rumput laut ini mulai dikembangkan. Perkembangan budidaya rumput laut ini cukup berkembang pesat. Hal ini disebabkan banyaknya pembudidaya bandeng yang beralih menjadi petani rumput laut. Perkembangan ini pun dapat dilihat dari peningkatan luas lahan tambak budidaya rumput laut yang mencapai hampir 100%. Pada tahun 2009, luas lahan tambak budidaya rumput laut sebesar 612 Ha meningkat menjadi ha pada tahun Luas lahan tambak budidaya Rumput laut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Luas Lahan Tambak di Sentra Budidaya Kab. Brebes Daerah Luas Lahan Tambak (Ha) Desa Randusangan Wetan Desa Randusangan Kulon Luas Total Sumber: Berdasarkan hasil wawancara, status kepemilikan tambak sebagian besar merupakan milik petani. Beberapa areal tambak yang dimiliki oleh petani merupakan warisan, tetapi ada juga yang membeli. Areal tambak yang menjadi lahan sewaan biasanya, penyewa adalah orang dari luar desa. Harga sewa lahan berkisar Rp Rp /Ha/tahun. Masa sewa lahan pun minimal 5 tahun. Status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawa ini. 13

14 Tabel 5. Sebaran Karakteristik Responden Pembudidaya Rumput Laut dan Bandeng di Kabupaten Brebes, Tahun 2011 Karakteristik Pembudidaya Responden Jumlah Orang Prosentase (%) Tingkat Pendidikan - Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus PT 0 0 Umur - < > Pengalaman Usaha Bandeng Rumput Laut Bandeng Rumput Laut - 5 tahun tahun tahun tahun tahun Skala Usaha - < m ha m2 - > m Status Kepemilikan - Milik Sewa Garap 0 0 Sumber: Data primer diolah, tahun Karakteristik Pembudidaya Karakterisrik pembudidaya pun dapat dilihat pada Tabel 5 di atas, dalam kegiatan ini karateristik pembudidaya rumput laut dan Bandeng dibatasi beberapa hal saja yaitu tingkat pendidikan, umur, pengalaman usaha, skala usaha dan status kepemilikan lahan. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat pembudidaya di Kampung Rumput Laut adalah lulusan SD (60%), tetapi terdapat pula responden yang mempunyai tingkat pendidikan SMA (40%). Pendidikan responden terkait dengan tingkat pengetahuan, produktivitas dan keterampilan usaha budidaya perikanan yang pada akhirnya berpengaruh kepada pengambilan keputusan untuk menerima dan melakukan inovasi teknologi. Tinggi rendahnya umur seseorang dapat mempengaruhi suatu keberhasilan usaha dan mempunyai peranan penting dalam karakteristik individu, di samping itu umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan 14

15 seseorang dalam mempelajari, memahami, menerima dan mengadopsi inovasi baru, biasanya usia yang relatif muda akan lebih cepat dalam mengambilan keputusan teknologi yang akan diadopsi. Menurut Kamaludin (1994) bahwa umur digolongkan dalam 3 kategori, yaitu golongan 1: usia tidak produktif (<25 dan > 65 tahun), golongan 2: usia produktif (> 45 sampai 65 tahun) dan golongan 3: usia sangat produktif (25 sampai 45 tahun). Hasil analisis menyebutkan bahwa kisaran umur responden berkisar antara 25 sampai dengan 61 tahun, rata-rata umur responden masih dalam kategori usia produktif yaitu 27 sampai 45 tahun. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa umur responden adalah merupakan usia produktif yaitu 25 sampai 45 tahun sebanyak 70% da usia sangat produktif adalah 20%. Budidaya Pembudidaya yang telah menggeluti budidaya selama bertahun-tahun, terlebih untuk budidaya bandeng dan hal ini tentu saja menjadikan pembudidaya mengerti bagaimana cara menangani permasalahan yang ada, seperti tata cara pemberian pakan, penebaran benih, serangan penyakit dan pemasaran. Sementara untuk budidaya rumput laut merupakan hal baru yang mulai berkembang sejak tahun Mayoritas pembudidaya di Desa Randusanga Wetan dan Randu Sanga Kulon memiliki pengalaman usaha budidaya bandeng lebih dari 21 tahun (60%) dan hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Sementara pembudidaya dalam bidang rumput laut sebanyak 60% mempunyai pengalama usaha kurang dari 5% dan 40% antara 6 10% dan saat ini komoditas rumput laut menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat. Terkait dengan luas lahan, luasan lahan dikategorikan menjadi tiga skala usaha yaitu skala usaha mikro (luas lahan <1.000 m 2 ), pembudidaya dengan skala usaha kecil (luas lahan m m 2 ) dan pembudidaya dengan skala usaha menengah (luas lahan 5.000m m 2 ). Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa semua responden mempunyai luas lahan lebih dari m 2 atau 1 ha, yaitu 1,5-10 ha yang berarti mempunyai skala usaha menengah dan semua lahan dimiliki diusahan untuk budiaya rumput laut dan bandeng. Berdasarkan status kepemilikan lahan, 100% responden di lokasi penelitian menggunakan lahan milik. Lahan usaha budidaya responden pada umumnya adalah tanah warisan yang sudah berupa lahan budidaya. 15

16 Budidaya Rumput Laut PRODUKSI Produksi rumput laut di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan yang cukup sigifikan. Pada tahun 2009, produksi rumput laut mencapai ton dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 59,38% menjadi ton. Sedangkan sampai dengan bulan Maret pada tahun 2011, produksi rumput laut sudah mencapai ton. Di Kabupaten Brebes, terdapat tiga kecamatan yang menjadi sentra produksi rumput laut, yaitu di Kecamatan Losari, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Brebes. Produksi rumput laut berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Produksi Rumput Laut Per Kecamatan di Kab. Brebes No. Kecamatan Produksi (kg) *) 1 Losari 1,138 1,314 32,500 2 Tanjung Bulakamba 526, ,541-4 Wanasari Brebes 4,302,905 7,549,800 5,750,000 Jumlah 4,830,313 8,134,655 5,782,500 *) Data sampai dengan bulan Maret 2011 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes, 2011 Di Kabupaten Brebes, budidaya rumput laut dilakukan dengan sistem polikultur atau tumpang sari. Pada awalnya petani rumput laut adalah pembudidaya bandeng dan udang windu. Tetapi seiring berjalannya waktu, usaha budidaya bandeng dan udang mengalami penurunan produksi. Menurut persepsi pembudadiya, hal ini disebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Selain penurunan produksi, biaya yang dibutuhkan untuk budidaya Bandeng relatif lebih banyak dibandingkan dengan budidaya rumput laut. Setelah diintroduksi rumput laut spesies Gracillaria sp. dari Balai Riset Budidaya perikanan Air Payau Maros maka para pembudidaya Bandeng beralih menjadi petani rumput laut. KARAKTERISTIK USAHA Budidaya perikanan yang diusahakan oleh responden di lokasi penelitian adalah budidaya di tambak dengan komoditas rumput laut dan ikan bandeng 16

17 yang dilakukan secara polikultur. Rumput laut saat ini menjadi komoditas utama yang memberikan kontribusi besar pada pendapatan responden. Pada awalnya budidaya yang diusahakan oleh responden adalah komoditas udang dan bandeng baik secara polikultur maupun monokultur. Penurunan daya dukung lingkungan, mendorong terjadinya peningkatan biaya operasional dan berkembangnya hama penyakit sehingga produksi udang bandeng semakin menurun. Oleh karena itu perlu dikembangkan komoditas baru yang sesuai dengan lahan tambak dan salah satunya adalah rumput laut. Seiring dengan peningkatan produksi rumput laut, bepengaruh pada pendapatan responden, dimana rata-rata pendapatan/tahun dari perikanan yang berasal dari bandeng Rp , rumput laut Rp dan non perikanan Rp Pendapatan dari sektor perikanan menjadi pendapatan utama bagi responden, meskipun beberapa responden mempunyai pekerjaan di luar perikanan seperti karyawan swasata, pensiunan PNS, dan pedagang. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Gracilaria Sp. Budidaya rumput. Rumput laut menjadi menguntungkan, karena rumput laut gracillaria sp berfungsi sebagai biofilter terhadap unsur-unsur yang merugikan, sehingga kesuburan lahan tambak akan meningkat (Anonim, 2011). Selain itu karena siklus budidaya yang tergolong pendek yaitu dalam satu tahun, pembudidaya dapat memanen sebanyak 5 kali. Budidaya rumput laut dilakukan sepanjang tahun dengan waktu pemeliharaan mulai dari tebar bibit sampai dengan masa panen pertama membutuhkan waktu 4 bulan. Selanjutnya masa pemeliharaan sampai dengan panen berikutnya membutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Sedangkan siklus panen bandeng dalam satu tahun sebanyak 2 kali. Dalam menjalankan usaha budidaya, responden mengusahakan sendiri meskipun demikian dalam hal tebar bibit/benih, panen, pengeringan dan pengepakan untuk dibawa kepada pengepul pembudidaya menggunakan tenaga kerja. Terkait dengan kepemilikan lahan tambak, pembudidaya memiliki lahan sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, lahan-lahan yang disewakan mayoritas tidak disewa oleh pembudidaya yang berasal dari Desa Randusanga Wetan atau Randusanga Kulon, melainkan oleh penduduk di luar lokasi penelitian dan lahan mereka digarap oleh orang lain. Oleh karena usaha budidaya rumput laut mempunyai prospek yang menguntungkan maka harga lahan tambak mengalami 17

18 kenaikan. Pada saat ini harga lahan per hektar sebesar Rp Rp dan sewa lahan selama satu tahun sebesar Rp Budidaya yang dilakukan oleh responden adalah polikultur yaitu rumput laut dan bandeng. Tabel 7 menunjukkan usaha budidaya rumput laut dan bandeng pada lahan 4 ha/tahun di lokasi penelitian. Pada usaha ini investasi yang diperlukan oleh pembudidaya adalah lahan, rumah jaga, pintu air dan waring. Rata-rata ukuran lahan tambak yang dimiliki oleh responden adalah 1 ha untuk 1 petak, dimana lahan yang dimilik oleh responden dengan total biaya investasi yang diperlukan sebesar Rp Dalam pengelolaan budidaya rumput laut dan bandeng diperlukan biaya operasional untuk bandeng sebesar Rp untuk pembelian benih, pakan, obat-obatan, tenaga kerja persiapan lahan yang berfungsi untuk menguras lahan dan tenaga kerja panen. Harga benih bandeng bervariasi antara Rp 50 Rp 65 per ekor tergantung dengan jenis ukurannya. Pakan diberikan jika pembudidaya membeli benih ikan bandeng dalam ukuran 5 cm, dan biasanya jika petani membeli benih dalam ukuran tersebut tidak langsung ditebar ke dalam tambak tetapi di tampung terlebih dahulu ke dalam kolam dan setelah 2 bulan dipindah ke dalam tambak rumput laut. Bandeng juga mendapatkan pakan alami dari rumput laut berupa lumut sutera. Lumut sutera ini menjadi hama bagi rumput laut, meskipun demikian dapat digunakan sebagai pakan alami bagi bandeng. Biaya operasional yang dikeluarkan untuk budidaya rumput laut sebesar Rp terdiri dari benih, pupuk atau garam, tenaga kerja tebar dan tenaga kerja panen dan pasca panen. Keperluan pembelian bibit dilakukan oleh responden satu kali pada masa awal penanaman, selanjutnya bibit rumput laut untuk siklus berikutnya diambil dari hasil panen. Tenaga kerja, dalam budidaya rumput laut terdiri dari tenaga kerja tebar dan tenaga kerja panen. Total biaya variabel untuk rumput laut dan bandeng sebesar Rp Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari pajak bumi dan bangunan, pemeliharaan aset dan biaya penyusutan sebanyak Rp Penerimaan hasil panen bandeng sebesar Rp dan rumput laut sebesar Rp , sehingga keuntungan yang didapatkan dari hasil budidaya rumput laut dan bandeng sebesar Rp Analisis usaha budidaya polikultur antara rumput laut dan Bandeng di Desa Randusanga Wetan dan Randusanga Kulon Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. 18

19 Tabel 7. Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Desa Randusanga Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun 2011 Usaha Budidaya Rumput Laut dan Bandeng di Ds Randusanga Wetan & Randusangan Kulon, Kec. Brebes, Kab Brebes Tahun 2011 Unit Analisis : 4 ha/per Tahun NO URAIAN PEMBUDIDAYA 1 Ivestasi Lahan (ha) Rumah Jaga Pintu Air Waring Total Investasi Biaya Variabel a.operasional Bandeng Rumpu Laut Siklus Nilai Total Siklus Nilai Total Benih Bibit Pakan Pupuk Obat-Obatan Tenaga Kerja Sebar Tenaga Kerja Persiapan Lahan Tenaga Kerja Panen & Pasca Panen Tenaga Kerja Panen & Pasca Panen Total Total Total Biaya Variabel Margin Biaya Tetap a.pajak b. Pemeliharaan Aset c. Biaya-Biaya Penyusutan Lahan (ha) Rumah Jaga Pintu Air Waring Total Biaya Tetap Penerimaan Siklus NIlai Total Siklus NIlai Total Bandeng Rumput Laut Total Penerimaan Keuntungan 7 R/C ,8 Sumber : Data Primer Diolah, 2011 INPUT PRODUKSI Di Desa Randusanga Wetan Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes terdapat dua penyedia input produksi. Keduanya telah membuka toko penyedia input produksi semenjak tahun Produk utama yang dijual adalah obat, pupuk, dan pakan. Benih bandeng dan bibit nila biasanya disediakan oleh pedagang pengumpul. Kedua penyedia input produksi mendapatkan produk tersebut dari Agen Abdi Tani dan Tani Bakti di Brebes dan Tegal dengan sistem jual beli tunai. Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis input produksi Rp ,- sampai dengan Rp ,- per bulan. 19

20 Untuk keperluan usaha budidaya di tambak, penyedia input menyedian obat-obatan, pupuk, pakan dan sarana produksi. Obat-obatan yang banyak terjual adalah darmasan dan diazinon, sedangkan pupuk yang banyak terjual adalah pupuk kujang karena harganya lebih ekonomis dibandingkan Pupuk MPK 16, Petrobio, ataupun Pupuk ZA. Produk pakan yang disediakan oleh penyedia sarana input hanya pakan bandeng merek Turbo kualitas 2 dan kualitas 3. Produk input produksi yang disedikan oleh kedua pedagang hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal desa tersebut karena mayoritas konsumen adalah warga desa. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah dengan cara tunai atau jatuh tempo pada saat panen. Pada tahun merupakan masa keemasan bisnis penyedia sarana input produksi, karena omset penjualan dapat mencapai Rp ,- per bulan. Pergeseran komoditas unggulan budidaya desa yang dahulu adalah bandeng namun sekarang berubah menjadi rumput laut menyebabkan omset penjualan menurun karena usaha budidaya rumput laut tidak membutuhkan input produksi yang banyak. Sekarang omset yang diperoleh dalam sebulan hanya mencapai sekitar Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Keuntungan yang diperoleh per bulannya Rp ,-. Berdasarkan persepsi kedua penyedia input produksi, semakin berkembang usaha rumput laut, prospek usaha penyedia input produksi semakin turun. Kebutuhan input produksi rumput laut hanya terbatas pada obat dan pupuk yang jumlahnya sedikit. TENAGA KERJA Pelaku usaha budidaya rumput laut terdiri dari pemilik, pengepul dan tenaga kerja lepas. Dalam siklus budidaya, tenaga kerja yang digunakan: tenaga tebar, tenaga panen, tenaga pembersihan, tenaga grading, tenaga pengemasan, tenaga muat barang dan tenaga pengiriman. Sehingga usaha budidaya rumput selain memberikan keuntungan untuk pembudidaya juga mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja tebar, tenaga kerja pemelihaaraan, tenaga kerja panen dan penjemuran. Sistem upah yang diterapkan adalah sistem prosentase atau sistem borongan. Upah tenaga kerja panen diberikan berdasarkan banyaknya jumlah bandeng yang dipanen. Setiap 1 kg bandeng, upah yang diberikan sebesar Rp Rp 1500, namun terkadang responden memberikan upah tenaga kerja panen Rp /hari. 20

21 Penebaran bibit rumput laut menggunakan tenaga kerja tebar dengan upah per kg sebesar Rp 300 dan tenaga kerja pemeliharaan dilakukan oleh pembudidaya sendiri. Untuk pemanenan sampai dengan penjemuran, besaran upah yang diberikan untuk per kg nya antara Rp Rp 2200 tergantung dengan harga jual rumput laut kering seperti tertera pada Tabel 9. Tabel 8. Pembagian Upah Tenaga Kerja Harga Rumput Laut Kering/Kg Bagian Pembudidaya/Kg Upah Tenaga Kerja/Kg Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sumber : Data Primer Diolah, 2011 Pada setiap penguasaan 1 ha budidaya rumput terutama rumput laut membutuhkan jumlah tenaga kerja sebanyak 96 orang hari (OH) sebagai berikut: (a) tenaga tebar bibit 5 orang, 1 hari (5 OH); (b) tenaga pemeliharaan 1 orang, 45 hari (45 OH); (c) tenaga panen dan penjemuran 5 orang, 6 hari (30 OH); (d) tenaga sortir 3 orang, 2 hari (10 OH) dan (e) tenaga packing 3 orang, 2 hari (6 OH) (Anonim, 2011). Berdasarkan hasil wawancara pembudidaya membutuhkan tenaga kerja antara 2-6 orang persiklus dengan waktu kerja jam Tenaga kerja yang bekerja pada budidaya perikanan adalah laki-laki yang ratarata berasal dari luar keluarga dan dalam desa. Ketersediaan tenaga kerja mudah didapatkan, meskipun lokasi budidaya berdekatan dengan lokasi budidaya bawang merah. Pada sektor perikanan dibutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus terutama untuk tenaga kerja kuli yaitu tenaga kerja untuk nguras. Untuk tenaga kerja kuli sulit untuk didapatkan dikarenakan upah yang diberikan tidak sebesar jika sebagai tenaga kerja panen dan tenaga kerja kuli diberikan upah sebesar Rp /hari. Terkait dengan sistem panen, rumput laut yang telah dipanen selanjutnya dijemur di atas waring. Bila hari panas, rumput laut hanya membutuhkan waktu satu hari untuk proses pengeringan. Tetapi jika cuaca mendung atau bahkan hujan, proses penjemuran membutuhkan waktu 2-3 hari. Dalam satu hari, kemampuan panen tenaga kerja per orang maksimal 500 kg. Setelah kering kemudian, rumput laut dikemas untuk dijual kepada pengepul. Semua hasil panen dijual kepada pengepul yang berada di Kecamatan Brebes dengan sistem pembayaran jatuh tempo antara 3 7 hari setelah ditimbang. 21

22 PEMASARAN Berdasarkan hasil wawancara, pedagang yang berada di Kecamatan Brebes merupakan pedagang antar provinsi. Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Brebes belum terdapat usaha pengolahan rumput laut, sehingga hasil panen rumput laut didistribusikan ke pabrik di luar daerah. Daerah pemasaran rumput laut hasil produksi Kab. Brebes adalah Malang (Indoflora), Pasuruan (PT Agar Sehat, Agar Sari), Tangerang (Agarindo) dan Citureup Kab. Bogor. Budidaya rumput laut dimulai sekitar tahun 2005, sehingga pengalaman berusaha para pedagang rumput laut ini berkisar 3 6 tahun. Berdasarkan volume pembelian rumput laut pedagang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok pedagang besar dan pedagang menengah. Volume penjualan/pembelian pedagang besar sebesar 230 ton/bulan, dengan daerah pemasaran lebih 2 daerah pemasaran yaitu Tangerang. Malang, dan Pasuruan. Sedangkan pedagang menengah hanya mampu melakukan pembelian/penjualan sebesar ton/bulan dengan daerah pemasaran 1-2 daerah pemasaran yaitu Bogor dan Malang, Tangerang dan Malang, Malang dan Pasuruan. Modal yang digunakan oleh pedagang diperoleh dari modal sendiri dan atau bekerjasama dengan anggota keluarga dengan sistem bagi hasil Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Karakteristik Pedagang Rumput Laut di Kab. Brebes No. Kelompok Volume (ton/bulan) Jumlah kelompok petani Jumlah Daerah Pembelian Jumlah Daerah Pemasaran 1 Pedagang Besar 230 > 30 orang >1 daerah >2 daerah 2 Pedagang daerah 1-2 daerah Menengah orang Sumber: Data Primer diolah, 2011 Setiap pedagang mempunyai kelompok petani yang kontinu mengirimkan atau menjual hasil panennya. Hasil panen dibayar oleh pedagang kepada petani setiap satu minggu sekali. Dalam hubungan kerjasama ini tidak ada kontrak yang formal antara pedagang dan petani. Petani bebas melakukan penjualan produknya. Tetapi terdapat beberapa cara yang ditempuh oleh pedagang untuk mengikat petani agar menjual hasil panennya, yaitu: 1. Memberikan pinjaman modal berupa bibit rumput laut. Petani diberikan modal berupa bibit rumput laut seharga Rp 1.000/kg. Waktu pengembalian pinjaman modal tersebut diserahkan ke petani. Pedagang tidak memberikan target 22

23 waktu pengembalian. Tetapi biasanya petani akan mengembalikan modal tersebut pada saat panen. 2. Subsidi silang. Bibit rumput laut akan diberikan secara gratis, tetapi petani harus mengeluarkan biaya upah tenaga kerja untuk penebaran bibit. Tetapi jika petani yang mempunyai bibit rumput laut, maka pedagang yang akan mengeluarkan upah untuk tenaga kerjanya. 3. Pedagang memberikan pinjaman untuk membayar upah tenaga kerja panen. Variable yang paling besar biayanya adalah upah tenaga kerja panen. Pedagang rumput laut di Kec. Brebes tidak mempunyai kontrak kerja dengan pabrik agar. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini terjadi karena menurut persepsi pedagang, harga rumput laut belum mempunyai harga dasar. Sehingga ketidakpastian harga rumput laut di pasaran sangat tinggi. Pedagang pun tidak berani menimbun produk rumput laut. Rumput laut kering dapat disimpan dalam gudang selama enam bulan. Hal lain yang menjadi kendala dalam pemasaran rumput laut adalah tidak diketahuinya standar mutu rumput laut yang dibutuhkan oleh pabrik pengolah. Berdasarkan hasil wawancara, pabrik pengolah tidak bersedia mengemukakan mutu rumput laut yang dibutuhkan. Sehingga seringkali terjadi salah persepsi yang menyebabkan dikembalikannya rumput laut yang sudah dikirim ke pabrik. Tentu saja hal ini sangat merugikan petani dan pedagang, karena dibutuhkan biaya tambahan untuk mengolah rumput lain agar mutunya meningkat dan tambahan biaya pengiriman kembali. Para pedagang dan petani hanya dapat memprediksikan mutu rumput laut yang diinginkan oleh pabrik. Upaya petani dan pedagang agar hasil panennya dapat diterima oleh pabrik adalah dengan mengolah rumput laut lebih bersih dan lebih kering. Dalam hal ini perlu adanya bantuan pihak ketiga, terutama pemerintah untuk menjembatani komunikasi antara pihak pabrik dan petani. Sehingga petani dapat menghasilkan rumput laut yang sesuai dengan mutu yang dibutuhkan oleh pabrik. Pabrik penerima kiriman rumput laut membayar pedagang setiap satu minggu sekali, dengan cara ditransfer. Pengiriman rumput laut oleh pedagang besar, dilakukan sendiri, sedangkan pedagang menengah dilakukan oleh ekspedisi. Dalam proses pengiriman rumput laut, pedagang mengeluarkan biaya kirim berkisar antara Rp Rp ,- per trip. Selain biaya 23

24 transport, pedagang pun mengeluarkan biaya untuk pembersihan, grading, dan pengemasan, dengan biaya sebesar Rp.200/kg. Setiap minggu mengirimkan minimal 10 ton/minggu. Pengiriman ini dilakukan 2 kali minggu. Biaya pengiriman produk yang dikeluarkan oleh pedagang adalah sekitar Rp /minggu. Rincian biaya pengiriman rumput laut ke pabrik dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Biaya Pengiriman Rumput Laut No. Uraian Biaya 1 Biaya Transportasi 3,000,000 a. BBM + supir (Rp/2 trip) 2,400,000 b. Upah muat barang (Rp/2 trip) 400,000 c. Upah bongkar barang (Rp/trip) 200,000 2 Upah pembersihan, grading, & pengemasan (Rp/ton) 2,000,000 3 Kantong 300 Rp (Rp/minggu) 600,000 Jumlah 5,600,000 Sumber: Data Primer diolah, 2011 Tenaga kerja yang diperlukan oleh pedagang adalah tenaga sebar, tenaga gudang (pembersihan, grading, pengemasan), tenaga pengiriman (supir) dan tenaga muat barang. Upah yang dikeluarkan tergantung pada berapa banyak hasil panen rumput laut, sehingga jumlah tenaga kerja tidak ditentukan oleh pedagang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, semakin cepat pekerjaan dapat diselesaikan, sehingga kelompok tenaga kerja dapat bekerja pada usaha budidaya rumput laut lain pada kawasan yang sama. Hasil panen disimpan dahulu dalam gudang pedagang, setelah tonase cukup untuk pengiriman, pedagang menghubungi kelompok kerja untuk bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang, kelompok tenaga kerja mudah diperoleh dan masih tersedia. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok tenaga kerja, bekerja di rumput laut lebih menguntungkan dibanding bekerja di sektor lain (terutama bawang). Karena bekerja di rumput laut, relatif membutuhkan waktu yang lebih singkat, sehingga kelompok tenaga kerja di rumput laut tidak tertarik untuk bekerja di petani bawang. Tenaga kerja yang dibutuh oleh pedagang dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. 24

25 Tabel 11. Kelompok Tenaga Kerja No. Tenaga kerja Upah (Rp/kg) Waktu (hari) Jumlah tenaga kerja (orang) 1 Sebar bibit (Rp/kg) Gudang (Rp/kg) Muat (Rp/trip) Sumber: Data primer diolah, Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Brebes Strategi Budidaya Rumput Laut Seperti uraian di atas, budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes dikembangkan pada tambak. Jenis rumput laut yang dikembangkan adalah Glacillaria spp. Budidaya rumput laut jenis ini menjadi alternatif usaha masyarakat setelah terpuruknya usaha budidaya udang windu dan bandeng. Produktivitas budidaya bandeng dan udang rata-rata berkisar antara 436 kg/ha/tahun sampai kg/ha/tahun. Luas areal tambak dan produktivitas lahan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Rata-rata Luas Areal Tambak (Ha) dan Produktivitas budidaya Bandeng dan Udang pada beberapa desa di Kec. Bulakamba (Kab. Brebes) Desa Jumlah Persil Total luas Areal (Ha) Rata-rata Luas Areal (Ha) Produktivitas (Kg/ha/tahun) Sawojajar Pulogading Pakijangan Grinting Bangsri Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Brebes, 2011 (diolah) Rendahnya produktivitas ini menurut informasi lapangan disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan dan kurang sempurnanya infrastruktur yang mendukung usaha pertambakan. Penurunan kualitas lingkungan terutama kualitas air diperkirakan karena ada hubungannya dengan tingginya penggunaan pestisida pada usaha budidaya bawang merah yang berkembang luas di Kab. Brebes (penyemprotan pada budidaya bawang merah dilakukan seminggu 2 sampai 3 kali selama masa pertumbuhan). Selain itu, penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan juga karena rusaknya hutan manggrove yang terdapat 25

26 disepanjang pantai Kab. Brebes, kerusakan ini telah mengubah keseimbangan ekosistem pada lahan tambak yang terdapat di Kab. Brebes. Potensi lahan tambak yang terdapat di Kabupaten Brebes sekitar hektar, dari jumlah tersebut yang potensial untuk budidaya rumput laut adalah: 250 hektar dari 484 hektar di Desa Randusanga Kulon, 80 hektar dari 276 hektar di desa Randusanga Wetan, dan masih terdapat areal di beberapa desa lainnya di Kab. Brebes yang potensial dikembangkan untuk budidaya rumput laut tersebut. Keberhasilan budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes pada lahan potensial tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bibit, kualitas air dalam tambak, serta kemampuan pengelola tambak dalam mengendalikan gulma yang terdapat pada tambak, serta kondisi infrastruktur yang terdapat di tambak dan sekitarnya. Pada kawasan yang telah berkembang budidaya rumput laut, bibit rumput laut Glacillaria sp pada umumnya diambil dari sisa hasil panen dari penanaman sebelumnya. Namun introduksi bibit rumput laut yang baru, terus dilakukan pada kawasan atau desa yang tambaknya masih terbengkalai dan tidak diusahakan untuk budidaya ikan. Pada bulan Mei 2011, diintroduksi bibit rumput laut Glacillaria dari Maros sebanyak 5 kuintal pada lokasi tambak pada beberapa desa di Kecamatan Sawojajar. Introduksi ini diharapkan secara tidak langsung akan menyebarkan usaha budidaya rumput laut di kalangan pemilik tambak di Brebes. Usaha budidaya rumput laut yang relative singkat, yaitu 45 hari akan lebih menjanjikan apabila dibandingkan dengan usaha budidaya Bandeng yang membutuhkan waktu yang lebih lama. Biasanya pembudidaya jika menanam bandeng pada bulan Oktober Desember, maka akan panen pada bulan Februari April. Budidaya rumput laut dapat berkembang dengan baik jika infrastruktur yang mendukung budidaya tersebut disempurnakan. Di Kabupaten Brebes, infrastruktur yang harus diperbaiki adalah saluran sekunder. Pada kawasan tambak yang terbengkalai banyak saluran sekunder yang tidak terawat dengan baik sehingga keluar masuknya air ke tambak terganggu. Selain itu pintu air pada saluran primer perlu dikendalikan oleh kelompok pembudidaya agar pembagian air dapat merata ke setiap saluran sekunder. Budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes ini perlu didukung oleh berbagai infrastruktur pendukung, terutama jalan produksi yang menghubungkan tambak-tambak di berbagai desa. Jalan tersebut membantu 26

27 memperlancar distribusi hasil panen rumput laut dari tambak ke gudang. Dengan demikian kondisi jalan produksi disekitar tambak memerlukan perhatian penting, agar harga rumput laut tersebut tetap menarik bagi petambak untuk membudidayakan rumput laut. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani rumput laut, produksi rumput Laut dapat diperhatikan pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Luas Lahan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di Brebes 2011 Responden Luas Lahan (Ha) Produksi Rumput Laut Basah Total panen (Ton) Produksi Per Hektar (Ton/ha) Produksi Rumput Laut Kering Total panen (Ton) Produksi per Hektar (Ton/ha) 1 6 4, , ,000 4,000 1, ,800 2, ,000 4,000 1, ,600 1,920 1, ,000 2,400 3, ,280 6,187 1, ,600 1, ,200 2, Sumber: Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil wawancara, produksi rumput laut basah sebanyak 8 ton akan susut menjadi 1 ton rumput laut kering. Potensi tambak sebesar hektar, dan dan jika tambak tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut sekitar 50 persen, maka tambak di Kab. Brebes akan menghasilkan rumput laut basah 16,5 juta ton per tahun atau sekitar 2 juta ton rumput laut kering per tahun. Hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan tambak-tambak yang terbengkalai memerlukan pendekatan kelembagaan agar tambak tersebut dapat berproduksi kembali. Pendekatan kelembagaan tersebut antara lain untuk memfungsikan kembali berbagai prasarana sepanjang saluran irigasi tambak seperti pintu air dan saluran sekunder, sehingga tata air ke dalam tambak dapat diatur dengan baik. Pendekatan kelembagaan harus dilakukan untuk mendorong tambak-tambak tersebut menghasilkan produksi yang memenuhi skala ekonomi. Sehingga tidak ada tambak-tambak yang berproduksi secara parsial yang jauh 27

28 dari hamparan tambak yang berproduksi dalam skala ekonomi. Ketersediaan rumput laut dalam jumlah yang besar tersebut akan dapat mendorong tumbuhnya gudang-gudang penyimpanan rumput laut dalam skala besar di sekitar Brebes. Berproduksinya tambak tersebut harus didukung oleh investasi untuk memperbaiki saluran irigasi primer dan sekunder, serta tanggul untuk mengatasi banjir yang merendam tambak. Investasi ini tentunya harus disediakan oleh pemerintah daerah setempat Pengembangan Industri Rumput Laut Pengembangan Industri rumput laut di Kabupaten Brebes harus direncanakan dengan baik, karena tambak-tambak yang memproduksi rumput laut saat ini masih bersifat sporadis sehingga produksi rumput laut dari tambak di Brebes masih memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Saat ini pengembangan industri pengolahan rumput laut di Kabupaten Brebes dapat dilakukan secara bertahap dengan membangun gudang penyortiran dan pengemasan rumput laut sebanyak 3 unit dengan kapasitas terpasang 300 ton masing-masing pada Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes dan Kecamatan Losari. Gudang ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas rumput laut yang dikirim oleh pedagang antar kota ke pabrik pengolahan rumput laut di Tangerang, Malang, Pasuruan dan Citeureup Bogor. Pembangunan gudang rumput laut tersebut harus bekerja sama dengan pabrik pengolahan rumput laut yang tersebut di atas, sehingga gudang tersebut dapat berfungsi dengan baik. Kerjasama itu diharapkan juga akan mendorong pabrik tersebut mengalokasikan investasi pengolahan rumput laut ke Kab. Brebes. Pembangunan pabrik pengolahan rumput laut secara langsung di Kab. Brebes dikhawatirkan menyebabkan pabrik tersebut tidak dapat berproduksi karena akan kesulitan memperoleh bahan baku. Hal ini terjadi karena pabrik pengolahan rumput laut di Malang, Pasuruan, Tangerang dan Bogor masih memerlukan rumput laut dalam jumlah yang cukup banyak. Pada saat kegiatan ini dilaksanakan, pabrik pengolahan beroperasi dibawah kapasitas terpasang karena hanya memperoleh bahan baku sekitar 20% - 30% dari kapasitas terpasang. Oleh sebab itu, pabrik pengolahan rumput laut tersebut terus mencari bahan baku rumput laut ke berbagai daerah di Indonesia. 28

29 Keberadaan gudang penyortiran dan pengemasan tersebut di Kabupaten Brebes, akan dapat mendorong tambak-tambak tersebut diusahakan kembali oleh masyarakat untuk budidaya rumput laut. Keberadaan gudang rumput laut tersebut dapat juga sebagai awal dari kerjasama antara pengusaha dengan pemilik tambak untuk membangun kerjasama dalam bentuk kemitraan atau kontrak penyewaan lahan (tambak) atau kontrak pembelian hasil panen. Dengan strategi yang demikian diperkirakan tambak-tambak tersebut akan dapat berproduksi dan dapat memenuhi kebutuhan gudang penyimpanan dan pengepakan rumput laut. IV. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan. 1. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang dapat dikembangkan di Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes mempunyai potensi luas areal tambak yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut, terutama tambak yang terbengkalai akibat menurunya produksi udang windu dan bandeng. 2. Di Kabupaten Brebes, usaha budidaya rumput laut dilakukan dengan sistem polikultur atau tumpang sari antara budidaya rumput laut dengan bandeng. Pada awalnya, petani rumput laut melakukan usaha budidaya udang windu dan bandeng. Tetapi produksi udang dan bandeng mengalami penurunan, sehingga ketika rumput laut berhasil dibudidayakan, para pembudidaya udang dan bandeng beralih komoditas. Adanya usaha rumput laut ini, dapat mengangkat kembali perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk. 3. Hasil panen rumput laut dipasarkan ke luar daerah, yaitu ke Malang, Pasuruan, Tangerang dan Citeureup. Di Kabupaten Brebes belum terdapat usaha pengolahan rumput laut. Hal yang sangat mempengaruhi dalam pemasaran rumput laut adalah ketersediaan rumput laut dari daerah lain dan kepastian harga. Jika terjadi panen yang serempak, maka harga rumput laut dari Brebes akan turun. Selain itu tidak diketahuinya standar mutu rumput laut yang diinginkan oleh pasar (dalam hal ini pabrik pengolah). Seringkali terjadi perbedaan persepsi standar mutu, yang menyebabkan hasil panen rumput laut yang sudah dikirim ke pabrik dikembalikan ke petani. Upaya untuk mengatasi hal ini adalah perlunya campur tangan Pemerintah dalam menjembatani komunikasi antara pihak pabrik dan petani. Sehingga petani dapat mengetahui standar mutu yang dibutuhkan oleh Pabrik. 29

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan Latarbelakang Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan Penentuan kelompok-kelompok dampingan didasarkan pada tingkat keseriusan pengurus dan anggota kelompok

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

4. ANALISIS SITUASIONAL

4. ANALISIS SITUASIONAL 29 4. ANALISIS SITUASIONAL Kinerja Sistem Komoditas Udang Komoditas udang Indonesia pernah mencatat masa keemasan sekitar tahun 1980 an, ditandai dengan komoditas udang windu menjadi primadona ekspor yang

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci