BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transaksi ekonomi pada masa sekarang ini cukup tinggi,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transaksi ekonomi pada masa sekarang ini cukup tinggi,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan transaksi ekonomi pada masa sekarang ini cukup tinggi, dimana salah satu penyedia layanan jasa transaksi ekonomi adalah Bank. Apabila mendengar dan menyebut kata Bank pasti akan selalu mengaitkannya dengan uang karena Bank memang merupakan suatu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang lahir karena fungsinya sebagai Agent of Trust dan Agent of Development. Yang dimaksud sebagai Agent of Trust adalah suatu Lembaga Perantara (Intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat, dan sedangkan untuk Agent of Development menjelaskan bahwa Bank adalah suatu Lembaga Perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran serta penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Berdasarkan atas penjelasan penulis sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa usaha Perbankan meliputi 3 (tiga) kegiatan utama yaitu : 1. Menghimpun dana; 2. Menyalurkan dana (kredit); dan 3. Memberikan jasa Bank lainnya. 1

2 2 Dalam melakukan Pemasaran, Bank memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai, seperti dalam hal meningkatkan mutu pelayanan dan menyediakan ragam produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Debitur. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka Bank perlu melakukan hal berikut : 1 1. Menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Debiturnya; 2. Memberikan nilai lebih terhadap produk yang ditawarkan dibandingkan dengan produk pesaing; 3. Menciptakan produk yang memberikan keuntungan dan keamanan terhadap produknya; 4. Memberikan informasi yang benar-benar dibutuhkan Debitur dalam hal keuangannya pada saat dibutuhkan; 5. Memberikan pelayanan yang maksimal mulai dari calon Debitur menjadi Debitur Bank yang bersangkutan; 6. Berusaha menarik minat konsumen untuk menjadi Debitur Bank; 7. Berusaha untuk mempertahankan Debitur yang lama dan berusaha mencari Debitur baru baik dari segi jumlah maupun kualitas Debitur. Dengan diketahuinya keinginan dan kebutuhan nasabah serta lingkungan pemasaran yang mempengaruhinya memudahkan bank untuk melakukan strategi guna merebut hati debitur, yaitu pada penentuan strategi produk. Produk secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan, keinginan 1 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta, PT Raja Grafindo, Divisi Buku Perguruan Tinggi, 2000, hlm

3 3 pelanggan. Artinya, apapun wujudnya selama itu dapat memenuhi keinginan pelanggan dan kebutuhan kita katakan sebagai produk. 2 Sedangkan Philip Kotler 3 mendefinisikan produk sebagai berikut : sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Dalam strategi produk, Bank harus dapat memodifikasi produk yang sudah ada menjadi lebih unggul dan menarik atau Bank pun dapat menciptakan produk baru. Salah satu produk bank yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan adalah kredit, dimana berdefinisi suatu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu berikut dengan jumlah bunga. disamping mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian karena dapat membantu seseorang/ bidang usaha/ Debitur bank yang sedang mengalami kesulitan keuangannya untuk mengembangkan usahanya, kredit pun mengandung risiko yakni salah satunya adalah adanya kemungkinan tidak terlunasinya kredit oleh debitur bank karena sang debitur meninggal dunia dalam masa kredit. Hal tersebut menjadi suatu tantangan dan tuntutan tersendiri bagi Bank, namun kendatipun demikian terdapat suatu eksistensi lembaga yakni perusahaan asuransi yang sengaja dirancang dan dibentuk sebagai 2 Ibid., hlm Ibid

4 4 lembaga pengambil alih dan penerima risiko, pada dasarnya menawarkan jasa proteksi sebagai bentuk produknya kepada masyarakat, khususnya debitur bank, sehingga sebagai pemenuhan atas tuntutan tersebut serta untuk mengantisipasi dan/atau mengatasi risiko terkait kredit sebagaimana tersebut sebelumnya pihak bank dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di luar perusahaan dengan cara menjalin kerjasama dengan suatu perusahaan asuransi yang dikenal dengan istilah bancassurance. bancassurance adalah bentuk pemasaran beragam produk asuransi dengan bank sebagai sarana distribusi. Tentunya bisnis ini berbentuk kerjasama antara pihak bank dengan asuransi tanpa mengambil alih produk-produk asuransi, dalam artian bahwa pihak asuransi dapat menjual beragam produk asuransi mereka melalui bank dan produk tersebut bukanlah produk yang dikeluarkan oleh bank, sehingga pendistribusian dan pemasaran perihal asuransi lebih luas dan besar. Dari sisi hukum, bancassurance merupakan aktivitas hukum yang timbul dari perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana pihak bank sepakat untuk bertindak sebagai mitra dalam rangka memasarkan berbagai macam produk asuransi di wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh bank. Manfaat dari kerjasama ini antara lain: 4 1. Memberikan nilai tambah kepada debitur bank; 2. Meningkatkan nilai kepuasan debitur, sehingga meningkatkan loyalitas debitur bank; 4 Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP

5 5 3. Merealisasikan one stop financial service center; 4. Sumber potensial fee based income bagi pihak bank; 5. Meningkatkan pendapatan premi asuransi. Selama ini banyak yang tidak paham tentang bancassuranse. Sebagian orang menilai bancassurance merupakan produk asuransi yang dikeluarkan oleh bank. Padahal, bancassurance adalah produk asuransi yang dikembangkan dan didistribusikan melalui jaringan bank. Tentunya bisnis ini berbentuk kerjasama antara pihak bank dan pihak asuransi tanpa mengambil alih produk-produk asuransi. Artinya, pihak asuransi dapat menjual produk-produk asuransi mereka melalui bank dan produk tersebut bukanlah produk yang dikeluarkan oleh bank. Sehingga pendistribusian dan pemasaran perihal asuransi lebih luas dan besar. Sesuai dengan Surat Edara Bank Indonesia Nomor 12/35/DNPN, model bisnis seperti ini terbagi atas tiga bagian. Pertama, model bisnis referensi, bank hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Kedua yaitu model bisnis kerjasama distribusi jadi bank hanya memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada nasabah. Ketiga model bisnis integrasi produk yang melakukan modifikasi atau menggabungkan produk asuransi dengan produk bank. Dengan kata lain, walaupun pada awalnya hubungan hukum antara bank dengan debiturnya telah eksis berdasarkan kontrak yang timbul dari penggunaan produk perbankan seperti yang diatur dalam Pasal 6 sampai 9 Undang-undang No. 7 tahun 1992 jo. Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, akan tetapi

6 6 dalam skema bancassurance ini, konsekuensi perikatan yang timbul dari perjanjian asuransi yang dijual bank terhadap debiturnya tersebut bukanlah menimbulkan perikatan antara si debitur dengan bank, tetapi perikatan yang timbul tetap antara si debitur (yang berubah menjadi tertanggung dalam kontrak asuransi) dengan perusahaan asuransi penerbit. Akan tetapi walaupun secara teori batasan-batasan hak dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat dalam bancassurance cukup jelas, tetap saja berbagai permasalahan hukum dapat muncul dalam pelaksanaannya di lapangan yang bisa saja datang dari pihak perusahaan asuransi. Sebagai salah satu contoh yang sarat terjadi adalah kegagalan/keterlambatan/tidak dilakukannya pembayaran klaim asuransi yang sebenarnya secara hukum telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh pihak debitur kepada pihak asuransi, secara langsung ataupun tidak langsung akan menimbulkan kerepotan tersendiri bagi pihak bank, terlebih apabila kegagalan dimaksud disebabkan oleh menurunnya tingkat keuangan/solvabilitas, atau telah dicabutnya izin perusahaan asuransi terkait, mengingat dalam skema kerjasama bancassurance pihak bank selaku pemasar produk asuransi kepada debiturnya wajib mengetahui kondisi keuangan/kesanggupan sebuah perusahaan asuransi terafiliasi ataupun yang akan menjadi mitra bank sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Undang-Undang guna memastikan kesanggupan atas pemenuhan kewajiban asuransi terhadap klaim yang diajukan oleh debitur bank. Pencabutan izin usaha adalah suatu tindakan Menteri Keuangan melalui Otoritas Jasa Keuangan terhadap perusahaan asuransi yang telah melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

7 7 Sebagai pihak yang juga mempertaruhkan reputasi banknya ketika menawarkan produk asuransi tersebut kepada debiturnya, ketidakmampuan atau tindakan ingkar janji dari perusahaan asuransi akan menimbulkan citra buruk tidak saja pada perusahaan asuransi, tetapi juga akan berimbas pada reputasi bank tersebut. 5 Konsekuensinya peristiwa ini tidak saja akan menimbulkan persoalan hukum antara tertanggung dengan pihak asuransi yang tidak mampu melunasi pembayaran klaim tersebut, akan tetapi juga berpotensi menimbulkan persoalan hukum antara bank dengan perusahaan asuransi terhadap kerugian yang dialami oleh bank atas hilang atau menurunnya kepercayaan dari tertanggung yang dikecewakan, yakni sebagai debitur bank. Belum lagi bila tertanggung sebagai debitur bank dimaksud secara gelap mata melakukan gugatan perdata dan mendudukan bank sebagai tergugat dua ataupun turut tergugat atas wanprestasi terhadap pemenuhan klaim asuransi yang dijual melalui bank, mengingat debitur bank selaku tertanggung (konsumen/pemakai produk) telah dilindungi oleh ketentuan Pasal 6 Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang menyatakan bahwa : 6 1. Penutupan asuransi atas objek asuransi harus didasarkan pada kebebasan memilih penanggung, kecuali bagi program asuransi sosial; 5 Bancassurance Tidak Ambil Alih Produk Asuransi, diakses dari pada tanggal 12 Januari Junimart Girsang, Kejahatan Korporasi Asuransi, Jakarta, Q Communication, 2013, hlm. 177

8 8 2. Penutupan objek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan dengan memperhatikan daya tampung perusahaan asuransi dan Perusahaan reasuransi di dalam negeri; 3. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bahwa dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) dimaksudkan untuk melindungi hak tertanggung agar dapat secara bebas memilih perusahaan asuransi sebagai penanggungnya. Hal ini dipandang perlu mengingat tertanggung adalah pihak yang paling berkepentingan atas objek yang mereka pertanggungkan sehingga sudah sewajarnya jika mereka secara bebas tanpa adanya pengaruh dan tekanan dari pihak manapun dapat menentukan sendiri perusahaan asuransi yang akan menjadi penanggungnya. Selanjutnya penjelasan dalam ayat (2) nya menyatakan bahwa dalam asas kebebasan untuk memilih penanggung ini terkandung maksud bahwa tertanggung bebas menempatkan penutupan objek asuransinya pada perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian yang memperoleh izin usaha di Indonesia. Perlindungan hukum bagi pemegang polis tidak dapat diberikan secara maksimal dalam praktek pelaksanaanya sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan atau dengan kata lain undang-undang atau ketentuan yang ada belum cukup memadai untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemegang polis.

9 9 Dengan demikian maka berdasarkan pemaparan penulis yang telah diuraikan sebelumnya, dapat menjelaskan bahwa bank selaku pemasar dan dalam melakukan pemasaran produk perusahaan asuransi bagi debiturnya wajib mengikuti dan mematuhi syarat dan ketentuan yang diatur pada regulasi/aturan terkait kerjasama dalam skema bancassurance, tidak terbatas pada penerapan asas kebebasan memilih kepada debiturnya, dan sedangkan pihak debitur bank selaku konsumen (pengguna produk) berhak secara bebas untuk memilih perusahaan asuransi yang akan menjadi penanggungnya. Dalam praktiknya, penulis menemukan kejadian dimana bank dalam menjalankan aktivitas bancassurance secara hanya menitik beratkan sebatas pada 1 (satu) sisi saja yakni hasil akhir yang didapat, tanpa memperhatikan 1 (satu) sisi lainnya yaitu proses, yakni dalam bentuk kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur (regulasi) yang menaunginya guna menghasilkan adanya suatu penerapan manajemen risiko, khususnya terhadap timbulnya risiko pada perusahaan asuransi sebagai mitra bank yang dapat mengakibatkan kerugian bagi debitur bank. Nasabah harusnya tidak dirugikan ketika membeli polis lewat kerjasama bancassurance. Karena nasabah ini ada akibat kerjasama yang dilakukan oleh bank dengan perusahaan asuransi. Begitu penting dan fundamentalnya peranan bank terhadap kelangsungan aktivitas bancassurance dan adanya praktik di lapangan yang ternyata berlawanan dan tidak sejalan dengan fungsi dan peranan yang telah dimandatkan oleh regulator sebagaimana mestinya dijalankan oleh bank mengundang minat penulis untuk melihat lebih jauh eksistensi atas fungsi dan peranan bank dalam aktual

10 10 pelaksanaanya pada industri perbankan yang difokuskan pada tanggung jawab bank terhadap segala risiko yang menimpa debiturnya dalam aktivitas bancassurance. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian di dalam tesis ini yang berjudul Pertanggungjawaban bank terhadap debitur dalam skema bancassurance dengan perusahaan asuransi yang telah dicabut izin usahanya B. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumukan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah dampak proses penunjukan perusahaan asuransi terhadap penjaminan kredit oleh Perusahaan Asuransi melalui skema bancassurance? 2. Bagaimana tanggung jawab bank terhadap debitur bancassurance dalam hal perusahaan asuransi yang ditunjuk telah dicabut izin usahanya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dampak proses penunjukan perusahaan asuransi terhadap penjaminan kredit oleh Perusahaan Asuransi melalui skema bancassurance. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab bank terhadap debitur bancassurance dalam hal perusahaan asuransi yang ditunjuk telah dicabut izin usahanya.

11 11 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perbankan yang dapat memberikan sumbangan teori dalam mendukung penerapan atau implementasi pertanggungjawaban bank terhadap debitur dalam skema bancassurance dengan perusahaan asuransi yang telah dicabut izin usahanya 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pegangan dan sumbangan pemikiran bagi : 1) Badan Legislatif 2) Aparat penegak hukum (Hakim, Mediator dan Penasehat Hukum) 3) Pembaharuan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum. E. Keaslian Penelitian Dari beberapa referensi yang penulis temukan, terdapat beberapa penulisan mengenai Bancassurance dikaitkan dengan pertangungjawaban bank terhadap Debiturnya. Pada penulisan ini, penulis mengangkat judul Pertanggungjawaban Bank Terhadap Debitur dalam Skema Bancassurance dengan Perusahaan Asuransi yang Telah Dicabut Izin Usahanya merupakan hal lain dibanding dengan penulisanpenulisan sebelumnya, yang memiliki sudut pandang yang berbeda dan fokus

12 12 penelitian yang berbeda pula. Beberapa penulisan yang penulis temukan yang berkaitan dengan Bancassurance dapat dilihat pada matriks keaslian penelitian pada Tabel (i): 7 Tabel (i) Matriks Keaslian Penelitian PENELI NO TI TAHUN 1 Rudhi Mukhtar Eko Putera Anindya Nila Ayu 2012 JUDUL PENELITIAN Tanggung jawab Perusahaan Asuransi dan Bank Terhadap Nasabah Dalam Skema Bancassurance Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Bancassurance FOKUS PENELITIA N 1. Menjab arkan subjek hukum/pihak yang terlibat dalam skema Bancassuran ce. 2. Menjab arkan hubungan hukum antara para pihak dalam skema Bancassuran ce. 3. Menjab arkan tanggung jawab para pihak dalam skema Bancassuran ce. 1. Menjabarkan tanggung jawab Bank terhadap Nasabah Bancassuran ce ditinjau HASIL PENELITIAN 1. Subjek hukum dalam Bancassurace adalah Bank, Perusahaan Asuransi, dan Nasabah. 2. Kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi dalam Bancassurance tidak dapat membawa Bank untuk ikut serta menanggung pembayaran klaim dari Nasabah. 3. Pembayaran klaim tetap menjadi tanggung jawab Perusahaan Asuransi. 1. Tanggung jawab Bank menurut SE BI 12/35/DPNP hanya sebatas terhadap produk hasil kerjasama dalam bentuk integrasi. 2. Bank selaku pelaku

13 13 dari SE BI 12/35/DPNP. 2. Menjab arkan tanggung jawab Bank terhadap Nasabah ditinjau dari UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. usaha menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen harus turut bertanggung jawab terhadap semua produk yang dikeluarkan terkait produk Bancassurance. Rudhi menemukan bahwa subjek hukum yang terlibat di dalam aktivitas Bancassurance adalah terdiri dari 3 (tiga) pihak yaitu Bank, Perusahaan Asuransi, dan Nasabah. walaupun demikian, Bank selaku salah satu subek hukum yang terlibat pada kerjasama Bancassurance tidak dapat diikutsertakan untuk menanggung pembayaran klaim yang diajukan oleh Nasabah, melainkan Perusahaan Asuransi lah yang harus bertanggungjawab terhadap pembayaran atas klaim yang diajukan oleh Nasabah. Sedangkan Anindya menemukan bahwa dari ketiga kerjasama yang telah diamanatkan oleh SE BI 12/35/DPNP, Bank hanya dapat bertanggung jawab sebatas 7 Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi dan Bank terhadap Nasabah Dalam Skema Bancassurance dan Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Bancassurance diakses dari p%3a%2f%2flib.ui.ac.id%2ffile%3ffile%3dpdf%2fabstrak pdf&ei=ZIhUVNeHBNGWuQTen4KgAg&usg=AFQjCNHf3I07FWKYQvgjstJbBeuQtvLCow &bvm=bv ,d.c2e dan pada tanggal 12 Januari 2014

14 14 risiko dari produk hasil kerjasama dalam model integrasi, akan tetapi secara implisit selain kerjasama integrasi produk, Bank tetap akan bisa bertanggung jawab karena adanya ketentuan di SE BI 12/35/DPNP butir II huruf B.1.a.b.c yang mewajibkan bahwa Bank harus berhati-hati dalam memilih Perusahaan Asuransi mitranya. Kendatipun demikian apabila dikaitkan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maka Bank selaku pelaku usaha dapat dikenai tanggung jawab atas keseluruhan produk yang dikeluarkan berdasarkan ketiga kerjasama sebagaimana tersebut pada SE BI 12/35/DPNP yang didasarkan atas prinsip Product Liability serta Strict Liability. Penemuan Rudhi dan Anindya tersebut diatas merupakan antitesa dari apa yang penulis teliti nantinya, mengingat cenderung hanya menjelaskan sebatas tentang siapa sajakah subjek hukum/pihak yang terlibat dalam rangka Bancassurance, pihak mana saja yang tidak/dapat bertanggung jawab terhadap klaim dari Nasabah, dan hanya memaparkan berbagai macam batasan atas tanggung jawab yang harus dilakukan berdasarkan aturan/undang-undang yang menaunginya tanpa menganalisa hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam suatu aktivitas Bancassurance, yang meliputi proses, dampak, serta akibat dan bentuk pertanggungjawaban bagi pihak Bank terhadap Debiturnya. Pada penulisan ini penulis cenderung berangkat pada penjabaran dari adanya suatu dasar mekanisme atas langkah-langkah/proses penunjukan/penetapan Perusahaan Asuransi yang dilakukan oleh Bank sebagai Mitranya dalam rangka kerjasama Bancassurance, dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penghindaran atas risiko-risiko yang mungkin akan timbul ke

15 15 depannya, dan memfokuskan analisa terhadap bentuk pertanggungjawaban Bank kepada Debiturnya apabila ternyata diketemukan tingkat keuangan/solvabilitas Perusahaan Asuransi yang telah ditetapkan/ditunjuk mengalami kemerosotan dan berakibat terjadinya pencabutan izin usaha. Adapun kejadian yang dijadikan objek dalam peneilitian ini adalah gagalnya PT. Asuransi Jiwa Nusantara (selanjutnya disebut PT. AJN ) didalam membayar klaim yang diajukan oleh Debitur PT. Bank DKI sebagai akibat dari pencabutan ijin usaha Asuransi PT. AJN. Pada kejadian tersebut, PT.Bank DKI selaku pemasar produk Asuransi PT. AJN turut dituntut oleh Debiturnya untuk ikut serta melakukan pembayaran atas klaim yang diajukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kelalaian PT. Bank DKI didalam memilih/menetapkan/menunjuk Perusahaan Asuransi sebagai mitranya dalam rangka Bancassurance.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia pada kenyataannya adalah makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus berinteraksi dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan. harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya.

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan. harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan kehidupan manusia dapat terjadi karena

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian suatu negara, industri perbankan merupakan salah satu sektor yang penting sebagai penunjang perekonomian negara. Di Indonesia sendiri, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 6/43/DPNP Jakarta, 7 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5896 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 127). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa industri perasuransian yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II BANCASSURANCE

BAB II BANCASSURANCE 20 BAB IV : TINJAUAN HUKUM DALAM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM HAL BANCASSURANCE DI BANK SYARIAH (RISET PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG ISKANDAR MUDA KOTA MEDAN) Dalam bab ini akan menjawab tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III BAB I PENDAHULUAN Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 1 Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga mendorong lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan kegiatan ekonomi yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan pertanggungan atau perusahaan asuransi adalah suatu badan hukum yang sanggup mengambil alih risiko seseorang berdasarkan perjanjian pertanggungan. 1 Selain

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah antara lain: 1. Bentuk perikatan dan risiko atas jaminan kebendaan bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan dan perkembangan Ekonomi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya laju perekonomian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal dalam suatu kegiatan usaha memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal dalam suatu kegiatan usaha memegang peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal dalam suatu kegiatan usaha memegang peranan yang sangat penting. Usaha apapun baik usaha kecil, menengah, maupun besar sekalipun memerlukan modal untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan selanjutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang ada di negara kita memiliki peran yang sangat penting, yaitu sebagai penunjang kegiatan roda perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini oleh Pemerintah Indonesia merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai 9 (sembilan) sektor perekonomian. Kesembilan sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan kesembilan sektor tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Seiring berkembangnya perekonomian suatu negara, maka akan semakin banyak lembaga keuangan yang berdiri. Lembaga keuangan ini sangat berpengaruh besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. BAB I PENDAHULUAN Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. Oleh karena itu, para pihak dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini kita dapat melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal ini terlihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak pemberi pinjaman dan pihak peminjam. Dalam kesehariannya

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak pemberi pinjaman dan pihak peminjam. Dalam kesehariannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Peranan tersebut terwujudkan dalam fungsi utamanya sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan dalam perjanjian kredit secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan dan pernyataan kesanggupan seseorang atau badan untuk menanggung pembayaran kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan badan usaha yang memiliki kegiatan pokok menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian negara. Salah satu ciri-ciri negara industri maju maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memegang peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Sebagai salah satu lembaga penyedia jasa keuangan, bank mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya melalui lembaga perbankan, lembaga tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2016:

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2016: SIARAN PERS UNTUK DISIARKAN SEGERA Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2016; Total Pendapatan Asuransi Jiwa Meningkat Pesat 78,1% Seiring Perbaikan Hasil Investasi Yang Signifikan Total pendapatan

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang berkelanjutan dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BANCATAKAFUL Potensi dan Tantangan Untuk Pertumbuhan Unit Syariah

BANCATAKAFUL Potensi dan Tantangan Untuk Pertumbuhan Unit Syariah BANCATAKAFUL Potensi dan Tantangan Untuk Pertumbuhan Unit Syariah September 2016 DAFTAR ISI 1. Latar Belakang dan Tujuan 2. Bisnis Model BancaTakaful 3. Mengapa BancaTakaful penting bagi Bank? 4. Persiapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia memiliki hasrat untuk memperoleh kehidupan yang layak dan berkecukupan. Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan perekonomian, setiap orang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2014 KEUANGAN. OJK. Sengketa. Penyelesaian. Alternatif. Lembaga. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5499) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BANK 1. Pengertian Bank Pengertian Lembaga keuangan menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 menurut Martono, 2002:2 menyatakan bahwa Semua badan melalui kegiatan-kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga, misalnya mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Jika

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Tinjauan Hukum Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Penerapan Klausula Baku Dalam Transaksi Kredit Sebagai Upaya Untuk Melindungi Nasabah Dikaitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pembebanan objek jaminan pada perjanjian kredit dengan jaminan polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini menggunakan lembaga jaminan gadai. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank membantu pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum pasar barang dan jasa modern terbentuk, kegiatan transaksi barang dan jasa dilakukan dengan cara sangat sederhana yaitu barter. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri industri yang didirikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, selain berfungsi sebagai penampung dana masyarakat, juga berfungsi sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH 3.1 Kegagalan Suatu Akad (kontrak) Kontrak sebagai instrumen pertukaran hak dan kewajiban diharapkan dapat berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 38 Pendapatan Premi Jadi Kontributor Capaian Laba

Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 38 Pendapatan Premi Jadi Kontributor Capaian Laba Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 38 Pendapatan Premi Jadi Kontributor Capaian Laba Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 38 Unggulkan Pendapatan Premi Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 39 Terus Jaga Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga yang memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kemajuan bank di suatu negara dapat dijadikan tolak ukur kemajuan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan masyarakat ialah Bank. Bank mempunyai peran yang sangat penting. Mengapa demikian, karena perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km².

BAB 1 PENDAHULUAN. metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km². BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kota ini merupakan kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km². Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan mengarahkan pembangunan ekonomi dan perdagangan. Untuk mengelola perseroan perlu adanya modal, yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia, kegiatan bisnis bank umum menjadi semakin canggih dan beraneka ragam. Berbagai macam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia selama ini adalah merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit ataupun bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit ataupun bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit ataupun bentuk-bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D 101 09 185 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Perjanjian Kredit Bank.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan awal langkah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena

Lebih terperinci