Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta
|
|
- Dewi Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta Alwin Suryono alwin@unpar.ac.id Program Studi arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan Abstrak Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta (lengkap terbangun tahun 1926) bergaya campuran arsitektur Eropa-Tradisional Jawa adalah tempat upacara resmi kerajaan. Dahulu tempat penobatan Sultan-sultan Mataram dan Presiden RI. Pertama, kini juga sebagai objek wisata. Tujuan studi ini mengungkap makna keuniversalan-kelokalan dan wujud arsitekturnya, lalu mendeskripsikan konsep pelestariannya. Metoda studi adalah deskriptif-eksplanatif, dengan pendekatan Budaya Jawa- Arsitektur-Pelestarian. Makna keuniversalan berdasar filosofi Budaya Jawa kesatuan interaksi alamsosial-spiritual, makna kelokalan berdasar budaya toleransi berwujud 2 gaya arsitektur (tradisional Jawa-Eropa) dalam 1 bangunan. Interaksi alam terkait tata ruang simetri terhadap sumbu Filosofis dan bangunan adaptif lingkungan. Interaksi sosial terkait dialog antara Sultan (di dalam bangsal) dan rakyak (duduk di Alun-Alun Utara). Interaksi spiritual terkait ritual Sultan bermeditasi di bangsal ini, memandang ke arahtugu Pal Putih. Konsep pelestarian adalah Preservasi tata ruang (posisiketerbukaan bangsal); Restorasi Alun-alun Utara (rumput dan pohon sekeliling); Preservasiperawatan rutin bangunan (atap, plafon, balok tumpangsari, talang, jendela, tiang, ornamen). Kata kunci: budaya, keuniversalan, kelokalan, preservasi, restorasi Pendahuluan Indonesia memiliki ribuan bangunan cagar budaya berupa arsitektur tradisional maupun arsitektur peninggalan kolonial yang tersebar di berbagai daerah, yang memiliki keunikan khas masing-masing. Satu diantaranya adalah arsitektur Tradisional Jawa di Yogyakarta, dengan keunikan terkait budaya dan alam lokalnya. Sosoknya dapat dilihat pada arsitektur tempat ibadah, istana dan rumah tinggal. Banyak diantaranya telah dijadikan bangunan cagar budaya, terutama yang ada di Kraton Yogyakarta. Keindahan/keunikan bangunan-bangunan tradisional Kraton telah lama menjadi daya tarik wisata manca negara, sehingga peran bangunan-bangunan tersebut saat ini adalah juga sebagai objek wisata. Peran ganda dari bangunan-bangunan tradisional di Kraton Yogyakarta berpengaruh pada keutuhankeaslian bangunan asalnya. Keutuhan/keaslianya pada umumnya masih terjaga, namun ada juga yang kurang terjaga. Tuntutan sebagai objek wisata adalah daya tarik, kenyamanan/keamanan maksimal bagi wisatawan, dan efektif-efisien bagi pengelola. Sedangkan tuntutan dari bangunan cagar budaya berusia tua adalah keutuhan-keaslian semaksimal mungkin, agar nilai-nilai masa lalunya bertahan maksimal. Bangunan cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa, sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia, yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilestarikan dengan tepat [UURI no.11 tahun 2010]. Arsitektur bangunan cagar budaya di Kraton Yogyakarta (berusia diatas 80 tahun) sesuai Prosiding Seminar Heritage IPLBI
2 Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta filosofi Budaya Jawa tentang keberlanjutan, yaitu keseimbangan interaksi pada alam, sosial dan spiritual. Filosofi budaya ini bersifat universal (serupa Jepang, Cina), namun wujud arsitekturnya bersifat lokal (hanya di Yogyakarta). Keuniversalan suatu budaya (arsitektur) menjadikannya lebih diapresiasi karena adanya kesamaan dengan daerah-daerah lain, sedangkan kelokalannya merupakan keunikan yang dapat menjadi daya tarik karena berbeda dengan daerah lain. Karena itulah makna keuniversalan dan kelokalan dalam arsitektur Tradisional Jawa di Kraton Yogyakarta perlu diangkat dan didiskusikan dalam seminar ini. Pelestarian dipahami sebagai suatu proses memahami, melindungi, merawat dan melakukan tindakan pelestarian pada suatu tempat (bangunan/lingkungan) bersejarah yang masih ada, agar Nilai-nilainya bertahan [Suryono 2015]. Bangunan bernilai sejarah/budaya di Kraton Yogyakarta (tempat penobatan Sultan-sultan kerajaan Mataram dan Presiden RI. pertama, upacara-upacara kerajaan, ritual spiritual Sultan) adalah Bangsal Sitihinggil, yang terletak di bagian muka Kraton. Bangsal ini dapat dibaca sebagai wujud arsitektur makna universal dan lokal Budaya Jawa. Pemahaman makna keuniversalan dan kelokalan dari arsitektur Bangsal Sitihinggil cukup signifikan, terkait tekanan globalisasi arsitektural pada saat ini. Maka isu utama yang diajukan ialah pelestarian makna keuniversalan dan kelokalan dalam arsitektur Tradisional Jawa di Kraton Yogyakarta. Permasalahan yang diangkat dalam studi ini adalah makna keuniversalan-kelokalan (intangible) dan wujud arsitekturnya (tangible) dari bangsal Sitihinggil Kraton Yogyakarta; elemen-elemen pembentuknya (arsitektural); dan konsep pelestariannya. Tujuan studi ini adalah mengungkap makna keuniversalan dan kelokalan arsitektur Bangsal Sitihinggil, serta mendeskripsikan konsep pelestariannya. Pendekatan melalui aspek Budaya Jawa, arsitektur dan pelestarian. Manfaat dari studi ini memberikan pemahaman terhadap makna keuniversalan dan kelokalan arsitektur, sebagai faktor penting dalam pelestarian arsitektur bangunan cagar budaya. Pemahaman tersebut sebagai pengarah proses pelestarian agar nilai-nilai budayanya dapat terjaga sekaligus menjawab tuntutan kekinian. Studi ini juga bermanfaat untuk arstektur masa kini, sebagai masukan untuk tetap berakar pada kelokalan (budaya, alam) namun dapat memenuhi keuniversalan masa kini. Teori dan Metode Penelitian Studi pelestarian kesemestaan dan kesetempatan arsitektur Bangsal Sitihinggil Kraton Yogyakarta melalui pendekatan Budaya Jawa, teori arsitektur dan teori pelestarian. Pendekatan Budaya Jawa Wujud kebudayaan minimal ada tiga, yaitu [1] sebagai filosofi, nilai-nilai, aturan (wujud ideal); [2] sebagai aktivitas kelakuan berpola dalam masyarakat (sistem sosial); dan [3] sebagai benda-benda hasil karya manusia (kebudayaan fisik) [Koentjaraningrat 2015]. Ke-3 wujud dari kebudayaan tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain. Nilai-nilai dalam Budaya Jawa yang digunakan dalam studi ini adalah Kaidah Dasar Kehidupan Masyarakat Jawa (kerukunan, toleransi) [Suseno 1988, Endraswara 2010] dan Pandangan Dunia Jawa (kesatuan menyeluruh interaksi spiritual-sosial-alam) [Suseno 1988]. Kata rukun berarti tenang dan tenteram, tercapai keseimbangan sosial [Suseno 1988]. Toleransi menjadi pokok sikap mental orang Jawa, yang memandang perbedaan-perbedaan budaya hakikatnya adalah satu juga. Kehadiran budaya lain dianggap sebagai suatu pengayaan budaya, sehingga dapat menerima/hidup bersama bangsa lain dengan mesra tanpa mengunggulkan diri [Endraswara 2010]. 96 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
3 Alwin Suryono Dalam Pandangan Dunia Jawa, realitas dilihat sebagai satu kesatuan menyeluruh dan saling berhubungan, tidak dibagi dalam berbagai bidang yang terpisah-pisah. Interaksi-interakasi sosial sekaligus merupakan sikap terhadap alam, dan sikap spiritual [Suseno 1988]. Teori Arsitektur Pendekatan arsitektur dari studi ini melalui teori Capon, yang melihat arsitektur sebagai susunan dari elemen-elemennya dari aspek bentuk-fungsi-makna [Capon 1999]. Aspek bentuk berupa bangunan dan ruang luar, aspek fungsi mengacu pada kegiatan yang diwadahi, dan aspek makna berupa arti interpretasi dari sosok bangunan dan ruang luar [Suryono 2015]. Keuniversalan dan kelokalan arsitektur dapat dilihat sebagai aspek makna, yaitu makna dari aspek bentuk arsitektur (bangunan dan ruang luar). Makna suatu bangunan diperoleh melalui interpretasi seni/sejarah, dan makna simbolik bangunan dapat berupa: Simbolik pemilik/organisasi; Simbolik budaya/gaya hidup; dan Simbolik untuk tujuan tertentu [Capon 1999]. Aspek makna pada studi ini berdasar nilai/filosofi Budaya Jawa, dari aspek universal dan kelokalan. Aspek Fungsi dipahami sebagai peran bangunan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, meliputi fungsi fisik, fungsi sosial, fungsi simbol budaya [Capon 1999; Schulz 1997]. Fungsi fisik ialah peran bangunan menyediakan kenyamanan fisik untuk aktifitas yang diwadahi, antara lain [Mangunwijaya 1981; Olgay 1992]: Kenyamanan ruang (luas/bentuk ruang terhadap kebutuhan aktivitasnya); Kenyamanan termal; Kenyamanan visual; dan Kenyamanan audial. Aspek fungsi studi ini mengacu pada kegiatan Kraton masa lalu dan masa kini. Teori Pelestarian Bangunan bersejarah merupakan perwujudan fisik sejarah masyarakat, bukti material dari cara hidup/budaya masa lalu, serta sumber material-budaya terbatas yang jika rusak akan tak dapat dikembalikan lagi. Pelestarian bangunan peninggalan merupakan sarana signifikan bagi masyarakat agar dapat mempertahankan dan menunjukkan kepribadian dan keunikannya terhadap penyeragaman arsitektur global yang sulit dihindari [Orbasli 2008]. Karena itulah warisan bangunan bersejarah menjadi penting mengingat gencarnya kegiatan modernisasi dan globalisasi kota-kota di dunia, yang bila tidak dikendalikan akan memberikan wajah kota yang sama disetiap kota [Antariksa 2007]. Makna suatu bangunan/tempat bersejarah (dari aspek arsitektur atau budaya) adalah nilai yang paling menentukan, yang jika hilang akan menurunkan makna kulturalnya. Makna kultural tersusun dan didukung oleh sejumlah nilai, seperti nilai arsitektural, nilai budaya, nilai sejarah, nilai lansekap, nilai kegunaan. Nilai-nilai tersebut merupakan ciri/sifat khas suatu warisan budaya, yang spesifik terhadap tempat, pengguna dan waktu [Orbasli 2008]. Peran pelestarian adalah mempertahankan nilai-nilai tersebut, atau bahkan meningkatkannya jika mungkin [Orbasli 2008; Feilden 2003]. Metode Studi ini bertujuan mengungkap makna keuniversalan-kelokalan dan wujud arsitekturnya dari Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta dengan cara deskriptif-kualitatif [Moleong 2010]. Makna universal-lokal bersifat intangible dan wujud arsitekturnya bersifat tangible, mengacu pada filosofi Budaya Jawa. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Makna keuniversalan diungkap berdasar filosofi Budaya Jawa (Pandangan Dunia Jawa) yaitu kesatuan interaksi pada alam-sosial-spiritual, yang dibaca melalui wujud arsitekturnya (tata ruang dan selubung dalam dari bangsal Sitihinggil. Makna kelokalan diungkap berdasar filosofi Budaya Prosiding Seminar Heritage IPLBI
4 Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta Jawa (Kaidah Dasar Kehidupan Masyarakat Jawa) yaitu kerukunan, toleransi, yang dibaca melalui wujud arsitektur Bangsal Sitihinggil (gaya arsitektur, struktur bangunan, ornamen-dekorasi). Elemen-elemen arsitektur signifikan (untuk dilestarikan) dari makna keuniversalan ialah elemenelemen tata ruang dan selubung dalam dari bangsal Sitihinggil; dan makna kelokalan adalah elemenelemen dari gaya arsitektur, struktur bangunan dan ornament/dekorasi. Tindakan pelestarian pada elemen-elemen arsitektur signifikan tersebut dideskripsikan berdasar kondisi fisik saat pengamatan, dengan memperhatikan kebutuhan terkait nilai-nilai masa lalu dan masa kini. Kasus Studi Tata ruang Kraton Yogyakarta mengikuti Sumbu Filosofis Kraton arah Tugu Pal Putih-Kraton- Panggung Krapyak dan sumbu arah Sungai Code-Sungai Winanga (Timur-Barat) berdasar filosofi Budaya Jawa [Heryanto 2015] (Gambar 1). Bangsal Sitihinggil terletak pada area muka Kraton Yogyakarta (Gambar 1). U U Sumbu Imajiner Bangsal Sitihinggil B T B T Sumbu Filosofis S S Kasus studi Bangsal Sitihinggil dipilih dari bangunan-bangunan peninggalan Kraton Yogyakarta, dengan metode sampel bertujuan (purposive sampling) melalui pendekatan: Budaya Jawa (peran sosial-spiritual Sultan/Kraton, posisi pada sumbu Filosofis di area muka Kraton); Arsitektur (gaya campuran arsitektur tradisional Jawa-gaya Eropa); dan pertimbangan Pelestarian (bangunan relatif utuh-asli) (Gambar 1). Hasil dan Pembahasan Hasil studi disusun berdasar makna keuniversalan (tata ruang dan selubung dalam bangunan) dan makna kelokalan (gaya arsitektur, struktur bangunan, dan ornamentasi). Makna Keuniversalan Bangsal Sitihinggil Gambar 1 Kraton - Sumbu Filosofis dan Sumbu Imajiner Kiri: Gambar situasi Kraton, Sumbu Filosofis dan Sumbu Imajiner. Tengah: Tata masa Kraton Yogyakarta dan Sumbu Filosofissumbu Timur-Barat. Kanan-bawah: Fasad muka-tengah (arsitektur Eropa). Kanan-atas: Selubung dalam (arsitektur campuran) (Sumber: Makna Keuniversalan Bangsal Sitihinggil berdasar filosofi Budaya Jawa kesatuan interaksi sosialspiritual-alam [Suseno 1988, Endraswara 2010], yang merupakan paduan dari interaksi sosialspiritual-alam dari arsitektur bangsal Sitihinggil (tata ruang dan selubung dalam). Interaksi alam terkait tata ruang bangsal ini yang simetri terhadap sumbu Filosofis dan respon yang baik dari bangunan terhadap alam lokal (penerangan-ventilasi alami untuk seluruh ruang dalam) (Gambar 2). Interaksi sosial terkait dapat terjadi dialog antara Sultan di dalam bangsal Manguntur 98 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 S
5 Alwin Suryono Tangkil/Sitihinggil dengan rakyaknya yang duduk di Alun-Alun Utara (Gambar 1). Interaksi spiritual terkait kebiasaan Sultan melaksanakan meditasi di Bangsal Manguntur Tangkil, dengan memandang ke arahtugu Pal Putih [Heryanto 2015] (Gambar 1). Tata ruang bangsal Sitihinggil (Gambar 2) sebagai berikut: U Sh MT W Gambar 2. Tata-ruang Bangsal Sitihinggil Kiri: Tatanan masa bagian Utara Kraton (bangsal Sitihinggil, bangsal Pagelaran, Alun-alun Utara). Tengah: Tata ruang bangsal Sitihinggil (Sh: Sitihinggil, MT: Manguntur Tangkil, W: Witono). Kanan-bawah: Entrance bangsal Sitihinggil (terbuka ke arah Alun-alun Utara). Kanan-atas: Ruang dalam bangsal Sitihinggil dan sisi muka bangsal Manguntur Tangkil. Area bangsal Sitihinggil lebih tinggi 2 meter-an dari sekitarnya, dari sini dapat memandang ke arah Utara (Alun-alun Utara, jalan Malioboro, Tugu Pal Putih) dan ke arah Selatan (area bangsal Srimanganti-Trajumas, area bangsal Kencana) di dalam Kraton (Gambar 2). Bangsal Manguntur Tangkil ada di dalam bangsal Sitihinggil sisi Selatan, ke duanya menempel ke bangsal Witono. Tata ruang ke tiga bangsal dan ruang-ruang pengapitnya semua simetris kiri-kanan terhadap Sumbu Folosofis. Selubung dalam (Gambar 3) menunjukkan keterbukaan dan paduan gaya arsitektur. Gambar 3. Selubung Dalam Bangsal Sitihinggil-Witono Kiri: Gambar Plafon bangsal Sitihinggil dan bangsal Witono. Tengah: Bangsal Manguntur Tangkil didalam bangsal Sitihinggil dan menempel ke bangsal Witono. Kanan: Selubung dalam bangsal Witono. Keterbukaan selubung menghasilkan penerangan alami dan ventilasi alami yang baik, sebagai wujud interaksi arsitektural pada alam sekitar. Pertemuan atap-plafon dari bangsal Sitihinggil-bangsal Witono-ruang-ruang tepi Timur-Barat berupa talang horisontal dan jendela-jendela kaca. Buangan air hujan mengalir lancar (dan tidak bocor), ruang dalam dapat terang dengan ventilasi alami yang baik (prinsip relasi dengan alam lokal). Makna Kelokalan Bangsal Sitihinggil Makna kelokalan arsitektural dapat dibaca melalui gaya arsitektur tradisional Jawa dan struktur bangunan. Makna kelokalan toleransi Budaya Jawa (pada Budaya Eropa) dari bangsal Sitihinggil dapat dibaca pada paduan gaya arsitektur dan ornamentasi. Prosiding Seminar Heritage IPLBI
6 Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta Bagian utama bangsal Sitihinggil adalah bangsal Witono - Manguntur Tangkil yang bergaya arsitektur Tradisional Jawa, dikelilingi bagian muka-kiri-kanan bergaya arsitektur Eropa (Gambar 3). Gabungan 2 gaya arsitektur dalam satu bangunan merupakan bentuk toleransi Budaya Jawa terhadap Budaya Eropa, sebagai unsur pengaya Budaya Jawa. Struktur bangunan utama bangsal Witono dan bangsal Mangunkur Tangkil berupa rangka kaku kayu - ring balok tumpang sari; struktur bangunan tepi-tepi adalah rangka baja (tiang bundar) dengan tiang-tiang beton pada entrance. Struktur tiap bangunan berperilaku independen satu terhadap lainnya (aman untuk gaya gempa bumi), dapat dimaknai sebagai toleransi antar tiap bangunan (toleransi budaya Jawa). Ornamen-dekorasi bangsal Sitihinggil terdapat pada atap, tiang, balok dan plafon. Ornamen pada atap berupa ukiran di tepi-puncak wuwung, bagian bawah list-plank, dekoratif wajah raksasa Kemamang (penolak bala). Pada tiang-balok beton pada bagian entrance berupa dekorasi gambar naga pola floral. Pada plafon bag=ngsal Sitihinggil berupa dekorasi bintang segi delapan warna emas, plafon bangsal Witono berupa ukiran warna emas di balok-balok tumpang sari dan ornamen nanas. Pada tiang kayu-kotak bangsal Witono berupa ukiran warna emas pada posisi atas-tengah-bawah dan alas umpak. Pada tiang besi-bundar berupa ornamen ukiran bunga tulip warna merah-putih (Gambar 4). Gambar 4 Struktur Bangunan Bangsal Sitihinggil Kiri: Struktur bangsal Sitihinggil (tiang beton di tengah, tiang baja bagian tepi). Tengah: Tiang-tiang utama bangsal Witono (rangka kayu, tumpang sari). Kanan-1: Tiang-tiang tepi bangsal Witono (kayu dan besi cor). Kanan-2: Tiang-tiang tepi selasar Timur dan Barat (besi cor bundar). Elemen-elemen Arsitektur Signifikan Dilestarikan Elemen-elemen arsitektur signifikan adalah pembentuk makna keuniversalan (tata ruang, selubung dalam) dan makna kelokalan (gaya arsitektur, ornamen, struktur bangunan) dari bangsal Sitihinggil. Elemen signifikan dari tata ruang bangsal Sitihinggil meliputi: posisi bangsal lebih tinggi dari area lainnya, simetri di tengah pada sumbu Filosofis dan keterbukaan ke arah Alun-alun Utara (Gambar 5). Elemen selubung dalam: keterbukaan selubung (berupa tiang-tiang), talang lebar pada pertemuan tiap plafon/atap bangsal, jendela-jendela kaca atas. Gambar 5 Elemen Arsitektur Tata Ruang Bangsal Sitihinggil Kiri-bawah: Pagar dan entrance bangsal Sitihinggil. Kiri-atas: Selubung terbuka. Tengah: Pandangan ke Alun-alun dari Bangsal Sitihinggil. Kanan: Gerbang Utara Kraton dan Alun-alun Utara. 100 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
7 Alwin Suryono Elemen signifikan dari gaya arsitektur bangsal Sitihinggil berupa dua gaya arsitektur dalam satu bangunan, yaitu gaya arsitektur Tradisional Jawa pada bagian tengah (bangsal Witono-Manguntur Tangkil) dan gaya arsitektur Eropa pada bagian tepi muka-kiri-kanan (bangsal Sitihinggil), yang dimaknai sebagai toleransi Budaya Jawa (Gambar 3). Elemen signifikan struktur bangsal Sitihinggil ialah rangka baja (tiang-balok) dengan tiang-tiang beton pada bagian entrance; struktur bangsal Witono dan bangsal Mangunkur Tangkil berupa rangka kaku kayu - ring balok tumpang sari, dan struktur bangunan tepi-tepi adalah rangka baja (tiang bundar). Struktur tiap bangunan berperilaku independen (aman jika terjadi gempa bumi), dimaknai toleransi antar tiap bangunan. Elemen arsitektur signifikan dari ornamen-dekorasi adalah: Pada atap berupa ukiran puncak-tepi wuwung, ornamen Kemamang, ukiran list-plank; Pada tiang-balok beton berupa bagian entrance (dekorasi gambar naga pola floral); Pada plafon berupa dekorasi bintang segi delapan warna emas, plafon bangsal Witono berupa ukiran warna emas dari balok-balok tumpang sari dan ornamen nanas. Pada tiang kayu-kotak bangsal Witono (ukiran warna emas pada posisi atas-tengah-bawah dan alas/umpak), pada tiang besi-bundar (ornamen ukiran bunga tulip warna merah-putih). Konsep Tindakan Pelestarian Konsep tindakan pelestarian ditujukan pada elemen-elemen arsitektur signifikan pembentuk makna keuniversalan (tata ruang, selubung dalam) dan makna kelokalan (gaya arsitektur, ornamen, struktur bangunan) dari bangsal Sitihinggil. Konsep pelestarian tata ruang adalah Preservasi (mempertahankan yang ada), yaitu posisi bangsal lebih tinggi dari area lainnya, tetap pada sumbu Filosofis secara simetri, dan terbuka ke arah Alunalun Utara. Alun-alun Utara sebaiknya direstorasi, yaitu diperlebat rumputnya dan ditanami pohon beringin di sekelilingnya (seperti asalnya dahulu). Fasilitas publik ini dapat menjadi lebih asri-sehat, menyejukkan lingkungan untuk masyarakat dan Sultan yang sedang semadi memandang Alun-alun dan Tugu Pal Putih (memperkuat interaksi alam/spiritual). Konsep pelestarian selubung dalam adalah Preservasi dan perawatan rutin pada plafon, balok-balok tumpangsari, talang-talang, jendela skylight, tiang-tiang, lantai. Perawatan rutin berikut perbaikan seperlunya. Konsep pelestarian gaya arsitektur adalah preservasi, yaitu mempertahankan tampilan dua macam gaya arsitektur yang ada, untuk menjaga makna toleransi Budaya Jawa (terhadap Budaya Eropa). Preservasi gaya arsitektur harus disertai dengan tindakan perawatan rutin pada seluruh elemen gaya arsitektur, mulai dari alas tiang sampai elemen balok-balok dan ornamen/dekorasi tumpang sari. Konsep pelestarian struktur bangunan adalah preservasi dan perawatan rutin terhadap seluruh elemen struktur (balok-balok tumpang sari, tiang-tiang, usuk-usuk atap, elemen-elemen sambungan (purus-lubang, elemen penggantung balok) agar perilaku strukturnya tetap seperti semula. pengeroposan balok/tiang kayu harus diantisipasi terkati bangunan berusia tua. Kesimpulan Kesimpulan pelestarian makna keuniversalan dan kelokalan bangsa Sitihinggil sebagai berikut: Makna keuniversalan Bangsal Sitihinggil berdasar filosofi Budaya Jawa kesatuan interaksi sosialspiritual-alam melalui tata ruang (simetri sumbu Filosofis, adaptif lingkungan,) dan selubung dalam (terbuka, bebas pandang ke Alun-alun Utara dan Tugu Pal Putih). Makna kelokalan berdasar filosofi toleransi Budaya Jawa (pada Budaya Eropa) melalui gaya arsitektur (paduan Jawa-Eropa), struktur bangunan (independen) dan ornamen-dekorasi. Prosiding Seminar Heritage IPLBI
8 Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta Elemen-elemen arsitektur signifikan makna keuniversalan (tata ruang, selubung dalam) dan makna kelokalan (gaya arsitektur, struktur bangunan, ornamen-dekorasi) sebagai berikut: Tata ruang berupa posisi bangsal tertinggi di Kraton, simetri pada sumbu Filosofis dan terbuka ke arah Alun-alun Utara. Selubung terbuka, talang pada pertemuan tiap atap bangsal, jendela-jendela kaca atas. Gaya arsitektur paduan harmonis dari arsitektur Eropa dan arsitektur Tradisional Jawa. Struktur bangunan independen antar bagian-bagian bangsal Sitihinggil-Witono-Mangunkur Tangkil (aman terhadap gempa bumi, toleransi Budaya Jawa). Ornamen-dekorasi pada atap (ukiran puncak-tepi wuwung, Kemamang, ukiran list-plank); pada tiang-balok beton entrance (dekorasi gambar naga); pada plafon bangsal Sitihinggil (dekorasi bintang segi delapan warna emas), plafon bangsal Witono (ukiran warna emas pada balok-balok tumpang sari dan ornamen nanas, ukiran warna emas pada tiang-tiang dan alas/umpak), dan pada tiang besi bangunan tepi (ornamen ukiran bunga tulip warna merah-putih). Konsep tindakan pelestarian adalah: Tata ruang dipreservasi (posisi bangsal tertinggi, simetri pada sumbu Filosofis, terbuka ke Alun-alun Utara). Alun-alun Utara sebaiknya direstorasi (ditumbuhi rumput dan pohon beringin sekelilingnya). Selubung dalam dipreservasi dan dirawat rutin (plafon, balok-balok tumpangsari, talang-talang, jendela skylight, tiang-tiang, lantai). Gaya arsitektur dipreservasi (gaya arsitektur Jawa-Eropa) dan disertai perawatan rutin pada seluruh elemennya (alas tiang, tiang-tiang, balok-balok dan ornamen/ dekorasi). Struktur bangunan dipreservasi dan dirawat rutin seluruh elemennya (balok-balok tumpang sari, tiang-tiang, usuk-usuk atap, elemen-elemen purus-lubang, elemen penggantung balok). Ucapan Terimakasih Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas rachmat dan karunia-nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai rasa sukur atas terselesaikannya makalah ini, maka adalam kesempatan ini saya haturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat: - Direktorat Riset & Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguat Riset dan Pengembangan KEMENRISTEKDIKTI, atas kesempatan riset dan pendanaan melalui Program Hibah Bersaing Para reviewer Seminar Nasional Heritage Cirebon, atas evaluasi yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan layak saji pada forum nasional ini. - Pimpinan LPPM. UNPAR atas dukungan bantuan yang diberikan. - Pimpinan Fakultas Teknik UNPAR atas dukungan bantuan yang diberikan. - Pimpinan Kawedanan Hageng Panitra Pura Kraton Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan. Daftar Pustaka Capon, DS. (1999). Le Corbusier s Legacy, John Willey & Sons Ltd, West Sussex. Endraswara, S. (2010). Falsafah Hidup Jawa, Cakrawala, Yogyakarta. Feilden, BM. (2003). Conservation of Historic Buildings, Butterworth-Heinemann Ltd., Oxford. Heryanto. (2015). Mengenal Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Warna Mediasindo, Yogyakarta. Koentjaraningrat. (2015). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta. Mangunwijaya, Y.B. (1981). Pasal-pasal Penghantar Fisika Bangunan, PT.Gramedia, Jakarta. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakaarya, Bandung. Orbasli, A. (2008). Architectural Conservation, Blackwell Science Ltd., Oxford. Schulz, CN. (1997). Intentions in Architecture, The MIT Press, Cambrigde. Suryono, A. (2015). Aspek Bentuk dan Fungsi Dalam Pelestarian Arsitektur Bangunan Peninggalan Kolonial Belanda Era Politik Etis di Kota Bandung, Disertasi, Bandung. Suseno, FM. (1988). Etika Jawa, sebuah analisa falsafati tentang kebijaksanaan hidup Jawa, PT. Gramedia, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia no. 11, 2010 tentang Bangunan Cagar Budaya. 102 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Pelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta
Pelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta Alwin Suryono Dosen, Universitas Katolik Parahyangan (Fakultas Teknik, Prodi Arsitektur, Universitas
Lebih terperinciPelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta
Pelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta Alwin Suryono Prodi Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan alwin@unpar.ac.id
Lebih terperinci5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bangunan masjid ini memiliki makna kultural yang tinggi karena terdapat nilai usia dan kelangkaan, nilai arsitektural, nilai artistik, nilai asosiatif, nilai
Lebih terperinciAkulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciPRESERVASI DAN ADAPTASI BANGSAL KAMAGANGAN, KERATON YOGYAKARTA
PRESERVASI DAN ADAPTASI BANGSAL KAMAGANGAN, KERATON YOGYAKARTA Yohane s Kurniawan Mahasiswa S1 Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Abstract The object of this research is Bangsal Kamagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas
Lebih terperinciStudi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon Farhatul Mutiah farhamutia@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah Tinggi Teknologi C irebon. Abstrak
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Pimpinan Karta Pustaka Yogyakarta : Anggi Minarni
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Belanda dan Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dan khusus. Hubungan tersebut terbentuk tidak dalam kurun waktu yang singkat.
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciKONSERVASI ARSITEKTURAL BANGUNAN INDUK MASJID GEDHE KAUMAN, YOGYAKARTA
MAKALAH PENELITIAN 41 KONSERVASI ARSITEKTURAL BANGUNAN INDUK MASJID GEDHE KAUMAN, YOGYAKARTA NAMA : M. RIDHO DAMIRI NPM : 2011420158 PEMBIMBING: DR. IR. ALWIN S. SOMBU, MT. UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
Lebih terperinciRELASI ARSITEKTUR DAN PELESTARIAN GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DI BANDUNG
LAPORAN PENELITIAN LAPANGAN RELASI ARSITEKTUR DAN PELESTARIAN GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DI BANDUNG Disusun Oleh: Ir. Alwin Suryono, MT. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Lebih terperinciMasjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja
SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HIBAH MONODISIPLIN. PELESTARIAN MAKNA KULTURAL GEREJA SANTO YUSUF BINTARAN di YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
Arsitektur LAPORAN PENELITIAN HIBAH MONODISIPLIN PELESTARIAN MAKNA KULTURAL GEREJA SANTO YUSUF BINTARAN di YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR Oleh : Ketua Tim: Alwin Suryono Sombu, Ir., MT Anggota:
Lebih terperinciTugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V
Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang disingkat DIY, memiliki keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciNatural Friendly Neoclassical Style. Architecture
Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam
Lebih terperinciKarakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok
Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok Alifah Laily Kurniati 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciGaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciPerpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciBab VI. KESIMPULAN dan SARAN
Bab VI KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan Karakter suatu tempat berkaitan dengan adanya identitas, dimana didalamnya terdapat tiga aspek yang meliputi : aspek fisik, aspek fungsi dan aspek makna tempat.
Lebih terperinciKajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo Dyan Agustin (1), Wiwik Dwi S (1) agustin.dy an@y ahoo.co.id (1) Lab Kaw asan dan Bangunan A rsitektur,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciRUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung
Lebih terperinciSejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah
Lebih terperinciarea publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai
2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti
Lebih terperinciOmah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya
BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING OMAH DHUWUR GALLERY Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede. Revitalisasi merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bangunan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciMasjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami
Lebih terperinciKampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara
Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat kebudayaan Djawa
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciTabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.
Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL
BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline
Lebih terperinciBAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,
BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR
Lebih terperinciBAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang
BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey
Lebih terperinciPerpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciArchitecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary
Architecture White Simplicity in Neoclassic 80 #006 / 2014 Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto Eleganitas yang terpancar lewat pilihan warna, proporsi dan elemen detilnya, dapat melengkapi karakter
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciADAPTATION AND CONSERVATION OF THE SRI MANGANTI HALL AT YOGYAKARTA S KERATON PALACE COMPLEX
Jurnal RISA (Riset Arsitektur) ISSN 2548-8074, www.journal.unpar.ac.id Volume 02, Nomor 01, edisi Januari 2018; hal 35-52 ADAPTATION AND CONSERVATION OF THE SRI MANGANTI HALL AT YOGYAKARTA S KERATON PALACE
Lebih terperinciPERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D
PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR Oleh: NDARU RISDANTI L2D 005 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciASPEK BENTUK DAN FUNGSI DALAM PELESTARIAN ARSITEKTUR BANGUNAN PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA ERA POLITIK ETIS DI KOTA BANDUNG
ASPEK BENTUK DAN FUNGSI DALAM PELESTARIAN ARSITEKTUR BANGUNAN PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA ERA POLITIK ETIS DI KOTA BANDUNG DISERTASI Oleh : Nama : Alwin Suryono NPM : 2008 842 004 Promotor : Prof. Ir.
Lebih terperinciTipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis
Lebih terperinciPertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar Ratna Amanati na_amanati@yahoo.co.id Progam Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Riau Abstrak
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.
BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung
Lebih terperinciArchitecture. Home Diary #008 / 2015
Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:
Lebih terperinciPendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENGABDIAN Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang Tutur Lussetyowati (1), Meivirina Hanum (1), Ari Siswanto (1) tutur_lus@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA INSERTION
BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciMasjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciPemberdayaan Masyarakat
1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH
PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria
Lebih terperinciPelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe Cut Azmah Fithri (1), Sisca Olivia (1), Nurhaiza (1) cutazmah@unimal.ac.id (1) Dosen Tetap Program Studi Arsitektur
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009
BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG
KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI
BAB I PENDAHULUAN Masyarakat kota Yogyakarta pasti mengenal Kawasan JL. KHA. Dahlan. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI yang terkenal dengan tokohnya KHA. Dahlan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciPengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan
Lebih terperinciIr. Alwin Suryono, MT
Perjanjian No.: III/LPPM/2012-09/105-P LAPORAN PENELITIAN FOKUS PELESTARIAN DAN MAKNA KULTURAL PELESTARIAN ARSITEKTUR BANGUNAN ARSITEKTUR INDIS DI KOTA BANDUNG DAN YOGYAKARTA (Kasus Aula Barat ITB. dan
Lebih terperinciKonsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area
Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciGEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR.
ARC HIT EC T U RE Lokasi rumah yang berada di tepi telaga, relatif jarang ditemukan untuk rumah tinggal di Jakarta dan sekitarnya, khususnya di Tangerang. Inilah yang menjadi keunggulan rumah karya Arsitek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciElemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciMAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan
MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan
Lebih terperinciUpaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah
Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah A. Pengantar Tinggalan Cagar Budaya berbahan kayu sangat banyak tersebar di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciby NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD
by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur
Lebih terperinciAlkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciHOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)
Lebih terperinciKeselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :
ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci