KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN UMUM APBD TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR"

Transkripsi

1 RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KOTA TANGERANG SELATAN

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i iii iv BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) TUJUAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) DASAR (HUKUM) PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA).. 4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH Pertumbuhan Ekonomi Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Inflasi Investasi Tenaga Kerja Pendapatan dan Ketimpangan Regional RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA LAJU INFLASI PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) LAIN-LAIN ASUMSI 30 i

3 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun Target Pendapatan Daerah Upaya Dalam Mencapai Target BELANJA DAERAH Kebijakan Belanja Daerah Kebijakan Belanja Tidak Langsung Kebijakan Belanja Daerah Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH BAB V PENUTUP ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 s/d Perkiraan Tahun Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Angka Agregat PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB PerKapita Kota Tangerang Selatan Tahun Perbandingan Laju Inflasi/Deflasi Kota-kota di Provinsi Banten Jumlah Perusahaan PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan.. 13 Tabel 2.5 Jumlah Investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan. 14 Tabel 2.6 Kegiatan Utama di Kota Tangerang Selatan Tahun Tabel 2.7 Penduduk Usia Kerja Menurut Lapangan Usaha.. 15 Tabel 2.8 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Indikator Sosial Ekonomi Kota Tangerang Selatan dan Prediksi Indikator Ekonomi Tahun Perbandingan IHK, Inflasi/Deflasi dan Laju Inflasi 4 Kota di Banten Bulan Desember IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Desember 2015 (2012 = 100).. 27 Nilai Dan Konstribusi Sektor Dalam PDRB Tahun 2012 S/D 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan Tabel. 4.1 Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 dan Rencana Pendapatan Tahun Tabel 4.2 Rencana Pembiayaan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun DAFTAR GAMBAR iii

5 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan Tahun Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan Tahun Gambar 3.1 Asumsi Perekonomian Makro Tahun Gambar 3.2 Perkembangan IHK Kota Serang, Tangerang, Cilegon dan Banten (2012=100) Bulan Desember iv

6 BAB I PENDAUHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dengan telah diterapkannya Otonomi Daerah bagi Pemerintah Daerah berarti daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat yang dilakukan secara efisien dan efektif. Tahapan dalam penyusunan agenda perencanaan pembangunan Kota Tangerang Selatan dilaksanakan dengan mengacu kepada agenda perencanaan pembangunan nasional serta perencanaan pembangunan Provinsi sehigga tercipta sinergitas dan konsistensi kebijakan pembangunan menjadi hal yang mendasar untuk dapat dilaksanakan dalam setiap tahapan proses kebijakan pembangunan di daerah. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah secara berkelanjutan dan berkesinambungan tersebut, setiap daerah harus memiliki sistem perencanaan secara komprehensif, yang dituangkan dalam suatu pedoman dokumen dalam Pembangunan perencanaan proses daerah daerah, pembangunan tersebut meliputi sehingga daerah. Rencana menjadi Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun. 1

7 Rancangan awal Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2017 adalah salah satu dokumen perencanaan pembangunan yang disusun dalam rangka proses perencanaan pembangunan tahun 2017, dan hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Kepala Daerah dalam menyusun Rancangan Awal Kebijakan Umum APBD (KUA) didasarkan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Lebih lanjut ketentuan perundangan sebagaimana di atas, ditegaskan dalam pasal 5 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2017, bahwa Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD Tahun 2017 menjadi landasan penyusunan KUA dan PPAS untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Oleh sebab itu, program dan kegiatan yang dimuat dalam RKPD merupakan merupakan dasar dan pedoman bagi semua pelaku pembangunan daerah di Kota Tangerang Selatan, baik dalam penyusunan dokumen rencana anggaran dan kegiatan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi, baik dalam kerangka regulasi maupun kerangka anggaran. Rancangan Awal Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun 2017 ini merupakan respon kebijakan terhadap dinamika dan permasalahan yang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota Tangerang Selatan pada tahun anggaran 2017 dengan mempertimbangkan Rancangan awal KUA kondisi sebagaimana perekonomiannya, dimaksud sehingga memuat target 2

8 pencapaian kinerja terukur dari program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah kota untuk setiap urusan pemerintahan daerah disertai proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Perkembangan kondisi perekonomian Kota Tangerang Selatan tetap menjadi perhatian dalam penyusunan Kebijakana Umum Anggaran ini, karena bagaimanapun juga kebutuhan akan tersedianya dana untuk belanja yang diperoleh dari pendapatan tidak terlepas dari prospek perekonomian Kota Tangerang Selatan kedepan. Ketersediaan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) nantinya akan digunakan dalam mendukung jalannya fungsi pemerintahan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat, sehingga harapan masyarakat maupun tantangan yang dihadapi pemerintah dapat diwujudkan memberikan dan implikasi pada akhirnya yang lebih diharapkan luas pula terhadap dapat suksesnya pelaksanaan mandat yang diamanatkan kepada pemerintah serta semakin meningkatnya kesejahteraan warga Kota Tangerang Selatan. Dinamisasi kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk menyusun kebijakan pendapatan, kebijakan belanja dan kebijakan pembiayaan daerah yang terangkum dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ini. 1.2 TUJUAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) UMUM ANGGARAN Kebijakan Umum APBD (KUA) disusun dengan maksud agar terjadi sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan dengan kebijakan pemerintah dibidang keuangan dan menjaga kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan masyarakat. 3

9 Tujuan dari penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 ini adalah anggaran yang bersifat mempersiapkan umum sebagai dokumen kerangka kebijakan acuan bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mengarahkan kegiatan dan rencana kerjanya dalam rangka pencapaian target pembangunan pada tahun Selain itu Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 juga dimaksudkan sebagai acuan dalam penetapan rencana pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah pada tahun DASAR (HUKUM) PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (KUA) Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2017 ini disusun dengan mengacu kepada sejumlah peraturan perundangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4935); 4

10 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ini telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014, Tentang Pemerintahan Daerah (Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 5

11 Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerahdan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusuna, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017; 20. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 06 Tanggal 30 Desember tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Nomor 06 Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 0610); 6

12 21. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 7 Tanggal 31 Desember Tahun 2010 tentang Pajak Daerah; 22. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1211); 23. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun ; 24. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; 25. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016; 26. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun

13 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH Kondisi perekonomian Kota Tangerang Selatan dapat terlihat dari beberapa indikator ekonomi makro daerah, meliputi pertumbuhan ekonomi, Produk perkembangan Domestik investasi, Regional ketenagakerjaan Bruto serta (PDRB), Inflasi, pendapatan dan ketimpangan regional Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia triwulan I-2016 terhadap triwulan I-2015 tumbuh 4,92 persen (y-on-y) meningkat dibanding periode yang sama pada tahun 2015 sebesar 4,73 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 9,10 persen. Dari sisi Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga yang tumbuh 6,38 persen. Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2016 mencapai Rp ,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp ,6 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan I-2016 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,34 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha. Sedangkan dari sisi pengeluaran disebabkan oleh kontraksi komponen investasi (minus 5,75 persen) dan ekspor (minus 3,44 persen) 8

14 Perkembangan PDRB Kota Tangerang menunjukkan peningkatan dari dengan terhadap PDRB perkapita, tahun dengan Selatan ke tahun demikian Laju Pertumbuhan Ekonomi cenderung demikian berdampak (LPE) tahun 2016 juga positif Kota Tangerang Selatan adalah berdasarkan PDRB tahun dasar 2010 diperkirakan sebesar 8,61%-9,05%, demikian pula dengan prediksi pada tahun 2017 diprediksi yaitu 8,61%-9,05%, terutama didukung oleh percepatan pada sektor konstruksi, real estate, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, serta pengadaan listrik dan gas. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 16,34 persen, disusul oleh lapangan usaha dengan laju pertumbuhannya di atas 10 persen yaitu lapangan usaha Industri Pengolahan, lapangan usaha Konstruksi, Lapangan usaha Informasi dan Komunikasi, dan lapangan usaha real estate dengan masingmasing persentase sebesar persen, persen, persen dan persen. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif. Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 s/d Perkiraan Tahun 2016 Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) , * 8.61% - 9,05% 2016* 8.61% - 9,05% Sumber : Badan Pusat Statistik KotaTangerang Selatan Keterangan : *) merupakan data Perkiraan 9

15 Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Sebagai salah satu indikator makro ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian suatu daerah (region) tanpa melihat pelaku ekonominya. Pelaku ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar daerah tersebut. PDRB selalu dihitung dalam dua harga yaitu atas dasar harga berlaku dan konstan (tahun dasar 2010). Tabel 2.2. Angka Agregat PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB Per Kapita Kota Tangerang Selatan Tahun URAIAN a. b. c. d. e. PDRB Atas Dasar Harga berlaku (Tahun Dasar 2010 ) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010 ) Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga berlaku (Tahun Dasar 2010 ) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2000 ) Laju Pertumbuha n ,891,850 39,071,488 44,611,133 51,230, % 33,214,823 36,091,809 39,290,714 42,823, % 1,355,926 1,405,170 1,443,403 1,492, % 25,732,857 27,805,524 30,906,914 34,313, % 24,496, % Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2015 Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga (adh) berlaku Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp ,- sedangkan PDRB adh konstan adalah sebesar Rp ,-. Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2014 mencapai orang, PDRB per kapita adh berlaku adalah sebesar Rp ,- sedangkan PDRB per kapita adh konstan (Tahun dasar 2000) adalah Rp ,-. 10

16 Gambar 2.1. Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan Tahun ,606, , ,072, ,590, , ,864,399 59, , ,752, ,690, ,302, ,996, , ,561, ,571, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertanahan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya 1,720, Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 Dalam tiga tahun terakhir, kecenderungan peranan kategori yang berbasis jasa mengalami fluktuasi. Sedangkan share dari sektor primer dalam tiga tahun tidak melewati 0,35 persen. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat daya beli masyarakat perkotaan sangat tinggi dan luas lahan pertanian semakin berkurang dan tidak menjanjikan terutama bagi para tenaga kerja muda. Maka pilihan lain yang tersedia adalah bekerja pada sektor industri atau bekerja pada sektor berbasis jasa. Perkembangan kategori berbasis jasa juga tidak terlepas dari potensi yang dimiliki Kota Tangerang Selatan, sehingga sektor yang terkait dengan budaya masyarakat perkotaan seperti perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa perorangan masih sangat memungkinkan untuk berkembang terus. Selain itu, bekerja pada sektor berbasis jasa cenderung mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus sehingga tidak heran jika kategori ini banyak menampung pekerja. 11

17 Inflasi Inflasi ialah kenaikan harga barang dan jasa secara umum di mana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Indeks Harga Konsumen (IHK) ialah suatu indeks, yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.penghitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap barang/jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Kota Tangerang selatan baru memiliki Indeks Harga Konsumen/ Inflasi sejak tahun 2014, untuk tahun sebelumnya Kota Tangerang Selatan masih mengacu pada inflasi Kota Tangerang, Memasuki tahun 2015, tingkat inflasi di kota Tangerang Selatan mengalami penurunan yang signifikan diangka 3.24% dibandingkan dengan tahun sebelumnya di 2014 sebesar 10.57%, hal tersebut dipaparkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Perbandingan Laju Inflasi/Deflasi Kota-kota Di Provinsi Banten No. Kota Kota Tangerang 4,44 10,02 10,02 4,28 2 Kota Cilegon 3,91 7,98 9,93 3,94 3 Kota Serang 4,89 9,16 11,27 4,67 4 Kota Tangerang Selatan 4,44 10,02 10,57 3,24 Prov. Banten 4,37 9,65 10,20 4,29 Nasional 4,30 8,38 8,36 3,35 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan,

18 Investasi Industri bukan merupakan sektor utama menggerakkan perekonomian Kota Tangerang yang Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar dibandingkan dengan sektor primer seperti sektor pertanian. Terdapat beberapa jenis industri di Kota Tangerang makanan Selatan dan industri alat yaitu industri pakaian jadi/ konveksi, minuman, kertas, percetakan dan elektronika dan komponennya, serta penerbitan, alat listrik dan komponennya. Tabel 2.4 Jumlah Perusahaan PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan Tahun PMA PMDN Jumlah Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, Berdasarkan data Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terdapat beberapa investor berskala nasional, pada tahun 2014 Jumlah perusahaan sebanyak perusahaan antara lain: 86 perusahaan PMA, dan Perusahaan PMDN dimana mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu PMA 172 Perusahaan dan PMDN 18 Perusahaan. Nilai investasi PMA pada tahun investasi PMDN sebesar kenaikan dari Rp penurunan sebesar 2014 adalah Tahun dan Rp dan nilai Rp nilai juga mengalami terutama PMA investasi sebesar PMDN mengalami dari Rp dengan persentase 13 kenaikan PMA sebesar 14,2% dan penurunan PMDN sebesar -7,44%.

19 Tabel 2.5 Jumlah Investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan Tahun PMDN (IDR) PMA (USD) ,525,276,000 25,954,271, ,775,276,000 2,691,106, ,687,976,000 2,934,539, ,592,556,000 3,230,423, ,163,100,500 2,990,000,000 Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Sektor perdagangan dan jasa memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Tangerang Selatan. Kegiatan perdagangan dan jasa tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun, yang paling menonjol adalah perdagangan dan jasa di sepanjang koridor kegiatan jalan-jalan utama seperti Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro Utama Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang Pamulang Pondok Ciputat, Jalan Raya Cabe dan Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya) Tenaga Kerja Letak Kota Tangerang Selatan yang berdekatan dengan ibu kota negara menyebabkan perekonomian berjalan dengan cepat dan oleh karenanya banyak tersedia lapangan kerja yang merupakan daya tarik bagi para penduduk daerah lain untuk bermigrasi ke Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan perhitungan BPS Kota Tangerang Selatan, tingkat partisipasi angkatan adalah sebesar 63,04%, angka bahwa ada sekitar 63 persen kerja pada tahun 2014 tersebut memberikan gambaran dari penduduk usia kerja di Kota 14

20 Tangerang Selatan yang berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/ penghasilan, walaupun di dalamnya termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,92% dari angkatan kerja. Tabel 2.6 Kegiatan Utama di Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 No Karakteristik Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Tingkat partisipasi Angkatan kerja (%) 79,91% 46,06% 63,04% 7 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 6,67% 7,37% 6,92% 8 Tingkat Kesempatan Kerja (%) ,08% Sumber: Sakernas dalam Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2015 Tabel 2.7 Penduduk Usia Kerja Menurut Lapangan Usaha Sektor/ Lapangan Usaha Jumlah Persentase % 1. Pertanian ,55% 2. Industri ,16% 3. Jasa jasa ,91% 4. Lainnya ,38% % Total 15 Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

21 Berdasarkan sebaran penyerapan tenaga kerja pada sektor lapangan usaha, sebagian besar tenaga kerja diserap oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar restoran sebesar sektor 29,87%, sektor perdagangan, hotel dan 29,69%, sektor industri sebesar 7,59%, serta pertanian dengan 0,40%. Sisanya yaitu sebesar 32,45% bekerja pada sektor lainnya yaitu pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan; dan jasa perusahaan Pendapatan dan Ketimpangan Regional Pendapatan Domstik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang Pendapatan Domstik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. Pendapatan Domstik Regional Bruto (PDRB) menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Gambar 2.2 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan Tahun ,230,273 60,000,000 50,000,000 40,000,000 34,891,850 39,071,488 44,611,133 PDRB Atas Dasar Harga berlaku (Tahun Dasar 2010 ) 30,000,000 20,000,000 10,000, Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun

22 Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga (adh) berlaku Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp ,94 sedangkan PDRB adh konstan (tahun dasar 2010) adalah sebesar Rp ,16. Angka-angka tersebut meningkat dari total PDRB adh berlaku pada tahun 2013 yang sebesar Rp ,51 dan PDRB adh konstan (tahun dasar 2010) yang sebesar Rp ,30. Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun mencapai orang, PDRB per kapita adh berlaku adalah sebesar Rp ,62 sedangkan PDRB per kapita adh konstan (tahun dasar 2010) adalah Rp ,48. Adapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam pencapaian target pendapatan daerah, diantaranya adalah: Membangun dan mengembangkan sistem data base on-line untuk pengelolaan BPHTB bekerja sama dengan Bank Jabar Banten dan Badan Pertanahan Nasional; Merancang penerapan dan mengembangkan perhitungan sistem on-line kewajiban pajak terhutang dengan wajib pajak; Pada tahun 2016 Kota Tangerang Selatan sudah melaksanakan pengelolaan PBB sebagai Pajak Asli Daerah (PAD); Pada Tahun 2014 dimulainya kegiatan pemeriksaan terhadap wajib pajak daerah di Kota Tangearng Selatan; Meningkatkan kualitas SDM dan sosialisasi pengelolaan pajak daerah kepada semua stakeholder; Melaksanakan koordinasi dengan Pusat, Provinsi dan SKPD penghasil lainnya dalam meningkatkan pendapatan daerah. 17

23 Tantangan yang harus diperhatikan adalah dampak krisis ekonomi global yang berlangsung sejak tahun Dampak yang besar terhadap perekonomian regional diperkirakan akan semakin dirasakan pada tahun Dari sisi internal, kesenjangan perwilayahan masih cukup besar sehingga Pemerintah Daerah harus memperhatikan segi perwilayahan dalam perencanaan tahun Selain itu, kemampuan keuangan daerah juga tidak akan mencukupi untuk menyelesaikan semua permasalahan sekaligus sehingga harus disusun prioritas yang akan dilakukan pada tahun Sejalan dengan perkembangan ekonomi global, kinerja ekonomi nasional dan regional hingga pertengahan tahun 2016 ini menunjukan arah yang belum pasti. Kombinasi eksternal inilah yang turut mendorong kinerja ekonomi nasional, termasuk Kota Tangerang Selatan sebagai daerah yang mengandalkan sektor perdagangan dan jasa akan mengalami suatu kondisi perlambatan pertumbuhan. 2.2 RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN 2017 Mengacu pada rencana program dan sasaran pembangunan yang ingin dicapai, Pemerintah Pusat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017, Arah kebijakan ekonomi daerah disusun berdasarkan kajian internal dan eksternal serta berpedoman pada dokumen RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun Untuk menjamin keberlanjutan arah pembangunan, arah kebijakan ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 harus sejalan dengan kebijakan ekonomi Nasional dan Provinsi Banten Tahun Berdasarkan data sementara PDRB tahun 2015 adh berlaku, perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan cenderung menunjukkan peningkatan. 18

24 Tabel 2.8 Indikator Sosial Ekonomi Kota Tangerang Selatan dan Prediksi Indikator Ekonomi Tahun 2017 Kota Tangerang Selatan No Uraian 1 Indeks Pembangunan Manusia/ IPM - 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi/ LPE (%) * 2016* 2017* Keterangan ,61% - 8,61% - 8,61% 9,05% 9,05% 9,05% Angka tahun adalah 3 Tingkat Inflasi**) 4 Tingkat Kemiskinan**) 5 Tingkat Pengangguran**) 3,71% - 3,71% - 3,71% - angka Kota Tangerang, angka 6.08% 5.13% 4.44% 10.02% 10.57% 10,78 10,78 10,78 tahun 2014 adalah angka Kota % % % Tangerang Selatan. 1.50% 1.33% 1.75% 1.62% 1,27% - 1,27% - 1,27% 1,83% 1,83% 1,83% 8.22% 11,98% 8.07% 4.56% 6.92% 4,84% - 4,84% - 4,84% 9,04% 9,04% 9,04% - Keterangan: *) Prediksi Kota Tangerang Selatan berdasarkan rata-rata pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya **) Prediksi dengan metode pendugaan interval yang menggunakan selang kepercayaan 95% Berdasarkan PDRB Adh konstan, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) tahun 2015 adalah sebesar 8,61%-9,05%. Struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor tersier, yaitu perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; perbankan dan lembaga keuangan serta jasa-jasa yang memberikan kontribusi hingga 73,07%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan bangunan) memberikan kontribusi 26,62%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi 0,32%. Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 terutama didukung oleh percepatan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pengangkutan dan komunikasi, dan bangunan yang tumbuh sangat signifikan. Secara keseluruhan, semua faktor ekonomi di Kota Tangerang Selatan 19 menunjukkan pertumbuhan positif.

25 Kota Tangerang Selatan Sebagai daerah yang memiliki pendapatan dari sektor industri dan perdagangan memiliki prospek perekonomian yang baik. Karena semenjak terbentuknya Kota Tangerang Selatan tahun 2008, wilayah ini sudah memiliki beberapa kawasan industri dan perdagangan. Luasan lahan yang disediakan untuk zona industri seluas 2.218,31 hektar dengan unit industri yang termanfaatkan pada tahun 2010 (berdasarkan Kajian Strategi Pengembangan Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2013). Struktur ekonomi tersebut menunjukan bahwa perekonomian Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor tersier dimana perdagangan menjadi sektor pendukung utama sebesar 17.56% sumbangannya terhadap pertumbuhan PDRB tahun Besarnya potensi perekonomian domestik perlu lebih ditumbuhkembangkan, investor perlu terus didorong, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Hambatan perekonomian, terkait dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) serta reformasi birokrasi, perlu ditangani secara serius agar tercipta iklim investasi dan usaha yang sehat. Pembangunan infrastruktur perlu dipercepat untuk memperkuat national connectivity, ketahanan energi dan ketahanan pangan, melalui pembiayan dari pemerintah, dunia usaha maupun kerjasama pemerintah dan swasta. Pembangunan infrastruktur sangat penting untuk mendorong produktivitas ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Inti dari tantangan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan tidak lagi dapat bergantung kepada sumber daya alam dan alokasi tenaga kerja (resources and low cost-driven growth), namun harus mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia yang terampil (productivity-driven growth), agar pertumbuuhan ekonomi Kota 20

26 Tangerang Selatan lebih stabil. Oleh karena itu pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) mutlak dibutuhkan saat ini. Disamping itu tantangan yang dihadapi adalah adanya eksploitasi dan eksplorasi sektor perdagangan, hotel dan restoran secara signifikan tanpa ada pengawasan yang ketat melalui keberadaan AMDAL secara konsisten, yang selama ini terjadi akibat dari pengalihan fungsi lahan hijau/ruang terbuka menjadi pusat perdagangan, hotel, restoran dan pemukiman, dikhawatirkan akan mempunyai dampak dari sisi ekonomi serta dari sudut pandang lingkungan hidup dan sosial pada masa yang akan datang. Dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kondisi ini memberikan peluang kepada masyarakat, serta Kota Tangerang Selatan untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara lain, dengan adanya MEA sudah seharusnya kita dapat memanfaatkan kerjasama ini dengan baik. Ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk menyikapi hal ini, kekreatifan juga sangat dibutuhkan disini untuk membangun hal tersebut, sehingga salah satu tantangan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Kota Tangerang Selatan. Sektor tersier di Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 73,07%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi 26,62% dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 0,32%. Dari uraian tersebut dapat dilihat Kota Tangerang Selatan memiliki prospek pengembangan ekonomi yang sangat baik terutama dari sektor jasa, perdagangan, hotel dan restoran, sebagai sektor unggulan 21

27 yang mengandalkan kemampuan sumber daya manusia dan banyak menyerap tenaga kerja. Dengan besarnya minat akan pasar lokal dan internasional terhadap produk-produk unggulan dari Kota Tangerang selatan memberikan prospek bagi pengembangan sektor perdagangan dan jasa dimana trendnya menunjukan peningkatan yang sangat baik. Disamping itu pelaku disektor perdagangan, jasa dan industri sangat variatif dan kompetitif, dalam hubungannya dengan prospek persaingan terbuka dalam pasar global seperti sekarang ini, sehingga hal tersebut d iatas juga sangat perlu ditunjang dengan trend penggunaan Teknologi Informasi (TI). 22

28 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 3.1 ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA DALAM ANGGARAN Berdasarkan penilaian (assessment) dan pemantauan yang dilakukan secara intensif terhadap berbagai indikator perekonomian dan asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan di dalam APBN, Pemerintah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2017, sebagai berikut: Gambar 3.1. Asumsi Perekonomian Makro Tahun 2017 Sumber: RKP Nasional ) Pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,5% sampai dengan 5,9% sedangkan sebesar 7,1 persen untuk wilayah Jawa-Bali; 23

29 2) Indikator tingkat inflasi umum yang terkendali melalui terjaganya tingkat inflasi pada komponen inti (core), harga bergejolak (volatile food), dan harga diatur pemerintah (administered price) sebesar 4%; 3) Nilai tukar rupiah sebesar Rp hingga Rp per USD; 4) Tingkat suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan tetap sebesar 5,5 persen hingga 6,5persen. 5) Harga minyak Indonesia (ICP) diperkirakan sebesar USD 35 s/d USD 45 per barel. 6) Lifting minyak sebesar 740 ribu barel hingga 760 ribu barel per hari, Lifting gas sebesar ribu barel hingga ribu barel per hari. Asumsi dasar ekonomi makro 2017 yang telah dipaparkan diatas berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 tanggal penetapan 5 April Berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2017, maka didapatkan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan Rancangan awal Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut: a. Laju Pertumbuhan Ekonomi kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 8.61% sampai dengan 9,05%; b. Tingkat inflasi kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 3,71% sampai dengan 10,78%; c. Angka Pengangguran (Pengangguran Tingkat Terbuka) kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 4,84% sampai dengan 9,04%; 24

30 d. Indeks Pembangunan Manusia kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 81,41 persen; dan e. Penduduk Miskin kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 1,27% sampai dengan 1,83%. f. Total Pendapatan kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,g. Total Belanja kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,h. Total Pembiayaan kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,i. Defisit Anggaran kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,3.2 LAJU INFLASI Kota Tangerang selatan belum memiliki Indeks Harga Konsumen/ Inflasi dan masih mengacu kepada Kota Tangerang, Memasuki bulan desember 2015, harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami sedikit kenaikan, hal ini terlihat dari naiknya angka Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sebesar pada bulan Desember 2014 menjadi pada bulan Desember 2015 atau terjadi perubahan indeks (inflasi) 0.87 persen dari tahun lalu. Pada bulan Desember 2015, semua kota (4 kota) IHK yang ada Kota Tangerang sebesar 0,96 persen, Kota Cilegon sebesar 0,99 persen serta Kota Tangerang Selatan sebesar 0,87 persen. Sementara itu angka inflasi di Banten sebesar 0,99 persen. Dan untuk laju inflasi tahun kalender 2015 yang pada akhir tahun akan bernilai sama dengan Inflasi year on year-nya adalah Kota Serang 4,67 persen; Kota Tangerang Selatan 3.24 persen dan Kota Cilegon 3,94 persen. 25

31 Tabel Perbandingan IHK, Inflasi/Deflasi dan Laju Inflasi 4 Kota Di Banten Bulan Desember 2015 Kota IHK Januari 2014 IHK Desember 2014 IHK Desember 2015 Inflasi Desember 2015 *) Laju Inflasi Tahun Kalender 2015 **) sss Serang 2. Tangerang 3. Cilegon Tangerang Selatan BANTEN K 4. e t 5. : *) Persentase perubahan IHK Bulan Desember 2015 terhadap IHK Bulan Januari 2014 **) Persentase perubahan IHK Bulan Desember 2015 terhadap IHK Bulan Desember 2014 Inflasi di Kota Tangerang Selatan sejak tahun 2014 telah memiliki IHK sendiri, sedangkan data untuk tahun sebelu nya mengacu pada inflasi kota Tangerang. Inflasi ini terjadi karena naiknya Indeks 6 (enam) dari 7 (kelompok) yang ada pada kelompok pengeluaran yakni : kelompok bahan makanan sebesar 2,92 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,35 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar sebesar 0,59 persen, kelompok sandang 0,48 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,37 persen dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,04 persen. 26

32 Tabel 3.2 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Desember 2015 (2012 = 100) No Kelompok Pengeluaran U M U M IHK Desember 2014 IHK November 2015 IHK Desember 2015 Inflasi Desember 2015*) Laju Inflasi Tahun 2015 **) Inflasi Year on Year **) 125, Bahan Makanan 134, Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 132, Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 117, Sandang 109, Kesehatan 114, Pendidikan, rekreasi dan olahraga 118, Transpor, komunikasi & Jasa Keuangan 130, Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan Berita Resmi Statistik 12 Januari 2016 Ket : *)Persentase perubahan IHK Bulan Desember 2015 terhadap IHK Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Bulan Desember 2015 terhadap IHK Bulan Desember 2014 ***) Persentase perubahan IHK Bulan Desember 2015 terhadap IHK Bulan Nopember 2014 Gambar 3.2 Perkembangan IHK Kota Tangerang Selatan dan Banten (2012=100) Bulan Desember Umum Bahan Makanan Makanan JadiPerumahan Sandang Tangsel Banten Kesehatan Pendidikan Transpor Tangsel Banten 27 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan Berita Resmi Statistik 12 Januari 2016

33 Inflasi di kota Tangerang Selatan mengacu pada inflasi kota Tangerang, pada gambar 3.2 menggambarkan terjadinya inflasi karena naiknya Indeks harga konsumen dari 7 (tujuh) kelompok yang ada pada kelompok pengeluaran yakni : kelompok bahan makanan kembali mengalami kenaikan sebesar 137,36; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 142,9; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 122,39; kelompok sandang 112,54; kelompok kesehatan 121,1; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 124,78 serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan menjadi 126,96. Berdasarkan hal diatas maka diasumsikan pada tahun 2017 akan terjadi inflasi diperkirakan sekitar 3,71% sampai dengan 10,78%. 3.3 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah, juga merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian suatu daerah (region) tanpa melihat pelaku ekonominya. Pelaku ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar daerah tersebut. Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga (adh) berlaku Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp ,94 Juta sedangkan PDRB adh konstan (tahun 2010) adalah sebesar Rp ,16 juta, Angka angka tersebut meningkat dari total PDRB adh berlaku pada tahun 2013 yang hanya sebesar Rp ,51 dan PDRB adh konstan (tahun 2010) yang sebesar Rp ,30. 28

34 Tabel 3.3 Nilai Dan Konstribusi Sektor Dalam PDRB Tahun 2012 S/D 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang Selatan 2012 KATEGORI A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan D. Pengadaan Listrik dan Gas E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F. Konstruksi G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan Komunikasi K. Jasa Keuangan dan Asuransi L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U. Jasa lainnya 2013 Nilai (Juta Kontribusi Rupiah) (persen) 118, % % 4,627, % 43, % 2014 Nilai (Juta Kontribusi Rupiah) (persen) 129, % % 5,184, % 52, % Nilai (Juta Kontribusi Rupiah) (persen) 162, % % 5,864, % 59, % 18, % 20, % 21, % 5,295, % 6,418, % 7,690, % 7,278, % 8,006, % 8,996, % 1,055, ,225, ,663, , ,431, ,220, % 3.14% 11.94% 1.22% 16.46% 3.12% 1,298, ,438, ,865, , ,427, ,463, % 3.22% 10.91% 1.22% 16.65% 3.28% 1,571, ,720, ,561, , ,302, ,752, % 3.36% 10.86% 1.21% 16.21% 3.42% 472, % 536, % 638, % 3,200, ,788, ,152, % 4.58% 2.95% 3,894, ,939, ,392, % 4.35% 3.12% 4,590, ,072, ,606, % 4.05% 3.14% % 51,230, % PDRB 39,071, % 44,611, Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku tahun 2014, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (17,56%); Real estate (16,21%); Konstruksi (15,01%); Industri pengolahan (11,45%), dan Informasi & Komunikasi (10,86%). Sektorsektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan Listrik dan Gas; dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang masing-masing di bawah satu persen, bahkan nol untuk Pertambangan dan Penggalian. Jika dibandingkan PDRB tahun 2013 dan tahun 2014, seluruh sektor menunjukan peningkatan, kecuali pada Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan, dan Pertambangan dan Penggalian yang stagnan karena memang tidak memberikan kontribusi 29 pada tahun 2013 dan 2014.

35 Perkembangan PDRB Kota Tangerang menunjukkan peningkatan dari tahun Selatan ke tahun cenderung demikian juga dengan PDRB perkapita, dengan demikian berdampak positif terhadap prediksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tahun 2016 Kota Tangerang Selatan adalah berdasarkan PDRB tahun dasar 2010 adalah sebesar 8,61%-9,05%. Kemudian LPE Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 diprediksi yaitu 8,61%-9,05% terutama didukung oleh percepatan pada sektor konstruksi, real estate, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, serta pengadaan listrik dan gas. 3.4 LAIN-LAIN ASUMSI Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah ± 147,19 Km2, terdiri dari 7 kecamatan, yaitu Serpong,Serpong Utara, Setu, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Aren dengan kelurahan berjumlah 54 kelurahan, Jumlah penduduk pada tahun 2014 menurut angka sementara BPS adalah sebesar orang dengan kepadatan mencapai orang/km2 dengan kepadatan tertinggi terdapat di Ciputat Timur ( orang/km2) dan kepadatan terendah terdapat di Setu (5.262 orang/km2), Investasi daerah dapat ditingkatkan jika daerah memiliki potensi,baik itu berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuan daerah menjual potensi yang dimilikinya dan menciptakan iklim yang kondusif dan mendukung investasi. Salah satu potensi Kota Tangerang Selatan adalah letak geografisnya yang strategis. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota DKI Jakarata. 30

36 Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Dengan posisi sedemikian, Tangerang Selatan memiliki akses yang bagus baik dari udara, karena berbatasan dengan Kabupaten dan Kota Tangerang yang memiliki Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, maupun dari laut, karena berbatasan dengan DKI Jakarta yang memiliki Pelabuhan Tanjung Priok. Demikian juga akses melalui daratan, Kota Tangerang Selatan dilalui oleh Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/ JORR) yang sekarang sudah terkoneksi baik dari Tangerang Merak atau pun Tol JORR 2. Prasarana dan sarana penunjang lain yang menjadi potensi investasi yang dikembangkan di Kota Tangerang Selatan, antara lain: Kereta Api. Sebagai sarana transportasi massal, kereta api merupakan andalan masyarakat Kota Tangerang Selatan yang menghubungkan Kota Rangkasbitung - Kota Tangerang Selatan - Kota Jakarta dan sudah dengan jalur rel ganda (double track). Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Wilayah Kota Tangerang Selatan yang dilalui oleh lintasan rel KRL antara lain wilayah Serpong (Stasiun Pasar Serpong), Stasiun Rawa Buntu (BSD), Stasiun Jurang Mangu (Pondok Aren), Ciputat (Stasiun Jombang) dan Ciputat Timur (Stasiun Pondok Ranji). Bis Antar Kota Antar Propinsi. Sarana Transportasi ini juga merupakan penggerak mobilitas masyarakat Kota Tangerang Selatan sebagai sarana utama dalam kegiatan yang menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Saat ini juga sudah beroperasi feeder Bus Transjakarta dengan trayek BSD Jakarta, Pondok Aren (BintaroJaya) Jakarta dan BSD Balaraja. 31

37 Angkutan Dalam Kota. Sarana Transportasi Dalam Kota merupakan salah satu transportasi yang dijadikan andalan untuk aktivitas sehari-hari Masyarakat Kota Tangerang Selatan. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih/ Air Minum. Masyarakat Kota Tangerang Selatan memakai air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya. Saat ini kebutuhan air bersih masyarakat Tangerang Selatan bersumber dari dua sumber utama, yaitu dari PDAM Kabupaten Tangerang serta instalasi air bersih yango dikelola oleh pihak, pengembang atau yang berasal dari air bawah tanah. Pembangunan Permukiman Vertikal. Dengan kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan yang mencapai jiwa/km2, maka akan semakin sulit untuk membangun permukiman yang memakai lahan luas. Sehingga dimungkinkan kawasan permukiman super blok seperti apartemen, kondominium, rusunawa, flat dan sejenisnya untuk dikembangkan karena letak Kota Tangerang Selatan yang berdekatan dengan DKI Jakarta dan dengan akses mudah dari berbagai arah. Kawasan Jasa dan Perdagangan Terpadu. Di sepanjang koridor Jl Pahlawan Seribu, BSD City Serpong mulai banyak bermunculan gedunggedung baru yang megah. Pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, pusat hiburan dan kuliner, pusat perkantoran, rumah sakit, pusat pendidikan telah dibangun. Lahan untuk pembangunan Office Tower dan sarana penunjang lain juga tersedia. Oleh karena itu, sangatlah prospektif apabila para investor dapat menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan kawasan ini. 32

38 Pengembangan Tangsel sebagai pusat MICE (Meetings, Incentives Conferencing, Exhibitions). Sebagai kota perdagangan dan jasa, maka salah satu sarana perkotaan dan dapat dijadikan icon kota Tangerang Selatan adalah pembangunan convention center, atau trade exibition center atau gedung konser. Sesuai dengan motto cerdas, modern dan religius, maka Kota Tangerang Selatan mencari para investor untuk membangun gedung yang memiliki ciri khas daerah Kota Tangerang Selatan tetapi juga modern. Sektor Industri dan Pergudangan. Melihat luas lahan yang tersedia, Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam arah dan tujuan pembangunan, tidak menempatkan sektor industri dan pergudangan sebagai andalan. Saat ini peruntukan lahan untuk industri hanya 1,14 % saja dari luas lahan Kota Tangerang Selatan, atau sekitar 16,67 hektar. Industri yang dikembangkan pun ditujukan kepada green industry dan ramah lingkungan.. 33

39 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 4.1. PENDAPATAN DAERAH Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun 2017 Kebijakan mendorong umum pendapatan peningkatan pendapatan daerah daerah diarahkan melalui untuk mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya, Satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Pendapatan Daerah diperkirakan akan mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, karena adanya perkiraan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Disamping itu diperkirakan adanya penurunan pada Dana Perimbangan dan Lain lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Penentuan target Pendapatan Tahun 2017 dilaksanakan dengan memperhatikan pedoman penyusunan APBD 2017 sebagai berikut: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penganggaran Pendapatan Daerah yang bersumber dari PAD menggunakan pertimbangan-pertimbangan berikut ini. 1) Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. 2) Tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha. 34

40 3) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah dengan memperhatikan potensi pajak daerah dan retribusi daerah. b. Dana Perimbangan Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran Pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan, serta DBH-Pajak Penghasilan Menteri Anggaran (DBH-PPh) keuangan 2017, dianggarkan sesuai Peraturan mengenai Alokasi DBH-Pajak Apabila Peraturan Menteri Tahun Keuangan dimaksud belum ditetapkan, penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Sementara DBH Pajak Tahun Anggaran 2017, dengan memperhatikan realisasi penerimaan DBHPajak Tahun Anggaran sebelumnya, Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi Sementara DBH-Pajak tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka akan menyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBHSDA) dianggarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai Perkiraan Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2017, dengan memperhatikan realisasi penerimaan DBH-SDA Tahun Anggaran sebelumnya. Dalam hal Peraturan Menteri 35

41 Keuangan tentang Alokasi Sementara DBH-SDA tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka akan menyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) tidak mengalami perubahan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp ,- dan pada Tahun 2017 tetap sebesar Rp ,-, sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan perihal pemberitahuan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penganggaran penerimaan hibah yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian penerimaan dimaksud, Untuk kepastian penerimaan hibah yang bersumber dari pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian hibah antara Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku pemberi dengan 36

42 Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima, 2) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran Dalam hal penetapan APBD Tahun Anggaran 2017 mendahului penetapan APBD Provinsi, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2016, sedangkan bagian pendapatan yang belum direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran 2016, ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA apabila yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran ) Penganggaran Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2017, Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka dilakukan penyesuaian atas alokasi Dana Penyesuaian lainnya dan Dana Transfer lainnya dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran

43 4) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan, Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA apabila tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran Dalam hal bantuan keuangan tersebut diterima setelah penetapan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017, maka bantuan keuangan tersebut ditampung dalam LRA Target Pendapatan Daerah a. Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka rencana penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2017 adalah sebesar Rp ,- yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp ,- atau sebesar 4.80% dibandingkan dengan PAD pada APBD Tahun 2016 Rp ,-. Sehingga PAD tahun 2017 sebesar tersebut diperkirakan berasal dari: 1) Rencana Penerimaan Pajak Daerah Rp ,- Tahun 2017 sebesar Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp ,- atau 4,69% dari yang dianggarkan pada APBD 2016 sebesar Rp ,-. 38

44 2) Rencana Penerimaan Retribusi Daerah Tahun 2017 sebesar Rp ,- Jumlah tersebut berkurang sebesar Rp ,- atau sebesar -1,60% dari yang dianggarkan pada APBD 2016 sebesar Rp ,-. 3) Rencana Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah Tahun 2017 sebesar Rp ,- Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp ,- atau 11,33% dari target pada APBD 2016 sebesar Rp ,-. b. Dana Perimbangan Penerimaan Dana Perimbangan diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp ,- atau -8,19% dari APBD 2016 sebesar Rp ,- turun menjadi Rp ,-, yang terdiri dari: 1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp ,-; 2. Dana Alokasi Umum sebesar Rp ,-; dan 3. Dana Alokasi Khusus sebesar Rp ,Dana Bagi Hasil aajak/bukan Pajak dan Danav Alokasi Umum ditargetkan tidak mengalami perubahan pada tahun c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penerimaan dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah untuk tahun 2017 diperkirakan mengalami penurunan sebesar Rp ,- atau sebesar -2,09% dari APBD tahun 2016 sebesar Rp ,- menjadi Rp ,- pada tahun 2017 dengan rincian sebagai berikut: 39

45 Tabel. 4.1 Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 dan Rencana Pendapatan Tahun 2017 Kode Rekening 4 Uraian APBD 2016 RAPBD 2017 PENDAPATAN 4.1 Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.2 1,196,706,114, ,250,457,261, ,002,480,000, ,049,461,000, ,916,066, ,492,771, ,310,048, ,503,490, ,208,067, ,910,741, Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 132,404,926, ,404,926, Dana Alokasi Umum 581,505,815, ,505,815, Dana Alokasi Khusus 226,297,326, ,545,223, ,480,021, ,480,021, ,480,021, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 9,065,201, ,580,459,404, ,398,848,023, JUMLAH PENDAPATAN Sumber : DPPKAD Kota Tangerang Selatan, Tahun 2016 Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Provinsi yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor. Bagi Hasil Pajak dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Bagi Hasil Pajak dari Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan dan Bagi Hasil Pajak Rokok tidak mengalami perubahan Upaya Dalam Mencapai Target Adapun langkah dan upaya untuk mencapai target pendapatan Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang 40

46 dimiliki. sehingga diharapkan mampu memberikan dukungan yang optimal dalam menunjang kebutuhan dana yang diperlukan dengan mengupayakan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan pentingnya pelayanan dan kemampuan masyarakat. 2. Meningkatkan intensifikasi dan optimalisasi sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan intensifikasi. Kepentingan umum dan kemampuan masyarakat serta efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dalam bidang pendapatan daerah yang ditujukan kepada: a. Pemanfaatan pendapatan asli daerah secara proporsional pada Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah dan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah b. Peningkatan upaya optimalisasi penerimaan daerah melalui pendekatan pelayanan kepada wajib pajak dan peningkatan kerjasama dengan melibatkan organisasi masyarakat atau organisasi non pemerintah. Optimalisasi penerimaan pajak daerah di antaranya dengan melakukan sosialisasi. advertising. pelatihan petugas dan steakholder. Kemudian ditunjang dengan peningkatan pelayanan. updating pendataan. penilaian. verifikasi objek pajak. pengelolaan data objek pajak. c. Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah sesuai potensi dan kewenangan yang didukung sumber daya aparat pengelolah pendapatan daerah serta kemampuan masyarakat 41 dengan pendekatan kemitraan. koordinasi. pengawasan dan

47 penegakan hukum dengan melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak d. Pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah yang potensial. 3. Memanfaatkan teknologi informasi dalam upaya peningkatan kualitas data dan informasi pajak serta retribusi daerah melalui: a. Pengembangan online system pembayaran yang bekerja sama dengan pihak perbankan nasional dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat. b. Pembangunan sistem data base pajak serta retribusi daerah terpadu dan terintegrasi dalam rangka optimalisasi penerimaan pendapatan dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah. 4. Meningkatkan kualitas pola hubungan dan koordinasi antar SKPD di lingkungan Pemerintah Kota melalui: a. Pembangunan kerangka kerjasama dan kordinasi lintas SKPD dalam rangka optimalisasi peningkatan penerimaan PAD. b. Peningkatan kordinasi secara intensif dalam rangka penggalian informasi penerimaan pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dengan instansi vertikal. c. Integrasi data yang berkesinambungan antara DPPKAD dan SKPD pengelola Retribusi berkaitan dengan mekanisme pemungutan pajak daerah yang didasarkan pada izin. sesuai Perda No. 7 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. 42

48 4.2. BELANJA DAERAH Kebijakan Belanja Daerah Belanja Daerah dialokasikan untuk Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung dialokasikan untuk Belanja Pegawai. Belanja Hibah. Belanja Bantuan Sosial. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa dan Belanja Tidak Terduga. Belanja Langsung dialokasikan untuk belanja program dan kegiatan setiap SKPD (non urusan) maupun belanja program dan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh masing-masing SKPD (belanja urusan). Total Rp ,sebesar belanja dengan daerah alokasi Rp ,- dan direncanakan Belanja Belanja Tidak sebesar Langsung Langsung sebesar Rp ,-. Anggaran belanja pegawai dialokasikan berdasarkan jumlah pegawai yang ada ataupun rencana tindak penambahan CPNS, baik struktural maupun fungsional yaitu berupa gaji dan tunjangan. Untuk belanja hibah perundangan dan belanja dialokasikan bantuan sosial, berdasarkan sesuai peraturan dari organisasi usulan masyarakat, kelompok masyarakat atau individu. kecuali belanja bantuan sosial yang tidak direncanakan dialokasikan dengan tidak melebihi belanja bantuan sosial yang berdasarkan usulan/direncanakan. Kemudian untuk belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota, pemerintah desa dan partai politik dialokasikan untuk bantuan kepada partai politik dan pemerintah desa. Sedangkan belanja tidak terduga dialokasikan untuk mengantisipasi kejadian luar biasa diluar kewenangan daerah atau kondisi darurat/ mendesak diluar perencanaan. 43

49 Anggaran Belanja langsung terbagi menjadi 2 (dua) katagori, yaitu belanja pada setiap SKPD yang merupakan belanja rutin operasional SKPD, atau disebut juga belanja non urusan dan belanja yang terkait dengan pelaksanaan urusan pemerintahan. atau disebut juga sebagai belanja urusan. Alokasi Belanja kegiatan pada setiap SKPD (non urusan) antara lain untuk kegiatan pemeliharaan gedung dan halaman. pengadaan ATK dan APK, sewa/beli kendaraan, pembelian dan pemeliharaan inventaris dan sarana kerja lain serta penyusunan laporan kinerja dan keuangan serta penyusunan dokumen perencanaan. Penentuan alokasi belanja ini dilakukan berdasarkan beberapa kriteria. di antaranya luas gedung dan halaman kantor, jumlah pegawai dan pejabat eselon dan sarana kerja yang telah tersedia. Perhitungan besaran dilakukan berdasarkan kriteria tersebut dan disesuaikan dengan standar harga yang berlaku. Berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2012 dan Permendagri No. 61 Tahun 2007 maka pada Tahun 2016 RSU Kota Tangerang Selatan akan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah. untuk meningkatkan profesionalisme pelayanan kesehatan. Mekanisme perencanaan dan penganggarannya akan dilaksanakan sesuai aturan tersebut Kebijakan Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai meliputi Gaji (Uang Representasi) dan Tunjangan. Tambahan Penghasilan PNS dan Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah, SKPD Kota Tangerang Selatan berjumlah 38 dengan rincian 7 badan, 13 dinas, 1 inspektorat, 1 satuan, 3 sekretariat, 5 kantor, 1 rumah sakit umum daerah (RSUD) dan 7 kecamatan. Selain itu juga dialokasikan untuk Belanja Pegawai bagi anggota Dewan 44

50 Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala Daerah serta Wakil Kepala Daerah. Jumlah pegawai pada Tahun 2017 diperkirakan akan mencapai lebih dari orang yang terdiri atas penjabat eselon II. eselon III dan eselon IV serta pelaksana dan jabatan fungsional seperti guru dan dokter, serta rencana CPNSD sejumlah 200 orang serta jumlah anggota DPRD Sebanyak 50 orang. Tahun 2017 gaji dan tunjangan pegawai dialokasikan sepenuhnya dalam APBD Kota Tangerang Selatan termasuk kenaikan Tambahan Penghasilan PNS untuk Eselon III dan IV yang terkait Perencanaan dan Penganggaran. staf yang menjabat sebagai PPTK, Guru, Pejabat Struktural Pengelola LPSE dan Pokja ULP, sehingga jumlah belanja pegawai untuk Tahun Anggaran 2017 direncanakan sebesar Rp ,- dimana besaran tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya dikarenakan rencana pengangkatan CPNSD sebanyak 200 orang. Belanja Hibah yang direncanakan sebesar Rp dialokasikan untuk hibah kepada badan /lembaga/organisasi kemasyarakatan. dan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota. Pemerintahan Desa dan Partai Politik dialokasikan sebesar Rp Pada Belanja Tidak Langsung juga dialokasikan Belanja Tidak Terduga sebesar Rp serta belanja bantuan sosial sebesar Rp , Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 50/795/SJ tanggal 4 Maret 2016 tentang Penyusunan RPJMD dan RKPD 2017, bagi daerah yang melaksanakan pemilukada 2017 penyusunan Rancangan Awal RKPD

51 berpedoman kepada arah kebijakan dan sasaran pokok RPJPD, serta memperhatikan visi, misi dan program Kepala Daerah. Lebih ditegaskan kembali pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusuna, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017, pada Lampiran I dibagian V Bagi daerah yang sedang menyusun RPJMD, maka untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, pemerintah daerah dapat menggunakan rencana program, sasaran, dan pagu indikatif tahun pertama yang disusun dalam Rancangan Awal RPJMD sebagai landasan penyusunan Rancangan Awal RKPD Tahun 2017 yang nantinya ditetapkan menjadi tahun pertama dari indikasi rencana program yang disertai kebutuhan pendanaan RPJMD yang akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sehingga kebijakan belanja daerah mengacu pada kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada Rancangan Awal Rencana Pembengunan jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Tahun yang dituangkan dalam 6 (enam) isu strategis daerah Kota Tangerang Selatan, berikut ini: 1. Kualitas Sumber Daya Manusia Meskipun IPM (79.17) pada tahun 2014 relatif lebih baik dibanding kab/kota lain di Provinsi Banten, namun Angka Melek Huruf (AMH) dan Indeks Kemampuan Daya Beli Masyarakat/Purchasing Power Parity (PPP) Kota Tangsel masih perlu ditingkatkan apalagi jika dibanding nasional, agar daya saing daerah meningkat. 2. Pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 (3,44%) dan Kepadatan Penduduk ( jiwa/km²) dengan komposisi jumlah pria lebih 46

52 banyak menjadi tantangan tersendiri terhadap masalah sosial, migrasi penduduk, dan pemenuhan kebutuhan dasar. 3. Sarana dan Prasarana wilayah Aksesibilitas orang, barang dan jasa masih membutuhkan peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana wilayah apalagi sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah penyumbang terbesar PDRB Kota Tangsel (31%). Disamping itu ketaatan pada pemanfaatan ruang yang masih kurang, tata kota semrawut, kemacetan, serta minimnya ruang terbuka hijau (RTH) untuk publik. 4. Perekonomian Daerah Meskipun perekonomian Kota Tangsel mampu tumbuh diatas 8.61% - 9,05%, namun inflasinya juga cukup tinggi sebesar 3.24% pada tahun Daya beli masyarakat makin rendah, ketimpangan pendapatan semakin lebar. 5. Kemiskinan dan kesejahteraan sosial Jumlah penduduk miskin jiwa dengan garis persentase penduduk miskin pada tahun 2014 sebesar 1.62%, dan tingkat pengangguran terbuka (6,92% tahun 2014) selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 6. Tata kelola pemerintahan Masih belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan daerah, diantaranya terdapat produk-produk hukum (perda) yang blm diselesaikan tepat waktu, pelayanan publik masih perlu ditingkatkan, Opini BPK RI atas laporan keuangan 3 tahun berturut-turut masih WDP. NiIai AKIP Kota Tangsel masih CC. 47

53 Berdasarkan 6 (enam) isu strategis yang ada di Kota Tangerang Selatan sehingga ditetapkan 5 (Lima) prioritas dan fokus masingmasing serta program prioritas untuk Tahun 2017 dalam rangka percepatan pencapaian target RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun sebagai berikut: Prioritas 1, Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Percepatan Peningkatan kesejahteraan masyarakat; Penurunan Rumah Tangga Miskin; Peningkatan kesempatan kerja dan produktifitas tenaga kerja; Perlindungan Tenaga kerja; Fasilitasi pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenaga kerjaan; Pengendalian arus migrasi Kota; Peningkatan Kegiatan kepemudaan dan Olah Raga. Prioritas 2, Pengembangan Akses Layanan Pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan Sosial; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan angka partisipasi Murni (APM); Peningkatan Angka Partisipasi Kasar; Peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS); Penghapusan Buta Aksara; Peningkatan Akses Layanan Kesehatan bermutu; Peningkatan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak; Peningkatan program Keluarga Berencana; Pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Prioritas 3, Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Pemeliharaan atas sarana prasarana yang sudah baik; 48

54 Peningkatan atas sarana dan prasarana kota yang masih kurang terutama sampah, drainase kota, infrastuktur jalan, air bersih, revitalisasi kawasan kumuh serta sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah, penanganannya dilakukan dengan pelibatan masyarakat/swasta dalam penyediaan sarana prasarana kota. Prioritas 4, Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan prasarana dan sarana perekonomian; Peningkatan iklim investasi yang kondusif; Pemberian insentif pajak dan perijinan; Pengembangan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; Peningkatan peran UMKM-K. Prioritas 5, Pemantapan Penyelengaraan Pemerintahan berbasis Teknologi dan Inovasi; Tata kelola Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan akses pelayanan publik; Peningkatan kapasitas keuangan daerah; Peningkatan ketaatan hukum; Peningkatan kehidupan demokrasi; Peningkatan ketentraman dan ketertiban umum; Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah; Peningkatan/ pengembangan IT dalam penyelenggaraan pemerintahan Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah dan Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kebijakan Belanja berdasarkan Urusan didasarkan pada penyelenggaraan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan, yang meliputi urusan pendidikan, urusan kesehatan, urusan pekerjaan umum, urusan urusan penataan ruang, urusan perencanaan 49 perumahan,

55 pembangunan, urusan perhubungan, urusan lingkungan hidup, urusan kependudukan dan catatan sipil, urusan sosial, urusan koperasi dan usaha kecil menengah, urusan penanaman modal, urusan kebudayaan, urusan pemuda dan olah raga, urusan kesatuan bangsa dan poltik dalam negeri, urusan pemerintahan umum, urusan kepegawaian, urusan pemberdayaan masyarakat dan desa, urusan kearsipan, urusan pertanian dan urusan perindustrian. Ada beberapa kebijakan dalam Perencanaan Kebijakan Belanja Daerah pada Tahun 2017 untuk Kebijakan Belanja Langsung yang terkait dengan pembangunan, diantaranya: 1. Mengakomodir Target RPJMD Tahun Anggaran 2017; 2. Mengakomodir usulan Hasil Musrenbang Kecamatan dan hasil Reses DPRD; 3. Mengakomodir Belanja Non Urusan Wajib dan Mengikat SKPD. Komponen tersebut seluruhnya penyelenggaraan urusan ini dilaksanakan oleh SKPD Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 38 dengan rincian 7 badan, 13 dinas, 1 inspektorat, 1 satuan, 3 sekretariat, 5 kantor, 1 rumah sakit umum daerah (RSUD) dan 7 kecamatan, satu SKPD dapat melaksanakan lebih dari satu urusan pemerintahan, demikian juga satu urusan pemerintahan dapat dilaksanakan oleh beberapa SKPD, seperti urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian,Nama-nama SKPD dan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH Pada Tahun Anggaran 2017, direncanakan penerimaan pembiayaan dari perkiraan sisa lebih perhitungan anggaran sebesar Rp ,- yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan 50 Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Sumber penerimaan pembiayaan

56 daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dana dari cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, serta hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan sebagaimana tersaji pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Rencana Pembiayaan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 Kode Rekening APBD 2016 RAPBD ,262,963, ,681,000, ,262,963, ,681,000, Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah 724,262,963, ,681,000, Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembayaran Pembiayaan Lainnya Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah ,262,963, ,681,000, Uraian PEMBIAYAAN DAERAH 6.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya Pembiayaan Netto 6.3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA) Sumber : DPPKAD Kota Tangerang Selatan, Tahun

57 BAB V PENUTUP Demikian Rancangan awal Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2017 ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, serta acuan dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran Dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi penyusunan KUA akibat adanya kebijakan pemerintah atau adanya penambahan/pengurangan sumber pendapatan daerah setelah KUA ini tersusun, dapat dilakukan penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran indikatif apabila belum ditampung dalam KUA ini. Penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran pembahasan indikatif PPAS dan dapat RAPBD dilakukan Tahun pada Anggaran saat 2017, proses tanpa keharusan melakukan perubahan KUA. Tangerang Selatan, 2016 WALIKOTA TANGERANG SELATAN, 52 AIRIN RACHMI DIANY

58 RANCANGAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 KOTA TANGERANG SELATAN

59 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA TUJUAN TUJUAN PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA DASAR (HUKUM) PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA).. 2 BAB II RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 7 BAB III PRIORITAS BELANJA DAERAH.. 8 BAB IV PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN PROGRAM KEGIATAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA UNTUK BELANJA PEGAWAI, BUNGA, SUBSIDI, HIBAH, BANTUAN SOSIAL, BELANJA BAGI HASIL, BANTUAN KEUANGAN DAN BELANJA TIDAK TERDUGA BAB V PENUTUP.. 19 i

60 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 dan Rencana Pendapatan Tahun Tabel 2.2 Tabel 3.1 Rencana Pembiayaan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun Prioritas Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Pembangunan Nasional (Nawa Cita).. 10 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Sinkronisasi Prioritas Kota Tangerang Selatan terhadap Pembangunan Nasional (Nawa Cita).. 11 Sinkronisasi Prioritas Kota Tangerang Selatan terhadap Prioritas Provinsi Banten 12 Tabel 3.4 Prioritas, Sasaran dan Program.. 12 Tabel. 4.1 Prioritas Plafon Anggaran Sementara 16 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Plafon anggaran sementara berdasarkan program dan kegiatan Tahun Anggaran Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan, Dan Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran Lamp. L ii

61 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) merupakan salah satu instrument dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjadi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tangerang Selatan. Rancangan APBD Kota Tangerang Selatan disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang Selatan serta kemampuan pendapatan daerah berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Isi dari Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah program prioritas dan patokan batas maksimal sementara anggaran yang diberikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD). Sehingga penyusunan Rancangan Awal Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dilakukan bersamaan dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA), dan substansi dari Rancangan Awal PPAS harus sejalan dengan substansi Kebijakan Umum Anggaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana prioritas dan Plafon Anggaran Sementara disusun dengan menentukan skala prioritas dan menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/ kegiatan juga menginformasikan plafon anggaran sementara berdasarkan urusan 1

62 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA dan SKPD, plafon anggaran sementara berdasarkan program dan kegiatan, sehingga penetapan pagu definitive diperoleh setelah peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ditetapkan. 1.2 TUJUAN PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) disusun agar terjadi sinkronisasi dan keterpaduan sasaran program dan kegiatan dengan kebijakan pemerintah dibidang keuangan dan menjaga kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah, serta pelayanan masyarakat. Selain itu, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ini disusun dengan tujuan untuk memberikan landasan kepada Satuan Kerja Perangkat daerah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran Tahun Anggaran 2017 agar sejalan dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah dan Kebijakan Umum Anggaran APBD yang menjadi dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ini dan disesuaikan dengan kapasitas keuangan daerah. 1.3 DASAR (HUKUM) PENYUSUNAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun Anggaran 2017 ini disusun mengacu kepada sejumlah peraturan perundangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 2

63 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4935); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ini telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 6. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014, Tentang Pemerintahan Daerah (Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Propinsi Dan Pemerintah 3

64 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerahdan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahjo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 4

65 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 18. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 06 Tanggal 30 Desember tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 Nomor 06 Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 0610); 19. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 08 Tahun 2011 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 0811); 20. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Tahun ; 21. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1211); 22. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun ; 23. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; 24. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun

66 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA BAB II RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 2.1. PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2017 berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah. Sebagaimana tertera dalam Tabel 2.1. prediksi target pendapatan daerah pada tahun 2017 adalah sebesar Rp ,- yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,- Dana Perimbangan sebesar Rp ,-, serta Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp ,-. Kode Rekening Tabel. 2.1 Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 dan Rencana Pendapatan Tahun 2017 Uraian APBD 2016 RAPBD PENDAPATAN 4.1 Pendapatan Asli Daerah 1,196,706,114, ,250,457,261, Hasil Pajak Daerah 1,002,480,000, ,049,461,000, Hasil Retribusi Daerah 88,916,066, ,492,771, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 105,310,048, ,503,490, Dana Perimbangan 940,208,067, ,910,741, Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 132,404,926, ,404,926, Dana Alokasi Umum 581,505,815, ,505,815, Dana Alokasi Khusus 226,297,326, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 443,545,223, ,480,021, Pendapatan Hibah 434,480,021, ,480,021, Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 9,065,201, JUMLAH PENDAPATAN 2,580,459,404, ,398,848,023, Sumber : DPPKAD Kota Tangerang Selatan, Tahun

67 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Pada tahun anggaran 2017, direncanakan penerimaan pembiayaan dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun 2016 yang diperkirakan sebesar Rp ,- yang diperoleh dari efisiensi belanja Tahun Anggaran 2016 dan pelampauan pendapatan Tahun Anggaran Tabel 2.2 Rencana Pembiayaan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 Kode Rekening Uraian APBD 2016 RAPBD PEMBIAYAAN DAERAH Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembayaran Pembiayaan Lainnya Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah 724,262,963, ,681,000, ,262,963, ,681,000, ,262,963, ,681,000, Pembiayaan Netto 724,262,963, ,681,000, SISA LEBIH PEMBIAYAAN 6.3 ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA) Sumber : DPPKAD Kota Tangerang Selatan, Tahun

68 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA BAB III PRIORITAS BELANJA DAERAH berikut; Prioritas belanja daerah untuk tahun 2017 adalah sebagai Prioritas 1 : Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; Prioritas 2 : Pengembangan Akses Layanan Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial; Prioritas 3 : Peningkatan Penyediaan Sarana dan Prasarana Perkotaan; Prioritas 4 : Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; Prioritas 5 : Pemantapan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Teknologi dan Inovasi; Berdasarkan prioritas-prioritas tersebut ditetapkanlah beberapa sasaran sebagai berikut; Prioritas 1, Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Percepatan Peningkatan kesejahteraan masyarakat; Penurunan Rumah Tangga Miskin; Peningkatan kesempatan kerja dan produktifitas tenaga kerja; Perlindungan Tenaga kerja; Fasilitasi pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenaga kerjaan; Pengendalian arus migrasi Kota; Peningkatan Kegiatan kepemudaan dan Olah Raga 8

69 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Prioritas 2, Pengembangan Akses Layanan Pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan Sosial; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan angka partisipasi Murni (APM); Peningkatan Angka Partisipasi Kasar; Peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS); Penghapusan Buta Aksara; Peningkatan Akses Layanan Kesehatan bermutu; Peningkatan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak; Peningkatan program Keluarga Berencana; Pembinaan penyandang masalah kesejahteraan sosial; Prioritas 3, perkotaan; Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Pemeliharaan atas sarana prasarana yang sudah baik; Peningkatan atas sarana dan prasarana kota yang masih kurang terutama sampah, drainase kota, infrastuktur jalan, air bersih, revitalisasi kawasan kumuh serta sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah, penanganannya dilakukan dengan pelibatan masyarakat/swasta dalam penyediaan sarana prasarana kota; Prioritas 4, Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan prasarana dan sarana perekonomian; Peningkatan iklim investasi yang kondusif; Pemberian insentif pajak dan perijinan; Pengembangan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; Peningkatan peran UMKM-K; 9

70 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Prioritas 5, Pemantapan Penyelengaraan Tata kelola Pemerintahan berbasis Teknologi dan Inovasi; Sasaran dari prioritas tersebut adalah : Peningkatan akses pelayanan publik; Peningkatan kapasitas keuangan daerah; Peningkatan ketaatan hukum; Peningkatan kehidupan demokrasi; Peningkatan ketentraman dan ketertiban umum; Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah; Peningkatan/ pengembangan IT dalam penyelenggaraan pemerintahan; Tabel 3.1 Prioritas Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Pembangunan Nasional (Nawa Cita) PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 PRIORITAS NASIONAL (AGENDA NAWACITA) 1. Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; 2. Pengembangan Akses Layanan Pendidikan,Kesehatan dan kesejahteraan Sosial; 3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan; 4. Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 5. Pemantapan Penyelengaraan Tata kelola Pemerintahan berbasis Teknologi dan Inovasi; 1. Peningkatan kapasitas tenaga kerja dan pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan 2. Pemantapan ketahanan pangan, peningkatan keamanan pangan, dan penguatan logistik pangan 3. Peningkatan konektivitas dan daya dukung infrastruktur terhadap ekonomi dan investasi yang lebih merata 4. Peningkatan akses promosi dan mutu pelayanan kesehatan 5. Pengendalian tata ruang, kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya air, mitigasi, serta adaptasi bencana 6. Pemantapan reformasi birokrasi, tata kelola pemerintahan daerah dan suasana yang kondusif. 1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga 2. Negara Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan penegakan hokum 5. yang Meningkatkan bebaskualitas korupsi, hidup manusia dan masyarakat Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bias maju dan bangkit 7. bersama Mewujudkannya bangsa-bangsa kemandirian Asia ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi 8. domestik Melakukan revolusi karakter 9. bangsa Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia 10

71 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Tabel 3.2 Sinkronisasi Prioritas Kota Tangerang Selatan terhadap Pembangunan Nasional (Nawa Cita) PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 PRIORITAS NASIONAL (AGENDA NAWACITA) 1. Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat 2. Pengembangan Akses Layanan Pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan Sosial; 3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan; 4. Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah;.5. Pemantapan Penyelengaraan Tata kelola Pemerintahan berbasis Teknologi dan Inovasi; restorasi sosial Indonesia 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bias maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkannya kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi 1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga Negara. 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermatabat, dan terpercaya 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 11

72 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Tabel 3.3 Sinkronisasi Prioritas Kota Tangerang Selatan terhadap Prioritas Provinsi Banten PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN TAHUN Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM; 1. Peningkatan kapasitas tenaga kerja dan pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan 2. Pengembangan Akses Layanan Pendidikan, 4. Peningkatan akses promosi dan mutu pelayanan Kesehatan dan kesejahteraan Sosial; kesehatan 4. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan; 5. Pengendalian tata ruang, kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya air, mitigasi, serta adaptasi bencana 5. Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah; 5. Pemantapan Penyelengaraan Tata kelola Pemerintahan berbasis Teknologi dan Inovasi; 3. Peningkatan konektivitas dan daya dukung infrastruktur terhadap ekonomi dan investasi yang lebih merata 2. Pemantapan ketahanan pangan, peningkatan keamanan pangan, dan penguatan logistik pangan 6. Pemantapan reformasi birokrasi, tata kelola pemerintahan daerah dan suasana yang kondusif Tabel 3.4 Prioritas, Sasaran dan Program Prioritas Sasaran Program SKPD Pelaksana Peningkatan Kualitas dan Kompetensi SDM Fasilitasi Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Ketenaga Kerjaan Pengendalian arus migrasi Kota Peningkatan Kegiatan Kepemudaan dan Olah raga Peningkatan Kesempatan Kerja dan Produktifitas Tenaga Kerja Penurunan Rumah Tanggak Miskin Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Perlindungan Tenaga Kerja Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan 1 Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Dinsosnakertran, KPMD, dan Bagian Kesejahteraan Sosial 2 Tangsel Cerdas * Dindik, BPMPPKB, dan BPTI 3 Penataan adminstrasi kependudukan Disdukcapil, Dinsosnakertran, Bagian Kesejahteraan Sosial dan Kecamatan 4 Pengendalian Penduduk * Dinsosnakertran, Disdukcapil dan Kecamatan 5 Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Dispora, Kantor Kebudayaan dan Pariwisata, dan Dinas Pendidikan 6 Peningkatan peran serta kepemudaan Dispora, Kantor Kebudayaan dan Pariwisata dan Dinas Pendidikan 7 Peningkatan sarana dan prasarana olahraga DTKBP, Dispora, Bagian Pertanahan dan DPPKAD 8 Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup Dispora, DKUMKM, Bagian Kesejahteraan Sosial dan Kecamatan pemuda 9 Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan SATPOL-PP 10 Peningkatan Kesempatan Kerja Dinsosnakertran, BPMPPKB, KPMD, dan DKUKM 11 Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas adat Trepencil (KAT) & Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya Dinsonakertran, BPMPPKB, Kesbangpolinmas, Bagian Kesejahteraan Sosial dan kecamatan 12 Program Transmigrasi Regional Dinsonakertran, Disdukcapil, Bagian Kesejahteraan Sosial, 13 Peningkatan partisipasi masyarakat Bappeda, BPMPPKB, Bagian Pembangunan, dalam membangun desa Kantor Kebudayaan dan Pariwisata, kecamatan dan DKUMKM 14 Program Pemberdayaan Kelembagaan Bappeda, BPMPPKB, Bagian Kesejahteraan Kesejahteraan Sosial Sosial, DKUMKM 15 Perlindungan dan Pengembangan Dinsonakertran, Bagian Hukum, dan Lembaga Ketenagakerjaan Disperindag 16 Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo Dinsosnakertran, Bagian Kesejahteraan Sosial, BPMPPKB, Dinkes 12

73 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Prioritas Sasaran Program SKPD Pelaksana Pengembang an Akses Layanan Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraa n Sosial Peningkatan Penyediaan Sosial 17 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Penghapusan Buta Aksara Peningkatan Akses Layanan Kesehatan Bermutu Peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Peningkatan Keluarga Berencana Peningkatan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Peningkatan Rata Rata Lama Sekolah (RLS) Pemeliharaan atas Sarana dan Prasarana yang Sudah Baik Dinsonakertran, Dinkes dan Bagian Kesejahteraan Sosial 18 Pendidikan Formal dan Non Formal Dindik dan Dispora 19 Pengembangan Budaya Baca dan Dindik, Kantor Arsi Daerah, dan Kantor Pembinaan Perpustakaan Perpustakaan Daerah 20 Obat dan Perbekalan Kesehatan Dinkes dan RSUD Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit 23 Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular 24 Pengadaan Obat dan Perbekalan Rumah Sakit 25 Pengadaan, Peningkatan dan perbaikan saranan dan prasarana layanan kesehatan 26 Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit Dinkes dan RSUD RSUD dan DTKBP Dinkes dan BPMPPKB Dinkes dan RSUD Dinkes dan RSUD Dinkes dan RSUD 27 Pengembangan lingkungan sehat BLHD, Dinkes, dan DKPP 28 Peningkatan pelayanan kesehatan anak balita 29 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Dinkes, RSUD, Bagian Kesejahteraan Sosial dan BPMPPKB Dinkes dan RSUD 30 Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkes dan BPMPPKB 31 Upaya Kesehatan Masyarakat Dinkes, BLHD, DKPP dan BPMPPKB 32 Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Dindik 33 Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dindik Sembilan Tahun 34 Keluarga Berencana BPMPPKB dan Dinkes 35 Penguatan kelembagaan pengarasutamaan gender dan anak 36 Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 37 Peningkatan pelayanan bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak 38 Peningkatan Peran Serta Kesetaraan Gender dalam pembangunan Bappeda, BPMPPKB dan Bagian Kesejahteran Sosial Dinkes dan BPMPPKB Disdukcapil dan BPMPPKB Bappeda, BPMPPKB, Dinsoosnakertrans dan Bagian Kesejahteran Sosial 39 Pendidikan Menengah Dindik 40 Pengelolaan ruang terbuka hijau DKPP dan BLHD (RTH) 41 Pengelolaan Sampah Terpadu DKPP dan BLHD 42 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 43 Pengembangan penyediaan dan pengelolaan PJU 44 Pengembangan, Pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya 45 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 46 Penyediaan dan pengelolaan areal pemakaman 47 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 48 Rehabilitasi / pemeliharaan Jalan dan Jembatan 49 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ DKPP DKPP DBMSDA BLHD dan DBMSDA DKPP BLHD dan DBMSDA DBMSDA DBMSDA dan Dishubkominfo 13

74 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Prioritas Sasaran Program SKPD Pelaksana Sarana dan Prasarana Perkotaan Peningkatan Daya Saing Perekonomia n Daerah Peningkatan Atas Sarana dan Prasarana Kota Yang Masih Kurang Baik Pemberian Insentif pajak dan Perijinan Pengembangan Teknologi dalam Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Peningkatan Iklim Investasi yang Kondusif Peningkatan Peran UMKM-K Peningkatan Prasarana dan sarana perekonomian 50 Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan DTKBP, DBMSDA dan Dishubkominfo 51 Pembangunan prasarana dan fasilitas DTKBP, DBMSDA dan Dishubkominfo perhubungan 52 Pembangunan saluran DBMSDA drainase/gorong-gorong 53 Penanggulangan Akibat Bencana BPBD, BLHD, DKPP dan DBMSDA 54 Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah DTKBP, DBMSDA, DPPKAD dan BP2T, Bagian Pertanahan 55 Pengendalian banjir DBMSDA 56 Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Kantor Pemadam Kebakaran 57 Penyuluhan dan Penanggulangan Korban Bencana Alam Badan Penanggulangan Bencana Alam, Kantor Pemadam Kebakaran, BLHD, DKPP, DBMSDA dan DTKBP 58 Perencanaan tata ruang Bappeda, DTKBP, DBMSDA, BLHD dan DKPP 59 Pendanaan Pembangunan Pemerintah- Bappeda, dan KPMD Swasta* 60 Penataaan Lingkungan Terpadu* Bappeda, DTKBP, Bagian Pembangunan, dan BLHD 61 Pengembangan Transportasi Masal * Bappeda, DTKBP, dan Dishubkominfo 62 Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan Disperindag dan Bagian Hukum 63 Pengembangan Budidaya Perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 64 Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan 65 Peningkatan mutu dan pengembangan pengelolaan hasil perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 66 Peningkatan Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan 67 Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 68 Pengembangan Ekonomi Kreatif* Bappeda DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, Dispora, KPMD, BPMPPKB dan Bagian Perekonomian 69 Kebijakan Pengembangan potensi Unggulan Daerah 70 Peningkatan dan pengembangan ekspor 71 Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 72 Promosi dan pemberdayaan masyarakat 73 Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif 74 Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 75 Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 76 Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, Dispora, KPMD, BPMPPKB, BP2T dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, Dispora, KPMD Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, KPMD, dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, Dindik, DPKP, Budpar, Dispora, KPMD, BPMPPKB, dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, BPMPPKB dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, BPMPPKB dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, KPMD, dan Bagian Perekonomian Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI, dan Bagian Perekonomian DKUKM, Disperindag, dan Satpol PP 77 Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan 78 Pengelolaan kekayaan budaya Budpar, Kantor Arsip Daerah, Kantor Perpustakaan Daerah DPPKAD, Bagian Pertanahan 79 Pengembangan lembaga ekonomi Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, KPMD, BPMPPKB dan Bagian Perekonomian 80 Pengembangan nilai budaya Budpar, Kantor Arsip Daerah, Kantor Perpustakaan Daerah DPPKAD, Bagian Pertanahan 14

75 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA Prioritas Sasaran Program SKPD Pelaksana Peningkatan / Pengembangan IT Dalam Penyelenggaran Pemerintahan 81 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Bappeda dan Budpar 82 Program Pengembangan Destinasi Bappeda, DKUKM, Disperindag, DPKP, Budpar, KPMD, dan Bagian Perekonomian 83 Kerjasama informasi dan media massa Bappeda, Dishubkominfo, BPTI dan Bagian Humas 84 Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi Bappeda, BP2T, Dishubkominfo, BPTI dan Bagian Humas 85 Pengembangan data/informasi Seluruh SKPD, Bagian, dan Kantor 86 Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Bappeda, BP2T, Dishubkominfo, BPTI dan Bagian Humas Pemantapan Penyelengga raan Tata Kelola pemerintaha n berbasis Teknologi dan Innovasi Peningkatan Akses Pelayanan Publik Peningkatan Kapasitas Keuangan daerah Peningkatan Kehidupan Demokrasi Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Peningkatan Ketaatan Hukum Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban Umum 87 Pembinaan aparatur dalam peningkatan jiwa korsa 88 Penataan dan Penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan 89 Penataan organisasi penyelenggara pemerintahan daerah 90 Pengembangan sistem admnistrasi kearsipan 91 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah 92 Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah 93 Peningkatan kapasitas lembaga RT dan RW BKPP, Bagian Organisasi, Sekretariat Dewan Pengurus Inspektorat Bagian Organisasi Kantor Arsip Seluruh SKPD dan Bagian Sekretariat DPRD Bappeda, Kecamatan, Bagian Organaisasi, Bagian Umum dan Perlengkapan, Bagian Hukum, Bagian Pemerintahan, Disdukcapil, dan BPMPPKB Bappeda, BKPP, dan Bagian Organisasi 94 Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur 95 Peningkatan kualitas pelayanan Bappeda, BPTI, BP2T, Dishubkominfo, informasi Disdukcapil dan Kecamatan 96 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Bappeda, BPTI, BP2T, Diskominfo, Disdukcapil dan Kecamatan 97 Peningkatan pelayanan kedinasan Bagian Humas dan Protokol, Bagian Umum kepala daerah/ wakil kepala daerah dan Perlengkapan, Bagian Keuangan, Satpol 98 Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH 99 Penyelamatan dan pelestarian dokumen / arsip daerah PP, dan Dishubkominfo Inspektorat dan Satpol PP Kantor Arsip 100 Perencanaan pembangunan daerah Seluruh SKPD 101 Pengembangan Inovasi Daerah* Bappeda, Budpar, BPTI, DKUKM, Disperindag, BLHD, DKPP dan DPKP 102 Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah DPPKAD, dan Seluruh SKPD 103 Pendidikan Politik Masyarakat Kesbangpolinmas 104 Pengembangan wawasan kebangsaan Kesbangpolinmas 105 Kerjasama Pembangunan Bappeda, KPMD, Bagian Pemerintahan, dan SKPD Teknis 106 Penataan Peraturan Perundangundangan Bagian Hukum 107 Peningkatan keamanan dan Kesbangpilinmas, Satpol PP dan kecamatan kenyamanan lingkungan 108 Reformasi Birokrasi* Bagian Organisasi 109 Pengembangan pemetaan Wilayah* Bappeda 110 Pengembangan Pelayanan Perizinan* Bappeda, BP2T, Disperindag, BLHD, Dishukominfo, Kantor Damkar, DBMSDA, DTKBP 15

76 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN 4.1. PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN Berdasarkan matriks prioritas diatas, dapat dilihat plafon anggaran masing-masing urusan dan satuan kerja yang dipisah menjadi Program non urusan dan urusan, dimana program non urusan adalah belanja rutin dari setiap SKPD. Tabel 4.1 Prioritas Plafon Anggaran Sementara NO SKPD TOTAL 1 Dinas Pendidikan 120,000,000, Dinas Kesehatan 150,000,000, Rumah Sakit Umum 135,360,000, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air 275,000,000, Kantor Pemadam Kebakaran 23,000,000, Dinas Tata kota, Bangunan dan Pemukiman 400,000,000, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 18,500,000, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 35,000,000, Badan Lingkungan Hidup Daerah 10,000,000, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman 96,000,000, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 16,000,000, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 17,000,000, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi 19,000,000, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 20,000,000, Kantor Penanaman Modal Daerah 7,000,000, Kantor Kebudayaan dan Pariwisata 7,000,000,

77 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA NO SKPD TOTAL 17 Dinas Pemuda dan Olahraga 15,000,000, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 9,000,000, Satuan Polisi Pamong Praja 13,000,000, Badan Penanggulangan Bencana Daerah 6,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Pemerintahan 4,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Kesejahteraan Sosial 2,800,000, Sekretariat Daerah - Bagian Pertanahan 130,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Organisasi 4,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Perekonomian 1,500,000, Sekretariat Daerah - Bagian Pembangunan 7,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Pengelola Teknologi Informasi 7,500,000, Sekretariat Daerah - Bagian Hukum 4,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Humas dan Protokol 6,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Umum dan Perlengkapan 45,000,000, Sekretariat Daerah - Bagian Keuangan 2,500,000, Sekretariat DPRD 77,000,000, Inspektorat 14,500,000, Kecamatan Ciputat 13,000,000, Kecamatan Ciputat Timur 10,000,000, Kecamatan Pamulang 15,000,000, Kecamatan Serpong 14,000,000, Kecamatan Serpong Utara 10,000,000, Kecamatan Pondok Aren 15,000,000, Kecamatan Setu 12,000,000, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 45,000,000, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu 17,500,000, Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI 2,000,000, Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan 16,000,000, Kantor Arsip Daerah 3,900,000, Kantor Perpustakaan Daerah 6,500,000, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 14,000,000, Dinas Perindustrian dan Perdagangan 15,000,000, JUMLAH 1,906,560,000,

78 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN PROGRAM KEGIATAN Berdasarkan plafon anggaran sementara tiap SKPD pada Tabel 4.1 dapat dilihat Prioritas plafon anggaran sementara berdasarkan program/kegiatan untuk tiap SKPD pada pos Belanja Langsung. Maka pada Lampiran 1. Akan dipaparkan tabel.4.2 Plafon anggaran sementara berdasarkan program dan kegiatan Tahun Anggaran PLAFON ANGGARAN SEMENTARA UNTUK BELANJA PEGAWAI, BUNGA, SUBSIDI, HIBAH, BANTUAN SOSIAL, BELANJA BAGI HASIL, BANTUAN KEUANGAN DAN BELANJA TIDAK TERDUGA Sebagaimana tertera dalam Tabel 4.3 belanja pegawai direncanakan sebesar Rp ,- dimana besaran tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp ,- dari tahun sebelumnya dikarenakan rencana pengangkatan CPNSD sebanyak 200 orang. Tabel 4.3 Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan, Dan Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2017 KODE REKENING URAIAN APBD 2016 RAPBD Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 811,413,560, ,969,023, ,015,399, ,369,023, ,490,395, ,000,000, ,000,000, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik 416,319, ,000, Belanja Tidak Terduga 14,491,447, ,000,000, Sumber : Data hasil pengolahan pada BAPPEDA Kota Tangerang Selatan, Tahun

79 RANCANGAN AWAL PPAS APBD TA BAB VI PENUTUP Demikian Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun Anggaran 2017 untuk menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran Dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi penyusunan PPAS akibat adanya kebijakan pemerintah atau adanya penambahan/pengurangan sumber Pendapatan Daerah setelah PPAS ini tersusun, dapat dilakukan penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif apabila belum ditampung dalam PPAS. Penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif dilakukan ketika proses pembahasan RAPBD Tahun Anggaran 2017 tanpa melakukan perubahan PPAS. Tangerang Selatan, 2016 WALIKOTA TANGERANG SELATAN, AIRIN RACHMI DIANY 19

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 28/05/36/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2015 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 45/08/Th.XIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,29 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 No. 09/02/36/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 TUMBUH 5,47 PERSEN Perekonomian Banten tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 52/11/31/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN LEBIH CEPAT 0,8 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN II/2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 64/11/36/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 TUMBUH 5,35 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015 No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015 No. 11/2/36/Th.X, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 215 EKONOMI BANTEN TAHUN 215 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Banten tahun 215 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014 No. 09/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN EKONOMI JAKARTA TAHUN TUMBUH 5,95 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 47/08/32/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2015 TUMBUH 4,88 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada T riwulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 5/5/Th. IX, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-1 TUMBUH 5,1 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-1 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 62/11/32 Th.XVIII, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,76 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 05/11/Th.VIII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. III-2015 TUMBUH 6,96 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/2/16/Th.XIX, 6 Februari 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 TUMBUH 5,3 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2016 No. 10/02/36/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN EKONOMI BANTEN TAHUN TUMBUH 5,26 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Banten tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 No. 47/08/75/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 37/08/31/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,15 PERSEN LEBIH CEPAT 0,07 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN I/2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta A. PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN 1-2017 Perekonomian Jakarta triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Salah satu instrumen dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015 No.58/11/14/Th.XVI, 5 November 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN III-215 MENGALAMI PERTUMBUHAN 4,68 PERSEN DIBANDING TRIWULAN II-215 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci