BENTUK NURI-NURI PADA UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) EDI KHALMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENTUK NURI-NURI PADA UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) EDI KHALMA"

Transkripsi

1 BENTUK NURI-NURI PADA UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) EDI KHALMA ABSTRAK Isi dan tujan dari nuri-nuri yang tuturkan oleh pihak kalmbubu adalah sama, yakni berisi untuk meneguhkah hati keluarga yang ditinggalkan. Tuturan atau kata-kata peneguhan hati tersebut disampaikan dengan bentuk tuturan mengucapkan ikut berduka, menjelaskan, meminta, menyarankan, dan memperingatkan. Tiap-tiap bentuk tuturan tersebut disampaikan oleh banyak orang yang pada dasarnya berisikan hal yang sama. Dari enam data penelitian bahwa bentuk-bentuk tindak tutur pada nuri-nuri yakni: tindak tutur meminta merupakan kategori direktif, menyarankan merupakan kategori asertif, berterimakasih merupakan kategori ekspresif, mengucapkan berduka merupakan kategori ekspresif, memperingatkan merupakan kategori direktif, menjelaskan merupakan kategori asertif. Kata Kunci : Nuri-nuri, Upacara adat kematian, Tindak tutur Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu tatacara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Nilai-nilai budaya yang menjadi ciri-ciri kehidupan suatu masyarakat biasanya terkandung di dalam sumber-sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber-sumber tertulis dapat berupa naskah-naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita-cerita rakyat, sastra lisan. Sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat, upacara-upacara adat baik itu upacara pernikahan, kematian ataupun upacara adat lainnya. Masyarakat merupakan sekelompok orang yang terorganisasi, hidup dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Artinya masyarakat memiliki organisasi dan aturan-aturan untuk berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dan kebudayaan tidak bisa dilepaskan, keduanya merupakan konsep yang saling tergantung. Jadi, masyarakat merupakan pendukung dari kebudayaan. Wujud dari kebudayaan yang berupa pola-pola aturan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat akan tampak pada pelaksanaan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Masyarakat yang menetap pada suatu daerah akan secara otomatis membentuk atau memiliki normanorma, sopan santun dan aturan. Penyampaian kata-kata belasungkawa, mengenang hubungannya selama ini dengan yang meninggal atau nasehat meneguhkan hati pihak keluarga yang ditinggalkan almarhum inilah yang disebut dengan nuri-nuri. Meratap berbeda dengan menangis pada bisanya. Meratap dalam bahasa Karo disebut Ngandung. Ngandung ialah menangis sambil menceritakan hal-hal yang dijalanai dengan sang almarhum, baik bentuk tindakan atau percakapan yang trakhir dilakukan. Lain halnya dengan nuri-nuri, nuri-

2 nuri dilakukan dengan menangis atau menyampaikan dan menceritakan sesuatu hal oleh pihak kerabat yang berduka, disampaikan dengan diiringi musik dan bila diperhatikan berbentuk syair lagu yakni syair kesedihan hati yang dalam pelaksanaannya dilakukan sembil menari. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti teks ratapan/ tangisan yang di sebut nuri-nuri pada upacara kematian pada suku Karo. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna yang terkandung pada ratapan yang diutarakan oleh banyak orang yang pada dasarnya berisikan hal yang sama. Menunjukkan bahwa pada dasarnya perlu dilakukan pengikisan/pemangkasan proses adat terutama pada proses nuri-nuri. Peneliti menunjukkan bahwa pemberian kata-kata bela sungkawa, mengenang hubungannya selama ini dengan yang meninggal atau nasehat meneguhkan hati pihak keluarga yang ditinggalkan almarhum perlu lebih di efesienkan baik waktu maupun tenaga mengingat kehidupan masyarakat masa kini. Terkait dengan perspektif kebahasaan penelitian ini, fokus penelitian ini diarahkan pada aspek tuturan ( speech) yang diproduksi oleh keluarga almarhum (yang berduka ) dengan mengungkapkan makna/isi yang terkandung di dalamnya. Kajian Teori Pada bahasa Indonesia, kajian makna lazim disebut pragmatik. Pragmatik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Pragmatik mempelajari makna eksternal, yaitu mempelajari penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. 1. Nuri-Nuri Nuri-nuri diambil dari kata dasar Turi. Prinsnt (2010:677) Turi (tentang peristiwa, hikayat, dsb) cerita, kata, kisah, uraian, nuri-nuri: bercerita. Nuri-nuri adalah kata-kata atau kalimat yang di utarakan/dikumandangkan dengan melodi tertentu yakni berbentuk ratapan oleh pihak keluarga pada upacara adat kematian yang mana berisikan kata pengapul (kalimat hiburan, kalimat ajaran atau nasehat), pada proses ini akan diiringi oleh musik yang bernanda sendu dan lemah gemulai serta diikuti dengan menari. Yang termasuk dalam nuri-nuri adalah juga kata-kata atau kalimat yang 10 dilontarkan oleh perkolong-kolong (penyanyi yang disewa) pada upacara adat kematian dimana berbentuk ratapan. Beda halnya pada pada upacara pernikahan kata-kata atau kalimat yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong disebut masu-masu (mendoakan ) dan bila diperhatikan akan sama pada upacara kematian, namun disini bedanya adalah isi dari kata-kata atau kalimat yang di lontarkan. Pada upacara kematian, kata-kata atau kalimat yang dilontarkan berbentuk ratapan/kesedihan akan ditinggalkan oleh si mendiang serta nasehat pada keluarga mendiang. Juga sama halnya kata-kata yang di utarakan oleh pihak keluarga pada upacara pernikahan disebut masu-masu (pemberkatan/doa-doa). Pada upacara kematian, ketika pihak-pihak dari keluarga berbicara dan memberikan nasehat, proses ini dinamakan mbereken kata pengapul (memberi nasehat agar tidak terlalu larut dalam kesedikah), bedanya dengan nuri-nuri pada mbreken kata pengaul ini tidak diiringi oleh musik dan tidak disertai dengan kegiatan menari. 2. Kajian Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu yang relatif baru meskipun di Eropa telah tumbuh pada tahun 1940-an dan di Amerika berkembang mulai tahun 1970-an. Pertumbuhan di Eropa diawali dengan pandangan Morris pada tahun 1938 tentang semiotika. Ia membagi ilmu tanda menjadi tiga cabang, yaitu sintaksis, semantik, dan

3 pragmatik. Pandangan itu kemudian mendapat sambutan dari ahli lain seperti Halliday yang pada tahun 1960-an mengembangkan teori sosial mengenai bahasa dengan memandang bahasa sebagai fenomena sosial. Perkembangan bidang ini di Amerika diilhami oleh karya filsuf yang memperhatikan bahasa, yaitu Austin pada tahun 1962 dan muridnya Searle pada tahun Austin menulis buku yang berjudul How to Do Things with Word, ia mengemukakan gagasan tentang tuturan performatif dan konstatif. Gagasan lain yang amat penting pula adalah tentang tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Searle meneruskan pemikiran Austin dengan bukunya yang berjudul Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language. Pada karyanya yang lain ia berpendapat bahwa tindak tutur yang tidak terbatas jumlahnya itu dapat dikategorikan menjadi lima macam saja, yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Sejak terbitnya dua karya perintis pragmatik itu bermuncullan karya lain di bidang ini. Grice pada tahun 1975 mencetuskan teori tentang implikatur percakapan ( conversational implicature). Gagasan itu dipublikasikan dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation. Gagasan penting lain dalam artikel itu adalah prinsip kerja sama (cooperative principle), yaitu prinsip percakapan yang membimbing pesertanya agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif dan dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien. Prinsip itu dijabarkan ke dalam empat maksim, yaitu maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Pada tahun 1978 Brown dan Levinson mengemukakan masalah kesantunan berbahasa yang berkenaaan dengan nosi muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Pada tahun 1983 terbit karya Leech berjudul Principles of Pragmatics. Buah pikiran penting penulisannya terdapat di dalam karya ini, yaitu tentang prinsip kesantunan (politeness principle). Gagasan Leech tentang kesantunan itu berkenaan dengan kaidah yang dirumuskan dalam enam maksim. Keenam maksim itu adalah maksim kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, kerendahan hati, kecocokan, dan kesimpatian. Levincon (dalam Rahardi, 1983:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Parker (dalam Rahardi, 1986:48) pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Dari definisi kedua tokoh di atas disimpulkan bahwa pragmaktik menjadi suatu kajian yang amat penting untuk memenangkan kajian makna bahasa, karena pada kajian pragmatik pengkajian makna akan dikaitkan dengan konteks. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat dengan konteks. Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penuturnya dengan pertimbangan-pertimbangan konteks. Selanjutnya Tarigan (dalam menyatakan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial perfotmasi bahasa yang dapat mempengaruhi tafsiran atau intepretasi. Kajian pragmatik mutlak harus berkaitan erat dengan konteks situasi tutur, hal ini sejalan dengan teori Leech (1993:8) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dan hubungannya dengan situasi ujar ( speech situations). Menurutnya pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam 15 komunikasi dan pragmatik juga menyelidiki makna dalam konteks dan bukan makna sebagai sesuatu yang abstrak. Mey menyatakan tentang pragmatik sebagai berikut; Pragmatik is the study of the conditions of humen language uses as these are determined by the context of society (dalam Rahari, 1983 :49).

4 Dari pengertian di atas, pragmatik mempunyai arti ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa, pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakangi. Konteks situasi tutur yang dimaksudkan oleh Mey sebagaimana dikutib oleh Rahardi yakni konteks sosial dan konteks sositel. Konteks sosial adalah konteks kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat tertentu sifatnya. Sedangkan konteks societal adalah konteks yang ditentukan oleh kedudukan anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Di bagian depan sudah diuraikan bahwa pragmatik adalah studi yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah tuturan. Dengan berdasarkan pada gagasan Leech ( 1983: 13-14) bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur, mencangkup aspek-aspek: 1. penutur dan lawan tutur ( petutur) 2. konteks tuturan 3. tujuan tutur 4. tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas 5. tuturan sebagai produk tindak verbal. Maka itu penelitian ini sangat relevan menggunakan kajian pragmatik khususnya makna pragmatik dalam mengaktualisasikan gagasan atau ide sesuai dengan wacana tutur/ujar. 2.a. Bentuk/Kategori Nuri-Nuri (Tuturan) Nuri-nuri adalah kata-kata atau kalimat yang diutarakan pada upacara adat kematian yang mana berisikan kata pengapul (kalimat hiburan, kalimat ajaran atau nasehat), pada proses ini akan diiringi oleh musik yang bernanda sendu dan lemah gemulai serta diikuti dengan menari, yang termasuk dalam nuri-nuri adalah juga katakata atau kalimat yang dilontarkan oleh perkolong-kolong (penyanyi yang disewa) pada upacara adat kematian dimana berbentuk ratapan dengan melodi tertentu yakni berbentuk ratapan oleh pihak keluarga yang berduka. Dari defenisi tersebut maka nurinuri merupakan tindak tutur atau ujaran yang dihasilkan oleh manusia. Tutur/ujar merupakan ucapan seseorang kepada orang lain. Jadi, tutur/ujar merupakan bagian dari kajian prakmatik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, pada pragmatik dikaji bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk mengiterpretasikan ucapan-ucapan. Menurut Zulkarnain (2009 dalam www. google.com) tutur/ujar merupakan suatu perbuatan berbicara yang lebih mengacu terhadap makna dan arti dari ucapan yang dimaksudkan oleh si penutur. Keberlangsungan tuturan atau ujaraan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur banyak dilihat pada tujuan peristiwanya dan pada tindak tutur dilihat pada makna atau arti tindakan dalam

5 tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terjadi pada suatu proses, yaitu proses komunikasi ( Untuk mengetahui maksud dan tujuan berkomunikasi peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah kalimat. Dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat diketahui apa yang dibicarakan dan diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Akhirnya, mitra tutur akan menanggapi kalimat yang dibicarakan oleh penutur. Misalnya, kalimat yang mempunyai tujuan untuk memberitahukan saja, kalimat yang memerlukan jawaban, dan kalimat yang meminta lawan tutur melakukan suatu tindakan atau perbuatan. 2.a.1. Klasifikasi Tindak Tutur Searle (dalam Nader, 2008:14) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner. Ketiga tindak tutur tersebut diatur oleh aturan atau norma penggunaan bahasa dalam situasi percakapan antara penutur dan petutur. Tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tindak tutur. Tindak ilokusioner adalah tindak tutur dengan tujuan ingin mencapai sesuatu. Tindak ilokusioner merupakan tindak terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur. Tuturan ilokusioner sendiri pada umumnya tuturan berisi menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak tutur selanjutnya adalah tindak tutur perlokusioner, yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur, tuturan tersebut biasanya tuturan yang memalukan, mengintemidasi, membujuk, dan lain sebagainya. Mengenai tindak lokusioner, ilokusioner dan perlokusioner, Wijana (1996:17-20), dan Searle (1975 dalam menjelaskan bahwa ketiga tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu, tindakan melakukan sesuatu dan tindakan untuk mempengaruhi. Kedua akhli diatas membagi tindak ilokusioner menjadi lima yaitu: 1. representatif/asertif yaitu tuturan/ujaran yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan seperti pernyataan, ramalan, mengeluh, membanggakan, dan menyarankan, 2. direktif/impositif yaitu tuturan/ujaran yang dimaksudkan penuturnya agar sipendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tindakan seperti perintah, larangan, peringatan, mengusulkan, memohon, atau mendesak, 3. ekspresif/evaluatif yaitu tuturan/ujaran yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu, seperti ucapan terimakasih, meminta maaf, dan ucapan selamat, 4. komisif yaitu tuturan/ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya seperti berjanji, ancaman, tawaran, menyetujui, bersumpah dan merencanakan, 5. deklaratif/establisif yaitu tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan dsn) yang baru seperti peresmian, pemecatan dan pembaptisan. Menurut Leech (1983:176) situasi berbeda menuntut adanya jenis -jenis kata kerja berbeda dan derajat sopan santun yang berbeda juga. Pada tingkat yang paling umum fungsi ilokusi dapat dibagi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Klasifikasi fungsi ilokusi Leech adalah sebagai berikut.

6 1. Kompetitif (Competitif), tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial, misalnya: memerintah, meminta, menuntut, mengemis. 2. Menyenangkan ( Convivial), tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial, misalnya: menawarkan/mengajak/mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat. 3. Bekerja sama ( Collaborative), tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya: menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan. 4. Bertentangan ( Conflictive), tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya: mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi. Di antara keempat jenis ilokusi ini yang melibatkan sopan santun ialah jenis pertama (kompetitif) dan jenis kedua (menyenangkan). Dari ketiga pendapat ahli diatas, tujuh bentuk atau kategori tuturan ilokusioner pada penelitian ini karena sesuai dengan tuturan nuri-nuri pada upacara adat kematian suku Karo. Ketujuh bentuk tindak tutur/ujaran itu adalah sebagai berikut: 1. tuturan berisi menyapa/bersalam 2. tuturan berisi meminta 3. tuturan berisi meyarankan 4. tuturan berisi berterimaksih 5. tuturan berisi mengucapkan berduka 6. tuturan berisi memperingatkan, dan 7. tuturan berisi menjelaskan. Dengan memperhatikan uraian di atas, bentuk dan isi daripada nuiri-nuri haruslah memiliki struktur yang jelas. Adapun struktur atau bentuk itu terdiri dari: 1) salam pembuka (pengantar), 2) isi, dan 3) salam penutup. 2.b. Prinsip Kerja Sama Keith Allan (dalam Rahardi, 1986:52) bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial, seperti kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta pertuturan itu terlibat aktif di dalam proses bertutur. Proses komunikasi penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan baik dan lancar, mereka harus saling bekerja sama, misalnya dengan berperilaku sopan kepada pihak lain. Berperilaku sopan itu dilakukan dengan cara memperhitungkan muka si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Agar pesan (message) dapat diterima dengan baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip (1) prinsip kejelasan (clarity), (2) prinsip kepadatan ( conciseness), dan prinsip kelangsungan ( directness). Ketiga prinsip tersebut secara lengkap tertuang ke dalam empat maxim kerjasama Grice (1975) yakni; (maxim kuantitas, maxim kualitas, maxim relevansi, dan maxim pelaksanaan. 2.b.1. Prinsip Kesopanan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 997&1084) menyatakan sopan santun berarti budi pekerti yang baik; tata krama; peradaban; kesusilaan. Jadi, kesopansantunan adalah perihal tentang sopan santun dalam tingkah laku. Dalam berkomunikasi tidak jarang dijumpai bahwa satu ujaran tidak saja mengandung makna tertentu ( sense), melainkan juga memiliki daya-dorong ( force)

7 yang seolah memaksa orang lain melakukan tindakan tertentu sebagaimana diinginkan oleh pengujar (speaker). Sistem penggunaan bahasa yang mendasari berbahasa seperti ini dapat disebut sopan-santun berbahasa atau honorifics. Bahasa-bahasa berbeda dalam kompleksitas sistem sopan-santun berbahasa, namun semua mempunyainya dan secara lazim diungkapkan dengan kata ganti orang, sistem sapaan, penggunaan gelar dan sebagainya. Prinsip kesopanan berfungsi sebagai pencegah kekurang-harmonisan hubungan sosial dalam berbahasa. (Ohoiwutun, 2007:92). Prisip kesopanan kadangkala dijumpai pula dalam fenomena ironi atau ejekan. Sang pengejek membohongi dan memperdaya sasarannya dengan tutur kata halus.berbicara mengenai prinsip kesopanan Leech (dalam Ohoiwutun, 2007: 93) mengklasifikasikannya ke dalam dua kategori, absolute dan relatif. Prinsip kesopanan absolut mengacu pada norma-norma umum yang berlaku dalam setiap masyarakat bahasa yang ikut mempengaruhi kesopan-santunan berbahasa. Leech dan Wijana (dalam Nader, 2008: 29) menyebutkan bahwa para pelaku tutur untuk berinteraksi memerlukan perinsip selain prinsip kerja sama yaitu prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan mempunyai sejumlah maksim maxim, yakni meksim kebijaksanaan, meksim kemurahan, maksim penerimaan, dan maksim kerendahan hati, dan maksim kecocokan Maksim kebijaksanaan diungkapkan dengan tuturan impositif atau direktif dan komisif. Tindak tutur impositif dan komisif merupakan klasifikasi tindak tutur ilokusi yang meliputi asertif, direktif, ekspresif dan deklaratif. Tindak ilokusi direktif dan impositif dimaksudkan untuk menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menyuruh, menganjurkan dan menasehatkan. Tuturan komisif melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang, misalnya menjanjikan, bersumpah, menawarkan dan memanjatkan doa. Maksim ini menggariskan bahwa peserta penuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim penerimaan dituturkan dengan tuturan komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Maksim kemurahan diutarakan dalam tuturan ekspresif dan tuturan asertif. Tuturan ekspresif mempunyai fungsi untuk mengespresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan yang diperkirakan oleh ilokusi, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terimakasih, memuji, menyatakan bela sungkawa dan sebagainya. Tuturan asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan misalnya menyatakan, mengeluh, menyarankan, melaporkan dan lain sebagainya. Maksim kerendahan hati juga diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan berpusat kepada orang lain, maksim kerendahan hati berpusat kepada diri sendiri. Meksim kerendahan hati menuntut setipa peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan kepada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada dori sendiri. Maksim kecocokan juga diungkapkan dengan tuturan eksperesif dan asertif. Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.

8 Maksim kesimpatian juga diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Metode Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini penting karena turut menentukan tercapai tidaknya tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Arikuto (2003:234) menyatakan Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada yaitu dengan gejala menurut apa adanya pada penelitian yang dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas dan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode desktiptif kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan serta memaparkan suatu keadaan secara apa adanya sesuai dengan masa sekarang atau terjadi dalam keadaan sebenarnya. Hasil Penelitian Ketiga sumber data yang berbentuk CD diperoleh terlebih dahulu, selanjutnya melalui tahap pengumpulan penyeleksian data dilakukan, dilanjutkan dengan mentranskrip kedalam bentuk tulisan dan kemudian diterjemahkan ke bahasa Indionedia. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel serta dianalisis atau disusun sebagai hasil penelitian. Data yang dianalisis peneliti adalah nuri-nuri yang diujarkan oleh pihak kalimbubu, tanpa melihat atau membagi/membatasi nuri-nuri oleh sub kalimbubu yang mana. Temuan Penelitian Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang masalah bahwa tuturan yang disebut dengan nuri-nuri oleh pihak kalimbubu, penyampaiannya dilakukan tiga sampai lima orang atau lebih yang isi atau makna serta tujuan penyampaiannya sama. Data dari masing-masing CD yang telah ditranskripkan diatas merupakan tuturan yang telah dipilih untuk mewakili tuturan yang disampaikan oleh banyak kalimbubu. Maka dari hasil penelitian ini bahwa isi, makna atau tujuan dari masing-masing penutur adalah sama. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan bahwa: a. tindak tutur menyapa/bersalam merupakan tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan ekspresif. Tutur menyapa ini disampaikan dengan kaidah maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kemurahan. b. tindak tutur meminta merupakan tuturan kalisifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan direktif. Tutur menyapa ini disampaikan dengan kaidah maksim kebijaksanaan. c. tindak tutur menyarankan merupakan tuturan klaisifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan asertif. Tutur menyarankan disampaikan dengan kaidah maksim kecocokan, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian. d. tindak tutur berterimakasih merupakan tuturan kalisifikasi tindak ilokusi dengan ketegori ekspresif. Tutur menyarankan disampaikan dengan kaidah maksim kerendahan hati.

9 e. tindak tutur mengucapkan barduka merupakan tuturan kalisifikasi ilokusi dengan ketegori ekspresif dengan kaidah maksim kecocokan, maksim kesimpatian, dan maksim kemurahan. f. tindak tutur memperingatkan merupakan tuturan kalisifikasi ilokusi dengan ketegori direktif dengan menggunakan kaidah maksim kebijaksanaan. g. tindak tutur menjelaskan merupakan tuturan klasifikasi ilokusi degan penyampaiannya dengan tuturan kategori asertif. Tuturan asertif ini di sampaikan degan kaidah maksim kemurahan, kecocokan, kerendahan hati, dan maksim kesimpatian. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis data yang dilakukan maka dapat dipaparkan bentuk/kategori, makna, dan penggunaan maksim pada tindak tutur oleh kalimbubu. Tindak tutur menyapa/bersalam. Tutur-turan ini disampaikan kalimbubu untuk memulai/membuka tuturan. Tuturan menyapa/bersalam merupakan tuturan ilokusi dengan kategori ekspresif. Tuturan ini disampaikan dengan maksud untuk tujuan supaya adanya saling menghormati antar seluruh jabatan adat. Contoh Kalimbubu kami silit ijenda bagaipe siningkelengi kami anak beru kami, bagaipei rikut anak beru menteri kami, sada pe la ketadingen. Jadi ibas paksa enda kita paksana erceda ate, ngerana ka aku : Tuturan diatas juga menunjukkan bagaimana pemakaian maksim kerendahan hati seorang kalimbubu mau mengasihi anak baru dan menyapa dengan hormat. Pada bisanya untuk penyampaian nuri-nuri diawali oleh kata perpulungan iluh ibas mata yang menyatakan bahwa berkumpulnya seanak saudara didasari atas rasa sedih yang berduka dan dijalanjutkan dengan tuturan yang menyebutkan bahwa penutur berbicara atas nama kalimbubu yang kemudian di ikutkan kepada siapa tuturan tersebut ditujukan. Kata salam yang disampaikan oleh pihak kalimbubu pada umumnya disampaikan terdahulu kepada kalimbubunya atau puang kalimbubu dari keluarga yang berduka, kemudian kepada senina/sembuyak dari kalimbubu itu sendiri, selanjutnya kepada anak beru dan dilanjutkan kepada seluruh yang hadir. Tuturan menyapa/bersalam dituturkan dengan kaidah maksim kerendahan hati, kecocokan dan kemurahan. Pada data diatas tampak bahwa maksim yang mendominasi adalah maksim kecocokan. Hal ini berarti bahwa tuturan menyapa didasari atas kecocokan antara penutur dan petutur, yaitu memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidak cocokan diantara mereka. Kecocokan tetap diperhatikan oleh kalimbubu, hal ini dipengaruhi oleh adanya rasa saling menghormati. Tindak tutur meminta. Tindak tutur meminta ini dituturkan oleh pihak kalimbubu kepada seluruh anak beru baik itu langsung kepada anak kandung yang ditinggalkan (kalau orang tua yang meninggal), kepada orang tua kandung (kalau anak yang meninggal), kepada paman/bibik kandung dari yang berduka, atau kepada saudara kandung atau semarga agar dipenuhi. Apabila pihak kalimbubu meminta kepada anak beru hal ini harus dipenuhi oleh anak beru, karena kalimbubu adalah yang paling di hormati dan dihargai kedudukannya. Tutur meminta diatas merupakan tuturan ilokusi dengan kategoti tuturan direktif yang dituturkan dengan kaidah maksim kebijaksanaan. Tuturan meminta dituturkan oleh kalimbubu dengan tujuan ingin mencapai sesuatu dari anak beru, dalam hal ini adalah meminta supaya anak beru (bere-bere) agar tidak pecah berai bersaudara, mengutamakan diskusi untuk mengambil keputusan keluarga, dan sebagainya. Tuturan meminta ini tidak hanya dituturkan kepada yang masih hidup saja,

10 melainkan kepada yang meninggal contoh Mejuah-juah kerina tading kendu bereiberei kami si dilaku ras sidiberu. Meminta supaya diberkati oleh yang meninggal anak-anak yang ditinggalkannya. Meminta juga di panjatkan kepada Tuhan. Tindak tutur menyarankan. Tindak tutur menyarankan ini adalah tindak tutur yang diucapkan oleh kalimbubu kepada anak beru dengan tujuan mencapai sesuatu yakni supaya dilaksanakan. Menyarankan supaya tetap teguh dan tetap bersatu walau ditinggal pergi oleh orang tua. Tuturan menyarankan ini akan lebih terasa apabila yang meninggal adalah perempuan ( Ibu), dikarenakan oleh yang meninggal tidak lain adalah saudara perempuan kalimbubu itu sendiri. Selain itu, tuturan menyarankan pada umumnya disampaikan oleh pihak puang kalimbubu, hal ini dikarenakan oleh jabatan paung kalimbubu adalah jabatan yang tugasnya hanya menyarankan dan bukan sebagai pemberi keputusan atau perintah. Pada kebiasaan budaya Karo, tuturan menyarankan disampaikan tidak hanya kepada seanak saudara yang ditinggalkan melainkan juga untuk almarhum. Hal ini dipengaruhi dan terbawa/bawa oleh kepercayaan lama masyarakat suku Karo, yakni ketika orang mati hanya badannya lah yang mati dan jiwanya atau rohnya akan tetap hidup dan ada disekitar keluarga yang ditinggalkan. Tutur menyarankan diatas merupakan tuturan ilokusi dengan ketegori asertif. Tuturan asertif dituturkan dengan kaidah maksim kecocokan, maksim kesepakatan, maksim kemurahan, dan maksim kesimpatian. Tuturan menyarankan dituturkan oleh kalimbubu dengan tujuan untuk memberi saran atau masukan kepada anak beru. Tuturan menyarankan ini tidak hanya disampaikan kepa saudara yang di tinggalkan almarhum, tapi juga kepada almarhum. Tuturan menyarankan juga disampaikan kepada saudara dari yang meninggal, hal ini terlebih kepada saudara perempuan (apabila yang meninggal adalah perempuan. Hal ini dikarenakan saudara perempuan yang ditnggalkan tersebut dituntut sebagai pengganti ibu bagi anak yang ditinggalkans saudaranya. Tindak tutur berterimakasih. Tutur berterimakasih ini adalah tutur yang diucapkan oleh kalimbubu kepada kalimbubunya (puang kalimbubu oleh yang berduka) karena telah diberi kesempatan berbicara dan menyampaikan ucapan bela sunggkawa kepada saudaranya. Pada pembuka tuturan bela sungkawa, ucapan terimakasih terlebih dahulu diucapkan kepada Tuhan atas berkat dan rahmatnya, kemudian diucapkan kembali saat mengakhiri penyampaian tututan bela sungkawa. Ucapan terimakasih pada saat diakhirinya tuturan disampaikan kepada semua orang yang hadir. Tuturan berterimakasih ini adalah tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan ketegori tururan Ekspresif. Tuturan ekspresif dituturkan dengan kaindah maksim kerendahan hati. Tuturan terimakasih juga tetap di sampaikan oleh kalimbubu walau mengingat kalimbubu adalah jabatan adat yang tertinggi. Tuturan berterimakasih ini dituturkan oleh kalimbubu dikarenakan oleh jabatan yang dijabat oleh kalimbubu tersebut adalah jabatan yang bukan jabatan tetap, artinya bahwa jabatan adat di acara adat di satu keluarga akan berbeda bila Iya menghadiri acara adat di keluarga yang lainnya, hal ini dipengaruhi oleh hubungan kekeluargaan. Untuk memulai pembicaraan pada acara adat, biasanya dimulai dengan ucapan terimakasih kepada Tuhan dan kemudian kepada jabatan dari yang tinggi sampai kepada jabatan yang rendah. Tuturan berterimakasih juga akan kembali di tuturkan pada saat mengakhiri penyampaian nuri-nuri. Tindak tutur mengucapkan berduka. Tindak tutur mengucapkan duku yang disampikan oleh kalimbubu ditujukan kepada anak beru pada umumnya berisikan bahwa pihak kalimbubu juga ikut merasakan akan kehilangan orang yang dikasihi tersebut. Hal ini akan sangat tampak apabila yang meninggal analah perempuan (si ibu), dikarenakan ibu merupakan adek perempuan dari kalimbubu. Maka tuturan akan berisi

11 bahwa kalimbubu juga merasa sangat kehilangan. Makang ucapan duka akan diikuti oleh doa kepada Tuhan supaya ditempatkan ditempat yang baik. Tuturan berduka bukan hanya disampaikan kepada seanak saudara saja melainkan juga kepada almarhum. Tindak tutur mengucapkan duka merupakan tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan ketegori tururan ekspresif. Tuturan ekpresif dituturkan dengan kaidah maksim kecocokan, maksim kesimpatian, dan maksim kemurahan. Tuturan ini di sampaikan dengan maksud agar seanak saudara yang ditinggalkan tidak merasa bahwa hanya mereka yang merasa kehilangan. Melainkan pihak kalimbubu pun merasa kehilangan. Tuturan ini juga dituturkan dengan makna bahwa adanya keterikatan hati dan batin antara kalimbubu dengan seanak saudara yang ditinggalkan Tindak tutur memperingatkan. Tutur memperingatkan diatas merupakan tuturan ilokusi kategori tuturan direktif yang dituturkan dengan kaidah maksim kebijaksanaan. Tindak tutur memperingatkan yang diberikan oleh kalimbubu adalah memperingatkan anak beru ( yang berduka) supaya bertindak benar dan tidak membuat kesalahan dalam hidupnya, yaitu mengutamakan kebenaran dan mematuhi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Karo. Mematuhi adat merupakan hal yang paling penting karena adat merupakan warisan nenek moyang yang bernilai tinggi yang sangat bermanfaat pada kegidupan sehari-hari. Memperingatkan dalam hal ini merupakan pemberian nasehat kepada anak beru supaya tidak terlalu lama larut dalam kesedihan dan memperingatkan agar hidup seperti biasanya serta memperingatkan supaya bertindak yang bardasarkan aturan yang berlaku. Tuturan ini disampaikan oleh kalimbubu, ha ini berarti bahwa maksim kebijaksanaan memang sangat tepat. Hal ini dikarenakan bahwa jabatan kalimbubu adalah jabatan tertinggi dalam adat Karo. Penyampaian tuturan memeperingatkan haruslah disampaikan dengan penuh kebijaksanaan. Tindak tutur menjelaskan. Tutur menjelaskan diatas merupakan tuturan ilokusi kategori tuturan asertif yang dituturkan dengan kaidah maksim kemurahan, maksim kecocokan, maksim kerendah hati, dan maksim kesimpatian. Tuturan menjelaskan ini adalah tutur oleh kalimbubu kepada anak beru berisikan bagaimana tentang kejadian yang di hadapi sebelum meninggalnya orang yang dicintai. Mejelaskan bahwa kejadian ditinggalkan orang tua bukan hanya dialami mereka saja, melainkan semua orang pasti mengalaminya dan hanya dibedakan oleh waktu. Mejelaskan bagaimana orang-orang yang mengasihi si almarhum dalam merawat dan menjagai sebelum akhirnya meninggal, dan oleh sebab itu jasa-jasa yang menjegai tersebut haruslah dihargai dan jadi sebuah pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan bahwa isi, makna dan tujuan nuri-nuri pada dasarnya berisikan tentang kalimat untuk memberi keteguhan hati, yakni tuturan duka cita, menjelaskan, menyarankan, meminta dan memperingatkan. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yakni: 1. nuri-nuri oleh kalimbubu pada intinya berisikan tentang tuturan menyapa/bersalam, tuturan meminta, tuturan menyarankan, tuturan berterimakasih, tuturan mengucapkan berduka, tuturan memperingatkan, dan tuturan menjelaskan. 2. tuturan menyapa/bersalam merupakan tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan ekspresif, di tuturkan dengan makna bahwa sebagai jabatan tertinggi dalam adat pun harus tetap menghormati seluruh yang hadir. untuk

12 menyapa atau memberi salam kepada seluruh jabatan adat. Tuturan ini disampaikan dengan berbeda-beda kaidah kesopanan. Adapun kaidah atau maksim tersebut yakitu maksim kerendahan hati, kecocokan, dan maksim kemurahan. 3. tuturan meminta di tuturkan tuturan kalisifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan direktif, yakni dengan makna meminta kepada seanak saudara yang ditinggalkan untuk tetap berteguh hati. Tuturan ini labih daripada menyarankan. Tuturan meminta dipertegas untuk dipenuhi. Untuk penyampaiannya digunakan maksim kebijaksanaan. 4. tuturan menyarankan merupakan tuturan klaisifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan asertif. Dituturkan kepada anak beru dengan maksud supaya mejadi sebuah acuan atau pandangan hidup. Menyarankan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang yang ditinggalkan orang yang dikasihi. Penyampaian tuturan saran ini pun tetap memperhatikan kaidah kesopanan. Penyampaian tuturan ini disampaikan dengan maksim kecocokan, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian. 5. tuturan berterimakasih merupakan tuturan kalisifikasi tindak ilokusi dengan ketegori ekspresif. Tuturan berterimakasih adalah tuturan yang diucapkan oleh kalimbubu kepada kalimbubunya. Tuturan berterimakasih ini adalah tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan ekspresif. Tuturan ini dikategorikan sebagai tuturan ilokusi yaitu dikarenakan penutur bertutur yakni untuk mencapai tujaun. Adapaun tujaun dalam hal ini adalah untuk menghormati dan menghargai atas kesempatan yang telah diberikan. Tuturan ini dituturkan dengan kaidah maksim kerendahan hati. 6. tuturan mengucapkan berduka adalah tuturan klasifikasi tindak ilokusi dengan kategori tuturan ekspresif. Dituturkan dengan kaidah maksim kecocokan, maksim kesimpatian, dan maksim kemurahan. Tuturan ini dituturkan bermakna bahwa apa yang dialami keluarga yang ditinggalkan bukanlah akhir dari segalanya, bahwa kalimbubu juga sangat merasa kehilangan. Tuturan ini juga dituturkan dengan makna bahwa adanya keterikatan hati dan batin antara kalimbubu dengan seanak saudara yang ditinggalkan. 7. tuturan memperingatkan adalah tindak tutur ilokusi dengan kategori tuturan derektif. Tuturan ini disampaikan dengan kaidah maksim kebijaksanaan. Tuturan ini disampaikan oleh kalimbubu, ha ini berarti bahwa maksim kebijaksanaan memang sangat tepat. Hal ini dikarenakan bahwa jabatan kalimbubu adalah jabatan tertinggi dalam adat Karo. Penyampaian tuturan memeperingatkan haruslah disampaikan dengan penuh kebijaksanaan. tindak tutur menjelaskan adalah tuturan ilokusi dengan kategori tuturan asertif dan dituturkan dengan maksim kemurahan, maksim kecocokan, maksim kerendahan hati, dan maksim kesimpatian. Isi dari tuturan ini bermakna bahwa segala sesuatu yang dilakukan atau keputusan yang diambil haruslah di jelaskan kepada orang yang memang betul-betul membutuhkan penjelasan. menghadiri acara adat di keluarga lain. Hal ini jugalah yang mempengaruhi pemakaian maksim.

13 Daftar Bacaan Arikunto, Suharsimi Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatnya. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamid Hasan Lubis, H.A Analisis Wacana Pragmatik. Bandung, Angkasa. Jumanto, Komunikasi Fatis Di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. Desertasi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok. Koentjaraningrat Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan. Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Leech, Geoffry Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta. Universitas Indonesia. Mustapa, H.Hasan Adat Istiadat Sunda. Bandung: Alumni Nader, F.X Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu. Ohoiwutun, Paul Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blanc. Parera, J.D Morfologi. Jakarta: Gramedia. Phoenix, Team Pustaka Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Team Pustaka Phoenix. Prinst, Darwin Kamus Karo Indonesia. Medan: Bina Media Perintis Purba, Olga Susana Gambaran Budaya Tradisonal dan Moderen dalam Novel Tanjung Biru Karya Arti Purbani. Medan: UNIMED Ragardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta. Erlangga. 77 Sibarani, Tamson Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat batak Toba. Medan. USU Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Yusus, H. Ahmad Upacara Tradisional ( Upacara Kematian Daerah Bali). Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wijana, I Dewa Putu Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta. Penerbit Andi. Adat, Pengertian. http//www. amir.m.s./pengertian adat.org Berita. Lio, sastra lisan adat.

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK

Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PEDAH-PEDAH PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Disusun dan Diajukan oleh: ANANIAS GINTING NIM

ARTIKEL ANALISIS PEDAH-PEDAH PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Disusun dan Diajukan oleh: ANANIAS GINTING NIM ARTIKEL ANALISIS PEDAH-PEDAH PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN SUKU KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Disusun dan Diajukan oleh: ANANIAS GINTING NIM 208212008 Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diunggah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 ERWITIAN MARYA AGUSTINE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK 0 ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM 209210020 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan tindak tutur lokusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SURAT UNDANGAN RESMI DAN PRIBADI

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SURAT UNDANGAN RESMI DAN PRIBADI KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SURAT UNDANGAN RESMI DAN PRIBADI Aris Wuryantoro&Yuli Kuswardani IKIP PGRI Madiun allaam_71@yahoo.co.id ABSTRAK Surat undangan merupakan salah satu bentuk komunikasi

Lebih terperinci

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik) Linguista, Vol.1, No.1, Juni 2017, hal 6-11 ISSN (print): 2579-8944; ISSN (online): 2579-9037 Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista 6 Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci