DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut"

Transkripsi

1

2

3 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut i

4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar..... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar.... iv Petunjuk Penggunaan Modul... v Peta Konsep... vi A. PENDAHULUAN A.1 Deskripsi Singkat... 1 A.2 Prasyarat Kompetensi.. 2 A.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar A.4 Relevansi Modul B. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN BELAJAR 1 : BRIEFING DAN KEBERANGKATAN 1.1 Uraian dan Contoh a. Briefing Operasi.. 4 b. Resume Briefing Operasi.. 5 c. Pembagian Tugas Komandan Patroli Pembantu Komandan Patroli Nahkoda Mualim I Mualim II Mualim III (Juru Mudi) Kepala Kamar Mesin Juru Motor I Juru Motor II Juru Minyak Kelasi / Juru Masak Operator Radio.. 24 d. Keberangkatan Kapal Patroli Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut ii

5 KEGIATAN BELAJAR 2 : LAPORAN POSISI, SASARAN PATROLI DAN SASARAN PENEGAHAN 2.1 Uraian dan Contoh a. Prosedur Pelaporan Posisi.. 33 b. Sasaran Patroli c. Sasaran Penegahan Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut KEGIATAN BELAJAR 3 : ADMINISTRASI PELAKSANAAN PATROLI 3.1 Uraian dan Contoh a. Laporan Patroli Laut. 44 b. Jurnal Kapal Patroli c. Administrasi Lainnya Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut PENUTUP.. 60 TES SUMATIF 61 KUNCI JAWABAN Formatif Sumatif DAFTAR PUSTAKA DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iii

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 : Format Resume Briefing Patroli Laut Gambar 1.2 : Contoh Pengisian Resume Briefing Patroli Laut Gambar 3.1 : Laporan Patroli Gambar 3.2 : Buku Laporan Patroli Gambar 3.3 : Jurnal Kapal Gambar 3.4 : Contoh Pengisian Jurnal Kapal Gambar 3.5 : Surat Perintah Patroli Gambar 3.6 : Surat Perintah Berlayar. 53 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iv

7 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul ini telah disusun secara sistematis mulai penghentian sarana pengangkut, penegahan hingga penyegelan dan tindak lanjut penindakan. Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal pada mata diklat Pelaksanaan Patroli Laut, kami sarankan agar Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul ini. Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan memudahkan Anda untuk mempelajari materi-materi pada modul ini sehingga diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Perlu Anda ketahui modul ini merupakan rangkaian tidak terpisahkan dengan modul yang lain yaitu Persiapan dan Penggunaan Kapal Patroli serta modul Penindakan Dalam Patroli Laut. Modul ini disusun untuk diklat teknis substantif spesialis Spesialis Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut yang akan diberikan dalam enam tatap muka (6 JP). Tentu sangat baik bila sebelum pembelajaran di kelas dimulai, Anda membaca modul ini terlebih dahulu sehingga proses pembelajan di kelas dapat lebih efektif. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan Anda pada modul ini, pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini diberikan tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara mandiri. Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun di luar kelas untuk memahami materimateri yang tersaji dalam modul ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut v

8 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut vi

9 A. PENDAHULUAN 1. DESKRIPSI SINGKAT Luasnya lautan dalam wilayah teritorial Republik Indonesia yang merupakan bagian dari daerah pabean Indonesia merupakan tantangan tugas yang tidak ringan untuk diemban Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pada sisi yang lain masih cukup banyak pegawai Bea dan Cukai yang belum memahami hak dan kewajiban serta wewenangnya dalam kegiatan patroli dan pemeriksaan kapal dan/atau barang diatasnya. Modul ini membahas tentang pelaksanaan patroli laut mulai dari kegiatan briefing operasi, keberangkatan kapal patroli, laporan posisi kapal patroli, komunikasi kapal patroli dengan pangkalan, sasaran patroli, sasaran penegahan, hingga administrasi kegiatan patroli laut. Modul Pelaksanaan Patroli Laut ini ini disusun secara khusus untuk diajarkan pada DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut. Modul ini penting untuk diajarkan agar para pegawai yang bertugas dalam patroli laut memiliki bekal yang memadai untuk melaksanakan tugas, mengingat begitu luasnya lautan Indonesia dengan ragam permasalahan pelanggaran aturan kepabeanan yang tidak sedikit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap atas materi Pelaksanaan Patroli Laut, modul ini disusun dalam tiga kegiatan belajar (KB). Materi yang akan disajikan pada kegiatan belajar pertama berkaitan dengan briefing operasi, resume briefing operasi, pembagian tugas Komandan patroli, Nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK), serta keberangkatan kapal patroli. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 1

10 Kegiatan belajar kedua berisi prosedur pelaporan posisi, sasaran patroli, dan sasaran penegahan. Selanjutnya pada kegiatan belajar ketiga akan dijelaskan laporan patroli laut, jurnal kapal patroli, dan dministrasi lainnya. Perlu pembaca ketahui bahwasanya materi pada modul ini telah disusun secara sistematis sesuai dengan urutan kegiatan penindakan pada patroli laut sehingga diharapkan dapat dengan mudah dipahami baik oleh peserta diklat maupun oleh pegawai lainnya. I. PRASYARAT KOMPETENSI Untuk mempelajari modul ini idealnya Anda telah ditunjuk sebagai Peserta Diklat Kepatuhan Internal dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Pangkat minimal II/c b. Telah lulus diklat tingkat dasar sebagai pelaksana pemeriksa atau telah mengikuti Program Diploma III Bea dan Cukai c. Usia maksimal 50 tahun d. Berkepribadian tanggap, tegas dan cekatan e. Sehat jasmani dan rohani 2. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Standar kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan pelaksanaan patroli laut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 2

11 Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang diharapkan dari peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan: 1. briefing operasi 2. tugas Komandan Patroli, Nahkoda, dan Anak Buah Kapal (ABK) 3. tata cara laporan posisi kapal patroli 4. sasaran patroli dan sasaran penegahan 5. administrasi patroli laut 3. RELEVANSI MODUL Relevansi modul terhadap pelaksanaa tugas yang akan dilakukan peserta diklat adalah sebagai berikut : 1. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang lengkap tentang pelaksanan pada patroli laut. 2. Materi modul ini dilengkapi dengan petunjuk praktis pelaksanaan patroli laut untuk memudahkan siswa memahami materi dimaksud. 3. Materi modul ini dilengkapi dengan ilustrasi dan gambar yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan patroli laut yang telah dilaksanakan pada beberapa kegiatan patroli di lapangan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 3

12 B. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN BELAJAR 1 BRIEFING DAN KEBERANGKATAN Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan briefing operasi 2. Mampu menjelaskan resume briefing operasi 3. Mampu menjelaskan pembagian tugas komandan patroli, Nahkoda dan ABK 4. Mampu menjelaskan keberangkatan kapal patroli 1.1 Uraian dan Contoh A. Briefing Operasi Hal penting yang harus dilakukan sebelum keberangkatan kapal patroli adalah briefing operasi. Briefing operasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota patroli laut untuk memberikan bekal pengetahuan dan arahan yang berhubungan dengan target dan sasaran dalam operasi yang akan dilakukan. Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi atau Kepala KPPBC atau pejabat yang ditunjuk memberikan pengarahan singkat kepada Komandan Patroli, Pembantu Komandan Patroli, Nahkoda, dan Anak Buah Kapal (ABK) paling lambat satu jam sebelum pelaksanaan patroli, dan hasilnya dituangkan ke dalam format Resume Briefing Patroli Laut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 4

13 Sebelum melaksanakan patroli laut, Komandan Satuan Tugas Operasi (Kasi Penindakan atau pejabat Bidang Penindakan dan Sarana Operasi yang ditunjuk) memberikan pengarahan singkat (briefing) kepada Komandan Patroli/Nahkoda, KKM, Radio Operator, dan Pembantu Kopat. Materi yang disampaikan pada briefing antara lain meliputi : 1. Rencana dan target operasi. 2. Situasi dan perkiraan keadaan serta petunjuk-petunjuk tentang penyelundupan dan kegiatan lain di daerah target. 3. Informasi intelijen sehubungan dengan cara bertindak target, modus operandi, dan informasi intelijen lainnya. 4. Teknik navigasi, komunikasi, menetapkan sasaran, menghentikan SP, pemeriksaan, pengamanan dan penyelamatan. 5. Penjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta ketertiban dalam melaksanakan tugas. 6. Penjelasan tentang peraturan-peraturan kepabeanan dan cukai, dan peraturan lain yang penegakan hukumnya dititipkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. B. Resume Briefing Operasi Hasil briefing yang telah dilakukan selanjutnya dituangkan ke dalam Resume Briefing Patroli Laut. Resume Briefing Patroli Laut hal-hal yang berkaitan dengan kesiapan kapal untuk melaksanakan operasi, kesiapan logistik, kesiapan Komandan Patroli, Nahkoda, dan ABK untuk melakanakan tugas, hingga penentuan sasaran dan target operasi yang diharapkan dapat dicapai dalam suatu patroli laut. Selengkapnya format Resume Briefing Patroli Laut dapat Anda lihat pada gambar 1.1 dibawah ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 5

14 Gambar 1.1 Format Resume Briefing Patroli Laut DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH KHUSUS KEPULAUAN RIAU Jln. Jend. Ahmad Yani Meral Telepon: (0777) Tg. Balai Karimun Kode Pos Faksimili: (0777) RESUME BRIEFING PATROLI LAUT No Keterangan Ya (ada) Tidak (tidak ada) Alasan 1. Kapal patroli telah memenuhi syarat untuk berlayar 2. Kesiapan Kopat, Nahkoda, dan ABK BC 3. Kesiapan logistik,persenjataan, segel dan alat komunikasi 4. Pembagian sektor patroli Penyampaian Target Operasi - dari Kabid PSO/Kasi Penindakan - dari inisiatif tim patroli - ronda laut rutin Pengaturan Teknik : - ronda laut - monitoring Target Operasi - penyergapan Target Operasi - penindakan Target Operasi *Diisi dengan menggunakan tanda check list ( ) Tanjung Balai Karimun, Kepala Seksi Penindakan... NIP.... Ditetapkan di : Pada tanggal : Kepala Kantor.. NIP.. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 6

15 Gambar 1.2 Contoh Pengisian Resume Briefing Patroli Laut DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH KHUSUS KEPULAUAN RIAU Jln. Jend. Ahmad Yani Meral Telepon: (0777) Tg. Balai Karimun Kode Pos Faksimili: (0777) RESUME BRIEFING PATROLI LAUT No Keterangan Ya (ada) Tidak (tidak ada) Alasan 1. Kapal patroli telah memenuhi syarat untuk berlayar 2. Kesiapan Kopat, Nahkoda, dan ABK BC 3. Kesiapan logistik, persenjataan, segel dan alat komunikasi 4. Pembagian sektor patroli Penyampaian Target Operasi - dari Kabid PSO/Kasi Penindakan - dari inisiatif tim patroli - ronda laut rutin Pengaturan Teknik : - ronda laut - monitoring Target Operasi - penyergapan Target Operasi - penindakan Target Operasi *Diisi dengan menggunakan tanda check list ( ) DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 7 Tanjung Balai Karimun, Kepala Seksi Penindakan... NIP.... Ditetapkan di : Tanjung Balai Karimun Pada tanggal : 17 Agustus 2010 Kepala Kantor.. NIP..

16 C. Pembagian Tugas Dalam rangka melaksanakan tugas patroli laut Komandan Patroli, Nahkoda, dan ABK Kapal Patroli memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagaimana ditetapkan Kepala Kantor Wilayah / Kepala Kantor Pabean. 1. Komandan Patroli Tugas : Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai sasaran yang ditetapkan berkoordinasi dengan Nahkoda Bea dan Cukai. Wewenang : 1. Menetapkan daerah/tempat-tempat yang dipatroli. 2. Menentukan kapal-kapal yang perlu diperiksa. 3. Menunjuk petugas untuk memeriksa kapal. 4. Menetapkan apakah kapal yang diperiksa terdapat pelanggaran atau tidak. 5. Membuat surat bukti penindakan. 6. Menginstruksikan pemakaian senjata api berkoordinasi dengan Nahkoda. Tanggung jawab : Kepada Kepala Seksi Penindakan selaku Komandan Tugas. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 8

17 2. Pembantu Komandan Patroli Tugas : 1. Membantu pelaksanaan tugas Komandan Patroli. 2. Mempersiapkan perlengkapan patroli antara lain berupa perlengkapan segel, perlengkapan pemeriksaan, dan perlengkapan persenjataan. 3. Melakukan Pemeriksaan kapal atas perintah Komandan Patroli. 4. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Komandan Patroli yang akan digunakan. 5. Memberikan masukan kepada Komandan Patroli demi kepentingan tercapainya hasil operasi patroli. 6. Membuat surat bukti penindakan yang ditandatangani oleh Komandan Patroli 7. Membuat konsep Laporan Patroli dan Laporan Hasil Patroli Tanggung jawab : Kepada Komandan Patroli. Kualifikasi Teknis : Pelaksana Pemeriksa 3. Nahkoda Tugas : 1. Memenuhi persyaratan pendidikan dan pelatihan, kemampuan dan ketrampilan serta kesehatan yang mengacu pada peraturan/undang-undang kelautan. 2. Berada di kapal selama berlayar, kecuali dalam keadaan memaksa. 3. Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi syarat laik laut. 4. Mengawasi dan meneliti penyelenggaraan buku harian dek, buku harian kamar mesin, dan buku harian radio. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 9

18 5. Memperhatikan dan memelihara kondisi kapalnya tetap laik laut untuk berlayar. 6. Menjaga keselamatan kapal dan Anak Buah Kapal. 7. Melengkapi dan menyimpan di kapal dokumen berupa Surat Perintah Berlayar (SPB), surat-surat perintah lainnya, buku-buku yang lazim untuk dunia pelayaran yang diperlukan, dan buku-buku petunjuk pemeliharaan dan pemakaian komponen-komponen serta peraturan kedinasan lainnya yang berkaitan dengan tugas di kapal. 8. Mengatur/menyelenggarakan dinas jaga laut dan jaga darat di kapal, misalnya sebagai berikut : Jaga Laut Jam s.d = Jaga Larut Malam = Mualim I Jam s.d = Jaga Dini Hari = Mualim III / Juru Mudi Jam s.d = Jaga Pagi Hari = Mualim II Jam s.d = Jaga Siang Hari = Mualim I Jam s.d = Jaga Sore Hari = Mualim III / Juru Mudi Jam s.d = Jaga Malam Hari = Mualim II Jaga Darat (di kapal) Jam s.d = Perwira jaga, Kelasi, dan Juru Minyak. Wewenang : 1. Menegakkan hukum dan bertanggung jawab atas keselamatan keamanan penumpang, kebersihan kapal dan barang muatan yang menjadi kewajibannya. 2. Mengenakan tindakan disiplin atas pelanggaran yang dilakukan setiap anak buah kapal yang meninggalkan kapal tanpa seizin Nahkoda, tidak kembali ke kapal pada waktunya, menolak perintah penugasan, tidak melaksanakan tugas dengan baik, berperilaku tidak tertib, dan berperilaku tidak layak terhadap seseorang. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 10

19 3. Memberikan usulan/masukan kepada Kepala Pangkalan/Kepala Kantor dalam pembuatan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) untuk Anak Buah Kapal yang dipimpinnya. 4. Membuat usulan mutasi Anak Buah Kapal yang dipimpinnya. 5. Untuk tindakan penyelamatan, berwenang/berhak menyimpang dari rute yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan lainnya yang diperlukan. 6. Menggunakan pandu laut dalam hal terdapat keraguan mengenai alur keluar masuk perairan pelabuhan. 7. Berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila mengetahui kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan kelaik lautan. 8. Diberi kewenangan khusus untuk membuat catatan setiap kelahiran, setiap kematian serta menyaksikan dan mencatat surat wasiat. Larangan : 1. Selama dalam tugas atau apabila ada bahaya yang mengancam, Nahkoda dilarang meninggalkan kapalnya, kecuali apabila kepergiannya itu diperlukan secara mutlak atau ia terpaksa berbuat demikian untuk menyelamatkan jiwanya. 2. Dilarang membawa barang untuk kepentingannya sendiri, kecuali izin dari atasannya. 3. Mengangkut penumpang, kecuali telah mendapat izin berdasarkan surat keputusan mengenai pengangkutan penumpang yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Pencegahan dan Penyidikan atau pejabat yang ditunjuk. 4. Meninggalkan kapal pada saat jam kantor, kecuali mendapatkan izin dari atasannya. 5. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 2. Pelaksana Pemeriksa 3. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Mualim I dan mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 11

20 4. Mualim I Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati perintah lainnya dari Nahkoda. 2. Membantu dan melaksanakan semua perintah Nahkoda, bertindak sebagai Nahkoda kapal apabila Nahkoda berhalangan melakukan tugasnya. 3. Segera memberitahukan kepada Nahkoda untuk tindakan penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca buruk dalam tugas jaga laut/berlayar. 4. Mengoreksi peta laut sesuai petunjuk dari berita pelaut Indonesia. 5. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan Buku Harian Deck. 6. Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal berangkat/tiba. 7. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris deck dan ketertiban administrasinya. 8. Mengatur petugas jaga kapal pada saat kapal berlayar dan berada di pangkalan/pelabuhan, sehingga setiap saat kapal tersebut siap digerakkan. 9. Mengontrol kesiapan anak buah kapal dalam kegiatan pemeriksaan alat angkut. 10. Memimpin langsung pelaksanaan pekerjaan harian deck untuk pemeliharaan dan perawatan kapal beserta perlengkapannya. 11. Mengatur jadwal latihan pemadam kebakaran, alat keselamatan lainnya dan orang jatuh ke laut. 12. Memimpin penurunan sekoci dan alat keselamatan lainnya serta memeriksa seluruh anak buah kapal menggunakan jaket pelampung (life jacket) jika terjadi musibah kapal. 13. Memimpin anak buah kapal jika terjadi kebakaran dan kebocoran di kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 12

21 Wewenang : 1. Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 3. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Mualim II. 5. Mualim II Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati perintah lainnya dari Nahkoda. 2. Menyiapkan dan memelihara peta-peta laut, buku-buku navigasi dan alat bantu navigasi lainnya guna persiapan kapal berlayar 3. Bertanggung jawab atas penyediaan bahan makanan, air tawar yang mencukupi sesuai kebutuhan tugas berlayar. 4. Menyiapkan kebutuhan perlengkapan kapal dan anak buah kapal. 5. Pendataan kembali administrasi kapal, misalnya Surat Perintah Berlayar, laporan siap berlayar, laporan tiba, daftar penumpang, dan lain-lain. 6. Berada di anjungan kapal (ruang kemudi) untuk membantu olah gerak kapal mengganti mualim jaga pada saat terjadi musibah kebakaran dan kebocoran. 7. Berada di sekoci penolong dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada saat kapal mengalami musibah tenggelam. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 13

22 8. Menyiapkan obat-obatan untuk keperluan PPPK. 9. Segera melaporkan kepada Nahkoda untuk tindakan penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca buruk dalam tugas jaga laut / berlayar. 10. lkut melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut yang diperiksa. Wewenang : 1. Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada diatas kapal apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 3. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Mualim III. 6. Mualim III / Juru Mudi Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat sertia menaati perintah lainnya dari Nahkoda. 2. Membantu tugas Mualim I dan Mualim II dalam rangka persiapan kapal. 3. Merawat dan mempersiapkan perlengkapan kapal berupa tali temali, jangkar, dan peralatan kerja. 4. Bertanggung jawab atas kesiapan semua alat penolong dan alat pemadam kebakaran. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 14

23 5. Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal berangkat / tiba. 6. Mengurus dan menjaga agar kapal selalu dalam keadaan bersih. 7. Membawa salah satu tabung pemadam kebakaran menuju lokasi apabila terjadi kebakaran di kapal. 8. Menyiapkan bahan dan peralatan untuk menanggulangi kebocoran. 9. Menyelamatkan dokumen kapal dan journal deck serta barang inventaris lainnya apabila kapal mendapat musibah tenggelam. 10. Segera melaporkan kepada Nahkoda untuk tindakan penyelamatan kapal apabila terjadi keragu-raguan atau cuaca buruk dalam tugas jaga laut/berlayar. Wewenang : 1. Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada di atas apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Larangan : 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Nahkoda. 2. Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik di sengaja atau tidak di atas kapal. 4. Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 5. Dilarang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 15

24 Kualifikasi Teknis : 1. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 2. Pengalaman berlayar selama 1 tahun. 7. Kepala Kamar Mesin (KKM) Tugas : 1. Menaati dan melaksanakan perintah Nahkoda dan bertindak dengan kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya. 2. Menaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam dunia pelayaran guna menjamin kesanggupan berlayar dan keamanan kapal. 3. Menyelenggarakan Buku Harian Mesin. 4. Mengelola semua instalasi di dalam kamar mesin dan peralatan teknis lainnya. 5. Menyimpan semua peraturan dan ketentuan mengenai pemeliharaan dan perbaikan motor induk dan instalasi yang ada di dalam kamar mesin. 6. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris kamar mesin dan ketertiban administrasinya. 7. Bertanggung jawab memegang handle mesin induk di anjungan untuk olah gerak kapal apabila terjadi musibah kebakaran dan kebocoran kapal serta saat melakukan pemeriksaan alat angkut. 8. Membantu Mualim I untuk menurunkan sekoci apabila terjadi musibah tenggelamnya kapal. 9. Bertanggung jawab segala pelaksanaan pemeliharaan maupun perbaikan instalasi mesin yang dilakukan oleh ABK, teknisi darat dan pihak ketiga. 10. Bertanggung jawab setiap permintaan BBM, minyak pelumas, dan suku cadang yang dipergunakan untuk keperluan kamar mesin. 11. Mengusahakan agar sebelum kapal bertolak dari pelabuhan telah tersedia BBM, air tawar dan minyak pelumas yang cukup untuk suatu masa pelayaran yang akan ditempuh. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 16

25 12. Setibanya kapal dari tugas berlayar, bersama-sama Nahkoda membuat laporan tiba kapal. 13. Memimpin langsung pekerjaan pemeliharaan dan perawatan harian dari semua peralatan kamar mesin. 14. Menyelenggarakan dan mengawasi giliran jaga darat bagi juru motor dan juru minyak. 15. Membuat laporan kepada Nahkoda mengenai pemakaian bahan bakar setiap hari. 16. Bertanggung jawab atas kelancaran jalannya motor induk, motor bantu, serta seluruh peraturan yang berada di bawah pengawasannya dengan melakukan giliran jaga laut bagi juru motor dan juru minyak. 17. Memeriksa kebenaran pencatatan penunjukan semua meteran yang ada di kamar mesin pada Buku Harian Kamar Mesin. 18. Segera memberitahukan kepada Nahkoda kapal, apabila terjadi hal-hal darurat di kamar mesin. Wewenang : 1. Dapat mernindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada di atas kapal apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kcgiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Larangan: 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Nahkoda. 2. Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik disengaja atau tidak disengaja di atas kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 17

26 4. Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 5. Melakukan kegiatan vang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 3. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Juru Motor I. 8. Juru Motor I Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati perintah lainnya dari Kepala Kamar Mesin/Nahkoda. 2. Menaati dan melaksanakan perintah Kepala Kamar Mesin dan Nahkoda. 3. Bertindak sebagai Kepala Kamar Mesin apabila Kepala Kamar Mesin berhalangan rnelakukan tugasnya. 4. Mencatat temperatur/suhu mesin induk, motor bantu di kamar mesin pada Buku Harian Mesin waktu bertugas. 5. Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal berangkat/tiba. 6. Memimpin awak kamar mesin dalam melakukan tugas harian kamar mesin. 7. Mempersiapkan semua perlengkapan kamar mesin waktu kapal disiapkan untuk berlayar sesuai perintah Kepala Kamar Mesin. 8. Memberitahukan kepada Kepala Kamar Mesin apabila terjadi halhal darurat di Kamar Mesin. 9. Melaksanakan perbaikan di dalam kamar mesin jika terjadi kerusakan mesin dan instalasi lainnya. 10. Menyiapkan pompa kebakaran dan semua pompa penghisap air di kamar mesin (menggantikan petugas jaga mesin ) jika terjadi musibah kebakaran dan kebocoran kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 18

27 11. Menyiapkan mesin Out Boat serta jurnal mesin dan inventaris kamar mesin pada saat meninggalkan kapal apabila terjadi musibah tenggelamnya kapal. 12. Berada di kamar mesin guna mengawasi mesin induk, motor bantu serta instalasi lainnya pada saat kapal sedang melakukan pemeriksaan alat angkut. Wewenang : 1. Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada diatas apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengarnbil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 3. Pernah menduduki jabatan serendah-rendahnya Juru Motor II. 9. Juru Motor II Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati perintah lainnya dari Kepala Kamar Mesin / Nahkoda. 2. Membantu pelaksanaan tugas Juru Motor l. 3. Menyiapkan perlengkapan kamar mesin apabila kapal siap berlayar. 4. Membantu mempersiapkan laporan setibanya kapal di pangkalan/pelabuhan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 19

28 5. Menjaga dan memelihara kebersihan kamar mesin dan merawat motor penggerak serta semua instalasi. 6. Mempersiapkan salah satu pipa/selang kebakaran ke lokasi kebakaran apabila terjadi musibah kebakaran. 7. Membantu menanggulangi kebocoran apabila terjadi musibah kebocoran kapal. 8. Berada di kamar mesin dan siap mematikan mesin induk dan mesin bantu serta membantu penurunan sekoci apabila terjadi musibah tenggelamnya kapal. 9. Membantu Juru Motor I di kamar mesin pada saat kapal sedang melakukan pemeriksaan alat angkut. 10. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasannya. 11. Melaksanakan tugas jaga laut pada saat kapal berlayar dan tugas jaga darat pada saat kapal berada di Pangkalan/Pelabuhan. Wewenang : 1. Dapat memindahkan kapalnya pada saat cuaca buruk demi keselamatan kapal apabila merasa mampu. 2. Melarang orang-orang yang berada diatas apabila mengganggu ketertiban dan keamanan kapal. 3. Memerintahkan petugas jaga lainnya jika dipandang perlu untuk tugas kedinasan. 4. Melarang orang-orang melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. 5. Mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan kapal. Larangan : 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Kepala Kamar Mesin/Nahkoda. 2. Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik disengaja atau tidak di atas kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 20

29 4. Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 5. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 2. Pelaksana Pemerika 10. Juru Minyak Tugas : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati pcrintah lainnya dari Juru Motor/Kepala Kamar Mesin dan Nahkoda. 2. Membantu Juru Motor dalam memelihara kebersihan kamar mesin. motor induk, motor bantu, serta semua peralatannya. 3. Membantu melaksanakan perbaikan pada semua instalasi kamar mesin. 4. Membantu mempersiapkan semua perlengkapan dan peralatan kamar mesin pada saat kapal siap berlayar. 5. Melakukan tugas jaga laut/darat secara bergilir dengan Juru Motor. 6. Melaksanakan tugas Check List satu jam sebelum kapal berangkat / tiba. 7. Memberitahukan Kepala Kamar Mesin/Juru Motor bila terjadi hal darurat di kamar mesin. 8. Melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasannya. 9. Membantu di kamar mesin untuk menyiapkan tabung dan selang kebakaran ke lokasi kebakaran pada saat kapal mengalami musibah kebakaran. 10. Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menanggulangi kebocoran dan membantu juru motor di kamar mesin pada saat kapal mengalami musibah kebocoran. 11. Membantu menurunkan sekoci dan alat keselamatan lainnya dan turun ke sekoci untuk rnelayani mesin out boat pada saat peninggalan kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 21

30 12. Membantu tugas Pembantu Kopat pada saat pemeriksaan. Larangan : 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Kepala Kamar Mesin/Juru Motor Jaga. 2. Membawa barang-barang di luar kepentingan dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan atau menghilangkan barang inventaris kapal baik disengaja atau tidak di atas kapal. 4. Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 5. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemerika 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 11. Kelasi dan Juru Masak Tugas Kelasi : 1. Melaksanakan dinas jaga laut dan darat serta menaati perintah lainnya dari Mualim/Nahkoda. 2. Menaati dan melaksanakan semua perintah Nahkoda dan Mualim. 3. Menaati dan melaksanakan perintah Nahkoda dan perwira jaga lainnya dalam mengemudikan kapal. 4. Ikut mengawasi dan menghindari kemungkinan kapal dalam keadaan darurat, yang dapat membahayakan keselamatan kapal. 5. Ikut mengawasi dan memperhatikan sekeliling kapal dan memberitahukan perwira jaga bila ada hal yang mencurigakan yang dapat mengancam keselamatan kapal. 6. Melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk menjaga kebersihan kapal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 22

31 7. Memasang dan mempersiapkan daprah, tali temali demi menjaga keselamatan kapal dari benturan dengan kapal lainnya maupun dermaga/kade. 8. Melakukan tugas jaga darat dan laut secara bergilir. 9. Bila mendengar alarm ataupun perintah sandar segera menyiapkan tali temali, daprah untuk merapat ke kapal lain. 10. Membawa tabung kebakaran menuju lokasi kebakaran dan berada di ruang kemudi (anjungan). 11. Membantu menanggulangi kebocoran di lokasi kebocoran dan berada di ruang kemudi (anjungan) membantu Mualim II pada saat terjadi musibah kebocoran. 12. Menyiapkan tangga untuk turun menuju sekoci dan melayani davit sekoci saat menurunkan sekoci pada saat peninggalan kapal. 13. Mengamati sekitar lokasi pemeriksaan menggunakan senjata laras panjang dan menyiapkan daprah untuk kegiatan manouver pada saat pemeriksaan. 14. Melaksanakan tugas lain yang diperintatrkan oleh atasannya. Tugas Juru Masak: 1. Menaati dan melaksanakan semua perintah Nahkoda dan perwira kapal. 2. Menjaga kebersihan ruang dapur, merawat seluruh peralatan dapur dan bertanggung jawab atas keutuhannya. 3. Membuat laporan apabila terjadi kerusakan/kehilangan peralatan dapur. 4. Melapor kepada Nahkoda dan perwira kapal atau anak buah kapal lainnya bila terjadi hal darurat di ruang dapur. 5. Menyediakan dan menyiapkan bahan makanan untuk keperluan semua petugas patroli. 6. Menyediakan makanan dan minuman bagi semua petugas patroli. 7. Menyelamatkan ruang dapur dan membawa tabung kebakaran menuju lokasi kebakaran pada saat terjadi musibah kebakaran. 8. Membantu menanggulangi kebocoran di lokasi kebocoran pada saat terjadi musibah kebocoran. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 23

32 9. Menurunkan ke laut life raft (rakit penolong) kanan/kiri dan menyiapkan keperluan bahan makan untuk di sekoci pada saat peninggalan. 10. Mengamati sekitar lokasi pemeriksaan menggunakan senjata laras panjang pada saat pemeriksaan. Larangan Kelasi dan Juru Masak : 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Mualim/Nahkoda. 2. Membawa barang-barang di luar kepentingin dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik di sengaja atau tidak di atas kapal. 4. Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 5. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : 1. Pelaksana Pemeriksa 2. Memiliki Sertifikat minimal ANT (Ahli Nautika Tingkat) IV 12. Operator Radio Tugas : 1. Menaati dan melaksanakan semua perintah Nahkoda. 2. Menerima dan mencatat serta melaporkannya kepada Nahkoda setiap berita yang diterima. 3. Mengirim setiap berita yang telah ditandatangani oleh Nahkoda sesuai aksi serta tembusannya. 4. Bertanggung-jawab atas pengiriman berita keluar/masuk dan pengisian Buku Harian Radio. 5. Menaati ketentuan-ketentuan konvensi intemasional tentang telekomunikasi dan aturan lainnya berhubungan dengan telekomunikasi. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 24

33 6. Mengadakan hubungan dengan pangkalan untuk melaporkan kejadian-kejadian penting selama pelayaran. 7. Mengadakan hubungan dengan kapal lain atau stasiun radio lain untuk menerima atau meneruskan berita. 8. Menjaga kerahasiaan setiap isi berita yang diterima maupun keluar. 9. Secara berkala melakukan dinas monitor. 10. Menjaga dan merawat agar semua perangkat telekomunikasi selalu dalam keadaan baik dan siap pakai. 11. Selepas jaga harus menghubungkan pesawat alarm otomatis ke antena dan memeriksa apakah pesawat itu bekerja dengan baik, dalam hal kapal dilengkapi dengan pesawat alarm otomatik. Larangan: 1. Meninggalkan kapal saat bertugas tanpa seizin Mualim/Nahkoda. 2. Membawa perangkat telekomunikasi dari kapal di luar kepentingan dinas kecuali ada izin dari Nahkoda. 3. Mengambil dan/atau menghilangkan barang inventaris kapal baik disengaja atau tidak di atas kapal. 4. Dilarang mengurangi dan/atau menghilangkan berita yang diterima maupun dikirim baik disengaja atau tidak. 5. Menyebarkan berita yang diterima maupun dikirim tanpa seizin Nahkoda. 6. Mengurangi dan/atau menghilangkan alat bukti baik disengaja atau tidak dari alat angkut yang diperiksa. 7. Melakukan kegiatan yang melanggar hukum di atas kapal. Kualifikasi Teknis : Pelaksana Pemeriksa DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 25

34 D. Keberangkatan Kapal Patroli Persiapan Patroli Patroli yang dilaksanakan oleh Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai dilakukan dengan mengacu pada rencana setiap tahun anggaran. Agar pelaksanaan patroli tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien, maka hal-hal yang harus diperhatikan di dalam tahap persiapan adalah : 1. Pembentukan Tim Tim dibentuk oleh komandan patroli atau atasan komandan patroli, dimana jumlah tim ditentukan berdasarkan kebutuhan yang ada, sesuai dengan kondisi masing-masing patroli. 2. Surat Tugas Surat Tugas harus diterbitkan dan ditandatangani oleh pajabat yang berwenang. Fungsi surat tugas adalah sebagai dasar yuridis dari suatu kegiatan patroli yang akan dilaksanakan. Surat Perintah untuk melaksanakan Patroli Bea dan Cukai harus memuat hal-hal sebagai berikut a. Nomor Surat Perintah b. Dasar dan Pertimbangan c. Nama, Pangkat, dan NIP Pejabat Bea dan Cukai yang diberi perintah d. Perintah yang harus dilaksanakan e. Tempat dimana tugas dilaksanakan f. Jangka waktu penugasan g. Sarana yang digunakan termasuk senjata api h. Pakaian yang digunakan oleh Pejabat/pegawai yang diberi perintah i. Kewajiban pelaporan hasil patroli j. Tempat dan tanggak penerbitan surat Perintah k. Jabatan, tanda tangan, nama, dan NIP pejabat pemberi perintah serta cap dinas l. Tembusan kepada pihak-pihak yang terkait (apabila dianggap perlu) DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 26

35 3. Persiapan sarana dan prasarana a. Formulir-formulir Berita Acara Penyegelan, Berita Acara Penegahan, dan Berita Acara Serah Terima b. Segel-segel c. Sarana Patroli (Kapal Patroli, Kendaraan roda empat, Pesawat terbang) d. Alat-alat komunikasi e. Senjata f. Teropong Keberangkatan Kapal Patroli Sebelum berangkat Komandan Patroli dan Nahkoda memeriksa ulang kesiapan kapal dan perlengkapan patroli. Apabila terdapat permasalahan segera melaporkan kepada Kepala Seksi Penindakan. Semua anggota/abk kapal patroli kecuali Komandan Patroli dilarang menggunakan alat komunikasi lain (handphone) selama melaksanakan tugas patroli, dan hanya diperkenankan menggunakan alat komunikasi yang tersedia di kapal patroli. Dalam hal terdapat permasalahan yang berkaitan dengan kapal patroli, Kepala Seksi Penindakan melaporkan permasalahan tersebut kepada Kepala Pangkalan Sarana Operasi/Kepala KPPBC atau pejabat yang ditunjuk. Komandan Patroli wajib melaporkan kesiapan keberangkatan kepada Kepala Seksi Penindakan. Setelah mendapat perintah berangkat dari Kepala Seksi Penindakan, Komandan Patroli langsung memerintahkan kapal menuju sektor patroli yang ditetapkan. Dalam perjalanan menuju sektor patroli yang ditetapkan, apabila melakukan penegahan harus berkoordinasi dengan Kepala Seksi Penindakan dan/atau kapal patroli yang bertugas di sektor tersebut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 27

36 1.2 Latihan Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1, coba kerjakan latihan-latihan berikut ini. 1. Jelaskan kegiatan apa yang dilakukan dalam briefiing operasi? 2. Sebutkan hal-hal apa saja yang dituangkan dalam resume briefiing operasi? 3. Sebutkan apa saja tugas Komandan Patroli? 4. Sebutkan apa saja wewenang Nahkoda! 5. Agar patroli dapat dilaksanakan secara efektif, sebutkan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam persiapan patroli! 1.3. Rangkuman Pelaksanaan patroli laut didahului dengan briefing operasi. Hasil briefing operasi selanjutnya dituangkan dalam resume briefing patroli laut. Petugas pada kapal patroli meliputi Komandan Patroli, Nahkoda, dan Anak Buah Kapal. Agar pelaksanaan operasi berjalan lancar maka tiap-tiap petugas pada kapal patroli harus mengetahui tugas, wewenang dan larangan yang diembannya masing-masing. Kegiatan patroli dapat berjalan efektif bilamana didahului dengan pembentukan tim, penyiapan administrasi, dan dukungan sarana dan prasarana operasi yang memadai Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1, kerjakan tes formatif berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. briefing operasi dilakukan setelah keberangkatan kapal patroli b. briefing operasi dilakukan secara terbatas pada pimpinan patroli c. briefing operasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota patroli d. briefing operasi tidak wajib dilakukan setiap kali akan dilakukan patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 28

37 2. Yang tidak benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. briefing operasi diberikan oleh Komandan Patroli b. briefing operasi dilakukan sebelum keberangkatan kapal patroli c. briefing operasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota patroli a. briefing operasi wajib dilakukan setiap kali akan dilakukan patroli 3. Hal-hal berikut ini termasuk yang dicantumkan dalam resume briefing patroli laut kecuali a. Kesiapan persenjataan b. Kesiapan logistik c. Anggaran yang dibutuhkan dalam patroli laut d. Kelaikan kapal patroli 4. Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai sasaran yang ditetapkan adalah tugas a. Nahkoda b. Juru Mudi c. Wakil Komandan Patroli d. Komandan Patroli 5. Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi syarat laik laut adalah tugas a. Kepala Kamar Mesin b. Mualim I c. Nahkoda d. Komandan Patroli 6. Menyelenggarakan Buku Harian Mesin adalah tugas a. Kepala Kamar Mesin b. Nahkoda c. Juru Motor I d. Juru Minyak DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 29

38 7. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris deck dan ketertiban administrasi adalah tugas a. Nahkoda b. Mualim I c. Komandan Patroli d. Wakil Komandan Patroli 8. Tugas Wakil Komandan Patroli adalah a. mengendalikan patroli agar mencapai sasaran yang ditetapkan b. menjaga keselamatan kapal dan Anak Buah Kapal c. mengontrol kesiapan anak buah kapal dalam kegiatan pemeriksaan alat angkut d. memberikan masukan kepada Komandan Patroli demi kepentingan tercapainya hasil operasi patroli. 9. Yang tidak bertugas elakukan jaga darat dan laut secara bergilir adalah tugas... a. Juru Minyak b. Kelasi c. Mualim d. Juru Motor 10. Menjaga dan merawat agar semua perangkat telekomunikasi selalu dalam keadaan baik dan siap pakai adalah tugas... a. Operator Radio b. Kelasi c. Mualim d. Juru Motor 11. Mempunyai kualifikasi sebagai Pelaksana Pemeriksa dan mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan adalah syarat sebagai... a. Nahkoda b. Komandan Patroli c. Mualim d. Semua petugas patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 30

39 12. Larangan menyebarkan berita yang diterima maupun dikirim tanpa seizin Nahkoda dikenakan secara khusus kepada... a. Kelasi b. Mualim c. Juru Motor d. Operator Radio 13. Formulir yang harus tersedia sebelum keberangkatan kapal patroli adalah sebagai berikut kecuali... a. Berita Acara Penyegelan b. Berita Acara Penegahan c. Berita Acara Penyelidikan d. Berita Acara Serah Terima 14. Yang tidak tercantum dalam Surat Tugas patroli laut adalah... a. hasil pelaksanaan tugas patroli laut b. nama, Pangkat, dan NIP Pejabat Bea dan Cukai yang diberi perintah c. tempat dimana tugas dilaksanakan d. jangka waktu penugasan 15. Yang tepat dari pernyataan dibawah ini adalah... a. Komandan Patroli dan Nahkoda kadang-kadang memeriksa ulang kesiapan kapal dan perlengkapan patroli. b. Sebelum keberangkatan kapal, Komandan Patroli dan Nahkoda memeriksa ulang kesiapan kapal dan perlengkapan patroli. c. Bilamana perlu Komandan Patroli dan Nahkoda dapat memeriksa ulang kesiapan kapal dan perlengkapan patroli. d. Sebelum keberangkatan kapal, Komandan Patroli dan Nahkoda dapat memeriksa kesiapan kapal dan perlengkapan patroli. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 31

40 1.3 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 32

41 KEGIATAN BELAJAR 2 LAPORAN POSISI, SASARAN PATROLI, DAN SASARAN PENEGAHAN Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan prosedur pelaporan posisi 2. Mampu menjelaskan sasaran patroli 3. Mampu menjelaskan sasaran penegahan 2.1 Uraian dan Contoh A. Prosedur Pelaporan Posisi Selama patroli Komandan Patroli wajib melaporkan keberadaan posisi kapal patroli setiap 2 (dua) jam kepada stasiun radio EK-2/Pusdalops. Komandan Patroli dapat menggunakan komunikasi lain berupa handphone selama melaksanakan tugas patroli untuk pertukaran informasi demi kepentingan dan keberhasilan operasi patroli. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 33

42 Komandan Patroli bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberlanjutan komunikasi masuk atau keluar melalui radio selama 24 jam per hari, baik antar kapal, EK-2/Pusdalops ke kapal, atau dari kapal ke EK- 2/Pusdalops. Selanjutnya berita yang diterima dari Kapal Patroli dilaporkan kepada Kepala Seksi Penindakan pada Kantor Wilayah DJBC. Dalam pelaksanaan patroli harus diingat bahwa suatu kegiatan patroli dilakukan untuk melaksanakan pengamanan, dengan cara berkeliling, yang tujuannya adalah untuk melakukan upaya mencegah, mencari, dan menemukan pelanggaran. Dalam melakukan patroli terdapat beberapa kemungkinan yang akan ditemukan, antara lain : 1. adanya orang-orang yang sedang menunggu tumpukan barang, 2. adanya orang-orang yang sedang memuat barang ke atas sarana pengangkut, 3. adanya orang-orang yang sedang mengangkut barang menuju sebuah rumah atau bangunan, 4. adanya orang-orang yang sedang menurunkan/mengeluarkan barang dari sebuah sarana pengangkut/rumah/bangunan, 5. kendaraan yang sedang melaju meninggalkan kawasan yang diawasi oleh Bea dan Cukai. Bila hal-hal tersebut diatas menimbulkan kecurigaan, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah : 1. mendekati dan memperhatikan apa yang terjadi, 2. bila kecurigaan semakin kuat telah terjadi pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai, maka tunjukan surat tugas/perintah dan kartu identitas, 3. melakukan wawancara singkat, 4. bila diperoleh bukti awal yang kuat, maka orang, barang dan sarana pengangkut dibawa kantor untuk pemeiksaan lebih lanjut, 5. mencatat dan merekam segala hal yang berkaitan di tempat kejadian. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 34

43 B. Sasaran Patroli Dalam pelaksanaan patroli laut, sasaran yang menjadi obyek pengawasan harus terdefinisi dengan benar. Petugas patroli harus dapat membedakan sarana pengangkut yang akan ditarget dan harus dapat memastikan di peraian mana keberadaan suatu sarana pengangkut yang diawasi. Mengacu pada lokasi obyek patroli, secara umum sasaran patroli laut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Dalam wilayah perairan Indonesia Sasaran patroli yang berada dalam perairan Indonesia meliputi Sarana Pengangkut berbendera Indonesia, Sarana Pengangkut berbendera asing, dan Sarana Pengangkut tanpa bendera. Tidak termasuk sasaran patroli bilamana obyek adalah kapal perang. 2. Dalam wilayah perairan internasional Sasaran patroli yang berada dalam perairan Internasional meliputi Sarana Pengangkut berbendera Indonesia dan Sarana Pengangkut tanpa bendera. Sarana pengangkut berbendera asing dalam wilayah perairan internasional dapat menjadi sasaran patroli dalam rangka pengejaran tidak terputus (hot pursuit). Sama dengan sasaran patroli pada perairan Indonesia, kapal perang tidak termasuk sasaran patroli Agar kegiatan patroli laut dapat berjalan efektif dan efisien maka hendaknya informasi sasaran sudah dapat diperoleh kapal patroli sebelum dilakukannya patroli laut. Disinilah fungsi intelijen darat dan laut guna optimalisasi kegiatan patroli sesuai dengan rencana dan target yang telah ditentukan. Informasi sasaran patroli dapat disampaikan pada saat briefing operasi atau setelah keberangkatan kapal patroli melalui media komunikasi dengan pangkalan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 35

44 C. Sasaran Penegahan Sasaran penegahan adalah sarana pengangkut yang diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah atau akan melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang Kepabeanan, Undang-undang Cukai dan setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lain yang penegakan hukumnya dititipkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penting untuk diketahui bahwa saat ini upaya penyelundupan barang impor atau ekspor sudah semakin beragam. Petugas patroli hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai atas modus-modus tindak pelanggaran ini yang apabila kurang sigap dalam mengantisipasi hal tersebut maka pencapaian target operasi kurang maksimal. diantaranya: Berapa modus penyelundupan yang menjadi target operasi laut DJBC 1. Mengangkut barang impor atau ekspor tanpa manifest. Pada kasus importasi modusnya dengan membawa barang impor yang sama sekali tidak tercantum dalam manifest. Atau membawa barang impor yang sebagian tercantum dalam manifest. Atau membawa barang impor yang tidak tercantum dalam manifest dan disembunyikan dalam ruanganruangan kapal. Sedangkan pada kasus eksportasi dengan membawa barang ekspor yang tidak tercantum dalam manifest. 2. Mengangkut barang impor atau ekspor yang tidak tercantum dalam manifest dengan membawa manifest ganda dan menyerahkan manifest yang tidak benar kepada petugas. 3. Mengangkut barang impor dengan menggunakan manifest ganda. Modus ini dilakukan dengan cara kapal mengangkut barang impor sandar dan clereance di pelabuhan kantor A (tanpa bongkar dan penyelesaian kewajiban kepabeanan) kemudian melanjutkan ke pelabuhan kantor B menggunakan Surat Izin Berlayar (SIB) antar pulau, atau kapal mengangkut barang impor, sandar, pindah kapal dan clereance di pelabuhan kantor A (tanpa penyelesaian kewajiban kepabeanan) kemudian melanjutkan ke DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 36

45 pelabuhan kantor B menggunakan SIB antar pulau, atau kapal mengangkut barang impor ke pelabuhan tujuan di pelabuhan kantor B namun clereance dan SIB dibuat seolah-olah telah diselesaian di pelabuhan kantor A. 4. Mengangkut barang impor dengan modus antar pulau. 5. Mengangkut barang eks-impor yang seluruhnya atau sebagian belum diselesaikan kewajiban kepabeanannya. 6. Mengangkut barang impor berupa narkotika atau psikotropika secara ilegal. Dalam hal suatu sasaran dilakukan penegahan, Komandan Patroli memerintahkan Pembantu Komandan Patroli untuk melakukan pengamanan terhadap sarana pengangkut dan dokumen-dokumen yang ada di sarana pengangkut yang dapat dijadikan sebagai barang bukti dalam proses penyelidikan dan penyidikan, serta Nahkoda kapal yang ditegah membuat Surat Pernyataan Penyerahan Manifest dan Dokumen Kapal. Apabila diperlukan, Komandan Patroli berkoordinasi dengan Nahkoda kapal patroli untk memerintahkan kepada ABK kapal patroli untuk membantu pelaksanaan tugas. Nahkoda dan ABK kapal patroli diutamakan bersiaga di Kapal Patroli dengan tetap memperhatikan tugasnya di kapal patroli. Terhadap penegahan tersebut wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Komandan Patroli yang sekurang-kurangnya meliputi: 1. Laporan Kejadian 2. Berita Acara Pemeriksaan 3. Laporan Penindakan 4. Surat Bukti Penindakan 5. Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut / Barang Apabila pada saat penegahan terjadi kejadian-kejadian penting, maka Komandan Patroli menginformasikan kepada Pusdalops (Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi, Kepala Seksi Penindakan atau pejabat lain yang ditunjuk). DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 37

46 Pada saat penegahan dilakukan, Komandan Patroli menempatkan minimal 2 (dua) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah dalam rangka pengamanan selama proses penarikan ke Pangkalan. Selama perjalanan menuju Pangkalan, Komandan Patroli atau Nahkoda selalu melakukan komunikasi dengan ABK Kapal Patroli yang ditunjuk untuk mengamankan kapal yang ditegah tersebut. Sesampainya di dermaga pangkalan, Komandan Patroli menyerahkan hasil tangkapan kapal patroli dan laporan penangkapan kepada Kepala Seksi Penindakan dan/atau Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi. Dalam hal tangkapan hasil patroli diserahkan ke KPPBC terdekat, Komandan Patroli menyerahkan laporan penangkapan, berkas penindakan, tersangka, dan barang bukti kepada Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan KPPBC terdekat Latihan 2 1. Jelaskan cara kerja pelaporan posisi kapal patroli? 2. Jelaskan dua jenis peraiaran yang menjadi area patroli laut? 3. Jelaskan dalam hal apa kapal patroli dapat melakukan pengejaran atas kapal berbendera asing di perairan internasional? 4. Jelaskan dalam apa penegahan dilakukan oleh kapal patroli? 5. Sebutkan modus-modus pelanggaran kepabeanan yang biasa terjadi pada sarana pengangkut! 2.3. Rangkuman Kapal patroli harus melaporkan posisi kapal secara rutin tiap dua jam sekali. Sasaran patroli meliputi sarana pengangkut yang berada di perairan Indonesia baik yang berbendera Indonesia maupun yang berbendera asing. Sarana pengangkut berbendera asing di perairan internasional bukan sebagai sasaran patroli kecuali dalam hal hot pursuit. Sasaran penegahan adalah sarana pengangkut yang diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah atau akan melakukan pelanggaran. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 38

47 2.4 Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 2, kerjakan tes formatif berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Komandan Patroli wajib melaporkan keberadaan posisi kapal patroli setiap a. 8 (delapan) jam b. 6 (enam) jam c. 4 (empat) jam d. 2 (dua) jam 2. Yang bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberlanjutan komunikasi masuk atau keluar melalui radio pada kapal patroli selama 24 jam per hari adalah a. Komandan Patroli b. Wakil Komandan Patroli c. Nahkoda d. Operator Radio 3. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli hanya menggunakan media radio. b. Selain menggunakan radio, Komandan Patroli dapat menggunakan hand phone untuk berkomunikasi selama patroli laut. c. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli sebaiknya hanya menggunakan media radio. d. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli sebaiknya menggunakan hand phone. 4. Yang tidak termasuk sasaran patroli adalah a. sarana pengangkut berbendera Indonesia yang berada di perairan Indonesia. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 39

48 b. sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Indonesia. c. sarana pengangkut berupa kapal perang yang berada di perairan Indonesia. d. sarana pengangkut tanpa bendera yang berada di perairan Indonesia. 5. Yang termasuk sasaran patroli adalah a. sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Internasional. b. sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Internasional. c. sarana pengangkut berupa kapal perang yang berada di perairan Internasional. d. sarana pengangkut berbendera Indonesia yang berada di perairan Internasional. 6. Sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Internasional a. dapat dilakukan pengejaran dalam rangka hot pursuit b. dapat dilakukan pengejaran dalam kondisi apapun c. dapat dilakukan pengejaran bila diijinkan oleh negara tetangga d. tidak dapat dilakukan pengejaran dalam kondisi apapun 7. Yang tepat dari pernyataan tentang hot pursuit dibawah ini adalah a. pengejaran sarana pengangkut berbendara asing di perairan Internasional b. pengejaran sarana pengangkut berbendara asing dari perairan Indonesia hingga perairan Internasional secara tidak terputus c. pengejaran sarana pengangkut berbendara Indonesia dari perairan Indonesia hingga perairan Internasional secara tidak terputus d. pengejaran sarana pengangkut berbendara Indonesia di perairan Internasional DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 40

49 8. Yang tepat dari pernyataan dibawah ini adalah a. kegiatan dan hasil intelijen darat tidak berkaitan dengan kegiatan patroli laut b. kegiatan dan hasil intelijen laut kurang berhubungan dengan kegiatan patroli laut c. kegiatan dan hasil intelijen darat mendukung kegiatan patroli laut d. kegiatan dan hasil intelijen laut kurang mendukung kegiatan patroli laut 9. Penegahan dilakukan terhadap a. setiap sarana pengangkut yang membawa barang impor/ekspor b. sarana pengangkut yang mengangkut barang-barang impor /ekspor tertentu c. sarana pengangkut yang terbukti melakukan pelanggaran d. sarana pengangkut yang diduga telah melakukan pelanggaran 10. Bila kedapatan sarana pengangkut membawa barang impor atau ekspor yang tidak tercantum dalam manifest maka a. dilakukan penegahan b. tidak perlu dilakukan penegahan c. dapat dilakukan penegahan d. bilamana perlu dilakukan penegahan 11. Penegahan dilakukan bilamana sarana pengangkut a. membawa barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya b. membawa barang impor berupa narkotika atau psikotropika secara ilegal c. membawa barang antar pulau d. membawa barang impor yang telah diselesaikan kewajiban pabeannya DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 41

50 12. Yang tidak termasuk sasaran penegahan adalah a. sarana pengangkut yang membawa barang impor dengan menggunakan manifes ganda b. sarana pengangkut yang membawa barang impor atau ekspor tanpa manifes c. sarana pengangkut yang membawa barang impor tanpa dokumen pemberitahuan pabean d. sarana pengangkut yang membawa barang impor atau ekspor yang tidak tercantum dalam manifes 13. Surat Pernyataan Penyerahan Manifest dan Dokumen Kapal dibuat oleh a. ABK kapal patroli b. ABK kapal yang ditegah c. Nahkoda kapal patroli d. Nahkoda kapal yang ditegah 14. Dalam hal dilakukan penegahan, Komandan Patroli memerintahkan Pembantu Komandan Patroli untuk melakukan pengamanan terhadap a. sarana pengangkut dan dokumen yang ada di sarana pengangkut b. sarana pengangkut c. dokumen kapal yang ditegah d. ABK kapal yang ditegah 15. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. atas suatu penegahan sebaiknya dibuatkan Berita Acara b. atas suatu penegahan wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Nahkoda c. atas suatu penegahan wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Komandan Patroli d. atas suatu penegahan tidak wajib dibuatkan Berita Acara DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 42

51 2.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 2 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 43

52 KEGIATAN BELAJAR ADMINISTRASI PELAKSANAAN PATROLI 3 Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan laporan patroli laut 2. Mampu menjelaskan jurnal kapal patroli 3. Mampu menjelaskan administrasi lainnya 4. Mampu mengaplikasikan administrasi patroli laut 3.1 Uraian dan Contoh A. Laporan Patroli Laut Setiap kegiatan patroli yang telah dilaksanakan harus dilaporkan oleh Komandan Patroli atau Nahkoda kepada Pejabat pemberi tugas patroli. Laporan patroli berisi seluruh kegiatan yang berkaitan patroli misalnya melakukan pengejaran, penindakan atas sarana pengangkut yang diduga melakukan pelanggaran berupa penegahan, penyegelan dan penindakan lainnya. Untuk membuat laporan tersebut sudah tersedia format yang digunakan sebagaimana gambar 3.1 dibawah ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 44

53 Gambar 3.1 Laporan Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 45

54 Laporan patroli yang telah dibuat selanjutnya dibukukan pada suatu Buku Laporan Patroli. Buku Laporan Patroli memuat seluruh laporan yang telah dibuat. Buku Laporan Patroli tersebut sudah tersedia dengan format sebagaimana gambar 3.2 dibawah ini. Gambar 3.2 Buku Laporan Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 46

55 B. Jurnal Kapal Patroli Selanjutnya Tim patroli juga membuat Jurnal Kapal Patroli untuk mencatat kegiatan harian selama pelaksanaan patroli. Untuk membuat jurnal kapal patroli telah tersedia format sebagaimana gambar 3.3 dibawah ini. Gambar 3.3 Jurnal Kapal KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR. JURNAL KAPAL Berlayar di perairan Hari Tanggal JAM HB PERBAIKAN HALUAN VAR DEV MSW HK RPM KECEPATAN RATA- RATA/JAM DLM MIL ARAH ANGIN DAN KEKUATAN JENIS AWAN, KEADAAN CUACA DAN LAUT PENGUKURAN TANGKI BAHAN BAKAR AIR TAWAR PENENTUAN TEMPAT KEDUDUKAN, BARINGAN, PERISTIWA, DAN KEADAAN LAIN YG PENTING PARAF MUALIM JAGA Nahkoda Nama.. NIP.. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 47

56 Keterangan : VAR : variasi, di peta setiap tahunnya bergerak, selisih ditulis DEV : deviasi utara sejati dengan utara yang ada dikompas kapal, karena selalu ada selisih tergantung areal sekitarnya (pengaruh magnit bumi) MSW : jumlah VAR + DEV HK : haluan kemudi RPM : rotasi per menit untuk mesin induk (kanan dan kiri) Untuk memperjelas pembahasan tentang Jurnal Kapal Patroli, berikut ini tersedia contoh pengisian jurnal kapal patroli sebagaimana terlihat pada gambar 3.4 dibawah ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 48

57 Gambar 3.4 Contoh Pengisian Jurnal Kapal KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR. JURNAL KAPAL Berlayar di perairan Selat Durian Hari Minggu Tanggal JAM HB PERBAIKAN HALUAN VAR DEV MSW HK RPM KECEP ATAN RATA- RATA/J AM DLM MIL ARAH ANGIN DAN KEKUATAN JENIS AWAN, KEADAAN CUACA DAN LAUT PENGUKURAN TANGKI BAHAN BAKAR AIR TAWAR PENENTUAN TEMPAT KEDUDUKAN, BARINGAN, PERIS TIWA, DAN KEADAAN LAIN YG PE NTING tetap mengapung & stop ME : S PARAF MUALIM JAGA sdatetap mengapung pos : S Start ME ka/ki utk ronda laut GPS pos : S E (P.P Tujuh) GPS pos : S E (P.P. Tujuh) GPS pos : S E (P.Pemuja) GPS pos : S E (Tg.Ular) GPS pos : S E (Tg Kelien) Nahkoda Nama : udin NIP : DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 49

58 C. Administrasi Lainnya Administrasi lain yang penting untuk diperhatikan adalah penyimpanan Surat Perintah Patroli yang harus dijaga selama kegiatan patroli dan diarsip setelah patroli selesai dilaksanakan. Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang menerbitkan Surat Perintah Patroli antara lain: 1. Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk, 2. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan atau Pejabat yang ditunjuk, 3. Kepala Kantor Wilayah, 4. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan atau Pejabat yang ditunjuk, atau 5. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk. dibawah ini. Format Surat Perintah Patroli dapat Anda lihat sebagaimana gambar 3.5 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 50

59 Gambar 3.5 Surat Perintah Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 51

60 Selain Surat Perintah Patroli, surat perintah yang juga penting untuk diadministrasikan adalah Surat Perintah Berlayar. Surat Perintah Berlayar adalah surat perintah dari Pejabat yang berwenang kepada Nahkoda untuk menjalankan kapal dalam suatu kegiatan patroli laut. Di dalam Surat Perintah Berlayar dimuat jenis kapal patroli yang digunakan, siapa yang menjadi Komandan Patroli dan waktu pelaksanaan patroli laut. Selengkapnya format Surat Perintah Berlayar dapat Anda lihat sebagaimana gambar 3.6 dibawah ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 52

61 Gambar 3.6 Surat Perintah Berlayar DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 53

62 Lembar Lanjutan Surat Perintah Berlayar DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 54

63 3.2 Latihan Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 3, kerjakan latihan-latihan berikut ini. 1. Jelaskan siapa yang berkewajiban membuat Laporan Patroli! 2. Sebutkan penindakan apa saja yang dilaporkan pada Laporan Patroli! 3. Sebutkan informasi apa saja yang dicatat pada Buku Laporan Patroli! 4. Jelaskan fungsi Jurnal Kapal Patroli! 5. Jelaskan surat perintah apa saja yang penting untuk disimpan dan diarsip selama kegiatan patroli laut! 3.3 Rangkuman Kegiatan administratif pada saat patroli laut penting untuk dilakukan. Nahkoda atau Komandan Patroli wajib membuat Laporan Patroli Laut untuk setiap kapal patroli yang melaksanakan tugas patroli laut. Laporan Patroli Laut yang telah dibuat dibukukan pada suatu Buku Laporan Patroli Laut. Atas kegiatan harian kapal patroli, Nahkoda wajib membuat Jurnal Kapal Patroli yang berfungsi merekam seluruh aktivitas dan keadaan yang terjadi selama patroli. Nahkoda juga harus menyimpan Surat Perintah Berlayar dan surat-surat lain yang lazim digunakan untuk kegiatan pelayaran. Sesuai dengan isi perintah, Surat Perintah Patroli disimpan oleh Komandan Patroli selama pelaksanaan patroli laut berlangsung. 3.4 Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 3, kerjakan tes formatif berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Dokumen yang berisi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan patroli laut mulai pengejaran, penegahan, penyegelan dan penindakan lainnya disebut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 55

64 a. Jurnal Kapal Patroli b. Buku Jurnal Kapal Patroli c. Laporan Patroli d. Buku Laporan Patroli 2. Yang membuat Laporan Patroli adalah a. Nahkoda b. Komandan Patroli c. Komandan Patroli atau Nahkoda d. ABK 3. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. Laporan Patroli dapat dibukukan pada Buku Laporan Patroli b. Laporan Patroli sebaiknya dibukukan pada Buku Laporan Patroli c. Laporan Patroli tidak mesti dibukukan pada Buku Laporan Patroli d. Laporan Patroli harus dibukukan pada Buku Laporan Patroli 4. Yang tidak termuat dalam Laporan Patroli adalah a. pengejaran sarana pengangkut b. penegahan sarana pengangkut c. penyegelan sarana pengangkut d. penyidikan sarana pengangkut 5. Yang tercantum dalam Buku Laporan Patroli adalah a. uraian hasil patroli b. lamanya patroli laut c. jumlah petugas yang melaksanakan patroli d. tindak lanjut hasil patroli 6. Dokumen yang digunakan untuk mencatat kegiatan harian selama pelaksanaan patroli disebut a. Jurnal Kapal Patroli b. Buku Jurnal Kapal Patroli c. Laporan Patroli d. Buku Laporan Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 56

65 7. Yang tidak tercantum dalam Jurnal Kapal Patroli adalah a. Variasi (VAR) b. Kendala Pelayaran (KP) c. Haluan Kemudi (HK) d. rotasi per menit untuk mesin induk (RPM) 8. Keadaan kapal tetap mengapung pada posisi tertentu dicantumkan pada Jurnal Kapal pada kolom a. Variasi (VAR) b. Penentuan tempat kedudukan c. Deviasi (DEV) d. Haluan Kemudi (HK) 9. Yang benar dari pernyataan dibawah ini yang berkaitan dengan kolom jam pada Jurnal Kapal adalah a. sebaiknya diisi setiap jamnya b. tidak mesti diisi setiap jamnya c. harus diisi setiap jamnya d. dapat diisi setiap jamnya 10. Kolom pada Jurnal Kapal yang hanya diisi dengan informasi 187 atau 103 adalah a. Variasi (VAR) b. Penentuan tempat kedudukan c. Haluan Kemudi (HK) d. Deviasi (DEV) 11. Surat Perintah dari Pejabat yang berwenang kepada Nahkoda untuk menjalankan kapal dalam suatu kegiatan patroli laut disebut a. Surat Tugas Patroli b. Surat Tugas Berlayar c. Surat Perintah Patroli d. Surat Perintah Berlayar DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 57

66 12. Informasi yang tercantum dalam Surat Perintah Berlayar dan juga tercantum dalam Surat Perintah Patroli adalah a. yang menjadi Komandan Patroli b. yang menjadi Komandan Nahkoda c. yang menjadi Pengendali Operasi d. yang menjadi Komandan Patroli dan Nahkoda 13. Yang termuat dalam Surat Perintah Berlayar a. yang menjadi Nahkoda b. yang menjadi Pengendali Operasi c. kekuatan persenjataan d. sarana-sarana yang digunakan dalam patroli 14. Yang tidak termuat dalam Surat Perintah Berlayar a. yang menjadi Pengendali Operasi b. jenis kapal patroli yang digunakan c. yang menjadi Komandan Patroli d. waktu pelaksanaan patroli laut 15. Yang tidak berwenang menerbitkan Surat Perintah Patroli adalah a. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan b. Komandan Patroli c. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan Penindakan dan Penyidikan d. Kepala Kantor Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 58

67 3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 3 ini dengan baik. Selanjutnya kerjakan latihan sumatif yang tersedia untuk mengukur tingkat keberhasilan Anda atas seluruh kegiatan belajar dalam modul ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 59

68 PENUTUP Kegiatan patroli laut beserta pemeriksaan sarana pengangkut laut merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting dalam penegakan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai pada lingkup kerja DJBC. Target dari mata diklat ini sesuai dengan yang terurai dalam modul adalah diharapkan peserta dapat menjelaskan pelaksanaan patroli laut dan mampu mengaplikasikan pengadministrasian dokumen dalam rangka patroli laut. Modul Pelaksanaan Patroli laut ini merupakan satu rangkaian tidak terpisahkan tujuan modul sebelumnya yaitu Persiapan dan Penggunaan Kapal Patroli serta modul Penindakan dalam Patroli Laut. Akhirnya semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis Substantif Spesialis Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut dan umumnya bagi pegawai DJBC di seluruh Indonesia. Tingkatkan kompetensi dan integritas. Jadilah yang terdepan dalam peningkatan kinerja dan citra. Semoga rahmat Allah Swt - Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita semua. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 60

69 TES SUMATIF Setelah Anda belajar keseluruhan modul Pelaksanaan Patroli Laut, untuk menguji hasil belajar Anda kerjakan tes sumatif berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. briefing operasi dilakukan setelah keberangkatan kapal patroli b. briefing operasi dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota patroli c. briefing operasi dilakukan secara terbatas pada pimpinan patroli d. briefing operasi tidak wajib dilakukan setiap kali akan dilakukan patroli 2. Hal-hal berikut ini termasuk yang dicantumkan dalam resume briefing patroli laut kecuali a. kesiapan persenjataan b. anggaran yang dibutuhkan dalam patroli laut c. kesiapan logistik d. kelaikan kapal patroli 3. Memimpin, mengarahkan, dan mengendalikan patroli agar mencapai sasaran yang ditetapkan adalah tugas a. Nahkoda b. Komandan Patroli c. Juru Mudi d. Wakil Komandan Patroli 4. Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi syarat laik laut adalah tugas a. Kepala Kamar Mesin b. Mualim I c. Nahkoda d. Komandan Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 61

70 5. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan keutuhan inventaris deck dan ketertiban administrasi adalah tugas a. Nahkoda b. Mualim I c. Komandan Patroli d. Wakil Komandan Patroli 6. Menjaga dan merawat agar semua perangkat telekomunikasi selalu dalam keadaan baik dan siap pakai adalah tugas... a. Kelasi b. Mualim c. Operator Radio d. Juru Motor 7. Mempunyai kualifikasi sebagai Pelaksana Pemeriksa dan mempunyai kecakapan dalam hal kepemimpinan adalah syarat sebagai... a. Nahkoda b. Komandan Patroli c. Mualim d. Semua petugas patroli 8. Formulir yang harus tersedia sebelum keberangkatan kapal patroli adalah sebagai berikut kecuali... a. Berita Acara Penyegelan b. Berita Acara Penegahan c. Berita Acara Penyelidikan d. Berita Acara Serah Terima 9. Yang tidak tercantum dalam Surat Tugas patroli laut adalah... a. nama, Pangkat, dan NIP Pejabat Bea dan Cukai yang diberi perintah b. hasil pelaksanaan tugas patroli laut c. tempat dimana tugas dilaksanakan d. jangka waktu penugasan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 62

71 10. Komandan Patroli wajib melaporkan keberadaan posisi kapal patroli setiap a. 8 (delapan) jam b. 6 (enam) jam c. 2 (dua) jam d. 4 (empat) jam 11. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. Selain menggunakan radio, Komandan Patroli dapat menggunakan hand phone untuk berkomunikasi selama patroli laut. b. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli hanya menggunakan media radio. c. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli sebaiknya hanya menggunakan media radio. d. Komunikasi dalam pelaporan posisi kapal patroli sebaiknya menggunakan hand phone. 12. Yang tidak termasuk sasaran patroli adalah a. sarana pengangkut berbendera Indonesia yang berada di perairan Indonesia. b. sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Indonesia. c. sarana pengangkut tanpa bendera yang berada di perairan Indonesia. d. sarana pengangkut berupa kapal perang yang berada di perairan Indonesia. 13. Sarana pengangkut berbendera asing yang berada di perairan Internasional a. dapat dilakukan pengejaran dalam rangka hot pursuit b. dapat dilakukan pengejaran dalam kondisi apapun c. dapat dilakukan pengejaran bila diijinkan oleh negara tetangga d. tidak dapat dilakukan pengejaran dalam kondisi apapun DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 63

72 14. Yang tepat dari pernyataan tentang hot pursuit dibawah ini adalah a. pengejaran sarana pengangkut berbendara asing di perairan Internasional b. pengejaran sarana pengangkut berbendara Indonesia dari perairan Indonesia hingga perairan Internasional secara tidak terputus c. pengejaran sarana pengangkut berbendara Indonesia di perairan Internasional d. pengejaran sarana pengangkut berbendara asing dari perairan Indonesia hingga perairan Internasional secara tidak terputus 15. Yang tepat dari pernyataan dibawah ini adalah a. kegiatan dan hasil intelijen darat mendukung kegiatan patroli laut b. kegiatan dan hasil intelijen darat tidak berkaitan dengan kegiatan patroli laut c. kegiatan dan hasil intelijen laut kurang berhubungan dengan kegiatan patroli laut d. kegiatan dan hasil intelijen laut kurang mendukung kegiatan patroli laut 16. Penegahan dilakukan terhadap a. setiap sarana pengangkut yang membawa barang impor/ekspor b. sarana pengangkut yang mengangkut barang-barang impor /ekspor tertentu c. sarana pengangkut yang terbukti melakukan pelanggaran d. sarana pengangkut yang diduga telah melakukan pelanggaran 17. Penegahan dilakukan bilamana sarana pengangkut a. membawa barang impor berupa narkotika atau psikotropika secara ilegal b. membawa barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya c. membawa barang antar pulau d. membawa barang impor yang telah diselesaikan kewajiban pabeannya DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 64

73 18. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. atas suatu penegahan sebaiknya dibuatkan Berita Acara b. atas suatu penegahan wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Nahkoda c. atas suatu penegahan tidak wajib dibuatkan Berita Acara d. atas suatu penegahan wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Komandan Patroli 19. Dokumen yang berisi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan patroli laut mulai pengejaran, penegahan, penyegelan dan penindakan lainnya disebut a. Laporan Patroli b. Jurnal Kapal Patroli c. Buku Jurnal Kapal Patroli d. Buku Laporan Patroli 20. Yang membuat Laporan Patroli adalah a. Nahkoda b. Komandan Patroli c. ABK d. Komandan Patroli atau Nahkoda 21. Yang tercantum dalam Buku Laporan Patroli adalah a. lamanya patroli laut b. uraian hasil patroli c. jumlah petugas yang melaksanakan patroli d. tindak lanjut hasil patroli 22. Dokumen yang digunakan untuk mencatat kegiatan harian selama pelaksanaan patroli disebut a. Buku Jurnal Kapal Patroli b. Laporan Patroli c. Jurnal Kapal Patroli d. Buku Laporan Patroli DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 65

74 23. Yang tidak tercantum dalam Jurnal Kapal Patroli adalah a. Variasi (VAR) b. Kendala Pelayaran (KP) c. Haluan Kemudi (HK) d. rotasi per menit untuk mesin induk (RPM) 24. Yang termuat dalam Surat Perintah Berlayar adalah a. yang menjadi Pengendali Operasi b. kekuatan persenjataan c. yang menjadi Nahkoda d. sarana-sarana yang digunakan dalam patroli 25. Yang tidak termuat dalam Surat Perintah Berlayar adalah a. jenis kapal patroli yang digunakan b. yang menjadi Pengendali Operasi c. yang menjadi Komandan Patroli d. waktu pelaksanaan patroli laut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 66

75 KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KB 1 KB 2 KB 3 1. c 1. d 1. c 2. a 2. a 2. c 3. b 3. b 3. d 4. d 4. c 4. d 5. c 5. d 5. a 6. a 6. a 6. a 7. b 7. b 7. b 8. d 8. c 8. b 9. c 9. d 9. c 10. a 10. a 10. c 11. b 11. b 11. d 12. d 12. c 12. d 13. c 13. d 13. a 14. a 14. a 14. a 15. b 15. b 15. b DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 67

76 KUNCI JAWABAN TES SUMATIF 1. b 2. c 3. b 4. c 5. b 6. c 7. b 8. c 9. b 10. c 11. a 12. d 13. a 14. d 15. a 16. d 17. a 18. d 19. a 20. d 21. b 22. c 23. b 24. c 25. b DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 68

77 DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1996 Tentang Penindakan di Bidang Kepabeanan. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas DJBC. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 30/KMK.05/1997 tentang Tata Laksana Penindakan di Bidang Kepabeanan. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-08/BC/1997 tanggal 30 Januari 1997 tentang Penghentian,Pemeriksaan, dan Penegahan Sarana Pengangkut dan Barang di atasnya, serta Penghentian Pembongkaran dan Penegahan Barang. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-58/BC/1997 tanggal 3 Juni 1997 tentang Patroli Bea dan Cukai. Instruksi Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor INST-15/BC/2000 tanggal 30 Juni 2000 tentang Pedoman Penggunaan dan Pembinaan Kapal Patroli Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau Nomor KEP-60/WBC.04/2009 tanggal Mei 2009 tentang Tata Laksana Kegiatan Patroli Laut. Majalah Warta Bea dan Cukai Edisi 405 bulan Agustus 2008 tentang Patroli Laut DJBC. Majalah Warta Bea dan Cukai Edisi 419 bulan Oktober 2009 tentang Menuju Patroli Laut DJBC Yang Berdaya Guna, Berhasil Guna dan Optimal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 69

78

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PETA KONSEP MODUL i ii iv v vi A B PENDAHULUAN A.1 Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut i DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v Petunjuk Penggunaan Modul... vi Peta Konsep... vii A.

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BARANG, BANGUNAN ATAU TEMPAT LAIN DAN SURAT ATAU DOKUMEN YANG BERKAITAN DENGAN BARANG Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30/KMK.05/1997 TENTANG TATA LAKSANA PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG PENGHENTIAN, PEMERIKSAAN, DAN PENEGAHAN SARANA PENGANGKUT DAN BARANG DI ATASNYA SERTA PENGHENTIAN PEMBONGKARAN DAN PENEGAHAN BARANG

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai) Pendahuluan Dengan semakin majunya dunia

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Yth. 1. Direktur Penindakan dan Penyidikan 2. Para Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 3. Para Pelayanan Utama Bea dan Cukai;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2015, No lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan melalui Surat Nomor: S

2015, No lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan melalui Surat Nomor: S BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2015 KEMENKEU.. Operasi Patroli Laut. Udara. Pengamanan. Penyelamatan. Instalasi. Sarana Operasi. Standar Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI KENDARAAN DI ATAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR Tentang SAR ( SEARCH AND RESCUE ) PENANGANAN KECELAKAAN DIWILAYAH PERAIRAN Lembar,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG TATALAKSANA PENGAWASAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang

Lebih terperinci

PENGAWASAN KEPABEANAN. diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai

PENGAWASAN KEPABEANAN. diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai PENGAWASAN KEPABEANAN Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai, periode 10 Mei 2013) Pendahuluan Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pengamanan hak-hak negara dan agar

Lebih terperinci

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Kuala Namu, 21 September 2016 Latar Belakang & Ruang Lingkup 1 Latar Belakang Adanya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1996 TENTANG SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1996 TENTANG SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1996 TENTANG SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI PELAYARAN NIAGA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN A. Pengertian Pelayaran Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran menyatakan bahwa pelayaran adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-24/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK SERTA PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai nomor KEP-46/PP.5/2012 tanggal 23 April 2012

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis

Lebih terperinci

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR DAN PENGELOLAAN RUMAH AMAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA 142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.350/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MENGHENTIKAN, MEMERIKSA, MEMBAWA DAN MENAHAN KAPAL OLEH KAPAL PENGAWAS PERIKANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TOLITOLI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.91/DJ-PSDKP/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER.91/DJ-PSDKP/2014 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN 1 DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH KHUSUS KEPULAUAN RIAU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH KHUSUS KEPULAUAN RIAU KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH KHUSUS KEPULAUAN RIAU Jln. Jend. Ahmad Yani, Meral - Tg. Balai Karimun Kode Pos- 29632 Telepon : (0777) 31833Faksimili

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut DJBC adalah salah satu instansi di bawah Kementerian Keuangan yang berada di garis terdepan dalam pengawasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 TENTANG TATA LAKSANA PEMBERITAHUAN MANIFES KEDATANGAN SARANA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 17-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 98, 1992 (PERHUBUNGAN. Laut. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK. 01/20 18 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERAS! BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.108, 2017 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6059) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-26/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL

BAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL BAB II PERIHAL ORANG-ORANG *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: A. Pengusaha Kapal/Pemilik Kapal. 1. Nakhoda 2. Awak Kapal 3. Umum. PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK

Lebih terperinci

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553, 2015 KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK TERTENTU

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG KECEPATAN PELAYANAN TEAM QUICK RESPON DITPOLAIR MENDATANGI TKP GANGGUAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 8 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai nomor KEP-46/PP.5/2012 tanggal 23 April 2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523 PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523 NO PERAN KEBAKARAN MENINGGALKAN KAPAL ORANG JATUH KELAUT Lima Kali panjang Tujuh Kali Pendek dan Satu Kali Panjang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN,SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEPARA DENGAN

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-23/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI SERTA PENYELESAIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un No.1563, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberitahuan dan Pengawasan, Indikator yang Mencurigakan, Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran Lain, serta Pengenaan Sanksi Administratif

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci