DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut"

Transkripsi

1

2

3 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut i

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PETA KONSEP MODUL i ii iv v vi A B PENDAHULUAN A.1 Deskripsi Singkat 1 A.2 Prasyarat Kompetensi 2 A.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 3 A.4 Relevansi Modul 3 KEGIATAN BELAJAR 1 Kegiatan Belajar 1: PENGHENTIAN DAN PENEGAHAN 1.1. Uraian dan Contoh a. Penghentian sarana pengangkut laut 6 Tata cara penghentian kapal di tengan laut 8 Pengejaran Hangat (hot pursuit) 10 b. Tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut. 11 Pemeriksan Kapal Laut (Bootzoeking) di tengah laut. 12 Langkah-langkah pemeriksaan sarana pengangkut c. Tata cara penegahan sarana pengangkut laut. 21 Persiapan penegahan Langkah-langkah penegahan Latihan 25 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut ii

5 1.3. Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut 30 2 Kegiatan Belajar 2 : PENYEGELAN DAN PENGAMANAN DOKUMEN 2.1. Uraian dan Contoh a. Penyegelan b. Pendeligeran... c. Pengamanan sarana pengangkut d. Pengamanan Dokumen Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut 42 3 Kegiatan Belajar 3 : TINDAK LANJUT DAN ADMINISTRASI PENINDAKAN 3.1. Uraian dan Contoh a. Penanganan barang tangkapan b. Berita Acara Pemeriksaan... c. Laporan Penindakan d. Surat bukti Penindakan e. Berita Acara serah terima sarana pengangkut /barang Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut 67 PENUTUP 68 TES SUMATIF 69 KUNCI JAWABAN DAFTAR ISTILAH DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iii

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 : Pengejaran Target oleh Kapal Patroli Bea dan Cukai.. 11 Gambar 1.2 : Pemeriksaan Kapal Laut ole h Petugas Bea dan Cukai (1) 16 Gambar 1.3 : Pemeriksaan Kapal Laut ole h Petugas Bea dan Cukai (2) 16 Gambar 1.4 : Petugas patroli Bea dan Cukai sedang memeriksa muatan kapal laut target 17 Gambar 1.5 : Alur penindakan sarana pengangkut. 25 Gambar 2.1 : Pendeligeran sarana pengangkut laut 37 Gambar 3.1 : Contoh Dokumen Pernyataan Hasil Pemeriksaan 44 Gambar 3.2 : Sarana pengangkut yang ditarik tiba di pangkalan Gambar 3.3 : Penyerahan tersangka kepada bagian penyidikan Gambar 3.4 : Contoh Berita Acara Pemeriksaan Pemeriksaan Gambar 3.5 : Contoh Laporan Penindakan Gambar 3.6 : Contoh Surat Bukti Penindakan 54 Gambar 3.7 : Contoh Berita Acara membawa sarana pengangkut / barang. 56 Gambar 3.8 : Contoh Berita Acara serah terima sarana pengangkut / barang 57 Gambar 3.9 : Paspor Gambar 3.10 : Surat Ukur Gambar 3.11 : Passanger / Crew List Gambar 3.12 : Buku Kesehatan Gambar 3.13 : Surat Keterangan Kecakapan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iv

7 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul ini telah disusun secara sistematis mulai penghentian sarana pengangkut, penegahan hingga penyegelan dan tindak lanjut penindakan. Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal pada mata diklat Penindakan dalam Patroli Laut, kami sarankan agar Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul ini. Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan memudahkan Anda untuk mempelajari materi-materi pada modul ini sehingga diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Perlu Anda ketahui modul ini merupakan rangkaian tidak terpisahkan dengan modul yang lain yaitu Persiapan dan Penggunaan Kapal Patroli serta modul Pelaksanaan Patroli Laut. Modul ini disusun untuk diklat teknis substantif spesialis Spesialis Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut yang akan diberikan dalam delapan tatap muka (8 JP). Tentu sangat baik bila sebelum pembelajaran di kelas dimulai, Anda membaca modul ini terlebih dahulu sehingga proses pembelajan di kelas dapat lebih efektif. Untuk mengetahui sejauhmana penguasaan Anda pada modul ini, pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini diberikan tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara mandiri. Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun di luar kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut v

8 DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut vi

9 A. PENDAHULUAN 1. DESKRIPSI SINGKAT Luasnya lautan dalam wilayah teritorial Republik Indonesia yang merupakan bagian dari daerah pabean Indonesia merupakan tantangan tugas yang tidak ringan untuk diemban Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pada sisi yang lain masih cukup banyak pegawai Bea dan Cukai yang belum memahami hak dan kewajiban serta wewenangnya dalam kegiatan patroli dan pemeriksaan kapal dan/atau barang diatasnya. Modul ini membahas tentang penindakan dalam patroli laut mulai dari penghentian sarana pengangkut laut, pelaksanaan pemeriksaan, penegahan, penyegelan, pendeligeran, pengamanan dokumen, tindak lanjut penanganan barang dan sarana pengangkut laut hingga pendokumentasian seluruh aktivitas penindakan yang telah dilakukan. Modul Penindakan Dalam Patroli Laut ini ini disusun secara khusus untuk diajarkan pada DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut. Modul ini penting untuk diajarkan agar para pegawai yang bertugas dalam patroli laut memiliki bekal yang memadai untuk melaksanakan tugas, mengingat begitu luasnya lautan Indonesia dengan ragam permasalahan pelanggaran aturan kepabeanan yang tidak sedikit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap atas materi Penindakan Dalam Patroli Laut, modul ini disusun dalam tiga kegiatan belajar (KB). Materi yang akan disajikan pada kegiatan belajar pertama berkaitan dengan pengertian penindakan dalam patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. tata cara DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 1

10 penghentian sarana pengangkut laut, tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut, dan tata cara penegahan sarana pengangkut laut. Kegiatan belajar kedua berisi tata cara penyegelan sarana pengangkut, tata cara pendeligeran sarana pengangkut, pengamanan sarana pengangkut, pengamanan dokumen sarana pengangkut. Selanjutnya pada kegiatan belajar ketiga akan dijelaskan, penanganan barang tangkapan, Berita Acara Pemeriksaan, laporan penindakan, Surat Bukti Penindakan, Berita Acara serah terima barang dan sarana pengangkut. Materi pada kegiatan belajar ketiga pada prinsipnya berisi penanganan barang tangkapan dan kegiatan administratif penindakan yang telah dilakukan. Perlu pembaca ketahui bahwasannya materi pada modul ini telah disusun secara sistematis sesuai dengan urutan kegiatan penindakan pada patroli laut sehingga diharapkan dapat dengan mudah dipahami baik oleh peserta diklat maupun oleh pegawai lainnya. 2. PRASYARAT KOMPETENSI Untuk mempelajari modul ini idealnya Anda telah ditunjuk sebagai Peserta DTSS Diklat Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Pangkat minimal II/c b. Telah lulus diklat tingkat substantif dasar (DTSD) atau telah mengikuti Program Diploma III Bea dan Cukai c. Usia maksimal 50 tahun d. Berkepribadian tanggap, tegas dan cekatan e. Sehat jasmani dan rohani DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 2

11 3. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Standar kompetensi. Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan kegiatan penindakan dalam patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar yang diharapkan dari peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan: 1. tata cara penghentian sarana pengangkut laut 2. tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut, 3. tata cara penegahan sarana pengangkut laut, 4. tata cara penyegelan dan pendeligeran sarana pengangkut, 5. pengamanan dokumen dan sarana pengangkut, 6. penanganan barang tangkapan, 7. Berita Acara Pemeriksaan, 8. Laporan Penindakan dan Surat Bukti Penindakan, 9. Berita Acara serah terima barang dan sarana pengangkut. 4. RELEVANSI MODUL Relevansi modul terhadap pelaksanaa tugas yang akan dilakukan peserta diklat adalah sebagai berikut : 1. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang lengkap tentang penindakan pada patroli laut. 2. Materi modul ini dilengkapi dengan petunjuk praktis pelaksanaan penindakan pada patroli laut untuk memudahkan siswa memahami materi dimaksud. 3. Materi modul ini dilengkapi dengan ilustrasi dan gambar yang berkaitan dengan kegiatan penindakan pada patroli laut yang telah dilaksanakan pada beberapa kegiatan patroli di lapangan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 3

12 B. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN BELAJAR PENGHENTIAN DAN PENEGAHAN 1 Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan tata cara penghentian sarana pengangkut laut 2. Mampu menjelaskan tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut 3. Mampu menjelaskan tata cara penegahan sarana pengangkut laut 1.1 Uraian dan Contoh Sekilas Tentang Penindakan dalam Patroli Laut Penindakan terhadap barang dan/atau sarana pengangkut serta bangunan atau tempat lain adalah suatu wewenang kepabeanan yang bersifat administratif dalam rangka menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan larangan dan pembatasan. Disadari bahwa penindakan tersebut tentunya akan menghambat kelancaran arus barang dan mengakibatkan keadaan yang kurang memuaskan bagi pemiliknya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya dituntut kesadaran yang tinggi berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan bersifat objektif Pejabat Bea dan Cukai yang akan melaksanakan penindakan harus telah mempunyai petunjuk yang cukup atas tindakan yang akan diambilnya dan tetap mengutamakan tingkat pelayanan yang tinggi serta memberikan kepastian bagi DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 4

13 pemilik barang dan orang yang dikenakan penindakan. Setiap penindakan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum berdasarkan alasan dan bukti yang cukup untuk mendapatkan penyelesaian akhir berupa penyidikan terhadap tindak pidana atau pengenaan sanksi administratif berupa denda atau penyerahan kembali kepada pemiliknya. Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang-Undang dibidang Kepabeanan. Penindakan meliputi: 1. Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut; 2. Pemeriksaan terhadap barang, bangunan atau tempat lain, surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang, atau terhadap orang; 3. Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut; 4. Penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut. Penindakan yang dilakukan dengan menggunakan sarana kapal patroli harus dilaksanakan oleh suatu Satuan Tugas Bea dan Cukai yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Tugas/Komandan Patroli Bea dan Cukai. Adapun sasaran patroli akan meliputi wilayah perairan Indonesia maupun wilayah perairan internasional, termasuk juga dalam rangka pengejaran tidak terputus (hot pursuit). Sarana pengangkut yang menjadi obyek pengawasan akan meliputi sarana pengangkut berbendera Indonesia, sarana pengangkut berbendera asing, dan sarana pengangkut tanpa bendera, kecuali kapal perang. Komandan Patroli akan bertanggungjawab dan menyampaikan laporan kepada Kepala Seksi Penindakan sebagai komandan satuan tugas operasi yang bertugas memimpin operasi-operasi kapal patroli bea dan cukai di laut. Suatu kegiatan operasi patroli laut bea dan cukai akan berakhir disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Surat Perintah (SPP/SPB) habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang, b. Atas perintah/persetujuan atasan, c. Target operasi tercapai (khusus untuk patroli khusus/speedboat atau VSV). DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 5

14 Sementara itu kegiatan pelaksanaan patroli laut dapat dikatakan berhasil apabila : a. Kegiatan upaya penyelundupan dan/atau tindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai di wilayah perairan yang menjadi tugas pengawasan kapal patroli menjadi berkurang. b. Kapal patroli berhasil melakukan penegahan Sarana Pengangkut yang menjadi target operasi yang diinformasikan oleh pejabat yang berwenang. c. Satuan Tugas Patroli berhasil melakukan penegahan Sarana Pengangkut yang menjadi target operasi yang diinformasikan oleh pejabat yang berwenang. d. Terciptanya suasana kondusif dan aman di wilayah perairan yang diawasi oleh kapal patroli. e. Keselamatan petugas yang melaksanakan tugas patroli tetap terjaga. a. Penghentian Sarana Pengangkut Laut Penghentian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap sarana pengangkut serta barang di atasnya bertujuan untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya peraturan perundang-undangan yang pelaksanaannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penghentian sarana pengangkut di laut dan di perairan lainnya terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya. Demikian juga penghentian sarana pengangkut di darat, terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di darat. Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut serta barang diatasnya. Sarana Pengangkut yang disegel oleh penegak hukum lain atau dinas pos dikecualikan dari pemeriksaan sarana pengangkut. Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan pembongkaran barang dari sarana pengangkut apabila ternyata barang yang dibongkar tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Petugas yang melakukan penghentian kapal segera melaporkan penghentian sarana pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 6

15 menerbitkan Surat Perintah dalam waktu 1 X 24 jam terhitung sejak penghentian dilakukan. Dalam hal Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang tidak menerbitkan Surat Perintah dalam waktu 1 X 24 jam sejak menerima laporan dari Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan penghentian, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya. Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang menerbitkan Surat Perintah adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk. Adapun rincian pejabat Bea dan Cukai yang berwenang menerbitkan Surat Perintah (terdiri dari Direktur Jenderal dan Pejabat yang ditunjuk), adalah sebagai berikut : 1. Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk, 2. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan dan Investigasi atau Pejabat yang ditunjuk, 3. Kepala Kantor Wilayah, 4. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan dan Investigasi atau Pejabat yang ditunjuk, 5. Kepala Kantor Pabean, 6. Pejabat Eselon IV dan V pada Kantor Pabean yang menangani Pencegahan dan Investigasi. Dalam menghentikan sarana pengangkut, Satuan Tugas dapat menggunakan kapal patroli, atau sarana pengangkut lainnya, dan senjata api dalam hal diperlukan. Setiap penghentian sarana pengangkut dengan menggunakan kapal patroli, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib mencatat dalam jurnal kapal patroli. Satuan Tugas dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Tugas/Komandan Patroli Bea dan Cukai. Penghentian sarana pengangkut di laut dan di perairan lainnya terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya. Isyarat penghentian kapal dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan pengangkut wajib mematuhi. Dalam hal isyarat penghentian kapal tidak dipatuhi, maka dilanjutkan dengan tindakan upaya paksa yang dapat menghentikan/melumpuhkan kapal yang menjadi obyek penghentian. Setiap tindakan penghentian dan pemberian peringatan yang dilakukan oleh Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai tersebut, wajib dibuat Laporan Penindakan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 7

16 Penghentian sarana pengangkut untuk pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya dalam rangka penindakan dilakukan oleh Satuan Tugas yang terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) Pejabat Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang dikeluarkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang dan diterbitkan berdasarkan petunjuk yang cukup. Penghentian sebagaimana dimaksud dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai tanpa Surat Perintah hanya dalam keadaan mendesak dan berdasarkan petunjuk yang cukup bahwa sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya belum dipenuhi/ diselesaikan kewajiban pabeannya, tersangkut pelanggaran Kepabeanan, Cukai atau peraturan larangan/ pembatasan impor atau ekspor. Keadaan mendesak sebagaimana dimaksud adalah suatu keadaan dimana penegahan harus seketika itu dilakukan dan apabila tidak dilakukan dalam arti harus menunggu surat perintah terlebih dahulu, barang dan sarana pengangkut tidak dapat lagi ditegah sehingga penegakan hukum tidak dapat lagi dilakukan. Petunjuk yang cukup sebagaimana dimaksud adalah bukti permulaan ditambah dengan keterangan dan data yang diperoleh antara lain laporan pegawai, laporan hasil pemeriksaan biasa, keterangan saksi dan/atau informan, hasil intelijen atau hasil pengembangan penyelidikan dan penyidikan. Tatacara Penghentian Kapal ditengah laut 1. Penghentian kapal di tengah laut harus dilakukan secara selektif, sehingga penghentian tersebut tidak mengakibatkan tergangggunya perjalanan kapal ke pelabuhan tujuan. Jadi penghentian kapal di tengah laut jangan dilakukan apabila tidak memiliki dasar yang akurat. Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan dasar bagi seorang komandan patroli untuk memerintahkan dihentikannya sarana pengangkut kemudian melakukan pemeriksaan, yaitu bila kapal tersebut keluar dari jalur yang ditentukan, bila kapal tersebut masuk dalam daftar hitam, dan bila terdapat informasi intelijen dari kantor pusat, Kantor Wilayah, maupun Kantor Pelayanan. 2. Penghentian kapal yang dicurigai melakukan pelanggaran dilakukan dengan terlebih dahulu diberikan isyarat, berupa isyarat tangan, bunyi, lampu, radio, DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 8

17 atau lainnya yang lazim digunakan bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya. 3. Isyarat perintah berhenti yang lazim terhadap sarana pengangkut yang dicurigai dilakukan dengan memberikan tanda yang dapat dilihat atau didengar, yaitu dengan cara sebagai berikut : a. Membunyikan alat bunyi yang ada di kapal patroli (klakson, sirene, suling, dsb). b. Memberikan perintah berhenti dengan pengeras suara. c. Memberikan tanda dengan tangan maupun lampu sorot (aldis). d. Menggunakan sarana komunikasi radio internasional (Channel 16 VHF). e. Mengibarkan bendera semboyan huruf L (tanda berhenti internasional). 4. Isyarat sebagaimana dimaksud wajib dipatuhi oleh sarana pengangkut. Dalam hal isyarat sebagaimana dimaksud tidak dipatuhi dilanjutkan dengan tembakan peringatan yang tahapannya sebagai berikut : - tembakan pertama dilakukan dengan peluru hampa diarahkan ke atas sebanyak 3 (tiga) kali, - tembakan kedua dilakukan 45 ke satu sisi di mana kilatannya dapat dilihat oleh kapal yang bersangkutan, - tembakan ketiga diarahkan ke depan haluan sehingga kilatannya dapat terlihat. 5. Dalam hal cara-cara tersebut diatas tidak diindahkan oleh sarana pengangkut yang dicurigai, maka dapat dilakukan perintah berhenti dengan upaya paksa berupa tembakan peringatan diarahkan ke bagian yang menghambat /melumpuhkan sarana pengangkut yang dilakukan secara berurutan sebagai berikut: a. Melepaskan tembakan peluru tajam ke ruang kemudi sedemikian rupa sehingga tidak melukai awak sarana pengangkut yang dicurigai. b. Melepaskan tembakan peluru tajam ke arah bagian mesin sedemikian rupa sehingga tidak melukai awak sarana pengangkut yang dicurigai. c. Mengambil tindakan tegas dan keras yang seimbang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta kepentingan yang harus dilindungi. 6. Terhadap setiap jenis penghentian wajib dicatatkan dalam jurnal kapal patroli yang ditandatangani Nakhoda Kapal Patroli Bea dan Cukai. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 9

18 7. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan. Pengejaran Hangat (Hot Persuit) Dalam hal kapal yang coba dihentikan tersebut tidak berhenti, bahkan melarikan diri, maka komandan patroli dapat segera melakukan perintah pengejaran. Bila kapal tersebut keluar dari wilayah laut teritorial, maka pengejaran tersebut dapat terus dilakukan sepanjang pengejarannya dilakukan tanpa henti, atau tidak terputus-putus. Pengejaran yang tidak terputus-putus inilah yang disebut dengan hot persuit atau pengejaran hangat. Hot Persuit dapat dilakukan sampai ke laut lepas, dan harus berhenti bila kapal yang dikejar tersebut masuk ke laut teritorial negara lain. Hot persuit juga dapat dilakukan secara bergantian dengan sarana pengejar lain, misalnya sarana pengejar pertama adalah kapal patroli kemudian dilanjutkan dengan pesawat udara, hal ini dapat saja dilakukan asalkan pengejaran tersebut dilakukan tanpa henti-henti. Penting untuk diketahui aturan dalam pengejaran suatu kapal di laut yaitu setiap kapal yang menyusul kapal lain harus menyimpangi kapal yang dikejar (disusul). Kapal diangggap sedang menyusul bilamana mendekati kapal lain dari jurusan lebih dari 22,5 derajat di belakang arah melintang sehingga terhadap kapal yang disusul di malam hari yang terlihat adalah hanya penerangan buritan saja. Bilamana dua kapal bertemu dengan haluan berhadapan atau hampir berhadapan sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing kapal harus mengubah haluannya ke kanan sehingga saling berpapasan pada lambung kirinya. Kondisi sebagaimana tersebut diatas sangat mungkin terjadi di malam hari. Hal itu dapat terlihat dari penerangan tiang kapal lain segaris atau hampir segaris dan juga dapat terlihat dari kedua penerangan lambung. Dalam hal kapal ragu-ragu apakah situasi demikian ada atau tidak maka harus dianggap ada dan bertindak sebagaimana telah dijelaskan di atas. Illustrasi tindakan pengejaran dalam kegiatan patroli laut bea dan cukai dapat dilihat dalam gambar berikut ini : DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 10

19 Gambar 1.1 Pengejaran Target oleh Kapal Patroli Bea dan Cukai b. Tatacara Pemeriksaan Sarana Pengangkut Sarana pengangkut yang tiba dari luar daerah pabean mempunyai resiko untuk dijadikan alat untuk melakukan pelanggaran di bidang kepabeanan. Hal ini mengingat banyak pihak memiliki akses terhadap sarana pengangkut ketika sarana pengangkut tersebut berada di luar daerah pabean. Dapat Anda bayangkan bagaimana ramainya suatu pelabuhan laut internasional atau bandara internasional. Belum lagi bila hal tersebut dikaitkan dengan kemungkinan adanya konspirasi internal antara pelaku pelaku dengan oknum di lingkungan agen sarana pengangkut tersebut. Dari pemikiran seperti itu maka pemeriksaan sarana pengangkut menjadi penting, hal ini dimaksudkan agar hak-hak negara, berupa penerimaan pajak, dapat terjamin. Juga agar jangan sampai barang-barang impor yang masuk jenis larangan dan pembatasan masuk secara illegal dengan menggunakan sarana pengangkut tersebut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 11

20 Tujuan penghentian Kapal untuk dilakukan pemeriksaan kapal, pemeriksaan kapal dilakukan dengan cara konvensional dan dengan cara modern. Pengertian dari pemeriksaan dengan cara konvensional adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat dan peralatan yang sederhana, yang dominan menggunakan pengalaman dalam pelaksanaan tugas, dan biasanya dilakukan untuk kapal yang belum memiliki peralatan dan kelengkapan yang modern. Sedangkan pemeriksaan kapal secara modern adalah pemeriksaan kapal secara sistematik dengan menggunakan peralatan modern dan dibutuhkan keahlian khusus dibidang pemeriksaan kapal, yaitu patroli dan pemeriksaan sarana pengangkut. Untuk keperluan pemeriksaan sarana pengangkut atas permintaan atau isyarat Pejabat Bea dan Cukai pengangkut wajib menghentikan sarana pengangkutnya.pejabat Bea dan Cukai berwenang meminta agar sarana pengangkut dibawa ke Kantor Pabean atau tempat lain yang sesuai untuk keperluan pemeriksaan. Atas permintaan Pejabat Bea dan Cukai, pengangkut wajib membuka sarana pengangkut atau bagiannya untuk diperiksa.segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pemeriksaan merupakan tanggung jawab pengangkut, apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran ketentuan Undang-undang; Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, apabila dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran ketentuan Undang-undang. Pemeriksaan Kapal Laut (Bootzoeking) di Tengah Laut Setelah kapal berhenti, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap kapal tersebut atau bootzoeking. Langkahlangkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan bootzoeking adalah sebagai berikut : - temui nakhoda kapal yang bersangkutan dan tunjukan Surat Tugas dan informasi kan bahwa kapal tersebut akan periksa. - minta dan lakukan pemeriksaan terhadap surat-surat kapal (Surat Laut/Pas Kapal, Jurnal Kapal,Surat Muatan Kapal berupa manifes,store list,crew list, stowage plan). DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 12

21 - periksa kapal dengan didamping oleh seorang perwira kapal. Pemeriksaan dilakukan secara sederhana dan taktis, tidak perlu mendetail, namun mengarah ke tempat-tempat utama yang menjadi sasaran. Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan dari pemeriksaan Kapal tersebut, antara lain : - kedapatan barang-barang yang tidak tercantum dalam manifest, - kedapatan barang-barang yang disembunyikan, - kedapatan barang-barang perbekalan yang jumlahnya melebihi kewajaran, - kedapatan barang-barang larangan yang membahayakan keamanan, - terdapat barang larangan seperti narkotika atau psioktropika. Bila dalam pemeriksaan tersebut terdapat barang dagangan yang cukup banyak sementara di dalam manifest diberitahukan nihil, atau barang larangan yang mem-bahayakan keamanan (seperti senjata api dan sejenisnya), atau barang larangan berupa narkoba, atau barang yang tidak diberitahukan 50% lebih banyak dari yang diberitahukan dalam manifes, maka terhadap kapal tersebut dapat dilakukan penderigeran atau ditarik ke kantor atau kantor pelayanan Bea dan Cukai yang mudah dicapai. Sedangkan bila tidak maka seluruh barang-barang dagangan yang ditemukan diperintahkan untuk dikumpulkan dalam satu ruangan/tempat, kemudian disegel dan dibuatkan Berita Acara Penyegelean rangkap tiga. Lembar 1 dipegang oleh komandan patroli, sedangkan lembar 2 dan 3 serahkan kepada nakhoda yang bersangkutan. Selanjutnya kapal tersebut dapat melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan tujuan. lalu informasikan kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tujuan tentang adanya penyegelan barang-barang dimaksud untuk penyelesaian lebih lanjut. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat pelanggaran, maka kapal segera diizinkan untuk melanjutkan perjalanan. Namun, Surat Pernyataan pemeriksaan harus tetap dibuat, sebagai laporan kepada atasan yang memberikan perintah patroli. Hal yang perlu diingat dalam melakukan pemeriksaan kapal laut adalah bahwa kapal laut yang telah disegel oleh instansi lain atau Dinas Pos tidak dapat dilakukan pemeriksaan oleh petugas Bea dan Cukai. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 13

22 Langkah-langkah pemeriksaan sarana pengangkut 1. Petugas pemeriksa dan petugas pengamanan turun secara bersamaan ke sarana pengangkut yang akan diperiksa. 2. Dalam melaksanakan pemeriksaan petugas melakukannya dengan urutan sebagai berikut : a. Menemui nakhoda atau pengurus SP untuk menunjukan surat perintah, dan menjelaskan maksud serta tujuan pemeriksaan. b. Memeriksa surat-surat muatan (manifest, bill of lading, store list, tally list, dsb); surat-surat awak kapal (crew list, passenger list, paspor, buku kesehatan, dsb); dan surat-surat kapal (surat laut atau Pas, surat izin berlayar, jurnal kapal, dsb). c. Meminta nakhoda atau pengurus SP untuk menyaksikan pemeriksaan yang akan dilakukan. d. Memeriksa muatan/barang di semua ruangan yang ada (palka, ruang ABK, ruang mesin, dek, dan ruang-ruang tersembunyi), serta mencocokkannya dengan manifest atau dokumen lainnya. e. Komandan patroli dapat memerintahkan atau membawa SP ke KPPBC terdekat atau Kantor Penerbit Surat Perintah untuk dilakukan pemeriksaan, dalam hal pemeriksaan muatan barang SP tidak dapat dilakukan di laut. f. Membuat berita acara hasil pemeriksaan untuk ditandatangani Komandan Patroli dan nakhoda atau pengurus SP. g. Membuatkan surat pernyataan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa pemeriksaan berjalan dengan tertib dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak yang diperiksa, untuk ditandatangani nakhoda atau pengurus SP. h. Mencatat posisi dan tanggal/waktu pemeriksaan, serta melaporkan hasil pemeriksaan kepada Komandan Patroli. i. Berdasarkan hasil pemeriksaan Komandan Patroli memutuskan ada tidaknya pelanggaran yang telah dilakukan oleh sarana pengangkut yang diperiksa. 3. Dalam hal tidak terdapat pelanggaran, Komandan Patroli memerintahkan Nakhoda SP yang diperiksa untuk melanjutkan perjalanannya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 14

23 4. Dalam hal terdapat pelanggaran Komandan Patroli melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Memanggil nakhoda/pengurus SP yang diperiksa, dan memberitahukan bahwa ia akan melakukan penindakan sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan. b. Memerintahkan petugas pemeriksa dan petugas pengamanan untuk mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan jenis penindakan yang dilakukan. c. Berkoordinasi dengan nakhoda dalam melaksanakan pengamanan hasil tindakan. 5. Nakhoda BC mencatat ke dalam jurnal kapal tentang posisi, tanggal/waktu dan semua kejadian sejak penghentian, pemeriksaan, sampai penindakan yang dilakukan. a. Dalam hal di tempat penghentian tidak mungkin dilakukan pemeriksaan karena alasan mengganggu ketertiban umum; dan membahayakan keselamatan pengangkut, sarana pengangkut atau Pejabat Bea dan Cukai,Satuan Tugas Bea dan Cukai memerintahkan pengangkut untuk membawa sarana pengangkut ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan, Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah. b. Dalam hal pengangkut tidak mematuhi perintah sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai dapat melakukan upaya paksa untuk membawa sarana pengangkut ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan; Kantor Pabean terdekat; atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah. Illustrasi tindakan pemeriksaan atas sarana pengangkut/kapal laut dalam kegiatan patroli laut bea dan cukai dapat dilihat dalam gambar berikut ini : DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 15

24 Gambar 1.2 Pemeriksaan kapal laut oleh Petugas Patroli Bea dan Cukai (1) Gambar 1.3 Pemeriksaan kapal laut oleh Petugas Patroli Bea dan Cukai (2) DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 16

25 Gambar 1.4 Petugas Patroli Bea dan Cukai sedang memeriksa muatan kapal laut target Pemeriksaan Ditempat Penghentian Atau Tempat Yang Sesuai Untuk Pemeriksaan Satuan Tugas Bea dan Cukai yang melakukan pemeriksaan sarana pengangkut wajib menunjukkan Surat Perintah kepada pengangkut dan memberitahukan maksud dan tujuan pemeriksaan. 1. Dalam pemeriksaan, pengangkut wajib menunjukkan semua surat dan dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya serta denah situasi bagi sarana pengangkut di laut kepada Pejabat Bea dan Cukai. 2. Dalam hal pengangkut tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai berwenang mencari semua surat dan dokumen dan memeriksa tempat-tempat dimana disimpan surat atau dokumen yang diperlukan. 3. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan 4. Untuk keperluan pemeriksaan barang di atas sarana pengangkut, pengangkut atau kuasanya wajib: DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 17

26 a. menunjukkan bagian-bagian/tempat-tempat dimana disimpan barang b. menyerahkan barang dan membuka peti kemas/kemasan barang; dan c. menyaksikan pemeriksaan. 5. Dalam hal pengangkut atau kuasanya tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan karena jabatan. 6. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan a. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya b. Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya ditegah dan dibawa ke Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah dan diserahkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai untuk penyelidikan/penyidikan lebih lanjut. 7. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya, Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan 8. Atas penyerahan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Serah Terima 9. Atas pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Surat Bukti Penindakan dengan menyebutkan alasan dan hasil pemeriksaan atau jenis pelanggaran. Pemeriksaan Di Kantor Pabean Terdekat Atau Kantor Pabean Tempat Kedudukan Pejabat Penerbit Surat Perintah 1. Satuan Tugas Bea dan Cukai yang melakukan penghentian sarana pengangkut menyerahkan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya kepada Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang melakukan pemeriksaan dengan Berita Acara Serah Terima DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 18

27 2. Pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya sebagaimana dimaksud dalam poin1 dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang 3. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya, Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan a. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya b. Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, Pejabat Bea dan Cukai melakukan penegahan dan menyerahkan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai untuk penyelidikan/ penyidikan lebih lanjut 4. Atas penyerahan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dari Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan pemeriksaan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai dibuatkan Berita Acara Serah Terima 5. Atas pemeriksaan dan atau penegahan sebagaimana dimaksud di atas, Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Surat Bukti Penindakan Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pemeriksaan merupakan tanggung jawab : 1. Pengangkut, apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran ketentuan undang-undang 2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, apabila dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran ketentuan undang-undang. Satuan Tugas Bea dan Cukai memerintahkan pengangkut untuk membawa kapalnya ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan, Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit surat perintah, sekarang ketentuannya dapat dibawa ke tempat atau kantor pabean yang mudah dicapai. Satuan tugas bea dan cukai yang melakukan pemeriksaan kapal di tempat penghentian atau tempat yang sesuai untuk pemeriksaan, wajib menunjukkan surat perintah kepada pengangkut; dan memberitahukan maksud dan tujuan pemeriksaan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 19

28 Dalam pemeriksaan pengangkut wajib menunjukkan semua surat dan dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya serta denah situasi bagi kapal di laut kepada pejabat Bea dan Cukai. Bagaimana kalau pengangkut tidak memenuhi kewajibannya? Satuan tugas Bea dan Cukai berwenang mencari semua surat dan dokumen dan memeriksa tempat-tempat dimana disimpan surat atau dokumen yang diperlukan. Setiap tindakan, satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan. Untuk keperluan pemeriksaan barang di atas kapal, pengangkut/nakhoda atau kuasanya wajib menunjukkan bagian-bagian/tempat-tempat dimana barang disimpan, menyerahkan barang dan membuka peti kemas/kemasan barang dan menyaksikan pemeriksaan. Dalam hal pengangkut atau kuasanya tidak memenuhi kewajibannya, satuan tugas Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan karena jabatan. Setiap tindakan pemeriksaan kapal secara jabatan, Satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya. Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, kapal dan/atau barang di atasnya ditegah dan dibawa ke Kantor Pabean yang mudah dicapai atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah dan diserahkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai (PPNC DJBC) untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. Atas hasil pemeriksaan kapal dan/atau barang di atasnya, pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Penyerahan kapal dan/atau barang di atasnya, Satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Serah Terima. Pemeriksaan kapal dan/atau barang di atasnya Satuan tugas Bea dan Cukai, wajib membuat Surat Bukti Penindakan dengan menyebutkan alasan dan hasil pemeriksaan atau jenis pelanggaran. Pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 20

29 atasnya, Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan. Dalam rangka pemeriksaan kapal, diperlukan juga pengetahuan ketentuan dan terminologi nautika, nautika ini penting agar kapal berlayar tidak ada gangguan teknis, maupun non teknis. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Yang Diputuskan Komandan Patroli Sasaran penegahan adalah Sarana Pengangkut yang diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah/akan melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undangundang Nomor 17 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lain yang penegakan hukumnya dititipkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. c. Tata Cara Penegahan Sarana Pengangkut Laut Pengertian Penegahan Penegahan adalah tindakan administratif untuk menunda pengeluaran, pemuatan, dan pengangkutan barang impor atau ekspor sampai dipenuhinya kewajiban pabean. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan penegahan terhadap : a. Barang impor yang berada di Kawasan Pabean yang oleh pemiliknya akan dikeluarkan ke peredaran bebas tanpa memenuhi kewajiban pabean, b. Barang impor yang keluar dari Kawasan Pabean yang berdasarkan petunjuk yang cukup belum memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban pabeannya, c. Barang ekspor yang berdasarkan petunjuk yang cukup belum memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban pabeannya, d. Sarana pengangkut yang memuat barang yang belum dipenuhi kewajiban pabeannya, e. Sarana pengangkut yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 21

30 Penegahan tidak dapat dilakukan terhadap: a. Paket atau barang yang disegel oleh Penegak Hukum lain atau Dinas Pos, b. Barang yang berdasarkan hasil pemeriksaan ulang atas Pemberitahuan atau Dokumen Pelengkap Pabean menunjukkan adanya kekurangan pembayaran Bea Masuk, c. Sarana pengangkut yang disegel oleh Penegak Hukum lain atau Dinas Pos, d. Sarana pengangkut milik Negara atau Negara Asing. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai dikuasai negara dan disimpan di Tempat Penimbunan Pabean. Pemilik barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat bukti penegahan, dengan ketentuan menyebutkan alasan-alasan keberatan, dan melampirkan bukti-bukti yang menguatkan keberatan. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah diselesaikan dengan cara sebagai berikut: 1. diserahkan kembali kepada pemiliknya, dalam hal telah memenuhi kewajiban pabean: a. penegahan barang dan/atau sarana pengangkut yang dilakukan tanpa surat perintah penegahan karena alasan mendesak dan perlu, tidak mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal, b. keberatan yang diajukan oleh pemilik barang dan/atau sarana pengangkut diterima oleh Menteri, c. keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tidak mendapat putusan Menteri setelah lewat waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya permohonan keberatan, d. tidak diperlukan untuk bukti di pengadilan, setelah diserahkan uang pengganti yang besarnya tidak melebihi harga barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah. 2. dimusnahkan karena barang tersebut busuk, 3. dilelang, karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya, atau pengurusannya memerlukan biaya tinggi, sepanjang bukan merupakan barang yang dilarang atau dibatasi, DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 22

31 4. diserahkan kepada penyidik sebagai bukti dalam proses penyidikan, 5. dalam hal menyangkut barang yang dilarang atau dibatasi, menjadi milik negara. Persiapan Penegahan Sarana Pengangkut Laut 1. Sebelum menyandarkan kapal patroli ke SP yang akan ditegah, Komandan Patroli/Nakhoda BC harus mempertimbangkan keadaan cuaca, kondisi kapal, keselamatan kapal dan ABK BC, serta posisi SP yang akan ditegah. 2. Komandan Patroli berkoordinasi dengan Nakhoda BC menunjuk dan memberikan arahan kepada : a. Paling sedikit 1 (satu) orang tugas pemeriksa untuk memeriksa kapal. b. Paling sedikit 1 (satu) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk mengamankan petugas pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. c. Paling sedikit 2 (dua) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk berjaga-jaga di geladak kapal patroli. d. Petugas pemeriksa wajib mengenakan baju pelampung (life jacket) dan membawa perlengkapan pemeriksaan seperti peralatan tulis menulis, peralatan kerja (tang, obeng, alat pemotong, alat ukur, senter, kamera, dan sebagainya), peralatan komunikasi, serta peralatan penyegelan. e. Petugas pengamanan wajib mengenakan baju pelampung (life jacket), peralatan komunikasi, dan selalu dalam keadaan siaga dengan senjata api. 3. Komandan patroli dan Nakhoda BC bertanggung jawab terhadap kelancaran, ketertiban, dan keamanan proses pemeriksaan, kelancaran lalu lintas kapalkapal lainnya, serta selalu siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Langkah-langkah Penegahan 1. Komandan Patroli memerintahkan Pembantu Kopat untuk melakukan pengamanan terhadap Sarana Pengangkut dan dokumen-dokumen yang ada di Sarana Pengangkut yang dapat dijadikan sebagai barang bukti dalam proses penyelidikan dan penyidikan, serta Nahkoda kapal membuat Surat Pernyataan Penyerahan Manifest dan Dokumen Kapal. Apabila diperlukan, DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 23

32 Komandan Patroli berkoordinasi dengan Nakhoda BC memerintahkan kepada ABK kapal patroli untuk membantu pelaksanaan tugas. Nakhoda BC dan ABK kapal patroli diutamakan bersiaga di Kapal Patroli dengan tetap memperhatikan tugasnya di kapal patroli. 2. Terhadap penegahan tersebut wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Komandan Patroli, meliputi sekurang-kurangnya: a. Laporan Kejadian b. Berita Acara Pemeriksaan c. Laporan Penindakan d. Surat Bukti Penindakan e. Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut / Barang 3. Apabila pada saat penegahan terjadi kejadian-kejadian penting, maka Komandan Patroli menginformasikan kepada Pusdalops (Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi, Kepala Seksi Penindakan atau pejabat lain yang ditunjuk). 4. Komandan Patroli menempatkan minimal 2 (dua) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di Sarana Pengangkut yang ditegah dalam rangka pengamanan selama proses penarikan ke Kantor Terdekat atau Kantor Lain sesuai arahan Pusdalops (Misalnya Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau) dan dalam perjalanan tersebut Komandan Patroli atau Nahkoda selalu melakukan komunikasi dengan ABK Kapal Patroli yang ditunjuk tersebut. 5. Sesampainya di pangkalan/dermaga Kantor Bea Cukai terdekat/kantor Tujuan (Misal Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau), Komandan Patroli menyerahkan hasil tangkapan kapal patroli dan laporan penangkapan kepada Kepala Seksi Penindakan dan/atau Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi. 6. Dalam hal tangkapan hasil patroli diserahkan ke KPPBC terdekat, Komandan Patroli menyerahkan laporan penangkapan, berkas penindakan, tersangka, dan barang bukti kepada Kepala Seksi P2 KPPBC terdekat tersebut. 7. Komandan Patroli melaporkan penyerahan hasil tangkapan ke KPPBC terdekat kepada Kepala Seksi Penindakan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 24

33 Nah setelah Anda belajar secara lengkap kegiatan belajar pertama, bila materi tersebut diringkas terlihat sebagaimana gambar 1.1 dibawah ini. Gambar 1.5 Alur penindakan sarana pengangkut 1.2 Latihan Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1, coba kerjakan latihan-latihan berikut ini. 1. Apa alasan dilakukannya pemeriksaan sarana pengangkut? 2. Apa dasar hukum pemeriksaan sarana pengangkut? 3. Apa yang dimaksudkan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai? 4. Sebutkan dokumen apa saja yang dapat dijadikan bahan utama dalam melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean! 5. Jelaskan perbedaan antara penahanan dengan penegahan? Jelaskan pendapat saudara! 1.3 Rangkuman 1. Setiap sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean yang berpotensi dijadikan alat untuk melakukan pelanggaran merupakan obyek pemeriksaan sarana pengangkut. 2. Pemeriksaan didahului dengan penghentian sarana pengangkut yang akan diperiksa. Penegahan dilakukan pejabat bilamana diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah/akan dillakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 25

34 1.4 Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1, kerjakan tes formatif berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Yang tidak termasuk ruang lingkup penindakan adalah a. Pengejaran sarana pengangkut b. Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut; c. Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut d. Penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut 2. Tujuan penghentian kapal adalah a. untuk dilakukan penyegelan b. untuk dilakukan pemeriksaan kapal c. untuk dilakukan pendeligeran d. untuk dilakukan penegahan 3. Dalam keadaan mendesak dan berdasarkan petunjuk yang cukup bahwa sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya belum dipenuhi/ diselesaikan kewajiban pabeannya, maka penghentian sarana pengangkut a. harus berdasarkan izin tertulis dari Penanggung Jawab Operasi b. menggunakan Surat Perintah c. dapat dilakukan tanpa Surat Perintah d. sebaiknya menggunakan Surat Perintah 4. Yang benar dari pernyataan-pernyataan dibawah ini adalah a. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan tembakan peringatan ke atas sebanyak 3 (tiga) kali. b. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam didepan haluan sarana pengangkut. c. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam kearah ruang kemudi. d. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan isyarat berupa sirene atau lampu sorot. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 26

35 5. Yang tidak termasuk isyarat perintah penghentian sarana pengangkut adalah a. memberikan tembakan peringatan keatas atau didepan haluan. b. membunyikan alat bunyi yang ada di kapal patroli seperti klakson dan sirene. c. memberikan tanda dengan lampu sorot (aldis). d. mengibarkan bendera semboyan huruf L. 6. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat pelanggaran, manakah dari pernyataan dibawah ini yang tepat a. kapal diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan tidak perlu dibuat. b. kapal diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan harus tetap dibuat. c. kapal tidak diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan harus dibuat. d. kapal tidak diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan tidak perlu dibuat. 7. Langkah pertama dalam pelaksanaan bootzoeking adalah a. melakukan pemeriksaan surat-surat kapal b. melakukan pemeriksaan pada tempat-tempat yang rawan terjadinya penyimpangan c. menemui nahkoda dan menunjukkan Surat Tugas untuk pemeriksaan kapal d. melakukan penegahan atas pelanggaran yang terjadi 8. Yang tidak termasuk surat-surat yang diperiksa pada saat bootzoeking adalah a. Pas Kapal b. Manifes c. Store list d. Packing List 9. Kegiatan operasi dapat dihentikan bilamana terdapat kondisi-kondisi berikut kecuali... a. Persediaan logistik menipis b. SPP/SPB habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 27

36 c. ada perintah/persetujuan atasan d. target operasi tercapai 10. Patroli laut dikatakan gagal apabila... a. tingkat penyelundupan berkurang b. kapal patroli tidak dapat melakukan penegahan sarana pengangkut yang menjadi target operasi c. informasi operasi diketahui seluruh petugas operasi d. kapal patroli menegah sarana pengangkut dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak 11. Yang tidak termasuk kategori patroli laut dikatakan berhasil adalah... a. Menegah jenis komoditi yang sangat berpengaruh dalam kegiatan sosial ekonomi masyarakat b. adanya tangkapan hasil patroli laut c. informasi operasi diketahui pihak eksternal d. kerugian negara berhasil diamankan 12. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai dikuasai negara dan disimpan di a. Tempat Penimbunan b. Tempat Penimbunan Sementara c. Tempat Penimbunan Berikat d. Tempat Penimbunan Pabean 13. Penegahan dilakukan dengan cara paling sedikit a. 1 (satu) orang petugas untuk memeriksa kapal b. 2 (dua) orang petugas untuk memeriksa kapal. c. 2 (dua) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk mengamankan petugas pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. d. 1 (satu) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk berjaga-jaga di geladak kapal patroli. 14. Yang tidak termasuk dalam pertimbangan Komandan Patroli ketika menyandarkan kapal untuk melakukan penegahan adalah DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 28

37 a. cuaca b. banyaknya muatan pada sarana pengangkut c. kondisi kapal d. keselamatan kapal dan ABK kapal patroli 15. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. Komandan Patroli tidak perlu menempatkan ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah b. Komandan Patroli menempatkan minimal 1 (satu) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah c. Komandan Patroli menempatkan minimal 2 (dua) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah d. Komandan Patroli menempatkan minimal 3 (tiga) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di SP yang ditegah DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 29

38 1.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 30

39 KEGIATAN BELAJAR 2 PENYEGELAN DAN PENGAMANAN DOKUMEN Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan penindakan berupa penyegelan sarana pengangkut 2. Mampu menjelaskan penindakan berupa pendeligeran sarana pengangkut 3. Mampu menjelaskan pengamanan sarana pengangkut 4. Mampu menjelaskan pengamanan dokumen sarana pengangkut 2.1 Uraian dan Contoh a. Penyegelan Salah satu jenis penindakan yang dilakukan dalam patroli laut adalah penyegelan. Penyegelan yaitu tindakan untuk menjamin barang-barang yang ada di atas kapal tidak mengalami perubahan, baik dari segi jumlah dan jenis barang dan cara penumpukan sampai di tempat tujuan. Penyegelan merupakan tindak lanjut dari penegahan atas sarana pengangkut yang diduga kuat telah melakukan pelanggaran. Penyegelan dilakukan pada tempat-tempat : a. Tutup palka dan pintu menuju palka untuk barang-barang yang disimpan di dalam palka, dan barang-barang di atas dek yang dapat dipindahkan ke dalam palka. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 31

40 b. Tutup tangki, keran, atau selang pemasukan/pengeluaran barang-barang cair/gas. c. Barang-barang lain tidak memiliki tempat penyimpanan sendiri. d. Tempat-tempat atau ruangan lain yang dianggap perlu untuk disegel. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan penyegelan terhadap: a. Barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya, b. Barang ekspor yang harus diawasi yang berada di sarana pengangkut atau di tempat penimbunan atau tempat lain, c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah. Segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain atau pihak lain dapat diterima sebagai pengganti segel. Pemilik dan/atau yang menguasai sarana pengangkut atau tempat-tempat yang disegel oleh Pejabat Bea dan Cukai wajib menjaga agar semua kunci, segel, atau tanda pengaman tidak rusak atau hilang. Kunci, segel, atau tanda pengaman yang telah dipasang tidak boleh dibuka, dilepas atau dirusak tanpa izin dari Pejabat Bea dan Cukai. Penyegelan dihentikan dalam hal : a. Barang dan/atau sarana pengangkut telah diselesaikan kewajiban pabeannya; b. Penyegelan sebagai tindak lanjut dari penegahan yang dilakukan tanpa surat perintah tidak mendapatkan persetujuan dari Direktur Jenderal; c. Barang dan/atau sarana pengangkut diserahkan kepada penyidik sebagai barang bukti. b. Pendeligeran Pendeligeran adalah upaya penarikan kapal yang ditegah menuju ke kantor pabean yang mudah dijangkau, ke Kantor Pabean atasan dari komandan patroli yang melakukan penegahan, atau ke Kantor Pabean tempat komandan patroli berasal yang dimaksudkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai. Yang dimaksud dengan pendeligeran adalah juga berarti pengertian membawa suatu kapal tahanan ke suatu pelabuhan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 32

41 Membawa suatu kapal tahanan ke suatu pelabuhan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut dapat ditempuh beberapa alternatif sebagai berikut: 1. Menerbitkan Surat Perintah Pendeligeran kepada Nakhoda / tersangka supaya membawa sendiri kapalnya kepangkalan yang disebutkan oleh komandan patroli Bea dan Cukai. Dalam Surat Perintah Pendeligeran disebutkan : a. Pangkalan tujuan (tempat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut) dengan route pelayaran yang dilalui. b. Pejabat / instansi yang dihubungi oleh nakhoda / tersangka di pangkalan. c. Alat bukti surat-surat dan benda-benda yang mudah dipindahkan telah diamankan oleh kapal pemeriksa. d. Dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas. e. Cara membawa kapal tahanan dengan Pendeligeran hanya dapat dikenakan kepada kapal berbendera Indonesia. f. Perintah Pendeligeran dapat diberikan kepada kapal berbendera asing untuk meninggalkan perairan Indonesia menuju laut lepas karena sesuatu pelanggaran hukum tetapi karena demikian ringannya sehingga dianggap tidak perlu diproses dipengadilan. Dalam hal pelanggaran kapal tersebut memenuhi unsur tindak pidana yang dimaksud dalam Undang-Undang Kepabeanan dan cukai maka diteruskan kepada PPNS DJBC untuk dilakukan penyidikan. 2. Penempatan komandan patroli Bea dan Cukai dan anggota tim patroli Bea dan Cukai diatas kapal yang Dideliger. 3. Kapal tetap dibawa nakhoda kapal yang dideliger/tahanan dengan dikendalikan oleh petugas kapal patroli Bea dan Cukai ke pangkalan yang dituju : a. Barang bukti di kapal kapal yang dideliger/tahanan berada dalam pengawasan petugas kapal patroli Bea dan Cukai. b. Lakukan tindakan pengamanan. 4. Pemindahan sebagian atau seluruhnya tersangka dari kapal tahanan: a. Kapal dibawa oleh petugas dari tempat kejadian kepangkalan yang dituju. b. Para tersangka ditempatkan diatas kapal petugas. 5. Kapal tahanan dikawal kapal petugas : DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 33

42 a. Kapal tahanan dibawa tersangka Nakhoda dan ABK nya menuju pangkalan yang dituju. b. Kapal petugas mengawal dari samping pada jarak yang sama dan aman. 6. Kapal tahanan diseret oleh kapal petugas : a. Kapal tahanan yang rusak/ tidak bisa jalan sendiri, diseret petugas. b. Tersangka untuk Nakhoda dan ABK dipindahkan kekapal petugas 7. Dalam hal kapal tahanan rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada kapal tersangka, Nakhoda dan ABK nya serta karena cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal yang akan dideliger tersebut dapat ditenggelamkan. 8. Buat berita acara penenggalamannya dengan menyebutkan alasan alasan serta posisi tenggelamnya. c. Pengamanan sarana pengangkut Untuk pengamanan terhadap Sarana Pengangkut yang ditegah, antara lain dengan : a. Mengamankan ABK Sarana Pengangkut, agar tidak melakukan perlawanan atau sabotase. b. Melumpuhkan atau mengambil alih sarana komunikasi dan navigasi. c. Mengamankan kamar mesin agar Sarana Pengangkut tetap dalam kondisi siap berlayar. d. Mengambilalih kemudi dan mengarahkan Sarana Pengangkut yang ditegah ke KPPBC terdekat, atau tempat lain sesuai petunjuk Kepala Seksi Penindakan. e. Dalam keadaan mendesak dan dianggap perlu, dapat mengadakan upaya paksa lainnya. Dalam hal Sarana Pengangkut yang ditegah mengalami kerusakan mesin atau kemudi: a. Upayakan untuk melakukan perbaikan. b. Apabila perbaikan tidak berhasil, lakukan penggandengan / penarikan atau menghubungi Pusdalops. Dalam hal Sarana Pengangkut yang ditegah mengalami kebocoran : a. Upayakan melakukan perbaikan untuk menutup kebocoran. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 34

43 b. Apabila perbaikan tidak berhasil, upayakan untuk membawa Sarana Pengangkut ke perairan dangkal untuk dikandaskan. c. Apabila upaya pengandasan tidak berhasil, sebelum Sarana Pengangkut tengelam lakukan penyelamatan ABK SP, dokumen sarana pengangkut, barang bukti, dan buatkan dokumentasi serta berita acara yang ditanda tangani Komandan Patroli dan nakhoda atau pengurus SP. Dalam hal kapal patroli mengalami kerusakan sehingga tidak dapat melakukan pengamanan, Komandan Patroli wajib menghubungi Kepala Seksi Penindakan sambil mengupayakan perbaikan. d. Pengamanan dokumen Dalam melakukan penegahan, hal penting yang harus dilakukan adalah pengamanan dokumen baik manifes maupun berkas kapal. Selain itu identitas diri berupa paspor dan/atau sea mans book juga penting untuk diamankan. Dokumen yang lain adalah catatan-catatan yang ada di Sarana Pengangkut yang ditegah yang nantinya dapat digunakan sebagai barang bukti dan dasar dilakukannya penegahan. Selengkapnya dokumen-dokumen yang perlu diamankan adalah sebagai berikut: Dokumen Kapal Secara Umum 1. Manifest (Inword Manifest Untuk Barang Impor, dan Outword Manifest Untuk Barang Ekspor) 2. Daftar pemberitahuan pembawaan sejata api dan amunisi 3. Daftar pemberitahuan pembawaan narkotika dan psikotropika 4. Daftar penumpang 5. Daftar anak buah kapal (ABK) 6. Daftar barang penumpang 7. Daftar barang ABK 8. Daftar perbekalan kapal 9. Surat-surat yang berkaitan dengan kapal : a. Surat laut pas kapal yang memuat tanda Kebangsaan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 35

44 b. Surat laut untuk kapal mesin 500 M² c. Nama kapal jenis tanda-tanda untuk dikenal d. Pemilik, nama Nakhoda / wakil tempat daftar kapal e. Di Indonesia dikeluarkan Dirjen Perla f. Pas tahunan (I oleh Syahbandar asal, II oleh Syahbandar setempat) untuk kapal laut 20M³ s/d 500M³. g. Pas kecil oleh Syahbandar Dokumen Kapal Ikan Asing 1. SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2. IUP (Izin Usaha Penangkapan) 3. PPKA (Persetujuan Penangkapan Kapal Asing) untuk Kapal Ikan Asing yang digunakan perusahaan Indonesia hanya untuk di ZEEI. 4. PPI (Persetujuan Penangkapan Ikan) untuk Kapal Ikan Asing yang digunakan perusahaan asing yang tangkap ikan tradisioanal. 5. Paspor ABK asing. Dokumen Kapal Untuk Survei 1. SC Survei dan pemetaan dilampiri salinan a. Rencana survei dan pemetaan b. Perjanjian dengan Pemerintah RI 2. Sailing Permit Dokumen Kapal Pertambangan 1. Kuasa pertambangan 2. Skep penugasan pertambangan untuk instansi Pemerintah 3. Skep izin pertambangan rakyat untuk rakyat setempat 4. Skep pemberian kuasa pertambangan (untuk perusahaan Negara, Daerah, Badan lain / perorangan) Dokumen kapal angkut kayu 1. SAKB (Surat Angkut Kayu Bulat ) 2. DKB (Daftar Kayu Bulat ) 3. SAKO ( Surat Angkot Kayu Olahan ) 4. DKDN (Daftar Kayu Dalam Negeri) 5. DKDN (Daftar kayu Dipakai Sendiri ) DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 36

45 6. DKIK (Daftar Kayu Industri Kecil) 7. DKE (Daftar Kayu Export ) untuk angkut ke luar negeri. 8. Surat-surat angkut antar pulau Untuk melengkapi pemahaman siswa, berikut ini disajikan gambar kegiatan Illustrasi tindakan pendeligeran oleh satuan tugas patroli laut bea dan cukai terhadap sarana pengangkut/kapal laut yang berdasarkan pemeriksaan awal diduga telah melanggar ketentuan dibidang kepabeanan : Gambar 2.1 Pendeligeran Sarana Pengangkut Laut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 37

46 2.2. Latihan 2 1. Jelaskan dalam hal apa Pejabat dapat melakukan penyegelan atas sarana pengangkut? 2. Apa yang dimaksud dengan pendeligeran? 3. Jelaskan dalam hal apa sarana pengangkut tidak dapat dilakukan pendeligeran? 4. Sebutkan beberapa tindakan untuk pengaman sarana pengangkut! 5. Sebutkan lima jenis dokumen yang umumnya ada pada sarana pengangkut yang datang dari luar negeri? 2.3. Rangkuman 1. Salah satu jenis penindakan yang dilakukan dalam patroli laut adalah penyegelan. 2. Penindakan lainnya setelah dilakukan penyegelan adalah pendeligeran dengan cara menarik sarana pengangkut ke Kantor Pabean terdekat atau ke Kantor Pabean pemberi surat tugas patroli. 3. Pengamanan sarana pengangkut dan pengamanan dokumen merupakan langkah penindakan selanjutnya yang penting untuk proses tindak lanjut atas pelanggaran yang telah dilakukan. 2.4 Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 2, kerjakan tes formatif berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Tujuan penyegelan adalah a. untuk mencegah keberangkatan sarana pengangkut b. untuk menjamin jumlah dan jenis barang tidak mengalami perubahan sampai di tempat tujuan c. untuk mencegah kerusakan barang impor d. untuk menjamin dibayarnya pungutan impor DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 38

47 2. Yang tidak termasuk obyek penyegelan adalah a. barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya b. barang ekspor yang harus diawasi yang berada di sarana pengangkut atau di tempat penimbunan atau tempat lain c. barang impor yang telah diselesaikan kewajiban pabeannya d. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah. 3. Penyegelan dihentikan bilamana a. barang yang disegel belum diselesaikan kewajiban pabeannya. b. barang yang disegel diserahkan kepada penyidik sebagai barang bukti c. sarana pengangkut yang disegel dideliger ke pangkalan d. sarana pengangkut yang disegel disetujui untuk ditegah oleh Dirjen 4. Yang benar dari pernyataan berikut ini adalah a. segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain tidak dapat diterima sebagai pengganti segel b. segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain harus diterima sebagai pengganti segel c. segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain dapat diterima sebagai pengganti segel d. segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain sebaiknya diterima sebagai pengganti segel 5. Yang tidak benar dari pernyataan berikut ini adalah a. segel yang telah dipasang tidak boleh dilepas tanpa izin dari Pejabat b. tanda pengaman yang telah dipasang dapat dibuka tanpa izin dari Pejabat c. kunci yang telah dipasang tidak boleh dibuka tanpa izin dari Pejabat d. tanda pengaman yang telah dipasang tidak boleh dilepas tanpa izin dari Pejabat 6. Upaya penarikan kapal yang ditegah menuju ke kantor pabean yang mudah dijangkau disebut dengan a. penegahan b. penindakan c. pendeligeran d. penyegelan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 39

48 7. Yang tidak benar dari pernyataan berikut ini adalah a. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal dapat ditenggelamkan b. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal harus ditenggelamkan c. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada Nakhoda, maka kapal dapat ditenggelamkan d. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada ABK, maka kapal dapat ditenggelamkan 8. Yang benar dari pernyataan berikut ini adalah a. tujuan pendeligeran kapal untuk dimusnahkan b. tujuan pendeligeran kapal untuk ditenggelamkan c. tujuan pendeligeran kapal untuk pemeriksaan lebih lanjut d. tujuan pendeligeran kapal untuk ditarik ke Kantor Pabean terdekat 9. Berikut ini hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam rangka pengamanan sarana pengangkut kecuali a. mengamankan kamar mesin b. mengamankan barang tangkapan c. mengamankan ABK d. mengambil alih kemudi 10.Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. dalam keadaan mendesak, petugas tidak perlu mengadakan upaya paksa b. dalam rangka pengamanan sarana komunikasi tidak perlu diambil alih c. dalam keadaan mendesak, dalam rangka pengamanan petugas dapat mengadakan upaya paksa d. dalam rangka pengamanan kemudi kapal tidak perlu diambil alih 11.Bilamana kapal yang akan dideliger mengalami kebocoran sehingga terancam tenggelam, maka yang harus diamankan adalah sebagai berikut kecuali a. ABK b. kapal c. dokumen kapal d. nahkoda DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 40

49 12.Yang tidak termasuk dokumen yang umumnya ada di kapal adalah a. daftar barang penumpang b. daftar perbekalan kapal c. sailing permit d. manifes 13.Yang termasuk dokumen yang umumnya ada di kapal adalah a. sailing permit b. daftar ABK c. surat izin penangkapan ikan (SIPI) d. izin usaha penangkapan (IUP) 14.Kapal untuk tujuan pertambangan harus dilengkapi dengan dokumendokumen dibawah ini kecuali a. daftar perbekalan kapal b. daftar anak buah kapal (ABK) c. rencana survei dan pemetaan d. daftar barang ABK 15.Kapal untuk tujuan survei harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen dibawah ini kecuali a. daftar perbekalan kapal b. kuasa pertambangan c. rencana survei dan pemetaan d. Sailing Permit 2.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 41

50 Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 2 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 42

51 KEGIATAN BELAJAR TINDAK LANJUT DAN ADMINISTRASI PENINDAKAN 3 Indikator keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan penanganan barang tangkapan 2. Mampu menjelaskan Berita Acara Pemeriksaan 3. Mampu menjelaskan Laporan Penindakan 4. Mampu menjelaskan Surat Bukti Penindakan 5. Mampu menjelaskan Berita Acara serah terima barang dan sarana pengangkut Uraian dan Contoh a. Penanganan Barang Tangkapan Setelah Anda belajar penghentian sarana pengangkut hingga pengamanan sarana pengangkut pada kegiatan belajar sebelumnya, pada kegiatan belajar ketiga ini akan disampaikan tindak lanjut hasil penindakan. Sesampainya di pangkalan dermaga Bea dan Cukai, Komandan Patroli menyerahkan laporan penangkapan dan barang bukti kepada Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi untuk selanjutnya hasil tangkapan patroli berikut berkas penindakan diserahkan kepada Kepala Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan dengan Berita Acara. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 43

52 Gambar 3.1 Contoh Dokumen Pernyataan Hasil Pemeriksaan dan Pengisiannya DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 44

53 Petugas Pemeriksa Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan bersama dengan Pemeriksa Bidang Penindakan dan Sarana Operasi melakukan pembongkaran, penimbunan barang di gudang atau lapangan barang tangkapan, dan pencacahan terhadap barang tangkapan kapal patroli. Hasil pencacahan dituangkan dalam Berita Acara Pencacahan/ Pemeriksaan yang ditandatangani bersama oleh : 1. Komandan Patroli/Nahkoda, atau Pemeriksa Bidang Penindakan dan Sarana Operasi selaku pihak yang menyerahkan barang tangkapan, 2. Pemeriksa Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan selaku pihak yang menerima penyerahan barang tangkapan, 3. Nahkoda kapal selaku pihak yang bertanggung jawab atas muatan SP tersebut. Bagaimana dengan perlakuan terhadap barang tangkapan? Barang tangkapan dapat tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah bilamana barang tangkapan berupa : 1. Bahan bakar minyak dan gas (BBM), 2. Barang yang karena sifatnya tidak tahan lama, rusak, berbahaya, atau pengurusannya memerlukan biaya tinggi, dilelang oleh kantor yang melakukan penegahan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang bukan merupakan barang yang dilarang atau dibatasi impor atau ekspornya, 3. Barang yang akan diselesaikan formalitas kepabeanannya pada KPPBC, 4. Barang yang setelah dilakukan penyelidikan merupakan barang antar pulau yang penyelesaiaannya diserahkan kepada instansi terkait. Penyelesaian Barang Tangkapan Kapal Patroli Barang tangkapan yang didapat dari patroli laut dapat diselesaikan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Untuk barang larangan dan/atau pembatasan ditetapkan sebagai barang yang dikuasai negara dan/atau barang yang menjadi milik negara, 2. Dilelang setelah mendapatkan keputusan tetap dari pengadilan, 3. Diselesaikan kewajiban pabeannya ke KPPBC oleh pemiliknya sepanjang barang tersebut bukan merupakan barang larangan dan pembatasan, DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 45

54 4. Diserahkan kembali kepada pemilik setelah kelengkapan persyaratan dipenuhi, 5. Diserahterimakan kepada instansi lain yang terkait seperti Dinas Kehutanan dan Pertamina. Penanganan Barang Tangkapan Yang Diserahkan Kepada KPPBC Terdekat 1. Setelah sampai di KPPBC terdekat, Komandan Patroli menyerahkan laporan penangkapan, berkas penindakan, tersangka dan barang bukti kepada Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan KPPBC dengan Berita Acara Serah Terima. 2. Komandan patroli melaporkan penyerahan tangkapan ke KPPBC terdekat tersebut kepada Kepala Seksi Penindakan. Gambar 3.2 Sarana pengangkut yang ditarik tiba di Pangkalan Bea dan Cukai DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 46

55 Gambar 3.3 Penyerahan tersangka kepada bagian penyidikan b. Berita Acara Pemeriksaan Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Setiap tindakan dalam rangka penyidikan hanya diwenangkan kepada pejabat penyidik. Hasil pemeriksaan tersangka dituangkan dalam berita acara. Dalam berita acara harus jelas identitas tersangka seperti nama, umur, agama, pekerjaan, alamat, rumah /kantor, jenis kelamin. Pertanyaan-pertanyaan diajukan untuk memperoleh jawaban /keterangan tentang benar tidaknya ia melakukan tindak pidana sebagaimana disimpulkan dari laporan kejadian alat-alat bukti yang ada. Untuk menggali keterangan yang benar dari tersangka diperlukan suatu teknik penyidik. Tujuan menggali keterangan dari tersangka antara lain adalah : 1. Apakah benar ia melakukan/ikut serta melakukan tindak pidana yang dipersangkakan (pengakuan ) dan apa perananya. 2. Apakah masih ada alat bukti lain yang disimpan (diketahui tersangka). 3. Apakah masih ada orang lain yang ikut serta melakukan tindak pidana itu. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 47

56 Untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dan memperoleh teknik penyidikan terlebih dahulu dianalisa tentang rumusan-rumusan tindak pidana yang dipersangkakan dalam perisatiwa /kejadian itu, baru kemudian dikaitkan dengan alat bukti yang sudah ada. Dalam hal tersangka tidak dapat berbahasa Indonesia secara baik dapat minta bantuan juru bahasa seperti pada pemeriksaan saksi diatas. Berita acara dibacakan kembali kepada tersangka dan apabila keterangan itu sudah benar menurut tersangka, maka berita acara ditandatangani oleh tersangka, penyidik dan juru bahasa bila menggunakan juru bahasa. Dalam berita acara harus jelas disebutkan : 1. Nama, alamat dan satuan pekerjaan penyidik, 2. Dasar kewenangan untuk melakukan penyidikan, 3. Tindakan apa, terhadap siapa / apa, rangkaian penyidikan dilakukan, 4. Alasan apa atau persangkaan apa sehingga tindakan penyidikan dilakukan, 5. Berita acara dibuat dimana /kapan, 6. Berita acara harus jelas dimengerti oleh pihak, terhadap siapa penyidikan dilakukan, 7. Berita acara harus ditutup dengan sumpah jabatan dan ditanda tangani oleh pihak-pihak yang langsung berhubungan tindakan penyidikan seperti pejabat penyidik, tersangka, saksi, penterjemah. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 48

57 Modul Penindakan Dalam Patroli Laut Gambar 3.4 Contoh Berita Acara Pemeriksaan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 49

58 c. Laporan Penindakan Seluruh kegiatan penindakan yang telah dilakukan dalam patroli laut harus dilaporkan oleh Komandan Patroli kepada pemberi surat tugas patroli. Laporan berisi seluruh aktivitas penindakan meliputi penghentian sarana pengangkut, pemeriksaan sarana pengangkut dan barang diatasnya, penghentian pembongkaran dan penegahan barang, pemeriksaan barang / bangunan atau tempat lain dan surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang dan pemeriksaan badan. Laporan kejadian Apabila hasil dari pemeriksaan kapal atau obyek-obyek lainnya di laut atau berdasarkan laporan seseorang tentang telah terjadinya suatu tindak pidana terdapat petunjuk yang kuat atau bukti permulaan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan untuk itu perlu dilakukan tindakan lebih lanjut berupa penyidikan, maka sebagai dasar penyidikan perkara harus dibuat surat laporan, yang dikalangan Polri lebih dikenal istilah Lapor polisi dan dikalangan PPNS DJBC lebih dikenal dengan istilah laporan kejadian. Laporan kejadian minimal memuat : 1. Waktu kejadian 2. Tempat kejadian / posisi 3. Kronologis singkat tentang timbulnya kejadian 4. Tersangka pelaku dalam kejadian 5. Akibat-akibat yang timbul dalam kejadian 6. Tempat ditemukan/ditangkap tersangka, dengan cara apa/bagaimana, 7. Jenis pelanggaran hukum yang disangka telah terjadi, 8. Ditanda tangani pelopor / pejabat. Prinsip-prinsip pembuatan laporan kejadian : 1. Pelapor harus benar melihat, mendengar atau mengetahui tentang kejadian yang dilaporkanya. 2. Apabila pelapor bukan petugas, maka dapat ditunjuk untuk menerima laporan dan menuangkanya dalam suatu Laporan kejadian. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 50

59 3. Petugas yang lebih tepat untuk membuat Laporan kejadian di kapal patroli adalah perwira jaga dengan pertimbangan karena perwira inilah yang secara langsung mengamati dan mengikuti semua peristiwa atau kejadian yang timbul sampai dengan tindakan penahanan kapal di laut. Untuk melakukan recording Laporan Penindakan dibuatlah Buku Laporan Penindakan yang memuat seluruh uraian jenis pelanggaran yang telah dilakukan penindakan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 51

60 Gambar 3.5 Laporan Penindakan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 52

61 d. Surat Bukti Penindakan Salah satu administrasi penindakan yang juga penting untuk dilakukan adalah membuat Surat Bukti Penindakan. Surat Bukti Penindakan dibuat untuk mendokumentasikan pelaksanaan penindakan atas suatu pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai. Surat Bukti Penindakan berisi uraian penindakan yang telah dilakukan berserta alasan dilakukannya penindakan. Dalam surat ini juga juga dicantumkan jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh tersangka dan tindakan yang diambil oleh petugas patroli. Untuk melakukan recording Surat Bukti Penindakan dibuat Buku Surat Bukti Penindakan. Buku Surat Bukti Penindakan dibuat untuk mendokumentasikan Surat Bukti Penindakan yang telah dilakukan. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 53

62 Gambar 3.6 Contoh Surat Bukti Penindakan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 54

63 e. Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut / Barang Dokumen yang digunakan untuk penyerahan sarana pengangkut atau barang yang telah dilakukan penegahan adalah Berita Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang. Penyerahan dilakukan oleh Komandan Patroli kepada Kepala Penindakan dan Sarana Operasi atau kepada Kepala Kantor. Untuk melakukan recording Berita Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang dibuat Buku Berita Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang. Buku ini digunakan untuk mendokumentasikan Berita Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang yang telah dilakukan. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai administrasi terkait dengan penindakan dalam rangka patroli laut bea dan cukai, berikut ini ditampilkan contoh-contoh dokumen yang terkait dengan kegiatan penindakan yang dilakukan oleh suatu Satuan Tugas (Satgas) Kapal Patroli Bea dan Cukai. Sebagai keterangan, illustrasi kejadian yang menjadi latar belakang terbitnya surat-surat/dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut : Satuan Tugas Kapal Patroli Bea dan Cukai dengan nomor BC8XXX yang sedang berpatroli di wilayah perairan laut cina selatan mendapati sebuah kapal kayu XXX yang mengangkut pakaian bekas dan dicurigai akan menyelundupkan pakaian bekas tersebut ke wilayah Indonesia. Selanjutnya Satgas Kapal Patroli Bea dan Cukai menghentikan kapal kayu tersebut dan melakukan pemeriksaan atas kapal tersebut. Hasil pemeriksaan kedapatan bahwa terdapat indikasi/dugaan adanya pelanggaran atas peraturan perundangundangan dibidang kepabeanan. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah penegahan dan penindakan lebih lanjut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 55

64 Gambar 3.7 Contoh Berita Acara Membawa Sarana pengangkut/barang DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 56

65 Gambar 3.8 Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut/Barang DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 57

66 Gambar 3.9 Paspor DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 58

67 Gambar 3.10 Surat Ukur DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 59

68 Gambar 3.11 Passenger / Crew List DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 60

69 Gambar 3.12 Buku Kesehatan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 61

70 Gambar 3.13 Surat Keterangan Kecakapan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 62

71 3.2 Latihan Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, coba kerjakan latihan-latihan berikut ini. 1. Sebutkan dalam hal apa saja barang tangkapan tetap dapat berada di atas sarana pengangkut! 2. Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan sarana pengangkut! 3. Sebutkan dokumen-dokumen apa saja yang terkait dengan penindakan pada patroli laut! 4. Sebutkan hal-hal apa saja yang dituangkan dalan Laporan Penindakan! 5. Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan Berita Acara penyerahan sarana pengangkut atau barang! 3.3 Rangkuman 1. Kegiatan pengadministrasian dokumen penindakan merupakan langkah penting dalam pelaksanaan penegahan, penyegelan, dan penindakan yang lain untuk mengamankan hasil penindakan tersebut dalam proses hukum selanjutnya. 2. Dokumen-dokumen yang terkait dengan penindakan meliputi Berita Acara Penyegelan, Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Penindakan, Surat Bukti Penindakan, dan Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut / Barang. 3.4 Tes Formatif Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 3, kerjakan tes formatif berikut ini dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Yang diserahkan Komandan Patroli kepada Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi saat sampai di dermaga adalah a. laporan penangkapan dan barang bukti b. laporan penangkapan c. barang bukti d. barang bukti dan berita acara DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 63

72 2. Berikut ini yang menandatangani Berita Acara Pencacahan atas barang tangkapan kecuali a. Komandan Patroli/Nahkoda b. Pemeriksa Bidang Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan c. Nahkoda sarana pengangkut d. Kepala Pangkalan 3. Yang benar dari pernyataan berikut ini adalah a. Barang tangkapan berupa BBM dapat tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah b. Barang tangkapan berupa BBM tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah c. Barang yang akan diselesaikan formalitas kepabeanannya tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah d. Barang yang bersifat merusak atau berbahaya tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah 4. Dalam hal tersangka yang ditangkap kapal patroli tidak dapat berbahasa Indonesia maka yang dilakukan petugas a. meminta bantuan juru bahasa b. tidak perlu meminta bantuan juru bahasa c. berkomunikasi sebisanya d. menggunakan bahasa isyarat 5. Barang tangkapan patroli laut dapat diselesaikan dengan cara-cara sebagai berikut kecuali a. Diselesaikan kewajiban pabeannya ke KPPBC barang tersebut meskipun merupakan barang larangan dan/atau pembatasan b. Untuk barang larangan dan/atau pembatasan ditetapkan sebagai barang yang dikuasai negara c. Dilelang setelah mendapatkan keputusan tetap dari pengadilan, d. Diselesaikan kewajiban pabeannya ke KPPBC oleh pemiliknya sepanjang barang tersebut bukan merupakan barang larangan dan pembatasan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 64

73 6. Surat Bukti Penindakan berisi hal-hal sebagai berikut kecuali a. uraian penindakan b. jenis pelanggaran c. tindakan yang diambil petugas patroli d. kendala penindakan 7. Yang benar dari pernyataan tentang Surat Bukti Penindakan adalah a. dibukukan pada Buku Surat Bukti Penindakan b. tidak perlu dibukukan pada Buku Surat Bukti Penindakan c. sebaiknya dibukukan pada Buku Surat Bukti Penindakan d. terserah Nahkoda dibukukan atau tidak 8. Yang tidak termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan atas sarana pengangkut adalah a. nama dan NIP penyidik b. nama dan jenis sarana pengangkut c. nama dan alamat pemilik sarana pengangkut d. kondisi sarana pengangkut 9. Yang membuat Laporan Penindakan adalah a. Komandan Patroli b. Wakil Komandan Patroli c. Nahkoda d. Penanggung Jawab Operasi 10. Data yang termuat dalam Buku Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang adalah a. pejabat yang menyegel sarana pengangkut / barang b. pejabat yang menegah sarana pengangkut / barang c. pejabat yang mengirimkan sarana pengangkut / barang d. pejabat yang menyerahkan sarana pengangkut / barang DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 65

74 11. Petugas yang langsung mengamati dan mengikuti semua peristiwa atau kejadian yang timbul sehingga lebih tepat untuk membuat Laporan Kejadian di kapal patroli adalah a. Perwira Jaga b. Juru Mudi c. Nahkoda d. Komandan Patroli 12. Yang tidak termasuk dalam informasi Laporan Kejadian adalah a. waktu kejadian b. tempat kejadian / posisi c. tersangka pelaku dalam kejadian d. besarnya kerugian negara 13. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. Laporan Penindakan harus dibukukan b. Laporan Penindakan tidak perlu dibukukan c. Laporan Penindakan sebaiknya dibukukan d. Laporan Penindakan dapat dibukukan 14. Yang benar dari pernyataan tentang penanganan barang tangkapan dibawah ini adalah a. Barang tangkapan tidak dapat diserahkan kepada KPPBC terdekat b. Barang tangkapan sebaiknya diserahkan kepada KPPBC terdekat c. Barang tangkapan harus diserahkan kepada KPPBC terdekat d. Barang tangkapan dapat diserahkan kepada KPPBC terdekat 15. Berita Acara Serah Terima Sarana pengangkut / Barang a. harus dibukukan b. tidak perlu dibukukan c. sebaiknya dibukukan d. dapat dibukukan DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 66

75 3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci dibawah rumus. TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik 71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang 0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 3 ini dengan baik. Selanjutnya kerjakan latihan sumatif yang tersedia untuk mengukur tingkat keberhasilan Anda atas seluruh kegiatan belajar dalam modul ini. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 67

76 PENUTUP Kegiatan patroli laut beserta pemeriksaan sarana pengangkut laut merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting dalam penegakan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai pada lingkup kerja DJBC. Target dari mata diklat ini sesuai dengan yang terurai dalam modul adalah diharapkan peserta dapat memahami penindakan dalam patroli laut yang merupakan satu rangkaian tidak terpisahkan tujuan modul sebelumnya yaitu Persiapan dan Penggunaan Kapal Patroli serta modul Pelaksanaan Patroli Laut. Akhirnya semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis Substantif Spesialis Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut dan umumnya bagi pegawai DJBC di seluruh Indonesia. Tingkatkan kompetensi dan integritas. Jadilah yang terdepan dalam peningkatan kinerja dan citra. Semoga rahmat Allah Swt selalu menyertai kita semua. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 68

77 TES SUMATIF Setelah Anda belajar keseluruhan modul Penindakan Dalam Patroli Laut ini, untuk menguji hasil belajar Anda kerjakan tes sumatif berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Yang tidak termasuk ruang lingkup penindakan adalah a. pengejaran sarana pengangkut b. penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut; c. penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut d. penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut 2. Tujuan penghentian kapal adalah a. untuk dilakukan pemeriksaan kapal b. untuk dilakukan penyegelan c. untuk dilakukan pendeligeran d. untuk dilakukan penegahan 3. Yang benar dari pernyataan-pernyataan dibawah ini adalah a. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan tembakan peringatan ke atas sebanyak 3 (tiga) kali. b. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan isyarat berupa sirene atau lampu sorot. c. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam didepan haluan sarana pengangkut. d. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam kearah ruang kemudi. 4. Yang tidak termasuk isyarat perintah penghentian sarana pengangkut adalah a. membunyikan alat bunyi di kapal patroli seperti klakson dan sirene. b. memberikan tembakan peringatan keatas atau didepan haluan. c. memberikan tanda dengan lampu sorot (aldis). d. mengibarkan bendera semboyan huruf L. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 69

78 5. Langkah pertama dalam pelaksanaan bootzoeking adalah a. melakukan pemeriksaan surat-surat kapal b. melakukan pemeriksaan pada tempat-tempat yang rawan terjadinya penyimpangan c. menemui nahkoda dan menunjukkan Surat Tugas untuk pemeriksaan kapal d. melakukan penegahan atas pelanggaran yang terjadi 6. Yang tidak termasuk surat-surat yang diperiksa pada saat bootzoeking adalah a. Pas Kapal b. Manifes c. Packing List d. Store list 7. Patroli laut dikatakan gagal apabila... a. tingkat penyelundupan berkurang b. informasi operasi diketahui seluruh petugas operasi c. kapal patroli menegah sarana pengangkut dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak d. kapal patroli tidak dapat melakukan penegahan sarana pengangkut yang menjadi target operasi 8. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai dikuasai negara dan disimpan di a. Tempat Penimbunan b. Tempat Penimbunan Sementara c. Tempat Penimbunan Berikat d. Tempat Penimbunan Pabean 9. Tujuan penyegelan adalah a. untuk menjamin jumlah dan jenis barang tidak mengalami perubahan sampai di tempat tujuan b. untuk mencegah keberangkatan sarana pengangkut c. untuk mencegah kerusakan barang impor d. untuk menjamin dibayarnya pungutan impor DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 70

79 10. Penyegelan dihentikan bilamana a. barang yang disegel diserahkan kepada penyidik sebagai barang bukti b. barang yang disegel belum diselesaikan kewajiban pabeannya. c. sarana pengangkut yang disegel dideliger ke pangkalan d. sarana pengangkut yang disegel disetujui untuk ditegah oleh Dirjen 11. Upaya penarikan kapal yang ditegah menuju ke kantor pabean yang mudah dijangkau disebut dengan a. penegahan b. pendeligeran c. penindakan d. penyegelan 12. Yang tidak benar dari pernyataan berikut ini adalah a. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal dapat ditenggelamkan b. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal harus ditenggelamkan c. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada Nakhoda, maka kapal dapat ditenggelamkan d. dalam hal kapal yang akan dideliger rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada ABK, maka kapal dapat ditenggelamkan 13. Yang benar dari pernyataan berikut ini adalah a. tujuan pendeligeran kapal untuk dimusnahkan b. tujuan pendeligeran kapal untuk ditenggelamkan c. tujuan pendeligeran kapal untuk pemeriksaan lebih lanjut d. tujuan pendeligeran kapal untuk ditarik ke Kantor Pabean terdekat 14. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah a. dalam keadaan mendesak, dalam rangka pengamanan petugas tidak perlu mengadakan upaya paksa b. dalam rangka pengamanan sarana komunikasi tidak perlu diambil alih c. dalam keadaan mendesak, dalam rangka pengamanan petugas dapat mengadakan upaya paksa d. dalam rangka pengamanan kemudi kapal tidak perlu diambil alih DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 71

80 15. Yang termasuk dokumen yang umumnya ada di kapal adalah a. sailing permit b. surat izin penangkapan ikan (SIPI) c. izin usaha penangkapan (IUP) d. daftar ABK 16. Kapal untuk tujuan survei harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen dibawah ini kecuali a. daftar perbekalan kapal b. rencana survei dan pemetaan c. Sailing Permit d. kuasa pertambangan 17. Yang diserahkan Komandan Patroli kepada Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi saat sampai di dermaga adalah a. laporan penangkapan dan barang bukti b. laporan penangkapan c. barang bukti d. barang bukti dan berita acara 18. Yang benar dari pernyataan berikut ini adalah a. Barang tangkapan berupa BBM dapat tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah b. Barang tangkapan berupa BBM tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah c. Barang yang akan diselesaikan formalitas kepabeanannya tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah d. Barang yang bersifat merusak atau berbahaya tidak boleh tetap berada di atas sarana pengangkut yang ditegah 19. Dalam hal tersangka yang ditangkap kapal patroli tidak dapat berbahasa Indonesia maka yang dilakukan petugas a. meminta bantuan juru bahasa b. menggunakan bahasa isyarat c. tidak perlu meminta bantuan juru bahasa d. berkomunikasi sebisanya DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 72

81 20. Barang tangkapan patroli laut dapat diselesaikan dengan cara-cara sebagai berikut kecuali a. untuk barang larangan dan/atau pembatasan ditetapkan sebagai barang yang dikuasai negara b. diselesaikan kewajiban pabeannya ke KPPBC barang tersebut meskipun merupakan barang larangan dan/atau pembatasan c. dilelang setelah mendapatkan keputusan tetap dari pengadilan, d. diselesaikan kewajiban pabeannya ke KPPBC oleh pemiliknya sepanjang barang tersebut bukan merupakan barang larangan dan pembatasan 21. Surat Bukti Penindakan berisi hal-hal sebagai berikut kecuali a. uraian penindakan b. jenis pelanggaran c. kendala penindakan d. tindakan yang diambil petugas patroli 22. Yang tidak termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan atas sarana pengangkut adalah a. nama dan NIP penyidik b. nama dan jenis sarana pengangkut c. kondisi sarana pengangkut d. nama dan alamat pemilik sarana pengangkut 23. Yang membuat Laporan Penindakan adalah a. Wakil Komandan Patroli b. Nahkoda c. Penanggung Jawab Operasi d. Komandan Patroli 24. Petugas yang langsung mengamati dan mengikuti semua peristiwa atau kejadian yang timbul sehingga lebih tepat untuk membuat Laporan Kejadian di kapal patroli adalah a. Juru Mudi b. Nahkoda c. Komandan Patroli d. Perwira Jaga DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 73

82 25. Yang benar dari pernyataan tentang penanganan barang tangkapan dibawah ini adalah a. Barang tangkapan dapat diserahkan kepada KPPBC terdekat b. Barang tangkapan tidak dapat diserahkan kepada KPPBC terdekat c. Barang tangkapan sebaiknya diserahkan kepada KPPBC terdekat d. Barang tangkapan harus diserahkan kepada KPPBC terdekat DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 74

83 KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KB 1 KB 2 KB 3 1. a 1. b 1. a 2. b 2. c 2. d 3. c 3. b 3. a 4. d 4. c 4. d 5. a 5. b 5. a 6. b 6. c 6. d 7. c 7. b 7. a 8. d 8. c 8. d 9. a 9. b 9. a 10. b 10. c 10. d 11. c 11. b 11. a 12. d 12. c 12. d 13. a 13. b 13. a 14. b 14. c 14. d 15. c 15. b 15. a DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 75

84 TES SUMATIF 1. a 2. a 3. b 4. b 5. c 6. c 7. d 8. d 9. a 10. a 11. b 12. b 13. c 14. c 15. d 16. d 17. a 18. a 19. b 20. b 21. c 22. c 23. d 24. d 25. a DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 76

85 DAFTAR ISTILAH Pengertian-pengertian 1. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu, 2. Sarana pengangkut adalah setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang. 3. Sarana pengangkut laut adalah kapal laut yang dalam kegiatan pelayarannya terikat ketentuan tentang pelayaran baik nasional maupun internasional. 4. Pengangkut adalah orang, kuasanya, atau yang bertanggung jawab atas pengoperasian sarana pengangkut yang nyata-nyata mengangkut barang atau orang. 5. Pengusaha pengangkutan adalah orang yang menyediakan jasa angkutan barang impor atau ekspor dengan sarana pengangkut di darat, laut, dan udara. 6. Kapal Patroli adalah kapal laut dan pesawat udara milik Direktorat jenderal Bea dan Cukai yang dipimpin oleh pejabat Bea dan Cukai sebagai komandan patroli, yang mempunyai kewenangan penegakan hukum di daerah pabean sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun Dokumen pengangkutan adalah semua dokumen yang disyaratkan baik oleh ketentuan pengangkutan nasional maupun internasional. 8. Pemeriksaan adalah tindakan untuk memeriksa sarana pengangkut, barang, bangunan atau tempat lainnya, surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang, serta terhadap orang. 9. Penegahan Barang adalah tindakan untuk menunda pengeluaran, pemuatan dan pengangkutan barang impor atau ekspor sampai dipenuhinya kewajiban pabean. 10. Penegahan Sarana Pengangkut adalah tindakan untuk mencegah keberangkatan sarana pengangkut. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 77

86 11. Penyegelan adalah tindakan untuk mengunci, menyegel dan/atau melekatkan tanda pengaman yang diperlukan guna mengamankan hak-hak negara. 12. Penindakan di bidang Kepabeanan adalah upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang-undang untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan Undang-Undang dibidang Kepabeanan. 13. Penindakan meliputi penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya, penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut, penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap sarana pengangkut maupun barang yang ada diatasnya. 14. Pendeligeran adalah upaya penarikan kapal yang ditegah menuju ke kantor pabean yang mudah dijangkau, ke Kantor Pabean atasan dari komandan patroli yang melakukan penegahan, atau ke Kantor Pabean tempat komandan patroli berasal yang dimaksudkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai. Yang dimaksud dengan pendeligeran adalah juga berarti pengertian membawa suatu kapal tahanan ke suatu pelabuhan untuk pemeriksaan/penyidikan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 78

87 DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1996 Tentang Penindakan di Bidang Kepabeanan. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas DJBC. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 30/KMK.05/1997 tentang Tata Laksana Penindakan di Bidang Kepabeanan. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-08/BC/1997 tanggal 30 Januari 1997 tentang Penghentian,Pemeriksaan, dan Penegahan Sarana Pengangkut dan Barang di atasnya, serta Penghentian Pembongkaran dan Penegahan Barang. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-58/BC/1997 tanggal 3 Juni 1997 tentang Patroli Bea dan Cukai. Instruksi Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor INST-15/BC/2000 tanggal 30 Juni 2000 tentang Pedoman Penggunaan dan Pembinaan Kapal Patroli Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau Nomor KEP-60/WBC.04/2009 tanggal Mei 2009 tentang Tata Laksana Kegiatan Patroli Laut. Majalah Warta Bea dan Cukai Edisi 405 bulan Agustus Patroli Laut DJBC. Majalah Warta Bea dan Cukai Edisi 419 bulan Oktober Menuju Patroli Laut DJBC Yang Berdaya Guna, Berhasil Guna dan Optimal. DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 79

88

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BARANG, BANGUNAN ATAU TEMPAT LAIN DAN SURAT ATAU DOKUMEN YANG BERKAITAN DENGAN BARANG Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30/KMK.05/1997 TENTANG TATA LAKSANA PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG PENGHENTIAN, PEMERIKSAAN, DAN PENEGAHAN SARANA PENGANGKUT DAN BARANG DI ATASNYA SERTA PENGHENTIAN PEMBONGKARAN DAN PENEGAHAN BARANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pengamanan hak-hak negara dan agar

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur ketentuan mengenai wewenang Pejabat Bea dan Cukai;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur ketentuan mengenai wewenang Pejabat Bea dan Cukai; PP 23/1996, PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 23 TAHUN 1996 (23/1996) Tanggal: 2 APRIL 1996 (JAKARTA) Sumber: LN 1996/38; TLN NO. 3628 Tentang: PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG TATALAKSANA PENGAWASAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang

Lebih terperinci

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut i DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar..... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar.... iv Petunjuk Penggunaan Modul... v Peta Konsep... vi A. PENDAHULUAN A.1

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-26/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10

Lebih terperinci

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Kuala Namu, 21 September 2016 Latar Belakang & Ruang Lingkup 1 Latar Belakang Adanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Yth. 1. Direktur Penindakan dan Penyidikan 2. Para Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 3. Para Pelayanan Utama Bea dan Cukai;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.350/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MENGHENTIKAN, MEMERIKSA, MEMBAWA DAN MENAHAN KAPAL OLEH KAPAL PENGAWAS PERIKANAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut DJBC adalah salah satu instansi di bawah Kementerian Keuangan yang berada di garis terdepan dalam pengawasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai nomor KEP-46/PP.5/2012 tanggal 23 April 2012

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PEMERIKSAAN PABEAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PEMERIKSAAN PABEAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PEMERIKSAAN PABEAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai 13 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG BENTUK, WARNA, UKURAN SEGEL DAN TANDA PENGAMAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B Dalam pengumpulan data dan fakta di lapangan tim dari unit pengawasan di Kantor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] Pasal 102 Setiap orang yang: a. mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa yang dimaksud

Lebih terperinci

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai) Pendahuluan Dengan semakin majunya dunia

Lebih terperinci

PENGAWASAN KEPABEANAN. diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai

PENGAWASAN KEPABEANAN. diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai PENGAWASAN KEPABEANAN Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai, periode 10 Mei 2013) Pendahuluan Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA 142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG BENTUK, WARNA, UKURAN SEGEL DAN TANDA PENGAMAN BEA DAN CUKAI DAN TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-24/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK SERTA PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG KIRIMAN HADIAH/HIBAH UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG KIRIMAN HADIAH/HIBAH UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.04/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.04/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-08/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN BARANG PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, KIRIMAN MELALUI JASA TITIPAN DAN KIRIMAN

Lebih terperinci

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011

-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER-5 /BC/2011 TENTANG TATA LAKSANA PEMBERITAHUAN MANIFES KEDATANGAN SARANA

Lebih terperinci

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN PP 1/1998, PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL Menimbang: *35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un No.1563, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberitahuan dan Pengawasan, Indikator yang Mencurigakan, Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran Lain, serta Pengenaan Sanksi Administratif

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612]

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612] UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612] BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 102 Barangsiapa yang mengimpor atau mengekspor atau mencoba mengimpor atau mengekspor barang tanpa

Lebih terperinci