BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Desa Kebonbimo Desa Kebonbimo masuk wilayah di Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pager Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Dlingo Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mudal Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngargosari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Desa Kebonbimo terletak sekitar 4 KM ke arah Utara dari pusat kota Boyolali. Desa ini beriklim tropis dan kaya akan sumber mata air yang pada masa pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1945 sumber mata air tersebut dijadikan tempat untuk mencuci Serat, karena di lokasi dekat sumber mata air itu dahulu berdiri sebuah pabrik Serat yang dibangun tahun 1918 dan mulai beroperasi dari tahun (Wawancara dengan Minto Suwarno, 13 Oktober 2013). Menurut penuturan dari Minto Suwarno yang didapat dari cerita orang tuanya yang bernama Marto Rejo, mengatakan bahwa sebelum Republik Indonesia berdiri. Tanah Desa Kebonbimo dulunya merupakan tanah milik Keraton Kasunanan Surakarta. Karena Raja yang berkuasa pada masa itu lebih berpihak dengan Belanda, melalui politik sewa tanah 27

2 yang dilakukan, Pemerintah Hindia Belanda membuat proyek di wilayah Desa Kebonbimo dengan mendirikan perkebunan Kopi, namun dalam perkembangannya mulai tahun 1918 perkebunan Kopi diganti dengan ditanami Serat dan dibarengi dengan membangun Pabrik Serat yang berada di Dukuh Tlatar yang dapat digunakan mulai tahun Karena secara kebetulan orang tua dari Minto Suwarno yang bernama Marto Rejo merupakan salah satu pegawai pabrik sejak awal berdiri dari perkebunan kopi sampai dengan perkebunan Serat. Selain sebagai kaki tangan orang Belanda yaitu dijadikan Jongos (pembantu Laki-laki), Marto Rejo juga sebagai perawat dan penebang di perkebunan (Wawancara dengan Minto Suwarno, 13 Oktober 2013). Luas wilayah Desa Kebonbimo sebagian besar masih berupa tanah bekas perkebunan Serat yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda. Tanaman serat memiliki bentuk menyerupai tanaman nanas, karena hanya dapat melihat dan menyebutkan ciri-ciri bentuk fisiknya yang menyerupai pohon nanas maka masyarakat Desa Kebonbimo dan sekitarnya sering menyebut dengan nama Serat nanas. Sebelum banyaknya tali tambang yang terbuat dari bahan plastik dan senar, pada masa penjajahan Belanda dalam membuat tali tambang menggunakan bahan dari serat. Jenis tanaman serat yang ditanam di perkebunan milik Belanda di Desa Kebonbimo dan sekitarnya dari tahun di produksi sebagai bahan pembuatan tali tambang Dadung dengan ukuran besar yang digunakan untuk kebutuhan kapal-kapal Belanda. Khusus pada masa 28

3 Jepang ditambah dengan jenis produksi yang tidak hanya membuat tali tambang tetapi juga membuat karung goni dan selendang serat. Berikut ciri-ciri fisik dari pohon serat yang ditanam di perkebunan milik Belanda di Desa Kebonbimo diantaranya sebagai berikut (Wawancara dengan Henri Sugiman, 12 Mei 2014): a. Bentuk pohon serat seperti pohon nanas, tetapi pohon serat lebih besar dan tinggi. b. Tebal daun serat, kurang lebih 1 cm. c. Mempunyai bunga warna putih dan jika sudah tua tangkai bunga tinggi menjorok ke atas. d. Tinggi pohon serat, kurang lebih 150 cm. e. Panjang helai daun serat, kurang lebih 100 cm. f. Pohon serat tidak berbuah. g. Daun serat berduri dibagian tepi dan di bagian pucuk depan berduri dengan warna hitam. h. Lebar daun serat, kurang lebih cm. i. Setiap pohon serat mempunyai daun kurang lebih berjumlah 20 helai daun. j. Daun serat yang digunakan yaitu daun yang sudah tua untuk diproses produksi di pabrik serat di Dukuh Tlatar. k. Daun serat berwarna hijau keputih-putihan. Pada tahun 1948 Desa Kebonbimo terdiri dari 10 padukuhan, diantaranya yaitu: Wates, Gombol, Tlatar, Gatak, Baturan, Dukuh, Titang, 29

4 Kebonbimo, Karang Tengah, dan Ngablak. Dukuh Tlatar mempunyai jumlah kepala keluarga paling banyak dibandingkan dengan dukuh lain di wilayah Desa Kebonbimo yakni sekitar 30 kepala keluarga, sedangkan dukuh yang lainnya rata-rata sekitar 10 kepala keluarga. Jumlah penduduk Desa Kebonbimo kurang lebih 500 orang (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Dukuh Tlatar memiliki jumlah penduduk paling banyak, hal ini dikarenakan Dukuh Tlatar berfungsi sebagai pusat pemerintahan Desa Kebonbimo dan terdapat pabrik Serat yang pada waktu masih aktif berproduksi memiliki tenaga kerja yang cukup banyak sehingga mempengaruhi peningkatan jumlah warga (Wawancara dengan Haryono, 3 Februari 2014). Menurut Henri Sugiman, di lokasi sekitar pabrik Serat di Dukuh Tlatar terdapat perumahan atau mess. Mess tersebut pada waktu pabrik masih aktif berproduksi digunakan untuk tempat tinggal bagi karyawan-karyawan pabrik Serat yang berasal dari luar daerah seperti: Klaten dan Tasikmadu, yang bekerja di bagian teknisi mesin pabrik. Pabrik Serat berproduksi sampai kekuasaan Jepang berakhir di Indonesia tahun Selama periode tahun pabrik Serat tetap memproduksi seperti biasanya, tetapi tidak seaktif pada masa hindia Belanda. Setelah kekuasaan Jepang di Indonesia berakhir pada tahun 1945, bangunan pabrik Serat tersebut pada masa Agresi Militer Belanda I dijadikan asrama sementara dari pasukan Pesindo. Menjelang terjadinya Agresi Militer Belanda II tahun 1948 komplek bangunan pabrik Serat 30

5 dibumihanguskan oleh masyarakat Desa Kebonbimo dibarengi dengan penghancuran Jembatan Tlatar yang di bangun pada tahun Tujuan bumihangus kawasan pabrik dan penghancuran jembatan adalah supaya Belanda tidak kembali lagi ke Desa Kebonbimo untuk menguasai pabrik Serat dan Desa Kebonbimo. Lokasi pabrik serat telah berubah menjadi perkampungan warga Umbul Rejo Timur, kurang lebih mulai tahun 1950 dan disusul dengan dukuh-dukuh baru yang lainnya di wilayah Desa Kebonbimo, objek wisata Umbul Tlatar serta sebagai saluran irigasi tanah pertanian masyarakat Desa Kebonbimo dan Desa Pager. Selain Dukuh Umbul Rejo Timur, ada juga dukuh-dukuh baru lainnya yang merupakan sebagian dari bekas perkebunan Serat diantaranya seperti: Umbul Rejo Barat, Gatak Baturan, Kebon Rejo, dan Karang Mojo (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Tempat yang dulunya masih berupa lapangan di Dukuh Tlatar, sekarang sudah berdiri bangunan SMA N 2 Boyolali. Lapangan tersebut merupakan lokasi Perang Pruputan pada tanggal 14 Juli Perang Pruputan adalah perang yang dilakukan pada waktu masih pagi-pagi buta (Wawancara dengan Karso Diharjo, 27 Januari 2014). Pada tahun mata pencaharian masyarakat Kebonbimo pada umumnya menjadi pegawai buruh kasar (Kuli) pabrik Serat, adapun tugas mereka ialah (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014): 31

6 a. Perawat dan penebang di perkebunan Serat. Salah satu karyawannya bernama Marto Rejo (orang tua dari Minto Suwarno) yang bertempat tinggal di Dukuh Gatak. b. Penyortir Serat. c. Bagian gerobak yang bertugas mengangkut Serat dari kebun ke pusat pabrik di Dukuh Tlatar. d. Pencuci Serat yang sudah terbentuk seperti helai benang. e. Tukang penjemuran Serat setelah selesai dicuci di Umbul. Kedatangan pemerintah militer Jepang pada tahun 1942 membuat wilayah seluruh kekuasaan Belanda dan aset-aset yang dimiliki Belanda beralih ke tangan Jepang. Setelah adanya peralihan kekuasaan, pabrik Serat yang berada di Dukuh Tlatar tetap beroperasi. Atas kebijakan pemerintah militer Jepang selain perkebunan Serat masih tetap ada, bagi warga masyarakat yang mempunyai tanah (tidak termasuk tanah perkebunan serat) seperti tanah pekarangan di sekitar rumah tempat tinggal diwajibkan untuk menanam jarak maupun palawija, salah satunya seperti Jagung. Bagi masyarakat yang mempunyai tanah sawah diwajibkan untuk menanam padi dan setiap panen, minimal setengah dari jumlah total hasilnya harus diserahkan kepada Jepang. Hal ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan perang dan sebagai cadangan persediaan pangan, dengan memanfaatkan tenaga-tenaga masyarakat Desa Kebonbimo sebagai pekerja, Selama masa pendudukan Jepang pada tahun masyarakat Desa Kebonbimo menjadi buruh kasar tanpa 32

7 upah di perkebunan serat yang sebagian besar bertugas sebagai pekerja lapangan seperti perawat dan penebang (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Masyarakat Desa Kebonbimo selama pendudukan Jepang diajarkan pendidikan semi militer terutama bagi para pemuda-pemuda, yang sangat berguna pada masa perang gerilya tahun (Wawancara dengan Minto Suwarno, 13 Oktober 2013). Di Desa Kebonbimo pada masa pendudukan Jepang, para pemuda yang berusia 15 tahun ke atas dalam satu kelurahan dilatih pendidikan semi militer yang di pusatkan di lapangan Dukuh Tlatar (Wawancara dengan Tarjo Suwito, 27 Januari 2014). Setelah berakhirnya kekuasaan pemerintah militer Jepang pada tahun 1945, tanah perkebunan di wilayah Desa Kebonbimo antara tahun terbengkalai. Dengan adanya siasat bumihangus menjelang Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948, secara otomatis tanah perkebunan menjadi tanpa pemilik. Atas kebijakan dari pemerintah Desa Kebonbimo yang dipimpin Citro Budoyo, tanah perkebunan yang sudah ditinggalkan Belanda tersebut kemudian di bagi-bagikan kepada masyarakat Desa Kebonbimo. Tanah bekas perkebunan oleh masyarakat Desa Kebonbimo dikenal dengan nama tanah DC. Masyarakat Desa Kebonbimo rata-rata mendapat jatah tanah DC seluas 1000 M M 2. Pembagian tanah diatur secara merata disesuaikan dengan kondisi ekonomi setiap masyarakat. Setelah adanya pembagian tanah DC, masyarakat Desa Kebonbimo pada tahun 1948 bermata pencaharian 33

8 sebagai petani penggarap lahan sendiri (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Menurut Haryono, yang disebut dengan tanah Drooge Culture (DC) yaitu tanah tanaman kering peninggalan milik Belanda. Adapun luas dari wilayah Desa Kebonbimo kurang lebih 239 Ha, terdiri dari 119 Ha luas tanah DC dan 120 Ha yang terdiri dari luas padukuhan dan sawah (Wawancara dengan Haryono, 3 Februari 2014). B. Kondisi Pemerintahan Desa Kebonbimo Pada masa Agresi Militer Belanda II, pemerintahan Desa Kebonbimo dipimpin oleh Citro Budoyo sebagai Kepala Desa pertama yang menjabat sampai tahun 1974 dan Mangun Suyoto sebagai Sekretaris Desa atau Carik (Wawancara dengan Tarjo Suwito, 27 Januari 2014). Kantor Balai Desa Kebonbimo bertempat di rumah Citro Budoyo dikarenakan pada waktu itu belum mempunyai kantor Balai Desa sehingga harus menumpang di rumah Kepala Desa. Padukuhan Desa Kebonbimo pada masa Agresi Militer Belanda II dipimpin oleh 2 Kepala Dusun (Bayan). Kepala Dusun wilayah Barat dipimpin oleh Bandi yang meliputi: Baturan, Kebonbimo, Karang Tengah, Titang, Dukuh, dan Ngablak. Sedangkan di wilayah Timur dipimpin Suroso meliputi: Wates, Gombol, Tlatar, dan Gatak (Wawancara Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Pada tahun 1948 pemerintah Desa Kebonbimo membentuk badan keamanan desa yang disebut dengan Pasukan Gerilya Desa (Pager Desa). Masyarakat Desa Kebonbimo sering melakukan gerilya setiap malam selama masa Agresi Militer Belanda II, hal ini membuat Tentara Belanda 34

9 menjadikan daerah Kebonbimo terutama Dukuh Tlatar sebagai daerah pusat para gerilyawan. Melalui mata-matanya yang ditugaskan di Kebonbimo, Tentara Belanda mendapat banyak informasi, diantaranya seperti kegiatan-kegiatan para gerilyawan. Tentara Belanda sering melakukan patroli di Desa Kebonbimo dengan tujuan untuk mencari dan menangkap pemimpin Gerilya Desa Kebonbimo. Hal ini dikarenakan seringnya Pager Desa Kebonbimo melakukan kegiatan pengrusakan Jembatan darurat Kenteng (Wawancara dengan Henri Sugiman, 5 Oktober 2013). Menurut Minto Suwarno, Sekitar tahun di radio sering di perdengarkan (diputarkan) lagu yang bersifat nasionalisme dan patriotisme yang ditujukan kepada para gerilyawan untuk melawan penjajah (pasukan Belanda). Berikut salah satu lirik lagu yang masih diingat oleh Minto Suwarno, Ayo marilah pandai bergerilya. Sering diputar-putarnya lagu mengenai semangat bergerilya itu dikarenakan pemerintah Republik Indonesia merasa persenjataan maupun kekuatan pasukan yang dimiliki Tentara atau gerilyawan lainnya tidak bisa mengimbangi kekuatan musuh (pasukan Belanda). Lagu-lagu bertema nasionalisme dan patriotisme tersebut bertujuan supaya rakyat Indonesia tidak takut menghadapi musuh serta dapat mengobarkan semangat para gerilyawan yang berjuang di medan perang untuk mempertahankan kemerdekaan Repulik Indonesia (Wawancara dengan Minto Suwarno, 13 Oktober 2013). 35

10 Peran perangkat desa selain sebagai pemimpin pemerintahan desa, juga sebagai pemimpin gerilya tertinggi di tingkat desa. Karena Tentara Belanda belum menguasai sepenuhnya wilayah Desa Kebonbimo maka pada saat penyerangan, Belanda sering mengalami kegagalan. Seperti pada saat akan menangkap salah satu pemimpin gerilya Desa Kebonbimo yang bernama Citro Budoyo, Kepala Desa Kebonbimo pada masa Agresi Militer Belanda II. Tentara Belanda berencana masuk ke dalam rumah Citro Budoyo namun keliru masuk ke dalam rumah Wiro Kartiko yang pada waktu itu rumahnya berdekatan. Wiro Kartiko diserang dan ditembaki oleh Tentara Belanda hingga meninggal dunia. Kesalahan tersebut disebabkan karena adanya papan bertuliskan Lurah (tanda penunjuk) di pinggir jalan menuju kearah rumah Citro Budoyo maupun Wiro Kartiko, sehingga pasukan Belanda mengira bahwa rumah Wiro Kartiko sebagai rumah dari Kepala Desa Kebonbimo (Wawancara dengan Minto Suwarno, 13 Oktober 2013). Perangkat Desa Kebonbimo pada masa Agresi Militer Belanda II sangat berpengaruh dalam menggerakkan maupun memimpin masyarakat untuk berperan aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Desa Kebonbimo merupakan desa yang paling aktif diantara desa-desa sekitarnya dalam upaya mengusir Tentara Belanda pada masa Agresi Militer Belanda II, terutama di Jalan Ampel-Boyolali Kota tepatnya di Jembatan Darurat Kenteng. Sebelum Tentara Pelajar SA/CSA masuk Desa 36

11 Kebonbimo, pemerintah desa telah membentuk Pasukan Gerilya Desa sebagai satuan keamanan tingkat desa karena melihat letak Desa Kebonbimo yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Semarang (Wawancara dengan Haryono, 3 Februari 2014). C. Kedatangan Tentara Sekutu dan Nederland Indies Civil Administration (NICA) di Indonesia Sekutu datang ke Indonesia pertama kali pada tanggal 8 September 1945 yang dipimpin oleh Mayor Grenhalgh. Tugas dari misi Grenhalgh adalah untuk memberikan laporan untuk mempersiapkan pembentukan markas Sekutu di Jakarta. Kedatangan misi Grenhalgh yang kemudian di ikuti oleh kedatangan Laksamana Muda Patterson pada tanggal 16 September 1946 yang mendarat di Jakarta dengan menggunakan kapal Camberland. Tujuan dari Sekutu ke Indonesia, bertugas untuk: menerima penyerahan Tentara Jepang, Membebaskan tawanan perang dan tahanan Sekutu, melucuti dan mengumpulkan Tentara Jepang untuk dipulangkan ke negaranya, menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk diserahkan kepada pemerintah sipil, menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang di pengadilan (Moehkardi, 2012: ). Tentara Sekutu yang datang ke Indonesia di samping untuk melaksanakan tujuan utama diatas, secara tidak langsung Inggris telah membantu NICA dalam upaya menegakkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia. Hal ini dikarenakan Inggris selaku wakil Sekutu di Indonesia sebelumnya telah terikat perjanjian dengan Belanda pada tanggal 24 37

12 Agustus 1945 di kota Chequers, yang dikenal dengan perjanjian Civil Affairs Agrement yang isinya memperbantukan perwira-perwira NICA terhadap Tentara Sekutu untuk menjalankan kembali pemerintahan sipil di Hindia Belanda (Subaryana, 2004:10-11). Masyarakat Indonesia menyambut dengan gembira atas kedatangan Tentara Sekutu karena masyarakat melihat tujuan awal dari tugas di Indonesia. Tetapi setelah mengetahui bahwa Tentara Sekutu mempunyai tujuan yang lain dengan dibuktikannya membawa serta Tentara NICA yang ingin menegakkan kembali kekuasaan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia, sehingga rakyat Indonesia mengambil sikap untuk bermusuhan karena NICA terbukti membonceng Tentara Sekutu untuk datang kembali ke Indonesia (Garda Maeswara, 2010:35-36). D. Kedatangan Tentara Sekutu dan Nederland Indies Civil Administration ( NICA) di Jawa Tengah Pada tanggal 19 Oktober 1945 jam WIB telah mendarat kapal perang Sekutu HMS Glenroy yang membawa pasukan Inggris dari Brigade 37 yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Bethel. Sebelum kedatangan Tentara Sekutu, para pemuda sudah bertempur dengan pasukan Jepang. Pada saat kedatangan pasukan Sekutu telah menghentikan pertempuran lima hari di Semarang dan besuk pagi harinya Tentara Sekutu menduduki lapangan udara Kalibanteng (sekarang menjadi lapangan udara Ahmad Yani). Di lapangan Kalibanteng, didalamnya terdapat para tawanan perang Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger 38

13 (KNIL) dan akhirnya dapat dibebaskan oleh Tentara Sekutu. Di antara Tentara Sekutu yang mendarat di Semarang, terdapat Tentara Belanda yang memakai seragam dan senjata Tentara Amerika. Dengan ini Pasukan NICA-Belanda sudah terlihat jelas mempunyai tujuan untuk mengembalikan kekuasaan di Indonesia. Setelah berhasil menduduki lapangan udara Kalibanteng. Tentara Sekutu melanjutkan gerakannya ke Magelang. Para pejuang sudah mengetahui bahwa Tentara Belanda ikut dalam gerakan Tentara Sekutu yang bermaksud untuk mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia, sehingga terjadi aksi penghadangan yang dilakukan oleh para pejuang. Salah satunya dengan menahan gerakan Tentara Sekutu yang akan menuju Magelang. Pada tanggal 31 Oktober 1945 pertempuran Magelang meletus. Angkatan Udara Inggris atau Royal Air Force (RAF) dengan pesawat Thunder Bolt berangkat ke Magelang mengadakan dropping amunisi yaitu mengumpulkan alat-alat pendukung perang dan perbekalan pangan kepada pasukan Sekutu yang sudah berada dalam kepungan masyarakat. Melihat perlawanan masyarakat yang gigih, Tentara Sekutu terpaksa mengadakan penghentian tembak menembak (Ceasefire) pada tanggal 3 November 1945 dengan diadakan perundingan genjatan senjata antara RI dan Sekutu. Namun gencatan senjata tidak berlangsung lama karena sejak tanggal 9 November 1945 terjadi pertempuran yang tidak hanya berpusat di Magelang, tetapi meluas ke daerah-daerah lainnya (Wiyono dkk, 1991:84-85). Pada tanggal 16 Mei 1946 Inggris menyerahkan Kota Semarang kepada Belanda, dengan 39

14 demikian semakin jelas bahwa Inggris telah diperalat oleh NICA-Belanda dalam usahanya menguasai kembali wilayah Republik Indonesia (Wiyono dkk, 1991:90). E. Tentara Pelajar SA/CSA Pada tahun 1946 sampai 1947 terjadi proses konsolidasi diantara Laskar-Laskar Pelajar untuk dihimpun dalam satu kesatuan khusus yang terdiri dari Para Pelajar di Solo. Laskar Alap-alap berganti nama menjadi pasukan Sturm Abteilung (SA) dan Corps Sukarela Angkatan (CSA), dalam penggantian nama tersebut, atas gagasan dari para pimpinan Pasukan Pelajar diantaranya Achmadi, Prakoso, dan Soemitro yang menyebutkan bahwa adanya pasukan khusus di Jerman selama perang dunia II yaitu Sturm Abteilung (Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1985:23). Pembentukan pasukan Sturm Abteilung (SA) pada akhir tahun 1946 digunakan sebagai pasukan inti dari Tentara Pelajar Solo dengan harapan bahwa kedisiplinan, semangat maupun ketrampilan dalam bertempur dapat menyamai dengan pasukan SA di Jerman. Pada awal terbentuk pasukan SA dipimpin oleh Gajah Suranto dan Muktio sebagai wakilnya. Karena dengan alasan Gajah Suranto kurang aktif dalam memimpin pasukan SA, maka jabatan pimpinan pasukan SA diambil alih oleh Muktio. Kurang aktifnya Gajah Suranto dikarenakan selain sudah diberi tanggung jawab sebagai pimpinan SA dia juga menjabat sebagai komandan Tentara Genie Pelajar (TGP) (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:58-59). Dalam proses konsolidasi antara laskar-laskar pelajar Solo 40

15 menghasilkan terbentuknya Markas Pertahanan Pelajar (MPP) dengan sebagai ketuanya Sulaiman dan wakilnya Prakoso. Akibat dari terbentuknya MPP, Pasukan Pelajar tersusun dalam bentuk Regu, Seksi, dan Kompi. Setelah berjalan selama satu tahun susunan pasukan pelajar kurang efektif sehingga mengakibatkan ada perubahan dengan dibentuknya satu Batalyon yang dikenal dengan nama Batalyon 100 (Julius Paur, 2008: ). Pasca setelah perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948, pada bulan Februari tahun 1948 pasukan Divisi Siliwangi yang berkekuatan kurang lebih 4 Brigade dari Jawa Barat melakukan hijrah ke Jawa Tengah. Kedatangan Divisi Siliwangi dari Jawa Barat yang menuju ke Jawa Tengah merupakan sebagai kekuatan tambahan untuk mempertahankan daerah Republik Indonesia (Bulletin SA/CSA, edisi No 9/1995:16). Pada saat bangsa Indonesia sedang bersiap-siap untuk menghadapi serangan Pasukan Belanda yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia terlebih dahulu menghadapi gerakan pemberontakan PKI di Madiun yang mana pada masa penumpasan pemberontakan PKI dari kesatuan TNI menugaskan Divisi Siliwangi yang dibantu oleh Tentara Pelajar (TP) Solo pimpinan Achmadi untuk menumpas gerakan tersebut. Dalam penumpasan gerakan Muso kekuatan utama yang digunakan yaitu pasukan Siliwangi dari Jawa Barat yang mendapat tugas sampai di Madiun. Pasukan TP Solo pimpinan Achmadi dan pasukan Siliwangi 41

16 mengadakan penumpasan pemberontakan dan melucuti senjata dari Front Demokrasi Rakyat (FDR yang dianggap sebagai PKI) dibawah pimpinan Muso dan pengikut beraliran kiri yang lainnya seperti Pesindo dan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang dipimpin Ahmad Yadau, serta TNI resmi yang dianggap berpihak pada Muso. Masa penumpasan pada tahun 1948 ini lebih dikenal dengan seruan Pilih Karno atau Muso (Wawancara dengan Sardijono, 6 Februari 2014). Tentang seruan pilih Karno atau Muso yang disampaikan oleh Sardijono memang benar terjadi dibuktikan dengan pidato Presiden Soekarno di Yogyakarta melalui Radio Republik Indonesia (RRI) (Warta SA/CSA edisi No.17/2012:8) : Beberapa hari yang lalu, Partai Komunis Indonesia pimpinan Muso telah memproklamasikan berdirinya negara Soviet Republik Indonesia dan tidak mengakui negara Republik Indonesia. Proklamasi itu diumumkan di kota Madiun. Dengan ini saya Presiden Republik Indonesia memerintahkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk memilih sekarang juga, memilih saya Soekarno atau Muso! Setelah mengetahui adanya pemberitaan tentang mengenai seruan untuk memilih Soekarno atau Muso, Para Tentara Pelajar Solo dari Kompi I yang dipimpin Prakoso, Wiryawan dan Hartomo mengambil keputusan untuk memilih Soekarno yang dipertegas dengan adanya laporan hasil keputusan ke Markas Detasemen II dan Markas Komando Militer Kota (KMK). Pasukan TP Solo bersama 2 Pasukan Batalyon Siliwangi yang berada di Solo terdiri dari Batalyon Kosasih dan Kemal Idris dengan ditambah satu kompi Mobiele Brigade (Mobrig) polisi negara yang 42

17 ditugaskan untuk menumpas pemberontakan PKI yang dipimpin Muso (Warta SA/CSA Edisi No.17/2012:8). Pasukan TP Solo yang masuk dalam Sub Wehrkreise (SWK) 106/PPS 106 Arjuno pimpinan Achmadi yang diperbantukan dalam penumpasan FDR terutama dari kelompok Tentara Pelajar Sturm Abteilung (TP SA) yang dipimpin oleh Mashuri sebagai Komandan Seksi. Selama melakukan tugas dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, Kelompok TP SA berhasil mendapat banyak senjata dari hasil rampasan senjata pemberontak pengikut muso dan yang beraliran kiri lainnya sehingga TP SA menjadi pasukan yang kuat. Setelah gerakan penumpasan PKI selesai pada bulan November 1948, TP SA yang awalnya dikomando Seksi Mashuri dan sebagai komandan Kompi oleh Muktio mengambil jalan untuk keluar dari TP Solo yang dipimpin Achmadi yang mana sebelumnya menjadi induk dari TP SA. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perselisihan, karena adanya ketidakpuasan dari kelompok TP Solo yang masih menjadi kesatuan pimpinan Achmadi. Meskipun memisahkan diri dari kesatuan TP Solo yang dipimpin Achmadi, TP kelompok Muktio tetap menggunakan nama TP SA (Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014). Karena ketegangan diantara TP pihak Achmadi dengan TP SA yang dipimpin Muktio diketahui oleh Letkol Slamet Riyadi, akhirnya TP SA diakui dan dimasukkan dalam kesatuan pimpinan LetKol Slamet Riyadi. Laskar Alap-Alap dan rakyat pejuang lainnya yang belum 43

18 mempunyai wadah kesatuan maka atas inisiatif dari Letkol Slamet Riyadi, dilebur menjadi satu wadah yang bernama Corps Sukarela Angkatan (CSA). Sehingga kesatuan TP SA dengan CSA digabung menjadi satu dengan nama Tentara Pelajar SA/CSA yang di pimpin Muktio di bawah komando Letkol Slamet Riyadi yang sekaligus menjabat komandan kesatuan resmi TNI dan memimpin kesatuan diluar TNI (Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014) Dalam perkembangannya setelah TP SA dengan CSA digabung menjadi satu kesatuan dengan nama TP SA/CSA selama masa Agresi Militer II yang mana berkembang menjadi 4 kompi yaitu 1 Kompi SA dan 3 Kompi CSA yang terdiri dari : a. Kompi I dipimpin oleh Muktio b. Kompi 2 dipimpin oleh Robikhan c. Kompi 3 dipimpin Kenyung Sardijono d. Kompi 4 dipimpin Suryo Soelarto Kemudian TP SA/CSA masuk dibawah kesatuan Batalyon 55 Brigadir V (Wawancara dengan Sardijino, 6 Februari 2014). Pernyataan dari Sardijono sama dengan apa yang dijelaskan oleh pengurus pusat keluarga besar SA/CSA di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1993 dengan nomor 64/B/PKB.SACSA/1993 mengenai kesatuan pada masa Agresi Militer II atas balasan surat dari pengurus Keluarga Besar SA/CSA perwakilan wilayah Surakarta-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Solo. Salah satu bagian isi surat balasan tersebut menjelaskan bahwa formasi Batalyon 55 44

19 Brigade V tentang pasukan CSA adalah Kompi Muktio, Kompi Robikan, Kompi Kenyung Sardijono dan Kompi Suryosoelarto. Sedangkan pasukan Corps Sukarela lainnya tidak masuk formasi Batalyon 55 Brigade V. Setelah selesai dalam penumpasan pemberontakan PKI, kesatuan kelompok Tentara Pelajar Solo dalam perkembangannya menjadi 2 kelompok pasukan Tentara Pelajar yaitu TP Solo dipimpin Achmadi dan TP SA/CSA dipimpin Muktio (Wawancara dengan Sardijono, 4 Februari 2014). TP SA awalnya hanya berjumlah beberapa puluh orang kemudian berkembang menjadi satu kompi. Dalam proses masa gerilya pasukan TP SA pimpinan Muktio melakukan perang gerilya ke luar kota Solo dari bulan Desember Agustus 1949 dengan ditugaskan oleh Letkol Slamet Riyadi di wilayah Kabupaten Boyolali untuk menghambat jalur logistik Belanda baik yang dari Solo maupun Salatiga atau sebaliknya (Wawancara dengan Sardijono, 6 Februari 2014). Hal ini juga di benarkan oleh Sudarman Wongsoguna bahwa Tentara Pelajar SA/CSA Kompi I pimpinan Muktio ditugaskan di daerah Boyolali, berada di Tlatar dan sekitar (Wawancara dengan Sudarman Wongsoguno, 4 Februari 2014). Dalam buku Ign. Slamet Rijadi Dari Mengusir Kempetai Sampai Menumpas RMS (2008), Batalyon II yang dipimpin Letkol Slamet Rijadi mendapat tugas untuk menguasai daerah Kabupaten Boyolali, khususnya wilayah perbatasan Karesidenan Semarang dengan Karesidenan Surakarta yang tugas intinya untuk menghadapi pasukan Belanda yang sudah menduduki daerah Kopeng di luar Salatiga. Markas Batalyon II berada di 45

20 Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (Julius Paur, 2008: 61). F. Agresi Militer Belanda II Di Boyolali Pada tanggal 21 Desember 1948 pasukan Belanda menyerang Kota Solo dari arah Barat melalui Kartosuro dan Pada tanggal 22 Desember 1948 pasukan Belanda berhasil menduduki Kota Solo yang sebelumnya telah dihambat TNI yang dibantu oleh Tentara Pelajar (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:102). Demikian juga dengan kesatuan Tentara Pelajar SA/CSA yang berkembang menjadi 1 Kompi yang terdiri dari 4 Seksi dipimpin secara resmi oleh Muktio. Sore hari pada tanggal 21 Desember 1948 diawali dengan bersiap-siap di Nusukan tepatnya di sekolah Madyotaman sebelah Selatan Stasiun Balapan dengan tujuan untuk melakukan penghadangan pasukan Belanda dari arah Kartosuro dan secara bersamaan pengambilan alih kepemimpinan atas kesepakatan bersama dari para anggota, pimpinan kesatuan Tentara Pelajar SA/CSA diserahkan kepada Hartono Cilik dengan dibantu oleh Haryono,Wasisto dan Robikan. Adanya pergantian Pimpinan karena Muktio pada waktu itu sedang berada di Kaliboto dan sebagian besar anggota Tentara Pelajar SA/CSA berada di Kota Solo. Dari usaha Tentara Pelajar SA/CSA melakukan penghadangan di Nusukan selama semalam tersebut, ternyata pasukan Belanda tidak kunjung datang. Setelah dipastikan pasukan Belanda tidak datang melewati Nusukan maka pasukan Tentara Pelajar SA/CSA yang dipimpin Hartono Cilik, paginya tanggal 22 Desember 1948 memutuskan untuk 46

21 meneruskan perjalanan ke luar kota Solo menuju Daerah Kalioso dengan kekuatan 1 Kompi. Setelah sampai di Kalioso pasukan bertemu dengan Letkol Slamet Riyadi. Setelah bertemu dan mendapat tugas dari Letkol Slamet Riyadi, pada tanggal 23 Desember 1948 pasukan Tentara Pelajar SA/CSA melanjutkan perjalanan ke Simo melewati daerah Klego dengan tujuan utama ke Bangak. Kompi SA/CSA ditugaskan untuk mengganggu konvoi pasukan Belanda dalam pengiriman logistik dari Salatiga di sepanjang jalan Tengaran sampai Bangak Boyolali (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:66-67). Daerah Bangak merupakan kawasan perkebunan tembakau yang berada di pinggir jalan raya Solo-Salatiga. Bangak merupakan lokasi rawan untuk jalur lalu lintas darat antara Solo-Salatiga, khususnya untuk konvoi Tentara Belanda. Selain jalannya yang berkelok dan menanjak, kendaraan yang akan melewati jalan tersebut harus memperlambat gerakannya. Daerah Bangak merupakan tempat yang disukai oleh para gerilyawan yang di maksud disini adalah TNI, Tentara Pelajar atau Masyarakat Pejuang untuk menghadang konvoi pasukan Belanda. Hal ini juga dinyatakan oleh Residen Surakarta yang bernama Link mengatakan secara terang-terangan mengakui bahwa di sepanjang jalan Solo-Salatiga bagi pihak Belanda tidak aman, berikut isi pernyataan dari Link:. Als de mensen zeggen dat de weg Solo-Salatiga veilig is, das hebben we wat anders te denken. Vooral Teras en omstreken. (Kalau orang-orang berkata bahwa jalan Solo-Salatiga aman, kami berpendapat lain. Terlebih Teras dan sekitarnya) (Julius Paur, 2008:154). 47

22 Setelah berjalan kaki sampai di Simo pasukan Tentara Pelajar SA/CSA dengan melihat kondisi geografis daerah Simo yang masih jauh dengan daerah Bangak, diputuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju daerah Sambi. Setelah sampai di Sambi dan pasukan Tentara Pelajar SA/CSA menumpang hidup bersama warga desa yang sebagian besar bekerja sebagai petani (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:103). Di Sambi pimpinan Kompi SA/CSA yang terdiri dari Hartono Cilik, Haryono, Wasisto dan Robikan mengadakan rapat. Karena Selama perjalanan dari Simo menuju Sambi, ada usulan-usulan dari para anggota Kompi SA/CSA yang mempunyai gagasan alternatif dalam menghambat iring-iringan pengiriman logistik pasukan Belanda. Pada waktu yang bersamaan selama beberapa hari di Sambi dengan melakukan rapat yang diadakan oleh pimpinan Kompi, datanglah seorang utusan Muktio yang bernama Mulyani untuk menyampaikan pesan bahwa pasukan Kompi SA/CSA diperintah untuk datang dan berkumpul ke Kaliboto untuk rapat, sehingga rapat yang baru saja diadakan akhirnya dibubarkan tanpa hasil. Namun setelah utusan dari Muktio selesai menyampaikan pesan, satu kelompok di dalam kompi SA/CSA yaitu Regu Badran tidak setuju untuk datang ke Kaliboto karena sudah jelas adanya tugas dari Letkol Slamet Riyadi dan mengingat sudah melakukan perjalanan gerilya sampai daerah Sambi. Sangat disayangkan apabila harus kembali lagi ke Solo untuk menuju ke Desa Kaliboto. Untuk meredam ego dari masing-masing anggota, melalu pimpinan diputuskan bahwa kelompok Badran bersama Hartono Cilik 48

23 tetap tinggal di Sambi untuk sementara waktu dan melaksanakan aksi percobaan penyerangan dengan Regu Badran di Pos Pasukan Belanda di Bangak dengan tujuan untuk mengukur kekuatan di pihak lawan. Dengan dipimpin Robikan, Haryono, dan Wasisto bersama utusan dari Muktio yang bernama Mulyani, pasukan Kompi SA/CSA lainnya berangkat ke Kaliboto dengan menempuh perjalanan dalam waktu semalam dan paginya sampai di tempat tujuan (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:67-68). Pasukan Tentara Pelajar SA/CSA dari Regu Badran dengan jumlah 20 orang, dari sebagian anggotanya sebanyak 7 orang yang masih bertahan dengan dipimpin Hartono Cilik berangkat dari Desa Sambi untuk melakukan aksi penyerangan ke desa sebelah Timur Bangak yang jaraknya sekitar 5 Km dari Sambi yang dipisahkan dengan Kali Pepe. Serangan diawali dengan mengganggu pos Pasukan Belanda di Bangak melewati kebun Tebu. Dua tembakan dari anggota yang bernama Lik Wukirman berhasil membuat 2 orang Tentara Belanda tersungkur dan terjadi perlawanan dari pihak Tentara Belanda. Setelah dirasa cukup dengan beberapa tembakan, pasukan mundur dari pos Belanda untuk kembali ke Sambi. Sehari Setelah melakukan penyerangan ke pos Tentara Belanda yang berada di Bangak, Hartono Cilik dengan regu Badran yang berjumlah 20 orang berangkat dari Sambi pada malam hari menuju kearah Timur untuk bergabung bersama dengan teman-teman lainnya dari kesatuan Tentara Pelajar SA/CSA yang sudah terlebih dahulu berada di Desa Kaliboto (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.: ). 49

24 Setelah beberapa hari di Kaliboto Pasukan Tentara Pelajar SA/CSA yang dipimpin kembali oleh Muktio, melanjutkan perjalanan kembali ke Sambi dan berencana untuk melakukan gerilya di daerah Mojosongo Boyolali. Dengan berjalan kaki dari Kaliboto-Sambi selama 4 malam, Tentara Pelajar SA/CSA mendapat pengumuman lagi dari pimpinan Letkol Slamet Riyadi mengenai tugas untuk Kompi I SA/CSA di daerah Pager dan Tlatar. Tugasnya sama dengan yang digariskan oleh Letkol Slamet Riyadi pada waktu bertemu di Kaliyoso yaitu mengganggu jalannya konvoi Pasukan Belanda yang datang dari Salatiga menuju Solo atau sebaliknya (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:107). Dengan adanya tugas untuk Kompi I SA/CSA dari sebagian anggota dari Seksi II SA/CSA, Regu Wasisto berangkat dari Sambi menuju arah Boyolali Kota dengan menyusuri jalan besar yang jaraknya kurang lebih 2 KM dengan menyeberangi Kali Pepe. Dilanjutkan berjalan kurang lebih 200 meter, Pasukan Tentara Pelajar SA/CSA Seksi II Regu Wasisto sampai di Desa Metuk, Kecamatan Mojosongo untuk bermalam. Karena tidak membawa peta, pada pagi harinya Regu Wasisto diserang pasukan Belanda. Tidak ada perlawanan di pihak pasukan SA/CSA Seksi II Regu Wasisto. Pasukan melarikan diri dari kepungan pasukan Belanda menuju Gunung Ketangga. Di Gunung Ketangga Seksi II Regu Wasisto beristirahat selama satu hari sambil siap siaga untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi. Setelah sehari di Gunung Ketangga pasukan SA/CSA Seksi II Regu Wasisto, sebagian diputuskan untuk tetap 50

25 tinggal di Gunung Ketangga dan sebagian lagi meneruskan perjalanan gerilya menuju daerah Mojosongo serta mulai mengadakan pencegatan di pagi hari. Namun, ketika pasukan berada di bagian Selatan pinggir jalan raya Solo-Salatiga secara kebetulan pasukan Belanda datang mendekat pada saat konvoi menuju Solo dari arah Boyolali kota dengan jarak hanya 50 meter. Karena pasukan SA/CSA Seksi II Regu Wasisto belum siap melakukan penyerangan, pasukan mengambil inisiatif untuk bersembunyi di semak-semak dipinggir jalan. Karena pasukan Belanda tidak mengetahui adanya pasukan SA/CSA Seksi II Regu Wasisto, maka pasukan Belanda tetap melanjutkan perjalanan ke Bangak (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:68-69). Sejak Pasukan Belanda dapat menguasai Solo, Pasukan Belanda sering berkonvoi di sepanjang jalan Solo-Salatiga untuk mengirim logistik. Pasukan Belanda mendirikan pos di sepanjang jalan antara Salatiga Solo sampai di dalam kota Solo. Pos-pos Belanda di antaranya terletak di Tengaran, Ampel, Boyolali, Bangak, dan Solo. Pendirian pos-pos tersebut berguna untuk menjaga keamanan dalam pengiriman logistik konvoi Belanda yang datang dari arah Salatiga-Solo atau sebaliknya karena mendapat perlawanan dari Tentara Pelajar, TNI, maupun masyarakat pejuang baik dari sisi kanan dan kiri jalan di sepanjang jalur logistik Pasukan Belanda (Wawancara dengan Sidik Suwarno, 16 Januari 2014). Karena pasukan SA/CSA dari Seksi II Regu Wasisto pada aksi yang pertama mengalami kegagalan di daerah Mojosongo akibat 51

26 kurangnya persiapan, Seksi II Regu Wasisto mengadakan penghadangan yang kedua kalinya dengan di bantu masyarakat sekitar. Dengan cara memotong pohon lalu ditumbangkan di Tengah jalan raya Solo-Salatiga tepatnya di daerah antara Teras dan Mojosongo untuk menghadang konvoi Belanda. Adanya pohon yang menghalangi di Tengah jalan, pasukan Belanda berhenti dan menyingkirkannya ke tepi jalan. Dari kelengahan pasukan Belanda karena fokus perhatian tertuju untuk menyingkirkan pohon yang berada di tengah jalan tersebut, dengan kesempatan itu dimanfaatkan oleh pasukan SA/CSA Seksi II Regu Wasisto untuk menyerang dengan cara menembaki. Di tempat lain di daerah Boyolali Kota, Pasukan SA/CSA Seksi II Regu Suharno (Gandul) sebagian besar sedang menunggu patroli pasukan Belanda di daerah Singkil. Karena pasukan Belanda masih mencurigai daerah Metuk dan sekitarnya sebagai markas para Pasukan SA/CSA dari Seksi II Regu Wasisto, pasukan Belanda memutuskan untuk melakukan operasi kembali ke daerah Metuk. Pasukan Belanda melanjutkan operasinya ke Dukuh Tawangsari, Desa Dlingo (dekat Gunung Ketangga), Kecamatan Mojosongo untuk menyerang Regu Wasisto setelah mengetahui regu tersebut tidak berada di Desa Metuk. Setelah diberi info oleh masyarakat sekitar bahwa pasukan Belanda berjalan menuju ke Dukuh Tawangsari Pasukan Seksi II dari Regu Wasisto yang masih bertahan di Gunung Ketangga mengambil keputusan untuk melakukan aksi turun gunung yang bertujuan untuk menghadang gerak pasukan Belanda yang datang dari arah Desa Metuk. 52

27 Namun pasukan Tentara Pelajar SA/CSA Seksi II dari Regu Wasisto dalam aksi turun gunung tersebut sudah didahului dihadang pasukan Belanda dan akhirnya pasukan Seksi II Regu Wasisto terjebak di Dukuh Ngangkrang sehingga terjadilah pertempuran. Setelah pasukan SA/CSA seksi II pimpinan Suharno (Gandul) yang ada di Singkil mengetahui bahwa pasukan Belanda yang akan dihadang sudah berada di Desa Metuk untuk melakukan kembali operasi kepada Regu Wasisto, sehingga Regu Suharno yang berada di Singkil datang dari arah Barat memutuskan untuk bergabung dan membantu pasukan Tentara Pelajar SA/CSA Seksi II Regu Wasisto yang sudah terjebak di Dukuh Ngangkrang, Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo. Dalam pertempuran itu, Suharno pimpinan Pasukan SA/CSA Seksi II dari Regu Suharno terkena tembakan ditangannya. Akhirnya pimpinan Seksi II Regu Suharno digantikan oleh Mulyani, namun tidak disetujui oleh para anggota Regu Suharno. Sehingga kemudian pimpinan digantikan oleh anggota lain dari Seksi II Regu Suharno yaitu Sunardi (Kebo). Pergantian kepemimpinan juga dilakukan oleh Seksi I dari Kompi I SA/CSA yang berada di daerah Teras di bawah pimpinan Soeyono menggantikan Hartono Cilik dikarenakan Hartono Cilik pergi ke Jawa Barat (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:69). Setelah terjadinya pertempuran di daerah Metuk dan sekitarnya disertai dengan secara kebetulan terjadi pergantian komandan seksi-seksi di pasukan Kompi I SA/CSA, pasukan Kompi I SA/CSA mendapat tugas di wilayah Sub Wehkreise (SWK) yang dipimpin Mayor Supardi yang 53

28 meliputi wilayah Boyolali. Sedangkan daerah yang ditugaskan untuk pasukan SA/CSA Kompi I dibagi menjadi 3 Subsektor yaitu : a. Subsektor I meliputi daerah Banyudono-Teras yang dipimpin oleh Soeyono b. Subsektor II meliputi daerah Teras-Boyolali yang dipimpin oleh Sunardi (Kebo) c. Subsektor III daerah Boyolali-Tengaran dipimpin oleh Supomo. Markas Seksi II yang awalnya dari Metuk pindah ke Tlatar dan Seksi I dari daerah Teras Pindah ke Metuk (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:70). Desa Kebonbimo merupakan markas Tentara Pelajar SA/CSA dari Seksi II/Kompi I yang dipimpin oleh Sunardi (Kebo). Anggotanya tersebar di wilayah Desa Kebonbimo dan Ngargosari. Sedangkan Seksi I yang dipimpin oleh Soeyono para anggotanya tersebar di Desa Metuk, Dlingo dan Mudal. Kompi I SA/CSA yang dipimpin oleh Muktio bermarkas di Timur Desa Pager tepatnya di Dukuh Kentengsari, Desa Kener yang masuk wilayah dari Kabupaten Semarang (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar-Boyolali, 1982:5). Selama Agresi Militer Belanda II tahun masyarakat ikut berjuang dengan tidak memperdulikan jiwa raga maupun harta bendanya bersama Tentara Pelajar SA/CSA dengan umur rata-rata 14 sampai 18 tahun. Meskipun masih sangat muda situasi dan kondisi yang pada waktu itu memaksa untuk berfikir dewasa sebelum waktunya. Musuh Tentara Pelajar SA/CSA adalah Tentara Belanda yang 54

29 sudah professional dan mempunyai pengalaman dalam Perang Dunia II. Tentara Belanda dikenal dengan perilaku keji, kejam dan tidak segansegan untuk menembaki rakyat yang tidak bersalah, membakar rumah dan merampas harta benda. Apalagi daerah Tlatar dan sekitarnya yang sudah terkepung oleh markas Tentara Belanda yang berada di Kota Boyolali, Bangak, Simo dan Ampel (Ex Tentara Pelajar SA/CSA, 1994:2). Secara tidak resmi Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo menjadi pusat tempat berkumpulnya Tentara Pelajar SA/CSA dari Kompi I yang meliputi Seksi I yang bermarkas di Desa Metuk, Seksi II di Desa Kebonbimo maupun pasukan Staf Kompi yang bermarkas di Dukuh Kentengsari Desa Kener (Timur Desa Pager). Dengan seringnya Dukuh Tlatar digunakan sebagai tempat berkumpul, sehingga pasukan Belanda mengira bahwa Tlatar adalah sebagai markas resmi dari Pasukan SA/CSA Kompi I pimpinan Muktio. Karena sebetulnya hanya dari Seksi II yang bemarkas di Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:17). Selain ada kesatuan dari Tentara Pelajar SA/CSA yang bermarkas di Desa Kebonbimo, juga terdapat kesatuan-kesatuan lainnya seperti Kepolisian yang dipimpin oleh Bapak Heru Santoso (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:5). Sedangkan untuk desa - desa disekitar Desa Kebonbimo, seperti: Desa Siwal, Pager, Udanuwuh dan Kradenan dijadikan tempat berpindah-pindah dari kesatuan Tentara Pelajar 55

30 SA/CSA maupun Kepolisian yang bermarkas di Desa Kebonbimo (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:16). Herwin Soemarso (Gembur) dan teman-teman, dari Seksi II Kompi I mengatakan bahwa Staff Komando SA/CSA berada di Dukuh Kentengsari Desa Kener dipimpin oleh Muktio. Dimana yang menggabungkan ke Sektor Muktio adalah CPM Salatiga yang kurang lebih berjumlah 30 orang yang menjadi Seksi III SA/CSA dari Kompi I dengan ditambah beberapa orang yang turut ikut bergabung (Keluarga Besar SA/CSA T.T.:70). Selama masa Agresi militer Belanda II pasukan Tentara Pelajar SA/CSA yang berada di Desa Kebonbimo beserta Pager Desa yang dibentuk oleh pemerintah Desa Kebonbimo sering mengadakan penghadangan iring-iringan pasukan Belanda yang datang dari di jalan raya arah Salatiga-Solo atau sebaliknya di Jembatan darurat Kenteng. Usaha yang dilakukan yaitu melakukan pembongkaran jembatan yang bagian-bagiannya masih terbuat dari kayu menggunakan peralatan seadanya. Cara ini telah diketahui pasukan Belanda karena seringnya Jembatan darurat Kenteng dirusak oleh warga sekitar termasuk Pager Desa Kebonbimo yang dipimpin Bayan Suroso. Pasukan Belanda mempunyai inisiatif untuk menjebak Pager Desa dengan cara bersembunyi terlebih dahulu di sekitar Jembatan darurat Kenteng (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). 56

31 Sebelum sampai di Desa Ngargosari salah satu warga dari Dukuh Ngablak yang juga sebagai mata-mata sudah mengingatkan para pasukan Pager Desa dari kelompok Bayan Suroso untuk tidak melakukan aksi gerilya ke Jembatan darurat Kenteng karena ada Tentara Belanda, tetapi Pager Desa kelompok Bayan Suroso tidak percaya dan tetap melanjutkan perjalanan menuju Barat Desa Kebonbimo. Setelah sampai di Desa Ngargosari kembali untuk yang kedua kali diingatkan oleh warga bahwa Tentara Belanda sudah ada di sekitar Jembatan darurat Kenteng, namun kembali tidak dihiraukan oleh Pager Desa Kebonbimo pimpinan Bayan Suroso dan tetap melanjutkan perjalanan untuk mengadakan aksi gerilya dengan melakukan sabotase di Jembatan darurat Kenteng seperti biasanya dan pada akhirnya hingga terjebak oleh pasukan Belanda yang sebelumnya sudah bersembunyi di sekitar Jembatan darurat Kenteng (Wawancara dengan Karso Diharjo, 27 Januari 2014). Bayan Suroso tertembak hingga meninggal di tempat. Setelah melihat dari pimpinan Pager Desa Kebonbimo tertembak, Para anggota Pager Desa yang lainnya dari kelompok pimpinan Bayan Suroso, lari ke arah Timur menuju Desa Kebonbimo untuk menyelamatkan diri dari serangan pasukan Belanda karena kalah dalam persenjataan (Wawancara dengan Henri Sugiman, 5 Oktober 2013). Tentara Pelajar SA/CSA dari Seksi II yang dipimpin Sunardi (Kebo) bersama masyarakat sekitar, sering juga melakukan sabotase di Jembatan darurat Kenteng. Masyarakat yang memanggil Tentara Pelajar SA/CSA dengan nama Mase Tepe bahu 57

32 membahu membongkar Jembatan darurat Kenteng yang berada di jalan raya Ampel-Boyolali Kota hingga tidak dapat dilalui kendaraan pasukan Belanda. Dalam melakukan penghadangan konvoi Belanda yaitu dengan cara memasang Howitzer yang dijadikan ranjau darat (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.: 70-71). Serangan operasi yang dilakukan pasukan Belanda di Desa Kebonbimo merupakan akibat diketahuinya pelaku pengrusakan Jembatan darurat Kenteng yang dilakukan setiap sore menjelang malam oleh Pager Desa Kebonbimo. Menurut Henri Sugiman, saat pemimpin Pager Desa tertembak oleh pasukan Belanda, Bayan Suroso membawa lampu Senter yang di dalamnya terdapat selembar kertas yang bertuliskan nama-nama anggota Pager Desa Kebonbimo yang kebanyakan beralamat di Dukuh Tlatar. Hal ini menyebabkan pasukan Belanda mencurigai bahwa di Desa Kebonbimo terutama Dukuh Tlatar merupakan sebagai pusat gerilyawan yang sering mengganggu konvoi Pasukan Belanda (Wawancara dengan Henri Sugiman, 5 Oktober 2013). Desa Kebonbimo menjadi incaran Tentara Belanda karena mengira bahwa markas Kompi I dari Tentara Pelajar SA/CSA berada di Dukuh Tlatar. Karena Desa Kebonbimo terletak paling belakang dibandingkan desa-desa yang ditempati selain dari Seksi II, karena yang lainnya berada di dekat dengan kota Boyolali. Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo sering didatangi teman-teman dari Seksi I yang bermarkas di Desa Metuk, maupun pasukan eks Pesindo untuk mandi atau berenang karena ada mata 58

33 air yang jernih dan melimpah. Selama masa Agresi Militer Belanda II di Desa Kebonbimo diserang Belanda sebanyak 3 kali. Pada serangan yang pertama pasukan Belanda menghujani mortir dari luar Desa Kebonbimo. Serangan yang kedua Tentara Belanda berhasil dipukul mundur karena Tentara Pelajar SA/CSA sudah mengetahui dan bersiap ketika pasukan Belanda sudah sampai di pinggir Desa Kebonbimo. Serangan ketiga terjadi pada dini hari kurang lebih pukul WIB (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:71-72). Untuk serangan yang ketiga kalinya, Tentara Belanda sudah masuk Desa Kebonbimo dan membangunkan Tentara Pelajar SA/CSA yang dikenal dengan TNI Bangun. Tepatnya pada hari Sabtu tanggal 14 Juli 1949 dini hari, pasukan Belanda menyerang dari Boyolali melewati Dukuh Karang Tengah, Kebonbimo, dan Gatak yang datang dari arah Desa Kiringan. Pada saat itu kebetulan Tentara Pelajar SA/CSA masih belum pulas tidurnya setelah pulang dari Boyolali untuk bergerilya. Begitu mendengar Belanda masuk di depan pintu rumah bagian luar yang ditinggali, Tentara Pelajar SA/CSA berhasil meloloskan diri melewati belakang dan berhenti di lapangan. Setelah pasukan Belanda mengetahui para Tentara Pelajar SA/CSA berhasil lolos melarikan diri ke arah Timur menuju Dukuh Tlatar melewati pintu belakang, sehingga pasukan Belanda mengejar Tentara Pelajar SA/CSA dari anggota Seksi II pimpinan Sunardi (Kebo) yang berada di Dukuh Kebonbimo dan Dukuh Gatak untuk bergabung dengan Tentara Pelajar SA/CSA yang berada di Tlatar. Dengan 59

34 terjadinya kejar-kejaran dari arah Barat Desa Kebonbimo, setelah sampai di lapangan Dukuh Tlatar terjadi insiden tembak menembak antara pasukan Belanda dengan Tentara Pelajar SA/CSA yang dibantu oleh masyarakat Tlatar dan sekitarnya (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:17). Pada waktu terjadinya serangan Pasukan Belanda di Tlatar, yang berpusat dilapangan Dukuh Tlatar. Para Tentara Pelajar SA/CSA dengan masyarakat sekitar memberikan perlawanan disertai dengan menyelamatkan diri melalui jalan kearah Timur Dukuh Tlatar karena pada waktu itu pasukan Belanda menyerang dari berbagai arah, salah satu jalan untuk keluar dari kepungan pasukan Belanda hanya bisa melewati jalan arah Timur dari lapangan Dukuh Tlatar (Wawancara dengan Karso Diharjo, 18 Maret 2014). Dukuh Tlatar sudah terkepung rapat oleh Tentara Belanda. Hanya ada sedikit celah untuk menghindari kepungan dari Tentara Belanda yaitu menuju arah Timur yaitu ke arah Umbul. Kekuatan sama sekali tidak seimbang karena satu kompi pasukan komando Tentara Belanda berjumlah 120 orang, sedangkan melawan satu regu Tentara Pelajar SA/CSA yang hanya berjumlah 15 orang. Pasukan Belanda mengira bahwa dengan penyusupan mendadak ke tengah markas gerilya Tentara Pelajar SA/CSA banyak yang terbunuh dan ada yang menyerah diri untuk ditawan. Tetapi perkiraan dari Pasukan Belanda itu tidak tepat, malah sebaliknya dengan gigih berani Tentara Pelajar SA/CSA melawan meskipun kalah dalam persenjataan (Ex Tentara Pelajar SA/CSA,1994:4). 60

35 Dalam melarikan diri ke Timur dari lapangan Tlatar para Tentara Pelajar SA/CSA maupun masyarakat setelah sampai di Umbul lalu masuk sungai untuk menyeberang dengan cara berenang di Timur Dukuh Tlatar yaitu sungai Pepe (Kali Pepe) untuk mencari tempat yang aman dan akhirnya bersembunyi di kebun dan persawahan di sebelah Timur Dukuh Gombol (Wawancara dengan Karso Diharjo, 18 Maret 2014). Akibat dari kontak senjata dari kedua belah pihak, maka dari salah satu anggota Tentara Pelajar SA/CSA yang bernama Sugiman, tertembak di bagian betis. Pasukan Belanda tidak berhasil melumpuhkan dan menghabisi pasukan dari Tentara Pelajar SA/CSA Seksi II yang ada di Dukuh Tlatar. Hal ini membuat Tentara Belanda frustasi dan sebagai pelampiasan kegagalannya, Tentara Belanda menyerang dan membunuh siapa saja yang bertemu mereka di Dukuh Tlatar, Desa Kebonbimo. Akibat dari tembakan yang dilepaskan oleh pasukan Belanda di pihak masyarakat Kebonbimo khususnya warga Dukuh Tlatar mengakibatkan 7 orang menjadi korban. Rumah yang dicurigai pihak Belanda sebagai tempat persembunyian Tentara Pelajar SA/CSA dibakar, harta benda dirampok sampai kuda pun dibawa untuk mengangkut korban mereka sendiri dari pihak Tentara Belanda. Peristiwa ini dikalangan masyarakat Dukuh Tlatar dan sekitarnya dinamakan dengan Perang Pruputan. Selang beberapa minggu setelah peristiwa dari tanggal 14 Juli 1949, terjadi serangan dengan cara yang lebih besar di Markas Kompi I yang berada di Dukuh Kentengsari, Desa Kener dengan cara diserang dan dikepung dari berbagai arah oleh Tentara 61

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

PERAN MASYARAKAT KEBONBIMO DALAM MENDUKUNG PERJUANGAN TENTARA PELAJAR SA/CSA PADA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN

PERAN MASYARAKAT KEBONBIMO DALAM MENDUKUNG PERJUANGAN TENTARA PELAJAR SA/CSA PADA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN PERAN MASYARAKAT KEBONBIMO DALAM MENDUKUNG PERJUANGAN TENTARA PELAJAR SA/CSA PADA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948-1949 Ari Wibowo, Emy Wuryani, Sunardi Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun , masyarakat

BAB V PENUTUP. bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun , masyarakat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1948-1949, masyarakat Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali,

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Walaupun Indonesia sudah merdeka, Jepang belum mengakui kemerdekaan Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mempunyai fungsi langsung dan kepentingan masing-masing, sehingga

BAB II KAJIAN TEORI. mempunyai fungsi langsung dan kepentingan masing-masing, sehingga BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Peran Adanya konflik merupakan suatu bukti keberadaannya peranan pada suatu tempat atau wilayah oleh kelompok atau golongan yang sudah terkoordinasi. Maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 BANDUNG LAUTAN API PETA KONSEP BANDUNG LAUTAN API LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 PENGOSONGAN BANDUNG Peristiwa Bandung Lautan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Purwanto, S.Pd.SD SD Negeri 3 Slogohimo Multimedia Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Kelas V B Skip >> SK/KD TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda. 2 Perjuangan dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia terus dilakukan. Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul dengan instruksi penghentian tembak menembak

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Bahasan utama dalam kesimpulan ini merupakan intisari dari hasil penelitian

Lebih terperinci

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio. Tugas IPS. Drama : Sejak pagi hari sebelum naskah Proklamasi dikumandangkan, sejumlah pemuda yang mengikuti pertemuan di kediaman Maeda disibukkan dengan kegiatan menyebarkan berita Proklmasi. Dengan semangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis paparkan dalam kajian Peran Masyarakat Tengaran Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang gigih dan tidak mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur BAB V KESIMPULAN Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara 110-01 - 51 Bujur Timur dan 110-26 - 56 Bujur Timur dan 7-19 - 13 Lintang Selatan dan 7-42 - 14 Lintang Selatan, dengan batas-batas yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita

Lebih terperinci

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini Silahkan Baca Tragedi PKI Ini Nusantarapos,- Apakah Pantas Soeharto Diampuni?, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca Indonesia merdeka, Belanda masih berupaya untuk kembali menguasai Indonesia. Begitu pula pimpinan sekutu, Laksamana Mountbatten secara resmi memerintahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan BAB V KESIMPULAN Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan suatu bukti perwujudan dari tekad dan kehendak Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli

BAB V KESIMPULAN. Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli 1927 dan meninggal di Ambon, 4 November 1950 pada umur 23 tahun adalah seorang tentara Indonesia.

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah negara selain memiliki wilayah dan Penduduk, sebuah negara juga harus memiliki sebuah Angkatan Bersejanta untuk mengamankan wilayah kedaulatan negaranya.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah. BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode

Lebih terperinci

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA PASCA KEMERDEKAAN Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan keputusan: Mengesahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Perjuangan Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan

Lebih terperinci

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? http://m.kaskus.co.id/thread/5640b87f12e257b1148b4570/kenapa-soeharto-tidak-mencegah-g30s-1965/ PERAN Soeharto dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 ternyata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pada tanggal 15 agustus 1945 tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pada tanggal 15 agustus 1945 tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada tanggal 15 agustus 1945 tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Setelah mendengar berita tersebut, bangsa Indonesia segera mempersiapkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Reorganisasi dan Rasionalisasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) 1948-1950: Dari Pembentukan

Lebih terperinci

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 - Rengasdengklok hanyalah sebuah kota kecamatan kecil di wilayah kabupaten Karawang, Jawa Barat. Namun tanpa Rengasdengklok yang terletak di sebelah utara kota Karawang ini barangkali perjalanan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera utara dan merupakan kota kedua terbesar setelah Medan. Pematang Siantar terdiri dari 8

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI Setelah Belanda mundur dan meninggalkan Indonesia, ada beberapa hal yang terjadi: Belanda menyingkir ke Australia. Belanda membentuk dua buah organisasi Sekutu, yaitu AFNEI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi ketika bangsa Jepang

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

Letkol Inf Jansen Simanjuntak, Kapendam XVII Cendrawasih, Jayapura, Papua

Letkol Inf Jansen Simanjuntak, Kapendam XVII Cendrawasih, Jayapura, Papua Letkol Inf Jansen Simanjuntak, Kapendam XVII Cendrawasih, Jayapura, Papua Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus bergerak di Papua. Tidak hanya melakukan aktivitas politik tapi menggunakan kekerasan. Mereka

Lebih terperinci

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda.

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda. BAB V KESIMPULAN Kalau sudah membaca tulisan di atas maka kita dapat menarik kesimpulan dengan jelas bahwa perjuangan Rakyat Karo bersama dengan Tentara Indonesia Tidak bisa di pandang sebelah mata. Karena

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lampung masih merupakan sebuah karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian Dalam Negeri dari

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

PERTEMPURAN SIDOBUNDER DI KEBUMEN TAHUN 1947 SKRIPSI

PERTEMPURAN SIDOBUNDER DI KEBUMEN TAHUN 1947 SKRIPSI PERTEMPURAN SIDOBUNDER DI KEBUMEN TAHUN 1947 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh: TUTI

Lebih terperinci

PASUKAN IMAM *) Oleh: Ir. Sunardi, MT. **)

PASUKAN IMAM *) Oleh: Ir. Sunardi, MT. **) PASUKAN IMAM *) Oleh: Ir. Sunardi, MT. **) Pembuka Hari Jum at Legi, tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamirkan kemerdekaanya oleh Soekarno dan Moh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca proklamasi 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia dihadapkan kepada upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu yang ingin menancapkan kembali kekuasaan

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN TEORI dan PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II. KAJIAN TEORI dan PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI dan PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Mendidik dan pendidikan adalah 2 hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan

Lebih terperinci

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai Karim 1 Mahir Karim Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 9 September 2011 PERANG DI INDONESIA Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai ada orang Indonesia

Lebih terperinci

GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN. Oleh : Ernawati Purwaningsih

GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN. Oleh : Ernawati Purwaningsih GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN Oleh : Ernawati Purwaningsih Pada saat meletus pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 Kabupaten Gunung Kidul juga terkena imbasnya. Pada suatu hari sekitar pukul

Lebih terperinci

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] BERADA DI TENGAH-TENGAH AKSI TERORISME i [Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] Bukanlah hal yang diduga bila suatu waktu anda tiba-tiba berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci