BAB III 1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Luas kecamatan Kota waikbubak 44,71 km 2 dengan ketinggian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III 1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Luas kecamatan Kota waikbubak 44,71 km 2 dengan ketinggian"

Transkripsi

1 BAB III A. HASIL PENELITIAN 1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Luas kecamatan Kota waikbubak 44,71 km 2 dengan ketinggian meter dari permukaan laut. Kecamatan kota waikabubak merupakan wilayah administratif dan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Barat. Secara geografis kecamatan kota waikabubak memiliki batas-batas geografis adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Wanukaka 2) Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Loli 3) Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Loli 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Sumba Tengah Keadaan iklim kecamatan Kota Waikabubak terjadi dua musim secara bergantian pada setiap tahun yaitu musim hujan mulai dari bulan November sampai dengan bulan Mei dan musim kemarau mulai bulan Juni sampai dengan bulan November. Jumlah penduduk kecamatan Kota Waikabubak pada tahun 2009 yaitu berjumlah jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Kota Waikabubak Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 Kec. Kota Kepala Laki-laki Perempuan Jumlah waikabubak keluarga

2 Sumba Barat dalam angka tahun 2010 Kecamatan kota Waikabubak terdiri dari 5 kelurahan dan 7 Desa, yaitu sebagai berikut : 1. Kelurahan Komerda. 2. Kelurahan Maliti. 3. Kelurahan Kampung Sawah. 4. Kelurahan Kampung Baru. 5. Kelurahan Padeeweta. 6. Desa Kalimbukuni. 7. Desa Tebara. 8. Desa Sobarade. 9. Desa Kodaka. 10. Desa Modu Wemaringu. 11. Desa Lapale. 12. Desa Puumawo. 2. KEADAAN SOSIAL BUDAYA 1) Agama Agama adalah keyakinan hidup rohani pemeluknya, baik perseorangan maupun kelompok. Oleh karena itu agama merupakan suatu kesatuan moral yang paling mendasar serta mempunyai andil yang besar dalam kehidupan manusia yang didalamnya terdapat ajaran yang menentukan, membimbing serta mengarahkan pada 56

3 interaksi manusia, baik terhadap Tuhan, sesama, dan terhadap lingkungan sekitarnya. Budaya orang loli (Marapu) tidak selalu sejalan dengan agama resmi yang sering dianggap produk kebudayaan asing, meskipun sekarang sudah banyak yang membaurkan antara budaya Sumba dan kebudayaan dari luar Sumba. Bentuk pembauran ini antara lain tampak dari perkawinan orang kristen Sumba yang harus membawa Belis secara adat istiadat, setelah itu baru nikah secara kristen. 41 Penduduk kecamatan Kota Waikabubak mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Namun masyarakat di kecamatan Kota Waikabubak masih ada yang menganut agama suku atau aliran kepercayaan Marapu. Marapu adalah suatu kepercayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu memeberikan keselamatan dan ketentraman serta kekuatan tertinggi yang disebut amola ama rawi, yang artinya yang membuat dan menciptakan. 42 Pada tabel 3 berikut ini, ditampakkan data jumlah penduduk di kecamatan Kota Waikabubak sesuai agama yang dianut. Tabel 3 Jumlah Penduduk Beragama di Kecamatan Kota Waikabubak Kec. Kota Islam Kristen Katolik hindu bhudha Lain-lain Jumlah Waikabubak (Marapu) Sumba Barat dalam angka 2010 Untuk data di atas perlu dipahami bahwa meskipun mayoritas pemeluk agama resmi, tetapi tidak semuanya adalah penghayat murni agama Kristen, Katolik, Islam, 41 wawancara dengan pale seingu tua adat marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 42 wawancara dengan Tagubore Nono, salah satu penganut marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 57

4 dan Hindu. Di dalam pemeluk agama resmi di antaranya ada pemeluk Marapu yang terpaksa memilih agama Kristen, Katolik, Islam, dan Hindu yang merupakan agama mayoritas di Sumba. Dengan demikian, ada dua kategori penganut Marapu, yakni penghayat murni dan pemeluk marapu tidak murni. 2) Pendidikan Perkembanmgan pendidikan di kecamatan Kota Waikabubak sangat maju sesuai dengan irama perkembangan zaman dan mendapat perhatian penuh dari orang tua dan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Pendidkan merupakan suatu bidang pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang dapat di handalkan dalam pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Secara prinsipil pendidikan merupakan upaya untuk membawa individu agar mengalami perubahan perilaku dalam hidupnya. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan Kota Waikabubak Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Banyak Sekolah, Guru, dan Murid di kecamatan Kota Waikabubak Tahun 2010 Tingkatan Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah guru Jumlah Murid TK SDN/Swasta SMPN/Swasta

5 SMAN/Swasta SMK Sumba barat dalam angka ) Bahasa Bahasa daerah yang terdapat pada kecamatan Kota Waikabubak adalah bahasa Loli, dalam aktifitas sehari-hari yang bersifat in formal dapat digunakan bahasa Loli atau bahasa Indonesia, sedangkan pada kegiatan yang berifat formal masyarakat menggunakan bahasa indonesia. bahasa loli diwariskan secara turun temurun, bahasa diwarisi setiap kelompok masyarakat terasa kedudukan dan peranannya akan sangat penting bila ada aktifitas adat yang dilakukan secara bersama-sama seperti upacara kematian, upacara perkawinan dan upacara panen. Dalam kehidupan masyarakat Sumba Barat pada umumnya dan kecamatan Kota Waikabubak pada khususnya bahwa bahasa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat. Karena bahasa sebagai alat komunikasi, maka bahasa merupakan cerminan dari salah satu unsur kebutuhan yang universal. Bahasa daerah seperti bahasa Loli memilki dialek yang berbeda-beda tetapi artinya sama. 4) Budaya Orang Loli memiliki budaya dan ritual-ritual atau acara-acara adat yang sangat khas, ritual atau acara budaya ini tidak terlepas adanya pengaruh dari kepercayaan marapu itu sendiri misalnya pada acara perkawinan dan kematian. Acara atau ritual yang juga sering diadakan yang berkaitan dengan aliran kepercayaan Marapu, antara lainnya sebagai berikut : 59

6 a. Wulla Poddu Wulla podu adalah salah satu ritual atau acara aliran kepercayaan marapu dimana wulla berarti bulan dan poddu berarti suci. Jadi wulla podu berarti bulan suci. Pada saat wulla poddu dilaksanakan ada beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali, meskipun ia bukan orang kepercayaan marapu. Larangan-larangan itu antara lain pada saat wulla podu berlangsung semua orang dilarang membuat rumah, membunyikan gong atau alat-alat yang berbunyi keras, dilarang masuk kebun, dan dilarang memotong hewan (kerbau, kuda dan sapi) pada saat acara penguburan. b. Pasola Pasola adalah acara budaya orang wanokaka yaitu merupakan salah satu adat istiadat orang marapu, pasola berasal dari skandal janda cantik jelita, Rabu Kaba. ada tiga bersaudara: Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu Dula memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka hendak melaut untuk mencari makanan dan mereka tidak kembali dalam waktu yang lama dan dinyatakan meninggal oleh seluruh rakyatnya. Rabu kaba istri dari umbu dula mendapat pelabuhan hati Rda Gaiparona asal Kampung Kodi. Namun adat tidak menghendaki perkawinan mereka, sehingga mereka nekat melakukan kawin lari. Beberapa waktu berselang, ke tiga pemimpin warga Waiwuang ternyata belum meninggal dan warga waiwuang pun bersukacita. Umbu Dulla menanyakan perihal istrinya rabu kaba, Yang mulia Sri Ratu telah dilarikan Teda Gaiparona ke 60

7 Kampung Kodi, jawab warga Waiwulang pilu. Lalu seluruh warga Waiwulang dikerahkan untuk mencari dua sejoli yang lagi mabuk kepayang itu. Akhirnya keduanya ditemukan di kaki gunung Bodu Hula. Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang di kaki gunung Bodu Hula namun Rabu Kaba yang telah meneguk madu asmara Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Ia tidak mau dipisahkan lagi. Kemudian Rabu Kaba meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta pernikahan keluarga, Teda Gaiparona berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan Rabu Kaba. Atas dasar hikayat ini, setiap tahun warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka, di Sumba Barat mengadakan bulan (wula) nyale dan pesta pasola. Meskipun acara ini dilaksanakan oleh orang wanokaka tapi ada juga dari suku loli yang turut ambil bagian dalam ritual ini pada setiap tahunnya. c. Ritual agraris (paba/o uma marapu) Sawah atau ladang ini adalah milik marapu itu sendiri dimana pada saat menyebar bibit, tanam dan pada saat panen dilakukan ritual-ritual khusus seperti memukul gong dan memotong ayam atau babi yang dipersembahkan kepada marapu. 61

8 d. Yaiwo Acara ini sering dilakukan oleh orang marapu, acara ini sama halnya dengan berdoa atau melakukan pemujaan kepada marapu yang dilakukan dengan cara khusus dan untuk hal-hal tertentu juga, misalnya para rato adat melakukan yaiwo untuk orang yang mati dalam medan perang/terbunuh dengan senjata tajam, biasanya orang mati akan dikubur dalam batu kubur dan harus adanya penyembelihan ternak seperti halnya kebudayaan orang Sumba pada umumnya, tetapi unutk kematian seperti ini mayat akan dikubur dalam tanah dan tidak dilakukan penyembelihan ternak, maka yaiwo dilakukan untuk pengambilan arwah di tempat matinya orang tersebut dan agar arwahnya bisa tenang dan tidak gentanyangan. Ritual yaiwo juga dilakukan untuk orang yang berzinah, orang akan memasuki rumah baru dan peresmian rumah marapu atau tempat penyimpanan marapu itu sendiri. 3. PAMAHAMAN TENTANG MARAPU MENURUT PENGANUT DAN APARATUR PEMERINTAH a. Pemahaman tentang Marapu menurut penganutnya 1) Pengertian marapu menurut penganut Bagi penganut Marapu sendiri, Marapu adalah suatu kepercayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu memberikan keselamatan dan ketentraman serta kekuatan tertinggi yang disebut amola ama rawi, yang artinya yang membuat 62

9 dan menciptakan. 43 Marapu bagi penganutnya juga berarti roh nenek moyang yang memberikan keselamatan, kehidupan, dan segala berkat baik dalam berkebun dan bersawah bagi anak cucunya yang masi hidup 44, dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat dan bersembunyi di atas langit sebagai nenek moyang yang memeberi berkat bagi manusia. 45 2) Pandangan penganut Marapu terhadap agama resmi Bagi penganut Marapu, Marapu adalah sistem keyakinan yang setara dengan agama resmi yang lain berdasarkan kriteria kepercayaan kepada pencipta, mereka setara dengan agama lain, agama resmi percaya dengan adanya pencipta begitu pun dengan aliran kepercayaan Marapu, 46 oleh karena itu orang Marapu juga menyembah Marapu sebagai tuhan yang maha kuasa, 47 sebagai tujuan hidup dalam penyembahan 48. Marapu dan budaya adalah satu, dalam budaya ada Marapu itu sendiri. 49 Berkaitan dengan agama resmi ada dua pandangan yang hidup di antara penganut Marapu. Pandangan pertama menganggap bahwa agama resmi bertentangan 43 wawancara dengan Tagubore Nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 44 wawancara dengan Pale Seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 45 wawancara dengan Dukka Bongo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 46 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 47 wawancara dengan Tagubore Nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul 48 wawancara dengan Pale seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 49 wawancara dengan Dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 63

10 dengan Marapu karena adat istiadat berbeda dengan agama resmi. 50 Pandangan yang kedua Marapu tidak bertentangan dengan agama-agama yang ada, tapi dalam segi pelaksanaan upacara adat penganut aliran kepercayaan Marapu berbeda dengan agama-agama yang ada dalam cara penyembahan dan pengucapan dalam bahasa adat, 51 perbedaanya hanya terdapat pada cara penyampaiannya, 52 tetapi banyak dari penganut aliran kepercayaan Marapu yang sekarang masuk agama lain, karena di ajak dengan berbagai cara. 53 Meskipun demikian, para penganut Marapu yang menjadi responden beranggapan bahwa implementasi Marapu secara penuh tidak bisa sejalan, hal ini tidak bisa dilakukan karena penganut aliran kepercayaan Marapu sudah punya Marapu sebagai a ma wolla a ma rawi yang menjadi sumber berkat dalam kehidupan, 54 pada sisi lain menurut penganut aliran kepercayaan Marapu, Marapu hanya ada satu 55 dan hanya bisa menjalankan adat saja yang sesuai dengan Marapu. 56 Para penganut Marapu yang telah diwawancara menyatakan hanya memeluk Marapu saja, alasannya karena telah meyakini Marapu itu dari kecil dan 50 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 51 wawancara dengan Tagubore nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 52 wawancara dengan Dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 53 wawancara dengan Pale seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 54 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 55 wawancara dengan Tagubore nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 56 wawancara dengan Dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 64

11 melaksanakan secara penuh baik dalam hal nobba (upacara sembayang), terlebih pada acara wulla poddua karena merupakan salah satu rato nobba. 57 Para rato adat hanya mengerti adanya ajaran Marapu yang diajarkan dari nenek moyang tidak mengerti dengan ajaran-ajaran lain dan menjalankan Marapu secara total seperti wulla poddu, upacara kelahiran, upacara kematian, dan upacara panen hasil sawah dan ladang 58 dan melakukan ritual-ritual secara total, karena setiap tahunnya mempunyai kegiatankegiatan yang terus menerus dilaksanakan dan ada juga penganut Marapu yang dalam KTP ia beragama kristen karena Marapu tidak ada dalam KTP, jadi ia memilih agama kristen. Meskipun ia beragama kristen pada KTP ia tetap menjalankan Marapu secarah menyeluruh, semua ritual dalam Marapu selalu diikuti dan dilaksanakan. 59 Para penghayat Marapu mengatakan bahwa mereka sudah dari kecil menjadi pemeluk keyakinan Marapu karena faktor orang tua yang juga menjadi rato adat kemudian diturunkan kepada anaknya sebagai penerus 60 dan juga ajaran Marapu ini sudah diajarkan dari kakek dan nenek. 61 Para penganut Marapu yang diwawancara mengatakan bahwa pemerintah mengurus diri mereka sendiri dan begitu pun penganut aliran kepercayaan Marapu, tetapi pemerintah adalah saudara-saudara penganut aliran kepercayaan Marapu 57 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 58 wawancara dengan Tagubore nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 59 wawancara dengan dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 60 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 61 wawancara dengan Pale seinggu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 65

12 sendiri. 62 Apabila penganut aliran kepercayaan Marapu melaksanakan wulla poddu atau bulan suci pemerintah sangat mendukung, dan saling mengerti meskipun pemerintah adalah Kristen. 63 Sikap agama, pemerintah dan penganut aliran kepercayaan Marapu saling menghargai. 64 3) Pemahaman penganut Marapu tentang agama resmi Secara budaya dan adat istiadat penganut aliran kepercayaan Marapu tidak sejalan dengan agama-agama lain karena mempunyai tata cara tersendiri yang berasal dari nenek moyang. Orang Marapu selalu menghargai agama-agama lain yang ada, karena bagi penghayat marapu mereka adalah keluarga besar. 65 Meskipun Marapu dan agama lain berbeda tetapi banyak tata cara atau budaya orang Sumba yang telah berbaur dengan agama lain, 66 misalnya setiap orang Kristen harus membawa belis secara adat istiadat, setelah itu baru nikah secra Kristen. Belis sebenarnya ada yang telah diciptakan oleh nenek moyang yang merupakan Marapu. 67 Para penganut Marapu sangat tidak setuju dengan orang-orang yang menolak Marapu karena menurut penganut aliran kepercayaan Marapu, mereka bukan pencuri 62 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 63 wawancara dengan Tagubore nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 64 wawancara dengan Pale seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 65 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. 66 wawancara dengan dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 67 wawancara dengan Pale seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 66

13 atau perampok yang harus dijauhi, karena mereka hanya meyakini dengan apa yang menurut mereka adalah sesuatu yang benar. 68 Hubungan antara penganut Marapu dan agama lain sangat erat satu sama lainnya dan sangat berterima kasih kepada mereka, karena masih menghargai adat istiadat nenek moyang meskipun mereka adalah orang Kristen. 69 Tetapi penghayat Marapu juga menyayangkan bagi anggapan orang-orang yang menganggap penganut Marupu adalah kafir yang harus di selamatkan dan agar memeluk salah satu agama, namun bagi penganut aliran kepercayaan Marapu hal itu merupakan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan. 70 Hubungan antara penganut Marapu dengan orang yang masih menerima praktek ritual Marapu, penganut Marapu sangat menghargai mereka, apabila perayaan wulla poddu penganut Marapu juga mengundang dan menjamu seluruh orang yang datang ke kampung baik itu Kristen atau agama lain. 71 Penganut Marapu menerima mereka dengan senang hati karena masih ada orang-orang kami yang beragama kristen tapi mereka juga tetap melakukan ajaran-ajaran nenek moyang. 72 Ada yang penganut aliran kepercayaan Marapu yang meninggalkan Marapu, Menurut penganut Marapu Itu terserah mereka, karena itu adalah hak mereka. 68 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 69 wawancara dengan Dukka Bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 70 wawancara dengan Pale seinggu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul 71 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 72 wawancara dengan Tagubore Nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 67

14 Mungkin menurut dia itu adalah sesuatu hal yang benar. 73 Meskipun sudah banyak sodara-sodara penganut aliran kepercayaan Marapu yang telah masuk dalam agamaagama lain. Tapi kami tetap mengasihi mereka. 74 Tetapi ada juga yang berpendapat lain, ada penganut Marapu yang tidak rela anaknya masuk agama lain karena menurut anak itu merupakan penerus dalam menjalankan adat istiadat yang sesuai dengan Marapu. 75 Para penganut Marapu tidak terlalu mempersoalkan dengan adanya penganut aliran kepercayaan Marapu yang beralih keagama lain, menurut penganut Marapu itu terserah mereka mau memeluk agama lain atau marapu yang terpenting sekarang kami masih orang marapu. 76 Bagi mereka tidak dapat pindah dalam agama-agama lain, karena kalau mereka meninggalkan Marapu berarti tidak ada lagi yang menjalankan upacara adat ini, tetapi apabila kalau ada salah satu dari keluarga besar mereka yang masuk agama lain mereka tidak akan melarangnya, asalkan jangan satu keluarga besar masuk agama lain, mereka akan menolaknya. 77 Bagi mereka itu sah-sah saja seseorang berpindah pada agama lain asalkan bukan bukan penerus adat, 78 karena ada juga para penganut Marapu yang telah merelakan 73 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 74 wawancara dengan Tagubore Nono penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 18 mei 2011 pukul WIB. 75 wawancara dengan Dukka Bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 76 wawancara dengan Rowa dima penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 juni 2011 pukul 77 Tagubore Nono Hasil wawancara dengan dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu 78 wawancara dengan dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 4 juni 2011 pukul 68

15 anak mereka untuk masuk pada agama lain, yang terpenting dia bukan penerus adat istiadat. 79 b. Pandangan aparatur pemerintah terhadap Marapu Bagi aparatur pemerintah, Marapu merupakan salah satu aliran kepercayaan yang ada di sumba yang di anut oleh masyarakat sumba dimana dalam menyampaikan permintaan/ucapan syukur kepada yang berkuasa atau alam semesta dilakukan melalui upacara adat/ritual-ritual adat dengan peraturan roh-roh nenek moyang 80 yang dijadikan panutan dalam hidup 81 dimana bahwa mereka itu mempunyai keyakinan bahwa Marapu itu sama dengan Tuhan yang Maha kuasa. 82 Marapu bukan merupakan agama tetapi merupakan aliran kepercayaan. Dipandang dari segi agama, Marapu pelahan-lahan harus dihilangkan karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran dalam alkitab, tetapi apabila dipandang dari segi budaya Marapu perlu dilestarikan kerena merupakan aset budaya dan daya tarik bagi wisatawan lokal maupun manca negara wawancara dengan Pale Seingu penganut aliran kepercayaan marapu. tanggal 8 mei 2011 pukul WIB 80 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 81 wawancara dengan Anderias Umbu Lele (kepala desa Klaimbukuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 82 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 83 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 69

16 Menurut kepercayaaan orang loli khususnya orang kepercayaan Marapu memepunyai keyakinan nanti pada akhirnya Marapu yang membawa keselamatan. Dalam hal berusaha atau keberhasilan dalam marapu semua itu berasal dari Marapu. a. Segala berkat yang ada pertolongan dari Marapu. b. Salah satu budaya yang selalu dilaksanakan bagi orang yang mepercayainya. Salah satu budaya yang selalu harus dilestarikan, tidak bisa dihilangkan, tetapi harus dilestarikan untuk objek wisata karena di tinjau dari segi budaya, dilihat dari segi ajaran bagi orang kristen mereka belum mempunyai Tuhan atau dalam kristen Tuhan kita adalah Tuhan Allah, jadi harus dihilangkan secara perlahan-lahan. Supaya mereka bisa mempunyai Tuhan. Tetapi karena menjadi budaya yang menjadi objek wisata maka budaya Marapu harus dilestarikan. 84 Karena acara-acara dari Marapu itu sendiri merupakan budaya yang terus berlangsung sama dengan saat ini. Jadi Marapu itu adalah aliran kepercayaan dan pada sisi lainya juga merupakan budaya, Jadi Marapu itu harus dilsetarikan dan tidak bisa dihilangkan, karena merupakan indentitas budaya bangsa dan aset bangsa Indonesia. 85 Para penganut Marapu pada saat ini masih menjalankan ritual-ritual adat yang merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan para penganut Marapu sangat baik terhadap sesama maupun terhadap orang yang baru mereka kenal 84 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 85 wawancara dengan Anderias Umbu Lele (kepala desa Klaimbukuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 70

17 sekalipun. 86 Dilihat dari orang-orang kepercayaan marapu sebetulnya mereka satu, sama-sama punya maroba Allah (Tuhan allah), hanya pelaksanaan atau tatacara yang berbeda seperti berdoanya pada batu dan pohon kayu. 1) Kristen memepunyai sang pencipta yaitu tuhan allah 2) Marapu memepunyai sang pencipta yaitu a mola a marawi (tuhan allah) Sebenarnya sama saja dengan kristen cuman hanya berbeda tatacara penyebutan dan ibadah. 87 Rata-rata dari para penganut Marapu, mereka sangat menghargai dan menghormati agama lain dan Pada saat upacara wulla podu dari tahun ketahun volume penonton yang menghadiri perayaan Marapu ini bertambah terus, baik wisatawan asing maupun lokal. 88 Para penganut Marapu tidak selamanya harus memilih salah satu agama resmi, tergantung yang bersangkutan dan tidak bisa dipaksakan karena dapat melanggar HAM dan mereka sendiri mempunyai hak untuk untuk memilih agama yang mereka ingini atau percayai. 89 Mereka sama proporsinya dengan agama lain, jadi mereka tidak perlu memilih salah satu dari 6 agama resmi yang ada. 90 Marapu 86 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 87 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 88 wawancara dengan Anderias Umbu Lele (kepala desa Klaimbukuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 89 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 90 wawancara dengan Anderias Umbu Lele (kepala desa Klaimbukuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 71

18 bukan merupakan agama sesuai undang-undang sehingga para penganut bebas memilih agama yang mereka inginkan. 91 Penganut Marapu tidak bersikap eksklusif dari penganut agama lain karena dalam kehidupan sehari-hari saling berinteraksi satu sama lain. 92 Mereka sangat transparan karena untuk melaksanakan ibadah atau poddu mereka tidak tertutup justru mereka bangga dalam melangsanakan tatacara ibadah 93 dan saling menghormati antar umat beragama, contoh pada saat natal mereka ikut memberikan selamat natal. Secara umum masyarakat memandang para penganut Marapu sama seperti penganut agama lain di mana mereka sangat menghargai nilai norma-norma yang ada dalam masyarakat sekitar. 94 Namun ada beberapa upacara aliran kepercayaan Marapu memakan biaya yang cukup besar contoh dalam acara Tauna Marapu dimana beratus-ratus babi dan ayam harus di potong dalam acara ini. Acara ini untuk salaing bertoleransi dalam umat kristen juga karena ada juga orang kristen yang akan menyumbang babi atau ayam dalam acara ini 95 sehingga mereka saling berbaur dalam kehidupan bermasyarakat, pada intinya tidak ada yang membedakan antara orang Marapu atau yang lain, karena menurut saya mereka sama saja. Pada saat bulan pemali atau wulla poddu larangan-larangan yang yang menjadi tradisi orang Marapu, 91 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 92 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 93 wawancara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 94 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 95 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 72

19 orang yang beragama lain pun tidak boleh melanggar karena berlaku untuk semua orang yang berada pada daerah loli. Seperti daduka dan tabba wanno KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU A. Administrasi kependudukan Kartu Tanda Penduduk Marapu belum di akui secara nasional sebagai agama, karena agama yang berlaku di indonesia hanya enam yang resmi, oleh karena itu Marapu bukan merupakan agama tetapi merupakan aliran kepercayaan oleh karena itu kolom agama pada kartu tanda penduduk dikosong. 97 Pemerintah daerah mengakomodasi para penganut Marapu dalam pengurusan KTP, dalam pengurusannya untuk agama tidak di cantumkan karena Marapu merupakan aliran kepercayaan saja. 98 Tetapi ada dari penganut Marapu biasanya diisi agama kristen pada kolom agamanya hal ini di lihat pada warga yang memang pemeluk aliran kepercayaaan marapu tetapi diisi kristen. 99 Ada beberapa penduduk penganut aliran kepercayaan Marapu yang tidak memiliki KTP selama ia hidup karena tidak adanya aliran kepercayaan Marapu pada 96 wawancara dengan Anderias Umbu Lele (kepala desa Klaimbukuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 97 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 98 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 99 wawancara dengan Anderia Umbu Lele (kepala desa kalimbu kuni). tanggal 6 agustus 2011 pukul 73

20 kolom agama pada KTP, pale seingu dan rowa dima yang tidak mempunyai KTP karena mereka tidak adanya Marapu dalam kolom agama pada KTP. 100 Ada pun sodara tagubore nono dan dukka bonggo yang memiliki kartu tanda penduduk dan beragama kristen dalam KTP tetapi mereka sebenarnya adalah penganut aliran kepercayaan Marapu, mereka memilih kristen karena tidak adanya pilihan lain. Meskipun mereka beragama kristen pada KTP tetapi mereka tidak menjalankan ibadah secara kristen mereka tetap menjalankan adat istiadat atau ritual-ritual secara aliran kepercayaan Marapu. 101 Akte kelahiran Salah satu syarat pengurusan Akta kelahiran harus ada surat babtis dari gereja atau surat yang diketahui oleh bidan desa. kalau anak dapat di buatkan akte kelahiran karena ada saksi bidan yang membantu proses kelahiran, Syarat dari pembuatan akte kelahiran harus ada kartu keluarga, yang penting dia warga negara indonesia (WNI) maka dapat di buatkan akte kelahiran dan yang penting ada kartu keluarga. 102 Akta Perkawinan Khusus untuk pasangan suami istri yang Marapu, hal ini memang alot. apabila dilihat pada agama kristen karena dalam kristen ada akta nikah tertulis sebagai syarat pembuatan akta nikah. Sedangkan pasangan Marapu terus terang 100 wawancara dengan pale seingu tua adat marapu dan Hasil wawancara dengan Tagubore Nono tua salah satu penganut marapu. 101 wawancara dengan dukka bonggo penganut aliran kepercayaan marapu dan Hasil wawancara dengan Tagubore Nono tua salah satu penganut marapu. 102 wawancara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 74

21 selama ini belum ada yang di buat akta nikahnya atau pencatatan sipilnya. Untuk bisa di buatkan memang dalam undang-undang bisa dibuatkan tetapi di kabupaten kita tidak ada PERDA tau PERBUB sebagai tindak lanjut dari undang-undang. Pasangan Marapu selama ini hanya nikah secara adat saja untuk adat memang sah tetapi untuk negara tidak sah. 103 untuk pencatatan sipil hanya di berikan kepada orang yang menikah dan mempunyai agama saja atau agama yang di akui oleh undang-undang. 104 B. Pendidikan Anak-anak dari penganut aliran kepercayaan Marapu apabila ingin bersekolah maka mereka harus masuk agama kristen karena pelajaran agama hanya pendidikan agama kristen karena kristen merupakan agama mayoritas penduduk kecamatan kota, hal ini juga yang menyebabkan beberapa anak aliran kepercayaan Marapu yang putus sekolah untuk mengantikan orang tua mereka dalam menjalankan adat istiadat dalam ritual Marapu dan ada juga beberapa anak yang dipasrakan oleh orang tuanya meskipun mereka masuk kristen demi mendapatkan akses pendidikian demi masa depan yang lebih baik wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 104 wawancara dengan Jemi saba ora. SSTP (Sekretaris camat kota waikabubak). tanggal 16 juli 2011 pukul WIB. 105 wawancara dengan dukka bonggo, pale seingu, rowa dima dan tagu bore nono. 75

22 C. ANALISIS 1. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum Negara indonesia merupakan negara yang plural dengan banyaknya suku bangsa dan bahasa yang berbeda, dengan adanya perbedaan ini mengakibatkan bnayak agama-agama suku yang berkembang dan ada pula yang akan punah karena indonesia hanya mengakui 6 agama saja melalui penjelasan pasal 1 undang-undang NO 1/PNPS tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama, hal ini yang menyebabkan agama-agama suku di indonesia sangat rentan dengan diskriminasi. sebenarnya Jaminan adanya perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan di indonesia terdapat pada beberapa undang-undang antara lain terdapat pada Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahum 1945 pada pasal 28E ayat 1 dan 2 dan pasal 29 ayat 2 UUD 1945, Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 3, pasal 4 dan pasal 22, Undang-undang No 12 Tahun 2005 tentang pengesahan hak sipil dan politik pasal 18, pasal 20 dan pasal 27, dan Undang-undang No 40 tahun 2008 Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras dan Etnis. Berdasarkan dalam rangka melaksanakan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Rasial, negara pihak berjanji untuk melarang dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi rasial dan menjamin hak setiap orang, tanpa membedakan ras, warna kulit, asal usul etnik atau kebangsaan, untuk mendapatkan kederajatan di hadapn hukum, khususnya dalam menikmati hak atas kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama. 76

23 Pada kenyataannya kebebasan beragama dan berkeyakinan belum dirasakan oleh penganut aliran kepercayaan Marapu karena tidak adanya pengakuan dan perlindungan oleh negara, yang hanya mengakui 6 agama saja. Untuk pengurusanpengurusan dokumen-dokumen sipil seperti akta perkawinan, kartu tanda penduduk, kartu keluarga, akte kelahiran dan pendidikan, penganut aliran kepercayaan Marapu merasa diperlakukan diskriminatif. Seharusnya negara memberikan keadilan yang seadil-adilnya bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali dan seharusnya negara tidak membuat peraturan yang berkaitan denga agama yang resmi untuk diakui oleh warga negaranya karena itu hanya menguntungkan bagi kelompok-kelompok yang mayoritas sedangkan yang minoritas akan tertindas dan terdiskriminasi, karena agama menyangkut hati nurani seseorang dan kepercayaan seseorang kepada Tuhan yang Maha Esa yang ia yakini dan yang ia sembah. Apabila kita melihat pada perundang-undangan kita sudah sangat jelas adanya penjaminan kebebasan beragama, namun pada pelaksanaan peraturan tersebut belum di tegakkan sepenuhnya dan semestinya oleh para aparatur pemerintah karena mereka selalu berpatokan pada agama yang resmi (undang-undang NO 1/PNPS tahu 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama). Hal yang dirasakan oleh penganut aliran kepercayaan Marapu, yang hari demi hari penganutnya semakin berkurang karena beralih pada agama resmi terlepas antara iklas atau tidaknya penganut aliran kepercayaaan Marapu beralih ke agama resmi. Padahal apabila kita pada sisi lainya hal ini menyebabkan penganut Marapu ini punah juga seperti ritualritual yang dilakukan untuk memuja atau memberikan persembahan kepada Marapu 77

24 itu sendiri. Para pengikut Marapu sangat rentan dengan sebutan kafir, padahal mereka juga mempercayai dengan adanya Tuhan sebagai sang pencipta. Penganut aliran kepercayaan Marapu juga berhak atas adanya pengakuan dan perlindungan oleh negara ini dalam hal pelayanan administrasi publik sama halnya yang diperoleh oleh penganut agama resmi. 2. Diskriminasi terhadap penganut Marapu Ada anak-anak dari aliran kepercayaan Marapu yang masuk ke agama resmi lantaran agar mendapat pendidikan, meskipun mereka aliran kepercayaan Marapu karena apabila mendaftar menjadi murid sekolah dasar mereka akan disuruh memilih agama resmi meskipun mereka belum di sakralkan secara agama resmi, misalnya baptis pada agama kristen yang menandakan kalau seseorang sudah sah menjadi kristen dimata agama kristen. Hal ini yang membuat banyak dari anak-anak aliran kepercayaan Marapu yang terpaksa beralih pada agama resmi dan mendapatkan pendidkan agama disekolahnya sesuai dengan agama resmi yang telah mereka pilih. Hal ini yang membuat orang-orang aliran kepercayaan kepercayaan Marapu sangat merasa terdiskriminasi, seharusnya negara memberikan perlindungan kepada seluruh warga negaranya karena konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat bersumber pada konsep-konsep pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan konsep-konsep recthsstaat dan rule of law. Konsep pengakuan perlindungan terhadap hak-hak manusia memberikan sisnya dan konsep recthsstaat dan rule of law. 78

25 Dalam Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menjamin bahwa setiap manusia berhak atas perlindungan HAM dan kebebasan dasar daei manusia tanpa adanya diskriminasi, hal ini dapat dilihat pada pasal 3 yang berbunyi : 1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan. 2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum. 3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa diskriminasi. Seharusnya negara harus melindungi warga negaranya dari segala bentuk diskriminasi seperti yang telah temuat pada pasal 3 Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, tetapi malah yang terjadi selama ini aliran kepercayaan Marapu selalu terdiskriminasi olek karena tidak tegaknya aturan-aturan itu sendiri. Agama-agama resmi merasa kalau mereka dilindungi oleh negara, oleh karena itu mereka selalu berusaha memperluas umatnya dan mulai mencari anggota-anggota baru. Disumba penganut aliran kepercayaan Marapu merupakan sasaran empuk bagi agama-agama resmi untuk mendapatkan anggota baru, salah satu contohnya adalah pemberitaan injil yang dilakukan oleh gereja dan sudah banyak penghayat aliran 79

26 kepercayaan Marapu meninggalkan Marapu dan masuk agama Kristen. Hal ini yang menyebabkan penganut aliran kepercayaan Marapu terdiskriminasi dan dilanggar haknya untuk menganut suatu agama tanpa ada pengaruh dari orang lain karena penganut aliran kepercayaan Marapu tidak mendapat perlindungan, karena menurut penulis pemberitaan injil yang dilakukan oleh gereja-gereja telah melanggar Hak Asasi Manusia seperti yang termuat dalam pasal 22 Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi : 1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaanya itu. 2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Dalam pengurusan kartu tanda penduduk juga ada penganut aliran kepercayaan Marapu juga mendapat perlakuan diskriminatif, seperti apa yang telah dikemukakan oleh kepala desa kalimbukuni yang mengatakan ada warganya yang sebenarnya merupakan aliran kepercayaan Marapu tetapi didalam KTPnya di tulis sebagai Kristen, pada halnya dalam pasal 64 ayat 1 dan 2 Undang-undang NO 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berbunyi : 1. KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah negara Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, lakilaki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan 80

27 darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tandatangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya. 2. Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan. Seharusnya apabila ia adalah penganut atau pemeluk aliran kepercayaaan maka dalam kolom agamanya harus dikosongkan, tetapi hali ini terjadi sebaliknya karena dalam prakteknya di lapangan masih ada pelanggaran yang terjadi seperti apa yang termuat dalam undang-undang ini. Dalam pengurusan akta perkawinan sebagai syarat sahnya suatu perkawinan di mata negara, orang-orang Marapu juga mendapat perlakuan diskriminasi hal ini dapat dilihat pada pengakuan kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil, bahwa Khusus untuk pasangan suami istri yang Marapu, hal ini memang alot. apabila dilihat pada agama kristen karena dalam kristen ada akta nikah tertulis sebagai syarat pembuatan akta nikah. Sedangkan pasangan marapu terus terang selama ini belum ada yang di buat akta nikahnya atau pencatatan sipilnya. Untuk bisa di buatkan memang dalam undang-undang bisa dibuatkan tetapi di kabuapten kita tidak ada PERDA tau PERBUB sebagai tindak lanjut dari undang-undang. Pasangan marapu selama ini hanya nikah secara adat saja untuk adat memang sah tetapi untuk negara 81

28 tidak sah. untuk pencatatan sipil hanya di berikan kepada orang yang menikah dan mempunyai agama saja atau agama yang di akui oleh undang-undang. 106 Hal ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 2 ayat 1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Di perbolehkan adanya perkawinan secara aliran kepercayaan sedangkan dalam prakteknya di lapangan tidak pernah terjadi. Hal ini juga melanggar pasal 67 ayat 2 huruf (a) PERPRES no 25 tahun 2008 tentang persyaratan dan tatacara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, yang berbunyi surat keterangan terjadinya perkawinan dari pemuka agama/pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang di tanda tangani oleh pemuka penghayat kepercayaan. 106 wawacara dengan DRS. Samuel sairo (kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil). tanggal 23 juli 2011 pukul WIB. 82

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 28 TAHUN 2002 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah

Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah IMPLEMENTASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN DI JAWA TENGAH Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah I Salah satu Kepercayaan Masyarakat Mengandung Nilai-nilai Luhur Sifat

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik I n d

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa administrasi

Lebih terperinci

K E P E N D U D U K A N

K E P E N D U D U K A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG K E P E N D U D U K A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk kelancaran, ketertiban

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN BIAYA SANKSI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BERUPA DENDA KETERLAMBATAN PELAPORAN BAGI PEMOHON DOKUMEN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Sejarah singkat desa Kalimbukuni Desa Kalimbukuni adalah salah satu desa yang terbentuk pada Tahun 1958, yang terletak di kecamatan kota Waikabubak, Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 97/PUU-XIV/2016 Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Keluarga dan KTP Bagi Penganut Kepercayaan Dalam Kaitannya Dengan Hak Konstitusional Penganut Kepercayaan Memperoleh

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I. tidak sekedar bisa bersama. Lebih dari itu para founding father bangsa kita ingin agar

BAB I. tidak sekedar bisa bersama. Lebih dari itu para founding father bangsa kita ingin agar BAB I A. Alasan pemilihan judul Negara Indonesia merupakan negara yang plural dari sisi etnisitas, budaya, bahasa dan agama. Keanekaragaman (pluralitas) etnis dalam sebuah negara menjadi titik tolak keragaman

Lebih terperinci

NOVIYANTI NINGSIH F

NOVIYANTI NINGSIH F PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI 1 SALINAN BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR : 3 TAHUN 2016 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat : : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG 1 WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DI KOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BUPATI SEMARANGEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUPATI SEMARANGEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI BUPATI SEMARANGEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPANULI

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI BIAYA PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERBITAN KARTU IDENTITAS ANAK DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 1 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat B U P A T I K A R A W A N G, : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN

Lebih terperinci

. PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

. PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN . PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa warga negara merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SALINAN WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

Lebih terperinci

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN PASER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN PASER Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN PASER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2016

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2016 BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERBITAN KARTU IDENTITAS ANAK DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN ` BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI PATI,

TENTANG BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG - 1 - SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN A. Geografis dan Demografis Desa bantan air merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 12 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci