RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Transkripsi

1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa warga negara merupakan komponen strategis dari suatu negara yang memiliki hak-hak asasi yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya; b. bahwa bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjamin potensi dan martabat manusia sebagai kodrat hak asasi manusia sebagai martabat kepribadian luhur manusia; c. bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan sistem ketatanegaraan dan perkembangan masyarakat; d. bahwa bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Reublik Indonesia Tahun 1945 menuntut peningkatan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk undang-undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1), Pasal 28 H ayat (1), dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 1

2 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan dalam suatu negara antara warga negara dengan negara. 2. Warga Negara adalah anggota dari suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 3. Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui permohonan. 4. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia. 5. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 6. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh Menteri untuk menangani masalah Kewarganegaraan Republik Indonesia. 7. Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia selanjutnta disebut KBRI, Konsulat Jenderal Republik Indonesia selanjutnya disebut KJRI, Konsulat Republik Indonesia selanjutnya disebut KRI, dan Kuasa Usaha Tetap Republik Indonesia selanjutnya disebut KUTAP-RI. 2

3 BAB II WARGA NEGARA INDONESIA Pasal 2 Warga Negara Indonesia adalah: a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia; b. anak yang lahir dari pernikahan seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia; c. anak yang lahir dari pernikahan seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing, kecuali mengakibatkan anak berkewarganegaraan ganda; d. anak yang lahir dari perkawinan seorang ayah Warga Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia yang keduanya menyatakan tetap memilih kewarganegaraan Indonesia bagi anaknya melalui perjanjian nikah dengan tidak menyebabkan berkewarganegaraan ganda; e. anak yang lahir di luar nikah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia kecuali menyebabkan berkewarganegaraan ganda; f. anak yang lahir di luar nikah yang diakui oleh ayahnya seorang warga negara Indonesia, dan pengakuan tersebut dilakukan sebelum anak tersebut berumur 16 (enam belas) tahun atau belum nikah kecuali menyebabkan berkewarganegaraan ganda; g. anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak mendapat Kewarganegaraan ayah atau ibunya; h. anak yang baru lahir yang diketemukan di wilayah Republik Indonesia selama kedua orang tuanya tidak diketahui; i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila orang tuanya tidak mempunyai atau tidak diketahui keberadaan atau Kewarganegaraannya. Pasal 3 (1) Anak dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia apabila berdasarkan ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan Kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan, tetapi orang tuanya menyatakan tetap memilih Kewarganegaraan Indonesia bagi anaknya. (2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dengan melampirkan dokumen atas nama anak tersebut disampaikan kepada Pejabat Perwakilan 3

4 Republik Indonesia setempat, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal kelahiran anak tersebut. (3) Ketentuan mengenai tata cara penyerahan surat pernyataan dan dokumen diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 4 (1) Setelah usia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah nikah anak berhak menyatakan kewarganegaraannya sendiri terhadap pernyataan penerimaan atau penolakan kewarganegaraan oleh orang tuanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, huruf d dan Pasal 3 ayat (1). (2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dengan melampirkan dokumen untuk diserahkan kepada Pejabat. Pasal 5 Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing. Pasal 6 Kewarganegaraan Republik Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. BAB III MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 7 Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diperoleh melalui pewarganegaraan. Pasal 8 Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon apabila telah memenuhi persyaratan: a. sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah nikah; 4

5 b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling sedikit 15 (lima belas) tahun berturut-turut atau selama 20 (dua puluh) tahun tidak berturut-turut; c. sehat jasmani dan rohani; d. cakap berbahasa Indonesia dan mempunyai pengetahuan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sejarah Indonesia; e. tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana paling singkat 1 (satu) tahun; f. apabila memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; g. mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap; dan h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara. Pasal 9 (1) Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam Bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai kepada Presiden melalui Menteri. (2) Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pejabat. Pasal 10 Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima. Pasal 11 (1) Permohonan pewarganegaraan dikenakan biaya. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri. Pasal 12 (1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan. (2) Pengabulan atau penolakan permohonan pewarganegaraan ditetapkan dengan Peraturan Presiden. 5

6 (3) Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima. (4) Permohonan yang ditolak diberitahukan segera kepada yang bersangkutan melalui Menteri dengan alasan yang sah. Pasal 13 (1) Peraturan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan berlaku efektif setelah pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. (2) Apabila sumpah atau janji setia tidak diucapkan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Presiden, keputusan tersebut batal bagi yang bersangkutan, terkecuali dengan alasan yang sah yang disampaikan sebelum masa 3 (tiga) bulan kepada Pengadilan Negeri (3) Peraturan Presiden berlaku efektif bagi seorang ayah atau ibu yang dikabulkan permohonannya kemudian meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji, anak yang ditinggalkannya memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, kecuali setelah berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang bersangkutan menolak Pasal 14 (1) Pengucapan sumpah atau janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dilakukan oleh Pejabat. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah atau janji setia. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berita acara sumpah atau janji kepada menteri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak pengucapan sumpah atau janji setia. Pasal 15 Sumpah atau janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) adalah sebagai berikut: Saya dengan ini menyatakan melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing; Saya bersumpah/berjanji bahwa saya mengakui, tunduk, dan setia pada negara Republik 6

7 Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta hukum Republik Indonesia dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh; Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memikul semua kewajiban yang dibebankan negara kepada saya dengan tulus dan ikhlas. Pasal 16 (1) Setelah mengucapkan sumpah atau janji setia pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian asing atas namanya kepada Kantor Imigrasi terdekat. (2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya 14 hari kerja terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Pasal 17 Petikan Surat Peraturan Presiden tentang pewarganegaraan dalam pasal 13 ayat (1) dan berita acara pengucapan sumpah/janji setia dari Pejabat dalam Pasal 14 ayat (2) menjadi dasar pembuktian yang sah Kewarganegaraan Republik Indonesia seseorang yang memperoleh pewarganegaraan Pasal 18 Ketentuan mengenai tata cara pengajuan permohonan untuk memperoleh status Kewarganegaraan Repuiblik Indonesia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 19 (1) Dalam hal terjadi perceraian antara seorang ibu Warga Negara Republik Indonesia dan ayah Warga Negara Asing, dan hakim menyatakan bahwa anak yang lahir dari pernikahan kedua orang tersebut diserahkan kepada asuhan ibunya, maka ibu anak tersebut mengajukan permohonan kepada Presiden melalui Menteri untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia. (2) Dalam hal putusnya pernikahan karena kematian suami dari seorang isteri Warga Negara Republik Indonesia, ibu dari anak yang mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya 7

8 dapat mengajukan permohonan kepada Presiden melalui Menteri untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia. (3) Pemohon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diajukan oleh ibunya dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal putusnya pernikahan. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dikabulkan jika perolehan Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. (5) Dalam hal tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak digunakan, maka anak yang bersangkutan dapat mengajukan untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam waktu 1 (satu) tahun setelah berusia 21 (dua puluh satu) tahun. Pasal 20 Anak warga negara asing yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum menikah, yang diangkat secara sah menurut keputusan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia, memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia apabila tidak mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. Pasal 21 (1) Orang asing yang telah berjasa kepada Negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberikan Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Republik Indonesia. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dengan Peraturan Pemerintah. 8

9 BAB IV KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 23 Warga negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya apabila yang bersangkutan: a. memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri, dengan pengertian bahwa apabila orang yang bersangkutan pada waktu memperoleh Kewarganegaraan lain itu berada dalam Wilayah Republik Indonesia, Kewarganegaraan Republik Indonesia baru dianggap hilang apabila Presiden atas kehendak sendiri atau atas permohonan orang yang dianggap hilang apabila Presiden atas kehendak sendiri atau atas pemohonan orang yang bersangkutan menyatakan hilang; b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu; c. diakui oleh arang asing sebagai anaknya, jika anak yang bersangkutan belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah dan dengan kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa Kewarganegaraan; d. anak yang diangkat dengan sah oleh seorang asing sebagai anaknya, jika anak yang bersangkutan belum berusia 5 (lima) tahun dan dengan kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; e. Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan orang yang bersangkutan, jika ia telah berusia 21 (dua puluh satu ) tahun, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesianyan tidak menjadi tanpa Kewarganegaraan; f. masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu kepada Presiden. g. tanpa ijin terlebih dahulu dari Presiden masuk dalam dinas Negara asing dinas suatu jabatan dinas negara yang dipangkunya menurut peraturan Republik Indonesia hanya dapat dipangkunya menurut Peraturan Republik Indonesia hanya dapat dipangku oleh Warga Negara atau jabatan dalam dinas organisasi antarnegara tersebut memerlukan sumpah atau janji jabatan; h. mengangkat sumpah atau janji setia kepada negara asing; i. dengan tidak diwajibkan, turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing; j. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atas namanya yang masih berlaku; k. lain dari untuk dinas Negara, selama 5 (lima) tahun berturut-turut bertempat tinggal diluar negeri dengan tidak menyatakan keinginan untuk tetap menjadi Warga Negara sebelum 9

10 waktu itum lampau dan seterusnya tiap-tiap 2 (dua) tahun; keinginan itu harus dinyatakan kepada Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggalnya. Bagi Warga Negara Republik Indonesia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun terkecuali apabila ia sudah pernah menikah, masa 5 (lima) dan 2 (dua) tahun tersebut diatas mulai berlaku pada hari tanggal ia mencapai usia 18 (delapan belas) tahun. Pasal 24 Apabila seorang Warga Negara Republik Indonesia tinggal di negara lain yang mengharuskan mengikuti dinas kemiliteran, harus mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Presiden. Pasal 25 (1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah, berlaku juga terhadap anak-anaknya yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya dengan ketentuan anak tersebut belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan belum nikah, kecuali jika dengan kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia menjadi tanpa kewarganegaraan. (2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu, berlaku juga terhadap anak-anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya dengan ketentuan anak tersebut belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan belum nikah, kecuali jika dengan kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia menjadi tanpa kewarganegaraan. (3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus pernikannya, berlaku juga terhadap anak-anaknya dengan ketentuan anak tersebut belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum nikah, apabila anak-anak tersebut berada dan bertempat tinggal di luar negeri. (4) Dalam hal putusnya pernikahan karena perceraian, ketentuan bagi anak mengenai kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) hanya berlaku apabila berdasarkan penetapan pengadilan anak-anak tersebut pengasuhannya diserahkan kepada ibunya. Pasal 26 (1) Perempuan Warga Negara Republik Indonesia yang nikah dengan pria Warga Negara Asing, kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia, apabila menurut hukum 10

11 negara asal suami, Kewarganegaraan isteri mengikuti Kewarganegaraan suami, sebagai akibat pernikahan tersebut. (2) Dalam hal wanita Warga Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ingin tetap menjadi Warga Negara Republik Indonesia, dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Presiden melalui Menteri atau Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan tersebut. (3) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya dapat diajukan oleh perempuan tersebut dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pernikahan berlangsung. Pasal 27 Kehilangan Kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat pernikahan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status Kewarganegaraan dari pasangannya itu. Pasal 28 Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan keterangan yang kemudian hari ternyata palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau menjadi kekeliruan mengenai orangnya, yang telah dibuktikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dinyatakan batal pewarganegaraannya. Pasal 29 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara kehilangan dan pembatalan Kewarganegaraan dalam Bab ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 11

12 BAB V MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 30 (1) Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan tersebut. (2) Ketentuan mengenai tatacara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 sampai dengan pasal 18. Pasal 31 (1) Warga Negara Republik Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 huruf c dan d dan pasal 26, dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia, dengan mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Presiden melalui Menteri. (3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia permohonan tersebut disampaikan melalui perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. (4) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi orang-orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 huruf j dapat diajukan kepada Perwakilan Republik Indonesia. (5) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (3), diajukan paling lama 1 (satu) tahun setelah putusnya pernikahan. (6) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan. 12

13 Pasal 32 Persetujuan atau penolakan permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia diberikan paling lambat 6 (enam) bulan oleh Presiden melalui Menteri atau Pejabat terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan Pasal 33 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warganegara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 34 (1) Orang-orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Bab III tentang Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. (2) Orang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Bab IV tentang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. (3) Pihak yang menerima permyataan memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia wajib dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari telah mengirimkan kepada instansi yang mengumumkan dalam Berita Negara. (4) Mengumumkan dalam Berita Negara dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah sah berlakunya kehilangan atau memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia. (5) Ketentuan mengenai pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 13

14 BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 35 Pemohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara Republik Indonesia atau permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dan telah diproses tetapi belum selesai tetap diselesaikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pasal 36 Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara Republik Indonesia atau permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dan belum diproses, diselesaikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3077) dinyatakan tidak berlaku; 14

15 b. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Pasal 38 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAM RI Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO HAMID AWALUDDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN.... NOMOR.. 15

16 RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dari suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dengan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya negara berkewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Masalah kewarganegaraan telah diatur dalam berbagai peraturan perundangundangan. Pada awal proklamasi kemerdekaan, peraturan mengenai kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. Selanjutnya, peraturan mengenai kewarganegaraan yang terakhir berlaku adalah Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaran Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut merupakan pelaksanaan dari Undang- Undang Dasar Sementara Tahun Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia. Ketidaksesuaian tersebut antara lain berkaitan dengan permasalahan yuridis, sosiologis, dan teknis peraturan perundang-undangan. Secara yuridis, landasan konstitusional yang menjadi dasar pembentukan undang-undang ini, yaitu Undang-Undang Dasar Sementara sudah tidak berlaku lagi. Undang-Undang Dasar yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Ketidaksesuaian Undang-Undang 16

17 Nomor 62 Tahun 1958 dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat terlihat dari perbedaan sistem pemerintahan yang digunakan, yaitu sistem parlementer menjadi presidensial, sehingga Dewan Menteri yang disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tidak dikenal lagi dalam sistem pemerintahan yang baru berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Permasalahan sosiologis dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang perlu disesuaikan dengan perkembangan saat ini adalah masalah diskriminasi. Diskriminasi yang terjadi dalam pelaksanaannya meliputi diskriminasi etnis dan diskriminasi gender. Diskriminasi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai hak asasi manusia. Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, perlu dibentuk undang-undang kewarganegaraan yang baru. Landasan konstitusional yang menjadi dasar penyusunan undang-undang yang baru ini adalah Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia ini menganut prinsip umum dan universal yang diakui keberadaannya oleh negara-negara di dunia. Prinsip tersebut menyatakan bahwa (1) suatu negara berhak menetapkan siapa-siapa yang dapat memperoleh kewarganegaraan dan siapasiapa yang dapat kehilangan kewarganegaraan; (2) bahwa suatu negara tidak dapat mencampuri peraturan kewarganegaraan negara lain; dan (3) untuk menganggap seseorang menjadi anggota suatu negara (kewarganegaraan) harus ada dasar ikatan tertentu. 17

18 Selain ketiga prinsip dasar tersebut, beberapa prinsip lain yang dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan materi perundangan kewarganegaraan Republik Indonesia: a. ius Sanguinis (law of the blood) adalah penentuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan. Ius sanguinis, menetapkan kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, tanpa mengindahkan di mana ia dilahirkan. b. ius soli (law of the soil), adalah penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran seseorang. Dengan kata lain, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan daerah/negara tempat ia dilahirkan. c. non-diskriminatif. Bahwa kewarganegaraan Indonesia tidak membedakan perlakuan antar warga negara, yang didasarkan perbedaan suku, ras, agama, golongan, dan gender. d. penghormatan terhadap hak asasi manusia. Bahwa kewarganegaraan Indonesia akan menghormati hak asasi pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya yang tercantum dalam peraturan perundangan di Indonesia. e. persamaan di muka hukum dan pemerintahan. Setiap warga negara Indonesia akan mendapat perlakuan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan dalam pelayanan bidang kewarganegaraan dan kependudukan. f. mencegah terjadinya apatride (tanpa kewarganegaraan) dan bipatride (kewarganegaraan ganda). Peraturan kewarganegaraan Indonesia tidak menganut paham bipatride atau apatride. Hal- hal pokok yang diatur dalam Undang-undang Warga Negara dan Penduduk Negara ini meliputi: (1) Warga negara Republik Indonesia; 18

19 (2) Memperoleh kewarganegaraan; (3) Kehilangan kewarganegaraan; (4) Memperoleh kembali kewarganegaraan; Pasal 1 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 2 Huruf a Ketentuan dalam huruf a ini dimaksudkan sebagai ketentuan yang memberikan kepastian hukum kepada mereka yang sebelum berlakunya Undang-undang ini telah berstatus sebagai warga negara Indonesia, baik berdasarkan Undangundang Nomor 62 Tahun 1958, maupun peraturan-peraturan lainnya, ataupun sebagai akibat adanya perejanjian antar negara atau pemerintah Indonesia dengan negara atau pemerintah negara lain. Huruf b Huruf c Yang dimaksud pernikahan dalam huruf c ini adalah pernikahan campur antar warga negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan. Huruf d Yang dimaksud diluar pernikahan adalah anak yang lahir tidak berdasarkan ketentuan sahnya pernikahan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Huruf e Huruf f Pengakuan disampaikan secara tertulis ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan dengan memperhatikan alat bukti yang sah. Huruf g Huruf h 19

20 Huruf i Pasal 3 Ayat (1) Anak warga negara Republik Indonesia yang lahir di negara asas Ius Soli akan mendapatkan status kewarganegaraan ganda. Untuk kepastian bahwa ia mempertahankan kwarganegaraan Republik Indonesia maka orang tua anak tersebut harus menyatakan untuk tetap berstatus Kewarganegaraan Republik Indonesia. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 4 Pasal 7. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 8 Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani tidak termasuk orang-orang cacat. Huruf d 20

21 Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Pasal 9. Pasal 10 Pasal 11. Pasal 12. Pasal 13 Ayat (1). Ayat (2) Ketentuan ini dimaksud agar orang yang tercantum namanya dalam Peraturan Presiden tersebut segera mengambil langkah-langkah penagmbilan sumpah untuk menjadi Warga Negara Republik Indonesia. Ayat (3) Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) 21

22 Dokumen atau surat-surat keimigrasian yang wajib diserahkan kepada Kantor Imigrasi oleh pemohon termasuk atas nama isteri dan anak-anaknya yang ikut memperoleh status kewarganegaraan suami, ayah, atau ibunya. Ayat (2). Pasal 17. Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Anak yang belum berumur 21 (dua puluh ) tahun, berdasarkan penetepan Pengadilan diserahkan dalam asuahn ibunya yang Warga Negara Republik Indonesia karena perceraian orang tuanya, kewarganegaraannya ditentukan oleh ibunya, apakah tetap Warga Negara Asing mengikuti kewarganegaraan ayahnya ataukah Kewarganegaraan Republik Indonesia mengikuti ibunya. Hak ibu menentukan kewarganegaraan anaknya dimaksudkan sebagai implementasi dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women) Ayat (2). Ayat (3) Ayat (4) Pasal 20 Ayat (5) Penetapan usia 21 (dua puluh satu) tahun bagi seorang anak untuk dapat mengajukan permohonan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia karena batas usia 21 (dua puluh satu) tahun merupakan batas usia dewasa dan anak tersebut telah dapat menentukan keinginannya sendiri. 22

23 Pasal 21 Pasal 22. Pasal 23 Huruf a Huruf b Untuk mencegah kewarganegaraan ganda Huruf c Anak hanya kehilangan kewarganegaraan Indonesia apabila ia mempunyai kewarganegaraan lain. Huruf d Huruf e Untuk memberi kesempatan bagi orang yang berkelebihan kewarganegaraan melepaskan kewarganegaraan Republik Indonesia. Huruf f Huruf g Tidak semua jabatan mengakibatkan kehilangan kewarganegaraan melainkan hanya yang diuraikan dalam ketentuan ini. Huruf h Orang yang melakukan salah satu perbuatan itu atau memang warga negara dari negara asing itu akan menjadi warga negara dari negara itu. Karena kewarganegaraan ganda yang diterima dengan menjalankan asas ius soli berdasarkan anggapan bahwa orang yang bersangkutan mempunyai kewarganegaraan lain tidak terkena kemaunannya sendiri, maka apabila ternyata orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang menunjukan hasratnya bertindak sebagai warga negara asing itu, maka anggapan itu tidak berarti lagi. Huruf i Lihat penjelasan huruf h 23

24 Huruf j Lihat penjelasan huruf h Huruf k Huruf l Yang dimaksud dengan berperang adalah sebagai kombatan atau yang mengangkat senjata. Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30.. Pasal 31 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) 24

25 Ayat (4) Ayat (5) Yang dimaksud dengan putusnya pernikahan adalah putus karena perceraian atau karena suami meninggal dunia. Ayat (6) Pasal 32 Untuk menjamin kepastian hukum, penolakan permohonan kewarganegaraan harus dilakukan dengan alasan yang jelas, misalnya pemohon telah melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan Indonesia baik secara lisan maupun tulisan Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. 25

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa negara

Lebih terperinci

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH, KEHILANGAN, PEMBATALAN, DAN MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH, KEHILANGAN, PEMBATALAN, DAN MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN PRESIDEN, Menimbang : Bahwa perlu diadakan Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia; Mengingat : a. pasal-pasal 5 dan 144 Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : Bahwa perlu diadakan Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia;

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status

Lebih terperinci

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu :

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu : Hak dan Kewajiban Warga Negara Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu : Kewarganegaraan g dalam arti Yuridis Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia;

Lebih terperinci

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI NEGARA ORGANISASI KEKUASAAN UNSUR NEGARA WILAYAH PEMERINTAH YANG BERDAULAT RAKYAT PENGAKUAN DARI NEGARA LAIN ISTILAH-ISTILAH WARGA NEGARA Warga suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-HL.05.06 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN UNTUK MENJADI WARAGA NEGARA INDONESIA DENGAN RAHMAD TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006 Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia - permentatacara PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL.05.06 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN UNTUK MENJADI

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 62 TAHUN 1958 (62/1958) Tanggal: 29 JULI 1958 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 62 TAHUN 1958 (62/1958) Tanggal: 29 JULI 1958 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 62 TAHUN 1958 (62/1958) Tanggal: 29 JULI 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/113; TLN NO. 1647 Tentang: KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL TAHUN 2006

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL TAHUN 2006 PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL.03.01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN UNTUK MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN PASAL 41 DAN

Lebih terperinci

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak dan Kewajiban Warga Negara KEWARGANEGARAAN Modul ke: Hak dan Kewajiban Warga Negara by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id DESKRIPSI MODUL 6 KEWARGANEGARAAN HAK DAN KEWAJIBANWARGA NEGARA : Pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem No.1938, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Permohonan Kewarganegaraan secara Elektronik. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL.05.06 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN UNTUK MENJADI WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Hak Dan Kewajiban Warga Negara Pada Modul ini kita akan mempelajari pengertian, asas kewarganegaraan, serta unsur kewarganegaraan, juga permasalahan dalam memperoleh status warga negara hak serta

Lebih terperinci

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP 1. Pengertian rakyat, penduduk, warga negara, kewarganegaraan, dan pewarganegaraan - Rakyat adalah semua orang yang bertempat tinggal atau mendiami wilayah suatu negara yang tunduk terhadap peraturan dari

Lebih terperinci

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerintah RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. 12 tentang Kewarganegaraan RI. Dengan diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan

Lebih terperinci

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP Disusun oleh Tim MGMP PKN SMK MUH KLATEN Untuk kalangan sendiri 2017 1. Pengertian rakyat, penduduk, warga negara, kewarganegaraan, dan

Lebih terperinci

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No.

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No. 12 tentang Kewarganegaraan RI. Dengan diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa

Lebih terperinci

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Kasus Kasus Kewarganegaraan Warga Negara Setiap negara memiliki warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1.

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia di zaman keterbukaan dan demokrasi sekarang ini, tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda kewarganegaraannya. Sering terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA A. PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN. Defenisi kewarganegaraan secara umum yaitu hak dimana manusia tinggal dan menetap di suatu kawasan

Lebih terperinci

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi : 5. Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetensi Dasar : 5.1. Mendeskripsikan kedudukan warga negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1976 TENTANG PERUBAHAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1976 Tanggal 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti perdagangan, perekonomian bahkan sampai pada masalah perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti perdagangan, perekonomian bahkan sampai pada masalah perkawinan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana teknologi informasi dan transportasi sudah sangat maju dan berkembang, menyebabkan hubungan antar bangsa menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau adalah instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi Kepulauan Riau,

Lebih terperinci

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN DASAR HUKUM Pasal 26 UUD 1945 UU no 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan KEWARGANEGARAAN Keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat : : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum mengenai naturalisasi Dalam Bab I, Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dijelaskan bahwa, yang dimaksud

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

PERSYARATAN TATA CARA PERMOHONAN SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN

PERSYARATAN TATA CARA PERMOHONAN SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH KANTOR IMIGRASI PEMALANG Jln. Perintis Kemerdekaan 110, Beji,Taman, Pemalang Telepon (0284)-325010 Faksimili (0284)-324219 SMS Gateway: 08112622121

Lebih terperinci

MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL.03.

MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL.03. MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL.03.01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN UNTUKMEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah. No.235, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 06Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak & Kewajiban Warganegara, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah penduduk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Oleh: R. Herlambang Perdana Wiratraman Dosen Hukum Tata Negara dan Hak Asasi Manusia Fakultas Hukum Universitas Airlangga Email: herlambang@unair.ac.id atau HP. 081332809123

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Berdasarkan Penjelasan BAB X

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Berdasarkan Penjelasan BAB X BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditentukan bahwa Yang menjadi warganegara adalah orang-orang bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA

KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA 83 KAJIAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA Indria Kristiawan ABSTRAK Negara merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, dimana segala aturannya didasarkan atas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bendera negara yaitu

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MATAKULIAH KEWARGANEGARAAN Fakultas Teknik Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA TUGAS MAKALAH WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Disusun oleh: Nama : Niko Arwenda NPM : 1C114899 Kelas : 1KA25 Dosen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA EDITOR Rakyat Dalam Suatu Negara Penduduk Bukan Penduduk Warga Negara Bukan WN KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA Asas Kewarganegaraan Penduduk dan Warga Negara Indonesia Undang-Undang

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI PATI,

TENTANG BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KEWARGANEGRAAN WARGA NEGARA AMYARDI, SH, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi S1 Manajemen.

KEWARGANEGRAAN WARGA NEGARA AMYARDI, SH, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi S1 Manajemen. KEWARGANEGRAAN Modul ke: WARGA NEGARA Fakultas Ekonomi & Bisnis AMYARDI, SH, SE, MM Program Studi S1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Warga Negara Dalam resume dinyatakan bahwa Dalam UUD 1945 pasal 26 dinyatakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 12 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara

Lebih terperinci

Undang Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang : Mahkamah Agung

Undang Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang : Mahkamah Agung Undang Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang : Mahkamah Agung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14 TAHUN 1985 (14/1985) Tanggal : 30 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/73; TLN NO. 3316 DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN KEWARANEGARAAN

BAB III PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN KEWARANEGARAAN BAB III PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN KEWARANEGARAAN INDONESIA Dalam kepengurusan kewarganegaraan yang berwenang dalam mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju, bahkan. negara Indonesia dengan warga negara asing.

BAB I PENDAHULUAN. atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju, bahkan. negara Indonesia dengan warga negara asing. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Aturan tata tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat masih sederhana dan dipertahankan oleh anggota masyarakat serta para pemuka masyarakat adat atau para

Lebih terperinci

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm Page 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak dan Kewajiban Warga Negara Modul ke: Hak dan Kewajiban Warga Negara Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Warga Negara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) Warga Negara didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ISSN : Keywords : citizenship, children. Staf Pengajar STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Jurnal Ilmiah SINUS.57

ISSN : Keywords : citizenship, children. Staf Pengajar STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Jurnal Ilmiah SINUS.57 ISSN : 1693 1173 Status Kewarganegaraan Anak Yang Terlahir Dari Ibu WNI Dan Ayah WNA Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Tika Andarasni Parwitasari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1655, 2016 KEMENKUMHAM. Pernyataan menjadi WNI. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendapatkan pengampunan berupa perubahan, peringanan,

Lebih terperinci

BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA A. Proses Naturalisasi Dalam Praktek 1. Prosedur permohonan naturalisasi bagi WNA Selain persyaratan menurut Pasal 9 UU No. 12

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa perlu diadakan Undang-undang kewarganegaraan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendapatkan pengampunan berupa perubahan, peringanan,

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DAFTAR ANOTASI Halaman 1. Sejak hari Selasa, tanggal 15 Februari

Lebih terperinci

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH KANTOR IMIGRASI PEMALANG Jln. Perintis Kemerdekaan 110, Beji,Taman, Pemalang Telepon (0284)-325010 Faksimili (0284)-324219 SMS Gateway: 08112622121

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1370, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Anak Kewarganegaraan Ganda. Tata Cara.

BERITA NEGARA. No.1370, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Anak Kewarganegaraan Ganda. Tata Cara. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1370, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Anak Kewarganegaraan Ganda. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Isi Hukum Kewarganegaraan (UU No 12 Tahun 2006) Ꜿ Siapa yang termasuk warga negara (Pasal 2 s/d 7 UU No 12 Tahun 2006) Ꜿ Cara-cara memperoleh status kewarganegaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap warga Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI BIAYA PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT UUD 1945 Disusun Oleh : Nama : Ahmad Indra Fatuki NPM : 10210390 Kelas : 2EA13 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma HAK DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Hak dan Kewajiban

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4234) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-19.AH.10.01 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN PERNYATAAN MEMILIH KEWARGANEGARAAN BAGI ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA DENGAN

Lebih terperinci