ANALISIS PERSEPSI KESELAMATAN BERKENDARA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA DAN PENGENDARA OJEK DI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERSEPSI KESELAMATAN BERKENDARA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA DAN PENGENDARA OJEK DI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK TAHUN 2013"

Transkripsi

1 ANALISIS PERSEPSI KESELAMATAN BERKENDARA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA DAN PENGENDARA OJEK DI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK TAHUN 2013 Sri Budi Widiyanti 1, Zulkifli Djunaidi 2 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2 Staff Pengajar Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ABSTRAK Mahasiswa yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi dan pengendara ojek merupakan pengendara yang sering berkendara di lingkungan Universitas Indonesia, Depok. Saat berkendara, untuk alasan tertentu, pengendara tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang berlaku. Hal tersebut berpotensi terjadi kecelakaan lalu lintas, baik pada sesama pengendara sepeda motor maupun pada pengguna jalan lainnya. Penelitian ini membahas tentang analisis persepsi keselamatan berkendara sepeda motor pada mahasiswa dan pengendara ojek di Universitas Indonesia Depok tahun Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif analitik dengan desain studi potong lintang (cross sectional). Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 100 orang, terdiri atas 50 orang mahasiswa dan 50 orang pengendara ojek. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa dengan pengendara ojek serta motivasi mahasiswa dengan pengendara ojek. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi terhadap persepsi keselamatan berkendara serta kondisi kendaraan terhadap persepsi keselamatan berkendara. Kata Kunci : Keselamatan Berkendara; Mahasiswa; Pengendara ojek; Persepsi ABSTRACT Undergraduate students who use motorcycles as a means of transportation and motorcycle riders (ojek) are riders who often drive at Universitas Indonesia, Depok. While driving, for some reason, motorcycle riders do not obey the traffic signs and regulations. It has the potential traffic accidents, both on fellow motorcycle riders and the other road users.the focus of this study was analyzed of safety driving perception in undergraduate students and motorcycle riders (Ojek) at Universitas Indonesia Depok year This study used quantitative analytical descriptive by cross sectional design. The sample in this study amounted to 100 people, consisting of 50 undergraduate students and 50 motorcycle riders (Ojek). Data were collected by distributing questionnaires directly to the respondents. The results of this study indicate that undergraduate students knowledge and motivation significantly difference with motorcycle riders (Ojek). In addition, perception about safety driving was found to have significant differences with motivation and motorcycle condition. Keywords: Motorcycle Riders (Ojek); Perception; Safety Driving; Undergraduate Students

2 PENDAHULUAN Saat ini, sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling banyak ditemui di Indonesia. Pertumbuhan sepeda motor yang sangat pesat menyebabkan produksi sepeda motor meningkat setiap tahunnya. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat pada tahun 2010, produksi sepeda motor berjumlah unit. Pada tahun 2011, jumlah produksi sepeda motor meningkat menjadi unit. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, terjadi penurunan produksi sepeda motor menjadi unit. Walaupun terjadi penurunan, namun angka tersebut masih tergolong tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2004), kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang sering diabaikan. Di dunia, setiap tahun diperkirakan 1.2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, sedangkan 50 juta orang mengalami luka-luka. Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas merupakan berada di urutan kesembilan dari 10 penyebab utama kematian di dunia. Jika tidak ditangani dengan serius, diperkirakan pada tahun 2020, kecelakaan lalu lintas menempati urutan ketiga terbesar setelah penyakit jantung dan depresi dari sepuluh penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, angka kecelakaan meningkat setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009, jumlah kecelakaan sebesar 62,960, dengan korban meninggal sebesar 19,979 orang, luka berat sebesar 23,469, dan luka ringan 62,936. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah kecelakaan menjadi 66,488 dengan korban meninggal 19,873, luka berat sebesar 26,196, dan luka ringan sebesar 63,809. Pada tahun 2011 kembali terjadi peningkatan jumlah kecelakaan menjadi 108,696 dengan korban meninggal sebesar 31,195, luka berat sebesar 35,285, dan luka ringan sebesar 108,945. Menurut Departemen Perhubungan (2012), berdasarkan data kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011, diperoleh informasi bahwa 72% dari kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia melibatkan sepeda motor. Menurut Departemen Perhubungan, tingginya angka korban meninggal pada kecelakaan lalu lintas dikarenakan disiplin berlalu lintas yang masih rendah. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa 90% kecelakaan yang terjadi di jalan raya karena faktor manusia, sedangkan sebanyak 10% sisanya dibagi rata antara kondisi jalan dan rambu lalu lintas serta faktor kendaraan. Universitas Indonesia merupakan sebuah universitas dengan tingkat mobilitas pengguna jalan yang tinggi. Jalur kendaraan yang ada di lingkungan kampus, tidak hanya digunakan oleh civitas akademika Universitas Indonesia saja, tetapi juga warga sekitar. Banyaknya pengguna jalan yang mengendarai kendaraannya membuat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut data yang diperoleh dari Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus

3 Universitas Indonesia dalam websitenya ( terdapat beberapa kasus kecelakaan yang terjadi di lingkungan kampus. Pada tahun 2009, 2010, dan 2011 terjadi peningkatan kasus kecelakaan yang terjadi di Universitas Indonesia. Pada tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan kasus kecelakaan. Walaupun terjadi penurunan terhadap kasus kecelakaan di lingkungan kampus Universitas Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kecelakaan lainnya mengingat banyaknya pengendara yang melewati lingkungan kampus. Mahasiswa dan pengendara ojek merupakan pengendara sepeda motor yang memiliki mobilitas tinggi untuk berkendara di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Mahasiswa menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi sehari-hari. Sementara pengendara ojek mengantarkan penumpang ke penjuru lingkungan kampus. Dikarenakan seringnya mahasiswa dan pengendara ojek melewati jalan yang ada di lingkungan kampus serta terdapat kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan, maka diperlukan analisis mengenai persepsi keselamatan berkendara untuk mengetahui gambaran persepsi mengenai keselamatan berkendara pada mahasiswa dan pengendara ojek. TINJAUAN TEORITIS Menurut Jalaludin Rakhmat (1996), persepsi merupakan proses memberi makna pada sensasi, sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Robbins (1996) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Apa yang dipersepsikan oleh seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Menurut David Krech (1962), dalam Rakhmat (1996), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses persepsi. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, dan penelitian. 2. Frame of Experience, yaitu pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

4 Sedangkan menurut Robbins (1996), persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor-faktor tersebut, antara lain terletak pada pelaku pemersepsi, target persepsi, dan situasi. 1. Faktor pada pemersepsi Jika seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi mengenai hal yang ia lihat, interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu (pelaku persepsi). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaku persepsi akan mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu. Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan ekspektasi. 2. Faktor pada target Karakteristik dalam target persepsi yang sedang diobservasi, dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, suara, ukuran, dan berbagai atribut lainnya dapat memperbaiki cara persepsi objek yang dilihat sebelumnya. Objek-objek yang letaknya saling berdekatan akan cenderung dipersepsikan sebagai kelompok objek yang tak terpisahkan. Semakin besar persamaannya, semakin besar pula kemungkinan bahwa individu akan cenderung mempersepsikan objek sebagai sebuah kelompok bersama. 3. Faktor dalam situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi di mana persepsi tersebut timbul harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.

5 Faktor pada pemersepsi Sikap Motif Kepentingan Pengalaman Pengharapan Faktor dalam situasi Waktu Keadaan/tempat kerja Keadaan sosial Persepsi Faktor pada target Hal baru Gerakan Bunyi Ukuran Latar belakang Kedekatan Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber: Robbins, Stephen P. (1996) METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Universitas Indonesia, Depok pada bulan Mei hingga Juni Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional atau studi potong lintang. Sampel penelitian berjumlah 100 orang, terdiri dari 50 orang mahasiswa Universitas Indonesia yang menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi dan 50 orang pengendara ojek yang beroperasi di Universitas Indonesia. Sampel dipilih melalui teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling), sehingga setiap anggota atau unit populasi memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel. Jumlah sampel didapatkan menggunakan rumus perhitungan jumlah sampel estimasi proporsi dengan rumus sebagai berikut:

6 Gambar 2. Rumus Jumlah Sampel Sumber: Notoatmodjo, 2010 Keterangan: Z = nilai pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96) n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi persepsi keselamatan berkendara q = 1 p d = limit dari error atau presisi absolut Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal, variabel yang diteliti adalah pendidikan, pengetahuan, motivasi, dan pengalaman. Sedangkan pada faktor eksternal, variabel yang diteliti adalah keadaan lingkungan dan kondisi kendaraan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persepsi keselamatan berkendara. Variabel-variabel tersebut dilihat pada waktu yang bersamaan. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada sampel penelitian. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak program statistik, yaitu SPSS Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis distribusi frekuensi variabel yang diamati dan diukur hingga diperoleh gambaran masingmasing variabel yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan antara mahasiswa dan pengendara ojek pada satu variabel serta hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji chi square (CI = 95%).

7 HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 100 responden, terdiri dari 50 responden mahasiswa dan 50 responden pengendara ojek, diketahui tingkat pendidikan dari masing-masing responden. Hasil tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Kepemilikan SIM C Pengendara Ojek Mahasiswa SD 6 - SMP 9 - SMA 33 - Diploma 2 6 Sarjana - 43 Magister - 1 Total Tabel 1. menunjukkan bahwa pengendara ojek lebih banyak yang berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 33 orang, diikuti dengan pendidikan SMP sebanyak 9 orang, SD sebanyak 6 orang, dan diploma sebanyak 2 orang. Untuk responden pada mahasiswa, sebagian besar sedang menjalani pendidikan pada tingkat sarjana, yaitu sebanyak 43 orang, diikuti dengan diploma sebanyak 6 orang, dan magister sebanyak 1 orang. Pada variabel pengetahuan, motivasi, pengalaman, keadaan lingkungan, kondisi kendaraan, dan persepsi keselamatan berkendara, hasil analisis data disajikan pada tabel sebagai berikut:

8 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Penelitian Frekuensi (orang) Variabel Pengendara Ojek Mahasiswa Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Pengetahuan Motivasi Pengalaman Keadaan Lingkungan Kondisi Kendaraan Persepsi Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel pengetahuan, pengendara ojek yang memiliki pengetahuan baik mengenai keselamatan berkendara sebanyak 17 orang dan pada mahasiswa sebanyak 45 orang. Pada variabel motivasi, pengendara ojek yang memiliki motivasi baik mengenai keselamatan berkendara sebanyak 32 orang dan mahasiswa sebanyak 16 orang. Pada variabel pengalaman, pengendara ojek yang memiliki pengalaman baik mengenai keselamatan berkendara sebanyak 32 orang dan mahasiswa sebanyak 24 orang. Pada variabel keadaan lingkungan, pengendara ojek yang memiliki pendapat baik mengenai keadaan lingkungan di kawasan Universitas Indonesia sebanyak 30 orang dan mahasiswa sebanyak 19 orang. Pada variabel kondisi kendaraan, pengendara ojek yang memiliki pendapat dan perhatian baik mengenai kondisi kendaraan sebanyak 28 orang dan mahasiswa sebanyak 20 orang. Untuk variabel persepsi, pengendara ojek yang memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara sebanyak 23 orang dan mahasiswa sebanyak 28 orang. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square (CI = 95%). Uji tersebut digunakan untuk melihat hubungan antara status responden (mahasiswa dan pengendara ojek) dengan variabel penelitian dan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada analisis hubungan antara status responden dengan variabel penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan

9 pada mahasiswa dengan pengendara ojek serta perbedaan yang signifikan antara motivasi pada mahasiswa dengan pengendara ojek. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Responden dengan Pengetahuan Status Pengetahuan Total Kurang Baik Baik n % n % n % OR (95% CI) p value Ojek Mahasiswa Total Hasil analisis hubungan antara status responden dengan pengetahuan diperoleh bahwa terdapat 17 orang (34%) pengendara ojek yang berpengetahuan baik, sedangkan pada mahasiswa, terdapat 45 orang (90%) yang berpengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa dengan pengendara ojek. Dari hasil analisis ini juga diperoleh nilai OR = yang berarti bahwa mahasiswa memiliki peluang kali untuk berpengetahuan baik dibandingkan dengan pengendara ojek. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Responden dengan Motivasi Motivasi Status Kurang Baik Baik Total OR (95% CI) n % n % n % Ojek Mahasiswa Total p value Hasil analisis hubungan antara status responden dengan motivasi diperoleh bahwa terdapat 32 orang (64%) pengendara ojek yang memiliki motivasi baik, sedangkan pada mahasiswa, terdapat 16 orang (32%) yang memiliki motivasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi mahasiswa dengan pengendara ojek. Dari hasil analisis ini juga diperoleh nilai OR = 0.265

10 yang berarti bahwa mahasiswa memiliki peluang kali untuk bermotivasi baik dibandingkan dengan pengendara ojek. Analisis bivariat lainnya yang dilakukan adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen, seperti pendidikan, pengetahuan, motivasi, pengalaman, keadaan lingkungan, dan kondisi kendaraan dihubungkan dengan variabel dependen, yaitu persepsi keselamatan berkendara. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dan kondisi kendaraan dengan persepsi keselamatan berkendara. Hasil tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Motivasi dan Persepsi Motivasi Persepsi Total OR Kurang Baik Baik (95% CI) n % n % n % Kurang Baik Baik Total p value Hasil analisis hubungan antara motivasi dengan persepsi keselamatan berkendara diperoleh bahwa terdapat 19 orang (36.5%) responden secara keseluruhan yang bermotivasi kurang baik memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara, sedangkan pada responden yang bermotivasi baik, terdapat 32 orang (66.7%) yang memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan persepsi keselamatan berkendara. Dari hasil analisis ini juga diperoleh nilai OR = yang berarti bahwa responden yang bermotivasi baik memiliki peluang kali untuk berpersepsi baik dibandingkan dengan responden yang bermotivasi kurang baik. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Motivasi dan Persepsi Persepsi Kondisi Total OR Kendaraan Kurang Baik Baik (95% CI) n % n % n % Kurang Baik Baik Total p value 0.000

11 Hasil analisis hubungan antara kondisi kendaraan dengan persepsi keselamatan berkendara diperoleh bahwa terdapat 16 orang (30.8%) responden secara keseluruhan yang berpendapat bahwa kondisi kendaraan kurang baik memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara, sedangkan pada responden yang berpendapat bahwa kondisi kendaraan baik, terdapat 35 orang (72.9%) yang memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kendaraan dengan persepsi keselamatan berkendara. Dari hasil analisis ini juga diperoleh nilai OR = yang berarti bahwa responden yang berpendapat baik mengenai kondisi kendaraan memiliki peluang kali untuk berpersepsi baik dibandingkan dengan responden yang berpendapat kurang baik mengenai kondisi kendaraan. PEMBAHASAN Analisis Tingkat Pendidikan Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden, diantaranya 50 responden mahasiswa dan 50 responden pengendara ojek, diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok mahasiswa saat ini menjalani pendidikan pada jenjang Sarjana, yaitu sebanyak 43 orang (86%). Sementara itu, pada kelompok pengendara ojek, responden paling banyak berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 33 orang (66%). Dillihat berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi square antara variabel pendidikan dengan persepsi mengenai keselamatan berkendara, diperoleh hasil bahwa ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan persepsi keselamatan berkendara. P value yang didapatkan pada uji analisis ini adalah Menurut M.J. Langvert (1976), dalam Rizky (2009), menyatakan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak didik menuju kedewasaan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan dari seseorang. Menurut Green (1980), dalam Rizky (2009), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, sehingga akan mudah untuk menerima dan mengembangkan pengetahuan serta teknologi. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi diasumsikan akan semakin bijak dalam mengambil keputusan.

12 Analisis Pengetahuan Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Perbedaan pengetahuan antara mahasiswa dengan pengendara ojek dianalisis menggunakan uji chi square dengan menghubungkan status responden, yaitu mahasiswa dan pengendara ojek, dan tingkat pengetahuan. Hasil yang didapatkan dari analisis ini adalah p value sebesar Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mahasiswa dengan pengetahuan pengendara ojek. Dilihat dari jawaban yang diberikan oleh responden melalui kuesioner yang disebarkan secara langsung, baik mahasiswa maupun pengendara ojek ternyata kurang mengetahui peraturan yang berlaku di lingkungan kampus Universitas Indonesia, Depok. Salah satu peraturan tersebut adalah batas kecepatan berkendara di dalam lingkungan kampus. Menurut tata tertib lalu lintas yang berlaku di Universitas Indonesia, batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan adalah 40 km/jam. Berdasarkan penuturan responden, mereka kurang mengetahui batas kecepatan tersebut, sehingga terkadang mereka mengendarai sepeda motor melebih batas tersebut. Selain peraturan tersebut, beberapa responden, terutama pada pengendara ojek, kurang mengetahui arti dari rambu-rambu lalu lintas. Menurut David Krech (1962), dalam Rakhmat (1996), menyatakan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Dengan alat indera, manusia dapat menangkap pengetahuan yang dibutuhkannya. Pengetahuan dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis Motivasi Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, diperoleh gambaran mengenai motivasi terhadap keselamatan berkendara. Responden pada pengendara ojek memiliki motivasi yang lebih baik, sebanyak 32 orang, dibandingkan dengan mahasiswa, sebanyak 16 orang. Dilihat berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden pada kuesioner yang telah disebarkan, sebagian besar responden mahasiswa berpendapat bahwa mereka akan mengebut jika kondisi jalan sedang sepi dan terburu-buru. Tidak hanya itu, mereka juga akan mengebut jika diminta oleh orang lain untuk mengebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden pada mahasiswa masih memiliki motivasi yang kurang baik terhadap keselamatan berkendara. Menurut A.H. Maslow, seperti dikutip Robbins (1996), menyatakan kebutuhan merupakan pendorong utama motivasi. Maslow membagi kebutuhan ke dalam lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis (memenuhi rasa lapar, dahaga, dan dorongan nafsu), kebutuhan

13 keamanan (merasa aman dan bebas dari bahaya), kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan menggunakan uji chi square, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara motivasi pengendara ojek dengan motivasi mahasiswa (p value sebesar 0.003). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peluang untuk bermotivasi baik dibandingkan dengan pengendara ojek. Sementara itu, hasil analisis bivariat yang dilakukan menggunakan uji chi square antara variabel motivasi dan persepsi mengenai keselamatan berkendara didapatkan hasil p value sebesar nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel motivasi dengan persepsi terhadap keselamatan berkendara. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh A.H, Maslow dalam Robbins (1996) bahwa motivasi mempengaruhi terjadinya persepsi. Analisis Pengalaman Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, diperoleh gambaran mengenai pengalaman responden mengenai kecelakaan secara keseluruhan. Pada mahasiswa, lebih banyak yang memiliki pengalaman kurang baik. Lain halnya dengan pengendara ojek, sebagian besar memiliki pengalaman yang baik terhadap kecelakaan. Dilihat dari lama berkendara, pengendara ojek memiliki jam terbang dalam hal mengendarai sepeda motor yang lebih lama jika dibandingkan dengan mahasiswa. Dalam waktu yang lama tersebut, terdapat kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan. Kecelakaan tersebut dapat mempengaruhi persepsi terhadap keselamatan berkendara. Jika pernah mengalami kecelakaan, maka akan berhati-hati agar tidak terulang kecelakaan, sehingga dapat mempengaruhi persepsi terhadap keselaamatan berkendara menjadi lebih baik. Analisis Keadaan Lingkungan Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar responden pada mahasiswa berpendapat bahwa keadaan lingkungan yang terdapat di kawasan Universitas Indonesia, Depok dalam keadaan kurang baik. Sementara itu, pada pengendara ojek lebih banyak yang berpendapat bahwa keadaan lingkungan yang terdapat di kawasan Universitas Indonesia, Depok dalam keadaan baik. Dilihat dari jawaban yang diberikan oleh responden melalui kuesioner yang disebarkan, beberapa responden mengeluhkan lampu penerangan jalan yang kurang berfungsi dengan baik. Sebagai contoh, lampu penerangan di sepanjang jalan yang mengarah ke gerbatama terkadang tidak berfungsi atau mati, sehingga jalanan tersebut menjadi gelap pada malam hari. Hal tersebut dapat menghambat pengendara

14 dalam mengendarai sepeda motornya. Tidak hanya itu, beberapa responden juga ada yang mengeluhkan lampu penerangan di sepanjang jalan dekat Politeknik Negeri Jakarta. Terkadang lampu penerangan tersebut tidak berfungsi dengan baik. Selain lampu penerangan, kondisi fisik jalan juga sangat penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa responden berpendapat bahwa kondisi jalan yang terdapat di kawasan Universitas Indonesia sedikit berlubang, seperti di depan Masjid Universitas Indonesia. Di samping kekurangan yang terjadi, sebagian besar kondisi lingkungan di kawasan Universitas Indonesia dalam keadaan baik. Sudah terdapat rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang dapat membantu pengendara saat mengendarai sepeda motor. Menurut Hobbs (1995), jalan raya yang terencana dengan baik dapat memberikan keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi kesalahan persepsi di jalan, dan dengan demikian menghindarkan terjadinya kecelakaan dengan penyediaan lebih banyak ruang dan waktu dalam perancangan. Analisis Kondisi Kendaraan Terhadap Persepsi Keselamatan Berkendara Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, diantaranya 50 responden mahasiswa dan 50 responden pengendara ojek, didapatkan hasil bahwa kondisi kendaraan pada pengendara ojek lebih banyak yang dalam kondisi baik dibandingkan dengan mahasiswa. Responden pada pengendara ojek yang berpendapat bahwa kondisi kendaraan dalam keadaan baik sebanyak 28 orang, sedangkan pada mahasiswa sebanyak 20 orang. Dilihat berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden pada kuesioner yang telah disebarkan, pengendara ojek lebih siap untuk berkendara. Sebagian responden melakukan pengecekan terhadap sepeda motor sebelum digunakan, seperti pengecekan pada rem, oli, dan komponen pada sepeda motor lainnya. Dari analisis bivariat menggunakan uji chi square juga didapatkan hasil bahwa p value, yaitu lebih kecil daripada Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kendaraan dengan persepsi mengenai keselamatan berkendara. Hasil tersebut sesuai dengan F.D. Hobbs (1995) yang menyatakan bahwa faktor utama kendaraan yang langsung menimbulkan kecelakaan adalah karena keterbatasan perancangan atau cacat yang ditimbulkan dari kurangnya pemeliharaan, penyesuaian yang tidak baik, dan rusaknya beberapa komponen penting, seperti rem, ban, dan lampu.

15 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian mengenai persepsi keselamatan berkendara sepeda motor pada mahasiswa dan pengendara ojek di Universitas Indonesia Depok, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden mahasiswa berpendidikan Sarjana, yaitu sebanyak 43 orang, sedangkan pengendara ojek paling banyak berpendidikan SMA sebanyak 33 orang. 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada variabel pengetahuan, terdapat 45 responden mahasiswa (90%) yang berpengetahuan baik, sedangakan pada pengendara ojek, terdapat 17 responden (34%) yang berpengetahuan baik. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan antara mahasiswa dengan pengendara ojek. 3. Pada variabel motivasi, terdapat 16 responden mahasiswa (32%) yang memiliki motivasi baik, sedangkan pada pengendara ojek, terdapat 32 responden (64%) yang memiliki motivasi baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan persepsi keselamatan berkendara. 4. Pada variabel pengalaman, terdapat 16 responden mahasiswa (32%) yang memiliki pengalaman baik, sedangkan pada pengendara ojek, terdapat 32 responden (64%) yang berpengalaman baik. 5. Pada variabel kondisi lingkungan, terdapat 19 responden mahasiswa (38%) yang berpendapat baik mengenai kondisi lingkungan di kawasan Universitas Indonesia, sedangkan pengendara ojek yang berpendapat baik mengenai kondisi lingkungan sebanyak 30 responden (60%). 6. Pada variabel kondisi kendaraan, terdapat 20 responden mahasiswa (40%) dan 28 responden pengendara ojek (56%) yang berpendapat baik mengenai kondisi kendaraan. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kondisi kendaraan dengan persepsi keselamatan berkendara. 7. Pada variabel persepsi, terdapat 28 responden mahasiswa (56%) dan 23 responden pengendara ojek (46%) yang memiliki persepsi baik mengenai keselamatan berkendara.

16 SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Mengadakan sosialisasi yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai keselamatan berkendara yang baik dan benar, sehingga dengan adanya sosialisasi, baik mahasiswa maupun pengendara ojek dapat meningkatkan persepsi yang berkaitan dengan keselamatan berkendara. 2. Meningkatkan penegakkan hukum yang berlaku di lingkungan kampus dengan memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk meningkatkan kesadaran pengendara sepeda motor terhadap keselamatan berkendara. 3. Memperbaiki kondisi jalan yang berlubang agar tidak mengganggu pengendara sepeda motor yang sedang berkendara, juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kecelakaan. 4. Meningkatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat di jalan raya, seperti mengganti lampu penerangan yang kurang berfungsi, memperjelas fungsi dari rambu-rambu lalu lintas, dan lain sebagainya. KEPUSTAKAAN Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. Statistics: Motorcycle Production WholeshalesDomestics and Exports < Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia BPS < Departemen Perhubungan. 72 Persen Kecelakaan Jalan Raya Melibatkan Sepeda Motor < Departemen Perhubungan. Angka Fatalitas Kecelakaan Jalan di Indonesia Cukup Tinggi < Hobbs, F.D. Perencanaan dan Teknis Lalu Lintas. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

17 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rizky, Yuda. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Aman Berkendara (Safety Riding) pada Pengemudi Taksi di PT. X Pool Y Tahun Skripsi. Tidak Diterbitkan. Depok: Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prenhalindo, 1996 Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus Universitas Indonesia. Laporan Kecelakaan Lalu Lintas < Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus Universitas Indonesia. Tata Tertib Lalu Lintas < World Health Organization. World Report on Road Traffic Injury Prevention. Geneva: WHO. 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak penemuan kendaraan bermotor lebih seabad lalu, diperkirakan sekitar 30 juta orang telah terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan hasil analisis data yang telah diperoleh peneliti selama tanggal 7 Mei - 16 Mei 2008 di Unit Produksi II/III, Indarung, PT. Semen Padang. Responden penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PERBEDAAN PENGETAHUAN RAMBU LALU LINTAS DAN SIKAP AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang semakin modern ini manusia tidak dapat lepas dari penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor sebagai penunjang mobilitas dan alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Analisis Univariat 6.1.1 Tingkat Pendidikan Berdasarkan pengolahan data, maka distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut; No

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFETY DRIVING PADA SUPIR BUS TRAYEK MANADO AMURANG DI TERMINAL MALALAYANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFETY DRIVING PADA SUPIR BUS TRAYEK MANADO AMURANG DI TERMINAL MALALAYANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFETY DRIVING PADA SUPIR BUS TRAYEK MANADO AMURANG DI TERMINAL MALALAYANG Yuliastuti Dahlan, Ricky C. Sondakh, Paul A.T Kawatu Bidang Minat Kesehatan Kerja Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Terutama kendaraan sepeda motor juga mengalami peningkatan. Jumlah kendaraan sepada motor pada tahun

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2000), menyatakan bahwa risiko kematian tertinggi akibat lintas berada di wilayah Afrika, sebanyak 24,1 per 100.000 penduduk, sedangkan risiko

Lebih terperinci

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan. BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dimana variabel independen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai moda transportasi, sepeda motor merupakan yang paling banyak dipilih di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya. Hal ini yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FACULTY MEDICINE STUDENT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Penelitian Metodologi penelitian berisi diagram alir yang merupakan tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian, lihat gambar 3.1.a. Tahapan-tahapan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk ke - 5 terbanyak di dunia setelah negara Brazil. Jumlah penduduk Negara Indonesia

Lebih terperinci

: Safety driving, perceptions, knowledge, motivation, experienced

: Safety driving, perceptions, knowledge, motivation, experienced FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI SOPIR ANGKOT (ANGKUTAN KOTA) JURUSAN K02 PONDOK GEDE - TERMINAL BEKASI TENTANG KESELAMATAN BERKENDARA DI JALAN RAYA Nabilah Mayasifa, Ida Wahyuni, Suroto

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) merupakan masalah global seiring dengan terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Banyaknya

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di HUBUNGAN ANTARA UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP PRAKTIK SAFETY RIDING AWARENESS PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI KECAMATAN BANYUMANIK Artikel Ilmiah RADITYA ARIWIBOWO *)Alumnus

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross 67 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), dimana seluruh variabel yang diamati diukur pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern sekarang ini banyak masyarakat yang menggunakan transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan ketepatan waktu di kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang bisa mengendarai sepeda motor, tapi tak semua orang memahami cara mengendarai sepeda motor dengan benar dan aman. Tingginya angka cedera akibat kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Dalam penelitian mengenai perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu sebuah studi yang digunakan untuk mengestimasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai ataupun konflik dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial. Proses tersebut sejalan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENGEMUDI ARMADA AGEN GAS ELPIJI DALAMPENERAPAN K3 PADA STASIUN PENGISIAN BULK ELPIJI PD

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENGEMUDI ARMADA AGEN GAS ELPIJI DALAMPENERAPAN K3 PADA STASIUN PENGISIAN BULK ELPIJI PD FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENGEMUDI ARMADA AGEN GAS ELPIJI DALAMPENERAPAN K3 PADA STASIUN PENGISIAN BULK ELPIJI PD. BUMI WIRALODRA DI KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Riyanto Martomijoyo FKM Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas jalan raya merupakan fenomena yang akhir-akhir ini banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian manusia semakin banyak. Selain itu tingkat kesadaran yang rendah serta mudahnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu yang cepat. Banyaknya kebutuhan dan aktivitas menjadi dasar perilaku berpindah tempat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku berlalu lintas masyarakat kita buruk. Cara menggunakan jalan dalam berlalu lintas adalah cermin dari budaya bangsa. Kesantunan dalam berlalu lintas yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian masyarakat internasional. World Health Organization (WHO) dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III Reinhard Yosua Lontoh 1), A. J. M. Rattu 1), Wulan P. J. Kaunang 1)

Lebih terperinci

PENGARUH USAHA PREVENTIF UNTUK MENGURANGI RESIKO LAKALANTAS DITINJAU DARI PEMAHAMAN PELAJAR SMP DAN SMA DI KABUPATEN NGAWI

PENGARUH USAHA PREVENTIF UNTUK MENGURANGI RESIKO LAKALANTAS DITINJAU DARI PEMAHAMAN PELAJAR SMP DAN SMA DI KABUPATEN NGAWI Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 216 ISSN: 2459-9727 PENGARUH USAHA PREVENTIF UNTUK MENGURANGI RESIKO LAKALANTAS DITINJAU DARI PEMAHAMAN PELAJAR SMP DAN SMA DI KABUPATEN NGAWI Gotot Slamet 1), Abram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Populasi kendaraan yang terus meningkat, termasuk sepeda motor, membuka peluang terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan. Hingga kini, angka kecelakaan lalu lintas jalan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu minggu, mulai tanggal 30 April sampai dengan 8 Mei 2009 dengan menyebarkan kuesioner kepada responden

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR 0 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN TINDAKAN MENGIMUNISASI POLIO DI POSYANDU ANGGREK DESA LANGENHARJO KELURAHAN LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Sri Aminingsih

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI PENGENDARA SEPEDA MOTOR

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI PENGENDARA SEPEDA MOTOR SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI PENGENDARA SEPEDA MOTOR Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari transportasi merupakan sarana utama yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat mencapai tempat tujuannya. Banyak kepentingan yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkendara dengan aman sangatlah penting bagi semua pengguna jalan, termasuk bagi pengendara sepeda motor, karena dalam kecelakaan lalu lintas, kerentanan pengendara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak penemuan kendaraan bermotor lebih seabad lalu, diperkirakan sekitar 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern saat ini, bidang transportasi berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat untuk mendukung mobilititas sehari - hari. Dalam beberapa tahun terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu kebutuhan yang amat vital bagi masyarakat Cilacap menyadari peranan transportasi ini, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN A1. A2. A3. A4. A5. PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH TANDA SILANG (X) JAWABAN YANG SESUAI DENGAN PILIHAN ANDA PADA PERTANYAAN YANG MENYEDIAKAN BEBERAPA PILIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan berkendara merupakan salah satu masalah yang selalu mendapatkan perhatian serius di setiap negara. Pencanangan Hari Keselamatan Dunia oleh WHO (World Health

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan tujuan untuk mengamati hubungan antara pemilihan tenaga persalinan dengan faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pengolahan data pada hasil pengamatan di 2 titik lokasi keramaian yaitu jalan Kaliurang km 6 yang melintasi area depan pasar Kolombo

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERHADAP PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA FAKULTAS X UNIVERSITAS DIPONEGORO Dine Wahyu Prima, Bina Kurniawan, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional untuk mengetahui tingkat kelelahan (fatigue) kerja akibat kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI KARYA TULIS IMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heldayanti Sirenden R1116037 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatanya dan melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

Ari Anggo Sudibyo*), Eni Mahawati, **), Nurjanah,**)

Ari Anggo Sudibyo*), Eni Mahawati, **), Nurjanah,**) 2 CORELATION BETWEEN INDIVIDUAL CHARACTERISTICS, RIDING BEHAVIOR AND ACCIDENT ON ADOLESCENTS IN JUNIOR HIGH SCHOOL 2 MESUJI RAYA OGAN KOMERING ILIR PALEMBANG YEAR 2013 Ari Anggo Sudibyo*), Eni Mahawati,

Lebih terperinci

MODEL PELUANG KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGENDARA (Studi Kasus: Surabaya, Malang dan Sragen)

MODEL PELUANG KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGENDARA (Studi Kasus: Surabaya, Malang dan Sragen) MODEL PELUANG KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGENDARA (Studi Kasus: Surabaya, Malang dan Sragen) Tyas Permanawati, Harnen Sulistio, Achmad Wicaksono Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana transportasi lainnya. Sarana ini adalah salah satu bagian yang terpenting dalam menumbuhkan,

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT (FKM) UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TAHUN 2016 FACTORS AFFECTING SMOKING HABITS ON FACULTY STUDENTS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan ABSTRAK Sidik Abdul Azis, R0211046, 2015. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD Masker dengan Kedisiplinan Penggunaannya pada Pekerja Bagian Sewing Garmen di PT. Dan Liris, Sukoharjo, Diploma 4 Keselamatan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan cara survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep - Pengalaman Kecelakaan Berkendara - Sikap Berkendara Praktik (Perilaku) SAFETY RIDING - Umur Responden Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis 1. Ada hubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecelakaan lalu lintas itu dapat diuraikan melalui adanya relasi statistik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

Abstrak. Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Undang Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dengan Pelanggarannya

Abstrak. Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Undang Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dengan Pelanggarannya Abstrak Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Undang Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dengan Pelanggarannya (Eka Apriyani, Adelina Hasyim, Hermi Yanzi) Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini untuk memeroleh tipe locus of control dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada mahasiswa/i Universitas X Bandung yang mengendarai motor tentang peraturan lalu lintas. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat untuk melayani pergerakan manusia

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan berkendara ternyata kurang mendapatkan perhatian dari para pengguna jalan terutama pengendara sepeda motor, hal ini terbukti dari data kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013 41 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana objek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengguna sepeda motor di Yogyakarta salah satunya adalah kelompok pelajar sekolah menengah atas (SMA). Sepeda motor diperbolehkan digunakan oleh pelajar SMA karena

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Persepsi II.1.1 Pengertian Persepsi Kata Persepsi seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa makna sebenarnya dari persepsi itu sendiri? Menurut pengertian

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Lalu Lintas Jalan Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selamat adalah terhindar dari bencana; aman sentosa; sejahtera;

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2012 Manis Lestari 1), Joko Wiyono 2), Yanti

Lebih terperinci

SEPEDA MOTOR: PERAN DAN TANTANGAN

SEPEDA MOTOR: PERAN DAN TANTANGAN SEPEDA MOTOR: PERAN DAN TANTANGAN Disampaikan pada event AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) dengan tema Teknologi, Keselamatan dan Sikap Jakarta, 29 Oktober 2014 Bambang Susantono, Ph.D.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci