BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landfrom) yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landfrom) yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landfrom) yang membentuk permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan menekankan pada cara terjadinya serta perkembangannya dalam konteks keruangannya (Verstappen, 1982 dalam Danang Endarto, 2007). Bentuklahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses dan struktur batuan selama periode waktu tertentu (Widiyanto dan Dibyosaputro, 1996). Klasifikasi satuan geomorfologi maupun satuan bentuklahan tidak lain adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat di permukaan bumi atas dasar karakteritik yang dimiliki oleh masing-masing golongan (Danang Endarto, 2007). Peranan satuan bentuklahan berperan memiliki aspek saling ketergantungan dan saling berhubungan keberadaan dan prosesnya. Bentuklahan itu sendiri memberikan batasan sebagai kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai karakteristik fisikal dan visual dimanapun bentuk lahan itu dijumpai (Zuidam, 1979 dalam Imanuson, 2008). Pada saat ini geomorfologi telah menjadi ilmu terapan. Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap penting untuk berbagai tujuan. Salah satu terapan geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan pedesaan bidang pertanian, kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan melalui evaluasi lahan (Adhitya, 2008). Peranan geomorfologi dalam evaluasi 6

2 lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Fungsi evaluasi lahan untuk memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan pada perencana sebagai manfaat dan alternatif penggunaan lahan yang diharapkan akan berhasil. Salah satu manfaat dari bagian ilmu geomorfologi sebagai evaluasi kesesuaian lahan (Adhitya, 2008) Aspek utama yang digunakan dalam pendekatan geomorfologi adalah bentuklahan yang telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Setiap bentuk lahan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih sempit yang disebut satuan lahan dengan unsur pembeda dan penciri adalah bentuklahan, jenis tanah, lereng dan penggunaan lahan (Imanuson, 2008). B. Karakteristik dan Kualitas Lahan 1. Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam artian yang lebih luas termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang (Sastrohartono, 2011). Pengertian yang luas tentang lahan ialah suatu daerah permukiman daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup 7

3 mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi, tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang (FAO, 1977). Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan utama adalah salah satu dari beberapa penggunaan lahan seperti pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, hutan, rumput dan rekreasi (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 2. Karakteristik lahan Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau di estimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Karakteristik lahan merupakan parameter lahan yang dipakai untuk menentukan kualitas lahan (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 3. Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu satuan lahan. Kualitas lahan merupakan tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh. Suatu karakteristik lahan dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 8

4 Kondisi-kondisi lahan yang berhubungan dengan persyaratan suatu tipe pada penggunaan lahan yang disebut kualitas lahan (Santun R.P. Sitorus, 1985 dalam Sastrohartono, 2011). Lahan yang disurvei dapat digolongkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuannya yang didasarkan kepada faktor penghambat dalam pemanfaatan lahan tersebut kemudian dihubungkan dengan kesesuaian lahan, penggunaan lahan tersebut agar dapat dicapai manfaat hasil yang maksimal. Tabel 2.1. Hubungan karakteristik lahan dan kualitas lahan dipakai pada metode evaluasi lahan Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur rata-rata ( o C) Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Keadaan media perakaran (rc) Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman tanah (cm) Gambut Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral, kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol/kg). kejenuhan basa (%), C-organik Ph H2o (%) Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh) Lereng (%), bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan Sumber: Djaenudin, (2003) Karakteristik lahan erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Data 9

5 lengkap yang diperoleh dari survei atau penelitian tanah dilapangan maka dapat dibuat kelas kesesuaian lahan (Ritung, 2007). a. Topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah lereng. Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada bagian yang miring atau sisi yang landai pada sebuah gunung, pegunungan atau perbukitan (Sujatmiko, 2014). Kemiringan lereng sangat diperlukan bagi pengolahan lahan seperti pengelolaan hutan karena mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan (Jamulya dan Sunarto, 1996). Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut sebagai titik nol yang secara umum dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl). Kesesuaian tanaman dalam ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur. Semakin tinggi tempat diatas permukaan laut maka temperatur semakin menurun (Ritung, 2007). Udara yang bebas bergerak akan turun temparaturnya pada umumnya 1ºC untuk setiap seratus meter naik di atas permukaan laut, untuk Pulau Jawa penurunan ini rata-rata 0,61ºC dimana t adalah temperatur dalam derajat celcius (Jamulya dan Sunarto, 1996). b. Iklim Dua komponen iklim yang paling berpengaruh adalah temperatur dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropis yang paling mempengaruhi udara adalah ketinggian letak suatu permukaan dipermukaan laut (Jamulya dan Sunarto, 1996). 10

6 Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan basah (Ritung, 2007). Kriteria menurut Schmidt dan Ferguson 1951 sering digunakan untuk penilaian tanaman tahunan yang mengelompokan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan (>100 mm) dan bulan kering mempunyai curah hujan (<60 mm). c. Tanah Faktor tanah dalam evaluasi lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah diantaranya darainase tanah, tekstur, kedalaman tanah, dan retensi hara (ph), serta beberapa sifat lainnya yaitu erosi dan banjir (Ritung, 2007). 1. Drainase Tanah Parameter kondisi drainase tanah perlu dicatat dalam kiatannya untuk penentuan baik kemampuan maupun kesesuaian lahan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman. Drainase tanah menunjukan kecepatan meresapnya air dari tanah atau kedalaman tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air (Sastrohartono, 2011). Kondisi drainase buruk dicirikan oleh adanya bercak-bercak (motling) diprofil tanah. Makin banyak bercak dan makin dekat posisinya ke permukaan, maka kondisi drainasenya makin buruk (Wahyuningrum dkk, 2015). 11

7 2. Tekstur Tekstur tanah adalah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya (Jamulya dan Sunarto, 1996). Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang memiliki komposisi partikel tanah yang halus dengan diameter kurang dari 2 mm yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan secara langsung (kualitatif) atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium (kuantitatif) menggunakan segitiga tekstur (Ritung, 2007). 3. Solum tanah Solum tanah adalah kedalaman yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman sampai pada lapisan yang keras dan tidak dapat ditembus oleh akar tanaman yang dapat mengganggu atau membatasi perakaran, baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan. Lapisan tersebut berupa lapisan padas keras, padas liat dan padas rapuh atau lapisan phlintite (Jamulya dan Sunarto, 1996). Kedalaman efektif mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, drainase dan sifat fisik tanah (Aditiyas, tt). 4. Kemasaman tanah Kemasaman tanah ditentukan atas dasar ph tanah pada kedalam 0-20 cm dan cm, kelas ph tanah (Sastrohartono, 2011). Keasaman tanah yang dinyatakan dalam Eksponen Hidrogen (ph) merupakan aspek kimia tanah yang tetap diperlukan dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan. Hal ini disebabkan karena pengaruh ph yang sangat besar terhadap kesesuaian lahan dan pertumbuhan tanaman (Wahyuningrum, 2015). 12

8 5. Tingkat bahaya erosi Erosi yang dibahas adalah erosi yang disebabkan oleh air. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan dengan memperhatikan adanya erosi, seperti erosi lembar permukaan, erosi alur, dan erosi parit (Sastrohartono, 2011). Erosi merupakan pembatas utama dari penggunaan lahan, pada umumnya erosi tanah banyak terjadi di lahan miring daripada di lahan yang datar (Wahyuninrum, 2015). 6. Bahaya Banjir Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir dan lamanya banjir. Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat dilapangan (Sastrohartono, 2011). Banjir dan genangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Genangan yang terlalu lama dapat meyebabkan kerusakan tanaman berakibat matinya tanaman (Adhitya, 2008). 7. Salinitas Salinitas yaitu besarnya keracunan tanah yang dinyatakan dalam kandungan garam larut atau tingkat kadar garam terlarut dalam air atau tanah (Adhitya, 2008). 8. Batuan Permukaan Batuan adalah setiap bahan yang mengandung mineral yang merupakan bagian dari kerak bumi yang terdiri atas batuan beku, batuan sedimen dan matuan malihan atau metamorf. Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah (Adhitya, 2008). 13

9 9. Singkapan batuan Singkapan batuan adalah batuan yang terlihat terungkap atau terlihat dipermukaan tanah. Batuan yang dimaksud merupakan bagaian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah (Adhitya, 2008). C. Spesifikasi Tanaman Mahoni (Swietenia Mahagoni) Tanaman mahoni (swietenia mahagoni) merupakan mahoni berdaun sempit yang merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Tanaman mahoni (swietenia mahagoni) merupakan tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Tanaman mahoni dapat tumbuh pada ketinggian meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan mm/tahun, suhu udara yang dibutuhkan tanaman mahoni minimum 21-35ºC (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5-25 meter, Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir, mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang yang secara ekologi dapat menahan laju longsor (Sambas, 2004). D. Persyaratan Tumbuh Tanaman Mahoni Tanaman agar dapat tumbuh dan bereproduksi memerlukan persyaratan tertentu. Tanaman mahoni merupakam tanaman tropis dan merupakan tanaman tahunan yang mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang. Syarat tumbuh tanaman mahoni : 14

10 1. Iklim Ketinggian tempat untuk tanaman mahoni dapat tumbuh pada ketinggian mdpl. Tanaman mahoni merupakan jenis tanaman tropis, sehingga memerlukan suhu rata-rata tahunan 21-35ºC. Tanaman mahoni dapat tumbuh pada daerah bertipe iklim A D, yaitu daerah dengan musim kering atau basah (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). 2. Sinar matahari Mahoni dapat tumbuh dengan hasil baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung (tidak ternaungi). Tanaman mahoni juga baik tumbuh di dataran rendah, maupun dataran tinggi yakni hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). 3. Curah Hujan Tanaman mahoni memerlukan curah hujan mm/tahun. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang dapat bertahan hidup ditanah gersang mahoni masih mampu untuk bertahan hidup (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007)). 4. Tanah Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik karena mahoni dapat tumbuh alami pada tipe tanah aluvial, tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah subur dan memiliki solum dalam dengan ph 15

11 berkisar 6,5 sampai 7,5 (Soerianegara dan Lemmes, 1994 dalam Sitepu, 2007). E. Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut di tinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan drainase sesuai untuk usaha tani atau komoditas yang produktif (Anonim, 1993). Penentuan kesesuaian lahan ada beberapa cara yaitu perkalian parameter, penjumlahan dengan menggunakan hukum minimum yaitu matching antara kualitas dan karakteritik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuain lahan berdasarkan persyaratan tumbuh yang dievaluasi. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (Ritung, 2007). Menurut FAO (1976), terdapat 4 kategori sistem klasifikasi kesesuaian dibedakan menurut tingkatannya, yakni seperti berikut: 1. Ordo Menunjukan jenis atau macam kesesuaian secara umum. Pada tingkatan ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tidak tergolong sesuai (N). 16

12 2. Kelas Menunjukana tingkat kesesuaian dalam ordo. Pada tingkatan kelas, lahan lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara lahan yang sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3). Kelas S1 sangat sesuai : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaanya secara berkelanjutan atau hanya faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktifitasnya secara nyata Kelas S2 cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input (masukan). Kelas S3 marginal sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input yang lebih banyak. Kelas N tidak sesuai : Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat. Lahan yang tergolong N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, tetapi sifatnya tidak permanen dan secara ekonomis masih memungkinkan untuk diperbaiki (improvement), yaitu dengan mengatasi faktor-faktor pembatasnya. Sedangkan pada lahan kelas N2 tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena faktor pembatas yang sangat berat dan sangat sulit diatasi karena sifatnya permanen. 17

13 3. Sub Kelas Pada tingkat ini kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas pada masing-masing sub kelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang di hasilkan bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan yang diperlukan. 4. Unit Pembagian lebih lanjut dari kesesuaian pada tingkat sub kelas. Tingkatan ini merupakan bagian dari tingkat sub kelas, yang dibedakan masingmasing berdasarkan sifat-sifat yang akan berpengaruh terhadap aspek produksi atau dalam aspek manajemen. F. Longsorlahan Longsor merupakan bencana alam yang sering mengancam morfologi lereng dikawasan berbukit atau pegunungan, khususnya di musim hujan. Bencana longsor menyebabkan kerugian besar dalam perekonomian, bahkan mengancam keselamatan manusia (Sadarviana dkk, 2008). Longsorlahan adalah suatu prose perpindahan masa tanah atau batuan ke arah kemiringan dari kedudukan semula karena pengruh gravitasi dengan jenis gerakan rotasi dan translasi. Proses terjadinya longsorlahan dapat dijelaskan sebagai berikut: air meresap ke dalam tanah sehingga menambah bobot tanah, air menembus ke lapisan kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, tanah menjadi licin dan dan tanah pelapukan diatasnya bergerak mengikuti lereng (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007) 18

14 Penetapan kriteria makro kawasan rawan bencana longsorlahan sebagai berikut: a. Kondisi kemiringan lereng 15% - 70%; b. Tingkat curah hujan rata-rata tertinggi di atas 2500 mm per tahun; c. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal lebih dari 2 meter; d. Struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau struktur retakan; e. Daerah yang dilalui struktur patahan; f. Adanya gerak tanah, dan/atau g. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk dan sifat perakaran) (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007). G. Kerawanan Longsorlahan Menurut Pedoman Penataan Ruang peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007 bahwa tingkat kerawanan adalah ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya atau besar kerugian bila terjadi bencana longsorlahan yang diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia. Penentuan tingat kerawanan longsorlahan dilakukan penilaian seperti kemiringan, karakteristik lahan, lapisan batuan, curah hujan dan hidrologi lereng. Faktor-faktor aktifitas manusia seperti kepadatan penduduk, jenis kegiatan, penggunaan lahan dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam dan masyarakat setempat dalam mengantisipasi bencana longsorlahan. Suatu daerah berpotensi longsorlahan, dapat dibedakan dalam tiga tingkat kerawanan terdiri 19

15 atas kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi, kawasan dengan tingkat kerawanan sedang dan kawasan dengan tingkat kerawanan rendah H. Penelitian Sebelumnya Iwan Setyawan, 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Kesesuaian lahan untuk tanaman jati (Tectona grandis) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di daerah penelitian dan mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati di daerah penelitian dan memvisualisasikan dalam peta kesesuaian lahan. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. Analisa data menggunakan Matching, yaitu dengan cara mencocokkan data kualitas dan karakteritik lahan yang diperoleh dari daerah penelitian. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tingkat kesesuaian lahan untu tanaman jati yang meliputi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai secara marjinal), N1 (tidak sesuai sementara), dan N2 (tidak sesuai secara permanen). Khairul umam, 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Kajian kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni (swietenia macrophylla) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di daerah penelitian dan mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. 20

16 Analisa data menggunakan Matching, yaitu dengan cara mencocokan data kualitas dan karakteritik lahan yang diperoleh dari daerah penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni yang meliputi kelas S (sesuai), CS (sesuai bersyarat) dan N (tidak sesuai). Tabel 2.2 Perbandingan antar penelitian Nama Peneliti Iwan Setyawan, 2012 Khairul Umam, 2014 Judul Kesesuaian lahan untuk tanaman jati(tectona grandis) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Kajian kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni(swietenia macrophylla) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tujuan Mengetahui karakteristik kualias lahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan kualitas lahan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas di Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman Metode Penelitian Menggunakan metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. Metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. hasil Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni 21

17 Khikmawan Jiwandaru, 2017 Kajian kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni (swietenia mahagoni) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas mahoni di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Sumber : Setyawan (2012) dan Umam (2014) I. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman analisis data dengan maching dan keruangan Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni Geomorfologi pada saat ini telah diterapkan dalam berbagai bidang, salah satu terapan geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan pedesaan bidang pertanian, kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan melalui evaluasi lahan. Fungsi evaluasi lahan untuk memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan pada perencana sebagai manfaat dan alternatif penggunaan lahan yang diharapkan akan berhasil. Suatu wilayah yang memiliki potensi dalam penggunaan lahan disektor pertanaian dapat ditentukan oleh beberapa sifat lingkungan fisik seperti iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan persyaratan penggunan pengguanaan 22

18 komoditas yang dievaluasi untuk memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu manfaat dari bagian ilmu geomorfologi sebagai evaluasi kesesuaian lahan. Aspek utama dalam pendekatan geomorfologi adalah bentuk lahan yang telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Lahan adalah suatu area dipermukaan bumi yang merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertuan lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia terhadap lahan yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang sesuai dengan tujuan. Kualitas lahan adalah perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan. Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu, kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik yang berpengaruh. Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu, tetapi tidak berpengaruh pada kualitas lahan lainnya. Tanaman mahoni merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia, sehingga memerlukan suhu rata-rata tahunan 21-35ºC. Tanaman mahoni dapat tumbuh pada darah bertipe iklim A D, yaitu daerah dengan musim 23

19 kering atau basah. Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5-25 meter. Mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang. Syarat tumbuh tanaman mahoni memiliki ketinggian tempat untuk dapat tumbuh pada ketinggian mdpl, juga baik tumbuh di dataran rendah, maupun dataran tinggi. Mahoni dapat tumbuh dengan hasil baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Tanaman mahoni memerlukan curah hujan mm/tahun. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang dapat bertahan hidup ditanah gersang mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik karena mahoni dapat tumbuh alami pada tipe tanah aluvial, tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah subur dan memiliki solum dalam dengan Ph berkisar 6,5 sampai 7,5. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Kesesuaian lahan akan sangat dipengaruhi oleh sifat fisi tanah, topografi serta ketinggian tempat. Kerawanan longsor lahan merupakan suatu lahan yang mudah terjadi bencana longsor. Kerawanan longsorlahan disebabkan karena fator fisik alamiah dan faktor aktfitas manusia. Penggunaan lahan yang tepat dengan vegetasi yang sesuai akan mengurangi ringkat resiko kerawanan longsorlahan. 24

20 J. Kerangka Pikir Kecocokan atau kesesuaian lahan akan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, topografi dan ketinggian tempat. Kesesuaian lahan pada kategori sub kelas untuk tanaman mahoni harus diketahui dulu syarat tumbuh tanaman. Persyaratan tersebut terdiri dari rata-rata temperatur tahunan, tekstur tanah, ph tanah, salinitas, dan kemiringan lereng. Dalam penanaman tanaman mahoni tentu tidak lepas dari resiko bencana tanah longsor, untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor tersebut maka perlu diadakannya evaluasi kesesuaian lahan terhadap suatu wilayah untuk tanaman mahoni. Hasil dari evaluasi lahan tersebut dapat memberikan suatu alternatif tindakan pengelolaan yang lestari sesuai dengan hambatan dan pembatas yang ada. Hasil pengamatan dan pengukuran lapangan dilengkapi data sampel tanah dan data analisis laboratorium untuk memperoleh data tentang sifat tanah pada setiap satuan lahan. Sehingga dengan data yang diperoleh tersebut dapat diketahui karakteristik dan kualitas setiap satuan bentuklahan. Dilakukan perbandingan antara kesesuaian lahan dengan persyaratan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman yang akan diteliti adalah tanaman mahoni sehingga didapatkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni kemudian di overlay dengan peta kerawanan longsorlahan. Disusun diagram alir penelitian, untuk mempermudah dalam penelitian ini disajikan gambar 2.1 berikut ini: 25

21 Satuan Bentuklahan Karakteristik Lahan Kualitas Lahan Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni Tingkat Kesesuaian Lahan Peta Kelas Kerawanan Longsorlahan OVERLAY Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni Peta Hubungan Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni Pada Kelas Kerawanan Longsorlahan Gambar 2.1. Diagram alir kerangka pikir 26

22 K. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di daerah penelitian 50% Sesuai terutama pada klasifikasi kelas S2 (Cukup Sesuai). 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Lahan Sitorus (1985) menjelaskan ada empat kelompok kualitas lahan utama : (a) Kualitas lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika dan Brazil. Di Brazil, tanaman ini tumbuh secara liar di tepi sungai. Klasifikasi dan pengenalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geomorfologi Geomorfologi adalah studi yang mendiskripsikan bentuklahan, proses-proses yang bekerja padanya dan menyelidiki kaitan antara bentuklahan dan prosesproses tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaatkan untuk tempat tinggal dan usaha pertanian (Adhitya, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. manfaatkan untuk tempat tinggal dan usaha pertanian (Adhitya, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terus berkembang sehingga mendorong manusia untuk lebih memanfaatkan lingkungan alam yang ada serta

Lebih terperinci

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Kepala BB. Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Topik bahasan : KONSEP DASAR EVALUASI LAHAN SYARAT TUMBUH CABAI & BAWANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia Lampiran 2. Struktur organisasi Kebun Helvetia STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA WILAYAH HELVETIA MANAGER Kadis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Fitriawati Sandri* Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS Suwarno 1, Sutomo 2, dan Munandar 3 1,2 Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA, r,. t ' -! '. 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Kecamatan Membalong terletak di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI TOPIC KESESUIAN OF MANUSCRIPT LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2. No.2 (2015) 17-21 http:www... KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI Puspita Handayani

Lebih terperinci

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna * Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna * Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Adeha Suryani1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang menjadi syarat tumbuh tanaman pisang untuk dapat berproduksi dengan optimal, yaitu : 1. Iklim a. Iklim

Lebih terperinci

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kopi, Sawit, Jagung, Kayu Manis, Kelapa, Tembakau, Kedelai, Kakao

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Singkong 1. Karakteristik Tanaman Singkong Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah adalah salah satu komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat fisik, kimia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) 1. Karakteristik Tanaman Durian Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber

Lebih terperinci

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani KESESUAIAN LAHAN Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani Ahmad Tohir 1, Hasnah Wita 1 1 Mahasiswi semester 3 Prodi. Tata Air Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah 40 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah Data iklim yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data keadaan wilayah penelitian. Kecamatan Imogiri memiliki satu tipe iklim di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan 15 TINJAUAN PUSTAKA A. Survei Tanah Hakim, dkk, (1986)mengemukakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA The Evaluation of Land Suitability Onion (Allium ascalonicum L.) in Muara Subdistrict

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklafikasikan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PERKENALAN SARASWANTI GROUP HEAD OFFICE: AMG Tower Lt.19-21 Jl. Dukuh Menanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Lahan adala hamparan permukaan bumi yang berupa tembereng (segment) sistem teristik yang memedukan sejumlah sumberdaya alam dan binaan. Lahan juga merupakan suatu wilayah

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 996. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Carlos Samuel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa, 8 desa merupakan daerah pantai dan 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO Kustamar Dosen Teknik Sipil (Teknik Sumber Daya Air) FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan yang

Lebih terperinci

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan daunnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi lahan Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaa tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara The Evaluation of Land Suitability coffea arabica (Coffea arabica

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) 1. Karakteristik Tanaman Padi Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM 1 PRINSIP ESL-KESESUAIAN LAHAN 1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. 2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Pohon pinus (Pinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Pohon pinus (Pinus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Pinus Pinus merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. Pinus termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Rafika Yogi1 Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di buktikan dengan terdokumentasinya dalam Al-Qur an, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia di buktikan dengan terdokumentasinya dalam Al-Qur an, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan tempat berpijak makhluk hidup, dimana tanah sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Eratnya hubungan tanah dengan kehidupan manusia di buktikan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu 15 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Land Suitability Evaluation for Irigation Rice (Oryza sativa L.) in Bakaran Batu Village Sei Bamban

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

KONSEP EVALUASI LAHAN

KONSEP EVALUASI LAHAN EVALUASI LAHAN KONSEP EVALUASI LAHAN Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci