BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN"

Transkripsi

1 8 BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN A. DESKRIPSI TEORI a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Anak Tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan CA (Chronological Age) tidak sesuai dengan perkembangan MA (Mental Age), dimana perkembangan MA lebih rendah daripada perkembangan CA. terdapat beberapa pendapat mengenai tunagrahita diantaranya: American Association Of Mental Retardation atau AAMR (Delphie, 2009: 9) mendefinisikan tunagrahita sebagai berikut: mental retardation refers to substantial limitation in present functioning. It characterized by significantly subaverage intellectual functioning, existing concurrently with related limitation in two or more of the following applicable adaptive skills areas: communication, self care, home living, social skills, community use, self direction, healt and safety, functional academics, leisure and work. Mental retardations manifests before age 18. Diartikan secara bebas bahwa anak tunagrahita mengacu pada adanya keterbatasan dalam perkembangan fungsional. Hal ini menunjukkan adanya signifikasi karakteristik fungsi intelektual yang berada di bawah normal, bersamaan dengan munculnya dua atau lebih ketidaksesuaian dalam aspek keterampilan penyesuaian diri meliputi komunikasi, bina diri, kehidupan di rumah, keterampilan sosial, penggunaan fasilitas umum, mengatur diri, menjaga kesehatan dan keselamatan diri, kemampuan akademik, mengatur

2 9 waktu luang dan bekerja. Keadaan seperti ini secara nyata berlangsung sebelum usia 18 tahun. Selain itu Sutjihati Somantri (2007:105) mendefinisikan tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga mencapai perkembangan yang tidak optimal. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan usia tidak diikuti oleh kemampuan mental yang sesuai sehingga anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan perilaku yang di timbulkan tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemampuan kecerdasan dan dapat dilihat pula berdasarkan kemampuan pada perilaku adaptif. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita pada umumnya diukur berdasarkan tes Stanford Binet dan skala Weschler (WISC). Berikut adalah tabel yang memperlihatkan lebih rinci klasifikasi anak tunagrahita: Klasifikasi IQ Stanford Binet Skala Weschler Ringan Sedang Berat Sangat berat < 19 < 24 Dari tabel klasifikasi anak tunagrahita dapat dilihatkan kisaran IQ yang dimiliki oleh tunagrahita ringan, yaitu skala Binet dan skala

3 10 Weschler. Tingkatan IQ yang dimiliki akan sangat mempengaruhi kemampuan anak tunagrahita. Menurut Sutjihati Somantri (2007:106) Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik anak tunagrahita ringan dapat memperoleh penghasilan sendiri, namun demikian, anak tunagrahita ringan tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara independen. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tunagrahita ringan merupakan kondisi dimana kisaran IQ berada diantara Skala Binet dan skala Weschler, anak tunagrahita ringan mampu belajar membaca, menulis dan berhitung namun tetap memerlukan bimbingan dalam penyesuaian sosial. b. KONSEP MATEMATIKA DASAR 1. Pengertian Matematika Dasar Matematika dasar merupakan salah satu cabang ilmu matematika. Untuk itu, perlu dipahami definisi tentang matematika terlebih dahulu. Matematika merupakan mata pelajaran pokok yang ada setiap jenjang pendidikan. Menurut Depdiknas (2002;1) Matematika adalah ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran, yang memiliki ciri utama adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau kenyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh James dan James (Ruseffendi,1991: 27) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan

4 11 jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Hal serupa juga di kemukakan oleh Sujono, menurut Sujono (Abdul Halim Fathani,2009 : 19) matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti yang berkaitan dengan logika yang membahas mengenai bilangan, susunan, bentuk dan ruang. Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang berkelanjutan sehingga harus diberikan pemahaman berdasarkan tahap demi tahap. Tahap awal yang harus dikuasai adalah pemahaman matematika dasar. Matematika dasar merupakan salah cabang ilmu matematika yang biasa disebut aritmatika. Abdul Halim Fathani (2009 : 22) mendefinisikan matematika dasar atau aritmatik sebagai ilmu tentang bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan bulat melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Taylor dan Mills (oktaviani, M.E.D., 2009: 31) aritmetics is method of thinking in which we neglect all aspect of experience except those that can becounted and meansured yang berarti bahwa aritmatika adalah sebuah metode berfikir dimana kita mengabaikan semua aspek pengalaman kecuali sesuatu tersebut dapat dihitung dan diukur. Terdapat beberapa komponen operasi matematika dasar yaitu Mengenal Angka, Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian (

5 12 Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa matematika dasar merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang mempelajari operasi berhitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi operasi matematika dasar yang akan di teliti yaitu pada operasi berhitung penjumlahan dengan teknik menyimpan. 2. Hambatan Belajar Matematika Dasar Pada Tunagrahita Ringan Memahami matematika dasar memerlukan pengaruh lingkungan sebagai stimulus. Zaenal Alimin dan Endang Rochyadi (2007:30) menjelaskan bahwa stimulus yang datang dari lingkungan akan direspon oleh anak melalui sistem sensoris (penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil dan perabaan) oleh karena itu belajar harus dimulai dari hal yang konkret dan proses belajar melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak dan abstrak. proses belajar seperti ini juga terjadi pada anak tunagrahita ringan. Tetapi dikarenakan hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita ringan menyebabkan anak tunagrahita ringan tidak dapat melewati tahapan belajar abstrak dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Zaenal Alimin dan Endang Rochyadi (2007:28) Tunagrahita kesulitan untuk dapat berfikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang bersifat konkret.

6 13 Selain sulit memahami konsep abstrak, anak tunagrahita ringan juga mengalami kesulitan dalam beberapa aspek, Oktafiani, M.E.D., (2009:36) memaparkan beberapa kesulitan yang umumnya di alami oleh anak tunagrahita ringan dalam memahami matematika dasar diantaranya sebagai berikut: a. Kesulitan memahami konsep dasar dalam berhitung Kesulitan ini akan terjadi bila siswa belum memahami konsep bilangan, membilang maju, mundur, satu-satu atau dua-dua, belum mampu membuat korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan. Siswa akan menampakkan kesulitan baik dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. b. Kesulitan dalam mengelompokkan bilangan Siswa kesulitan mengelompokkan objek-objek, suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi jumlah objek dalam kelompok. c. Kesulitan dalam berhitung yang berhubungan dengan bilangan nol (0) Siswa menyimpan puluhan, ratusan, atau ribuan dalam penjumlahan. Dalam pengurangan siswa tidak melakukan peminjaman, hal ini terjadi bila siswa belum memiliki keterampilan nilai tempat d. Kesulitan dalam membaca simbol Siswa kesulitan dalam melihat atau membedakan angka misalnya 6 dibaca 9, sedangkan 8 dibaca 3. Matematika adalah bahasa simbol, kurang persepsi tentang simbol-simbol bilangan akan sangat menyulitkan anak dalam belajar matematika.

7 14 e. Gangguan hubungan keruangan Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, jauh-dekat, kiri-kanan, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir, umumnya telah dikuasai oleh anak sejak kecil. Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubugan keruangan dapat menganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan. Karena adanya gangguan tersebut, anak mungkin tidak mampu merasakan jarak antara angka-nagka pada garis bilangan atau penggaris dan mungkin juga anak tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat dari angka 4 dari pada angka 6. f. Kesulitan dalam sensori motor Siswa yang mengalami gangguan sensorimotor, sering tidak bisa menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya satu, dua, tiga, empat, lima. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi telah mengucapkan lima atau sebaliknya. Anak-anak ini memberikan kesan bahwa mereka hanya menghapal bilangan tanpa memahami maknannya. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan-permasalahan anak tunagrahita ringan dalam memahami matematika dasar harus segera diatasi, karena apabila kesulitan ini terus di alami tanpa ada penyelesaian maka akan berdampak pada perkembangan kemampuan matematika dasar siswa yang akan menimbulkan kesulitan pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya peningkatan kemampuan matematika dasar pada anak tunagrahita ringan dalam hal ini adalah lebih mengkonkretkan konsep abstrak melalui

8 15 penggunaan alat atau media pembelajaran yang dapat membantu anak tunagrahita ringan dalam memahami konsep matematika dasar terutama dalam penjumlahan melalui teknik menyimpan. c. MEDIA PEMBELAJARAN Pasa dasarnya setiap pembelajaran membutuhkan media yang tepat untuk memudahkan anak dalam menerima materi yang disampaikan. Media merupakan sesuatu yang mengantarkan atau meneruskan informasi (pesan) antara pemberi pesan dan penerima pesan. Kata media dalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari bahasa latin Medius yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata medium adalah sedang atau antara. Sedangkan pengertian media lebih mengarah pada sesuatu yang mengantarkan atau meneruskan informasi (pesan) antara pemberi pesan dan penerima pesan. (National Education Association) NEA (kasim, 2009:27) berpendapat bahwa media adalah segala benda yang dimanipulasikan dilihat,didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Selanjutnya Gagne (Kasim, 2009:27) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangkang untuk belajar. Kemudian Nasution (1984;32) memberikan pendapat sebagai berikut : Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran perasaan,perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

9 16 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah adalah benda atau alat yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam menerima infomasi dalam pembelajaran. Pemilihan media dalam pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pada anak. Tahapan belajar anak selalu berawal dari segala sesuatu yang konkret, hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Sagala (2007:169) pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkret sehingga media mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat itu. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media tabel bilangan yang merupakan media konkret yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika dasar operasi hitung penjumlahan melalui teknik menyimpan dengan nilai bilangan sampai puluhan. 1. Media Tabel Bilangan Sebagai Media Pembelajaran Proses belajar akan terjadi apabila stimulus yang datang dapat di respon dengan baik oleh anak melalui sistem sensoris (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan taktil). Sehingga pembelajaran seharusnya di awali dari hal yang bersifat konkret, semi konkret, semi abstrak, abstrak. Dalam proses belajar di perlukan adanya pengalaman langsung bagi anak terjadi kesan dalam proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat terjadi melalui penggunaan media yang memungkinkan anak dapat mengaktifkan semua sistem sensori.

10 17 Media tabel bilangan merupakan salah satu media yang dapat mengaktifkan sistem sensori meliputi penglihatan, perabaan dan taktil sehingga dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak ketika menggunakannya. Penggunaan media tabel bilangan adalah salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan anak tunagrahita ringan, dalam hal ini mengenai pemahaman matematika dasar operasi hitung penjumlahan melalui teknik menyimpan. Kesulitan anak dalam memahami konsep abstrak menyebabkan anak tunagrahita membutuhkan alat bantu atau media yang dapat mengkonkretan konsep abstrak terutama dalam operasi hitung penjumlahan sampai puluhan melalui teknik menyimpan. Selain itu untuk memberikan pengalaman langsung kepada anak ketika belajar, diperlukan penggunaan media yang dapat menggerakan sistem sensori sehingga proses pembelajaran menjadi lebih berkesan. Tabel bilangan terdiri dari kata tabel dan bilangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:975) mendefinisikan bahwa Tabel adalah daftar berisi sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara sistematis, urut kebawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Sedangkan bilangan adalah suatu idea, sifatnya abstrak. bilangan bukan simbol atau lambang dan bukan pula lambang bilangan. Bilangan memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota suatu himpunan (Ensiklopedia Matematika, 2004: 32).

11 18 Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tabel bilangan merupakan matrik yang terdiri dari dua kolom, masing-masing kolom bernilai satuan dan puluhan dengan membuat asosiasi berupa kepingan yang digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan operasi hitung. Tabel bilangan berupa alat peraga berukuran 30 cm x 40 cm x 6cm yang di dalamnya terdiri dari dua kolom bernilai satuan dan puluhan. Pada kolom satuan terdiri dari 20 kepingan dan pada kolom puluhan terdiri dari 10 kepingan yang terbuat dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter 1cm. Tabel bilangan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dapat mengkonkretkan jumlah bilangan dari satuan sampai puluhan, dapat melatih siswa dalam memahami konsep satuan sampai puluhan yang nantinya akan mempengaruhi siswa dalam memahami konsep penjumlahan dengan teknik menyimpan. Kelebihan lain yang terdapat dalam media tabel bilangan adalah cara pengoperasian yang diprediksi akan dapat dipahami oleh siswa serta efesien karena tidak memerlukan banyak benda untuk membantu memahami konsep puluhan, dapat dipergunakan secara berulang-ulang dan tidak membahayakan. Berikut adalah gambar media tabel bilangan.

12 19 Cara mengoperasikan media tabel bilangan untuk penjumlahan dengan teknik menyimpan adalah: a. Langkah pertama menjelaskan mana kolom satuan dan mana kolom puluhan Puluhan Satuan b. Langkah kedua mengisi tabel satuan dan puluhan dengan kepingan c. Langkah ketiga memberikan contoh cara menyelesaikan soal penjumlahan ke bawah dengan teknik menyimpan melalui tabel bilangan d. Langkah keempat menyebutkan nilai tempat pada soal yang di berikan e. Langkah kelima melingkari 8 buah kepingan yang terdapat pada kolom satuan Puluhan Satuan

13 20 f. Langkah keenam melingkari 5 buah kepingan yang terdapat pada kolom satuan Puluhan Satuan g. Langkah ketujuh menghitung keseluruhan jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom satuan Puluhan Satuan h. Langkah kedelapan menghitung keseluruhan jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom satuan Puluhan Satuan i. Langkah kesembilan menentukan nilai tempat bilangan 13 sesuai jumlah gambar kolom satuan

14 21 Puluhan Satuan satuan 13 puluhan j. Langkah kesepuluh melingkari kepingan pada kolom puluhan sesuai jumlah hasil hitung Puluhan Satuan satuan 13 puluhan k. Langkah kesebelas melingkari 2 buah kepingan pada kolom puluhan Puluhan Satuan 3

15 22 l. Langkah keduabelas melingkari 1 buah kepingan pada kolom puluhaan Puluhan Satuan 3 m. Langkah ketiga belas menghitung jumlah kepingan yang telah dilingkari pada kolom puluhan Puluhan Satuan 3 n. menggabungkan bilangan pada kolom puluhan dan kolom satuan pada kolom yang terletak dibawah Puluhan Satuan

16 23 B. PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian sebelumnya yang relevan dan menguatkan asumsi penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Pengaruh Penggunaan Media Permainan Dot Cards Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Tunagrahita Ringan (Mia Eka Devita Oktafiani, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mia Eka Devita Oktafiani dapat disimpulkan bahwa media Dot Cards dapat meningkatkan kemampuan berhitung (penjumlahan dan pengurangan). Hal ini membuktikan bahwa dalam proses memahami suatu konsep anak tunagrahita membutuhkan bantuan alat atau media yang sesuai dengan materi yang akan diberikan. 2. Efeksifitas Penggunaan Media Base Ten Blocks Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tungrahita Ringan (Merri Fitriani, 2006) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Merri Fitriani disimpulkan bahwa media Base Ten Block dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak tunagrahita dalam operasi penjumlahan bersusun kebawah tanpa teknik menyimpan. Hal ini dapat memperkuat asumsi bahwa dalam setiap pembelajaran matematika, anak tunagrahita ringan membutuhkan media yang bersifat konkret dan dapat memberikan pengalaman langsung sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan.

17 24 C. KERANGKA BERPIKIR Tunagrahita merupakan kondisi dimana perkembangan usia tdak sejalan dengan perkembangan mental, kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Dampak ketunagrahitaan menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk dapat berfikir secara abstrak yang akan berdampak terhadap pemahaman konsep matematika dasar termasuk dalam memahami operasi hitung penjumlahan melalui teknik menyimpan. Salah satu upaya peningkatan kemampuan matematika dasar pada anak tunagrahita ringan dalam hal ini adalah mengkonkretkan konsep abstrak melalui penggunaan alat atau media pembelajaran yang dapat membantu anak tunagrahita ringan dalam memahami konsep matematika dasar terutama dalam penjumlahan melalui teknik menyimpan. Sesuai dengan konsep pembelajaran yang harus diawali dari hal yang konkret - semi konkret abstrak. Media tabel bilangan merupakan media yang dapat mengkonkretkan jumlah bilangan dari satuan sampai puluhan, dapat melatih siswa dalam memahami konsep satuan sampai puluhan yang nantinya akan mempengaruhi siswa dalam memahami konsep penjumlahan dengan teknik menyimpan. Kelebihan lain yang terdapat dalam media tabel bilangan adalah cara pengoperasian yang mudah dipahami oleh siswa serta efesien karena tidak memerlukan banyak benda untuk membantu memahami konsep puluhan.

18 25 Berdasarkan pemaparan diatas, diharapkan adanya suatu pengaruh antara penggunaan media tabel bilangan terhadap kemampuan matematika dasar. Jika media tabel bilangan dapat membantu meningkatkan kemampuan matematika dasar maka penggunaan media tabel bilangan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan matematika dasar pada anak tunagrahita ringan. D. HIPOTESIS Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh media tabel bilangan terhadap peningkatan kemampuan matematika dasar anak tunagrahita ringan.

BAB I PENDAHULUAN. Beragam kebutuhan yang dimiliki anak tunagrahita baik kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Beragam kebutuhan yang dimiliki anak tunagrahita baik kebutuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beragam kebutuhan yang dimiliki anak tunagrahita baik kebutuhan yang sifatnya pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder dan tertier yang harus dipenuhi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran

Lebih terperinci

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS Mumpuniati PLB-FIP-UNY 1. Menstimulasi peredaran darah 2. Mestimulasi pertumbuhan syaraf 3. Menambah koordinasi gerak yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN 12 BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN A. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kecerdasan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media 26 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABLE PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki intelegensi jelas-jelas berada dibawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada arti yang sama yaitu mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada arti yang sama yaitu mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang digunakan untuk anak tunagrahita ringan, namun semua mengarah pada arti yang sama yaitu mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana belajar untuk mengembangkan potensi individu agar mencapai perkembangan secara optimal. Di tempat itulah semua potensi anak dikembangkan

Lebih terperinci

Kata-kata kunci: anak tunagrahita ringan, keterampilan tata boga, pembelajaran eksplisit.

Kata-kata kunci: anak tunagrahita ringan, keterampilan tata boga, pembelajaran eksplisit. Penelitian PENINGKATAN KETERAMPILAN TATA BOGA MATERI PEMBUATAN BROWNIS KUKUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EKSPLISIT Mulya Sari e-mail: ucimulyasari@yahoo.com SLB Kembar Karya I Jakarta Timur Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap anak terlahir dengan pertumbuhan dan perkembangannya masingmasing. Keduanya berjalan seiringan, menurut Witherington (Desmita) mengungkapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER MANTAP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

BAB II PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER MANTAP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. 9 BAB II PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER MANTAP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. A. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan a. Pengertian Tunagrahita Ringan Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia mandiri,,, (UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan salah satu factor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku individu. Menurut Sujana (1989: 9), belajar didenifisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Sejarah Ketrampilan Berhitung Berhitung adalah cabang dari matematika. Berbagai kamus ensiklopedi merumuskan berhitung sebagai ilmu (pengetahuan) tentang bilangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu anak tunagrahita. Anak tunagrahita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Menurut Gagne (2002 : 5), mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Baseline (A-1) Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran kemampuan matematika dasar khususnya dalam penjumlahan

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Kesanggupan seseorang dalam membaca atau menangkap makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika ialah suatu ilmu yang berkaitan dengan penalaran atau berfikir

BAB I PENDAHULUAN. Matematika ialah suatu ilmu yang berkaitan dengan penalaran atau berfikir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika ialah suatu ilmu yang berkaitan dengan penalaran atau berfikir logis. Menurut James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian belajar yang objektif terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa harus selalu ditingkatkan. Meningkatnya pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari implementasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang mengalami keterbelakangan mental serta memiliki tingkat kecerdasan di bawah anak normal. Menurut tes Stanford

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 188-198 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA MESIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah No. 72 (Amin, 1995: 11) menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah Anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban daripada

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA - 937 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA KELAS : I 3.1 Mengenal bilangan asli sampai 10 dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau 3.2 Mengenal lambang bilangan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salahsatu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat hak atas pendidikan bagi anak penyandang kelainan atau ketunaan diterapkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG KARYA ILMIAH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG (Penelitian Tindakan Kelas ) OLEH : Susi

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :132-140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT 1-10 BAGI ANAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Soal Matematika Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan dengan matematika. Soal tersebut dapat berupa soal pilihan ganda ataupun soal uraian. Setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut masa emas (golden age) atau masa peka. Anak usia dini adalah individu

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :85-96 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA PAPAN BILAH

Lebih terperinci

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA Oleh: Astati, Dra. M.Pd. PLB Universitas Pendidikan Indonesia Anak Tunagrahita dan Pendidikannya Definisi lihat slide no 12 Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat dan oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk mengembangkan seluruh potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Lebih terperinci

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bilangan Bulat 133 134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 5 Bilangan Bulat Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Bilangan Bulat 135 136 Ayo Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2017 Page1 DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan siswa unuk mencapai kemajuan dalam perkembangannya. Dalam proses pembelajaran, belajar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI. Sistem AAMR - Mild retardation (IQ s/d 70) - Moderate retardation (IQ s/d 50-55) - Severe retardation (IQ s/d 35-40)

KLASIFIKASI. Sistem AAMR - Mild retardation (IQ s/d 70) - Moderate retardation (IQ s/d 50-55) - Severe retardation (IQ s/d 35-40) MENTAL RETARDATION DEFINISI Mental retardation refers to significantly subaverage general intelectual functioning resulting in or associated with deficits in adaptive behavior, and manifested during the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan garapan pengajaran di sekolah dasar yang memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini yang dikenal dengan masa Golden Age adalah masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok anak yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok anak yang memiliki hambatan yang signifikan dalam fungsi kognitif dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah salah satu bagian dari pendidikan. Belajar dapat dilakukan di rumah, di masyarakat ataupun di sekolah. Pada saat belajar kita akan mengenal proses komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menangani anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan

BAB I PENDAHULUAN. menangani anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan luar biasa adalah bentuk layanan pendidikan yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan Banyak istilah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit BAB I BILANGAN Skema Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Imajiner Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif Bilangan Asli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 12 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 12 ISSN X Penggunaan Kartu Berwarna Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat di Kelas IV SD Inpres 2 Slametharjo Kecamatan Moilong Siti Khoiriah Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai disekolah. Menurut hasil penelitian seorang ahli pada surat kabar Kompas dikatakan bahwa 46 % anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) pada umumnya merupakan lembaga pendidikan pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan menghitung. Kecapakan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (Cpa) Bilangan Cacah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Anak Tunagrahita Ringan

Penerapan Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (Cpa) Bilangan Cacah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Anak Tunagrahita Ringan Penerapan Pendekatan Concrete Pictorial Abstract (Cpa) Bilangan Cacah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas 6 di SD Nur Asjhadi Ramadhan SD Hikmah Teladan Kota

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK TUNAGRAHITA

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK TUNAGRAHITA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK TUNAGRAHITA Tawar SLB-C YPAALB Prambanan Klaten towardtaw@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Menurut Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 8 BAB II KAJIAN TEORI A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD 1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD Belajar matematika merupakan konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar. Menurut Depdiknas (2007: 23) dinyatakan bahwa aktivitas berarti kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bagian ketujuh pasal 28 memuat tentang Pendidikan Anak Usia Dini antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Alat Peraga a. Pengertian Alat Peraga Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran perkembangan usia, tempat, waktu, dan norma-norma dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berhitung harus dimiliki oleh setiap orang karena keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk menyiapkan subyek pendidikan dalam menghadapi lingkungan yang terus mengalami perubahan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR 8 BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, maka dalam penelitian ini difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya. masa ini disebut juga dengan masa golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga 2.1.1. Pengertian Alat Peraga Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam proses pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media dapat

Lebih terperinci

DEKAK-DEKAK. Fungsi alat peraga : - Menjelaskan nilai tempat - Memperagakan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan asli

DEKAK-DEKAK. Fungsi alat peraga : - Menjelaskan nilai tempat - Memperagakan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan asli DEKAK-DEKAK Menurut Standar Isi dalam pembelajaran matematika SD, dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif pada semua aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20

Lebih terperinci

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 SAMPAI 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU REMI PADA ANAK KELOMPOK A TK SI KUNCUNG DAMBALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS. Abstrak

PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS. Abstrak PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS Mintarjo SMK Negeri 2 Gedangsari Gunungkidul email : tarjamint@gmail.com Abstrak Operasi perkalian bilangan bulat sudah dipelajari siswa sejak jenjang Sekolah

Lebih terperinci