LAPORAN TUGAS AKHIR. n Ban. Akhir Sarjana. Disusun Oleh : TRIYATNO MESIN JURUSAN TEHNIK FAKULTAS JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TUGAS AKHIR. n Ban. Akhir Sarjana. Disusun Oleh : TRIYATNO MESIN JURUSAN TEHNIK FAKULTAS JAKARTA"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR Study Kasus Karakteristik Penggunaan n Ban Pada Transportasi Kendaraan Kijang Seri 5K Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Sarjana Strata (S-1), Jurusan Tehnik Mesin, Fakultas Tehnik Industri Disusun Oleh : TRIYATNO JURUSAN TEHNIK MESIN FAKULTAS TEHNIK INDUSTRII UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 i

2 LEMBAR PENGESAHAN Study Kasus Karakteristik Penggunaan Ban Pada Transportasi Kendaraan Kijang Seri 5K Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Sarjana Strata (S-1), Jurusan Tehnik Mesin, Fakultas Tehnik Industri Disusun Oleh : TRIYATNO Mengetahui Dosen Pembimbing/ Koordinator Tugas Akhir Ka. Prodi Teknik Mesin ( Dr. H. Abdul Hamid M. Eng) ( Nanang Ruhyat ST. MT ) ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang berkenan memberikan limpahan rahmat, hidayah, kesehatan, petunjuk, dan karunia-nya. Tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Habbi Banna WA Nabiyyana Muhammad SAW serta sahabat dan pengikutnya yang setia sampai yaumul akhir. Sungguh karunia yang luar biasa sehingga Penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Study Kasus Karakteristik Penggunaan Ban Pada Transportasi Kendaraan Kijang Seri 5K. Dalam penulisan ini, Penulisan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan karya tulis yang terbaik dan sempurna. Karena Penulis hanya manusia biasa dengan waktu yang terbatas, tidak menutup kemungkinan ada kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, koreksi dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan karya tulis ini untuk meningkatkan kemampuan Penulis di masa mendatang. Tak lupa pula, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis baik selama kerja praktek maupun selama penyusunan Tugas Akhir, khusus kepada : 1. Bapak (almarhum) dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih saying yang tiada terhingga. Berkat doa, bimbingan, nasehat, dan dorongan semangat yang Bapak dan Ibu berikan, Penulis mampu berusaha sampai sejauh ini. Penulis sangat bersyukur dan bangga mempunyai orang tua seperti Bapak dan Ibu. Terima kasih Bapak, terima kasih Ibu. 2. Kaka Aris sekeluarga, Wiwit sekeluarga dan adik saya. iv

4 3. Kerabat dan sahabat yang selalu mendoakan saya untuk menjadi orang yang berhasil dalam segala hal. 4. Bapak Dr. H. Abdul Hamid M.Eng sebagai Dosen Pembimbing/Ketua Program Studi. 5. Bapak Nang Ruhyat ST.MT selaku Koordinator Tugas Akhir. Jakarta, Februari 2009 Penulis v

5 ABSTRAK Ban merupakan bagian penting dari kendaraan, banyak orang yang tidak memperhatikan pentingnya ban pada kendaraan. Akibatnya kecelakaan dari tahun ketahun jumlahnya besar. Perhatian yang harusnya lebih utama adalah bagimana mereduksi angka kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Pada umumnya orang tidak mengenal ban. Orang lebih dulu mengenal roda dari pada ban. Banyak macam ban tipe dan jenis ban. Agar ban nyaman dipakai harus diperhatikan balance. Tekanan udara tekanan ban yang terlalu rendah mempercepat keausan ban karena tread melentur berlebihan pada saat menyentuh permukaan jalan. vi

6 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KARTU ASISTENSI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii vii x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hakikat Ban Hakikat Transportasi Umum Kendaraan Bermotor Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian vii

7 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Teknik Analisa Penelitain BAB IV KARAKTERISTIK BAN 4.1. Karakteristik Ban Kontruksi Ban Carcass (Cassing) Tread Sidewall Breaker Belt Pola Tread Pola Rib Pola Log Pola Rib dan Log Jenis-Jenis Ban Ban Salju Ban Spiked (Berpaku Besar) Ban Segala Cuaca Ban Pasir Kemampuan Ban Permukaan jalan viii

8 4.5.2 Kecepatan Kendaraan Tekanan Ban Aspect Ratio Ban Kontruksi Ban Keausan Ban Keausan Ban dan Jarak Pengereman Suara Pola (Pattern Noise) Standing Wave Hydroplaning (Aquaplaning) Kemampuan Membelok Keausan Ban Kesegaman Ban Wheel Balance Static Balance Dynamic Balance Run-Out Radial Run-Out Lateral Run-Out Keseragaman BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran ix

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kontruksi Ban Gambar 2 Pola Rib Gambar 3 Pola Lug Gambar 4 Pola Rib dan Log Gambar 5 Pola Block Gambar 6 Ban Salju Gambar 7 Ban Spited Gambar 8 Ban Segala Cuaca Gambar 9 Ban Pasir Gambar 10 Standing Wave x

10 LAPORAN TUGAS AKHIR Study Kasus Karakteristik Penggunaan n Ban Pada Transportasi Kendaraan Kijang Seri 5K Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Akhir Sarjana Strata (S-1), Jurusan Tehnik Mesin, Fakultas Tehnik Industri Disusun Oleh : TRIYATNO JURUSAN TEHNIK MESIN FAKULTAS TEHNIK INDUSTRII UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 xi

11 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ban merupakan bagian penting dari kendaraan. Penemuan penting dari sebelum abad ke 18 ini telah mengantarkan pada suatu penemuan termutakhir yang memecahkan berbagai macam persoalan terutama dalam dunia otomotif. Ban merupakan unsur keselamatan yang sangat penting bagi kendaraan, namun juga dapat menjadi unsur kecelakaan yang sering terjadi di jalan. Maka perhatian dan perawatan terhadap Ban inilah yang akan menjadi kunci keselamatan bagi semua pengendara kendaraan. Hal tersebut sejalan dengan keadaan, mengingat tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor berbagai jenis. Setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Besarnya kematian akibat kecelakaan lalu lintas itu menjadikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia memberi perhatian pada masalah itu dengan mengeluarkan laporan berjudul World Report on Road Traffic Injury Prevention pada 14 April lalu, atau sepekan setelah peringatan Hari Kesehatan Sedunia. Untuk pertama kalinya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memberi perhatian serius pada masalah ini. Setiap hari setidaknya orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah itu setidaknya 85 persen terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Kecelakaan lalu lintas juga telah menjadi penyebab 90 persen cacat seumur hidup (disability adjusted life years/dalys). 1

12 2 Proyeksi yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2020 menunjukkan kematian akibat kecelakaan lalu lintas akan menurun 30 persen di negara-negara dengan pendapatan tinggi, tetapi akan meningkat di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Tanpa adanya tindakan yang nyata, pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kecelakaan dan penyakit nomor tiga di dunia. Sebagai perbandingan, pada tahun 1990 kecelakaan lalu lintas masih berada pada nomor Sembilan daftar penyebab kematian paling dominan di dunia. Menurut Data Dirlantas Polda Metro (2006), Data kecelakaan lalu lintas memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 sebanyak orang tewas akibat kecelakaan di jalan raya, orang di antaranya melibatkan pengendara sepeda motor. Itu berarti dalam tahun 2006 setiap hari ada sekitar 52 orang yang tewas dalam kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. Angka itu menunjukkan peningkatan sebesar 73,33 persen daripada angka dua tahun yang lalu, yang hanya sekitar 30 orang. Jika dilihat dari data statistik, dibandingkan dengan sekitar sepeda motor yang setiap hari lalu lalang di jalan raya di Ibu Kota, angka itu sangat kecil, hanya 0,006 persen. Namun, jangan lupa bahwa angka 52 itu tidak menunjukkan satuan barang, melainkan menyangkut nyawa seorang manusia. Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak dibanding kendaraan umum memperparah keruwetan transportasi di Jakarta. Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum adalah 98% kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum. Padahal jumlah orang yang diangkut 2% kendaraan umum lebih banyak dari pada jumlah orang yang diangkut oleh 98% kendaraan pribadi. Dari total 17 juta orang yang melakukan perjalanan setiap hari, kendaraan pribadi hanya

13 3 mengangkut sekitar 49,7% penumpang. Sedangkan 2% kendaraan umum harus mengangkut sekitar 50,3% penumpang. Perhatian Pemerintah memang sedang terpusat untuk bagaimana mengurangi dampak kesemrawutan transportasi. Kemacetan, angka kecelakaan yang mempunyai tren meningkat setiap waktunya, dan sebagainya yang merupakan bagian dari dampak kesemrawutan transportasi. Pengurangan jumlah kendaraan yang ada di jalan, hingga memberlakukan pajak yang tinggi merupakan gambaran dari kinerja kebijakan dalam bidang transportasi. Perhatian yang harusnya lebih diutamakan adalah bagaimana mereduksi angka kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Hal ini sangat penting mengingat kejadian kecelakaan ini berdampak pada hilangnya nyawa, dan harta benda. Penelitian yang telah dilakukan dibanyak negara tentang dampak kecelakaan lalu lintas jalan raya terhadap kemiskinan, menunjukkan adanya hubungan dan pengaruh yang besar. Maka, mereduksi kejadian kecelakaan menjadi faktor penting dalam mengurangi dampak kesemrawutan transportasi Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi antara lain : a. Bagaimana karakteristik Ban yang umum dipakai di jalan raya? b. Bagaimana karakteristik Ban yang baik sebagai upaya pengurangan angka kecelakaan lalu lintas? c. Apa saja pengaruh yang dapat timbul akibat penerapan karakteristik Ban yang baik dan layak?

14 4 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Karakteristik Penggunaan Ban yang Umum di Jalan Raya. 1.4 Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai studi kasus karakteristik penggunaan ban pada transportasi kendaraan kijang seri 5K. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik penggunaan ban pada transportasi umum kendaraan bermotor sebagai antisipasi kecelakaan lalu lintas jalan raya. Manfaat khusus dari penelitian ini antara lain : a. Mengurangi kecelakaan lalu lintas melalui pengurangan resiko kecelakaan dengan mengetahui dan mensosialisasikan Ban yang baik dan layak jalan. b. Sebagai Menjadi saran masukan bagi upaya pengurangan transportasi kecelakaan lalu lintas jalan raya. c. Bagi peneliti : Sebagai bahan pengetahuan, sekaligus syarat kelulusan dalam menempuh sarjana strata satu (S1) bagi peneliti.

15 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Ban Menurut Bridgestone Indonesia (2007), Pada mulanya orang tidak mengenal ban. Pertama sekali orang menemukan yang namanya Roda. Jadi orang lebih dahulu mengenal roda daripada ban. Itu terjadi pada tahun 3500 SM. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka tahun 1845 Thomson dan Dunlop menciptakan Ban. Atau pada waktu itu disebut ban hidup alias ban berongga udara. Sehingga Thomson dan Dunlop disebut Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi Charles Kingston Welch menemukan ban dalam, sementara William Erskine Bartlett menemukan ban luar. Demikianlah hingga sekarang teknologi ban berkembang pesat dan tak kurang dari 3500 macam telah diciptakan, baik ban luar yang mengharuskan pemakaian ban dalam rnaupun jenis tubeless alias tanpa ban dalam. Dari Wikipedia.com, Ban adalah peranti yang menutupi lingkaran suatu roda. Ban adalah bagian penting dari kebanyakan kendaraan darat dan digunakan untuk mengurangi getaran yang disebabkan ketakteraturan permukaan jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan, serta memberikan ikatan antara kendaraan dan tanah untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah penanganan. Sebagian besar ban yang ada sekarang, terutama yang digunakan untuk kendaraan bermotor, diproduksi dari karet sintetik, walaupun dapat juga digunakan bahan lain seperti baja. 5

16 6 Ban yang berjenis seperti ini biasanya digunakan pada gerobak atau dokar. Besi yang digunakan sebagai pelindung tersebut, mula-mula dibentuk menjadi lingkaran dengan cara dipanaskan dalam tungku api hingga bisa dibentuk menjadi serupa lingkaran dan kemudian ditaruh di atas kerangka kayu tersebut hingga melingkupinya lalu kemudian dipadamkan sehingga menciut dan mengepas ke rangka kayu tersebut. Ban modern/ban bertekanan udara yang pertama, diciptakan oleh Scot John Boyd Dunlop, ketika dia pertama kali mendesain roda untuk sepeda putranya yang sengaja dirancang untuk mengurangi guncangan yang menyebabkan sakit kepala ketika mengendarai sepeda dijalan yang kasar (walaupun pada akhirnya paten penemuan ban atas Dunlop dianggap tidak valid setelah diketahui rancangan ban pertama diciptakan oleh Robert William Thomson. Setelah penemuan itulah, ban pneumatic mulai mengalami pengembangan hingga berkembang sampai sekarang. (Tire Association, 2008). Ban mempunyai berbagai macam tipe yang berbeda-beda berasal dari konstruksi dan material yang berbeda-beda pula. Ban Radial dan Ban Bias Ban Radial adalah tipe ban dengan carcass cord yang tegak lurus terhadap garis tengah tread (dalam arah radial) dan dengan bagian tread dilengkapi dengan enforcing belt. Ban jenis ini memiliki drivability yang sempurna, stabil, tahan pakai, menghasilkan lebih sedikit panas, mempunyai rolling resistance yang lebih kecil, dan mampu menghemat bahan bakar. Kebalikannya dari itu, ban yang digunakan pada masa lalu, mempunyai carcass cord yang tersusun pada sudut (bias) dengan memperhatikan garis tengah dari tread. Inilah yang sekarang disebut` ban bias`. Akhir-akhir ini, sebagian besar ban yang diproduksi di Jepang adalah ban radial.

17 7 `Ban Tubeless` adalah tipe ban yang mempunyai lapisan karet spesial (lapisan dalam) dengan sedikit air permeability pada bagian dalam dan menggunakan material yang tahan bocor pada bagian bead sebagai pengganti `tube`. Ban jenis ini tidak akan mudah kempis bahkan ketika terkena paku ketika digunakan. `Ban Tube` adalah tipe ban dengan tube/pipa dalam yang diisi dengan udara. Ban Musim Dingin (Ban Studless dan Ban Salju) `Ban Musim Dingin` adalah ban yang didesain untuk menghentikan luncuran pada jalan yang tertutup salju atau es. `Ban Studless` menggunakan campuran karet spesial yang tidak akan kehilangan pliability-nya bahkan pada temperatur rendah sekalipun. Ban jenis ini juga mempunyai alur / lekuk desain yang spesial, dll untuk memaksimalkan penggunaannya dalam jalan ber-es. `Ban Salju` mempunyai alur / lekuk yang lebih dalam dan lebih lebar dibandingkan dengan ban musim panas dan memiliki pola blok spesial untuk meningkatkan kemampuan tarikan dan daya rem pada jalan bersalju. Ban bekas adalah ban yang didaur ulang untuk di-retreading. Sedangkan karetnya diolah kembali untuk kemudian digunakan dalam bentuk karet alami atau diproses menjadi bubuk karet, dan untuk menghasilkan panas, dan lain lain. Daur Ulang telah meningkat secara mantap. Pada tahun 1993, untuk pertama kalinya, ban bekas dalam jumlah yang besar digunakan untuk menghasilkan panas daripada digunakan dalam bentuk karet alami atau karet yang telah diproses. Produksi dari Ban retreaded mengalami penurunan secara bertahap. Ban Sepeda secara garis besar dapat dibagi menjadi ban sepeda umum, ban sepeda mini, dan ban sepeda gunung. Perbedaan dalam diameter ban, pola tread / telapak ban, ketebalan, berat, pemeliharaan, dll menentukan apakah ban tersebut untuk

18 8 off-road, on-road, balap sepeda, atau untuk tour. T/T : Tube Type (ban dengan ban dalam). T/L : Tubeless (ban tanpa ban dalam). Tread: bagian telapak ban yang berfungsi untuk melindungi ban dari benturan, tusukan obyek dari luar yang dapat berusak ban. Tread dibuat banyak pola yang disebut Pattern. Breaker dan Belt: bagian lapisan benang ( pada ban biasa terbuat dari tekstil, sedang ban radial terbuat dari kawat) yang diletakkan diantara tread dan Casing. Berfungsi untuk melindungi serta meredam benturan yang terjadi pada Tread agar tidak langsung diserap oleh Casing. Casing: lapisan benang pembentuk ban dan merupakan rangka dari ban yang menampung udara bertekanan tinggi agar dapat menyangga ban. Bead: bundelan kawat yang disatukan oleh karet yang keras dan berfungsi seperti angkur yang melekat pada Pelek. 2.2 Hakikat Transportasi Umum Kendaraan Bermotor Menurut Wikipedia.com (2008), Transportasi adalah pergerakan barang atau manusia dari satu titik (asal) ke titik tertentu (tujuan) untuk mendapatkan nilai tambah. Salah satu elemen suatu sistem transportasi adalah manusia (Haryanto, 1992). Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok

19 9 dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan tertentu. Jadi perjalanan adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ada lima unsur pokok transportasi, yaitu ; a) Manusia, yang membutuhkan transportasi; b) Barang, yang diperlukan manusia; c) Kendaraan, sebagai sarana transportasi; d) Jalan, sebagai prasarana transportasi; e) Organisasi, sebagai pengelola transportasi. Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi. Moda transportasi terbagi atas tiga jenis moda, yaitu Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi, kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti Jenis dan spesifikasi kendaraan, Jarak perjalanan, Tujuan perjalanan, Ketersediaan moda, Ukuran kota dan kerapatan permukiman, Faktor sosialekonomi. Transportasi air (sungai, danau, laut) misalnya kapal, tongkang, perahu, rakit. Transportasi udara, pesawat terbang. Transportasi udara dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan. Fungsi dan Manfaat Transportasi antara lain sebagai Fungsi Transportasi (Regional dan Lokal). Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan

20 10 komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan). Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan perangkutan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain. Di sini terlihat, bahwa transportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan transportasi yang diwujudkan dalam bentuk lalu lintas kendaraan, pada dasarnya merupakan kegiatan yang menghubungkan dua lokasi dari tata guna lahan yang mungkin sama atau berbeda. Memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, berarti memindahkannya dari satu tata guna lahan ke tata guna lahan yang lain, yang berarti pula mengubah nilai ekonomi orang atau barang tersebut. Transportasi dengan demikian merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengubah letak geografis barang atau orang. Jadi salah satu tujuan penting dari perencanaan tata guna lahan atau perencanaan sistem transportasi, adalah menuju keseimbangan yang efisien antara potensi tata guna lahan dengan kemampuan transportasi. Untuk wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai, antara lain dengan melihat kondisi transportasinya. Perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan dengan segala kelengkapannya, berupa rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, penunjuk jalan, dan sebagainya. Selain kebutuhan lahan untuk jalur jalan, masih banyak lagi kebutuhan lahan untuk tempat parkir, terminal, dan fasilitas angkutan lainnya.

21 11 Perkembangan teknologi di bidang transportasi menuntut adanya perkembangan teknologi prasarana transportasi berupa jaringan jalan. Sistem transportasi yang berkembang semakin cepat menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu lintas yang berkembang tersebut. Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang (Spatial Pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di perkotaan (Miller 1985) : a. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, atau berjalan kaki, b. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya. c. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya. Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem transportasi perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi, massal, dan sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu. 2.3 Kerangka Berpikir Pentingnya mereduksi angka kejadian kecelakaan lalu lintas jalan raya sebagai upaya melakukan antisipasi dan pengurangan angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya. Ban merupakan salah satu elemen penting dari suatu kendaraan. Tingginya angka kecelakaan terhadap kecelakaan kendaraan bermotor roda dua, mendorong penelitian ini untuk melakukan observasi terhadap karakteristik penggunaan Ban pada kendaraan bermotor roda dua jalan raya.

22 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik Ban. Pada kendaraan Kijang seri 5K supaya nyaman dalam mengendarai di jalan raya. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Januai 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian ini Metode penelitian ini adalah deskriptif pendekatan observasi. Proses dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) tahapan penelitian yaitu (1) tahap persiapan dan pengumpulan data, (2) tahap analisis dan sintesis data. Pendekatan observasi merupakan suatu pengamatan terhadap kasus yang dituju, dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang dimaksud. 3.4 Teknik Analisa Penelitian Analisa penelitian dilakukan secara sintesa data secara deskriptif. 12

23 13 BAB IV KARAKTERISTIK BAN A. Karakteristik Ban Kendaraan yang menggunakan ban pneumatik diisi dengan udara bertekanan. Ban adalah satu-satunya bagian kendaraan yang berhubungan langsung dengan permukaan jalan, akan tetapi harus dipasang pada pelek supaya dapat dipergunakan. Ban mempunyai fungsi sebagai berikut : Menahan seluruh berat kendaraan. Karena berhubungan langsung dengan permukaan jalan, maka ban akan memindahkan gaya gerak dan gaya mengontrol start, akselerasi, deselerasi, pengereman dan berbelok. Mengurangi kejutan yang disebabkan oleh permukaan jalan yang tidak beraturan. B. KONTRUKSI BAN Gambar 4.1 berikut menunjukan kontruksi dasar ban. Gambar 1 Kontruksi ban 13

24 14 Komponen konstruksi ban yang penting, antara lain ; Carcass (Cassing) Carcass merupakan rangka ban yang keras, cakup kuat untuk menahan udara yang bertekanan tinggi, tetapi harus cukup fleksibel untuk meredam perubahan beban dan benturan. Carcass terdiri dari ply (layer) dari tire cord (lembaran anyaman paralel dari bahan yang kuat) yang direkatkan menjadi satu dengan karet. Cond pada ban-ban bus atau truck biasanya dibuat dari nylon atau baja, sedangkan untuk mobil-mobil penumpang kecil biasanya terbuat dari polyester atau nylon. Ban biasanya diklasifikasikan menurut arah Cord yaitu ban tipe radial dan biasply Tread Tread adalah lapisan karet luar yang melindungi Carcass terhadap keausan dan kerusakan yang disebabkan oleh permukaan jalan. Ini adalah bagian yang langsung berhubungan dengan permukaan jalan dan menghasilkan tahanan gesek yang memindahkan gaya gerak dan gaya pengereman kendaraan ke permukaan jalan. Pola tread terdiri dari alur yang terdapat pada permukaan tread, dan dirancang untuk memperbaiki kemampuan ban dalam memindahkan gaya ke permukaan jalan.

25 Sidewall Sidewall adalah lapisan karet yang menutup bagian samping ban dan melindungi Carcass terhadap kerusakan dari luar. Sebagai bagian ban yang paling besar dan paling fleksibel, Sidewall secara terus menerus melentur di bawah beban yang dipikulnya selama berjalan. Di sidewall tercantum nama pabrik pembuat, ukuran ban, dan informasi lainnya Breaker Breaker adalah lapisan yang terletak di antara Carcass dengan tread yang memperkuat daya rekat keduanya. Breaker meredam kejutan yang timbul dari permukaan jalan ke Carcass dan biasanya digunakan pada ban dengan bias-ply. Ban untuk bus dan truck serta truck ringan menggunakan breaker yang terbuat dari nylon, sedangkan untuk mobil penumpang menggunakan bahan polyester Belt (rigit breker) Ini adalah tipe breaker yang digunakan pada ban radial-ply dan diletakan seperti sarung mengelilingi ban diantara Carcass dan karet tread, untuk menaan Carcass dengan kuat. Ban untuk mobil penumpang menggunakan rigid breaker yang tersusun dari kawat baja, rayon atau polyester, sedangkan untuk bus dan truck menggunakan rigid breaker dari kawat baja Bead Untuk mencegah robeknya ban dari rim oleh karena berbagai gaya yang bekerja, sisi bebas atau bagian samping pply dikelilingi oleh kawat baja

26 16 yang disebut kawat bead. Udara bertekanan didalam ban mendorong bead keluar pada rim pelek dan tertahan kuat disana. Bead dilindungi dari kerusakan karena gesekan dengan pelek dengan jalan memberinya lapisan karet keras yang disebut Chafer strip. 4.3 POLA TREAD Tread dibuat dengan berbagai macam pola dengan tujuan antara lain membuang air, dan menanggulangi berbagai faktor yang timbul karena kondisi permukaan jalan serta jenis kendaraan yang menggunakannya Pola Rib Rib berbentuk beberapa alur zih-zag paralel yang mengelilingi ban. Pola ini sangat cocok untuk berjalan dijalan dengan permukaan yang rata pada kecepatan tinggi bagi berbagai jenis mobil, mulai mobil penumpang kecil sampai bus dan truck. Gambar 2 Pola Rib Karakeristik Pola rib mempunyai tahanan geliding (rolling resistance) yang kecil bagi ban.

27 17 Side-slipping resistance lebih besar sehingga kendaraan lebih mudah dikendalikan. Suara yang timbul oleh ban kecil. Tenaga tariknya kurang baik bila dibandingkan dengan ban yang menggunakan pola lug Pola Lug Alur pada pola lug tegak lurus terhadap garis keliling ban. Pola ini banyak dipakai pada ban mesin konstruksi dan truck, dan pola tread ini cocok untuk berjalan pada jalan yang tidak rata dan lunak. Gambar 3 Pola Lug Karakteristik Pola lug mempunyai tenaga tarik yang baik. Tahanan gelinding (Rolling resistance) ban cukup tinggi. Tahanan terhadap side-slipping lebih keil Tread pada daerah lug lebih mudah aus tidak merata. Suara ban lebih besar.

28 Pola Rib dan Log Pola ini gabungan dari rib dan lug dengan tujuan untuk memperbaiki kestabilan pengemudian, dan banyak dipakai pada ban-ban bus dan truck, dan cocok dijalankan pada jalan yang rata maupun tidak rata. Gambar 4 Pola Rib dan Log Karakteristik Pola rib yang melingkar pada keliling ban menstabilkan kendaraan dengan mengurangi kemungkinan side-slipping, sedangkan pola lug pada tepi ban memperbaiki kemampuan pengendaraan dan pengereman. Bagian lug pada pola ini lebih mudah aus dengan tidak merata Pola Block Pada pola ini, tread terbentuk dari block yang berdiri sendiri (bebas). Pola ini banyak digunakan pada ban-ban salju, dan sekarang pola block mulai digunakan pada ban radial-ply untuk mobil-mobil penumpang.

29 19 Gambar 5 Pola Block Karaktersitik Pola block mempunyai kemampuan pengendaraan dan pengereman yang lebih baik. Pola block mengurangi slipping dan skidding pada jalan yang tertutup lumpur atau bersalju. Ban cenderung lebih cepat aus jika dibanding dengan pola rib dan lug. Rolling resistance sedikit lebih besar. Tread lebih mudah aus tidak beraturan, terutama pada permukaan jalan yang keras JENIS-JENIS BAN Ada beberapa cara untuk mengelompokan ban seperti dapat diliat dibawah ini : a. Klasifikasi menurut kontruksinya. Klasifikasi menurut cara penyusunan ply cord yang membentuk Carcass ban. - Ban bias-ply (cross-ply tire) - Ban Radial-ply.

30 20 - Ban belted bias. Klasifikasi menurut caranya menyimpan udara. - Ban dengan ban dalam (Tubed) - Ban tanpa ban dalam (Tubless) b. Klasifikasi menurut penggunaannya Klasifikasi ban menurut kendaraan yang menggunakannya. - Ban mobil penumpang - Ban truck ringan - Ban truck dan bus Klasifikasi menurut permukaan jalan yang dilewatinya : - Ban salju - Ban spiked (berpaku besar) - Ban segala cuaca - Ban pasir Lain-lain - Ban serep yang praktis (compact spare tire) - Ban serep yang tidak praktis (low profile tire) Jenis-jenis ban pada umumnya : Ban Salju Ban salju dirancang untuk menjaga kelincahannya diatas jalan yang tertutup lumpur atau salju. Ini dilakukan dengan memperbanyak jumlah block pada pola tread dan block dibuat lebih dalam dengan jarak lebih jauh satu sama lain. Ban jenis ini menggunakan gabungan pola lug yang lebih efektif memindahkan gaya pengendaraan, dan pola rib yang mengurangi

31 21 side-slipping. Ban salju mempunyai alur tread yang lebih dalam dengan tread yang lebih besar persen dari ban biasa. Perbandingan antara penampang tonjolan terad dengan permukaan ke seluruhan terad (tonjolan tread plus alur) disebut terad contact area ratio. Semakin kecil harganya, maka tread semakin fleksibel dan kemampuan ban diatas jalan yang tertutup salju semakin baik. Dengan pertimbangan di atas, maka ban salju mempunyai tread contact area radio yang lebih kecil dibandingkan dengan ban biasa. Pada ban ini, tread terbuat dari karet yang dirancang khusus mempunyai fleksibelitas tinggi pada temperatur rendah. Gambar 6 Ban Salju a. Karakteristik

32 22 Temperatur udara dan sifat-sifat salju mempengarui kemampuan ban salju, tetapi ban salju pada kondisi biasa (pada jalan berlumpur atau tertutup salju) harus mempunyai kemampuan untuk : Side slipping yang kecil dan tarikan yang baik, serta kestabilan kemudi pada saat pengereman. Kelincahan pada belokan dan perubahan arah Mudah keluar dari bekas jejaknya Rolling resistance kecil Getaran dan suaranya kecil. Karena tread pada ban salju tidak sekeras ban biasa, maka ini kurang mampu untuk digunakan pada kecepatan tinggi pada permukaan jalan yang kering. Mengingat kondisi atas, keempat roda kendaraan harus menggunakan ban salju secara seragam, dan menggabungkan penggunaan ban normal dengan ban salju harus dihindarkan. b. Cara Kerja Ban salju mencengkram permukaan jalan yang tertutup salju dengan menggunakan alurnya yang dalam pada tread dan rigi-riginya menancap pada salju. Selanjutnya salju ditekan keras menjadi block keras. Ban bergerak maju dengan mendorong block dan melontarkannya ke belakang pada saat alur berputar naik.

33 Ban Spiked (Berpaku Besar) Ban salju cukup baik kemampuannya di atas permukaan jalan yang tertutup salju, tetapi kemampuannya mencengkram jalan pada permukaan salju yang membeku kurang baik, dan untuk kondisi seperti itu lebih cocok menggunakan ban spiked. Bentuknya seperti ban salju yang pada tread dikombinasikan dengan paki metal yang mencengkram jalan guna memindahkan gaya pengendaraan dan penggemaran. Namun demikian, hanya dengan menggunakan ban spiked saja tidak menjamin keamanan, diatas jalan yang tertutup salju dan salju yang membeku. Kendaraan juga harus dikemudikan dengan perhatian khusus. Juga, penggunaan ban jenis ini di atas jalan yang tidak tertutup es dan salju harus dihindari karena akan mempercepat keausan paku (spike) dan bahkan merusak permukaan jalan, dan mencemarkan udara dengan batu dan aspal. Beberapa negara membatasi dan bahkan melarang pemakaian ban spiked karena alasan tersebut diatas. Gambar 7 Ban Spiked

34 Ban segala cuaca Ban ini adalah jenis ban biasa yang telah dimodifikasi untuk memberinya kemampuan berjalan diatas jalan yang berpasir atau tertutup salju. Ini adalah ban multi guna dapat digunakan sepanjang tahun, karena mempunyai karakteristik ban normal dan ban salju. Gambar 8 Ban Segala Cuaca Grafik diatas menunjukan kemampuan ban segala cuaca dalam kaitannya dengan ban biasa (lingkaran didalam grafik). Semakin jauh nilainya keluar dari lingkaran, semakin tinggi kemampuannya. Ban segala cuaca mempunyai radial-ply Carcass yang dilapisi dengan serbuk baja dan block yang diberi spies yang rapat pada tread utuk menambah tarikan dan tahanan terhadap side-slipping. Alur tread ban ini lebih dangkal daripada ban salju tetapi lebih dalamn dari ban biasa. Ini berarti mampu memberikan kestabilan dan mencengkram jalan lebih dalam pada salju untuk memperoleh cengkraman yang kuat.

35 Ban Pasir Ban ini dirancang untuk dapat berjalan di atas tanah yang gembur dan daerah berpasir. Tread ban ini lebih lebar dan pola tread diberi rib dangkal untuk mencegah lapiran tanah pasir atas. Tekanan udara pada ban ini dibuat rendah bila digunakan dijalan pasir untuk mempertinggi penampang singgung dengan permukaan jalan. Oleh sebab itu, Carcass pada ban ini dirancang untuk dapat memikul beban berat dengan tekanan udara yang rendah. Gambar 9 Ban Pasir 4.5 KEMAMPUAN BAN Ban dirancang untuk dapat memberikan kemampuannya yang optimum sesuai dengan tujuan pemakaiannya, dan ban akan mencapai kemampuannya yang optimum bila penggunaannya sesuai dengan syarat operasinya. Kemampuan ban antara lain : Rolling resistance ban Bagian terpenting dari output mesin dipakai oleh tahanan-tahanan berikut untuk menghasilkan gerakan selama kendaraan bekerja :

36 26 Gesekan pada bagian pemindah daya-transmisi, differential gears, bearing dan komponen lainnya, demikian juga tahanan yang ditimbulkan oleh minyak pelumas. Tahanan inertia selama percepatan. Pada daerah landai, tahanan disebabkan oleh gravitasi pada saat mendaki dan lain-lain. Tahanan udara. Rolling resistance dari ban Grafik dibawah ini menunjukan bagaimana tahanan tersebut berubah sesuai dengan kecepatan kendaraan. Pada kecepatan rendah, rolling resistance dari ban adalah faktor yang tervesar bagi tahanan gerak kendaraan, dan ini semakin bertambah bila kendaraan ditambah kecepatannya. Ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya rolling resistance ban : a. Tahanan gesek antara ban dengan permukaan jalan.

37 27 Tahanan gesek timbul pada saat tread ban slip pada permukaan jalan. Tahanan ini besarnya 5-10% dari seluruh rolling resistance ban, dan naik turun tergantung pada kondisi jalan, konstruksi ban, pola tread dan lain-lain. b. Tahanan karena deformasi ban Pada saat kendaraan berjalan, bagian tread yanag bersinggungan dengan jalan secara terus menerus berubah; menekan tread, dinding samping, dan lain-lain, melalui siklus deformasi pada masing, putaran ban. Siklus ini mengambil sebagian energi yang diperlukan untukmemutar dan menghasilkan tahanan. Energi yang diambil oleh ban diubah menjadi panas, yang menaikan temperatur di dalam ban dan ini akam memperpendek umur ban. Tahanan yang disebabkan oleh deformasi ban besarnya mencapai 90% atau lebih dari seluruh rolling resistance ban. Rolling resistance ban dapat dihitung dencian rumus umum sebagai berikut : R = k.w

38 28 dirnana R = Rolling resistance ban k = Koefisien rolling resistance W = Beban yang diberikan pada ban Koefisien rolling resistance bervariasi menu rut kondisi permukaan jalan, kecepatan, kendaraan, tekanan ban, jenis ban, konstruksi, pola tread dan faktor-faktor lainnya Permukaan Jalan Rolling resistance ban bervariasi menurut kondisi permukaan jalan dimana ban dipakai Kecepatan Kendaraan

39 29 Rolling resistance ban naik secara bertahap sampai kecepatan 100 km/jam dan setelah itu ckan naik tajam. Kenaikan yang tajam ini disebabkan standing wave (lihat hal. 46) yang disebatkan oleh deformasi tread ban pada kendaraan kecepatan tinggi Tekanan Ban Koefisien rolling resistance turun jika tekanan ban naik. Hal ini disebabkan karena tekanan dialnya turun, sehingga energi yung hilang disebabkan oleh deforrnasi ban sedikii dan juga gesekc n internal yang menyertainya.

40 Aspect Ratio Ban Dengan menurunnya aspect ratio, maka rigiditas ban bertambah. Hal ini selanjutnya mengurangi kelenturan ban, sehingga koefisien rolling resistance menurun Konstruksi Ban Ban radial-ply mempunyai rolling resistance yang lebih rendah jika dibandingkan dengan ban bias-ply karena ban radial-ply melentur lebih banyak pada arah radial, sedangksn carcass dari ban bias-ply cenderung membelit dan tread akan mengalami deforrnasi.

41 31 Pembangkitan panas oleh ban Karena karet, ply cord, dan bagian-bagian utama ban lainnya tidak sepenuhnya elastis, mereca akan rnenimbulkan hysteresis Losses* karena menyerap energi pada saat ban melentur dan ini akan diubah menjadi panas. Karena bahan-bahan tersebut diatas merupakan bahan penghantar panas yang kurang baik, maka panas yang timbul tidak dapat segera dibuang, sehingga terkumulasi di dalam bahan ban, mengakibatkan temperatur di dalam ban naik. Panas yang timbul secara berlebihan akan rnelemahkan lekatnya lapisan karet dengan cord, dan bahkan dapat mengakibatkan mereka terlepas dan ban pecah. Panas yang timbul di dalam ban bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti tekanan ban, beban, kecepatan kendaraan, dalamnya alur tread dan konstruksi ban. Kemampuan ban dalam pengereman Suara pola Standing wave Hydroplaning Kemampuan membelok Keausan ban Ban radial-ply mempunyai rigid belt yang mengikat carcass dengan kuat sehingga deformasi tread yang bersinggungan dengan jalan lebih kecil. Karena tread mengurangi kelenturan ban, maka panas yang timbul semakin rendah dan suhu ban lebih rendah jika dibandingkan dengan bias-ply. Ban dengan radial-ply baja

42 32 juga lebih baik dalam rneradiasikan panas karena lapisan ply-cord dari baja mempunyai daya hantar panas yang baik. Lebih lanjut, ban tubeless tetap lebih dingin daripada ban tipe tubed karena udara di dalam ban berhubungan langsung dengan rim dan ini dapat rneradiasikan panas dengan lebih cepat. 4.6 KEMAMPUAN BAN DALAM PENGEREMAN Pada saat mobil diperlambat sampai berhenti, terjadi gesekan antara ban dengan permukaan jalan. Besarnya gaya pengereman tergantung pada kondisi permukaan jalan, jenis ban, konstruksi ban, dan kondisi dimana ban dioperasikan. Kemampuan pengereman ban ditentukan oleh koefisien gesekannya. Semakin kecil nilainya, semakin kecil pula gesekan yang ditimbulkan oleh ban dan semakin panjang jarak pengeremannya (jarak yang ditempuh kendaraan mulai pedal rem ditekan sampai kendaraan berhenti penuh) KEAUSAN BAN DAN JARAK PENGEREMAN Keausan ban tidak besar pengaruhnya terhadap jarak pengereman di atas permukaan jalan yang kering, tetapi pada permukaan jalan yang basah, jarak pengereman akan lebih panjang. Penurunan kemampuan pengereman di sini disebabkan oleh keausnn pola tread yang berlebihan sehingga ia

43 33 tidak dapat membuang air yang terdapat diantara tread dengan permukaan jalan, dan ini mengakibatkan hydroplaning (lihat hal berikutnya) SUARA POLA (PATTERN NOISE) Suara pola adalah suara operasi ban yang paling jelas dapat dibedakan. Alu tread yang bersinggungan dengan permukaan jalan berisi udara yang terjebak dan dikompresikan diantara jalur dan permukaan jalan. Pada saat tread meninggalkan permukaan jalan, udara yang berada di dalam alur tread menyerbu keluar dan ini menimbulkan suara.

44 34 Suara pola akan bertambah jika tread dirancang sedemikian rupa sehingga udara lebih mudah terperangkap di dalam alur tread. Contohnya pada pola block atau lug yang mempunyai suara operasi lebih besar jika dibandingkan dengan pola rib. Frekwensi suara akan semakin tinggi jika kecepatan kendaraan ditambah. Mengingat suara yang timbul pada ban ditentukan oleh pola tread, maka tread dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menekan timbulnya suara sekecil mungkin STANDING WAVE Pada saat kendaraan berjalan, bagian tread yang bersinggungan dengan jalan secara terus menerus rnelentnr bergantian. Pada saat bagian tread tersebut rneningggalkan perrnukaan jalan, tekanan udara di dalam ban dan elastisitas ban cenderung mengembalikan carcass dan tread pada kedudukannya semula. Pada kecepatan tinggi, ban berputar terlalu cepat dan tidak dapat memberikan kesempatan yang cukup untuk hal tersebut. Proses ini terjadi secara berulang-ulang dan membentuk oskilasi pada tread karena interval pelenturannya yang singkat. Oskilasi ini dikenal sebagai standing wave dan terjadi terus di sekeliling ban. Sebagian besar energi yang terperangkap dalam standing wave diubah meniadi panas yang dengan cepat menaikkan temperatur ban. Pada keadaan tertentu panas yang timbul dapat merusak ban dengan jalan melepaskan carcass dengan tread (pecah).

45 35 Gambar 10 Standing WAve Pada umumnya, kecepatan maksimurn yang diizinkan untuk ban mobil penumpang adalah suatu kecepatan dimana standing wave mulai terjadi pada ban, sebagai contoh sekitar 150 km/ jam untuk ban bias-ply. Perlu diperhatikan bahwa nilai ini semakin rendah jika tekanan rendah. Ban radial-ply dapat mencapai kecepatan yang lebih tinggi karena carcass-nya didukung oleh rigidbelt yang kemungkinan deformasinya kurang. Ban untuk bus, truck dan truck beat hanya mengalami masalah kecil dengan standing wave karena ban tersebut dipakai dengan kecepatan rendah dan tekanannya tinggi HYDROPLANING (AQUAPLANIMG) Kendaraan akan tergelincir jika dijalankan di atas permukaan jalan yang tertutup air dengan kecepatan terlalu tinggi karena tread tidak mempunyai waktu yang cukup untuk lembuang air dari permukaan jalan. Hal ini dikarenakan apabila kecepatan kendaraan bertambah tahanan air akan naik dan memaksa ban untuk mengapung pada permukaan air. Phenomena ini dikenal sebagai hydroplaning atau aqua planing. Kejadian tersebut di atas berlangsung menyerupai ski air : ski air tenggelam pada kecepatan rendah dan mulai mengambang bila kecepatan ditambah.

46 36 A : Drain Zone Mendorong air ke samping atau memompanya melalui alur zig zag dan kanal pada tread. B : Wipe zone Sisa lapisan air tertinggal di sela sipe. C : Grip zone (friction zone) Pola tread sekarang menggesek bidang singgung yang kering. Pada kecepatan rendah, zone C mencapai ukuran yang terlebar sehingga ban mencengkeram jalan dengan kuat, dan menghasilkan gesekan yang cukup antara permukaan jalan dengan ban. Jika kendaraan dipercepat, gesekan ban berkurang karena zone A mulai berkembang mengurangi zone B dan C. Kendaraan kelihatannya seperti mengambang di atas air kalau kedalaman air lebih diri 2,5-10,0 mm. Tahap 1 : Tread sepenuhnya berhubungan dengan permukaan jalan.

47 37 Tahap 2 : Lapisan air berbentuk seperti baji mulai menembus antara tread dengan permukaan jalan (mengambang sebagian). Tahap 3 : Tread sepenuhnya terangkat dari perrnukaan jalan (rnengambang sepenuhnya) KEMAMPUAN MEMBELOK Pada saat kendaraan berbelok selalu timbul gaya centrifugal yang memaksa kendaraan memutar dengan gaya sentrifugal yang lebih besar dari yang diharapkan oleh pengemudi kecuali kalau kendaraan dapat membuat gaya lawannya untuk mengimbangi gaya ini dengan gaya centripetel. Gaya centripetal ini terjadi karena deformasi dan side-slipping pada tread yang terjadi karena gesekan antara ban dengan permukaan jalan. Ini disebut dengan kemampuan membelok.

48 38 Kemampuan belok berfungsi untuk menstabilkan kendaraan pada belokan tajam. Kemampuan kendaraan dalam membelok tajam bervariasi menurut: (1) Spesifikasi ban (pola tread, sudut ply cord, ply rating) (2) Beban yang diberikan pada perrnukaan singgung tread (gaya belokan naik seiring dengan boban). (3) Ukuran ban (Daya belok akan bertambah sesuai dengan ukuran ban). (4) Keadaan perrnukaan jalan. (Daya belok menurun secara bertahap bila keadaan jalan basah atau tertutup salju).

49 39 (5) Tekanan udara ban (Daya belok akan bertambah bila ban menjadi lebih rigid disebabkan tekanan yang tinggi). (6) Camber roda cenderung rata. (Pengurangan sudut positif camber dibuat oleh garis tengah roda dan jalan yang membuat daya belok bertambah). (7) Lebar rim. (Ban yang lebih lebar akan lebih rigid dan akan menghasilkan daya belok yang lebih besar). 4.7 KEAUSAN BAN Keausan ban adalah berkurangnya atau rusaknya tread dan permukaan bahan karet yang lain disebabkan oleh gesekan yang timbul pada saat ban menggelincir di atas permukaan jalan. Keausan ini akan bervariasi tergantung pada tekanan ban, beban, pengereman, kecepatan kendaraan, kondisi permukaan jalan, temperatur, dan beberapa faktor lain. Tekanan ban yang terlalu rendah mempercepat keausan ban karena tread melentur berlebihan pada saat menyentuh permukaan jalan.

50 40 Semakin berat bebannya, maka keausan ban akan semakin cepat hampir menyerupai tekanan ban yang kurang. Ban juga akan semakin cepat aus selama berbelok jika beban kendaraan berat karena gaya centrifugal yang timbul pada saat berbelok menyebabkan kendaraan monghasilkan gaya belok yang besar sehingga gesekan yang terjadi antara tread cengan permukaan jalan pun lebih besar. Gaya pengendaraan dan pengereman, gaya centrifugal pada saat berbelok tajam, dan gaya-gaya lain yang bekerja pada ban, semakin besar jika kecepatan kendaraan semakin tinggi. Menaikkan kecepatan kendaraan berarti melipat gandakan gaya-gaya ini, dan tentu saja gesekan antara ban

51 41 dengan permukaan jalanpun bertambah, yang pada akhimya mempercepat keausan ban. Sebagai tambahan untuk faktor ini, kondisi permukaan jalanpun cukup besar pengaruhnya terhadap keausan ban : jalan yang kasar akan lebih cepat menyebabkan ban aus dari pada jalan yang halus KESERAGAMAN BAN Keseragaman ban juga berarti keseragaman berat, dimensi, maupun rigiditasnya. Akan tetapi, karena keseragaman berat biasanya disebut Wheel balance, dan keseragaman dimensi disebut run-out, maka keseragaman berarti juga keseragaman rigiritas. Keseragaman (Dalam arti umum) Keseragaman dalam distribusi beban Keseragaman Dimensi Keseragaman dalam rigiditas Whell bance Run-out Keseragaman

52 WHEEL BALANCE Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mesin, handling dan kemampuan pengereman, juga aerodinamik body, ini memungkinkan kendaraan dapat berjalan dengan kecepatan yang semakin tinggi Pada kecepatan tinggi, Wheel Assembly (ban dan pelek) yang tidak balance dapat menimbulkan getaran yang diteruskan ke body menlalui komponen suspensi, dan ini tidak nyaman bagi pengemudi maupun penumpang. Untuk itu, wheel balance perlu diperhatikan benar untuk mencegah timbulnya getaran seperti tersebut di atas. Pekerjaan yang berhubungan dengan ini disebut dengan wheel balancing. Wheel balancing dilakukan dengan menggunakan balancing weight bagi keseluruhan wheel assembly, yaitu pelek dengan ban yang terpasang. Wheel balance dibagi menjadi dua : static balance (jika roda diam ditempat) dan dynamic balance (pada saat roda berputar) WHEEL BALANCE STATIC BALANCE DYNAMIC BALANCE STATIC BALANCE Untuk mengetahui static balance, gambarkan sebuah roda yang setimbang berputar bebas pada porosnya. (atau berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalain kondisi sermacam ini roda dikatakan static balance.

53 43 Akan tetapi, kalau ban selalu berhenti dengan titik (A) berada di bawah, berarti bagian tersebut jelas-jelas lebih berat dari sisi lawannya, yaitu titik (B). Jika berat ban tidak terbagi secara merata pada poros roda, berarti roda dapat dikatakan static yang tidak balance (statically unbalanced). Jika roda yang dalam kedaan static unbalance berputar, maka gaya centrifugal yang bekerja pada titik A akan lebih besar dari gaya pada tltiktitik lainnya, sehingga A akan cenderung menarik keluar dari poros roda yang akan mengakibatkan bengkoknya poros dan getaran radial pada saat roda berputar. Pada kendaraan yang sebenarnya, Qetaran radial ini diubah

54 44 menjadi getaran vertikal oleh suspensi, dan diteruskan melalui body ke steering wheel. Dengan menempelkan bobot (W 2 ) yang sama dengan bobot ekstra A (W 1 ) pada titik B yang posisinya 180 herhadapan dengan A dan jaraknya sama dari poros, maka getaran ini akan dapat dihilangkan karena W 2 akan bekerja sebagai bobot lawan dari W 1 Gaya centrifugal yang bekerja pada titik B akan mencegah fiksi pada A, sehingga getaran poros dan roda dapat dicagah pada saat roda berputar. Dengan kata lain, static balance disebut sebagai centrifugal balance pada saat roda berputar.

55 45 Karena penempelan bobot pada tread ban tidaklah memungkinkan, maka dipakai dua counter balance weight (dengan ukuran yang sama pada pelek sebelah dalam dan luar dengan posisi DYNAMIC BALANCE Kalau static balance diartikan sebagai keseimbangan bobot dalam arah radial pada kondisi statis, dynamic balance diartikan sebagai keseimbangan bobot dalam arah aksial pada saat roda berputar. Dengan difinisi ini diterangkan bahwa dynamic unbalance tidak terlihat pada saat roda berhenti.

56 46 Sebagai umpama, bobot ekstra A dan B yang sama ditempel pada roda seperti gambar di bawah. Bobot ini akan menyebabkan roda menjadi static balance. Akan tetapi, garis yang menghubungkan pusat bobot dari gaya berat G, dan G 2 tidak berada pada sekeliling garis pusat roda. Akibatnya, pada saat roda berputar titik G, dan G 2 cenderung mendekati garis pusat roda karena momen F A dan F B yang bekerja di sekitar titik pusat gaya berat roda (G 0 ).

57 47 Momen ini terbentuk oleh gaya centrifugal (F, dan F 2 ) yang bekerja pada G 1 dan G 2. Setiap roda berputar 180, seluruh momen gaya yang ditimbulkan oleh perubahan arah ini membuat getaran lateral mengikuti ayunan putaran roda. Getaran lateral ini mengakibatkan kondisi pada steering wheel yang disebut shimmy yaitu ayunan melingkar dari steering wheel.

BAB III BALANS RODA/BAN

BAB III BALANS RODA/BAN BAB III BALANS RODA/BAN 3.1 TUJUAN Peserta didik dapat : 1. Dapat mengidentifikasi gangguan pada roda / ban 2. Dapat memahami dan menjelaskan balans static dan balans dinamik 3. Dapat membalans roda pada

Lebih terperinci

Apabila berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalam kondisi semacam ini

Apabila berat roda didistribusikan merata pada poros roda, titik tertentu dari roda akan dapat berhenti pada segala posisi. Dalam kondisi semacam ini Meningkatkan kemampuan mesin, handling dan kemampuan pengereman, juga aerodinamik body. Memungkinkan kendaraan dapat berjalan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Pada kecepatan tinggi. wheel assembly

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Nama : Fatimah NIM : 20214039 Mata Kuliah :Metodelogi Penelitian PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Secara prinsip mobil terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah mesin sebagai

Lebih terperinci

PEMBONGKARAN, PERBAIKAN DAN PEMASANGAN BAN LUAR DAN BAN DALAM

PEMBONGKARAN, PERBAIKAN DAN PEMASANGAN BAN LUAR DAN BAN DALAM KODE MODUL OPKR-40-019B SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF PEMBONGKARAN, PERBAIKAN DAN PEMASANGAN BAN LUAR DAN BAN DALAM BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

SISTEM SUSPENSI & BAN

SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI & BAN SISTEM SUSPENSI URAIAN Sistem suspensi terletak diantara bodi kendaraan dan roda-roda, dan dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga menambah kenyamanan. Komponen

Lebih terperinci

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi 1. Fundamental Roda dan Pelek Pada dasarnya untuk mempelajari lebih jauh mengenai dinamika kendaraan terlebih dahulu kita harus memahami beberapa fundamental dasar

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari. beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari. beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah satu komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan mempunyai banyak komponen untuk dapat di operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. mempersingkat jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. mempersingkat jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diera moderen sekarang ini kebutuhan akan kendaraan bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. Dalam menjalini aktifitas membutuhkan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Teknologi Jalan Raya Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain :

Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Pembuatan Ban & Produk Karet Lain : Ban adalah produk utama dari industri karet (75% produk karet), produk lainnya : sepatu, selang, belt conveyor, seal, komponen shock absorber, peralatan olah raga. Konstruksi

Lebih terperinci

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY

PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY PENULISAN ILMIAH Arief Wibowo 21411117 Teknik Mesin Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST,. MT. PROSES KERJA MESIN 2ND STAGE PADA PEMBUATAN GREEN TYRE DI PT. ELANGPERDANA TYRE INDUSTRY Latar Belakang Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam memilih kendaraan, masyarakat hendaknya mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Lebih terperinci

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gokart saat ini sangat berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang otomotif.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN 4.1 TUJUAN PERAWATAN WATER PUMP a) Menyediakan informasi pada pembaca dan penulis untuk mengenali gejala-gejala yang terjadi pada water pump apabila akan mengalami kerusakan.

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin.

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin. BAB II DASAR TEORI 2.1 REM 2.1.1 Fungsi Rem Pada saat kendaraan mulai meluncur di jalanan, maka kelajuan akan tetap ada pada kendaraan itu walaupun mesin sudah dimatikan atau permindahan tenaga yang menggerakan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya. BAB II TINJ AllAN PUSTAKA A. Pengertian Kendaraan Bermotor **» Kendaraan bermotor (Daryanto, 1999) adalah suatu kendaraan yang dijalankan oleh mesin yang dikendalikan manusia diatas jalan. Jenis kendaraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Chassis Chassis merupakan komponen utama pada kendaraan yang terbuat dari material kuat seperti besi dan baja, yang di buat dengan struktur dan perhitungan yang presisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Truk Pengangkut dan Ban Truk Produk truk pengangkut dalam pertambangan mempunyai banyak tipe dan ukuran. Namun setiap kelas atau berat muatan yang sama hampir mempunyai ukuran

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan otomotif di Indonesia, membuat industri ban semakin berkembang dan menghasilkan produk yang bervariasi, ban merupakan salah satu komponen penting

Lebih terperinci

Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment.

Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment. CHASIS WHEEL ALIGNMENT Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat mengetahui fungsi wheel alignment. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Peserta dapat menyebutkan definisi,

Lebih terperinci

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA PRESS RELEASE TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA 10 August 2011 Image not found or type unknown JAKARTA - Hari Raya Lebaran kian dekat dan para pemudik pun siap-siap mudik untuk merayakannya bersama keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST

ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST ANALISIS PERFORMANCE BAN DENGAN ALAT DRUM TEST Yopi Handoyo 1) 1) Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi Email : handoyoyopi@yahoo.com ABSTRAK Ban merupakan salah satu bagian penting dari

Lebih terperinci

mini 4wd basic tuning

mini 4wd basic tuning mini 4wd basic tuning Kita bisa menambah performa dari mobil mini 4wd kita dengan menggunakan partpart upgrade yang banyak tersedia. Baik itu menambah kecepatan, kekuatan, atau bahkan kestabilan dari mobil.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Hovercraft Hovercraft adalah suatu kendaraan yang berjalan diatas bantalan udara (air cushion) yang pergerakannya dihasilkan dari gaya angkat dan gaya dorong yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan, kenyamanan, kestabilitas kendaraan terhadap jalan dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan, kenyamanan, kestabilitas kendaraan terhadap jalan dan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ban menjadi satu-satunya komponen pada kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Maka perannya penting dan turut menentukan keamanan, kenyamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan permukaan jalan. Seiring berkembangnya jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Ban Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang krusial karena bersentuhan langsung dengan jalan, sekaligus sebagai output terakhir dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SISTEM SUSPENSI Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT Pada umumnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT SKRIPSI N a m a : Agus Rukmana N I M : 41308110024 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu persimpangan adalah

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUHUNGAN NOMOR : KM 72 TAHUN 1993 TENTANG PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN 3.1 METODE PERANCANGAN sistematis. Metode perancangan yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode 34 Gambar 3.1 Tahap tahap perancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

Uji Coba Konsumsi Bahan Bakar Antara Ban Tipe Radial dan Tipe Bias BAB II DASAR TEORI

Uji Coba Konsumsi Bahan Bakar Antara Ban Tipe Radial dan Tipe Bias BAB II DASAR TEORI Uji Coba Konsumsi Bahan Bakar Antara Ban Tipe Radial dan Tipe Bias BAB II DASAR TEORI Ban adalah peranti yang menutupi velg suatu roda. Ban adalah bagian penting dari kendaraan darat, dan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan sebagai sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang dikembangkan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi kebutuhan yang sangat tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seluruh masyarakat seiring dengan berkembangnya jaman dituntut untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB II DASAR TEORI Suspensi digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2. 1. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai jenis transportasi yang ada sekarang sering dimanfaatkan untuk mengangkut barang

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

Bab 1 Alat bantu untuk sepeda motor matic ketika ban bocor UKDW

Bab 1 Alat bantu untuk sepeda motor matic ketika ban bocor UKDW Bab 1 Alat bantu untuk sepeda motor matic ketika ban bocor A. Latar belakang Di zaman yang modern ini gender wanita sudah memiliki kedudukan yang sama oleh pria, tidak sedikit pekerjaan yang dulunya dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan

tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang mobil urban ini di buat secara khusus dengan melihat regulasi yang ada dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil urban adalah kendaraan yang di desain irit bahan bakar dengan tampilan menyerupai mobil penumpang pada saat ini hanya saja ukurannya yang jauh lebih kecil karena

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Teknis Jalan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2011), persyaratan teknis jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN A. GAYA SENTUH Gaya merupakan besaran vector, karena memiliki satuan, besaran, dan arah. Gaya adalah sesuatu yang dapat berupa dorongan atau tarikan. Pengaruh gaya dapat berupa:

Lebih terperinci