ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H"

Transkripsi

1 ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN NUR ASYIAH JALIL. Analisis Preferensi Dosen Terhadap Kartu Kredit (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR). Perkembangan teknologi terus melahirkan karya-karya yang semakin canggih dan praktis untuk dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya, termasuk untuk transaksi pembayaran. Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bagi sekelompok masyarakat tertentu, kartu kredit merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Sedangkan bagi dosen, kartu kredit memiliki penilaian tersendiri. Tingkat pendapatan mereka yang cenderung tetap sebagai pegawai negeri, sementara mereka harus menghadapi kebutuhan hidup yang beragam dan perkembangan teknologi yang tinggi, menuntut mereka untuk memberi tempat tersendiri bagi kartu kredit. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik dosen yang memiliki dan tidak memiliki kartu kredit dan bagaimana hubungan antara karakteristik tersebut dengan kepemilikan kartu kredit, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kepemilikan kartu kredit. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada para akademisi, khususnya dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada kondisi demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, jabatan struktural, lama bekerja, dan pekerjaan lain), finansial (total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan), dan pemanfaatan teknologi bagi responden untuk memanfaatkan fasilitas banking service. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur sedangkan data primer diambil melalui wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh responden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing responden. Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan cara convenience/accidental sampling. Hasil analisis crosstab menunjukkan karakteristik dominan dosen yang memiliki kartu kredit yaitu berusia lebih dari 45 tahun, memiliki total pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan lebih dari lima juta rupiah, tabungan rata-rata per bulan lebih dari dua juta rupah, jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang, lama bekerja lebih dari 20 tahun, pendidikan S3, jenis kelamin laki-laki, memiliki jabatan struktural, memiliki pekerjaan lain, dan memanfaatkan teknologi internet untuk banking service. Sedangkan karakteristik dosen yang tidak memiliki kartu kredit sebaliknya. Untuk uji independen dua variabel dilakukan menggunakan chi square test. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel usia, total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan, lama bekerja, dan pekerjaan lain memiliki hubungan yang nyata terhadap kepemilikan kartu kredit. Untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kartu kredit digunakan model logit dengan metode maximum likelihood. Untuk membedakan, model logit yang digunakan memberikan nilai satu (1) jika memiliki kartu kredit, nol (0) jika tidak memiliki kartu kredit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan kartu kredit adalah total pendapatan dan pengeluaran

3 rata-rata per bulan, lama bekerja dan jenis kelamin. Koefisien dan odds ratio variabel total pendapatan rata-rata per bulan dan lama bekerja, menunjukkan peningkatan variabel tersebut akan meningkatkan peluang seseorang untuk memiliki kartu kredit. Sedangkan variabel total pengeluaran rata-rata per bulan menunjukkan penurunan pengeluaran seseorang, akan meningkatkan peluangnya untuk memiliki kartu kredit. Variabel jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki memiliki peluang 7,29 kali lebih besar untuk memiliki kartu kredit dari pada perempuan. Secara umum, responden berpandangan positif mengenai trend cash less society, karena mereka menganggap trend ini akan membuat suatu sistem transaksi pembayaran yang lebih efisien, praktis, aman, moderen, serta mudah. Berdasarkan penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran. Kepada bank/lembaga penerbit kartu kredit agar dapat mempertimbangkan besarnya pengeluaran selain pendapatan calon konsumen. Hal ini mencerminkan perilaku ekonomi seseorang, dimana dengan tingkat pengeluaran yang lebih rendah, akan lebih mudah mengelola keuangannya dan tidak mudah terkendala kredit. Mereka juga harus membentuk image yang baik, karena konsumen akan lebih mengutamakan nama baik bank/lembaga tertentu dalam memilih penerbit kartu kredit. Untuk menciptakan masyarakat cash less society, bank sentral agar lebih gencar melakukan sosialisasi mengenai kelebihan sistem pembayaran elektronik, memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum yang jelas dan kuat, oversight dalam pelaksanaan sistem pembayaran oleh bank/lembaga pengelola kartu kredit, menyediakan manajemen dan sistem administrasi yang efisien, serta menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang terjangkau untuk menggunakan alat pembayaran non tunai. Misalnya dengan memaksimalkan merchant yang dapat bertransaksi menggunakan kartu tidak hanya di kota-kota besar. Penelitian ini tidak memasukkan perilaku penggunaan kartu kredit selain untuk transaksi kredit. Karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat memasukkan perilaku pengambilan uang tunai melalui ATM menggunakan kartu kredit, penggunaan fasilitas transfer dana, pengenaan denda akibat kelalaian konsumen, serta banyaknya merchant yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit.

4 ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT Oleh NUR ASYIAH JALIL H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nur Asyiah Jalil Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Preferensi Dosen terhadap Kartu Kredit dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Tanggal Kelulusan : Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2007 Nur Asyiah Jalil H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nur Asyiah Jalil. Dilahirkan pada tanggal 24 April 1985 di Jakarta dari pasangan Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai tahun 1996 di SDN 01 Kp. Utan dan dari tahun 1996 sampai tahun 1997 di SDN 01 Pd. Pinang Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 87 Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 34 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu BEM FEM, HIPOTESA, UKM Merpati Putih, dan HMI Komisariat FEM. Selain itu penulis juga berpartisipasi di beberapa kepanitian dan tim pertandingan.

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-nya penulis mendapat kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah saw sebagai tauladan dalam menjalani hidup sehingga membawa keselamatan dan kebahagiaan. Judul skripsi ini adalah Analisis Preferensi Dosen terhadap Kartu Kredit dimana penulis mengupas permasalahan tentang perkembangan sistem pembayaran elektronik dan bagaimana pengaruhnya terhadap preferensi masyarakat, khususnya dosen. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. dan Widyastutik, S.E., M.Si. selaku dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang bermanfaat. 3. Kedua orang tua penulis yaitu Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib atas doa, perhatian, dukungan, dan perjuangan yang telah dicurahkan. Untuk adik-adikku Yani dan Izur atas doa, dukungan, semangat, dan perhatian yang diberikan. Keluarga besar penulis yang memberikan perhatian dan semangat. Terima kasih juga kepada Rico Ricardo atas waktu, doa, dan dukungan yang diberikan serta masukan-masukan yang sangat berharga.

9 4. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan. 5. Teman dan sahabat yang selalu semangat dan ceria menemani dan mendengar keluh kesah penulis Elly, Rio, Weni, Indah, Okti, Devi, keluarga Chil Pink House (Putri, Titi, Septi, Puri, Estri), keluarga Chil Radar 10 (Iman, Andi, Akim, Aldo, JW) 6. Kepada dosen-dosen FEM yang telah bersedia menyisihkan waktunya, Mba Siti, Ka Suhendi, Ka Galih, Ka Siera, Endah, dan Tyas atas dukungan, tenaga, dan bantuan untuk penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian dan memberikan masukan yang berharga. 7. Teman-teman seperjuangan Aga, Anna, Giri. Kepada teman-teman yang mewarnai hari-hari selama kuliah Amel, Wida, Heri, Aji, Wiwit, Mimi, Abang, Ratih, Yogi, Wawan, Rama, Ucup, Ade, Jo, Dina, K Budi, keluarga besar UKM Merpati Putih IPB (m Agan, mb No, m Teta, Dede, Dhany, Memel, mb Dhita, dan lain-lain) keluarga besar JSP Komputer, teman-teman KKP (Ai, Nadya, Tedi, K Putra), keluarga besar X-Pedes, kamar 271 (Ratih, Eka, Rara), keluarga d-red (Dado, Duvi, Ririn, Nana), KK Humas, EKSIS, dan seluruh teman-teman angkatan 40 dan 41 Ilmu Ekonomi serta seluruh pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bogor, Agustus 2007 Nur Asyiah Jalil H

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kartu Kredit Pengertian Perbankan Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif Sistem Pembayaran Elektronik dan Manfaatnya Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya Perilaku Konsumen Proses Pengambilan Keputusan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Preferensi Konsumen Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Kartu Kredit Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran i

11 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Estimasi dan Pengolahan Data Model Penelitian Pendugaan Parameter Model Uji Taraf Nyata Parameter Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden Bukan Pemilik Kartu Kredit Motivasi, Persepsi/Sikap dan Perilaku Kepemilikan Responden Pemilik Kartu Kredit Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Kartu Kredit Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Kartu Kredit Pandangan Responden Terhadap Trend Less Cash Society V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 75

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia Deskripsi Nilai Minimum (Minimum), Maksimum (Maximum), Rata- Rata (Mean) dan Standar Deviasi (Std. Deviation) Sikap/Persepsi Responden Terhadap Kartu Kredit Motivasi/Alasan Tidak Memiliki Kartu Kredit Motivasi Memiliki Kartu Kredit Frekuensi Pemakaian Kartu Kredit Penggunaan Kartu Kredit Pembayaran Kartu Kredit Jumlah Kepemilikan Kartu Kredit Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Usia Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pendapatan Rata- Rata per Bulan Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pengeluaran Rata- Rata per Bulan Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Tabungan Rata- Rata per Bulan Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Lama Bekerja Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pekerjaan Lain Hasil Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Pertama Proses Reduksi Model Logit Berdasarkan Metode Maximum Likelihood Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Kartu Kredit (Model Terbaik)... 64

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Kerangka Pemikiran Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Usia dan Pendapatan Rata-Rata Per Bulan Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengeluaran dan Tabungan Rata-Rata Per Bulan Persentase Sebaran Responden Menurut Lama Bekerja dan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Penerbit Kartu Kredit, ATM, dan Debet Pandangan Responden Terhadap Trend Cash Less Sosiety... 69

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Output Case Processing Summary SPSS Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Jumlah Keluarga Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Tingkat Pendidikan 75 4 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Jenis Kelamin Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Kedudukan Struktural Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pemanfaatan Teknologi Output Uji Taraf Nyata Variabel Usia Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Variabel Pendapatan Rata-Rata per Bulan Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Pengeluaran Rata-Rata per Bulan Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Tabungan Rata-Rata per Bulan Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Lama Bekerja Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Pendidikan Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Jenis Kelamin Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Jabatan Struktural Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Pekerjaan Lain Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit Output Uji Taraf Nyata Variabel Pemanfaatan Teknologi Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit... 79

15 18 Perkembangan Kartu Kredit, Kartu Debet, dan Kartu ATM di Indonesia Output Regresi Logistik SPSS Output Casewise List SPSS

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi terus melahirkan karya-karya yang semakin canggih dan praktis untuk dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya. Berbagai aktivitas masyarakat di era modern yang cukup memakan banyak waktu, memaksa mereka untuk bertindak cepat dan efisien dalam setiap aktivitasnya, termasuk dalam bertransaksi. Efisiensi suatu sistem pembayaran dapat diukur dari bagaimana sistem ini bisa meminimalkan biaya dan waktu untuk mendapatkan manfaat dari sebuah transaksi. Tuntutan untuk dapat menggunakan uang secara aman dan praktis dalam bertransaksi menjadi alasan utama dibutuhkannya sebuah instrumen dalam memenuhi hal tersebut. Tuntutan tersebut kini dapat diwujudkan dengan semakin berkembangnya sistem pembayaran secara elektronik (electronic payment system) dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam bertransaksi. Salah satunya adalah kartu kredit (credit card). Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang pada umumnya berbasis kartu antara lain : kartu Automated Teller Machine (ATM), kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu. Selain itu, untuk menggunakan kartu-kartu tersebut masyarakat harus mampu dan bersedia untuk mengadopsi teknologi (Mantel, 2000).

17 2 Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran elektronik merupakan sistem pembayaran yang paling mendekati sistem pembayaran yang efektif, dimana memiliki ciri adanya kecepatan pembayaran, kepastian pembayaran, keamanan, kenyamanan, dan biaya yang rendah. Ketika sebuah negara mengganti sistem pembayarannya secara total ke sistem pembayaran elektronik, diestimasi akan menghemat biaya transaksi sebesar 1,88 US dolar per orang per tahun atau 0,6 persen dari GDP per tahun (Humphrey, 2001). Sedangkan Global Insight (2003) menyatakan, pengadopsian sistem pembayaran elektronik akan meningkatkan penjualan barang dan jasa, menurunkan penghalang langsung terhadap kredit dan likuiditas uang, serta menurunkan penghalang geografis dalam perdagangan dan transaksi perekonomian. Kartu kredit merupakan salah satu produk perbankan dewasa ini yang telah diterima oleh masyarakat luas sebagai salah satu media pembayaran yang moderen, terutama kemudahan-kemudahan yang ditawarkan kepada pemegang kartu (cardholder), jaringan penerimaan yang tersebar di seluruh dunia dan masih banyak lagi keuntungan yang dapat dirasakan bagi para pemakainya. Selain praktis, kartu kredit juga memudahkan para pemakainya dalam bertransaksi. Alasan keamanan ketika membawa cash tidak lagi menjadi masalah. Kemudahan dalam penggunaannya pun menjadikan kartu kredit diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari para eksekutif, ibu rumah tangga, sampai masyarakat usia sekolah pun menggunakan fasilitas ini. Tidak terkecuali para akademisi. Berbagai fasilitas yang ditawarkan pihak bank/badan yang

18 3 menerbitkan kartu kredit (issuer) juga menjadi alasan bagi masyarakat dalam menggunakan kartu plastik tersebut. Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan kartu kredit di Indonesia mencapai 20 sampai 30 persen pertahunnya. Berdasarkan data Bank Indonesia hingga Juni 2006, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia telah mencapai 8,5 juta kartu dengan total kredit yang dikeluarkan Rp. 18,3 triliun. Total transaksi kartu kredit dalam satu tahun (data tahun 2005) mencapai 88 juta transaksi dengan nilai nominal lebih dari Rp. 45 triliun. Pertumbuhan itu dibarengi persaingan yang semakin ketat di antara bank/badan penerbit kartu kredit. Para issuer berlomba merebut hati konsumen dengan memberikan hadiah dan penawaran khusus. Selain itu didukung juga dengan semakin banyaknya pedagang barang dan jasa (merchant) yang mau menerima pembayaran dengan kartu kredit. Tabel 1. Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia Tahun Nilai Transaksi Volume Transaksi Penyelenggara (Rp. Milyar) (unit) (unit) Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia (2005) Perkembangan kartu kredit di Indonesia terjadi secara besar-besaran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa transaksi dengan menggunakan kartu kredit terus mengalami peningkatan. Begitu pula volume

19 4 transaksi yang mencapai transaksi pada tahun 2005 dengan jumlah penyelenggara sebanyak 22 unit. Menurut Bank Indonesia (2004), kartu kredit yang beredar di Indonesia pada umumnya terdiri dari 2 jenis yaitu gold dan silver. Pagu kredit tipe gold dan silver cukup beragam mulai dari Rp. 1 juta sampai Rp. 10 juta untuk tipe silver dan mulai dari Rp. 10 juta sampai Rp. 100 juta untuk tipe gold. Berdasarkan tingkat suku bunga bulanan yang dibebankan kepada cardholder, sebagian besar tingkat suku bunga kedua jenis kartu ini berkisar antara 3 sampai 3,5 persen per bulan. Sedangkan, menurut biaya keanggotaan tahunan (annual fee), sebagian besar penerbit kartu kredit membebankan biaya anggota tahunan untuk kartu tipe gold sebesar Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu dan kartu tipe silver sebesar Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu (Bank Indonesia, 2004). Seorang konsumen dapat terus menggunakan kartu kreditnya untuk membeli barang/jasa atau mengambil uang tunai sampai batas kreditnya (credit line) tercapai. Oleh karena itu kredit dan kartu kredit merupakan sumber daya ekonomi konsumen yang sangat penting. Melalui mekanisme kredit, konsumen bisa mengkonsumsi produk dan jasa saat ini juga tanpa harus menunggu mempunyai uang yang cukup. Kredit akan meningkatkan daya beli konsumen, sehingga konsumen yang memperoleh sumber kredit akan memiliki peluang untuk meningkatkan konsumsi berbagai produk dan jasa. Gencarnya pemasaran kartu kredit saat ini wajar mengingat pertumbuhan kartu kredit di Indonesia cukup cepat. Bagi pihak bank maupun non bank, produk kartu kredit ini sangat menggiurkan karena bunganya mencapai 3,5 persen per

20 5 bulan atau 36 persen per tahun. Ditambah lagi dengan iuran tahunan yang dibebankan kepada nasabah. Hal ini ditunjang dengan tingkat penetrasi kartu kredit di Indonesia masih relatif rendah. Oleh karena itu para issuer berlombalomba meraih pelanggan baru dengan berbagai cara, bahkan ada yang berani tidak memberlakukan syarat apa pun kecuali meminta calon pelanggan tersebut mengisi aplikasi dan membubuhkan tanda tangan pada aplikasi tersebut, sedangkan syarat lain disusulkan. Selain memperbanyak jumlah cardholder, pihak issuer juga harus memikirkan bagaimana mendorong meningkatkan frekuensi penggunaan kartu kredit. Salah satu cara yang dapat dilakukan penerbit kartu kredit untuk mendorong cardholder melakukan transaksi adalah dengan mengembangkan kerjasama dengan pihak ketiga. Sejumlah issuer yang gencar berpromosi untuk merebut cardholder antara lain HSBC, GE Finance Indonesia, Bank Permata, Bank BNI, Bank BRI, Bank BII, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Niaga, Standard Chartered, ataupun Citibank, dan lain-lain. Semakin maraknya penggunaan kartu kredit menarik minat penulis untuk menganalisisnya lebih mendalam, khususnya kepada para akademisi. Penulis melihat, dengan tingkat pendapatan mereka yang cenderung tetap, sementara dalam memenuhi kebutuhan hidup yang beragam, mereka dihadapkan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Kehidupan mereka di era moderen ini tentunya menuntut mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut, khususnya dalam kehidupan perekonomian mereka. Karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti dan membahasnya dalam skripsi ini dengan judul : Analisis Preferensi Dosen terhadap Kartu Kredit.

21 Perumusan Masalah Sistem pembayaran di Indonesia, secara umum masih di dominasi pembayaran berbasis warkat (paper-based payment system). Seiring dengan dioperasikannya sistem BI-RTGS (sistem transfer dana bernilai besar yang harus melalui proses settlements di BI) pada November 2000, maka sistem pembayaran elektronik menjadi lebih berkembang dan menempati peran penting. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui EFTPOS (Electronic Fund Transfer Point of Sale) pada berbagai pusat perbelanjaan dan ritel. Penggunaan alat pembayaran ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi sektor perekonomian. Perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat menjadikan masyarakat menuntut adanya kemudahan dalam setiap kegiatannya, termasuk dalam kegiatan bertransaksi. Namun, ternyata hal ini masih belum sepenuhnya tercapai. Dalam bertransaksi, masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan sistem pembayaran tradisional, yaitu secara tunai (cash). Padahal berbagai cara yang lebih mudah dan efisien sudah semakin berkembang. Salah satunya menggunakan instrumen kartu kredit. Permasalahan ini ditunjang dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan kegunaan dan keuntungan memanfaatkan kartu kredit. Selain itu, pihak bank/badan yang mengeluarkan kartu kredit belum banyak tahu mengenai kondisi masyarakat Indonesia sebagai konsumen mereka. Kontradiksi ini menjadi masalah yang kemudian harus dicari titik temunya.

22 7 Perkembangan sistem pembayaran dunia terus meningkat. Pada saat ini sedang berkembang trend yang bernama less cash society, yaitu suatu perilaku masyarakat menggunakan non-cash dalam bertransaksi. Mereka memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan pihak perbankan seperti adanya kartukartu plastik, termasuk kartu kredit. Trend ini cukup berkembang di negara-negara maju, dan mulai merambah negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Meski fisik uang sampai saat ini masih banyak digunakan masyarakat dunia sebagai alat pembayaran, namun seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan sistem pembayaran, pola pembayaran tunai (cash) secara berangsur mulai diganti dengan pembayaran non-tunai (non cash). Sebagai gambaran, pertumbuhan card based instruments seperti kartu kredit rata-rata per tahunnya telah mencapai sekitar 15 sampai 30 persen. Saat ini di Indonesia, pengembangan dan penggunaan sistem pembayaran non tunai memiliki potensi yang sangat besar. Data dari World Bank menunjukkan bahwa hanya sekitar 40 persen penduduk usia 15 hingga 65 tahun memiliki rekening tabungan di bank. Selain itu, statistik uang beredar mencatat bahwa rasio penggunaan uang giral dibandingkan dengan uang kartal pada akhir tahun 2005 adalah 34 : 66 persen. Apabila produk inovatif perbankan seperti layanan ATM dan kartu debet diperhitungkan, maka rasio uang giral dan kartal mencapai 52 : 48 persen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa instrumen non-tunai memberikan kontribusi yang besar dalam menekan jumlah peredaran uang kartal namun mempercepat perputaran uang giral. Saat ini perkembangan menuju less cash society merupakan sebuah trend yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut antara lain didukung oleh

23 8 perkembangan infrastruktur dan teknologi sistem pembayaran seperti kartu chip misalnya. Dari sisi konsumen, penggunaan instrumen (non cash payment) seperti card based dan electronic based saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan karena transaksi dapat dilakukan dengan praktis, cepat dan nyaman. Bagi masyarakat, penggunaan pembayaran non-tunai dengan menggunakan kartu, mempermudah transaksi mereka seperti penarikan tunai, transfer dana, dan pembayaran berbagai tagihan rutin lainnya. Semua itu dilakukan tanpa harus datang ke counter atau kantor bank. Secara bertahap masyarakat Indonesia mulai mengikuti adanya perkembangan teknologi dan memanfaatkannya dalam kegiatan ekonominya. Mereka banyak menggunakan APMK yang merupakan bagian integral dari sistem pembayaran elektronik. Penggunaan alat pembayaran ini sedikit demi sedikit telah merubah pola hidup masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Selain itu potensi pasar dan bisnis kartu pembayaran kini semakin meningkat seiring dengan berlangsungnya proses pemulihan ekonomi. Namun, perkembangan ini ternyata belum mampu menjadikan masyarakat Indonesia mencapai tahap cash-less society. Dalam penelitian ini mencoba untuk menjawab elaborasi permasalahan tersebut. Fokus utama penulis dalam penelitian ini adalah menganalisis kartu kredit sebagai alat pembayaran yang digunakan masyarakat. Secara lebih detailnya, objek penelitian adalah akademisi khususnya dosen. Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

24 9 1. Bagaimana karakteristik dosen yang memiliki kartu kredit dan yang tidak memiliki kartu kredit, dan bagaimana hubungan antara karakteristik tersebut dengan kepemilikan kartu kredit? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kepemilikan kartu kredit? 3. Bagaimana sikap/persepsi dosen mengenai pandangan terhadap kartu kredit dan trend less cash society? 4. Bagaimana perilaku kepemilikan dosen terhadap kartu kredit? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis karakteristik dosen yang memiliki kartu kredit dan yang tidak memiliki kartu kredit, dan hubungan antara karakteristik tersebut dengan kepemilikan kartu kredit. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kepemilikan kartu kredit. 3. Menganalisis sikap/persepsi dosen mengenai pandangan mereka terhadap kartu kredit dan trend less cash society. 4. Mengetahui perilaku kepemilikan dosen terhadap kartu kredit.

25 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pihak perbankan dan instansi lain, sebagai bahan kajian dan rekomendasi dalam pengembangan sistem pembayaran di Indonesia. 2. Masyarakat akademisi, sebagai salah satu referensi objek penelitian dan sebagai pengembang ilmu pengetahuan. 3. Penulis, penelitian ini untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan ilmu yang didapat selama menuntut ilmu dengan kenyataan di lapangan Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada para akademisi, khususnya kepada dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis tidak meneliti dari sudut pandang pihak perbankan. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada kondisi demografi, finansial, dan pemanfaatan teknologi bagi responden terhadap kartu kredit.

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kartu Kredit Kartu kredit (credit card) adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan mencicil sejumlah minimum tertentu (Siamat, 2001). Sedangkan menurut Bank Indonesia (2004) kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit, dimana konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan mencicil sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum itu biasanya sebesar 10 sampai 20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung pada bank penerbit kartu (issuer). Umumnya tingkat bunga kartu kredit ini berkisar antara 3 sampai 4 persen per bulan. Selain mesti membayar bunga, jika

27 12 terlambat membayar, konsumen juga akan dikenai denda keterlambatan (late charge). Selain itu kartu kredit dapat digunakan pula untuk melakukan penarikan uang tunai baik langsung melalui teller pada kantor bank yang bersangkutan maupun ATM (Automated Teller Machine) dimana ada tertera logo atau nama kartu yang dimiliki, baik di dalam maupun di luar negeri. Kartu kredit yang digunakan adalah Visa, Master Card, Amex Card, Internasional Diners, BCA Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card dan beberapa kartu lain yang diterbitkan oleh bank bank penerbit (Siamat, 2001). Terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipahami oleh pemegang kartu kredit sebelum menggunakan ataupun pada saat menggunakan kartu kredit yang dimilikinya. Ketentuan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ketentuan limit kredit diberikan kepada setiap anggota/nasabah tergantung dari jenis kartu yang dimilikinya gold, silver atau classic. Kartu gold lebih mahal dengan persyaratan tingkat penghasilan nasabah yang lebih tinggi dibandingkan kartu reguler/classic. 2. Pembayaran minimum yang harus dilakukan sekitar 10 sampai 20 persen dari total saldo tagihan dan dibayar paling lambat pada tanggal jatuh tempo penagihan yang ditentukan lembaga penerbit setiap bulannya. 3. Tingkat bunga dikenakan atas saldo kredit yang besarnya sesuai dengan tingkat bunga pasar. 4. Keterlambatan pembayaran (setelah tanggal jatuh tempo) akan dikenakan denda keterlambatan sebesar persentase tertentu dari pembayaran minimum

28 13 atau sejumlah tertentu tanpa dikaitkan dengan jumlah pembayaran minimum (Siamat, 2001) Pengertian Perbankan Menurut Suyatno, et al. (1994), perbankan adalah suatu badan yang berfungsi sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kedit pada waktu yang ditentukan. Perbankan didefinisikan juga sebagi suatu badan yang memiliki tugas utama menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan menurut Nopirin (1992) pengertian perbankan yang lain yaitu bank adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil kegiatan yang berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga, sedangkan biayanya berupa pembayaran bunga dan biaya-biaya lain dalam upayanya menarik sumber dana masyarakat. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok perbankan adalah, lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Maksud lembaga keuangan menurut undang-undang tersebut adalah semua badan yang kegiatan-kegiatannya dalam bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah prosedur, peraturan, standar serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat untuk melepaskan

29 14 diri dari kewajiban. Sementara itu, Mishkin (2001) mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode dasar untuk mengatur transaksi dalam perekonomian Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah KUHD (Kitab Undang Undang Hukum Dagang) dan UU No. 3 tentang Bank Sentral. Lembaga yang melayani jasa pembayaran di lndonesia dapat digolongkan sebagai Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Kondisi dan karakteristik dari masing- masing lembaga tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum Perbankan Indonesia terdiri dari Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral di Indonesia, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jasa pembayaran hanya disediakan oleh BI dan bank umum. 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) Sejak terjadinya liberalisasi pada sektor keuangan, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) memegang peran penting sebagai salah satu sumber pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pegadaian. Sesuai ketentuan peraturan yang berlaku pada saat ini, LKBB dapat pula menyediakan jasa kartu kredit (telah dilakukan oleh beberapa LKBB). Kegiatan PT POS Indonesia juga terkait dengan penyelenggaran jasa pembayaran, khususnya pada produk Buku Giro untuk pengiriman uang dan

30 15 penyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yang mandiri, di luar dari perbankan Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif Listfield dan Montes-Negret (1994) menyebutkan bahwa efisiensi sistem pembayaran dapat dikatakan tercapai apabila memenuhi kriteria umum sebagai berikut : 1. Kecepatan pembayaran. Waktu telah menjadi biaya yang sangat berpengaruh dalam transaksi pembayaran, oleh karena itu setiap transaksi memerlukan transfer dana yang efektif dan seketika. Keterlambatan yang terjadi membuat ketidakpastian dalam penyelesaian transfer dana, serta biaya imbangan dari penginvestasian modal untuk kegiatan perekonomian lain. 2. Kepastian pembayaran (certainty payment). Para pengguna suatu alat pembayaran harus yakin, bahwa pembayaran yang dilakukannya akan sampai pada tangan yang berhak. Jika keyakinan ini tidak ada, maka mereka akan kembali pada sistem pembayaran tunai menggunakan uang koin dan uang fiat, daripada menggunakan sistem pembayaran non-tunai. 3. Keselamatan dan keamanan (safety and security). Pengawasan dari penggelapan. Sistem pembayaran harus didesain sedemikian rupa dengan adanya pengawasan yang cukup untuk menjamin dari adanya penggelapan dan akses yang tak resmi terhadap data ditempat pembayaran.

31 16 Pengawasan resiko kredit. Dalam beberapa kejadian sehari-hari, sering kali dengan adanya pengguna kartu kredit yang tidak memiliki saldo yang cukup di bank. Keadaan ini terjadi karena pihak penerima pembayaran (ritel dan sebagainya) tidak mengetahui apakah pihak pembayar (pemilik kartu kredit) memiliki rekening yang cukup untuk membayar barang dan jasa yang ditransaksikan. Seharusnya resiko kredit harus di antisipasi sejak awal. Kepercayaan. Masyarakat luas harus percaya bahwa data sistem pembayaran terlindungi dan tidak akan di akses informasinya oleh sumber yang tidak resmi. Data tersebut seharusnya dilindungi baik selama transaksi maupun sesudahnya. 4. Kenyamanan (convenience). Suatu sistem pembayaran harus membuat para pengguna menjadi lebih nyaman, baik untuk memegang maupun melakukan transaksi dengan alat pembayaran tersebut. 5. Biaya. Perekonomian membutuhkan sistem pembayaran yang memiliki biaya paling rendah pada semua aspek Sistem Pembayaran Elektronik dan Manfaatnya Sistem pembayaran elektronik (electronic payment system) dapat didefinisikan sebagai layanan perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat

32 17 dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas (Wardiana, 2002). Kartu pembayaran elektronik terdiri dari kartu kredit (credit card), charge card, kartu debet (debit card), dan cash card. Secara tidak langsung, manfaat dari sistem pembayaran elektronik ini dapat dirasakan masyarakat dalam suatu negara. Dapat pula diuraikan sebagai berikut (Sridawati, 2006) : 1. Meningkatkan aktifitas perekonomian negara. Sistem pembayaran yang efektif memiliki peran yang semakin penting karena erat kaitannya dengan transaksi serta perputaran alat pembayaran dalam perekonomian. Secara teoritis, kebijakan moneter dipengaruhi oleh jumlah uang beredar serta kecepatan perputaran uang. Di sisi lain, menurut hasil penelitian Global Insight (2003), di Amerika Serikat sistem pembayaran elektronik telah menambah US$ 6,5 triliun dari pengeluaran konsumsi masyarakat. Dengan pertumbuhan sebesar 0,5 persen per tahun dan manfaat kumulatif sebesar US$ 10 triliun. Hal ini berarti penyediaan 1,3 juta lapangan kerja baru. Lalu, berdasarkan hasil analisis data panel pada 50 negara di dunia, peningkatan share bagi sistem pembayaran elektronik sebesar 10 persen akan meningkatkan 0,5 persen dari pengeluaran konsumsi. 2. Mengurangi biaya transaksi. Sistem pembayaran elektronik berpotensi untuk mengurangi biaya transaksi dalam perekonomian sebesar 1 persen dari GDP suatu negara. 3. Pengembangan sektor keuangan dan perbankan.

33 18 Sistem pembayaran yang efektif menuntut kompetisi sehat dan efektif antara lembaga keuangan peningkatan dalam penyediaan jasa, fasilitas, dan produk. Kondisi ini perlu diimbangi dengan penciptaan kondisi perekonomian yang kondusif termasuk peraturan yang mendukung Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus diperhatikan oleh produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk memperoleh produk atau jasa yang mereka inginkan. Dimana didalamnya tercakup pembahasan mengenai jenis alasan, waktu, tempat dan frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa. Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor. Menurut Engel, et al. (1994) perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Faktor pengaruh lingkungan terdiri dari lima hal, yaitu : (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pengaruh pribadi, (4) keluarga, dan (5) situasi. Perbedaan individu terdiri dari empat hal, yaitu : (1) sumber daya konsumen, (2) motivasi dan keterlibatan, (3) pengetahuan, dan (4) kepribadian, gaya hidup dan demografi. Sedangkan faktor psikologis terdiri dari empat hal, yaitu : (1) pengolahan informasi, (2) pembelajaran, (3) perubahan, dan (4) sikap/perilaku. Selain itu Engel, et al. (1994) juga menyatakan

34 19 bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut Proses Pengambilan Keputusan Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam membuat suatu keputusan. Tahapan tersebut diawali dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil pembelian konsumen terhadap produk yang telah di beli yang dilihatkan dalam Gambar 1. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Sumber : Engel, et al. (1994) Gambar 1. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Realisasi dari keputusan konsumen terlihat dalam aktivitas membeli yang berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah pembelian, pilihan tampilan fisik, pilihan tempat pembelian, dan frekuensi

35 20 pembelian, kegiatan pembelian berawal dari pengambilan keputusan hingga dilaksanakan dalam bentuk tindakan yaitu membeli suatu produk. Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah : 1. Pengenalan Kebutuhan dan Pencarian Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut disebabkan konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang nyata dengan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian itu melebihi tingkat tertentu maka kebutuhan dikenali, namun seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi (Engel, et al., 1994). Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen manghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang sebenarnya terjadi. 2. Pencarian Informasi Menurut Engel, et al. (1994) pencarian informasi merupakan aktivitas yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Pada tahap ini, menurut Kotler (1997), sumber informasi konsumen terdiri dari (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), (2) sumber komersil (iklan, penjualan), (3) sumber umum, dan (4) sumber pengalaman. 3. Evaluasi Alternatif Tahap evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih alternatif, konsumen menggunakan atribut tertentu yang disebut sebagai

36 21 kriteria evaluasi. Kriteria yang sering digunakan oleh konsumen antara lain harga, merek, dan kriteria yang bersifat hedonik (prestise, status). Kriteriakriteria ini biasanya bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif mereka. Setelah menentukan kriteria yang akan digunakan untuk alternatif, maka konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan. Tahap ini terdiri dari menentukan alternatif pilihan, menilai alternatif pilihan dan menyeleksi alternatif pilihan. 4. Pembelian dan Hasil Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana membayar. Menurut Engel, et al. (1994) pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian dan keputusan pembelian adalah sikap atas pendirian orang lain. Pendirian orang lain dapat dipengaruhi alternatif yang disukai seseorang, tergantung pada dua hal, yaitu (1) intensitas dari pendirian negatif yang disukai konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain. Proses keputusan pembelian akan berlanjut pada penilaian terhadap kinerja produk berdasarkan keinginan dan harapan konsumen. Apabila pembeli merasa puas terhadap produk tersebut maka akan mengukuhkan kesetiaan (loyalitas) pembeli, dan akan menimbulkan keluhan apabila pembeli merasa tidak puas.

37 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Menurut Engel, et al. (1994) terdapat beberapa determinan yang mempengaruhi variasi dalam perilaku konsumen dan determinan tersebut di bagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Pengaruh lingkungan, konsumen di dalam lingkungan yang kompleks. Perilaku mereka dipengaruhi oleh (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pengaruh pribadi, (4) sikap, dan (5) situasi. Budaya adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi serta perilaku keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya menentukan keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Menurut Kotler (2002), kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas individu dengan berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau kelompokkelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat secara hierarki. Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi yang berbeda. Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Orang-orang yang berhubungan erat atau dekat dengan konsumen akan menjadi kelompok acuan. Menurut Kotler (2002), kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap maupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal dan lainnya. 2. Perbedaan individu, faktor internal ini yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perilaku mereka dipengaruhi oleh (1) sumber daya

38 23 konsumen; (2) motivasi dan keterlibatan; (3) pengetahuan; (4) sikap; dan (5) kepribadian, gaya hidup dan demografi. Menurut Engel, et al. (1994) perbedaan yang paling penting pada individu adalah sumber daya. Konsumen menilai tiga sumber daya utama yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini penjual memberikan barang dan jasanya. Ketiga sumberdaya tersebut adalah (1) sumberdaya ekonomi atau pendapatan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal atau waktu, dan (3) sumberdaya kognitif atau kapasitas konsumen untuk mengolah informasi. Umumnya konsumen mempunyai keterbatasan pada setiap sumber daya, sehingga dalam pengalokasiannya dilakukan dengan cermat. Motivasi dan keterlibatan merupakan kebutuhan variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tingkat pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan. Secara umum pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan (Engel, et al., 1994). Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaannya, (2) pengetahuan membeli, yaitu dimana dan kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian (dari ingatan konsumen dan iklan). Menurut Engel, et al. (1994) sikap merupakan keseluruhan evaluasi

39 24 yang dilakukan konsumen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah sikap penting dari sikap seorang konsumen. Masing-masing sikap ini akan bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya dengan objek sikap. Sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan dan lainnya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Tentu saja kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk. 3. Proses psikologis, yaitu adanya proses pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku. Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan, dirinci, disimpan, didapatkan kembali dan digunakan. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh dua jenis utama determinan, yaitu pribadi dan stimulus. Determinan pribadi adalah karakteristik individual seperti motivasi, sikap, adaptasi dan rentang perhatian. Efek dari pengaruh pribadi adalah membuat perhatian sangat selektif, sedangkan faktor stimulus adalah karakteristik dari stimulus itu sendiri.

40 Preferensi Konsumen Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan untuk memiliki atau tidak oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Kotler (2002), preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi ini digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan dari konsumen. Misalnya, seseorang ingin mengkonsumsi produk dengan sumber daya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh menjadi optimal. Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan. Hubungan preferensi ini diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu : 1. Kelengkapan (completeness). Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah : a. A lebih disukai daripada B b. B lebih disukai daripada A c. A dan B sama-sama disukai 2. Transaksi (transaction). Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B atau lebih menyukai B daripada C. 3. Kontinuitas (continuity). Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai daripada B. Dalam ketiga proporsi di atas diasumsikan tiap orang dapat membuat atau menyusun ranking semua kondisi atau situasi dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai (Nicholson, 1999). Dari sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih alternatif yang memaksimumkan kepuasannya.

41 26 Preferensi konsumen terhadap suatu barang dapat diketahui dengan menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang sebagai pertimbangannya untuk memilih barang tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor demografis, faktor lingkungan, faktor kegunaan/manfaat, dan faktor lainnya. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk Regresi Logistik Regresi logistik adalah suatu teknik analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara peubah respon yang biasanya terdiri atas data kualitatif yang mencerminkan suatu pilihan alternatif dengan peubah-peubah penjelas yang bisa terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Peubah respon dalam regresi dapat berbentuk dikhotom (biner) maupun polytomous (ordinal atau nominal) (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Kelebihan metode regresi logistik dibandingkan dengan teknik lain yaitu (Kuncoro, 2004) : 1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya variabel bebas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varians yang sama dalam tiap grup. 2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis.

42 27 3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel tak bebas diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas. Dalam penelitian ini, model logit mencerminkan dua alternatif bagi kepemilikan kartu kredit, yaitu memiliki kartu kredit atau tidak. Untuk mentransformasikan alternatif pilihan dari bentuk kualitatif ke kuantitatif, model logit menggunakan fungsi distribusi normal kumulatif, sehingga nilainya berkisar dari 0 ke 1 (Gujarati, 2003). Model regresi logistik dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya (Gujarati, 2003) : P 1 x) =... (1) i ( x g( ) [ 1+ e ] dimana, g x) = β + β X + β X β ( X p p Nilai P i pada persamaan (1) untuk melihat Y = 1 atau Y = 0. Karena Y i merupakan variabel acak Bernoulli, maka dapat dilihat : P(Y i = 1) = P i... (2) P(Y = 0) = (1 P i )... (3) Bentuk umum model dapat dinotasikan (Gujarati, 2003) : P ln β Χi + µ i... (4) i Υi = = + β P i dimana : Y = dependent variable, X = independent variable, ß 1, ß 2 merupakan nilai parameter

43 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Kartu Kredit Menurut Loix, et al. (2005) terdapat beberapa kategori yang dapat digunakan sebagai alat untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengadopsi dan menggunakan elecronic payment system, termasuk kartu kredit. Kategori tersebut adalah : 1. Socio-demographic, terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa. 2. Financial, besarnya penghasilan per bulan responden setelah dikurangi pajak. 3. Technology, menyatakan frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon. 4. Supply-side, yaitu dengan menghitung jumlah POS (Point of Sale) terminals dan ATM (Automated Teller Machine) per ZIP code Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2002) mempelajari pemilikan dan perilaku penggunaan kartu plastik serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan dan pelunasan pembayaran kartu kredit oleh keluarga. Penelitian dilakukan di Kota Bandung dengan pendekatan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kartu plastik yang dimiliki responden adalah kartu kredit dan debit (57 persen), kartu kredit saja (30 persen), dan kartu debit saja (13 persen). Frekuensi penggunaan kartu debit relatif lebih sering dibanding dengan kartu kredit. Dari penelitian ini didapatkan bahwa responden yang berpendapatan lebih dari Rp. 3 juta mempunyai peluang yang lebih besar untuk memiliki kartu kredit

44 29 dibanding yang berpendapatan lebih rendah. Responden yang jumlah anggota keluarganya kurang atau sama dengan 4 orang mempunyai peluang lebih besar untuk memiliki kartu kredit dibandingkan keluarga dengan jumlah anggota lebih dari 4 orang. Responden yang berpendapatan kurang dari sama dengan Rp. 3 juta mempunyai peluang untuk melunasi tagihan kartu kredit lebih besar dibandingkan dengan responden yang tingkat pendapatannya lebih tinggi. Penelitian lain menganalisis perilaku masyarakat terhadap non cash payment oleh Loix, et al. (2005) yang melakukan penelitian pada persepsi masyarakat Belgia terhadap sistem pembayaran yang baru, yaitu sistem pembayaran elektronik. Penelitian ini menggunakan analisis logit dengan alat analisis program SPSS 13. Dalam penelitian ini digunakan empat kategori yaitu : (1) socio demographic yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa; (2) financial (dengan menanyakan berapa penghasilan per bulan responden setelah dikurangi pajak); (3) technology (frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon); (4) supply-side (menghitung jumlah POS (Point of Sale) terminals dan ATM (Automatic Teller Machine) per ZIP code). Keempat kategori ini digunakan sebagai variabel untuk melihat kecenderungan preferensi masyarakat terhadap sistem pembayaran elektronik. Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa semua variabel eksogen di atas mempengaruhi kecenderungan preferensi masyarakat untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik. Kemudian Zinman (2005) juga melakukan penelitian tentang perbandingan kartu kredit dan kartu debet. Dalam penelitian ini dilihat kartu mana

45 30 yang lebih diminati oleh masyarakat dengan pertimbangan keamanan, kemudahan dan time cost. Penelitian ini menunjukkan bahwa kartu yang lebih diminati oleh masyarakat saat ini adalah kartu debit. Penelitian lain dilakukan oleh Chairani (1998) yang meneliti tentang preferensi konsumen bank X terhadap kartu kredit. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban mengenai atribut apa saja yang dipentingkan konsumen dalam menggunakan kartu kredit serta berapa besar angka ideal atribut tersebut dinilai cukup relevan untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku, yang terdiri atas perilaku kepemilikan kartu dan perilaku pemilik kartu kredit, nyata berhubungan dengan variabel demografis. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis memfokuskan kepada karakteristik, preferensi, dan perilaku dosen yang tergolong masyarakat dengan tingkat pengetahuan, informasi, dan akses teknologi yang maju terhadap perkembangan perekonomian negara, khususnya dalam sistem pembayaran. Sehingga diharapkan akan terlihat suatu gambaran mengenai keadaan aktual masyarakat modern tentang sikap dan pandangannya terhadap kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran, khususnya kartu kredit. Selain itu, secara mikro penelitian ini lebih menunjukkan bagaimana gambaran dan tanggapan dosen terhadap trend less cash society Kerangka Pemikiran Sistem pembayaran kini semakin berkembang. Masyarakat modern cenderung lebih memilih untuk menggunakan sistem pembayaran elektronik

46 31 dengan alasan kemudahan dan kecepatan transaksi. Sistem pembayaran non-cash ini terus didorong oleh pengetahuan masyarakat terhadap perkembangan teknologi. Salah satu alat pembayaran yang cukup diminati masyarakat untuk transaksi non-cash ini adalah kartu kredit, dimana masyarakat dapat melakukan transaksi jual beli barang atau jasa dengan pelunasan atau pembayarannya dapat dilakukan secara sekaligus atau dengan mencicil sejumlah minimum tertentu pada masa akan datang. Promosi kartu kredit terus dilakukan oleh pihak perbankan. Namun, masyarakat termasuk dosen harus melalui tahap-tahap dalam pengambilan keputusan, apakah ia akan menggunakan kartu kredit atau tidak. Preferensi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sedangkan dalam penelitian ini akan diteliti variabel-variabel sebagai faktor pengambilan keputusan tersebut. Variabel-variabel yang digunakan yaitu variabel demografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, lama bekerja, jumlah anggota keluarga, kedudukan struktural pekerjaan, dan pekerjaan lain), variabel finansial (total pendapatan rata-rata per bulan, total pengeluaran rata-rata per bulan, dan tabungan rata-rata per bulan), variabel teknologi (penggunaan mobile phone dan/atau internet untuk banking service). Seluruh variabel yang digunakan kemudian dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil reduksi model ini akan menganalisis preferensi dosen sehingga diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kartu kredit. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.

47 32 Sistem pembayaran non-cash Electronic Payment System Kartu Kredit Dosen Masyarakat X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 Analisis Deskriptif Regresi Logistik Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kartu kredit Kesimpulan dan Rekomendasi Ket : tidak diteliti diteliti Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan : X 1 = Usia X 7 = Pendidikan X 2 = Total Pendapatan Rata-Rata per Bulan X 8 = Jenis Kelamin X 3 = Total Pengeluaran Rata-Rata per Bulan X 9 = Kedudukan Struktural X 4 = Total Tabungan Rata-Rata per Bulan X 10 = Pekerjaan Lain X 5 = Jumlah Keluarga X 11 = Pemanfaatan Teknologi X 6 = Lama Bekerja

48 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan tujuan responden yaitu dosendosen Institut Pertanian Bogor. Rentang waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2007 meliputi kegiatan penyebaran kuisioner, pengolahan dan analisis data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survey menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada responden. Survey kepada responden dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Kuisioner dalam penelitian ini terdiri atas kuisioner terbuka dan tertutup. Dalam kuisioner terbuka, peneliti memberi pertanyaan dan meminta responden menguraikan pendapat/pendiriannya dengan panjang lebar. Sedangkan kuisioner tertutup terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan dan responden memilih jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya (Nasution, 2003). Responden yang diwawancarai merupakan dosen-dosen Institut Pertanian Bogor. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur baik dari studi pustaka, majalah, internet, Bank Indonesia, jurnal- jurnal ekonomi moneter dan sumbersumber lainnya yang relevan sebagai referensi. Data primer yang digunakan

49 34 merupakan cross section data, dimana nilai variabel yang dikumpulkan pada waktu yang sama dari 50 responden dalam satu wilayah (Gujarati, 1997) Metode Pengambilan Contoh Objek dari kuisioner ini sebanyak 50 dosen dari 110 dosen PNS (Pegawai Negeri Sipil) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB). Pemilihan dosen FEM IPB didasarkan karena background ilmu pengetahuan yang dimiliki, khususnya bidang ekonomi. Dosen FEM IPB tentunya akan lebih mengetahui mengenai perkembangan perekonomian negara dan lebih peka terhadap sistem pembayaran yang berlaku. Hal ini akan lebih memudahkan penelitian dan diharapkan tercapai tujuan dalam melakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Teknik pengambilan contoh menggunakan metode non-probability sampling dengan cara convenience/accidental sampling (Sarwono, 2005). Teknik ini dilakukan dengan cara menemui responden secara langsung, kemudian dilakukan wawancara atau pengisian kuisioner secara mandiri oleh responden. Kriteria penetapan responden yang dijadikan contoh adalah hanya kepada responden yang bersedia untuk berpartisipasi mengisi kuisioner, baik yang memiliki kartu kredit maupun yang tidak memiliki kartu kredit. Teknik pengambilan contoh ini dilakukan karena diasumsikan golongan dari masingmasing dosen menggambarkan tingkat pendapatan yang bervariasi, namun senjang diantara masing-masing golongan tidak signifikan sesuai dengan pendapatan PNS.

50 Metode Estimasi dan Pengolahan Data Data-data yang didapat dalam penelitian ini diestimasi menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi logistik. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan metode crosstab (tabel silang) untuk penggunaan data berskala nominal atau kategori. Sedangkan regresi logistik dilakukan melalui tahapan reduksi peubah. Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan software SPSS 13. Variabel yang diamati (variabel eksogen) dalam penelitian ini adalah variabel demografi (umur, jumlah keluarga, lama bekerja, pendidikan, jenis kelamin, kedudukan struktural pekerjaan, dan pekerjaan lain), variabel finansial (total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan), variabel teknologi (penggunaan mobile phone, komputer pribadi, internet, dan/atau banking service melalui telepon dan/atau internet). Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel endogen) adalah preferensi dosen terhadap kartu kredit, apakah memiliki kartu kredit atau tidak Model Penelitian Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Υ i Pi = ln 1 Pi = β + β Χ + β Χ + β Χ + β Χ + β Χ + β X + β X 7 + β 9 X 8 + β10x 9 + β11x10 + β12x 11 + ε i... (5) dimana : Y = Kepemilikan kartu kredit (1 = memiliki kartu kredit, 0 = tidak memiliki kartu kredit)

51 36 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 ß 1 = Usia (tahun) = Total Pendapatan Rata-Rata per Bulan (Rupiah) = Total Pengeluaran Rata-Rata per Bulan (Rupiah) = Total Tabungan Rata-Rata per Bulan (Rupiah) = Jumlah Anggota Keluarga (Orang) = Lama Bekerja (Tahun) = Pendidikan (S1 = 16 Tahun, S2 =18 Tahun, dan S3 = 22 Tahun) = Jenis Kelamin (1 = perempuan; 0 = laki-laki) = Jabatan Struktural (1 = memiliki jabatan struktural, 0 = tidak memiliki jabatan struktural) = Pekerjaan Lain (1 = memiliki pekerjaan lain, 0 = tidak memiliki pekerjaan lain) = Pemanfaatan Teknologi (1 = menggunakan layanan banking service via internet dan/atau mobile phone; 0 = tidak menggunakan layanan banking service via internet dan/atau mobile phone) = Intersep ß 2,, ß 11 = Koefisien-koefisien estimasi e i = Error term Variabel-variabel yang digunakan dalam model ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Usia, menggambarkan tingkat usia/umur responden dalam hal kepemilikan kartu kredit. 2. Total pendapatan rata-rata per bulan, menggambarkan pendapatan tiap individu responden yang menjadi anggaran untuk dikonsumsi dalam mencapai tingkat kepuasan tertinggi. Total pendapatan rata-rata per bulan merupakan total dari seluruh pendapatan per bulannya, baik dari pendapatan pokok maupun pendapatan lainnya.

52 37 3. Total pengeluaran rata-rata per bulan, menggambarkan jumlah pendapatan individu yang dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan, dapat berupa kebutuhan pribadi ataupun keluarga. Besarnya tingkat pengeluaran dapat menentukan seberapa besar kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari total pendapatan rata-rata per bulannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap kepemilikan kartu kredit. 4. Total tabungan rata-rata per bulan, menggambarkan jumlah total pendapatan rata-rata per bulan setelah dikurangi total pengeluaran rata-rata per bulan per individu. 5. Jumlah anggota keluarga, menggambarkan banyaknya tanggungan suatu rumah tangga dengan tingkat pendapatan tertentu. Dalam hal kepemilikan kartu kredit, jumlah anggota keluarga dapat sebagai pertimbangan untuk cara mudah memaksimalkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan, yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara kredit. 6. Lama bekerja, merupakan jumlah tahun bekerja yang dijalani responden pada pekerjaan saat pengisian kuisioner. Lama bekerja ini diperlukan dapat menentukan tingkat pendapatan pokok responden dari pendapatannya sebagai pegawai negeri, karena lama bekerja secara garis besar dapat menentukan tingkat golongan mereka. Selain itu, ketetapan pendapatan berdasar lama bekerja seseorang dapat dikaitkan dengan kemampuan mereka dalam mengelola kartu kredit. 7. Pendidikan, merupakan jumlah tahun responden menjalankan pendidikan. Pendidikan minimal seorang dosen yaitu S1, kemudian dilanjutkan S2 dan S3.

53 38 Pendidikan sebagai seorang dosen dapat menentukan tingkat kematangan memilih menggunakan kartu kredit atau tidak, selain didasarkan kebutuhan mereka akan kartu kredit sebagai alat pembayaran yang praktis dan aman. 8. Dummy jenis kelamin, menggambarkan peluang yang dibelikan oleh laki-laki dan perempuan dalam peluang kepemilikan kartu kredit. Laki-laki memiliki nilai nol (0) dan perempuan memiliki nilai satu (1) 9. Dummy jabatan struktural, menggambarkan peluang kepemilikan jabatan struktural terhadap peluang kepemilikan kartu kredit. Responden dengan jabatan struktural, memiliki peluang lebih besar untuk memiliki kartu kredit, dapat disebabkan dengan gaya hidup atau kebutuhan dalam pergaulan. 10. Dummy pekerjaan lain, menggambarkan adanya tambahan pendapatan seseorang. 11. Dummy pemanfaatan teknologi, menggambarkan perilaku seseorang dalam menggunakan layanan banking service menggunakan teknologi internet. Kecenderungan seseorang yang aktif dalam memanfaatkan kemajuan teknologi, akan menjadi motivasi untuk memanfaatkan teknologi lainnya, termasuk dalam hal transaksi pembayaran, misalnya menggunakan kartu kredit Pendugaan Parameter Model Parameter model dapat diduga dengan suatu penduga kemungkinan maksimum, metode kuadrat terkecil dan analisis diskriminan (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Sedangkan model regresi yang digunakan untuk mendapatkan

54 39 koefisien regresi logistik pada penelitian ini adalah dengan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood). Fungsi kemungkinan yang ingin dimaksimumkan adalah memaksimumkan probabilitas dari data yang di observasi. Fungsi likelihood merupakan fungsi kepekatan peluang bersama yang diubah menjadi bentuk logaritma, dengan tujuan untuk mempermudah di dalam pendugaan parameternya. Sehingga dibuatlah fungsi likelihood (likelihood function). Fungsi ini memperlihatkan probabilitas dari data yang diamati sebagai fungsi dalam parameter tidak diketahui (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Jika antara amatan yang satu dengan amatan yang lain diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan maksimumnya adalah (Gujarati, 2003) : n n yi 1 yi 1, y2,..., yi,..., yn ) = f i ( Yi ) = Pi (1 Pi ) i= 1 i= 1 f ( y... (6) dimana? = simbol untuk perkalian. β diduga dengan memaksimumkan persamaan diatas. Pendekatan logaritma dilakukan untuk memudahkan perhitungan, sehingga fungsi logaritma (log likelihood) sebagai berikut (Gujarati, 2003) : n f ( y1, y2,..., yi,..., yn ) = { Yi ln Pi + (1 Yi ) ln(1 Pi )}... (7) i= 1 Tujuan dalam maximum likelihood adalah untuk memaksimumkan likelihood function atau log likelihood function, yaitu untuk mendapatkan nilai parameter sedemikian rupa sehingga probabilitas untuk mendapatkan nilai Y maksimum. Oleh karena itu, pada persamaan (7) dibuat turunan parsial terhadap setiap nilai parameter kemudian menyamakannya dengan nol dan dicari nilainya.

55 Uji Taraf Nyata Parameter Hosmer dan Lemeshow (1989) menyebutkan bahwa perbedaan antara nilai hasil observasi dan nilai prediksi variabel tak bebas adalah berdasarkan fungsi log likelihood. Nilai dari fungsi log likelihood merupakan evaluasi terhadap nilai parameter yang diduga dalam regresi. Perhitungan nilai log likelihood menggunakan asumsi bahwa error terdistribusi secara normal dan atau logit. Pengujian ini dibuat untuk memastikan keterkaitan antara variabel-variabel bebas atau peubah penjelas dalam model dengan variabel tak bebasnya. Untuk keperluan pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan nilai chi square menggunakan distribusi df = degrees of freedom sebesar banyaknya variabel bebas dalam model. Hipotesis yang digunakan adalah : H 0 : ß 1 = ß 2 = = ß p = 0 H 1 : paling sedikit ada satu ß i? 0 (i = 1, 2,, p) Kemudian, jika nilai chi square hitung lebih kecil dari chi square tabel maka, H 0 diterima. Tetapi jika nilai chi square hitung lebih besar dari chi square tabel maka, H 0 ditolak. Kesimpulan ini dapat juga dilihat dari nilai probabilitasnya, yaitu jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai a atau 0,1, maka H 0 ditolak. Uji taraf nyata parameter juga dilakukan secara independen antara dua variabel chi square, dilakukan untuk melihat keterkaitan masing-masing variabel bebas yang diamati dengan kepemilikan kartu kredit. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai chi square dari setiap variabel. Tetapi nilai chi square ini tidak dapat digunakan untuk jumlah data yang diekspektasi dalam suatu kategori masingmasing variabel memiliki nilai ekspektasi kurang dari lima atau lebih dari 20

56 41 persen. Untuk itu digunakan nilai likelihood ratio, dimana likelihood ratio mengikuti distribusi chi-square dengan df = degrees of freedom sebesar banyaknya variabel bebas. Untuk memeriksa koefisien atau peranan peubah penjelas atau variabel bebas dalam model secara parsial dilakukan uji-wald. Hipotesisnya : H 0 : ß i = 0 H 1 : ß i? 0 (i = 1, 2,, p) rumus uji-wald tersebut adalah : W i ^ β =... (8) S ) i ^ ( βi dimana ^ β merupakan penduga β i dan i ^ S ( β i ) adalah dugaan galat baku dari ^ β. i Statistik uji-wald mengikuti sebaran normal baku (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Kriteria uji ini adalah : (1) jika W < Z a/2, terima H 0 (2) jika W > Z a/2, tolak H Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi Interpretasi koefisien dilakukan pada peubah-peubah yang berpengaruh nyata. Interpretasi dilakukan dengan melihat tanda dari koefisien tersebut. Jika koefisien yang diperoleh bernilai positif maka kecenderungan Y=1 lebih besar terjadi pada peubah bebas X = 1 daripada X = 0. Rasio odds dapat digunakan untuk memudahkan interpretasi koefisien. Rasio odds adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan

57 42 peubah-peubah penjelas (variabel bebas) terhadap peubah respon (variabel tak bebas) (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Jika suatu variabel bebas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya lebih besar dari satu, sebaliknya jika tanda koefisiennya negatif, maka nilai rasio oddsnya lebih kecil dari satu. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) koefisien model logit ditulis sebagai β i = g(x + 1) g(x). Parameter β i (slope) mencerminkan perubahan dalam fungsi logit g(x) untuk perubahan satu unit peubah bebas X yang disebut log odds. Log odds merupakan beda antara dua penduga yang dihitung pada dua nilai (misal x = a dan x = b) yang dinotasikan sebagai : ln[ Ψ( a, b)] = g( x = a) g( x = b) = β i( a b)... (9) sedangkan penduga rasio-odds adalah : Ψ = [ π (1)/1 π (1) ] [ π (0)/1 π (0)] ln( Ψ ) = g(1) g(0) ln( Ψ) = β i... (10) Dimana rasio odds Ψ = 1 dapat diartikan bahwa x = 1 akan mempunyai peluang yang sama dengan x = 0 untuk menghasilkan Y = 1. Apabila 1< Ψ <~ maka x = 1 mempunyai peluang yang lebih besar. Sedangkan untuk mendapatkan nilai ramalan atau prediksi model dapat dilakukan dengan menggunakan hasil casewise list. Hasil daya ramal prediksi model, menggunakan kriteria pemotongan dengan nilai peluang 0,5. Karena variabel tidak bebas Y dalam model logit mengambil nilai 0 dan 1, maka jika nilai prediksi lebih besar dari 0,5 dibulatkan menjadi satu, jika kurang dari 0,5

58 43 dibulatkan menjadi nol. Output casewise list akan menunjukkan banyaknya kasus yang tidak terklasifikasi dengan tepat. Ukuran ketepatan fungsi konvensional R 2 tidak tepat dipergunakan di dalam regresi dimana variabel tidak bebasnya adalah dummy atau binary, maka dapat dipakai nilai pseudo R square, yaitu mengunakan nilai negelkerke R square. Jenis lainnya disebut count R 2 (percentage correct), yang merupakan hasil dari pembagian antara number of correction prediction dengan total number of observation.

59 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Umum Responden Penelitian mengenai preferensi dosen terhadap kartu kredit mengambil contoh sebanyak 50 responden yang merupakan dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Data primer diambil melalui wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh responden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing responden. Dari 50 contoh yang diambil, hanya 47 saja yang dapat digunakan dalam proses pengolahan data, karena tiga kuisioner lainnya tidak valid. Sebelum turun lapang dilakukan pra-survey dengan menyebarkan dua buah kuisioner kepada dosen. Hal ini dilakukan untuk validitas kuisioner. Hasil kuisioner dari 47 responden, seluruhnya berstatus menikah. Terdapat 20 responden diantaranya yang memiliki kartu kredit dan 27 responden lagi tidak memiliki kartu kredit. Kemudian, sebanyak 29 responden berjenis kelamin lakilaki dan 18 responden berjenis kelamin perempuan. Seluruh responden termasuk ke dalam kategori usia produktif dengan sebaran terbesar pada kelompok usia 25 sampai 34 tahun, yaitu sebesar 34,0 persen dari 47 responden atau sebanyak 16 responden. Diikuti kelompok usia 35 sampai 44 tahun sebanyak 15 responden atau 31,9 persen. Selanjutnya kelompok usia 45 sampai 54 tahun dan diatas 55 tahun dengan masing-masing responden sebanyak 13 dan 3 responden atau 27,6 persen dan 6,4 persen (Gambar 3).

60 45 Tingkat pendapatan responden cukup bervariasi (Gambar 3). Kelompok terbesar berada pada tingkat total pendapatan rata-rata per bulan lebih dari lima juta rupiah, yaitu sebanyak 16 responden atau 34,0 persen. Kelompok terbesar kedua yaitu pada tingkat pendapatan rata-rata per bulannya sebesar dua sampai tiga juta rupiah sebanyak 10 responden atau 21,3 persen. Selanjutnya, hanya 8 responden atau 17,0 persen untuk kelompok berpendapatan rata-rata per bulannya sebesar tiga sampai empat juta rupiah, dan sebanyak 7 responden (14,9 persen) memiliki total pendapatan rata-rata per bulannya sebesar empat sampai lima juta rupiah. Sedangkan untuk kelompok tingkat pendapatan terendah, hanya terdapat 6 responden atau 12,8 persen saja. Hal ini menunjukkan tingkat total pendapatan rata-rata responden, dalam hal ini dosen, cukup tinggi atau sebesar Rp ,51 per bulannya (Tabel 2) % 27.66% 12.77% 21.28% 34.04% 6.38% 34.04% 14.89% 17.02% USIA th th th >= 55 Pendapatan 1-2 jt 2-3 jt 3-4 jt 4-5 jt > 5 jt Gambar 3. Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Usia dan Pendapatan Rata-Rata Per Bulan Tingkat total pengeluaran rata-rata per bulan dikelompokkan ke dalam lima kelompok. Responden dengan tingkat total pengeluaran rata-rata per

61 46 bulannya lebih dari lima juta rupiah sebanyak 13 responden. Kelompok ini menempati kelompok terbesar dengan persentase sebesar 27,7 persen. Kemudian kelompok terbesar kedua yaitu sebanyak 12 responden atau 25,5 persen memiliki tingkat total pengeluaran rata-rata per bulannya sebesar kurang dari satu sampai dua juta rupiah. Kelompok berikutnya, dengan total pengeluaran rata-rata per bulannya sebesar Rp. 2 juta sampai Rp. 3 juta dan Rp. 3 juta sampai Rp. 4 juta, masing-masing sebanyak sepuluh dan sembilan responden atau 21,3 dan 19,1 persen. Kelompok terkecil dengan jumlah responden sebanyak tiga memiliki total pengeluaran rata-rata per bulannya sebesar empat sampai lima juta rupiah (Gambar 4) % 19.15% 65.96% 25.53% 27.66% 6.38% 19.15% 14.89% Pengeluaran < 1-2 jt 2-3 jt 3-4 jt 4-5 jt > 5 jt Tabungan <= 1 jt 1-2 jt > 2 jt Gambar 4. Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengeluaran dan Tabungan Rata-Rata Per Bulan Sementara itu, untuk variabel tingkat tabungan rata-rata per bulan, sebanyak 31 responden atau 66 persen responden memiliki tabungan sebesar kurang dari dan sama dengan satu juta rupiah. Diikuti oleh tingkat tabungan ratarata per bulan sebesar lebih dari dua juta rupiah sebanyak sembilan responden atau 19,1 persen. Kemudian sebanyak tujuh responden atau 14,9 persen responden

62 47 memiliki tabungan rata-rata per bulannya sebesar satu sampai dua juta rupiah (Gambar 4). Keadaan ini menunjukkan bahwa responden, dalam hal ini dosen, sudah mampu memanfaatkan pendapatannya seefisien mungkin, sehingga sebagian besar dari responden mampu untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan sebagai simpanan cadangan. Hal ini cukup tergambar dari besarnya rata-rata tabungan per bulan, yaitu sebesar Rp ,09 (Tabel 2). Persentase tertinggi untuk variabel lama bekerja, yaitu sebesar 38,3 persen atau sebanyak 18 responden telah bekerja sebagai pegawai negeri selama 11 sampai 20 tahun. Kemudian diikuti oleh responden yang telah bekerja selama 1 sampai 10 tahun dan 21 sampai 30 tahun dengan masing-masing persentase sebesar 31,9 dan 21,3 persen atau 15 dan 10 responden. Sedangkan persentase terendah, yaitu untuk kelompok dengan lama bekerja sebagai pegawai negeri lebih dari 30 tahun hanya sebesar 8,5 persen atau empat reponden saja (Gambar 5) % 8.51% 25.53% 8.51% 21.28% 38.3% 31.91% 38.3% 38.3% 31.91% 36.17% Lama Bekerja 1-10 th th th > 30 th Jumlah Keluarga Lama Bekerja 1-2 org th 4 org 11 - > 20 4 org th th > 30 th Gambar 5. Persentase Sebaran Responden Menurut Lama Bekerja dan Jumlah Anggota Keluarga Gambar 5 menunjukkan sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga, yaitu sebanyak 18 responden atau 38,3 persen dengan total jumlah

63 48 anggota keluarga lebih dari empat orang. Sebanyak 17 responden atau 36,2 persen yang memiliki tiga sampai empat anggota keluarga, dan sebanyak 12 responden atau 25,5 persen yang memiliki dua orang anggota keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 4,3 ( 4) orang, dengan jumlah terendah dua dan tertinggi tujuh orang (Tabel 2). Tingkat pendidikan tersebar merata untuk tingkat pendidikan S2 dan S3 yaitu masing-masing sebanyak 23 responden atau 28,9 persen. Sedangkan satu responden lagi atau 2,1 persen masih berpendidikan S1. Untuk variabel dummy jabatan struktural digambarkan oleh nol dan satu, dimana nol berarti tidak memiliki jabatan struktural dan satu memiliki jabatan struktural. Rata-rata dari jabatan struktural sebesar 0,36 berarti sebagian besar responden tidak memiliki jabatan struktural, karena nilainya mendekati nol (Tabel 2). Tabel 2. Deskripsi Nilai Minimum (Minimum), Maksimum (Maximum), Rata- Rata (Mean) dan Standar Deviasi (Std. Deviation) Variables N Minimum Maximum Mean Std. Deviation USIA ,34 8,580 Pendapatan , ,191 Pengeluaran , ,560 Tabungan , ,868 Jumlah Keluarga ,30 1,654 Lama Bekerja ,89 9,388 Pendidikan ,91 2,083 Dummy Jenis Kelamin ,38 0,491 Dummy Jabatan Struktural ,36 0,486 Dummy Pekerjaan Lain ,49 0,505 Dummy Pemanfaatan Teknologi ,13 0,337 Valid N (listwise) 47 Lebih dari 50 persen responden tidak memiliki pekerjaan lain yang menghasilkan pendapatan, dimana terdapat mean sebesar 0,49 untuk dummy pekerjaan lain. Sementara itu, sebagian besar responden tidak memanfaatkan

64 49 teknologi internet dalam menggunakan layanan banking service karena hanya memiliki mean sebesar 0,13 saja (Tabel 2) Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden Berbagai alasan atau motivasi setiap responden dalam menentukan pilihan apakah mereka memiliki kartu kredit atau tidak, dicerminkan dari nilai atau poin yang diberikan responden terhadap berbagai jawaban kuisioner. Dalam hal ini beberapa pilihan jawaban dapat dipilih oleh responden, sesuai pilihan masingmasing individu. Penilaian responden untuk persepsi/sikap terhadap kartu kredit, secara umum menyatakan image tentang kartu kredit yang beredar di masyarakat biasa-biasa saja. Tabel 3. Sikap/Persepsi Responden Terhadap Kartu Kredit Jawaban Ya No Sikap/Persepsi Pemilik KKBukan Pemilik Jumlah (n = 20) KK (n = 27) (n = 47) n % n % n % 1 Citra/image tentang kartu kredit Ya , ,0 yang beredar di masyarakat saat ini Biasa saja , ,3 adalah baik Tidak ,8 5 10,6 2 Pandangan Anda mengenai kartu kredit a. Praktis dan mudah , ,3 b. Demi keamanan uang cash , ,8 c. Demi keselamatan diri Anda , ,5 d. Sebagai cara mudah mendapatkan kredit ,4 3 6,4 e. Hanya sebagai alat pembayaran saja , ,3 f. Meningkatkan status sosial/gengsi ,5 7 14,9 g. Bagian dari gaya hidup modern , ,7 h. Sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan ketika bepergian ,7 9 19,1 i. Perintis jalan menuju masyarakat tanpa uang tunai , ,5 j. Lainnya , ,3 Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan, keculai point 1. Selain itu mengenai kartu kredit, secara umum, responden berpandangan bahwa kartu kredit merupakan alat pembayaran yang praktis dan mudah.

65 50 Pandangan lain, tidak sedikit dari responden yang setuju bahwa dengan memiliki kartu kredit akan lebih aman daripada membawa cash. Hal ini sesuai dengan penelitian Marlina (2002) yang menyatakan pandangan masyarakat terhadap kartu plastik yaitu praktis dan mudah, demi keamanan uang cash, dan perintis jalan menuju masyarakat tanpa uang tunai. Pandangan lain yang dikemukakan responden di luar kuisioner pun beragam, termasuk pandangan bahwa dengan memiliki kartu kredit cenderung membuat seseorang menjadi lebih konsumtif dan berpandangan kartu kredit hanya sebuah kartu utang (Tabel 3). Kesimpulan secara umum tersebut mewakili dua pihak, baik responden yang memiliki kartu kredit maupun tidak. Oleh karena itu, untuk lebih detailnya dilakukan pula analisis dari dua sudut pandang yang berbeda, baik dari sudut pandang responden yang memiliki kartu kredit maupun yang tidak memiliki kartu kredit Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden Bukan Pemilik Kartu Kredit Motivasi atau alasan responden yang tidak memiliki kartu kredit secara garis besar atau sebesar 62,96 persen karena mereka merasa belum perlu atau tidak mendesak. Sementara alasan lainnya menyatakan takut terlilit hutang, serta alasan lainnya, seperti takut konsumtif, pernah memiliki pengalaman buruk dengan kartu kredit, dan mereka menganggap image kartu kredit buruk (Tabel 4). Tabel 4. Motivasi/Alasan Tidak Memiliki Kartu Kredit No Alasan Tidak Memiliki KK Jawaban Ya (n = 27) n % 1 Tidak perlu/tidak mendesak 17 62,96 2 Takut terlilit hutang 7 25,93 3 Alasan Lain 6 22,22

66 51 Persepsi/sikap responden bukan pemilik kartu kredit digambarkan pada Tabel 4, dimana responden bukan pemilik kartu kredit, secara umum menilai citra/image kartu kredit yang beredar di masyarakat hanya biasa saja. Selain itu, kelompok responden ini berpandangan bahwa kartu kredit merupakan alat pembayaran yang mudah dan praktis. Delapan orang diantara mereka juga menilai kartu kredit pemicu perilaku konsumtif dan alat untuk berhutang (Tabel 3) Motivasi, Persepsi/Sikap dan Perilaku Kepemilikan Responden Pemilik Kartu Kredit Kelompok responden yang memiliki kartu kredit sebagian besar beralasan bahwa mereka memerlukan kartu kredit karena alasan keamanan atau mereka tidak harus membawa uang tunai (70 persen), disamping karena adanya kebutuhan untuk memiliki kartu kredit. Selain itu alasan lainnya adalah karena mengikuti trend, kebutuhan dalam pergaulan, serta alasan lainnya, seperti hanya ingin cobacoba, karena ditawarkan atau terpaksa, dan karena merasa percaya memiliki kartu kredit yang berlogo IPB (Tabel 5). Motivasi juga digambarkan oleh pihak yang ikut andil dalam memutuskan untuk memiliki kartu kredit. Pada penelitian ini sebagian besar atau 65 persen responden memutuskan untuk memiliki kartu kredit berdasarkan pertimbangan pribadi. Sedangkan responden lain dipengaruhi oleh pihak lain, seperti petugas bank (20 persen), keluarga (10 persen), dan media iklan (5 persen). Hal ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki pertimbangan yang cukup matang dalam mengambil keputusan untuk memiliki kartu kredit, karena mereka cenderung tidak mudah terpengaruh pihak lain.

67 52 Tabel 5. Motivasi Memiliki Kartu Kredit No Motivasi Jawaban Ya (n = 20) n % 1 Alasan memiliki kartu kredit a. Kebutuhan b. Mengikuti trend 1 5 c. Tergoda iklan 0 0 d. Pergaulan 1 5 e. Tidak harus membawa uang tunai/keamanan f. Alasan lain Pihak yang mempengaruhi untuk memiliki kartu kredit a. Pertimbangan pribadi b. Petugas bank 4 20 c. Keluarga 2 10 d. Relasi/teman 0 0 e. Media iklan Hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih kartu kredit tertentu a. Nama baik bank/penerbitnya b. Murah iuran tahunannya 3 15 c. Mudah proses mendapatkannya 9 45 d. Dapat digunakan ditempat yang luas 8 40 e. Rendah bunganya 7 35 Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan. Sebelum memutuskan untuk memiliki kartu kredit tertentu, sebanyak 50 persen responden mempertimbangkan nama baik bank/penerbitnya. Pertimbangan lain sebagai motivasi mereka yaitu kartu kredit tersebut mudah proses mendapatkannya (45 persen), kartu kredit tersebut dapat digunakan di tempat yang luas (40 persen), rendah bunganya (30 persen), serta murah iuran tahunannya (15 persen). Rata-rata responden menggunakan kartu kredit untuk keperluannya sebanyak satu sampai empat kali per bulan, meskipun demikian ada pula yang menggunakan kartu kredit per bulannya sebanyak lebih dari lima kali. Kartu kredit bagi mereka digunakan untuk membayar beberapa tagihan bulanan yang langsung dibebankan ke kartu kredit (45 persen). Selain itu ternyata kartu kredit cukup menjadi alat pembayaran yang efektif bagi mereka, karena setiap

68 53 pembelian dimana penjual menerima pembayaran dengan kartu kredit cukup dimanfaatkan (40 persen) (Tabel 6). Sebagian besar responden menggunakan kartu kredit dengan nominal rata-rata lebih dari satu juta rupiah. Responden lain menggunakan kartu kredit untuk rata-rata transaksi senilai Rp sampai Rp ,- dan Rp ,- sampai Rp ,- dengan masing-masing persentase sebesar 25 dan 15 persen. Sementara 20 persen lainnya menggunakan kartu kredit untuk nilai transaksi rata-rata Rp ,- sampai Rp ,- (Tabel 6). Hal ini dapat menunjukkan alasan mereka yang menyatakan bahwa kartu kredit merupakan kebutuhan dan untuk faktor keamanan, karena penggunaan kartu kredit, rata-rata dilakukan untuk transaksi dengan nilai yang cukup tinggi. Sedangkan, untuk transaksi yang cukup terjangkau dapat mereka lakukan melalui cash saja. Tabel 6. Frekuensi Pemakaian Kartu Kredit No Frekuensi Pemakaian Kartu Kredit Jawaban Ya (n = 20) n % 1 Perkiraan rata-rata per bulan menggunakan kartu kredit a. 1 2 kali 7 35 b. 3 4 kali 7 35 c. 5 6 kali 3 15 d. lebih dari 6 kali Kapan menggunakan kartu kredit a. Setiap pembelian, jika penjual menerima pembayaran dengan kartu kredit 8 40 b. Hanya kalau tidak tersedia uang tunai 7 35 c. Keadaan terpaksa 3 15 d. Beberapa tagihan bulanan (seperti telepon) langsung 9 45 dikenakan ke kartu kredit 3 Rata-rata transaksi menggunakan kartu kredit senilai : a. kurang dari Rp ,- 0 0 b. Rp s/d Rp c. Rp s/d Rp d. Rp s/d Rp e. lebih dari Rp Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan, keculai point 1 dan 3.

69 54 Penggunaan kartu kredit bagi seluruh responden digunakan untuk keperluan keluarga/pribadi. Namun, ada juga yang menggunakannya untuk keperluan kantor/bisnis. Untuk keperluan keluarga/pribadi, mereka lebih banyak menggunakan untuk berbelanja keperluan sehari-hari (75 persen). Selain itu, juga untuk pembelian barang-barang tahan lama (65 persen), pembelian tiket/hotel (55 persen), serta untuk pembelian dan pembayaran lain. Sedangkan tempat yang biasa dijadikan tempat transaksi dengan kartu kredit yaitu di supermarket/mall, juga tempat-tempat lainnya (Tabel 7). Hal ini menandakan responden cukup maksimal memanfaatkan fasilitas-fasilitas atas kepemilikan kartu kredit mereka, dimana mereka mendapat kemudahan dan fasilitas di berbagai tempat untuk melakukan transaksi pembayaran non-cash. Tabel 7. Penggunaan Kartu Kredit No Penggunaan Kartu Kredit Jawaban Ya (n = 20) n % 1 Menggunakan kartu kredit untuk : a. Keperluan keluarga/pribadi b. Keperluan kantor/bisnis Keperluan pribadi/keluarga yang menggunakan kartu kredit a. Berbelanja keperluan sehari-hari b. Pembelian barang tahan lama c. Pembelian sepatu, kosmetik, pakaian d. Pembelian peralatan hobi 4 20 e. Pembelian kartu isi ulang/telepon 2 10 f. Pembelian tiket/hotel g. Pembayaran rumah sakit 5 25 h. Pembayaran rekening listrik 7 35 i. Pembayaran rekening telepon 8 40 j. Pembayaran air minum Tempat menggunakan kartu kredit a. Supermarket/Mall b. Pasar 1 5 c. Hotel d. Bandara e. Taman hiburan 3 15 f. Lainnya (Restoran, Rumah Sakit, Interner, book store ) 5 25 Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan.

70 55 Tabel 8. Pembayaran Kartu Kredit No Pembayaran Kartu Kredit Jawaban Ya (n = 20) n % 1 Setiap tagihan kartu kredit, biasanya (rata-rata) dibayar sebesar a. Tidak sama sekali 0 0 b. 1 % sampai < 10 % 0 0 c. 10 % sampai < 25 % 0 0 d. 25 % sampai < 50 % 2 10 e. 50 % sampai < 75 % 2 10 f. 75 % sampai 99 % 1 5 g. lunas 100 % a Dalam 6 bulan terakhir, apakah pernah terkena denda Ya 4 20 akibat terlambat membayar tagihan? Tidak b Jika pernah, berapa kali? (n = 4) a. 1 2 kali b. 3 4 kali c. 5 6 kali c Penyebab terkena denda a. Lupa tanggal jatuh tempo pembayaran 3 75 b. Tidak sempat melakukan transaksi pembayaran 3 75 c. Lainnya 0 0 Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan, keculai point 1, 2a, dan 2b. Tagihan kartu kredit setiap bulannya rata-rata dibayar lunas oleh responden (75 persen), meskipun ada sebagian lain yang memanfaatkan status kredit dalam memenuhi kewajiban mereka. Dalam periode enam bulan terakhir, sebelum pengisian kuisioner, ada empat responden yang pernah terkena denda dengan frekuensi yang sedikit, yaitu sekitar satu sampai dua kali saja. Penyebabnya karena mereka lupa tanggal jatuh tempo dan atau karena tidak sempat melakukan transaksi pembayaran (Tabel 8). Hal ini tentunya karena aktivitas mereka yang padat. Tabel 9. Jumlah Kepemilikan Kartu Kredit Jumlah Kartu Kredit Jawaban Ya (n = 20) n % Jumlah kartu kredit yang dimiliki a. 1 buah 9 45 b. 2 buah 4 20 c. 3 buah 4 20 d. 4 buah 2 10 e. lebih dari 4 buah 1 5 Catatan : jawaban ya dapat lebih dari satu pilihan, keculai point 1.

71 56 Rata-rata responden hanya memiliki satu buah kartu kredit saja, meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari satu (Tabel 9). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan serta faktor kemampuan dalam mengelola kartu kredit mereka masingmasing agar tidak terjebak dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Kartu Kredit Analisis crosstabs dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor penentu kepemilikan kartu kredit. Dari hasil keluaran case prosesing summary SPSS 13 menunjukan bahwa seluruh 47 data diproses (tidak ada data yang missing atau hilang). Hal ini berarti data yang digunakan memiliki tingkat ketepatan (valid) sebesar 100 persen (Lampiran 1). Tabel 10. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Usia Kepemilikan KK Usia th th th > 54 th Total n % n % n % n % n % Tidak Memiliki KK 10 62, , ,4 Memiliki KK 6 37, , ,6 Total Sebaran menurut usia responden yang memiliki kartu kredit dan tidak memiliki kartu kredit cukup bervariasi (Tabel 10). Responden dengan usia lebih dari 45 tahun merupakan kelompok terbanyak yang memiliki kartu kredit. Sedangkan kelompok responden yang tidak memiliki kartu kredit terbanyak, berada pada kelompok usia dibawah 45 tahun. Untuk chi square test atau uji taraf nyata parameter, menunjukkan bahwa variabel usia memiliki hubungan yang nyata (p < 0,1) dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 7). Analisis crosstab

72 57 menunjukkan responden dengan usia lebih tua cenderung memiliki kartu kredit (Tabel 10). Tabel 11. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pendapatan Rata- Rata per Bulan Kepemilikan KK Pendapatan Rata-Rata per Bulan (Rp) 1-2 jt 2-3 jt 3-4 jt 4-5 jt > 5 jt Total n % n % n % n % n % n % Tidak Memiliki KK 5 83, ,5 5 71,4 6 37, ,4 Memiliki KK 1 16, ,5 2 28, , ,6 Total Variabel pendapatan rata-rata per bulan digambarkan pada Tabel 11. Responden terbanyak yang memiliki kartu kredit, memiliki total pendapatan ratarata per bulannya lebih dari lima juta rupiah. Sedangkan responden terbanyak yang tidak memiliki kartu kredit, memiliki total pendapatan rata-rata per bulannya antara satu sampai dua juta rupiah. Dari hasil chi square test, total pendapatan rata-rata per bulan nyata mempengaruhi (p < 0,1) atau memiliki hubungan yang nyata dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 8). Hal ini sesuai dengan penelitian Chairani (1998) dan Marlina (2002) yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan kepemilikan kartu kredit. Tabel 12. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pengeluaran Rata- Rata per Bulan Kepemilikan KK Pengeluaran Rata-Rata per Bulan (Rp) < 1-2 jt 2-3 jt 3-4 jt 4-5 jt > 5 jt Total n % n % n % n % n % n % Tidak Memiliki KK 8 66, , , ,4 Memiliki KK 4 33, , , ,6 Total Responden dengan total pengeluaran rata-rata per bulannya lebih dari lima juta rupiah yang memiliki kartu kredit lebih banyak dibandingkan responden yang

73 58 tidak memiliki kartu kredit. Sedangkan, responden yang tidak memiliki kartu kredit di dominasi oleh responden dengan tingkat total pengeluaran-rata-rata perbulannya antara empat sampai lima juta rupiah. Dari uji taraf nyata menunjukkan variabel ini pun memiliki hubungan yang nyata (p < 0,1) terhadap kepemilikan kartu kredit (Lampiran 9). Tabel 13. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Tabungan Rata- Rata per Bulan Kepemilikan KK Tabungan Rata-Rata per Bulan (Rp) < 1 jt 1-2 jt > 2 jt Total n % n % n % n % Tidak Memiliki KK ,1 1 11, ,4 Memiliki KK ,9 8 88, ,6 Total Responden dengan tabungan rata-rata per bulan lebih dari dua juta rupiah, cenderung memiliki kartu kredit. Sedangkan responden dengan tabungan rata-rata per bulannya kurang dari sama dengan satu juta rupiah lebih banyak memilih tidak memiliki kartu kredit. Begitu juga responden dengan tabungan rata-rata per bulannya antara satu sampai dua juta rupiah, lebih banyak yang tidak memiliki kartu kredit (Tabel 13). Hasil chi square test variabel tabungan rata-rata per bulan, menunjukkan variabel ini nyata mempengaruhi atau memiliki hubungan yang nyata (p < 0,1) dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 10). Tabel 14. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Lama Bekerja Kepemilikan KK Lama Bekerja Total 1-10 th th th > 30 th n % n % n % n % n % Tidak Memiliki KK 10 66, , ,4 Memiliki KK 5 33,3 5 27, ,6 Total Persentase jumlah anggota keluarga yang memiliki kartu kredit dan yang tidak memiliki kartu kredit, cukup tersebar secara merata. Untuk responden yang

74 59 tidak memiliki kartu kredit lebih banyak yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 3 sampai 4 orang (64,7 persen). Sedangkan untuk responden yang memiliki kartu kredit, lebih banyak yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang (Lampiran 2). Dari uji taraf nyata dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata (p < 0,1) dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 11). Lama bekerja responden yang memiliki kartu kredit, persentase terbesarnya pada kelompok lama bekerja lebih dari 30 tahun. Sedangkan untuk responden yang tidak memiliki kartu kredit memiliki rata-rata lama bekerja antara 11 sampai 20 tahun (Tabel 14). Hasil chi square test variabel ini menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara lama bekerja dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 12). Rata-rata tingkat pendidikan responden adalah S2 dan S3 dengan masingmasing berjumlah 23 responden, sedangkan sisanya berpendidikan S1 (Lampiran 3). Responden dengan tingkat pendidikan tertinggi, paling banyak memiliki kartu kredit (56,5 persen). Sedangkan untuk tingkat pendidikan S1 dan S2, lebih tinggi persentase responden yang tidak memiliki kartu kredit dari pada yang memiliki kartu kredit. Untuk responden yang memiliki kartu kredit didominasi oleh responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 51,7 persen dari pada yang tidak memiliki kartu kredit (Lampiran 4). Responden dengan jenis kelamin perempuan, sebesar 72,2 persen tidak memiliki kartu kredit dan sisanya memiliki kartu kredit.

75 60 Berdasarkan uji taraf nyata atau hubungan antara dua variabel, tidak terdapat hubungan nyata (p > 0,1) antara tingkat pendidikan dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 13). Begitu pula untuk variabel jenis kelamin dilihat dari hasil chi square test, tidak terdapat hubungan nyata (p > 0,1) antara jenis kelamin dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 14). Tabel 15. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pekerjaan Lain Pekerjaan Lain Kepemilikan KK Tidak Punya Pek. Lain Punya Pek. Lain Total n % n % n % Tidak Memiliki KK , ,4 Memiliki KK , ,6 Total Tabel 15 memperlihatkan hubungan silang antara kepemilikan kartu kredit dengan pekerjaan lain, dimana responden yang memiliki perkerjaan lain lebih banyak memiliki kartu kredit dari pada tidak memiliki kartu kredit. Sebaliknya, responden yang tidak memiliki pekerjaan lain lebih banyak yang tidak memiliki kartu kredit. Hasil chi square test menunjukkan terdapat hubungan yang nyata (p < 0,1) antara pekerjaan lain dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 16). Responden yang memiliki kedudukan struktural, lebih banyak yang memiliki kartu kredit dari pada tidak memiliki kartu kredit. Sebaliknya, responden yang tidak memiliki kedudukan struktural, lebih banyak yang tidak memiliki kartu kredit dari pada memiliki kartu kredit (Lampiran 5). Begitu pula responden yang memanfaatkan teknologi internet untuk banking service, lebih banyak yang memiliki kartu kredit dari pada tidak memiliki kartu kredit, dan sebaliknya (Lampiran 6). Sedangkan dari hasil uji taraf nyata, kedua variabel ini tidak

76 61 memiliki hubungan yang nyata (p > 0,1) dengan kepemilikan kartu kredit (Lampiran 15 dan 17) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Kartu Kredit Model logit yang digunakan dalam penelitian ini bersifat binary dengan variabel tidak bebas bernilai satu (1) untuk peluang memiliki kartu kredit, dan nol (0) untuk peluang tidak memiliki kartu kredit. Variabel bebas yang digunakan sebagai penduga faktor-faktor yang mempengaruhi kartu kredit, adalah usia, total pendapatan rata-rata per bulan, total pengeluaran rata-rata per bulan, tabungan rata-rata per bulan, jumlah keluarga, lama bekerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, kedudukan struktural, pekerjaan lain, dan pemanfaatan teknologi. Hasil terbaik analisis regresi logistik yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan kartu kredit, dilakukan melalui tahap-tahap reduksi, sehingga di dapat model terbaik. Pada penelitian ini, reduksi dilakukan dengan menghilangkan satu per satu variabel yang paling tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen berdasarkan metode maximum likelihood. Sampai akhirnya didapatkan seluruh variabel signifikan sebagai model terbaik. Estimasi tahap awal dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel yang di duga mempengaruhi kepemilikan kartu kredit. Dari hasil estimasi ini didapatkan nilai chi square (df = 11) yang lebih besar dari chi square tabel atau nilai propability (chi square) yang signifikan atau lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen. Maka, secara keseluruhan variabel pada model logit ini

77 62 berpengaruh secara nyata terhadap kepemilikan kartu kredit. Dari sebelas variabel yang diestimasi, variabel usia paling tidak memiliki kontribusi terhadap model, ditunjukkan dengan nilai change in -2 log likelihood terendah, atau memiliki nilai probabilitas (sig. of the change) tertinggi (Tabel 16). Tabel 16. Hasil Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Pertama Model Log Change in -2 Log Sig. of the Variable df Likelihood Likelihood Change USIA -18,047 0, ,786 PDPTN -18,290 0, ,454 PENGEL -18,443 0, ,352 TAB -18,090 0, ,690 KEL -18,525 1, ,310 LMBKJ -18,405 0, ,374 PDDKN -18,063 0, ,744 JK -19,637 3, ,071* STRUK -18,080 0, ,710 PEKLAIN -19,141 2, ,133 TEKN -18,164 0, ,579 Chi Square (df = 11) 28,089 Probability (Chi Square) 0,003 Negelkerke R Square 0,604 Count R Square 80,9 Ket : * Signifikan pada a = 10 % Tahap selanjutnya dalam metode kemungkinan maksimum, dilakukan pereduksian dengan mereduksi variabel yang paling tidak memiliki kontribusi terhadap model, atau dengan mereduksi variabel yang memiliki nilai probabilitas (sign. of the change) paling besar. Sampai akhirnya didapatkan seluruh variabel yang memiliki kontribusi terhadap model, atau signifikan terhadap taraf nyata 10 persen. Variabel yang direduksi pada tahap pertama yaitu variabel usia, tahap kedua pendidikan, ketiga dummy kedudukan struktural pekerjaan, keempat tabungan rata-rata per bulan, kelima dummy teknologi, keenam jumlah anggota keluarga, dan terakhir dummy pekerjaan lain. Model terbaik yang didapat dari

78 63 proses ini adalah model ke delapan dengan empat variabel yang signifikan (Tabel 17). Tabel 17. Proses Reduksi Model Logit Berdasarkan Metode Maximum Likelihood Variable Usia 0,786 Sig. of the change Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Step 5 Step 6 Step 7 Step 8 PDPTN 0,454 0,486 0,469 0,418 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* PENGEL 0,352 0,370 0,355 0,305 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* TAB 0,690 0,728 0,710 0,676 KEL 0,310 0,295 0,210 0,214 0,208 0,205 LMBKJ 0,374 0,123 0,078* 0,046* 0,050* 0,056* 0,026* 0,052* PDDKN 0,744 0,789 JK 0,071* 0,073* 0,070* 0,070* 0,069* 0,078* 0,111 0,028* STRUK 0,710 0,745 0,829 PEKLAIN 0,133 0,128 0,116 0,120 0,116 0,132 0,170 TEKN 0,579 0,608 0,605 0,636 0,649 Ket : * Signifikan pada a = 10 % Model terbaik yang diestimasi memiliki pengaruh yang nyata terhadap peluang kepemilikan kartu kredit. Nilai chi square hitung lebih besar dari nilai chi square tabel dan tingkat signifikansi di bawah taraf nyata, memberi kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu koefisien parameter tidak sama dengan nol atau nyata mempengaruhi kepemilikan kartu kredit. Model ini pun juga telah menjelaskan bahwa variabel-variabel bebas cukup baik untuk menjelaskan vatiabel tak bebasnnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai Negelkerke R-Square, artinya sebesar 53,8 persen peluang variabel bebas dapat menjelaskan variabel tidak bebasnya (Lampiran 19). Hasil reduksi terakhir model ini yaitu terdapatnya empat variabel yang signifikan. Variabel-variabel tersebut adalah pendapatan, pengeluaran, lama

79 64 bekerja, dan dummy jenis kelamin. Signifikansi variabel ini dapat dilihat pada Tabel 18 dengan masing-masing nilai Sig. atau p-value kurang dari 0,1. Untuk memeriksa koefisien dari masing-masing variabel, apakah cukup berperan dalam menentukan peran variabel tersebut terhadap kepemilikan kartu kredit, dilihat dari uji Wald. Hasil output menunjukkan seluruh variabel memiliki nilai Wald yang lebih besar dari nilai Z a/2 atau 0,7088 yang berarti koefisien tersebut tidak sama dengan nol atau memiliki nilai yang dapat mempengaruhi variabel tidak bebasnya. Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Kartu Kredit (Model Terbaik) Variabel Koefisien Wald df Sig. Odds Ratio Pendapatan 3,002e-06 9, ,002 1, Pengeluaran -3,991e-06 8, ,004 0,99 Lama Bekerja 0,108 3, ,081 1,114 Jenis Kelamin -1,991 3, ,049 0,137 Konstanta -1,270 1, ,204 0,281 Chi Square (df = 4) 24,026 Probability (Chi Square) 0,00015 Negelkerke R Square 0,538 Count R Square 76,6 Tanda dari koefisien variabel total pendapatan rata-rata per bulan adalah positif dengan nilai 3,002 x Artinya, semakin tinggi pendapatan, ceteris paribus, akan meningkatkan peluang untuk memiliki kartu kredit. Kesimpulan ini pun diperkuat oleh nilai odds rationya yang lebih dari satu. Tingkat pendapatan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk mengajukan permohonan kartu kredit, karena mereka tidak terkendala. Hal ini sesuai dengan penelitian Marlina (2002) yaitu semakin tinggi penghasilan seseorang, maka semakin besar peluang seseorang untuk memiliki kartu kredit.

80 65 Variabel total pengeluaran rata-rata per bulan, memiliki nilai koefisien sebesar -3,991 x 10-6 dan nilai odds ratio kurang dari satu. Artinya, tingkat pengeluaran rata-rata per bulan yang semakin menurun, ceteris paribus, akan meningkatkan peluang seseorang untuk memiliki kartu kredit. Penurunan tingkat pengeluaran, ceteris paribus, akan memberikan kesempatan besar bagi seseorang untuk mengalokasikan seluruh pendapatannya dengan lebih maksimal untuk pemuasan kebutuhan mereka, termasuk dengan cara kredit. Hal ini tercermin pula pada Tabel 6, dimana pemilik kartu kredit cenderung memanfaatkan kartu kredit mereka untuk transaksi pembayaran dengan nilai tinggi. Variabel ketiga yang signifikan mempengaruhi kepemilikan kartu kredit adalah lama bekerja dengan koefisien sebesar 0,108 bertanda positif. Nilai odds rationya lebih besar dari satu, berarti seseorang yang lama bekerjanya semakin meningkat, ceteris paribus, akan memiliki peluang yang semakin besar untuk memiliki kartu kredit. Penjelasan ini dapat dilakukan melalui pendekatan tingkat pendapatan seseorang, dimana semakin lama bekerja, maka semakin tinggi pengalaman bekerjanya, dan akan meningkat pula pendapatannya akibat adanya peningkatan pangkat atau golongan pegawai negeri mereka. Variabel lainnya yaitu jenis kelamin dengan nilai probabilitas 0,049 yang menunjukkan variabel ini berpengaruh nyata terhadap kepemilikan kartu kredit. Nilai koefisiennya adalah -2,7 dengan odds ratio 0,281. Hal ini berarti responden dengan jenis kelamin laki-laki memiliki peluang 7,29 kali lebih besar untuk memiliki kartu kredit dibandingkan responden perempuan. Kesimpulan ini bagi masyarakat tertentu, seperti dosen sangat beralasan. Karena berbagai aktifitas

81 66 sebagai dosen yang cukup padat di tambah prestasi mereka, banyak yang mencari ilmu atau pun bertugas ke luar kota, bahkan ke luar negeri, sehingga mereka lebih memilih untuk memiliki kartu kredit demi kemudahan dan keamanan dalam transaksi pembayaran. Keadaan ini lebih banyak dialami oleh dosen laki-laki dari pada dosen perempuan, karena dosen perempuan akan lebih memilih berprestasi di lingkungan yang tidak jauh dari keluarga mereka. Daya ramal prediksi model ini menunjukkan sebesar 76,6 persen tepat menggolongkan semua variabel yang diprediksi. Hasil estimasi menunjukan bahwa penggolongan responden yang memiliki nilai variabel tak bebasnya satu (Y=1), memiliki tingkat ketepatan prediksi sebesar 60 persen, atau sebanyak 12 dari 20 responden yang memiliki kartu kredit tepat di prediksi memiliki kartu kredit. Sedangkan untuk variabel tak bebas dengan nilai nol (Y=0) memiliki tingkat ketepatan prediksi sebesar 88,9 persen, atau sebanyak 24 dari 27 responden yang tidak memiliki kartu kredit tepat di prediksi, sedangkan responden lainnya diprediksi memiliki kartu kredit. Output casewise list pun tepat memprediksi secara keseluruhan pengklasifikasian yang tepat sebesar 76,6 persen, atau hanya 33,4 persen kasus tidak terklasifikasi dengan tepat (Lampiran 20) Pandangan Responden Terhadap Trend Less Cash Society Less cash society adalah trend dimana suatu masyarakat tidak lagi menggunakan cash untuk melakukan transaksi pembayaran. Trend ini sudah cukup berkembang di negara-negara maju. Sebagai negara berkembang, tentunya secara perlahan trend ini akan merambah negara kita. Hal ini sudah cukup terlihat

82 67 dari semakin meningkatnya nilai dan volume transaksi menggunakan kartu di Indonesia (Lampiran 18). Lebih dari itu, jumlah penerbit kartu pembayaran pun terus meningkat, mengingat besarnya potensi perkembangan alat pembayaran menggunakan kartu di Indonesia (Gambar 6). Sumber : Bank Indonesia, 2005 Gambar 6. Jumlah Penerbit Kartu Kredit, ATM, dan Debet Namun demikian peluang pertumbuhan pembayaran non tunai yang cukup besar tersebut masih menghadapi berbagai kendala. Permasalahan utama menyangkut pengembangan sistem pembayaran di Indonesia adalah kurangnya informasi lengkap mengenai peta potensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Permasalahan lainnya adalah keterbatasan alat pembayarannya sendiri, ketersediaan lembaga penyedia jasa pembayaran non tunai yang masih terbatas baik dari sisi macam, jumlah maupun penyebarannya serta infrastruktur pendukung alat pembayaran, seperti jaringan telekomunikasi dan dukungan teknologi yang belum memadai. Sedangkan dari segi aspek kemasyarakatan terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap metode pembayaran secara non tunai yang masih rendah. Selain itu, kepastian hukum pembayaran non tunai secara elektronik juga masih

ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H

ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H ANALISIS PREFERENSI DOSEN TERHADAP KARTU KREDIT OLEH NUR ASYIAH JALIL H 14103115 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN NUR ASYIAH JALIL. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan kartu tersebut terjadi pada tahun 1950-an. Hal ini dialami oleh seorang pengusaha terkenal asal Amerika

Lebih terperinci

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat)

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) OLEH: ELLY EROSA H 14103108 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) OLEH RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H14104072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Disatu sisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAN PREFERENSI MASYARAKAT DALAM BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL OLEH DEVI NURMALASARI H14103018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA OLEH ZAINAL MUTTAQIN H14102105 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi

I. PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun terutama setelah krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergantung pada sektor konsumsi. Ketika ekonomi tumbuh 4% (2003), konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK Di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK Di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK Di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat OLEH SRIDAWATI H14102014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha memacu dirinya untuk berkembang, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK DAN DAYA SUBSTITUSI TRANSAKSI NON TUNAI ELEKTRONIK TERHADAP TRANSAKSI TUNAI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK DAN DAYA SUBSTITUSI TRANSAKSI NON TUNAI ELEKTRONIK TERHADAP TRANSAKSI TUNAI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PEMBAYARAN ELEKTRONIK DAN DAYA SUBSTITUSI TRANSAKSI NON TUNAI ELEKTRONIK TERHADAP TRANSAKSI TUNAI INDONESIA OLEH SIERA ROSSA SITORUS H14102004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kartu kredit bisa dibilang sudah di mulai pada tahun 1900-an

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kartu kredit bisa dibilang sudah di mulai pada tahun 1900-an BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah kartu kredit bisa dibilang sudah di mulai pada tahun 1900-an tepatnya di negara Amerika Serikat di mana kartu kredit ini sudah dipergunakan sebagai sebuah kartu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini di Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini di Indonesia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan saat ini di Indonesia mempunyai korelasi positif dengan kondisi perekonomian secara umum. Dengan demikian, industri perbankan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan berkembang semakin kompleks dengan segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan berkembang semakin kompleks dengan segala bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia perbankan berkembang semakin kompleks dengan segala bentuk penyempurnaan kebijakan mengikuti perubahan undang undang yang berlaku. Salah satu implementasinya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN RETAIL KECIL DALAM MENERIMA SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN RETAIL KECIL DALAM MENERIMA SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia) 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN RETAIL KECIL DALAM MENERIMA SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK (Studi Kasus Lima Propinsi di Indonesia) OLEH RAUDHATUL FEBRIYENNY H14102045 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang selalu dibutuhkan manusia dalam kegiatan ekonomi. Uang telah lama digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, namun penggunaan uang tunai dirasa memberikan banyak

Lebih terperinci

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14 / 2 /PBI/ 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/11/PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya. berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha

BAB l PENDAHULUAN. Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya. berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha BAB l PENDAHULUAN I I. Latar Belakang Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha memacu dirinya untuk berkembang, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Kartu Plastik

STIE DEWANTARA Manajemen Kartu Plastik Manajemen Kartu Plastik Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 7 Pengertian Merupakan kartu yang dikeluarkan/diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan selain bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan berbagai sarana pembayaran, mulai dari cara yang paling tradisional, sampai dengan cara

Lebih terperinci

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara Salah satu tugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.23/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3/2004 adalah mengatur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Alat Pembayaran. Kartu. Penyelenggaraan. Perizinan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5000) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen perlu dilakukan

Lebih terperinci

A. JENIS KARTU PLASTIK BERDASARKAN FUNGSINYA

A. JENIS KARTU PLASTIK BERDASARKAN FUNGSINYA msnbcmedia3.msn.com TUJUAN PENGAJARAN: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian kartu plastik 2. Mengidentifikasi jenis kartu plastik berdasarkan fungsinya 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia berperan dalam hal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1 ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh GILMAN PRADANA NUGRAHA H14103024 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini saling bersaing untuk meningkatkan pelayanannya. Bank sebagai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini saling bersaing untuk meningkatkan pelayanannya. Bank sebagai perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan khususnya bank pada saat ini saling bersaing untuk meningkatkan pelayanannya. Bank sebagai perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini mayarakat hidup di masa yang serba praktis dan canggih, di mana semuanya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan cenderung instan. Gaya hidup seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang kehidupanya, oleh karena itu jenis pembayaran berubah dari waktu ke waktu agar lebih lancar, efisien,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan aktifitas, khususnya dalam kegiatan sehari-hari. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan aktifitas, khususnya dalam kegiatan sehari-hari. Dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, perkembangan di bidang teknologi berjalan dengan sangat pesat. Banyak kemajuan di bidang teknologi yang sangat mempermudah pekerjaan manusia. Mengikuti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14 / 2 /PBI/ 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/11/PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi telah memberi dampak yang signifikan terhadap perkembangan layanan jasa perbankan. Jika dahulu nasabah harus berkunjung ke bank setiap kali akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat menyebabkan ketatnya persaingan diantara produsen-produsen perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pesat menyebabkan ketatnya persaingan diantara produsen-produsen perbankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan perekonomian dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan ketatnya persaingan diantara produsen-produsen perbankan penyedia kartu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kartu kredit adalah fasilitas yang dikeluarkan untuk perbankan untuk melakukan pembayaran tanpa perlu menggunakan uang tunai, sehingga jika dilakukan transaksi,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it

BAB I PENDAHULUAN an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit mulai dikenal pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it dan diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Loyalitas nasabah menjadi hal yang sangat diharapkan pelaku bisnis perbankan. Nasabah yang puas dan setia tidak akan ragu untuk menjadi penyebar kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang bertujuan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan lainnya. Menurut undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu alternatif pembayaran yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu alternatif pembayaran yang digunakan dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Turban et al., (2009), salah satu bentuk revolusi pembayaran adalah penggunaan kartu dan pembayaran elektronik yang menggantikan penggunaan uang tunai dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H14104049 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS LEADING INDICATOR UNTUK PAJAK DI INDONESIA OLEH SINTA AGUSTINA H

ANALISIS LEADING INDICATOR UNTUK PAJAK DI INDONESIA OLEH SINTA AGUSTINA H ANALISIS LEADING INDICATOR UNTUK PAJAK DI INDONESIA OLEH SINTA AGUSTINA H14104030 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SINTA AGUSTINA. H14104030.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini terlihat cukup baik di semua sektor ekonomi. Badan Usaha Milik Negara maupun badan usaha milik swasta atau badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut UU Perbankan No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,

Lebih terperinci

Bab 5. Pengelolaan Uang Tunai

Bab 5. Pengelolaan Uang Tunai Bab 5 Pengelolaan Uang Tunai Tujuan Pembelajaran 1. Memahami alat pengelolaan uang tunai dan penyedia layanan keuangan 2. Memahami aspek penting dari electronic banking 3. Menjelaskan berbagai bentuk layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut BAB I PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian dunia yang dewasa ini sedang mengalami perubahan pesat yang cukup mendasar menuju kepada sistem ekonomi global yang lebih efektif dan efisien. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO UJANG SUMARWAN KIRBRANDOKO

RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO UJANG SUMARWAN KIRBRANDOKO RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO, 2005. Preferensi Nasabah Terhadap Layanan ATM Implikasinya Bagi Rekomendasi Pemasaran. Dibawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan KIRBRANDOKO. Bisnis consumer banking merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) OLEH TYAS KUMALA PUTERI H14103071 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB XI TEKNOLOGI PERBANKAN

BAB XI TEKNOLOGI PERBANKAN BAB XI TEKNOLOGI PERBANKAN A. Indikator Teknologi Sistem Informasi Perbankan Indikator teknologi sistem informasi perbankan yaitu: 1. Platform perangkat computer (main frame, minicomputer, PC LAN) 2. Media

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan teknologi yang tumbuh pesat, tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah satunya adalah sistem pembayaran dengan kartu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KREDIT PT. BPR X OLEH UJANG JAYA SUKENDAR H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KREDIT PT. BPR X OLEH UJANG JAYA SUKENDAR H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KREDIT PT. BPR X OLEH UJANG JAYA SUKENDAR H14102015 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Ungkapan pembeli adalah raja, mungkin tepat untuk menggambarkan keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang sedang diperebutkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan tidak hanya berfokus tentang bagaimana perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada pembelinya. Namun sekarang cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar bank saat ini semakin ketat. Saat ini, tumbuh dan berkembangnya bank tidak hanya ditandai dengan banyaknya kantor cabang yang dibuka tetapi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN KARTU KREDIT VISA BNI 46 SURABAYA

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN KARTU KREDIT VISA BNI 46 SURABAYA PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN KARTU KREDIT VISA BNI 46 SURABAYA (Studi Kasus Pada Konsumen Pengguna Kartu Kredit Visa BNI 46 Di Graha Pangeran Surabaya) S K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat oleh banyaknya produsen yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat oleh banyaknya produsen yang terlibat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat oleh banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN UMUM 1.1. A. Tujuan Pelaporan

PENJELASAN UMUM 1.1. A. Tujuan Pelaporan 1.1 PENJELASAN UMUM A. Tujuan Pelaporan Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen, salah satu tugasnya adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Agar tugas tersebut dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kartu kredit merupakan salah satu jenis produk yang ditawarkan bank dan merupakan salah satu jenis pelayanan pembiayaan. Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam memajukan perekonomian negara, perbankan mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini karena bank mempunyai fungsi utama untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong pergerakan kegiatan ekonomi untuk bergerak semakin cepat. Untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut di perlukan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN FEE HASANAH CARD DENGAN BUNGA KARTU KREDIT KONVENSIONAL PADA BANK NEGARA INDONESIA PERIODE JANUARI 2012- JANUARI 2013 NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : 23210831 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pola hidup konsumtif kini menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. Ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pola hidup konsumtif kini menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. Ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pola hidup konsumtif kini menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. Ini dapat ditandainya dengan fenomena yang terjadi salah satunya adalah kartu kredit sudah

Lebih terperinci

CREDIT CARD. 2 Bank Penerbit 1. Card Holder Merchant. 4 Gb: Mekanisme teransaksi kartu kredit tanpa acquirer

CREDIT CARD. 2 Bank Penerbit 1. Card Holder Merchant. 4 Gb: Mekanisme teransaksi kartu kredit tanpa acquirer CREDIT CARD Jenis Kartu Plastik berdasarkan fungsinya: 1. Kartu Kredit (Credit Card) 2. Charge Card 3. Kartu Debet (Debit Card) 4. Cash Card 5. Check Guarantee Card Mekanisme Transaksi Kartu Kredit 2 Bank

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1 Pencegahan dan Penanganan Kejahatan Pada Layanan Perbankan Elektronik Ronald Waas 1 Yang saya banggakan, Ketua Umum dan Jajaran Pengurus Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Para Pembicara dari Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang tidak terlepas dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH EDI SUMANTO H14102021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN EDI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/52/PBI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/52/PBI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/52/PBI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun 2009-2011: Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi Noversyah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma nover@staff.gunadarma.ac.id Abstrak Uang

Lebih terperinci

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan menarik uang dari masyarakat

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1997-1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah

Lebih terperinci

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang BAB III TAGIHAN ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT MELALUI INTERNET BANKING YANG TIDAK SESUAI DENGAN TAGIHAN YANG SEBENARNYA A. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Electronic Bill Presentment And Payment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan informasi dan teknologi yang pesat serta era globalisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem perekonomian, baik ekonomi makro maupun mikro. Di antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan inovasi produk dan jasa perbankan dalam satu dekade terakhir ini memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Munculnya era globalisasi pada abad ke-21 ini menyebabkan dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Terutama dalam hal perkembangan teknik komputer

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sektor perbankan seperti Bank Indonesia berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum secanggih saat ini. Awalnya masyarakat memunuhi kebutuhannya. logam dan sampai lah ke tahap penetapan uang kertas.

BAB I PENDAHULUAN. belum secanggih saat ini. Awalnya masyarakat memunuhi kebutuhannya. logam dan sampai lah ke tahap penetapan uang kertas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Transaksi ekonomi telah berevolusi berabad-abad lamanya dan dapat dikatakan sangat pesat baik dalam kegiatan transaksinya maupun faktorfaktor pendukungnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran. Instrumen pembayaran saat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan non-tunai. Instrumen

Lebih terperinci