BAB II. DATA dan ANALISA. Data-data yang ada diperoleh melalui: Sastra peranakan Tionghoa (Melayu-Tionghoa) yang tumbuh dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. DATA dan ANALISA. Data-data yang ada diperoleh melalui: Sastra peranakan Tionghoa (Melayu-Tionghoa) yang tumbuh dan"

Transkripsi

1 6 BAB II DATA dan ANALISA 2.1 Data Data-data yang ada diperoleh melalui: Studi Pustaka Interview Survei Lapangan Literatur dari internet Sastra Peranakan Tionghoa Sastra peranakan Tionghoa (Melayu-Tionghoa) yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sebenarnya digolongkan dalam kesusastraan etnis. Sastra Melayu Tionghoa muncul dan hidup berdampingan dengan sastra etnis Jawa dan sastra etnis Sunda. Kasus sastra Jawa waktu itu sekitar tahun 1850 sampai 1900 menggunakan media bahasa daerah dan cerita yang dilukiskan berlatar budaya Jawa. Demikian juga kesusastraan Sunda dengan latar sosial budaya Sunda yang sangat kental. Dari tiga sastra etnis itu -- Jawa, Sunda dan Tionghoa -- yang paling cepat dan pesat mencapai bentuk sastra modern adalah Sastra Melayu Tionghoa. Hal ini disebabkan kesusastraan Jawa dan Sunda berakar pada kebudayaannya masing-masing dan sulit dipahami oleh masyarakat di daerah lain. Berbeda dengan sastra Melayu Tionghoa yang menggunakan

2 7 bahasa Melayu rendah, penyebarannya sangat luas di masyarakat, sebab waktu itu bahasa Melayu telah menjadi bahasa pergaulan. Masyarakat Tionghoa di Indonesia tidak memiliki tradisi kebudayaan yang kuat. Masyarakat Tionghoa ini adalah kaum imigran yang datang dari Cina. Keturunan mereka yang lahir dan besar di Indonesia makin lama makin tidak menguasai bahasa Cina dan kebudayaan nenek moyangnya. Warga etnis Tionghoa ini tinggal di kota-kota sehingga pengaruh kebudayaan modern semakin dirasakan. Pengaruh inilah yang kemudian melahirkan karya-karya sastra yang berkisah seputar pengaruh Barat dipadu dengan budaya Tiongkok serta budaya lokal, sebagai cermin masyarakat waktu itu. Masuknya kebudayaan Barat berpengaruh banyak pada warga Tionghoa waktu itu, sebab mereka sendiri tidak menguasai budaya Jawa dan seni. Di samping itu, sistem pemerintahan kolonialisme Belanda turut mempercepat pembauran budaya itu. Pemerintah kolonial zaman itu membagi penduduk Indonesia atas tiga golongan. Golongan pertama adalah masyarakat Eropa (Belanda) yang ada di Indonesia. Golongan kedua, masyarakat Tionghoa dan Timur Asing lainnya. Masyarakat pribumi ditempatkan sebagai golongan ketiga atau masyarakat terendah. Pembagian seperti itu memberi peluang lebih besar bagi masyarakat Tionghoa untuk lebih dekat dengan kekuasaan kolonial. Di samping itu, kehadiran warga ini sangat diharapkan karena pintar dalam soal berdagang. Sedangkan masyarakat pribumi menjadi semakin tertindas, terlebih lagi sebagai masyarakat jajahan. Penataan sistem politik dan ekonomi itu juga berimbas pada kebudayaan.

3 8 Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu. Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu awal perkembangan bahasa Indonesia. Sastra Indonesia Modern yang dimulai tahun 1920-an memiliki kemiripan dengan tema-teman dalam sastra Melayu Tionghoa. Sastra etnis Tionghoa ini yang lebih awal menerima pengaruh kebudayaan Eropa, akhirnya dijumpai juga pada kesusastraan Indonesia modern. Bahkan beberapa sarjana menilai, sastra Melayu Tionghoa banyak memberikan pengaruh kepada sastra Indonesia Modern. Sarjana John B. Kwee dalam disertasinya yang berjudul "Chinesse Malay Literature of The Peranakan Chinese in Indonesia " seperti dikutip (Faruk dkk, 200:40-42), menyebutkan banyak pengaruh sastra peranakan Tionghoa dijumpai dalam sastra Indonesia, seperti tampak dalam cerita penyerahan penebusan "Sitti Nurbaya" atas utang ayahnya dipengaruhi oleh "Allah yang Toelen" karya Om Kim Tat. Roman "Percobaan Setia" sama dengan "Saltima" karya Tio Ie Soei. Roman "Salah Asuhan" sama dengan karya Njoo Cheong Seng yang berjudul "Nona Olanda sebagai Istri Tionghoa". "Salah Pilih" sama dengan karya Tan Boen Kim yang berjudul "Nona Iam Im". Dalam cerita ini terdapat tokoh wanita yang bepekerti buruk karena telah mengecap pendidikan Belanda. Dalam proses itu, sastra peranakantionghoa memberi

4 9 makna yang mendalam. Karya sastra ini sebetulnya memiliki kelebihan dengan corak bahasa Mandarin atau dialeknya yang memiliki pemahaman lebih dalam terhadap deskripsi suasana, bau wewangian, dan rasa, seperti tergambar dalam karya Kwee Tek Hoay. Kedalaman makna dalam deskripsi keindahan alam adalah salah satu contoh kelebihan sastra peranakan Tionghoa. Itu merupakan kelebihan yang dimiliki pengarang berlatar budaya Tionghoa yang menjadi masukan berharga dalam sastra Nusantara. Karya sastra Melayu-Tionghoa juga penting untuk diterima masyarakat karena makna mendalam yang dimilikinya. Karya klasik ala Kwee Tik Hoay banyak berpesan tentang ketaatan perempuan, kembali pada nilai keluarga, dan terutama menghapus kecurigaan antarkelompok dan persoalan agama. Ini sangat sesuai dengan konteks Indonesia yang sedang kita jalani. Setelah Perang Pacific masa produktif pengarang keturunan Tionghoa telah lewat. Sesudah tahun 1945, bahasa Indonesia mulai resmi dan berkembang pesar. Para pengarang peranakan yang tidak dapat mengikuti perkembangan ini menjadi ketinggalan zaman dan timbul jurang pemisah antara mereka dan para pembaca. Beberapa surat kabar seperti Sin Po dan Keng Po masih teruskan usahanya tetapi pada awal enam puluhan juga diberhentikan. Pada masa Orde Baru, segala sesuatu yang berbau Tionghoa dihilangkan. Pada masa inilah sastra peranakan benar-benar tenggelam dan terlupakan. Seiring dengan bergantinya kekuasaan dari Orde Baru ke Orde Reformasi, kebudayaan peranakantionghoa yang ada di Indonesia pun perlahan diangkat ke permukaan dan diperkenalkan kepada saudara-saudaranya sebangsa yang berasal dari etnis lain. Karya sastra peranakan Tionghoa sebetulnya sudah muncul

5 10 terlebih dahulu dibanding karya sastra angkatan pujangga lama dan pujangga baru. Akibat kebijakan politik yang meniadakan kebudayaan peranakan ini, membuat karya-karya sastrawan peranakan Tionghoa kurang dikenal di negerinya sendiri. Kini hanya sedikit pengarang keturunan Tionghoa yang masih aktif menulis. Tulisan mereka sebenarnya tidak masuk kategori ini, karena mereka menulis dalam bahasa Indonesia dan tidak lagi memakai bahasa Melayu Tionghoa. Alm. Kho Ping Hoo terkenal dengan cerita-cerita silatnya. Beliau sangat produktif dan daftar karyanya mencapai hampir dua ratus judul, di antaranya ada beberapa cerita bukan silat. Yang unik ialah bahwa ia tidak menterjemahkan dan juga tidak menyadur cerita silat dari bahasa Tionghoa tetapi membuat karya ciptaan sendiri dengan setting di Tiongkok dan Indonesia zaman dahulu. Marga T. dan Mira W. adalah dua pengarang wanita yang sangat produktif dan karya-karya mereka sangat dinikmati oleh pembaca-pembaca seluruh Indonesia Sastrawan Peranakan Tionghoa Kwee Tek Hoay Kwee Tek Hoay ( ) (KTH) lahir di Bogor 1885, hidup pada masa di mana pendidikan susah didapat. Setelah putus sekolah, beliau membantu ayahnya menjajakan tektil dari rumah ke rumah dengan mengayuh sepeda. Keluarganya tetap menganggap bahwa pendidikan penting bagi putera-puterinya untuk maju dan memberinya kesempatan belajar bahasa Belanda dan Inggris.

6 11 KTH mengawali karirnya di bidang jurnalistik, kemudian menterjemahkan berbagai karya-karya asing ke dalam bahasa Melayu agar orang yang tak berkesempatan belajar bahasa asing pun dapat membaca buku. Beliau pernah mendirikan majalahnya sendiri untuk menyuarakan pendapatnya yang tak jarang mengundang kontroversi. KTH amat kritis di bidang pendidikan. Gagasannya bahwa sekolah yang ideal adalah sekolah yang menitik beratkan pendidikan pada kebudayaan leluhur, kesenian dan peran praktik. Terlebih untuk kaum perempuan yang pada masanya mendapatkan posisi yang terjepit antara budaya dan tradisi. Ia pun menyajikan cerita-cerita roman yang menyemangati dan mengispirasi kaum perempuan untuk tidak salah memilih jalan hidup, agar lebih berani menyuarakan hatinya. KTH menulis karya sastra, kehidupan sosial, dan agama masyarakat Tionghoa peranakan. Karyanya yang terkenal diantaranya adalah Bunga Roos dari Tjikembang, Atsal Moelanja Timboel Pergerakan Tionghoa di Indonesia, dan Drama dari Krakatau. Kesuskesan KTH sebagai penulis novel dan drama terlihat pada penulisannya yang selalu disesuaikan dengan konteks zaman. Ia juga banyak mengadaptasi karya-karya luar kemudian ditulisnya sesuai dengan latar belakang masyarakat Indonesia. Beliau juga menulis tentang agama dengan dasar pemikiran yang humanist, komparatif dan historis. KTH memimpin redaksi Moestika Romans ( ), majalah Tionghoa peranakan yang berbobot pada masa itu. Tulisannya "Atsal Moelanja Timboel Pergerakan Tionghoa di Indonesia" yang merupakan

7 12 serial dalam Moestika Romans edisi Agustus Januari 1939 telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh sinolog terkemuka Lea E. Williams dengan judul "The Origins of the Modern Chinese Movement in Indonesia" Sebelum meninggal KTH banyak bergerak di bidang Tridarma, yaitu ajaran keagamaan menggabungkan 3 ajaran agama Tionghoa (Kong Hu Chu, Taoisme dan Buddha). Beliau juga mendirikan rumah crematorium di Pluit, Muara Karang dan menjadi orang pertama yang dikremasi di sana tahun Njoo Cheong Seng Nyoo Cheong Seng ( ) (NCS), mengawali karir menulisnya di usia yang amat muda. Usia 17 tahun telah menerbitkan karya pertamanya bersama dengan So Chuan Hong, usia 21 tahun menjadi editor utama bulanan Interocean. NCS pun telah menulis cerita bersambung untuk harian Sin Po dan menjadi kontributor untuk majalah Hoa Po. Hingga pada akhirnya ia meninggalkan jurnalistik dan beralih ke teater, bergabung dengan kelompok sandiwara serta berkeliling nusantara juga Asia Tenggara untuk pementasan. NCS selama hidupnya menulis lebih dari 100 novel dengan namanya sendiri dan dengan nama Monsieur d Amour (M. d Amour), beberapa naskah sandiwara dan film, serta jumlah cerpen yang tidak terhitung, karena tersebar di banyak majalah yang tidak semuanya dapat ditelusuri. Bahasa Melayu dan bahasa Indonesianya pun bagus, lebih bagus dari penulis-penulis lainnya. NCS juga sutradara teater dan

8 13 kemudian beralih ke film. Istrinya Fifi Young adalah seorang bintang film yang sangat terkenal. NCS pernah juga turut dengan rombongan sandiwara Dardanella, di bawah pimpinan Dewi Dja, tetapi setiba di India dalam perjalan ke Eropa, mereka kembali ke Indonesia karena ada urusan keluarga. Cerita-cerita yang disajikan NCS beraneka ragam dan ia sering menulis cerita-cerita daerah, yang dicatatnya pada saat ia turut dengan rombongan dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh kepada pembacanya. Di antara cerita-cerita ini adalah Timoeriana (mengenai Timor Timur) Balas Membalas (mengenai Aceh) Ida Ayu (mengenai Bali) dan Tjinggalabi Aoeah (Papua). NCS juga terkenal sebagai pengarang serie Gagaklodra, serial detective yang masih diingat orang banyak. Selama hidupnya NCS telah empat kali menikah. Dan tak jarang ia menuangkan kisah sedih ataupun penyesalannya kepada anak istrinya dalam karya pena. Beberapa karya biografi pun ia buat. Seperti karya Manusia Sempurna yang Tidak Sempurna Hoo Eng Djie Sebagai Manusia yang menceritakan biografi teman sepenanya, Hoo Eng Djie. NCS meninggal 30 November 1962 tanpa meninggalkan biografi tentang dirinya satupun Nio Joe Lan Nio Joe Lan ( ) (NJL), adalah orang yang pertama kali menulis tentang kesastraan Melayu Tionghoa. Dialah peletak batu pertama mengenai kesastraan ini. Beliau seorang sosok yang sangat mencintai kebersihan. Lahir di Batavia Keluarganya membuka sebuah pabrik batik di Palmerah sehingga ia pun dapat menikmati

9 14 pendidikan di Hollandsch Chineesche School (HCS), sekolah untuk orang Tionghoa dengan bahasa pengantar Belanda. Setelah tamat melanjutkan ke Koningin Wilhelmina School (KWS), sebuah sekolah kejuruan. Setelah tamat, keluarga NJL jatuh miskin. Manajer Belanda yang menjadi kepercayaan keluarganya kabur begitu saja. NJL pun mulai bekerja untuk membantu menyekolahkan adik-adiknya. Menjadi editor, redaktur bahkan menulis riwayat Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK) dan menjadi dosen sejarah Tiongkok di IKIP. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, banyak para pemuka Tionghoa yang ditawan dan diperjarakan Jepang, tak terkecuali NJL. Pengalamannya sebagai tawanan Jepang baik manis pahitnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Tidak banyak tulisan mengenai zaman Jepang oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia, khususnya mengenai tawanan dalam penjara dan kamp. Tulisan NJL tentang pengalamannya sebagai tawanan Jepang NJL dengan gayanya yang khas penuh detail dan sangat seksama membuat pembaca buku ini dapat mengetahui dengan detail keadaan kamp-kamp tawanan khusus orang-orang Tionghoa di jaman Jepang. NJL tetap menulis sampai Yang menyebabkannya berhenti menulis adalah penyakit Sinofobi, atau ketakutan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan Tionghoa. Padahal, hal inilah yang banyak diangkatnya kedalam tulisan.

10 Tan Hong Boen Tan Hong Boen ( ) (THB), sang pengarang seribu wajah. Beliau hanya memiliki satu karya yang ditulis menggunakan namanya sendiri selama kurun hidupnya. Katya itu adalah Orang Tionghoa yang terkemoeka di Java (Who s who), berupa kumpula data pribadi sejumlah orang Tionghoa Indonesia. Beliau sering menggunakan nama pena berbeda pada tiap karyanya, seperti nama Kihadjar Dharmopralojo, Im Yang Tjoe, bahkan menggunakan nama wanita Madame d Eden Lovely. THB juga banyak menulis tentang macam-macam subyek, terutama mistik Jawa yang ditekuninya semasa dia masih bekerja sebagai wartawan dan keliling Jawa naik sepeda. Ia membuat cerita-cerita mengenai tuyul, gandaruwo, dll, tetapi ia juga menulis cerita-cerita wayang seperti dipertunjukkan di pesisir utara pulau Jawa. Karya-karyanya pun tak luput dengan seting setempat, antara lain Hikayat Raden Patah, putra seorang putrid Tionghoa, Gandaroewo, Ketesan Air Mata di Padang Lalang, Itoe Bidadari dari Rawa Pening, dan masih banyak karya lainnya. Bisa dikatakan THB ahli dalam menulis kisah sedih, tetapi dalam ceritanya ia justru lebih memaparkan kemiskinan dan menyalahkan pemerintah colonial yang telah mengeksploitasi rakyat. Ciri khas utama yang ada pada tulisannya adalah sensasionil tetapi melankolis dan kadang menyeramkan. THB menjadi kaya raya, bukan karena tulisannya, melainkan karena pabrik obat yang menghasilkan Pil Kita, yang eksistensinya pun

11 16 masih sampai sekarang. Beliau menikah dengan wanita pilihan orang tua namun tetap hidup harmonis walaupun tak memiliki anak. Seperti pengarang peranakan lainnya, THB berhenti menulis pada tahun 1950-an karena minat masyarakat kepada tulisan mereka mulai memudar dan menghabiskan masa tua di pabrik farmasinya Ang Ban Tjiong Ang Ban Tjiong ( ) (ABT), lahir dan hidup di Makassar. Pendidikannya adalah Hollandsch Chineesche School (HCS). Kemudian mengawali karirnya di sebuah majalah hingga penulis harian di Pembrita Makassar. Tulisannya banyak mengenai mistik, kehidupan spiritual serta masalah sosial. ABT menulis cerpen dengan nama samaran Mendoesin. Bakat artistiknya hampir di segala bidang; musik, melukis dan juga sastra. Kelemahannya adalah ia suka sekali minum minuman keras yang menurut pengakuannya dapat memberinya inspirasi untuk menulis dan berbicara sehingga meninggal dalam usia yang sangat muda (28 tahun). ABT banyak menghasilkan karya syair dalam campuran bahasa Melayu dan dialek Makassar. Buku kecil kumpulan syairnya, Pantoen Melajoe Makassar, diterbitkan sebelum ABT meninggal. Syairnya menggambarkan realitas. Ia selalu memulai segala sesuatunya dengan sederhana, penuh kegembiraan dan kemungkinan membahagiakan, tetapi mengakhirinya dengan serius, dengan menampilkan realitas zamannya yang sulit dan menyedihkan.

12 Hoo Eng Djie Hoo Eng djie ( ) (HED) juga seorang sastrawan peranakan asal Makassar. Namun berpendidikan rendah karena keluarganya miskin. Ia harus bekerja keras untuk memenuhi hidup dan harus ditolak meminang gadis pujaannya karena miskin. Semuanya tertumpahkan pada syair-syairnya. Pasrah dan sedih. Ia pun mulai belajar menyanyi lagu-lagu berbahasa Makassar. Hidupnya terus mengalir dengan nyanyian,minuman dan pahitnya mengenal wanita. Pada periode HED amat produktif dengan menghasilkan 3000 nyanyian yang di kemudian hari banyak dilantunkan di berbagai acara perkawinan. Sampai pada akhirnya HED memiliki orkesnya sendiri dan rekaman. Lagu-lagunya menjadi begitu popular dan menjadi keharusan dalam pesta-pesta kaum peranakan. 7 Maret 1960 HED meninggal dengan tenang di rumahnya. Syairnya pun dipahat di batu nisannya. Sampai sekarang nyanyian HED masih hidup lewat senandung artis-artis masa kini. Syair-syairnya hanya menggunakan dialek Makassar. Namun ia hanya meninggalkan ratusan karya yang ditulis tangan dengan aksara Lontara tetapi tidak dicetak dan diterbitkan sebagai sebuah buku Ong Pik Hwa Ong Pik Hwa (OPH) lahir tahun Ia bershio kuda api, dan tertuturkan pada kehidupannya yang amat menarik. OPH terlahir dari keluarga pengusaha mapan. Sedari kecil ia begitu mandiri dan pandai. Ia

13 18 pun bersekolah dan berpendidikan lebih daripada perempuan umumnya pada zaman ia dibesarkan. Setelah menikah,ia menunggalkan anak-anak dan suaminya untuk memulai karir di Batavia. Ayahnya yang mendukung keputusan OPH itu memberinya modal untuk berdagang. Namun tetap saja OPH tak puas. Ia menginginkan pekerjaan yang lebih intelektual. Pada zamannya, selain dikenal sebagai pebisnis, juga mengelola penerbitan majalah Fu Len. Majalah ini mungkin pada masa kini dapat digolongkan sebagai "majalah kaum feminis" lantaran bobot materi tulisan yang dikandungnya adalah memajukan kaum wanita dalam wacana kritis walau ruang lingkup sasaran pembacanya adalah wanita keturunan Tionghoa berpendidikan Belanda. Kendati sasaran pembacanya adalah wanita berpendidikan Belanda, lewat majalah Fu Len, OPH tetap nasionalis lantaran mengingatkan mereka pada hakikatnya adalah orang Timur sehingga tak perlu hidup secara kebarat-baratan (halaman 133). OPH sendiri sejak 1935 banyak menulis esai tentang kedudukan perempuan yang masih dipandang rendah dalam bahasa Belanda di majalah Sin Po. Keterlibatan lainnya sebagai redaktur majalah dan penulis artikel tentang perempuan membuat namanya dicari tentara Jepang. Maklum, ia juga menulis artikel politik yang tak simpatik pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Dikarenakan latar belakang inilah, OPH yang dapat disebut sebagai satu-satunya esais dalam buku ini mendirikan majalah Fu Len.

14 19 OPH menunggal 1972 dan diperabukan di Jelambar, di krematorium yang didirikannya. Ia hidup sebagai pebisnis yang handal dan seorang penulis yang berkarakter Kho Phing Hoo Asmaraman Sukowati atau Kho Ping Hoo (KPH) terlahir di Sragen, Solo, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926 dari keluarga Tionghoa peranakan. KPH hanya mencecap bangku sekolah sampai kelas I HIS ( Hollandsche Inlandsche School ), namun minat baca dan keinginannya untuk menulis tinggi. Setelah gonta-ganti pekerjaan, akhirnya dia mulai menulis cerita pendek sejak tahun Pada tahun 1958, cerpen pertamanya dimuat di majalah terbesar Indonesia saat itu, Star Weekly. Nampaknya, hal inilah yang mendorongnya untuk mengembangkan bakat kepenulisannya. Namun, Ping Hoo tidak memilih menulis cerpen biasa, tapi menciptakan cerita silat (cersil). Soal persilatan dikenal Ping Hoo dari ayahnya yang mengajari silat keluarga kepadanya sejak kecil. Cersil perdananya, Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat bersambung di majalah Teratai, majalah yang didirikannya bersama beberapa pengarang lain. Cersilnya segera populer, apalagi setelah Ping Hoo menerbitkannya dalam bentuk buku saku. Penerbit Gema di Solo adalah penerbitan yang dibangunnya sendiri dan jadi penerbit tunggal cerita-cerita silat dan novelnya hingga kini. Berbeda dengan umumnya penulis cersil masa itu, seperti Gan KL dan OKT, KPH tidak menerjemahkan cersil berbahasa Tionghoa, tapi

15 20 mengarang sendiri dengan meramu fantasi dan pengetahuannya. Ceritaceritanya kebanyakan berlatar sejarah Tiongkok dan Jawa. Meskipun Ping Hoo tak menguasai bahasa Tionghoa, kesan yang didapat dari karyanya seakan-akan pengarangnya menguasai betul sejarah dan kebudayaan Tongkok, meski kadang-kadang keliru dalam penulisan tahun-tahun dinastinya. Meski menulis cerita-cerita silat Tionghoa, penulis yang produktif ini tidak bisa membaca dan menulis dalam. Ia banyak mendapat inspirasi dari film-film silat Hong Kong dan Taiwan. Kontribusinya bagi sastra Indonesia khususnya Melayu Tionghoa tidak dapat diabaikan. Cersilnya yang yang terkenal adalah "Serial Bu-Kek Sian-Su" yang terdiri dari 17 judul, dari "Bu-Kek Sian-Su" hingga "Pusaka Pulau Es". Setiap judul terdiri dari 18 sampai 62 jilid. Dalam serial ini pula terdapat judul "Pendekar Super Sakti" yang dianggap karyanya yang paling populer. Selain itu, patut pula disebut serial lain, seperti "Pedang Kayu Harum" dan "Pendekar Budiman". Sedangkan yang kini Anda dapat nikmati di Detikcom adalah "Suling Emas" yang merupakan bagian dari "Serial Bu-Kek Sian-Su". Untuk karya berlatar Jawa, Ping Hoo terkenal dengan beberapa karyanya, seperti "Darah Mengalir di Borobudur" dan "Badai di Laut Selatan". "Darah Mengalir di Borobudur" bahkan pernah dipentaskan berulangkali dalam bentuk sendratari Jawa dan disiarkan dalam bentuk sandiwara radio.

16 21 Namun, pada akhirnya Ping Hoo harus berhenti berkarya. Pada Jumat, 22 Juli 1994, serangan jantung telah membawanya menghadap Sang Pencipta secara tiba-tiba Kebudayaan Peranakan Tionghoa Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebudayaan peranakan Tionghoa adalah kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Beragam seni dan budaya yang dihasilkan di segala bidang mengandung unsur-unsur campuran yang memiliki suatu semangat tersendiri. Kebudayaan peranakan telah melahirkan produk-produk budaya campuran seperti wayang potehi, cokek, dan gambang kromong, bahkan ada sebagian masyarakat Tionghoa yang giat menekuni kebudayaan lokal dan sama sekali melupakan kebudayaan leluhur mereka berasal. Salah satu pengaruh kebudayaan peranakan Tionghoa yang paling menonjol dalam karya seni Indonesia adalah seni batik, terutama yang dinamakan sebagai batik pesisir. Dinamakan pesisir, karena kotakota yang menghasilkan kain batik ini seperti Indramyu, Cirebon, Pekalongan, Lasem dan Tuban terletak pada pesisir utara pantai pulau Jawa. Dan orang Tionghoa yang datang ke pulau Jawa pertama-tama dan sebagian besar tinggal di kota-kota pesisir ini dan telah terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan lokal selama itu. Setiap kota memiliki corak ragam hias dan keunikan yang berbeda dan khusus, seperti motif Mega-mendung, Peksi naga liman, Wadasan, dan Banji pada batik Cirebon, motif batik Encim, Pagi-Sore, dan

17 22 Sam Pek Eng Tay yang bermotifkan kupu-kupu, sebagai lambang kesetiaan dan pernikahan bahagia pada batik Pekalongan dan motif Tiga negeri, Bangbiru, Lok-Chan pada batik Lasem. Batik Lasem adalah salah satu batik pesisir yang indah dan bernilai artistik, serta digemari banyak orang, dalam dan luar negeri. Tak hanya pada batik dan kebaya encim, pada cara hidup dan kebiasaan keseharian kaum peranakan pun mengandung sintesa budaya yang unik dan kaya. Banyak dari mereka masih mempertahankan tradisi budaya China yang disesuaikan dengan tanah Indonesia, seperti perayaan Capgome, midodaren, dan banyak lagi. Tak ketinggalan kepercayaankepercayaan kuno yang dipercaya membawa keberuntungan, seperti angka 8, warna merah ataupun hal-hal yang dipercaya membawa sial Spesifikasi Buku Buku Biografi Delapan Penulis Peranakan Buku DARI PENJAJA TEKSTIL SAMPAI SUPERWOMAN : BIOGRAFI DELAPAN PENULIS PERANAKAN sebenarnya sudah diterbitkan kepada masyarakat umum. Buku ini ditulis oleh peneliti kesusastraan Melayu-Tionghoa, Myra Sidharta, setebal 162 halaman dengan spesifikasi 14x21cm BW (Black and White). Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) September 2004 dan dijual dengan harga Rp ,-. Buku ini dikemas dengan bahasa yang empuk dan amat nyaman untuk dibaca sekaligus cover yang cukup menarik. Buku ini adalah hasil penelitian Myra Sidharta selama bertahun-tahun

18 23 pergi berkelana ke berbagai macam tempat untuk menelusuri sastra peranakan Tionghoa. Sebagai sebuah biografi dan sebuah karya sastra, buku ini memilki keunikan tersendiri dibandingkan dengan buku biografi yang selama ini kita kenal. Selain temanya yang masih asing di telinga masyarakat luas, dunia sastra sendiri pun bisa dikatakan kurang komersil. Namun keunikan dari kekayaan yang dimiliki dari kebudayaan peranakan amatlah kuat dan patut untuk mendapat perhatian lebih. Buku yang berorientasi pada teks ini hanya menggunakan sedikit gambar dan foto sebagai visualnya. Walaupun layoutnya sudah dapat dikatakan mendukung, tetapi tetap saja secara sekilat terlihat membosankan karena terlalu banyak teks, tanpa melihat bahwa esai yang disajikan begitu berbobot, menggugah dan menginspirasi Buku Seri Esai DARI PENJAJA TEKSTIL SAMPAI SUPERWOMAN : BIOGRAFI DELAPAN PENULIS PERANAKAN Buku esai DARI PENJAJA TEKSTIL SAMPAI SUPERWOMAN : BIOGRAFI DELAPAN PENULIS PERANAKAN yang baru diterbitkan dalam delapan seri. Masing-masing penulis peranakan akan diterbitkan dalam satu buku. Diharapkan dengan perancangan ulang buku esai ini secara seri akan lebih menarik minat pembeli dan pembaca di mana nantinya kedelapan buku bisa menjadi sebuah koleksi dan harga buku tidak menjadi kendala karena masing-

19 24 masing buku dijual dalam harga yang terjangkau dibandingkan menjadi satu buku yang dijual jauh lebih mahal. Berikut ini merupakan data mengenai rencana penyusunan dan pembuatan desian buku yang baru, antara lain : Penulis Desainer Ilustrasi Penerbit Spesifikasi : Myra Sidharta : Marryana Sutaryo : Marryana Sutaryo : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) : 18 x 23 cm Full Color Tebal Harga : 80 halaman (masing-masing buku) : Rp ,- (masing-masing buku) Struktur Buku : a. Halaman judul dalam b. Persembahan c. Daftar Isi d. Ucapan Terimakasih e. Pengantar f. Isi buku Seri Buku : 1. Kwee Tek Hoay : Dari Penjaja Tekstil Menjadi Pendekar Pena 2. Njoo Cheong Seng : Penulis Novel, Drama dan Syair 3. Nio Joe Lan : Dalam Tawanan Jepang

20 25 4. Tan Hong Boen : Pengarang Seribu Wajah 5. Ang Ban Tjiong : Syair dan Pantun Mabuk Cinta 6. Hoo Eng Djie : Syair dan Pantun Mabuk Cinta 7. Ong Pik Hwa : Superwoman 8. Kho Ping Hoo : Jurus-Jurus Asmaraman Sukowati Data Penerbit Adalah sebuah penerbit buku di Indonesia yang berdiri sejak 1 Juni Begitu banyak buku-buku terkenal yang menjadi terbitan KPG, antara lain novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer, novel-novel karya Ayu Utami, seri kesastraan Melayu-Tionghoa, buku-buku literatur dari para penulis ternama hingga seri kartun Benny and Mice Buku Pembanding Sejenis Beberapa buku yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengumpulan data yang berkenaan dengan rencana pembuatan desain layout buku seri esai DARI PENJAJA TEKSTIL SAMPAI SUPERWOMAN : BIOGRAFI DELAPAN PENULIS PERANAKAN, antara lain :

21 26 Buku Biografi Sampoerna Judul Buku : The Sampoerna Legacy : A Family and Business History Pengarang Penerbit Spesifikasi : Diana Hollingsworth (juga illustrator) : Sampoerna Foundation : 14x18,5 cm Full Color Tebal : 212 halaman Harga : Rp ,- Terbit : Buku Kompetitor Beberapa buku yang dirasa menjadi competitor yang sekarang sudah ada di pasaran : Buku Biografi Anne Avantie Judul Buku : Aku, Anugrah dan Kebaya

22 27 Pengarang Penerbit Spesifikasi : Alberthiene Endah : PT Gramedia Pusataka Utama : 17x23 cm Full Color Tebal : 221 halaman Harga : Rp ,- Terbit : Mei 2007 Buku Biografi Chrisye Judul Buku Pengarang Penerbit Spesifikasi : Sebuah Memoar Musikal : Chrisye dan Alberthiene Endah : PT Gramedia Pusataka Utama : 15x27 cm Full Color Tebal Harga : 276 halaman : Rp ,- (softcover) Terbit : Februari 2007 Buku Biografi Yuni Shara Judul Buku Pengarang : Yuni Shara : 35 Cangkir Kopi : Tamara Geraldine dan Darwis Triadi

23 28 Penerbit Spesifikasi : PT Gramedia Pusataka Utama : 14x24 cm Full Color Tebal Harga : 176 halaman : Rp ,- (softcover) Terbit : Juni Target Audience Target audience buku seri esai sastrawan peranakan Tionghoa ditijukan pada masyarakat yang tertarik pada dunia seni pada umumnya dan seni sastra secara khusus. Terlebih bagi mereka yang menghargai budaya Indonesia, termasuk budaya peranakan Tionghoa. 2.2 Analisa Strenght Budaya peranakan amat unik karena amat kaya dan terbentuk dari berbagai macam kebudayaan, baik kebudayaan Tionghoa maupun para penjajah dan kebudayaan lokal setempat. Adanya buku biografi delapan sastrawan peranakan ini menjadikannya sebagai salah satu media komunikasi antar budaya sekaligus antar bangsa.

24 Weakness Masih banyaknya masyarakat yang kurang meminati dan menikmati bidang sastra sebagai seni yang kerap dianggap membosankan karena terbatas oleh tulisan semata. Target dari buku esai sasatrawan peranakan Tionghoa sendiri sangat terbatas, yang terdiri dari kalangan kecil saja Opportunity Kebangkitan budaya peranakan Tionghoa semenjak tahun 2000-an (setelah era reformasi) membuat masyarakat mulai meminati segala sesuatu yang berbau etnis Tionghoa, tak terkecuali sastra. Bangsa Indonesia dewasa ini banyak menerima ancaman dari dalam maupun luar negri tentang kepemilikan sebuah budaya. Dengan meningkatkan minat pada budaya peranakan, termasuk juga menyelamatkan salah satu khasanah budaya bangsa Threat Tema sastra peranakan dianggap terlalu berat bagi sebagian masyarakat. Buku biografi sastrawan peranakan nyaris tak pernah terdengar di telinga pembaca umum, sehingga menjadi sesuatu yang sangat baru dan asing.

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan peranakan Tionghoa merupakan kebudayaan yang paling kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan bahasanya yang merupakan sintesa

Lebih terperinci

, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA

, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah.

Lebih terperinci

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral?

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral? Ringkasan buku dengan judul KEBUDAYAAN MINORITAS TIONGHOA DI INDONESIA Penulis : Leo Suryadinata Diterjemahkan oleh : Dede Oetomo Penerbit P T Gramedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun-tahun akhir abad ke-19 ditandai dengan semakin kerasnya politik pemerintah Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Tahun-tahun akhir abad ke-19 ditandai dengan semakin kerasnya politik pemerintah Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun-tahun akhir abad ke-19 ditandai dengan semakin kerasnya politik pemerintah Belanda terhadap Warga Asing Timur dan terutama para warga Tionghoa (Armand, 1900:67).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu Rendah atau Sastra Melayu Pasar yang dimulai pada tahun 1870 hingga 1942. Kemudian berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di Indonesia, merupakan suatu kelompok masyarakat yang penuh dengan segala macam legenda, misteri, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari

BAB V KESIMPULAN. Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari BAB V KESIMPULAN Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari masyarakat Inonesia. Struktur teks sastra peranakan Tionghoa menunjukkan berbagai oposisi yang dapat dirangkum sebagai berikut;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keragaman budaya yang dapat dijadikan salah satu wisata budaya yang menarik. Dimana setiap budaya memiliki ciri khas dan keunikannya masingmasing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan

Lebih terperinci

KARYA SASTRA NJOO CHEONG SENG Tri Yanuar Imanti Jurusan Pendidikan Sejarah FIS-Universitas Negeri Surabaya

KARYA SASTRA NJOO CHEONG SENG Tri Yanuar Imanti Jurusan Pendidikan Sejarah FIS-Universitas Negeri Surabaya KARYA SASTRA NJOO CHEONG SENG 1920-1960 Tri Yanuar Imanti 084284217 Jurusan Pendidikan Sejarah FIS-Universitas Negeri Surabaya Abstract: Peranakan Chinese in Indonesia is a generation of Chinese who have

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TEORY

BAB III DATA DAN TEORY BAB III DATA DAN TEORY A. Data Perancangan 1. Data Anak Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Di masa ini pendidikan untuk mereka sangatlah penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khu Lung adalah penulis novel silat yang paling fenomenal di Taiwan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Khu Lung adalah penulis novel silat yang paling fenomenal di Taiwan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khu Lung adalah penulis novel silat yang paling fenomenal di Taiwan dengan karyanya yang mencapai ratusan novel yang kesemuanya mencapai angka penjualan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mewadahi berbagai etnis atau suku-bangsa, baik dari lokal Indonesia sendiri maupun asing. Berbagai etnis tersebut memiliki budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif seseorang yang merupakan hasil pikiran dari pengarang untuk menghasilkan karya sastra tersebut. Perkembangan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis.

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 DATA 2.1.1 KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA Komik 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta adalah merupakan kumpulan illustrasi tentang profesi dan karakter orang-orang Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH SINGKAT NOVEL INDONESIA A. Masa Awal Novel Indonesia (1870-1900) Masa ini didorong oleh kebutuhan menyediakan bahan bacaan bagi pribumi, Indo-Belanda,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dengan segala problematika yang melingkupinya merupakan salah satu topik yang tidak ada habisnya dibahas. Dalam diri seorang anak, melekat hak untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI

ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II METODE PENULISAN

BAB II METODE PENULISAN BAB II METODE PENULISAN 2.1 Identifikasi Masalah Yang penulis ketahui tentang berkembangnya batik terkenal misalnya batik Solo, batik Pekalongan, batik Cirebon adalah karena masyarakat setempat sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Objek Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet Survei lapangan: melalui wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat terbuka. Bahasa ini mampu menerima unsur-unsur asing maupun daerah sehingga semakin memperkaya kosakata yang dimiliki

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kritik sastra berhubungan erat dengan sejarah sastra dan juga perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data a. Survey Lapangan Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat rendahnya popularitas wayang di negeri kita sendiri. Tempatnya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern)

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Bali secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern) (Bagus dan Ginarsa, 1978:3).

Lebih terperinci

BAB 2. DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari

BAB 2. DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari 3 BAB 2. DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut : 1. Literatur Data mengenai produk teh didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA Oleh Dewi Wahyu Wardani 125030700111021 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA April 2015 1. Pengertian Penerbitan adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Bali terus mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala aspek permasalahan dan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KESUSASTERAAN INDONESIA MODERN Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan yosi.wulandari@pbsi.uad.ac.id, titiek.suyatmi@pbsi.uad.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana berpikir, tetapi juga sebagai hasil, bagian, dan kondisi kebudayaan (Laksana, 2009: 11). Bahasa sebagai hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan

Lebih terperinci