BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari. dapat dipengaruhi keadaan sosial ( Leny, 20 10).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari. dapat dipengaruhi keadaan sosial ( Leny, 20 10)."

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Keluarga Defenisi Peran Keluarga Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, peran merupakan serangkaian tingkahlaku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi keadaan sosial ( Leny, 20 10). Ada berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga. yaitu: a. Peran Ayah Ayah berperan sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak- anak, berperan sebagal pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran Ibu Ibu berperan sebagal istri dan ibu dan anak- anaknya, ibu mempunyai peranan untuk menggurus rumah tangga. sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari Iingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagal pencari nafkah tambahan dari keluarganya.

2 c. Peran Anak Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya balk fisik, mental, sosial, dan spiritual ( Leny, 2010) Sikap Defenisi Sikap Menurut Strickland (yang dikutip dari Hanurawan Psikologi Sosial, 2010) sikap merupakan predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara kognitif, emosi. dan penlaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi, dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu (Hanurawan. 2010). Komponen Pokok Sikap (Notoatmodjo, 2003). Dalam bagian lain Aliport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyal 3 komponen pokok yaltu kepercayaan (keyakinan). ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2003), ada berbagai tingkatan sikap yang berpengaruh terhadap pengetahuan antara lain: a. Menerima Menerima artinya, seseorang (subyek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Seperti orangtua mau memperhatikan tentang pentingnya mencuci tangan.

3 b. Merespon Merespon yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap c. Menghargai Menghargai artinya kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah d. Bertanggung jawab menerima sendiri Bertanggung jawab dengan segala konsekuensinya. Ini merupakan sikap yang paling tinggi. Seseorang yang memiliki sikap tidak mendukung cenderung memiliki tingkatan hanya sebatas menerima dan merespon saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki sikap yang mendukung yaltu bukan hanya memiliki tingkatan menerima dan merespon tetapi sudah mencapal tingkatan menghargai atau bertanggung jawab. Sekord dan Backman dalam azwar (2003) mendefinisikan sikap sebegai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dan stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu (Notoatmodjo, 1997). Pengetahuan dan faktor lain seperti berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh. (Sunaryo. 2004).

4 2.3. Konsep Keluarga Defenisi Keluarga Menurut departemen kesehatan (1988). keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas beberapa kepala keluarga serta beberapa orang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudirharto, 2007). Menurut UU No. 10 tahtri 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami-istri atau suami, istri dan anaknya. atau ayah dan anaknya ibu dan anaknya (Suprajitno. 2004). Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang laki-laki atau seseorang yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak. balk anak sendiri atau adopsi. dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004). Keluarga adalah kumpulan dua atau Iebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing Bentuk-bentuk Keluarga Beberapa bentuk keluarga antara lain sebagai berikut: 1. Keluarga Inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri. dan anak-anaknya. Baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi. 2. Keluarga asal merupakan satu unit keluarga tempat asai seseorang dilahirkan 3. Keluarga bebas keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah)

5 4. Keluarga Berantai keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. 5. KeIuarga Janda atau Duda Keluarga yang terbentuk karna perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintal. 6. Keluarga Komposit Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama 7. Keluarga Rehabilitasi Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan. bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lagi bertentangan dengan budaya timur. 8. Keluarga Inses Suatu bentuk keluarga yang tidak lazim. misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya. ibu menikah dengan anak kandung laki-lakinya. paman menikah dengan keponakannya. kakak menikah dengan adiknya dan sebagainya. 9. Keluarga Tradisional dan Nontradisional Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan. sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan Struktur Keluarga Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan capian (1995), yang diadobsi dari Fiedman. mengatakan ada empat elemen struktur keluarga yaltu:

6 a. Struktur peran keluarga Menggambarkan peran masing-masing anggota. keluarga dalam keluarga sendiri dan peranannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan nonformal. b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga. khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. c. Pola Komunikasi keiuarga Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah, ibu (orangtua. orangtua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain) pada keluarga besar dengan keluarga inti d. Struktur Kekuatan Keluarga Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai berikut: a. Fungsi Adaptif Ini merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan oranglain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan dan psikososial anggota keluarga

7 b. Fungsi Sosialisan dan Tempat Bersosialisasi Ini merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sebelum meninggalkan rumah berhubungan dengan oranglain di luar rumah c. Fungsi Reproduksi Ini merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, menghasilkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Suprajitno, 2004) Down Sindrom Definisi Down Sindrom Down Syndrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang terjadi pada kromosom 21, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas ( Judarwanto, 2010). Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore). Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan

8 trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (Wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Fadhli, 2010). Sindrom Down berlaku pada kesemua populasi manusia, dan kesan seumpamanya telah di dapati pada spesies lain seperti shimpanse dan tikus. Barubaru ini, penyelidik telah mencipta tikus dengan kebanyakan kromosom 21 manusia (tambahan kepada kromosom tikus biasa). Bahan kromosom tambahan datang dalam berbagai cara berbeda. Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46,XX atau 46,XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan. Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Down syndrome ini pertama kali dikenal pada tahun oleh Dr.John Longdon Down. Karena cirri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merubah nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk pada penemu pertama syndrome ini dengan istilah Down Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama ( Juwariah, 2009) Etiologi Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan:

9 A. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi) B. Translokasi kromosom 21 dan 15 C. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism) Penderita sindrom down mempunyai 3 kromosom 21 dalam tubuhnya yang kemudian disebut dengan trisomi 21. Tetapi pada tahun tahun berikutnya, kelainan kromosom lain juga mulai tampak, sehingga disimpulkan bahwa selain trisomi 21 ada penyebab lain dari timbulnya penyakit sindrom down ini. Meskipun begitu penyebab tersering dari sindrom down ini adalah trisomi 21 yaitu sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu 4,86,3% adalah karena keturunan. Kebanyakan adalah translokasi Robertisonian yaitu adanya perlekatan antara kromosom 14, 21 dan 22. Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan kromosom yang terletak pada kromosom yang ke 21, yaitu trisomi. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (Kejadian NonDisjunctional ) adalah: a. Genetik Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan down sindrom. b. Radiasi Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan anak dengan ucleolus down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

10 C. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. d. Umur Ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non ucleolus pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron. menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor ucleolus danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh. e. Umur Ayah Selain itu ada ucleous lain seperti gangguan intragametik, organisasi ucleolus. bahan kimia dan frekuensi koitus (Johny, 2012) Ciri-ciri anak down sindrom Ciri-ciri anak Anak down syndrome pada umumnya mempunyai kekhasan yang bisa dilihat secara fisik selain dengan pemeriksaan jumlah kromosomnya. Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas. Ciri-ciri fisik anak down syndrome adalah sebagal berikut: bentuk kepala yang relatif kecil dengan bagian belakang yang tampak mendatar (peyang) hidung kecil dan datar (pesek); hal ini mengakibatkan mereka sulit bernapas. mulut yang kecil dengan lidah yang tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal yang mengakibatkan lidah sering menjulur keluar bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak

11 matanya letak telinga lebih rendah dengan ukuran telinga yang kecil; hal ini mengakibatkan mudab terserang infeksi telinga rambut lurus, halus dan jarang untuk kulit yang kering tangan dan jari-jari yang pendek dan pada ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan pada orang normal memiliki tiga ruas tulang pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis tersebut juga terdapat di kaki mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot simian crease / garis melintang pada telapak tangan otot yang lemah (hypotomus); mengakibatkan pertumbuhan terganggu (terlambat dalam proses berguling, merangkak, berjalan, berlari dan berbicara) pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan pertumbuhan gigi permanent (Ayu, 2008) Perilaku anak down sindrom 1. Menjulurkan Iidah Anak-anak dengan sindroma down seringkali memiliki kebiasaan menjulurkan lidah mereka. Hal ini disebabkan oleh kombinasi oleh Iidah yang berukuran Iebih besar daripada ukuran rata-rata dan mulut yang berukuran yang Iebih kecil daripada ukuran rata-rata. Selama masa bayi banyak bayi mengeluarkan lidah mereka sewaktu-waktu. HaI ini tidak perlu dihiraukan, namun sejak usia satu tahun keatas,perlulah untuk mulai mengajarkan anak anda untuk menjaga agar Iidahnya tetap didalam mulut, anda jangan membuat terlalu banyak

12 komentar mengenai hal ini, kalau tidak anda malah akan mendorong perilaku tersebut daripada menghambatnya. 2. Mencucurkan air liur Anak-anak dengan sindroma down, karena tonusnya yang rendah. cendrung membiarkan mulutnya terbuka dan mencucurkan air liur selama masa kanak-kanak. Bila anak diingatkan untuk menelan, kebiasaan ini umumnya berhenti. Mungkin perlu juga menutup mulut sang anak dengan lembut seperti yang dijelaskan diatas. Dengan cara ini kebanyakan anak sudah berhenti mencucurkan air liur pada waktu mereka berusia sekitar empat tahun. Meskipun jarang pada kasus dimana cucuran air liur tetap ada setelah melewati usia dini, anda mungkin perlu mempertimbangkan operasi mengurangi produksi air liur. Operasi yang tepat meliputi pemotongan saraf yang menuju salah satu kelenjar air liur dan membuang kelenjar pada sisi lainnya atau mengubah jalannya saluran kedua kelenjar air liur sehingga saluran tersebut membuka kebagian belakanng mulut, dan air liur mengalir langsung menuruni kerongkongan. Operasi ini biasanya dilakukan oleh ahli bedah THT (telinga. hidung dan tenggorokan) dan umumnya berhasil. 3. Hiperaktivitas Adalah normal bagi anak-anak pada tingkat perkembangan lima belas bulan sampai tiga tahun untuk mudah terbelokkan perhatiannya, menuruti kata hati, tidak gigih pada tugas-tugas, dan terus menerus tidak tenang dan banyak berkeliaran. Kesulitan dasar bagi anak-anak ini adalah dalam menyalurkan perhatian mereka kepada satu aktivitas untuk satu periode. Bila mereka semakin

13 besar perilaku ini akan mereda. Cara anda dapat membantu anak adalah dengan menentukan target-target yang tepat baginya. seperti mengharapkan dapat tetap dimeja makan sewaktu makan sedikitnya lima menit, dan selanjutnya perlahanlahan tingkatkan harapan-harapan anda. Bermurahhatilah melepaskan pujian anda bila target-target tersebut tercapai. 4. Anak-anak yang Iari berkeliaran sewaktu diajak pergi ke luar rumah, anak-anak yang menghilang diam-diam merupakan hal yang sangat mencemaskan orangtua. 5. Tantrum (mengambek). Tantrum ditemukan baik pada anak-anak balita normal maupun pada anakanak dengan sindrom down dengan usia perkembangan yang sama. Tantrum biasanya muncul bila anak sedang frustrasi atau dihalangi (Selikowitz, 2001) Perilaku yang dilakukan orang tua dengan anak down sindrom Sejauh ini di Indonesia masih kurang pengetahuan masyarakat tentang penyebab sindrom down dan bagaimana cara menangani anak anak yang terkena sindrom down. Banyak keluarga yang memperlakukan anak - anak sindrom down dengan tidak wajar. dan ada juga keluarga yang menyembunyikan anak mereka yang terkena sindrom down. Seseorang dengan sindrom down mampu melakukan hal hal yang dapat dilakukan oleh anak anak pada umumnya asalkan mereka dilatih dengan diberikan terapi dan bisa di sekolahkan disekolah luar biasa (SLB). Sering juga kita lihat anak anak dengan sindrom down di perlakukan kasar, karena perlakuan kasar inilah tak jarang anak sindrom down berperilaku kasar dan sering disebut pengganggu di lingkungannya.

14 Dampak negatif dari perlakuan inilah yang membuat anak dengan sindrom down akan kehilangan waktu untuk mengembangkan potensi dirinya (Johny, 2012). Menjadi ibu dari seorang anak yang mengalami down sindrom merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua. Setiap orang tua mempunyai cara masingmasing untuk dapat mengoptimalkan perkembangan anaknya yang down sindrom. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya mengalami penderitaan. Banyak orang tua yang melakukan segala upaya untuk meringankan penderitaan anak. Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus (down sindrom) banyak mengalami kelelahan karena harus berhadapan dengan banyak hal yang dilakukan anaknya, tetapi itu tidak membuat orang tua menyerah dan berhenti berusaha untuk terus menerus mencari cara dan tempat untuk kesembuhan anaknya (Jana, 2009). Meski anak-anak down sindrom memiliki keterbatasan karena perkembangan mereka yang lambat dibandingkan dengan anak normal lainnya, mereka tetap mampu berprestasi, sehingga mengangkat nama bangsa dan negara di dunina internasional. Oleh karena itu, anak-anak down sindrom memerlukan peran serta sikap keluarga. terutama perhatian orang tua. Semua anak dengan down sindrom harus dianggap sama dan sebaiknya hal yang paling penting mereka harus dibekali keterampilan (Susuwongi,2007). Banyak upaya yang dilakukan orang tua dengan anak down sindrom ini, yakni:

15 a. Menjaga kesehatan Seperti semua anak, anak-anak dengan down sindrom ini memperoleh manfaat dan cara hidup yang sehat. Hal ini mencakup hidup dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian. makan dengan menu yang seimbang, udara segar yang cukup serta latihan jasmani. Anak-anak ini hendaknya jangan terlalu dilindungi. Mereka memperoleh manfaat dan kesempatan menjalankan kehidupan aktif dengan bermacam-macam pengalaman. Selain cara hidup yang sehat, anak perlu manjalani pemeriksaan teratur untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini, sebelum masalah tersebut menyebabkan kerusakan yang luas dan sulit diobati. Hal ini berarti orang tua harus memasukkan jadwal yang sistematis untuk anak dengan down sindrom. Hal ini mungkin membebani orang tua namun pemeriksaan ini penting untuk mencegah kesulitan-kesulitan yang jauh lebih besar yang mungkin dapat terjadi bila kelainan tersebut tidak terdeteksi secara dini. Pemeriksaan rutin tersebut seperti pemeriksaan bayi baru lahir, uji penglihatan, uji pendengaran, sinar-x leher, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, pemeriksaan gigi, imunisasi dan lainnya(selikowitz, 2001) b. Memodifikasi perilaku Modifikasi perilaku merupakan suatu bentuk pengajaran, yang diterapkan kepada anak dengan down sindrom pada situasi-situasi dimana penjelasan saja tidak berhasil. Salah satu cara untuk mendorong perilaku yang baik adalah mempertunjukkan perilaku tersebut kepada anak dengan harapan ia akan menirunya. Anak down sindrom meniru orang tua yang ia identifikasi lebih kuat dan orang tua harus memanfaatkan hal ini. Cara lain untuk mendorong perilaku

16 baik adalah menempatkan sang anak dalam suatu posisi yang akan memudahkan terjadinya perilaku tersebut. Seperti, latihan menggunakan pispot. Sebuah tekhnik lain yaitu memberikan instruksi pada anak dan bentuk instruksi tersebut haruslah pendek dan mudah dimengerti oleh anak (Selikowitz, 2001) c. Membawa anak ke pusat perkembangan Sebagai orang tua dari anak dengan anak down sindrom. orang tua mempunyai kebutuhan khusus yang lebih. Penting untuk mengetahui bagaimana dapat memperoleh berbagai pelayanan yang tersedia bagi anak. Berbagai pelayanan terus-menerus berubah, dan sulit untuk mengikuti perkembangannya, orang tua perlu membuka mata dan berbicara pada orang tua Iainnya. Orang tua biasanya mengatur suatu kunjungan kepusat perkembangan anak pada enam bulan pertama kehidupan anak. Pusat ini akan memberikan penilaian yang luas atas kemampuan dan kebutuhan anak. d. Mengajarkan anak Mencapai kemandirian yang maksimal merupakan salah satu tujuan utama pertumbuhan dan semua anak-anak. Anak-anak normal memperoleh banyak keterampilan tanpa perlu diajari. Mereka mengamati dan belajar dari apa yang mereka lihat. Pada waktu mereka menginjak remaja, mereka menuntut lebih banyak kemandirian dan hanya sedikit orang tua yang dapat atau mau menyangkal hal ini. Anak dengan down sindrom perlu diajarkan banyak keterampilan seharihari dan diberikan kesempatan seluas-iuasnya untuk mempraktekkannya. Anakanak dengan sindrom ini seringkali tidak membuat tuntutan serupa mengenai kemandirian, dan banyak orang tua karena khawatir karena kerentanan anak

17 mereka. tidak memberikan kesempatan padanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampiian yang penting bagi kemandiriannya. Namun proses mencapai kemandirian bagi seorang anak down sindrom ini merupakan serangkaian langkah-iangkah yang lambat yang harus ditempuhnya dalam sejumlah periode waktu. Sewaktu anak berkembang. orang tua tidak akan mampu melindungi dirinya dari semua resiko ini, namun hindari melakukan hal tersebut sampai batas dimana orang tua menghalangi kemampuan anak untuk hidup semandiri mungkin (Selikowitz, 2001). e. Membawa anak ke berbagai terapi. Pada anak down sindrom sering mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan pada jantung, penglihatan. pendengaran, tidak normalnya kadar hormon Imunologi dan gangguan pencernaan. Anak down sindrom mempunyai otot yang lemah sehingga mengakibatkan keterlambatan mereka untuk berjalan. berbicara dan memahami sesuatu sehingga relative sulit untuk mandiri. Meski demikian, dengan usaha keras dari orang-orang terdekat terutama orang tua, tidak sedikit anak down sindrom dapat hidup relatif mandiri bahkan bisa bersekolah, berteman. dan menikmati hidup layaknya anak normal. Pola makan mereka sebaiknya dijaga dan diberikan banyak sayur-sayuran dan buah-buahan agar pencernaan mereka tidak terganggu. Dan rata-rata anak down sindrom sering terserang berbagai penyakit infeksi bahkan ada yang meninggal tak berapa lama berselang semenjak saat kelahirannya. Tetapi saat ini, sebagian besar masalah kesehatan anak-anak down sindrom sudah dapat diatasi secara medis sehingga tidak sedikit diantaranya yang mampu hidup hingga usia dewasa. (Untuk itu orang tua berusaha mencari

18 berbagai informasi untuk kesembuhan anaknya, dalam hal ini upaya berbagai jenis terapi ditujukan kepada anak down sindrom. Masing-masing anak down sindrom mempunyai kondisi yang berbeda, ada anak yang memerlukan suatu program terapi lebih lama dibandingkan anak yang lainnya. Hal ini bisa dikarenakan karena beberapa faktor misalnya sang anak telat dibawa ke tempat terapi. Orang tua baru tahu kondisi sang anak setelah sekian bulan berlalu tanpa ada informasi apapun, Kondisi kesehatan sang anak yang kurang baik, Keuangan keluarga. Sifat sang anak (anak down sindrom) yang sama sekali tidak mau dipegang oleh terapisnya, hal ini tentu akan menyulitkan sang terapis untuk membantunya (Selikowizt, 2001). Jenis-jenis terapi yang dibutuhkan anak down sindrom adalah seperti Terapi Fisik (Physio Theraphy), Biasanya terapi inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak down sindrom dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa berjalan dengan cara yang benar. Terapi wicara yaitu. Suatu terapi yang di perlukan untuk anak down sindrom yang mengalami keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata. Saat ini sudah banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa dimanfaatkan untuk tumbuh kembang anak down sindrom. Terapi Okupasi, Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian. kognitif/pemahaman. kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak down sindrom tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.

19 Terapi Remedial, Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dan sekolah biasa. Terapi Sensori integrasi, Sensori integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan isensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down sindrom yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy), Mengajarkan anak down sindrom yang sudah berusia Iebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat. Ada juga orang tua yang menggunakan terapi alternatif yang saat ini sudah sangat berkembang pesat seperti terapi akupuntur. Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.terapi musik, Anak dikenalkan nada., bunyi-bunyian. dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik. Terapi lumba-lumba, Terapi ini biasanya dipakai bagi anak autis tapi hasil yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak down sindrom. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba. Terapi craniosacral, Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada syaraf pusat. Dengan terapi ini anak down sindrom diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya

20 tahan tubuh Iebih meningkat (ISDI, 2008). Dan tentu masih banyak lagi terapiterapi alternatif lainnya, ada yang berupa vitamin, supplemen maupun dengan pemijatan pada bagian tubuh tertentu. Orang tua harus bijaksana memilih terapi alternatif ini. Karena pada kenyataannya down sindrom pada sang anak tidak akan bisa hilang. Yang bisa orang tua lakukan yaitu mempersempit jarak perbedaan perkembangan antara anak down sindrom dengan anak normal Patofisiologi Penyebab yang spesifik belum diketahui. tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan nond isjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menuasia (Fadhli, 2010). Tubuh manusia memiliki milyaran sel yang memiliki pusat informasi genetik di kromosom. Normalnya manusia mempunyai 23 pasang kromosom sehingga total berjumlah 46 buah kromosom. Pada anak down syndrome kromosom nomor 21 berjumlah tiga dimana seharusnya berjumlah dua sehingga total menjadi 47 buah kromosom dan biasa disebut Trisomi 21. Jumlah kromosom yang berlebihan itulah yang mengakibatkan terjadinya kegoncangan pada system metabolisme sel yang akhimya memunculkan down syndrome. Down syndrome bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan. Anggapan bahwa down syndrome hanya akan terjadi pada usia ibu yang pada saat hamil berusia diatas 35 saat ini telah dipatahkan karena setelab diteliti lebih lanjut temyata down syndrome bisa terjadi pada ibu yang mengandung pada usia di bawah 35 thn. Juga anggapan bahwa

21 down syndrome terjadi karena kekurangan gizi (golongan tidak berpunya) juga dipatahkan karena down syndrome tidak mengenal strata sosial, seorang ibu yang menjaga kehamilan dengan baik sekalipun sang bayi yang dikandungnya bisa terkena down syndrome. Kesalahan pengandaan kromosom nomor 21 tersebut bukan karena penyimpangan perilaku orang tua ataupun pengaruh pencemaran Iingkungan. Ketidakjelasan penyebab pasti itu membuat faktor penyebab down syndrome hingga saat ini belum terobati dan tak tercegah (Ayu.2008). Sampai saat ini diakui bahwa tidak ada faktor perilaku atau lingkungan yang dapat menjadi penyebab sindrom down. Beberapa mitos menyebabkan bahwa penyebab sindrom down disebahkan oleh faktor genetik (warisan), namun pada kenyataannya sindrom down tidak disebabkan oleh kesalahan dalam pembelahan set selama pengembangan sperma. sel telur atau embrio.translokasi Sindrom Down adalah satu-satunya bentuk gangguan yang dapat ditularkan dari orangtua ke anak. Namun, hanya sekitar 4 persen anak-anak dengan sindrom down terjadi translokasi. Dan hanya sekitar setengah dari anak-anak ini mewarisi dan salah satu orangtua mereka. Ketika translokasi diwarisi, ibu atau ayah adalah pembawa seimbang dari translokasi, yang berarti ia memiliki beberapa materi genetik ulang, namun tidak ada bahan genetik tambahan. Ada beberapa orang tua yang memiliki risiko Iebih besar memiliki bayi dengan sindrom Down. Faktorfaktor tersebut yaitu usia ibu untuk melahirkan. Bagi seorang ibu yang memiliki umur yang sudah lanjut diketahui berpengaruh dengan angka kejadian sindrom down (Yusri, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Penderita sindroma Down atau yang sering disebut sebagai down s syndrom mampu tumbuh dan berkembang jika terdeteksi sejak dini, yakni sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, dimana dalam penggunaannya organisme hidup, terutama manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, dimana dalam penggunaannya organisme hidup, terutama manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa potensi gerak yang tidak terbatas, dimana dalam penggunaannya organisme hidup, terutama manusia dan hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Down Sindrom (mongoloid) adalah suatu kondisi di mana materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Memiliki anak yang sehat secara fisik dan psikologis menjadi impian dan harapan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga. Namun tidak semua harapan tersebut bisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Berkebutuhan Khusus 1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Semua ibu pasti berharap dapat melahirkan dengan selamat dan mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak semua orang tua mendapatkan

Lebih terperinci

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati MASA PRANATAL Siti Rohmah Nurhayati 1 Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan Permulaan kehidupan manusia dapat ditinjau secara psikologis dan biologis Secara psikologis kehidupan manusia dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi anak yang terlahir normal, para orang tua relatif mudah dalam mengasuh dan mendidik mereka. Akan tetapi, pada anak yang lahir dengan berkelainan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang

Lebih terperinci

17/02/2016. Mei Vita Cahya Ningsih. Chromosome 21

17/02/2016. Mei Vita Cahya Ningsih. Chromosome 21 Mei Vita Cahya Ningsih Chromosome 21 1 2 1/33 1/40 1/50 Risk 1/67 1/100 1/200 0 25 30 35 40 45 50 Mother's Age 3 Kelainan bawaan sejak lahir yg terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisme (Down s Syndrome)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap keluarga khususnya orang tua menginginkan anak yang lahir dalam keadaan sehat, tidak mengalami kecacatan baik secara fisik maupun mental. Salah satu contoh dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan menjadi orang tua tentunya mengharapkan mendapatkan buah hatinya dalam keadaan sehat secara lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran buah hati pasti sudah sangat berarti bagi orang tua, yang tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak pasti melalui

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai dewasa. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan 2. Pada periode tertentu ada masa percepatan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down John Langdon adalah seorang dokter dari Inggris yang pertama kali menggambarkan kumpulan gejala dari sindrom Down pada tahun 1866. Namun sebelumnya Esquirol pada

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 2. Definisi : Sindrom down atau yang dikenal dengan Trisomy 21 merupakan kelainan kromosom berupa penambahan sebagian atau seluruh kromosom 21. Kelainan kromosom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

SINDROMA DOWN Deteksi dini, Intervensi dini dan Pemantauan

SINDROMA DOWN Deteksi dini, Intervensi dini dan Pemantauan SINDROMA DOWN Deteksi dini, Intervensi dini dan Pemantauan Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang / Ped. Sosial RS. Hermina / Depart. IKA FK-UII Yogyakarta SEKILAS WAJAH ANAK SINDROMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada kedua orang tua sebagai karunia, rahmat, titipan, dan juga sebagai cobaan untuk melihat

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2015

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2015 Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog Fakultas Psikologi UMBY 2015 Faktor Penghambat Lingkungan Lingkungan yang buruk dapat menghambat atau mengganggu tumbuh kembang anak. Biasanya lingkungan yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas intelektual ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan termasuk komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan keterampilan fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis merupakan hal yang penting bagi orang tua khususnya ibu. Perkembangan fisik dan psikologis anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang 1. Tumbuh Kembang Anak BAB I PENDAHULUAN Dalam pengertian tumbuh - Gangguan bicara dan bahasa. kembang anak terkandung dua pengertian yang berbeda yakni pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan orang lain, yaitu ibu dan ayahnya. Menangis di

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013 Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog Fakultas Psikologi UMBY 2013 Faktor Penghambat Lingkungan Lingkungan yang buruk dapat menghambat atau mengganggu tumbuh kembang anak. Biasanya lingkungan yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty. Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty Abstrak Kesibukan orangtua yang bekerja berdampak pada kurang diperhatikannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Mufdlilah, 2009, p.41). Masa kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan

Lebih terperinci

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekurangan, salah satunya adalah keterbelakangan mental.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekurangan, salah satunya adalah keterbelakangan mental. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan anak yang dilahirkannya sempurna dan sehat baik secara fisik maupun mental. Tapi tidak sedikit pula yang dilahirkan dengan kekurangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati anak-anak dalam setiap harinya akan menemukan bahwa masing-masing anak memiliki keunikan dan keistimewaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harapan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini adalah untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. Harapan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini adalah untuk bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harapan bagi setiap wanita yang ada di dunia ini adalah untuk bisa menjadi ibu dengan memiliki seorang anak di dalam kehidupannya. Anak merupakan anugerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB Latar Belakang

UKDW BAB Latar Belakang BAB 1 1.1.Latar Belakang Bermain adalah hal yang sangat dibutuhkan, baik bagi user-user yang baru lahir sampai user-user yang sudah sekolah. Dengan bermain, user-user juga sedang melakukan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60

LAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60 47 LAMPIRAN KUESIONER Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden a) 60 Pendidikan terakhir responden : a) Tidak pernah bersekolah b) SD c) SMP d) SMA/sederajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan anak yang sehat dan normal biasanya dilihat dari bagaimana perkembangan motorik anak tersebut. Terkadang perkembangan motorik dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi. kesehatan

Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi. kesehatan Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi kesehatan oleh Kasriyati, S.Pd Tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode yang sangat penting dan kritis. Keberhasilan tahun-tahun pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,

Lebih terperinci

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga Oleh : dr. Yuniar Lestari, MKes Pengertian Perilaku Perilaku ( manusia ) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat ataupun tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA 03 SERI BACAAN ORANG TUA Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci