TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI"

Transkripsi

1 TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 RA Gupita Dhyaningsari NIM I

3 ABSTRAK RA GUPITA DHYANINGSARI Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Di bawah bimbingan RILUS A KINSENG Keraton Yogyakarta merupakan salah satu warisan budaya leluhur yang masih tetap bertahan di masa modern seperti sekarang. Ada peranan penting yang terdapat di Keraton yaitu seorang abdi dalem. Abdi dalem merupakan seseorang yang mengabdi kepada raja dan tidak mengharapkan imbalan namun mereka mencari ketenangan hidup dengan mewujudkan kesetiaan kepada keraton. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemodernan para abdi dalem keraton Yogyakarta dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan metode penelitian kualitatif. Pada hasil penelitian ini, sebanyak persen responden memiliki tingkat kemodernan yang rendah dan persen lainnya tinggi. Kemudian, faktor yang mempengaruhi merupakan pendapatan keluarga. Sedangkan lama mengabdi berpengaruh negatif dan yang tidak berpengaruh adalah usia, jenis kelamin, lama menempuh pendidikan formal, lama bekerja diluar Keraton dan jenis pekerjaan. Kata kunci: abdi dalem, Keraton, tingkat kemodernan, nilai budaya ABSTRACT RA GUPITA DHYANINGSARI The Modernity Level of Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Supervised by RILUS A KINSENG Keraton Yogyakarta is one of the ancestral heritage which still survive in modern times as now. There is an important role that is abdi dalem. Abdi dalem is a person who dedicates to king and doesn t expect a great rewards but they are looking for peace of life to embody loyalty to the Keraton. This study aims to analyze the level of modernity of the abdi dalem Keraton Yogyakarta and analyze the factors that affect the level of modernity as experienced by the abdi dalem. This study uses quantitative research methods and supported by qualitative research methods. The results of this study show that percent of respondents have a low level of modernity and the othe percent high. Then, the factors that affect is family income whereas long time dedicate is affect negatively and that no effect is age, gender, level of education, work outside Keraton and the kind of work outside Keraton. Key words: abdi dalem, Keraton, modernity level, cultural value

4 TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

5 Judul Skripsi Nama NIM : Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta : RA Gupita Dhyaningsari : I Disetujui oleh Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada: 1. Ayahanda Sri Hermawan dan Ibunda Emmy Wulandari serta adik penulis Lusika Mustikamaya yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal. 2. Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. 3. Keluarga besar Widitomo dan keluarga besar Marseno Prawiroatmo yang selalu mencurahkan kasih sayangnya dan dorongan semangat untuk penulis. 4. KRT Kusumonegoro dan Nyi KRT Hamong Tejanegara yang membantu penulis dalam proses penelitian di Keraton Yogyakarta. 5. Rama Muhammad Bintang atas dorongan semangat dan motivasi yang selalu dicurahkan kepada penulis. 6. Teman-teman satu bimbingan, Ferdi Tri Wahyudi dan Fuad Habibi Siregar yang saling menyemangati satu sama lain. 7. Sahabat seperjuangan selama kuliah di IPB, Chyntya Wijaya yang selalu menyemangati penulis dan membantu selama menempuh pendidikan di IPB. 8. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini, khususnya untuk Sahda, Erlisa, Gita, Estya, Adrian, Anggita, Anggita, Faris dan Mahdi. 9. Sahabat sepanjang masa Mimi, Upay, Dinda, Manyun, Ijung, Agyl dan Febrian. 10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya studi pustaka ini Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Bogor, Agustus 2014 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Kegunaan Penelitian... 3 PENDEKATAN TEORITIS... 4 Tinjauan Pustaka... 4 Keraton dan Kehidupan Abdi Dalem... 4 Tingkat Kemodernan... 5 Kerangka Pemikiran....6 Hipotesis Penelitian... 7 Definisi Operasional... 8 PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Informan Dan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kondisi Geografis Sistem Pemerintahan 15 Keadaan Penduduk 15 Sarana dan Prasarana Objek Wisata Gambaran Umum Keraton Yogyakarta TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM Karakteristik Responden Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Tingkat Keterbukaan Terhadap Pengalaman Baru Pandangan Terhadap Status dan Kedudukan Perempuan Tingkat Keterdedahan Media Massa Tingkat Kepercayaan Terhadap Media Massa Tingkat Materialisme Kontrol Kelahiran Tingkat Rasionalitas... 39

8 Perencanaan Jangka Panjang Tingkat Individualisme Ikhtisar FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM Faktor Internal Usia Jenis Kelamin Lama Pendidikan Lama Mengabdi Pendapatan Keluarga Lama Bekerja Mencari Nafkah Jenis Pekerjaan Ikhtisar PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

9 DAFTAR TABEL 1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi DIY 14 3 Jumlah dan persentase penduduk Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun Jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut jenis pekerjaan pada tahun Jumlah pemeluk agama Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012/2013 menurut strata pendidikan Jumlah sarana kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Jumlah tempat peribadatan di Daerah Istimewa Yogyakarta 19 9 Jumlah objek wisata dan pengunjung di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, usia dan tingkat kemodernan 11 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat keterbukaan terhadap hal baru 12 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat keterbukaan terhadap hal baru, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 13 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan 14 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 15 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat keterdedahan media massa

10 16 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat keterdedahan media massa, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 17 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat kepercayaan terhadap media massa 18 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat kepercayaan terhadap media massa, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 19 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat materialisme 20 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat materialisme, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 21 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan pandangan terhadap kontrol kelahiran Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai kontrol kelahiran, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat rasionalitas 24 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat rasionalitas, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 25 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan perencanaan jangka panjang 26 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai perencanaan jangka panjang, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan 27 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat individualism 28 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat individualisme, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan

11 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 7 2 Arti Keraton Yogyakarta berdasarkan Garis Imajiner 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Keraton Yogyakarta 53 2 Hasil Uji SPSS 54

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau. Berdasarkan data LIPI tahun 2004 Indonesia terdiri dari pulau yang terdiri dari pulau besar dan kecil. Berdasarkan pendataan penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri terhitung 31 Desember 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak jiwa. Dan ini membuat Indonesia berada pada posisi ke-4 sebagai negara dengan tingkat kepadatan penduduk terbesar di dunia. Penduduk dengan jumlah yang banyak ini tersebar di seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Setiap pulau terbagi menjadi beberapa daerah dimana setiap daerah tersebut memiliki kondisi geografis dan topografi yang berbeda-beda sehingga menimbulkan berbagai macam perbedaan dalam pola perilaku kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pola perilaku tersebut lambat laun terinternalisasi dan menjadi suatu kebudayaan. Keanekaragaman bahasa dan budaya ini, menjadi suatu aset yang berharga bagi Indonesia. Salah satu budaya Indonesia yang masih sangat kental adalah budayabudaya yang terdapat di Keraton. Keberadaan Keraton Yogyakarta sangat berpengaruh terhadap kuatnya budaya-budaya yang ada di daerah Yogyakarta. Tingkat kepercayaan masyarakat sekitar terhadap keraton sangatlah tinggi. Masyarakat menganggap bahwa keraton adalah sumber dari kehidupan mereka, mereka akan mendapat berkah dari keraton dan akan mendapat petaka apabila melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh keraton. Menurut Artha (2009), masyarakat Yogyakarta menganggap Raja sebagai wakil Tuhan sehingga siapa yang tidak tunduk pada raja sama saja menentang kehendak Tuhan. Soemardjan (1981) dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta menyatakan bahwa pada awalnya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta merupakan suatu kesatuan yaitu Kerajaan Mataram Kuno. Namun, setelah adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Kerajaan Mataram Kuno tepecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini tidak hanya menyangkut pembagian tanah dan rakyat akan tetapi juga pembagian tanda-tanda kebesaran kerajaan seperti lambang-lambang kekuasaan dan juga pusaka-pusaka kerajaan. Pusaka-pusaka tersebut merupakan benda-benda suci dengan kekuatan magis, yang tidak dapat dipisahkan dengan raja yang memerintah. Kehidupan di Keraton tidak dapat dipisahkan dengan peran seorang abdi dalem. Abdi dalem merupakan seseorang yang mengabdi kepada raja keraton dan tidak mengharapkan imbalan yang besar namun mereka mencari ketenangan hidup dengan mewujudkan kesetiaan kepada keraton. Meskipun gaji yang diterima oleh abdi dalem tergolong kecil, namun seorang abdi dalem percaya bahwa imbalan berupa berkah dari keraton yang diterima jauh lebih besar dan berharga. Untuk menjadi seorang abdi dalem tidak diperlukan kriteria khusus, namun harus merupakan masyarakat asli Yogyakarta. Masyarakat yang mendaftar dan menjadi abdi dalem terdiri dari latar belakang yang beragam, mulai dari pengusaha, dokter, hakim, pensiunan PNS, hingga siswa SMA. Ini menunjukkan

13 2 bahwa usia dan pekerjaan tidak menjadi faktor penentu untuk menjadi seorang abdi dalem. Dalam kehidupannya, seorang abdi dalem sudah tentu menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan keraton. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, masuknya arus modernisasi ke dalam negara-negara berkembang termasuk Indonesia mempengaruhi kehidupan masyarakat di dalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya modernisasi merupakan suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning (Soekanto, 1982). Keraton Yogyakarta terletak di Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Isimewa Yogyakarta. Keraton Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang masih bertahan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya di tengah era globalisasi seperti sekarang ini. Oleh karena itu, akan menjadi menarik bagi penulis untuk menganalisis tentang tingkat kemodernan yang dialami oleh abdi dalem keraton. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin dianalisis dalam penulisan penelitian yang berjudul Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta ini adalah: 1. Bagaimanakah tingkat kemodernan para abdi dalem keraton Yogyakarta. 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan yang dialami abdi dalem keraton Yogyakarta. Tujuan Tujuan dari penulisan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan secara khusus bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat kemodernan para abdi dalem keraton Yogyakarta. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan yang dialami abdi dalem keraton Yogyakarta.

14 3 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak terkait, yakni: 1. Bagi peneliti dan kalangan akademisi, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan menjadi referensi tambahan dalam menjelaskan tentang tingkat kemodernan dan orientasi nilai budaya abdi dalem keraton. 2. Bagi Keraton, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang abdi dalem dan menambah koleksi perpustakaan Keraton Yogyakarta. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan gambaran mengenai peran abdi dalem secara keseluruhan.

15 4 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Keraton dan Kehidupan Abdi Dalem Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat beragam. Budaya yang masih cukup kental yang ada di Indonesia merupakan budaya yang ada di kerajaan. Masih banyak kerajaan-kerajaan yang merupakan warisan budaya leluhur yang tetap berdiri tegak dan kokoh ditengah arus modernisasi. Salah satu kerajaan tersebut adalah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebelum terjadinya perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, Keraton Yogyakarta merupakan bagian dari kerajaan Mataram. Pada perjanjian itu, Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua bagian yaitu Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta. Hingga saat ini kedua keraton tersebut masih teguh berdiri ditengah arus modernisasi. Keraton Yogyakarta resmi mulai berdiri sejak tanggal 13 Februari 1755 dibawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono I atau Pangeran Mangkubumi. Sri Sultan Hamengkubuwono I terkenal sebagai ahli bangunan, perwira perang yang perkasa sekaligus pemuka kebatinan. Bangunan Keraton Yogyakarta dibangun dimasa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan beliau juga merupakan arsitek bangunan keraton ini. Segala sesuatu yang ada di dalamnya, arsitektur bangunannya, letak bangsalbangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya sampai pada warna gedung-gedungnya mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di kawasan ini juga tidak sembarangan, melainkan terdiri dari jenis-jenis yang ada maknanya. Konon semua itu mengandung nasihat agar manusia cinta dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana, berhati-hati dalam bertingkah laku sehari-hari dan sebagainya. Terdapat nilai-nilai spiritual tentang tata letak Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta terdapat di pusat Kota Yogyakarta dan berada satu garis lurus dengan Gunung Merapi dan Tugu Pal Putih di bagian utara dan dengan Panggung Krapyak dan Pantai Parangtritis di bagian selatan. Terdapat filosofi antara Tugu Pal Putih dengan Panggung Krapyak, dalam kepercayaan umat Hindu manusia tercipta dari seorang ayah dan ibu, maka di setiap bangunan-bangunan yang bergaya Hindu sudah tentu terdapat sebuah Lingga dan Yoni. Tugu Pal Putih melambangkan Lingga dan Panggung Krapyak melambangkan Yoni. Kompleks keraton terletak ditengah-tengah, luasnya lebih kurang m², tetapi daerah keratonnya membentang antara sungai Code dan sungai Winanga, membujur dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Nama kampung-kampungnya memperlihatkan bahwa di jaman dulu penghuninya mempunyai tugas tertentu di keraton. Misalnya Pasindenan merupakan tempat tinggal para pesinden atau Gandekan ialah tempat tinggal para gandek atau kurir para sultan. Kompleks keraton dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, bètèng namanya. Panjangnya 1 km, berbentuk persegi 4, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4 m. Keraton juga memiliki beberapa bangunan lain diluar kompleks keraton yaitu Istana Air Taman

16 5 Sari, Makam Raja-Raja Keraton Yogyakarta dan Surakarta di Imogiri, Makam Kotagedhe dan masih banyak lagi. Istana Air Taman Sari berfungsi sebagai tempat pemandian raja bersama permaisuri dan para selir serta putri-putri raja. Kehidupan di keraton tidak dapat dilepaskan dari peran seorang raja. Namun, ada juga peran penting lain yang ada di keraton yaitu peran seorang abdi dalem. Abdi dalem merupakan seseorang yang mengabdi kepada keraton dan raja untuk mencari ketenangan hidup dengan mewujudkan kesetiaan kepada keraton. Dijelaskan dalam jurnal penelitian Sulistyawati (2004) abdi dalem dibagi menjadi dua bagian yaitu abdi dalem punakawan dan abdi dalem kaprajan. Abdi dalem punakawan merupakan abdi dalem yang bertugas di keraton sedangkan abdi dalem kaprajan merupakan seluruh pegawai pemerintah daerah yang mendapat SK Gubernur dan meminta pangkat di keraton. Nama untuk para abdi dalem diberikan berdasarkan pangkat dan kedudukannya. Abdi dalem punakawan diberi nama sesuai dengan pangkat dan tempat kerja di keraton. Sementara itu, abdi dalem kaprajan diberi nama sesuai dengan pangkat dan dinas atau instansi kerjanya. Gelar anugerah juga diberikan kepada abdi dalem. Pemberian gelar ini berdasarkan pangkat dan pengabdian. Sistem penamaan dan pemberian gelar di Keraton Yogyakarta bervariasi dan terpola. Nama dan gelar memberikan identitas sosial pemiliknya dan dapat meningkatkan status sosial seorang abdi dalem. Dalam kehidupannya, seorang abdi dalem tidaklah mencari kepuasan kehidupan duniawi atau kepuasan materi melainkan tulus ikhlas mengabdikan dirinya untuk keraton dan akan mendapatkan ketenangan hidup dan berkah yang akan diberikan oleh keraton sudah cukup memenuhi kebutuhan mereka. Tingkat kepercayaan seorang abdi dalem terhadap hal-hal mistis dan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh keraton masih sangat tinggi. Mereka percaya bahwa akan ada bencana atau malapetaka yang akan menimpa mereka apabila mereka menentang perintah raja atau tidak melakukan suatu ritual tertentu. Tingkat Kemodernan Pada dasarnya modernisasi merupakan suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning (Soekanto, 1982). Menurut Koentjaraningrat seperti dikutip dalam Setiadi et al (2006), modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Sedangkan menurut Inkeles dan Smith (1974) menjelaskan modern sebagai kecenderungan perilaku individu dalam berbagai cara. Seperti yang tertera dalam halaman 16 dalam bukunya yang berjudul Becoming Modern : The modern is defined as a mode of individual functioning, a set of dispositions to act in certain ways. It is, in other words, an ethos in the sense in which Max Weber spoke of the spirit of capitalism. As Robert Bellah expressed it, the modern should be seen not as a form of political or economic system, but as a spiritual phenomenon or a kind of mentality.

17 6 Seperti pada buku yang ditulis oleh Alkadri, Kusrestuwardhani dan Gauthama (2003) yang berjudul Budaya Jawa dan Masyarakat Modern, berkembangnya suatu masyarakat dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, tentu saja merubah pemahaman mereka tentang falsafah hidup yang dianut. Ada yang menyatakan bahwa kebudayaan tradisional acapkali menghambat perkembangan suatu masyarakat, terutama yang berhubungan dengan proses modernisasi. Nilai-nilai budaya masyarakat Yogyakarta sangat mendukung masyarakatnya untuk berperilaku yang bercirikan masyarakat modern. Hanya saja, dalam mempercayai hal baru, mereka cenderung berhati-hati namun tetap menghargai pendapat lain. Dengan demikian keadaan Yogyakarta saat ini dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, kehatihatian masyarakat Yogyakarta terhadap hal-hal baru dapat mengukuhkan kesadaran masyarakatnya untuk tidak melupakan kebudayaan asli daerahnya. Inilah yang menjadikan Yogyakarta daerah yang unik karena budaya asli dan budaya yang dibawa pendatang dapat hidup berdampingan secara selaras. Pada saat kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sultan sempat pindah ke Jakarta dalam melaksanakan tugas sebagai Wakil Presiden, pada masa ini kehidupan istana mulai berubah, kehidupan tradisional mulai ditinggalkan dan keluarga keraton mulai hidup dengan cara yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa kehidupan abdi dalem sudah modern namun keaslian dari kebudayaan mereka tidak pernah mereka tinggalkan. Kepercayaan mereka terhadap hal-hal mistik dan irrasional yang menyebabkan mereka tetap mempercayai nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Seperti pada buku yang ditulis oleh Artha (2009), masyarakat Yogyakarta percaya bahwa Sultan merupakan wakil Tuhan yang apabila melanggar perintah Sultan sama dengan melanggar perintah Tuhan. Ditengah arus modernisasi yang masuk ke Indonesia, Sultan tetap melakukan ritual-ritual yang wajib dilakukan dan apabila ritual tersebut tidak dilakukan maka penguasa alam semesta akan murka. Beliau tetap percaya terhadap hal-hal yang berbau mistik dan irrasional. Setiap Sultan dianggap memiliki hubungan dekat dengan penguasa Pantai Selatan atau Ratu Kidul. Hingga saat ini Sultan masih rutin menyelenggarakan upacaraupacara keagamaan yang bertujuan menyeimbangkan kosmos, menyimpan bendabenda pusaka yang digunakan sebagai simbol kekuasaan. Kerangka Pemikiran Abdi dalem memiliki peran yang penting dalam kehidupan keraton Yogyakarta. Pada zaman modern ini, abdi dalem Keraton Yogyakarta masih memegang teguh nilai-nilai kebudayaan yang ada di keraton sejak zaman dahulu, maka menjadi menarik bagi peneliti untuk menganalisis seberapa besar tingkat kemodernan para abdi dalem dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem merupakan faktor internal dan eksternal, namun dalam penelitian ini faktor eksternal tidak dikaji secara mendalam karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.

18 7 Abdi Dalem Tingkat Kemodernan (Y) - Tingkat keterbukaan terhadap hal baru - Pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan - Tingkat keterdedahan media massa - Tingkat kepercayaan terhadap media massa - Tingkat materialisme - Kontrol kelahiran - Tingkat rasionalitas - Perencanaan jangka panjang - Tingkat individualisme Faktor Eksternal - Interaksi dengan Wisatawan - Perkembangan Teknologi - Pembangunan Ekonomi - Perkembangan Pendidikan Faktor Internal (X) - Usia (X1) - Jenis Kelamin (X2) - Tingkat Pendidikan (X3) - Lama Mengabdi (X4) - Pendapatan Keluarga (X5) - Lama Bekerja Mencari Nafkah (X6) - Jenis Pekerjaan (X7) Keterangan : --- tidak dikaji Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini dapat dijelaskan bahwa tingkat kemodernan dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama mengabdi, pendapatan keluarga dan lama bekerja mencari nafkah. Secara lebih khusus diduga lama mengabdi mempengaruhi tingkat kemodernan secara negatif.

19 8 Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat Kemodernan Berdasarkan dimensi kemodernan individu menurut Inkeles dan Smith (1974) dan pola variabel Parson, maka tingkat kemodernan individu dalam penelitian ini diukur melalui indikator di bawah ini: a. Tingkat keterbukaan terhadap pengalaman baru merupakan pandangan seseorang untuk menerima pengalaman maupun hal baru. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat keterbukaan terhadap hal baru diberikan 5 pertanyaan, seluruh pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. b. Pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan, misalnya apakah perempuan dianggap setara dengan laki-laki. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan diberikan 5 pertanyaan, seluruh pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. c. Tingkat keterdedahan media massa adalah frekuensi seseorang menerima infomasi melalui berbagai macam media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat keterdedahan media massa diberikan 5 pertanyaan, seluruh pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. d. Tingkat kepercayaan terhadap media massa adalah tingkat kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang disajikan di media massa. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat kepercayaan terhadap media massa diberikan 5 pertanyaan, seluruh pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. e. Tingkat materialisme adalah sikap seseorang terhadap pentingnya materi. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat materialisme diberikan 5 pertanyaan, 4 pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif dan 1 pertanyaan bersifat negatif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. f. Kontrol kelahiran adalah usaha seseorang untuk mengontrol kelahiran anak dalam suatu keluarga. Diukur menggunakan skala ordinal.

20 9 Dalam kuesioner penelitian ini, kontrol kelahiran diberikan 5 pertanyaan, 1 pertanyaan dalam indikator ini bersifat positif dan 4 pertanyaan bersifat negatif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. g. Tingkat rasionalitas adalah tingkat kepercayaan seseorang kepada halhal rasional dan mengesampingkan hal-hal yang dianggap irrasional. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat rasionalitas diberikan 5 pertanyaan, seluruh pertanyaan bersifat negatif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. h. Perencanaan jangka panjang adalah rencana seseorang dengan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, perencanaan jangka panjang diberikan 5 pertanyaan, 4 pertanyaan bersifat positif dan 1 pertanyaan bersifat negatif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. i. Tingkat individualisme adalah seseorang mengutamakan diri sendiri dibanding kepentingan umum. Diukur menggunakan skala ordinal. Dalam kuesioner penelitian ini, tingkat individualisme diberikan 5 pertanyaan, 1 pertanyaan bersifat positif dan 4 pertanyaan bersifat negatif. Pada pembahasan ini, diambil 3 contoh pertanyaan dari 5 pertanyaan yang ada. Dikategorikan berdasarkan jawaban dan jenis kelamin responden. 2. Faktor Internal a. Usia merupakan lama hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang berdasarkan satuan waktu. b. Jenis kelamin adalah ciri khas biologis yang melekat pada diri seseorang. Dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. c. Lama pendidikan adalah berapa lama seseorang menempuh pendidikan formal. Dihitung berdasarkan satuan waktu. d. Lama mengabdi adalah berapa lama seorang abdi dalem mengabdikan dirinya untuk Keraton Yogyakarta. Dihitung berdasarkan satuan waktu. e. Pendapatan keluarga adalah pendapatan setiap bulan yang dihasilkan oleh seluruh anggota keluarga inti yang sudah berpenghasilan. Akan dikategorikan sesuai dengan hasil survei di lapangan. f. Lama bekerja mencari nafkah adalah berapa lama seorang abdi dalem bekerja diluar mengabdi kepada Keraton Yogyakarta dengan tujuan memenuhi kebutuhan keluarga yang bersifat material. Dihitung berdasarkan satuan waktu. g. Jenis pekerjaan merupakan pekerjaan yang dilakukan abdi dalem Keraton Yogyakarta dalam mencari nafkah dengan tujuan memenuhi kebutuhan keluarga yang bersifat material. Digolongkan menjadi: 1. Petani kecil/nelayan kecil

21 2. Pedagang kecil/informal 3. Pekerja pabrik/industri 4. Pegawai kantor 5. Pedagang besar 10

22 11 PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survey melalui kuesioner. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Keraton Yogyakarta, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lampiran 1). Lokasi tersebut dipilih dengan alasan budaya yang terdapat di Keraton Yogyakarta masih kental dan nilai-nilai lokal yang ada masih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat keraton. Penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Tabel 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014 Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian

23 12 Teknik Penentuan Informan dan Responden Populasi penelitian ini adalah abdi dalem punakawan di Keraton Yogyakarta. Abdi dalem punakawan merupakan abdi dalem yang bertugas di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Informan ditentukan berdasarkan informasi yang dimiliki mengenai abdi dalem dan Keraton Yogyakarta. Kemudian, teknik penentuan responden menggunakan teknik accidental sampling (Sugiyono 2004) dengan kriteria, pertama jenis kelamin, diambil 30 orang laki-laki dan 30 orang perempuan kemudian yang kedua usia, untuk masing-masing kelompok jenis kelamin, diambil 15 orang yang berusia >50 tahun dan 15 orang yang berusia 50 tahun. Teknik accidental sampling dilakukan dalam penelitian ini karena pihak Keraton tidak memiliki data-data tentang abdi dalem yang akurat seiring dengan berjalannya waktu dan pihak Keraton pun tidak bersedia untuk memberikan data tersebut. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan informan dan responden. Wawancara dilakukan menggunakan bahasa Jawa. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai pustaka lainnya seperti buku, jurnal penelitian, skripsi, dan lain-lain mengenai abdi dalem Kraton Yogyakarta. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan Minitab 16. Data primer yang diperoleh secara kuantitatif kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis regresi. Analisis regresi menggunakan uji statistik yaitu uji regresi dengan nilai signifikansi sebesar α(0,10), artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 90 persen dan tingkat kesalahan sebesar 10 persen. Berikut adalah persamaan regresi linier berganda: Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif melalui dua tahap, yaitu reduksi data dan penyajian data. Reduksi data terdiri dari proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data berupa catatan-catatan tertulis di lapangan selama penelitian berlangsung. Reduksi data ditujukan untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan data, dan membuang data yang tidak perlu. Selanjutnya, penyajian data dilakukan dengan cara menyusun sekumpulan informasi agar mudah dalam penarikan kesimpulan yang disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapang.

24 Berdasarkan dimensi kemodernan individu menurut Inkeles dan Smith (1974) dan pola variabel Parson, maka tingkat kemodernan individu dalam penelitian ini diukur melalui 9 indikator yaitu: tingkat keterbukaan terhadap pengalaman baru, pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan, tingkat keterdedahan media massa, tingkat kepercayaan media massa, tingkat materialisme, kontrol kelahiran, tingkat rasionalitas, perencanaan jangka panjang dan tingkat individualisme. Tingkat kemodernan diuji menggunakan kuesioner yang diambil dan dimodifikasi dari beberapa pertanyaan yang dibuat oleh Inkeles dan Smith dalam buku Becoming Modern. Kuesioner terdiri atas 45 pertanyaan. Dari 9 indikator, terdapat masing-masing 5 pertanyaan dari setiap indikator. Setiap pertanyaan diberikan pilihan jawaban ya dan tidak, setiap pertanyaan yang bersifat positif jawaban ya akan mendapat skor 1 dan jawaban tidak akan mendapat skor 0. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif, jawaban ya akan mendapat skor 0 dan jawaban tidak akan mendapat skor 1. Sehingga masing-masing indikator mendapat skor 0 sampai 5. Skor 0 sampai 2 tergolong rendah dan 3 sampai 5 tergolong tinggi. Kemudian, akan dihitung berapa responden yang tergolong rendah dan tinggi dan dikategorikan berdasarkan jenis kelamin dengan data tersebut juga akan dihitung persentase dari data tersebut. 13

25 14 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Keberadaan Keraton Yogyakarta sangat berpengaruh terhadap keistimewaan provinsi ini. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh wilayah provinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Klaten di sebelah timur laut, Kabupaten Wonogiri di sebelah tenggara, Kabupaten Purworejo di sebelah barat dan Kabupaten Magelang di sebelah barat laut. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara LS dan BT, tercatat memiliki luas km² atau 0.17 persen dari luas Indonesia, merupakan provinsi terkecil setelah provinsi DKI Jakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 1 kotamadya dan 4 kabupaten yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa atau kelurahan. Tabel 2 Luas wilayah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km²) Luas Wilayah (%) Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Bantul Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar %, ketinggian kurang dari 100 m dari permukaan laut sebesar %, ketinggian antara 500 m 999 m dari permukaan laut sebesar 5.04 % dan ketinggian di atas 1000 m dari permukaan laut tercatat sebesar 0.74 %. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki satu gunung berapi yang masih aktif dan terletak di Kabupaten Sleman yaitu Gunung Merapi. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia maka Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak pantai yang indah dan memiliki ombak yang besar.

26 15 Sistem Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh seorang Gubernur dan Wakil Gubernur. Sesuai dengan tradisi dan UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sultan Yogyakarta yang bertahta dan Wakil Gubernur merupakan Pangeran Paku Alam yang bertahta. Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 1 kotamadya yaitu Kota Yogyakarta dan 4 kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunugkidul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Kepala daerah masingmasing wilayah tersebut dipilih melalui pemilihan kepala daerah pada umumnya, masa jabatan Bupati dan Walikota pun sama seperti di daerah lain di luar Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan Penduduk Menurut Sensus Penduduk 2010, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan proporsi laki-laki dan perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar jiwa per km². Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 Kabupaten/ Laki-laki Perempuan Jumlah Kota Jiwa % Jiwa % Jiwa % Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DI Yogyakarta Sumber: Sensus Penduduk tahun 2010 Menurut Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 7 jenis pekerjaan, yaitu tenaga profesional, tenaga kepemimpinan, tenaga tata usaha, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga usaha pertanian, dan tenaga produksi. Survey ini dilakukan pada bulan Februari dan Agustus tahun 2012.

27 16 Tabel 4 Jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut jenis pekerjaan pada tahun 2012 Jenis Pekerjaan Februari Agustus Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Tenaga Profesional Tenaga Kepemimpinan Tenaga Tata Usaha Tenaga Usaha Penjualan Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertanian Tenaga Produksi Total Pada tahun 2012, dari pemeluk agama yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, persen diantaranya memeluk agama Islam. Kemudian 4.73 persen beragama Katholik, pemeluk agama Kristen sebanyak 2.60 persen, pemeluk agama Hindu sebanyak 0.24 persen dan pemeluk agama Budha sebanyak 0.14 persen. Tabel 5 Jumlah pemeluk agama Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 Kabupat Islam Kristen Katholik Hindu Budha Total en / Kota Kulon progo Bantul Gunung kidul Sleman Yogya karta DI Yogya karta Sumber: Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta Sarana dan Prasarana Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal juga sebagai Kota Pelajar, hal ini karena banyaknya sekolah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Baik sekolah negeri maupun swasta dari berbagai jenjang berkembang dengan baik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang bermutu.

28 17 Tabel 6 Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012/2013 menurut strata pendidikan Tingkat Kabupaten / Kota Daerah Sekolah Kulon Progo Bantul Gunung kidul Sleman Yogya karta Istimewa Yogyakarta TK SD SMP SMA SMK SLB MI MTS MA Total Sumber: Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta Pada jenjang perguruan tinggi, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 10 Perguruan Tinggi Negeri. Adapun Perguruan Tinggi Swasta tercatat sebanyak 112 institusi, dengan rincian sebanyak 18 universitas, 42 sekolah tinggi/institut, serta 7 politeknik dan 45 akademi. Untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan disertai tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini diarahkan agar tempat pelayanan kesehatan mudah dikunjungi dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2012 sarana kesehatan yang tersedia di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 47 unit Rumah Sakit Umum, 70 unit Rumah Sakit Bersalin, 181 unit Balai Pengobatan, 121 unit Puskesmas Induk dan praktek dokter perorangan.

29 18 Tabel 7 Jumlah sarana kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 Fasilitas Kabupaten / Kota Daerah Kesehatan Kulon progo Ban tul Gunung Kidul Sle man Yogya Karta Istimewa Yogyakarta Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Khusus Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Praktek Dokter Perorangan Rumah Bersalin Balai Pengobatan Apotik Sumber: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Pemeluk agama di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beragam. Hal ini diikuti pula dengan fasilitas peribadatan yang tersedia hampir di setiap daerah dan fasilitas tersebut memadai untuk masyarakat dapat berhubungan dengan Sang Maha Pencipta secara khidmat dan sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

30 19 Tabel 8 Jumlah tempat peribadatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tempat Ibadah Kabupaten / Kota DIY Kulon progo Bantul Gunung kidul Sleman Yogya karta Masjid Mushola Gereja Rumah Kebaktian Gereja Kapel Pura Sanggar Wihara Cetya Sumber: Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki satu bandar udara Adisucipto. Bandar udara ini digunakan untuk penerbangan domestik maupun internasional. Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki dua stasiun kereta api besar yaitu stasiun kereta api Tugu dan Lempuyangan. Transportasi umum yang tersedia di Yogyakarta merupakan bis kota dan Trans Jogja. Trans Jogja merupakan bis kota yang menghubungkan antara kota Yogyakarta dengan kabupaten yang lain. Objek Wisata Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak objek wisata yang menarik bagi wisatawan. Objek wisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beragam, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata belanja dan wisata kuliner. Tabel 9 Jumlah objek wisata dan pengunjung di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 Kabupaten / Kota Jumlah Objek Wisatawan Asing Wisatawan Lokal Wisata Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY Sumber: Badan Pariwisata Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

31 20 Gambaran Umum Keraton Yogyakarta Keraton Yogyakarta dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1756 di wilayah Hutan Beringan. Istilah dari Yogyakarta sendiri berasal dari kata Yogya dan Karta. Yogya artinya baik dan Karta artinya makmur. Istilah Keraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu atau raja. Dapat diuraikan secara sederhana bahwa lingkungan seluruh struktur dan bangunan wilayah keraton mengandung arti tertentu yang berkaitan dengan salah satu pandangan hidup Jawa yang sangat esensial, yaitu Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati). Wilayah Keraton Yogyakarta membentang antara Tugu (batas utara) dan Krapyak (batas selatan), antara Sungai Code (sebelah timur) dan Sungai Winongo (sebelah barat), antara Gunung Merapi dan Laut Selatan. Garis besarnya, wilayah Keraton memanjang sepanjang 5 kilometer dari Panggung Krapyak di sebelah selatan hingga Tugu Keraton di sebelah utara dan terdapat garis linier dualisme terbalik yang bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara mulai dari Panggung Krapyak melambangkan arti proses terjadinya manusia, mulai ketika masih berada di alam arwah sampai hadir ke dunia karena adanya ibu dan bapak. Panggung Krapyak dianggap sebagai penjelmaan dari perempuan atau ibu (Yoni) dan Tugu Keraton Yogyakarta dianggap sebagai penjelmaan dari laki-laki atau bapak (Lingga). Dalam hal ini Keraton sebagai badan jasmani manusia, sedang Raja atau Sultan adalah lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani. Sedangkan dari arah utara ke selatan, melambangkan proses perjalanan manusia pulang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai asal dari segala apa yang ada (Dumadi). Oleh karena itu sebutan Sangkan Paraning Dumadi adalah sebutan lain untuk Tuhan dalam pandangan hidup Jawa. Panggung Krapyak adalah tempat tinggi, dalam hal ini adalah lambang tempat asalnya manusia secara esensial di sisi Tuhan sebagai tempat yang tinggi. Gambar 2 Arti Keraton Yogyakarta berdasarkan Garis Imajiner

32 Adapun fungsi Keraton Yogyakarta antara lain: 1. Sebagai tempat tinggal Raja dan keluarganya. 2. Sebagai pusat pemerintahan. 3. Sebagai pusat kebudayaan dan pengembangannya. 4. Pada masa kemerdekaan, mulai dibuka untuk kepentingan umum, seperti kegiatan pariwisata, ilmu pengetahuan, serta kegiatan lain yang ada hubungannya dengan kepentingan masyarakat. 5. Merupakan museum perjuangan bangsa karena Yogyakarta dengan Keratonnya pernah digunakan sebagai tempat kegiatan perjuangan fisik maupun kegiatan pemerintahan ketika Ibukota Republik Indonesia berada di Yogyakarta. Keraton Yogyakarta dipimpin oleh seorang raja atau Sultan yang dimulai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I yang terus dilanjutkan oleh keturunannya. Saat ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang memimpin Keraton Yogyakarta Hadiningrat sejak tanggal 7 Maret Untuk menyelenggarakan pemerintahan Keraton, Sri Sultan dibantu oleh para Pangeran dan Abdi Dalem. Setiap Pangeran diberi tugas untuk mengepalai sebuah kantor yang ada di dalam Keraton yang bertugas mengurus segala kebutuhan Keraton. Menurut Pranatan yang mengatur tentang struktur pemerintahan Keraton Yogyakarta, yang ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, pada tanggal 8 November 1999, kantor yang ada di Keraton terdiri dari beberapa bebadan yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. Kantor-kantor tersebut antara lain: A. KAWEDANAN HAGENG PUNOKAWAN PARWA BUDAYA, yang dibentuk dari gabungan: 1. KHP. Krida Mardawa 2. Kawedanan Pengulon 3. Kawedanan Puralaya 4. Kawedanan Keputren B. KAWEDANAN HAGENG PUNOKAWAN NITYA BUDAYA, yang dibentuk dari gabungan: 1. KHP. Widya Budaya 2. KHP. Purayakara 3. Tepas Banjar Wilapa 4. Tepas Museum 5. Tepas Pariwisata C. KAWEDANAN HAGENG PUNOKAWAN PARASRAYA BUDAYA, yang dibentuk dari gabungan: 1. KHP. Wahana Sarta Kriya 2. KHP. Puraraksa 3. Tepas Panitikisma 4. Tepas Keprajuritan 5. Tepas Halpitapura 6. Tepas Security D. KAWEDANAN HAGENG PANITRA PURA, yang dibentuk dari gabungan: 1. Parentah Hageng 2. Kawedanan Hageng Sri Wandawa 3. KH. Tepas Dwarapura 21

33 4. Tepas Darah Dalem 5. Tepas Rantam Harta 6. Tepas Danarta Pura 7. Tepas Witardana 22

34 23 TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM Karakteristik Responden Abdi dalem punakawan merupakan abdi dalem yang bekerja di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Abdi dalem memiliki kepercayaan bahwa mengabdi di Keraton untuk mendapatkan ketenangan hidup yang abadi. Dalam penelitian ini, diambil 60 responden yang merupakan abdi dalem punakawan. Jenis Kelamin Dalam penelitian ini, diambil sebanyak 60 responden yang merupakan abdi dalem punakawan. 30 responden merupakan responden laki-laki dan 30 yang lainnya merupakan responden perempuan. Hal ini bertujuan agar terlihat perbedaan tingkat kemodernan antara laki-laki dan perempuan. Usia Responden dalam penelitian ini dikategorikan menurut usia >50 tahun dan 50 tahun. Hal ini bertujuan agar terlihat perbedaan antara abdi dalem yang mengalami kepemimpinan raja yang sebelumnya dan yang tidak mengalami kepemimpinan raja yang sebelumnya. Status Sosial atau Jabatan Responden dalam penelitian ini, sebanyak 20 responden yang berpangkat sebagai bekel. Kemudian, sebanyak 10 responden yang berpangkat sebagai jajar. Sebanyak 5 orang responden berpangkat sebagai penewu. Sebanyak 7 orang responden berpangkat sebagai lurah. Sebanyak 3 responden yang berpangkat sebagai riyo. Sebanyak 5 orang responden berpangkat sebagai wedana. Kemudian, sebanyak 10 orang responden berpangkat sebagai Kangjeng Raden Tumenggung. Pendidikan Dalam penelitian ini, pendidikan responden diukur dengan seberapa lama responden menempuh pendidikan formal. Dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah antara 0-6 tahun, kategori sedang antara 7-9 tahun dan kategori tinggi diatas 10 tahun. Sebanyak 12 orang responden berada dalam kategori rendah, sebanyak 9 orang responden berada dalam kategori sedang dan sebanyak 49 orang responden termasuk ke dalam kategori tingkat pendidikan yang tinggi.

35 24 Pendapatan Keluarga Dalam penelitian ini, pendapatan keluarga abdi dalem sangat beragam. Hal itu disebabkan oleh apakah abdi dalem memiliki pekerjaan lain atau tidak diluar mengabdi dan pekerjaan suami atau istri abdi dalem. Sebanyak 43 responden mendapatkan pendapatan keluarga sebesar Rp setiap bulan, kemudian sebanyak 12 responden mendapatkan pendapatan keluarga antara Rp Rp setiap bulan dan sebanyak 5 responden mendapatkan pendapatan keluarga sebesar > Rp Lama Mengabdi Dalam penelitian ini, lama mengabdi diukur dengan seberapa lama responden mengabdi di Keraton. Dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah antara 0-10 tahun, kategori sedang antara tahun dan kategori tinggi diatas 21 tahun. Sebanyak 22 orang responden termasuk dalam kategori rendah, sebanyak 26 orang responden termasuk dalam kategori sedang dan sebanyak 12 orang responden termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat Kemodernan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Penelitian ini dilakukan kepada 60 orang abdi dalem Keraton Yogyakarta yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Penelitian tentang tingkat kemodernan yang terjadi pada abdi dalem Keraton Yogyakarta ini menunjukkan bahwa abdi dalem yang memiliki tingkat kemodernan yang tinggi lebih banyak dibanding abdi dalem yang tingkat kemodernannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa abdi dalem sudah mengalami perubahan walaupun prinsip-prinsip dan kepercayaan yang ada di Keraton Yogyakarta tetap dipegang teguh oleh para abdi dalem. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, usia dan tingkat kemodernan Jenis Kelamin Usia Tingkat Kemodernan Total Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki > 50 tahun tahun Perempuan > 50 tahun tahun Total Menurut tabel di atas, abdi dalem yang memiliki tingkat kemodernan rendah terdapat persen dan yang memiliki tingkat kemodernan tinggi persen. Hal ini menunjukkan bahwa abdi dalem yang memiliki tingkat kemodernan tinggi lebih banyak dibanding abdi dalem yang tingkat kemodernan rendah.

36 25 Tingkat Keterbukaan Terhadap Pengalaman Baru Tingkat keterbukaan terhadap hal baru merupakan suatu cara untuk melihat pandangan seseorang untuk menerima pengalaman maupun hal baru. Hal ini juga untuk melihat apakah seseorang siap untuk menerima suatu perubahan. Semakin tinggi tingkat keterbukaan seseorang terhadap hal baru, maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan orang tersebut. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat keterbukaan terhadap hal baru Jenis Tingkat keterbukaan Total kelamin Rendah Tinggi N % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 11 di atas, dari 60 responden terdapat persen responden yang memiliki tingkat keterbukaan terhadap hal baru rendah dan persen yang lainnya tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persen responden tersebut masih belum membuka diri untuk hal-hal baru. Abdi dalem juga masih belum berani untuk melakukan sesuatu yang akan mendatangkan resiko yang besar. Mereka beranggapan bahwa mereka sudah memiliki hidup yang baik dengan mengabdi di Keraton dan tidak ingin meninggalkan kehidupan di Keraton hanya demi mendapatkan kebutuhan materi. Seperti yang diungkapkan salah seorang responden yaitu Bapak Y yang berusia 69 tahun, beliau merupakan seorang pedagang informal. Berikut pernyataan Bapak Y mengenai pandangannya terhadap hal baru:... Ya mau ngapain lagi Mbak, udah enak hidup di Keraton, kenapa mesti nyari kerja di luar kota. Hidup ini kan nggak cuma nyari materi aja, ketentraman hati itu yang paling utama. Kalau hati tentram, semuanya pasti lancar. Intinya nurut sama perintah Sultan pasti hidupnya enak. Pada pertanyaan nomor 11 yang menanyakan apakah responden tergabung dalam suatu organisasi, kelompok sosial atau kelompok politik, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 12 yang menanyakan apakah responden tertarik untuk mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih baik namun harus pindah jauh dari rumah, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 15 yang menanyakan apakah responden pernah melakukan perjalanan yang jauh dari rumah dan belum pernah mengenal daerah tersebut sama sekali, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 12.

37 26 Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat keterbukaan terhadap hal baru, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % N % N % Apakah Anda tergabung ke dalam suatu organisasi, seperti kelompok sosial atau kelompok politik? Apakah Anda tertarik untuk mendapat jaminan kehidupan yang lebih baik tetapi Anda harus pindah jauh dari rumah dengan kondisi budaya dan bahasa yang berbeda? Apakah Anda pernah melakukan perjalanan yang jauh dari rumah dan anda belum mengenal sama sekali daerah tersebut?

38 27 Pandangan Terhadap Status dan Kedudukan Perempuan Pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan merupakan ukuran untuk melihat anggapan seseorang bahwa seorang perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, atau biasa dikenal dengan kesetaraan gender. Semakin tinggi pandangan seseorang terhadap status dan kedudukan seorang perempuan, maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan orang tersebut. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan Jenis Kelamin Pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan Total Rendah Tinggi N % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 13 di atas, sebanyak 8.34 persen responden mendapatkan hasil yang rendah dan persen responden mendapatkan hasil yang tinggi dalam indikator pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa persen responden setuju apabila perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Mereka tidak lagi beranggapan bahwa perempuan hanya boleh mengurus rumah tangga dan tidak boleh bekerja di luar rumah. Box 1 Kasus Ibu H (75 Tahun) Beliau menyatakan bahwa pandangan perempuan yang hanya boleh mengurus rumah tangga dan tidak boleh bekerja di luar rumah tidak lagi dianut olehnya. Beliau merupakan seorang pensiunan Kepala Sekolah SD Negeri yang terkenal di Kota Yogyakarta. Beliau seorang wanita yang tangguh dan menjadi tulang punggung keluarga ketika suaminya meninggal dunia. Beliau sangat aktif di organisasi dan memliki karier yang baik hingga masa pensiunnya. Beliau memiliki 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki, ketiga anak perempuannya menempuh pendidikan hingga di Perguruan Tinggi kemudian bekerja dan memiliki karier yang baik seperti dirinya. Pada pertanyaan nomor 16 yang menanyakan apabila responden memiliki seorang anak perempuan yang masih lajang dan sudah bekerja akan bekerja di luar kota apakah responden akan mengizinkan, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 17 yang menanyakan menurut pandangan responden apakah seorang perempuan boleh menjadi pemimpin sebuah kelompok yang beranggotakan lakilaki, sebanyak persen responden menjawab ya dan 8.33 persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 18 yang menanyakan menurut pandangan responden apakah seorang perempuan yang sudah berkeluarga boleh

39 bekerja di luar rumah, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel

40 29 Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai pandangan terhadap status dan kedudukan perempuan, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak N % n % n % n % N % N % Misalnya, Anda memiliki seorang anak perempuan yang masih lajang dan sudah bekerja. Suatu ketika, anak perempuan Anda diharuskan untuk bekerja di luar kota. Demi memenuhi kebutuhan keluarga Anda, apakah Anda mengizinkan? Menurut pandangan Anda, apakah perempuan boleh menjadi seorang ketua atau memimpin sebuah kelompok yang beranggotakan laki-laki? Menurut pendapat Anda, apakah seorang perempuan yang sudah berkeluarga boleh bekerja di luar rumah?

41 30 Tingkat Keterdedahan Media Massa Tingkat keterdedahan media massa merupakan frekuensi seseorang menerima informasi melalui berbagai macam media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Semakin tinggi tingkat keterdedahan seseorang terhadap media massa, maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan orang tersebut. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat keterdedahan media massa Jenis Tingkat keterdedahan media massa Total Kelamin Rendah Tinggi N % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 15 di atas, sebanyak persen responden mendapatkan hasil rendah dan persen responden mendapatkan hasil tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persen responden masih belum mendapatkan akses yang mudah untuk mendapatkan informasi melalui media massa. Khususnya media internet, masih banyak abdi dalem yang belum mengerti tentang penggunaan internet. Hal ini juga dikarenakan oleh tingkat pendidikan responden. Seperti yang diungkapkan salah seorang responden Ibu S (32 tahun) yang sudah 10 tahun mengabdi di Keraton. Beliau hanya menempuh pendidikan hingga lulus Sekolah Dasar. Berikut pernyataan Ibu S mengenai tingkat keterdedahan media massa:... Walah Mbak, boro-boro saya mau belajar soal internet. Saya kan cuma lulusan SD. Kerja juga cuma ngurus anak-anak dan suami sama tugas di Keraton. Nggak perlu pake internet segala. Pada pertanyaan nomor 21 yang menanyakan apakah responden berlangganan koran atau majalah, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 23 yang menanyakan apakah responden selalu menonton televisi ketika mempunyai waktu luang, sebanyak persen responden menjawab ya dan 1.67 persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 24 yang menanyakan apakah responden pernah melakukan browsing di internet, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 16.

42 31 Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat keterdedahan media massa, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % N % N % Apakah Anda berlangganan koran atau majalah? Apakah Anda selalu menonton televisi ketika Anda memiliki waktu luang? Apakah Anda pernah melakukan browsing di Internet?

43 32 Tingkat Kepercayaan Terhadap Media Massa Tingkat kepercayaan terhadap media massa merupakan tingkat kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang disajikan di media massa. Semakin tinggi tingkat kepercayaan seseorang terhadap media massa, maka semakin modern orang tersebut. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat kepercayaan terhadap media massa Jenis Tingkat kepercayaan terhadap media massa Total Kelamin Rendah Tinggi N % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 17 di atas, sebanyak persen responden mendapat hasil rendah dan persen responden mendapat hasil tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak persen responden percaya akan informasiinformasi yang disajikan di media massa dibanding informasi yang didapat dari seseorang yang dikenal. Pada pertanyaan nomor 26 yang menanyakan apakah responden lebih percaya kepada berita yang terdapat di koran atau majalah dibanding informasi yang didapat dari teman, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 27 yang menanyakan apakah responden lebih tertarik menonton televisi swasta nasional dibanding televisi lokal, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 29 yang menanyakan apakah responden lebih tertarik membaca berita di surat kabar nasional dibanding surat kabar yang hanya terbit di Yogyakarta, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 18.

44 33 Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat kepercayaan terhadap media massa, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % N % N % Apakah Anda lebih percaya kepada berita yang terdapat di koran atau majalah dibanding informasi yang Anda dapat dari teman? Apakah Anda lebih tertarik menonton televisi swasta nasional dibanding televisi lokal? Apakah Anda lebih tertarik membaca berita di surat kabar nasional dibanding surat kabar yang hanya terbit di Yogyakarta saja?

45 34 Tingkat Materialisme Tingkat materialisme merupakan sikap seseorang terhadap pentingnya materi bagi hidup orang tersebut. Inkeles dan Smith (1974) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat materialisme seseorang maka semakin tinggi tingkat kemodernan seseorang tersebut. Manusia modern dianggap realistis bahwa hidup di dunia ini pasti membutuhkan materi. Sehingga semakin tinggi tingkat materialisme seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan orang tersebut. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat materialisme Jenis Tingkat materialism Total Kelamin Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 19 di atas, sebanyak persen responden memiliki tingkat materialisme yang rendah dan hanya 1.67 persen yang memiliki tingkat materialisme tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persen responden memang mengabdi dengan ketulusan hati mereka tanpa memikirkan materi atau upah apa yang akan mereka dapatkan nantinya. Ketentraman batin dan ketenangan hidup adalah tujuan mereka dalam mengabdi di Keraton. Mereka percaya bahwa dengan ketulusan mengabdi yang mereka berikan untuk Keraton, maka keluarga mereka akan selalu mendapatkan rezeki dan dijauhkan dari segala malapetaka. Box 2 Kasus Bapak A (53 Tahun) Beliau menyatakan bahwa beliau sudah mengabdi kepada Keraton selama 23 Tahun. Upah atau gaji yang beliau terima setiap bulan hanya sebesar Rp Prinsip beliau dalam mengabdi kepada Keraton hanyalah untuk mencari ketenangan batin dan mendapat berkah kehidupan dari Keraton. Baginya, hal ini merupakan hal yang paling berharga dalam hidupnya dibanding materi atau uang yang berlimpah. Beliau memiliki 3 orang anak perempuan yang kini ketiganya sudah menjadi pramugari di maskapai penerbangan ternama di Indonesia. Hal ini, beliau anggap sebagai berkah dari Keraton atas pengabdiannya selama ini. Pada pertanyaan nomor 31 yang menanyakan apakah responden bersedia mengabdi untuk Keraton walaupun tidak diberi imbalan berupa gaji, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 32 yang menanyakan apakah responden selalu berharap diberi imbalan ketika melakukan sesuatu, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 33 yang menanyakan apakah responden akan menerima apabila responden akan diberi gaji tetap tetapi mengharuskan untuk berhenti menjadi

46 seorang abdi dalem, sebanyak 3.33 persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel

47 36 Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat materialisme, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % N % n % N % N % Apakah Anda bersedia mengabdi untuk Keraton walaupun tidak diberi imbalan berupa uang/gaji? Apakah Anda selalu berharap diberi imbalan ketika Anda melakukan sesuatu? Jika ada seseorang yang menawarkan kepada Anda suatu pekerjaan dengan gaji sebesar Rp setiap bulannya tetapi mengharuskan Anda untuk berhenti menjadi seorang abdi dalem, apakah Anda akan menerima?

48 37 Kontrol Kelahiran Kontrol kelahiran merupakan usaha seseorang untuk mengontrol kelahiran anak dalam suatu keluarga. Keluarga yang dapat mengontrol kelahiran anak mereka maka sudah dianggap sebagai keluarga yang modern. Kontrol kelahiran sangat berhubungan dengan jumlah anak yang dimiliki dan jarak kelahiran antara anak yang satu dengan yang lain. Apabila jumlah anak yang relatif banyak dan jarak usia anak yang dekat maka dapat dikatakan bahwa keluarga tersebut tidak dapat mengontrol kelahiran anak-anak mereka. Kontrol kelahiran ini dapat diusahakan melalui penggunaan alat kontrasepsi yang dianjurkan oleh pemerintah. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan pandangan terhadap kontrol kelahiran Jenis Kontrol kelahiran Total Kelamin Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 21 di atas, sebanyak 8.33 persen responden memiliki tingkat kontrol kelahiran yang rendah dan sebanyak persen responden memiliki tingkat kontrol kelahiran yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persen responden tidak setuju dengan anggapan bahwa jumlah anak yang banyak maka akan banyak pula rezeki yang didapat. Mereka juga tidak setuju dengan jarak kelahiran anak yang terlalu dekat. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden, Ibu T (71 tahun) yang hanya memiliki 1 orang putra dan 1 orang putri. Beliau mengaku melakukan program Keluarga Berencana. Berikut pernyataan Ibu T mengenai kontrol kelahiran:...ya kalau dulu sih KB Mbak, makanya anak saya cuma dua. Kebutuhan kan banyak, kalau anaknya banyak ya kebutuhannya kan pasti lebih banyak. Saya mau anak saya dapat pendidikan sampai kuliah, rumah nyaman, makan serba kecukupan. Anak kan titipan Tuhan, harus dijaga dengan baik. Kalau anak banyak tapi terlantar kan malah jadi dosa. Pada pertanyaan nomor 37 yang menanyakan apakah responden setuju dengan anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 39 yang menanyakan apakah responden setuju dengan menikah di usia muda, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 40 yang menanyakan apakah responden setuju dengan kelahiran anak dengan jarak yang dekat, sebanyak 5.00 persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 22.

49 38 Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai kontrol kelahiran, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak N % n % n % n % N % N % Apakah Anda setuju dengan anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki? Apakah Anda setuju dengan menikah di usia muda? Apakah Anda setuju dengan kelahiran anak dengan jarak yang dekat?

50 39 Tingkat Rasionalitas Tingkat rasionalitas merupakan tingkat kepercayaan seseorang kepada halhal rasional dan mengesampingkan hal-hal yang dianggap irrasional. Semakin tinggi tingkat rasionalitas seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan seseorang tersebut. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat rasionalitas Jenis Tingkat rasionalitas Total Kelamin Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 23 di atas, sebanyak persen responden memiliki tingkat rasionalitas yang rendah dan persen responden memiliki tingkat rasionalitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak persen responden masih percaya akan adanya hal-hal gaib dan bersifat irrasional. Kepercayaan bahwa pusaka-pusaka dan kereta kuda memiliki penunggu masih dipegang teguh oleh para abdi dalem. Box 3. Kasus Bapak B (43 Tahun) Bapak B merupakan seseorang yang memiliki keahlian dalam merancang bangunan. Beliau mengaku masih mempercayai adanya hal-hal mistis dan gaib. Beliau mengaku pernah melihat sebuah keris dapat terbang dan dapat berdiri sendiri. Beliau juga pernah melihat sebuah kereta kuda yang berjalan sendiri di depan rumahnya tanpa kusir dan tanpa penumpang. Pada saat itu juga tercium aroma bunga melati dan hari itu bertepatan dengan Malam Jumat Kliwon. Pendidikan yang tinggi tidak mempengaruhi tingkat rasionalitas Pada pertanyaan seseorang. nomor Apabila 41 yang orang menanyakan tersebut pernah apakah mengalami, responden apapun percaya dengan pendidikannya hal-hal mistis, pasti akan sebanyak percaya dengan persen apa responden yang dialami menjawab sendiri. ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 42 yang menanyakan apakah responden percaya apabila sebuah keris atau kereta kuda memiliki penunggu, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 44 yang menanyakan apakah responden percaya apabila tidak melakukan ritual tertentu maka penguasa alam akan marah dan akan terjadi bencana alam, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 24.

51 40 Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat rasionalitas, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % N % N % N % Apakah Anda percaya dengan hal-hal mistis? Apakah benar apabila sebuah keris atau kereta kuda memiliki seorang penunggu? Apakah apabila tidak dilakukan ritual-ritual tertentu, maka penguasa alam atau makhluk gaib akan marah dan akan terjadi bencana alam?

52 41 Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan jangka panjang merupakan penyusunan rencana yang dilakukan seseorang di masa mendatang. Semakin matang perencanaan seseorang terhadap masa depannya, maka semakin tinggi tingkat kemodernan seseorang tersebut. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan perencanaan jangka panjang Jenis Perencanaan jangka panjang Total Kelamin Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 25 diatas, sebanyak persen responden memiliki tingkat perencanaan terhadap jangka panjang yang rendah dan persen responden memiliki tingkat perencanaan jangka panjang yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak persen responden sudah merencanakan apa yang akan mereka lakukan 5 sampai 10 tahun ke depan. Seperti yang dinyatakan salah seorang responden, Bapak E (47 tahun). Beliau memiliki 1 orang putra dan 2 orang putri. Beliau mengaku sudah menyiapkan pendidikan untuk ketiga anaknya hingga perguruan tinggi. Berikut pernyataan Bapak E mengenai perencanaan jangka panjang:...saya sudah menyiapkan tabungan pendidikan untuk anak-anak saya bahkan sejak mereka masih TK. Saya juga ikut program asuransi, prepare for the worst Mbak takutnya ada apa-apa kan kita nggak tau. Jangan sampai anak-anak sama istri saya hidup kekurangan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bapak B (43 tahun). Beliau merupakan seorang abdi dalem yang juga seorang ahli perancang bangunan. Beliau mengaku sudah menyiapkan tabungan dan mendaftarkan diri ke salah satu perusahaan asuransi. Berikut pernyataan Bapak B mengenai perencanaan jangka panjang:...saya belum punya anak Mbak, saya cuma hidup berdua sama istri saya. Saya pingin banget punya anak, siapa juga kan Mbak yang nggak mau punya anak. Tapi ya walaupun saya belum punya anak, saya sama istri saya udah nyiapin tabungan pendidikan sama asuransi buat anak-anak saya nanti. Kalau saya udah tua nanti kan makin susah cari uang, biaya hidup juga pasti makin tinggi. Nggak ada salahnya kan kalau saya siapin buat anak saya dari sekarang, sekalipun anaknya belum ada. Pada pertanyaan nomor 46 yang menanyakan apakah responden selalu menyisihkan uang untuk tabungan masa depan anak-anak mereka, sebanyak 85.00

53 persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 47 yang menanyakan apakah responden sudah menyiapkan warisan untuk anak-anak mereka, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 49 yang menanyakan apakah responden sudah mempersiapkan pendidikan anak hingga Perguruan Tinggi, sebanyak persen responden menjawab ya dan persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel

54 43 Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai perencanaan jangka panjang, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak N % n % n % n % N % N % Apakah Anda selalu menyisihkan uang Anda untuk tabungan masa depan anak Anda? Apakah Anda sudah memikirkan warisan untuk anak-anak Anda kelak? Apakah Anda sudah merencanakan pendidikan anak Anda hingga Perguruan Tinggi?

55 44 Tingkat Individualisme Tingkat individualisme merupakan seberapa jauh seseorang mementingkan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan umum. Semakin tinggi tingkat individualisme seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kemodernan orang tersebut. Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan tingkat individualisme Jenis Tingkat individualism Total Kelamin Rendah Tinggi n % n % N % Laki-laki Perempuan Total Berdasarkan data tabel 27 di atas, sebanyak persen responden memiliki tingkat individualisme yang rendah. Mereka memiliki hubungan yang baik terutama dengan sesama abdi dalem. Responden lebih mementingkan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadinya. Hal ini juga ditunjukkan pada sikap abdi dalem yang tidak mementingkan kebutuhan materi mereka tapi memang tulus mengabdi untuk Keraton. Seperti yang diungkapkan seorang responden, Ibu D (52 tahun). Beliau tidak bekerja di luar Keraton, sehingga aktivitasnya lebih banyak terjadi di rumah. Beliau seorang ibu rumah tangga yang memiliki 3 anak. Hubungan dengan tetangga dan teman sesama abdi dalem harus beliau bina dengan baik. Berikut pernyataan Ibu D mengenai tingkat individualisme:... Di dunia ini kita kan nggak bisa sendiri Mbak, selalu saling membutuhkan. Tukang cukur aja butuh tukang cukur yang lain buat nyukur rambutnya. Jangan merasa bisa hidup sendiri, apalagi kalo merasa udah punya banyak uang. Pasti jadi sombong dan nggak merasa butuh orang lain. Saya nggak mau kayak gitu Mbak. Pada pertanyaan nomor 52 yang menanyakan apakah responden selalu bertegur sapa dengan tetangga sekitar rumah, sebanyak persen responden menjawab ya dan 3.34 persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 53 yang menanyakan apakah responden mengenal baik tetangga sekitar rumah, sebanyak persen responden menjawab ya dan 0.00 persen responden menjawab tidak. Pada pertanyaan nomor 54 yang menanyakan apakah responden selalu membantu sesama abdi dalem ketika mengalami kesulitan, sebanyak persen responden menjawab ya dan 1.67 persen responden menjawab tidak. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam tabel 28.

56 45 Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut pertanyaan dalam kuesioner mengenai tingkat individualisme, jenis kelamin dan jawaban pertanyaan Pertanyaan Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % N % N % N % Apakah Anda selalu bertegur sapa kepada tetangga sekitar rumah Anda? Apakah Anda mengenal baik tetangga sekitar rumah Anda? Apakah Anda selalu membantu sesama abdi dalem ketika mengalami kesulitan?

57 46 Ikhtisar Tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta terbagi menjadi dua bagian, yaitu rendah dan tinggi. Sebanyak persen responden memiliki tingkat kemodernan yang rendah dan persen responden memiliki tingkat kemodernan yang tinggi. Dari 9 indikator tingkat kemodernan, sebanyak persen responden yang sudah dapat menerima dengan terbuka akan hal-hal baru. Kemudian sebanyak persen responden yang mendukung bahwa perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Sebanyak persen responden sudah terdedah oleh media massa, lalu persen responden percaya akan informasi-informasi yang disajikan di media massa. Kemudian, sebanyak persen responden yang menganggap bahwa materi bukanlah segalanya. Lalu persen responden mendukung program pemerintah dalam melaksanakan program Keluarga Berencana dan tidak setuju dengan jarak kelahiran anak yang terlalu dekat. Sebanyak persen responden masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat irrasional. Selanjutnya, persen responden sudah merencanakan apa yang akan mereka lakukan 5 sampai 10 tahun ke depan dan persen responden tidak memiliki sifat individualis karena mereka menganggap bahwa manusia hidup di dunia pasti saling membutuhkan.

58 47 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM Dalam penelitian yang menganalisis tentang tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta beserta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan tersebut. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan tersebut yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Namun, dalam penelitian ini faktor eksternal tidak dikaji lebih dalam. Terdapat 7 variabel dalam faktor internal yaitu, usia, jenis kelamin, lama menempuh pendidikan formal, lama mengabdi di Keraton Yogyakarta, lama bekerja di luar Keraton, jenis pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta merupakan usia, jenis kelamin, lama pendidikan, lama mengabdi, pendapatan keluarga, lama bekerja mencari nafkah dan jenis pekerjaan. Faktor internal ini diuji secara kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan kemudian diolah menggunakan uji analisis regresi linier berganda yang persamaanya sebagai berikut: Usia Menurut hasil uji analisis regresi linier berganda, usia tidak berpengaruh terhadap tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Hal ini, bertentangan dengan hipotesis penelitian. Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa usia akan berpengaruh. Dengan kata lain, semakin tua usia seseorang maka semakin rendah tingkat kemodernannya. Namun, berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Seperti yang terjadi pada salah seorang responden, Bapak K (43 tahun). Beliau merupakan abdi dalem yang tingkat kemodernannya tergolong rendah. Beliau menyatakan bahwa tuntunan hidup beliau merupakan kepercayaan yang ada di Keraton. Nilai-nilai tradisional yang masih beliau jadikan panutan untuk menjalani hidup. Berikut pernyataan Bapak K mengenai tuntunan hidup yang beliau pegang:... Ya memang paling tenang itu ya nurut perintah Sultan, nggak neko-neko, nggak ngejar materi. Hidup gotong royong. Nggak punya uang tapi hati tetep tenang Mbak.

59 48 Jenis Kelamin Menurut hasil analisis regresi linier berganda, jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap tingkat kemodernan seorang abdi dalem. Laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Lama Pendidikan Lamanya seseorang menempuh pendidikan formal tidak berpengaruh terhadap tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Latar belakang pendidikan abdi dalem Keraton Yogyakarta sangat beragam. Ada yang hanya menempuh kelas 2 Sekolah Dasar, tetapi tidak jarang juga seorang Doktor bersedia menjadi seorang abdi dalem. Box 4. Kasus Ibu M (57 Tahun) Beliau merupakan seorang abdi dalem yang sudah 14 tahun mengabdi di Keraton. Beliau juga merupakan seorang pedagang kecil atau usaha berjualan gorengan di sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Hanya dua tahun beliau menempuh pendidikan formal. Namun, tingkat kepeduliannya terhadap pendidikan sangat tinggi. Beliau memiliki 2 orang anak, yang keduanya menempuh pendidikan S2 di universitas ternama di Yogyakarta. Beliau menganggap bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan seseorang. Menurut beliau, dengan pendidikan yang tinggi maka masa depan pun akan cerah. Walaupun kedua anaknya telah berhasil, beliau tidak ingin berhenti berjualan gorengan. Lama Mengabdi Menurut hasil uji analisis regresi linier berganda, lama mengabdi kepada Keraton berpengaruh negatif. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Semakin lama seorang abdi dalem mengabdi kepada Keraton maka tingkat kemodernan abdi dalem tersebut semakin rendah. Hal ini dikarenakan bahwa semakin kuat kepercayaan seorang abdi dalem tersebut terhadap kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai yang ada di Keraton Yogyakarta. Seperti pernyataan salah seorang responden, Bapak J (64 tahun). Beliau sudah mengabdi di keraton selama 39 tahun. Lebih dari separuh hidupnya didedikasikan untuk Keraton Yogyakarta. Bukan lagi materi yang beliau cari, ketenangan hidup hingga nanti di kehidupan setelah mati. Berkah Sultan atau Keraton dianggap akan selalu abadi. Berikut pernyataan Bapak J mengenai pengabdiannya selama ini:...mau cari apa lagi Mbak hidup di dunia ini. Yang penting kan nanti bekal buat di alam abadi. Nggak perlu sekarang ngoyo buat nyari materi tapi nanti matinya nggak tenang. Ikhlas untuk Keraton, pasti nanti tenang sampai nanti 7 turunan saya.

60 49 Pendapatan Keluarga Menurut hasil penelitian ini, pendapatan keluarga memiliki pengaruh terhadap tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli keluarga tersebut. Tingkat konsumerisme sebuah keluarga abdi dalem dipengaruhi oleh pendapatan keluarga di setiap bulannya. Box 5. Kasus Bapak P (59 Tahun) Beliau merupakan seorang Dokter yang memperoleh pendapatan keluarga sebesar Rp Istri beliau juga bekerja di bidang kesehatan. Kedua putra beliau juga kuliah di bidang yang sama. Dengan pendapatan keluarga beliau yang tinggi, maka daya beli pun akan meningkat. Diiringi dengan latar belakang pendidikan yang tinggi pula maka tingkat Lama kemodernannya Bekerja Mencari pun tinggi. Nafkah Namun, beliau tidak pernah mengesampingkan norma dan nilai yang berlaku di Keraton. Pada hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi ini, lama bekerja mencari nafkah tidak berpengaruh terhadap tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Hipotesis penelitian ini adalah apabila semakin lama seorang abdi dalem bekerja di luar Keraton, maka abdi dalem tersebut memiliki tingkat kemodernan yang tinggi. Namun, fakta di lapangan menyatakan bahwa semakin lama seorang abdi dalem bekerja di luar Keraton, maka semakin rendah tingkat kemodernannya. Keyakinan yang dimiliki abdi dalem yang bekerja di luar Keraton terhadap nilai dan norma yang ada di Keraton semakin kuat dan menganggap yang terjadi di luar Keraton merupakan hal yang tidak benar. Tingkat materialisme abdi dalem tersebut akan rendah karena hidupnya sudah merasa cukup dengan berkah yang diberi oleh Keraton selama abdi dalem tersebut mengabdi. Jenis Pekerjaan Menurut hasil uji analisis regresi linier berganda, jenis pekerjaan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak pengaruh dari luar Keraton, maka semakin kuat pendirian seorang abdi dalem terhadap kepercayaankepercayaan dan nilai-nilai yang ada di Keraton Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden, Bapak S (74 tahun). Beliau merupakan seorang pensiunan PNS yang sudah 18 tahun mengabdi untuk Keraton. Sebelumnya, beliau bekerja sebagai PNS di salah satu Kantor Pemerintahan di Yogyakarta selama 23 tahun. Beliau menyatakan bahwa kepercayaan beliau terhadap nilai dan norma yang ada di Keraton semakin kuat ketika mengetahui kehidupan di luar Keraton. Beliau menganggap bahwa yang terjadi di luar Keraton merupakan suatu hal yang tidak benar. Berikut pernyataan Bapak S:

61 50...Waduh Mbak, mau gimana juga ya emang paling enak hidup di Keraton. Nggak ada yang berani jahatin temen sendiri. Kalau waktu saya kerja di kantor ya sikut-sikutan Mbak biar dapet perhatian dari bos. Banyak yang cari muka, korupsi. Macem-macem lah Mbak. Ikhtisar Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Dalam penelitian ini, faktor eksternal tidak dikaji secara mendalam. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta adalah pendapatan keluarga dan yang mempengaruhi secara negatif adalah lama mengabdi di Keraton Yogyakarta. Kemudian, usia, jenis kelamin, lama menempuh pendidikan formal, lama bekerja di luar Keraton dan jenis pekerjaan menurut hasil analisis regresi linier berganda, faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat kemodernan.

62 51 PENUTUP Simpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1. Tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta, yang diukur dari 9 indikator sebanyak persen responden memiliki tingkat kemodernan rendah dan persen responden memiliki tingkat kemodernan tinggi. 2. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem Keraton Yogyakarta adalah pendapatan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin tinggi juga tingkat kemodernan abdi dalem dan yang mempengaruhi secara negatif adalah lama mengabdi di Keraton Yogyakarta. Semakin lama seorang abdi dalem mengabdi maka tingkat kemodernan abdi dalem akan semakin rendah. Saran Saran dari penelitian ini yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya: 1. Pembahasan lebih lanjut mengenai faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat kemodernan abdi dalem. 2. Pembahasan lebih lanjut mengenai abdi dalem kaprajan atau abdi dalem yang bekerja diluar lingkungan Keraton.

63 52 DAFTAR PUSTAKA Alkadri, Kusrestuwardhani, dan Gauthama, MP Budaya Jawa dan Masyarakat Modern. Jakarta [ID] : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Artha AT Laku Spiritual Sultan Langkah Raja Jawa Menuju Istana. Yogyakarta [ID] : Galangpress BPS Provinsi DIY Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka. Yogyakarta [ID] : BPS Provinsi DIY. Dinas Pariwisata Provinsi DIY. Statistik Kepariwisataan Yogyakarta [ID] : Dinas Pariwisata Provinsi DIY. Inkeles A dan Smith DH Becoming Modern. Cambridge [USA] : Harvard University Press Setiadi EM, Hakam KA, Effendi R Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta [ID] : Kencana Singarimbun M Metode dan proses penelitian. Dalam: Singarimbun M dan Effendi S, editor. Metode penelitian survai. Jakarta[ID]: LP3ES. Soekanto S Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] : Rajawali Press Soemardjan S Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta [ID] : Gajah Mada University Press Sugiyono Statistik Untuk Penelitian. Bandung [ID]: CV. Alfabeta Sulistyawati Nama dan Gelar di Keraton Yogyakarta. [internet]. [diunduh tanggal 19 Desember 2013]. Volume 16, Nomor 03. Dapat diunduh dari : Wallace, RA dan Wolf, A Contemporary Sociological Theory: Expanding The Classical Tradition. Upper Saddle River [USA] : Pearson Education, Inc.

64 53 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Keraton Yogyakarta Hadiningrat, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN AREA STUDI

BAB II TINJAUAN AREA STUDI BAB II TINJAUAN AREA STUDI Dalam bagian ini akan diuraikan gambaran tentang kota Yogyakarta dan kampung kota sebagai lokasi obyek penelitian. Dengan tujuan untuk memberikan karakteristik latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional maupun daerah. Pariwisata dapat menjadi sektor utama dalam meningkatan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan orang untuk berwisata telah menggerakan kegiatan ekonomi di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara atau daerah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1 Tinjauan Geografis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

Sumber: data pribadi

Sumber: data pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH 34 BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. KONDISI GEOGRAFIS 1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi Yogyakarta terletak di tengah-tangah Pulau Jawa, dimana dengan bentuk peta Provinsi Yogyakarta menyerupai segitiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk halal khususnya dalam bidang olahan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta yang mayoritas penduduknya beragama Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang disingkat DIY, memiliki keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus berkembang baik dalam segi kehidupan masyarakatnya maupun segi tata ruangnya. Kota Yogyakarta pernah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah 10 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Kesuma Nama Kesuma dulunya namanya adalah Kalam Pasir yang dulunya terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. DIY di bagian Selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. DESKRIPSI UMUM 1. Keadaaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau jawa bagian tengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA : KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN MANGUHARJO 2016 Katalog BPS :1101002.3577010 Nomor Publikasi : 35770.1607 UkuranBuku Jumlah Halaman :17,6cmx25 cm : iv + 9 halaman Naskah: Badan Pusat Statistik Kota Madiun Gambar

Lebih terperinci

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut: Kepolisian Resor Sleman adalah merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan hukum untuk memberi perlindungan, pengayoman

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO III.1 Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Lokasi studi perancangan Sekolah Luar Biasa Tipe G/A-B direncanakan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Luas Wilayah Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area Kelurahan/ Kota (km 2 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 0 12 34 sampai 110 0 31 08 Bujur Timur dan antara 7 0 44 04 sampai 8 0 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 KEADAAN KOTA YOGYAKARTA Kota Yogyakarta merupakan kota yang sangat kaya akan warisan budaya, masyarakat kota Yogyakarta sebagian besar berkebudayaan jawa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa (DIY) dikenal akan kekayaan pesona alam dan budaya. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal tidak hanya di Indonesia

Lebih terperinci

PROFIL WISATAWAN DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

PROFIL WISATAWAN DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 PROFIL WISATAWAN DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Manado merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak memenuhi kota Manado.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Gedung Konser Musik Klasik adalah sebuah tempat untuk menampung segala aktifitas dan pertunjukan musik klasik. Dalam Gedung Konser Musik

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Kecamatan Sayegan 1. Letak Geografis dan Topografi Seyegan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) SKRIPSI BIMA OSKAR SAPUTRA HUTAGALUNG 080304052 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia sebagai salah satu makhluk hidup sekaligus makhluk sosial, memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan pemasukan dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung BAB II PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan pengamatan yang dilakukan di lokasi KKN, baik melalui wawancara, curah pendapat, maupun diskusi

Lebih terperinci

UKDW KERANGKA BERPIKIR TRANSFORMASI DESAIN. Program Ruang. Site. Konsep LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH

UKDW KERANGKA BERPIKIR TRANSFORMASI DESAIN. Program Ruang. Site. Konsep LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BAB 1 W D K U KERANGKA BERPIKIR Psikologi Sosial LATAR BELAKANG Tingginya Prevalensi Gangguan Jiwa Berat Usia Dewasa Tingginya Prevalensi Emosi Kelas umur 5-25 tahun Tinggi kasus Daya Tampung Rehabilitasi

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I

JUMLAH PENDUDUK W N I PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 228,177 230,075 458,252 83 137 220 458,472 2. BANTUL 472,327 473,237 945,564 16 14 30 945,594 3. KULONPROGO 241,053 248,879 489,932 0 0 0 489,932 4. GUNUNGKIDUL 371,778

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012)

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012) DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keistimewaan DIY; 2. Perdais Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan dalam urusan Keistimewaan DIY sebagaimana telah diubah dengan Perdais Nomor 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci