KONSEP DAN WAWASAN UMUM GERAK NIAGA MALUKU-PAPUA ZONA EKONOMI DAN KEKUASAAN ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP DAN WAWASAN UMUM GERAK NIAGA MALUKU-PAPUA ZONA EKONOMI DAN KEKUASAAN ISLAM"

Transkripsi

1 KONSEP DAN WAWASAN UMUM Wuri Handoko, Gerak Niaga Maluku Papua: Zona Ekonomi dan Kekuasaan Islam GERAK NIAGA MALUKU-PAPUA ZONA EKONOMI DAN KEKUASAAN ISLAM Wuri Handoko (Balai Arkeologi Ambon) Abstract Moluccas and of Papua, geographically bunch up and have potency of good natural resource. In Region Moluccas, standing centers power of Islam which consist of Ternate, Tidore, Bacan and Jailolo ( Moluko Kie Raha). History note, extension of power of Islam from one of the empire of that Islam till to region of Papua. Archaeological data also prove the existence of infl uence of Islam in region of Papua. Extension of Moluccan Islam to Papua, representing the effort which braid to braid with activity of trading. Of Moluccas region till to Papua, woke up by economic zona to strengthen and formation of trade network, at the same time as effort maintain and widen power of Islam. Keyword: economic, trade network, Islam, power Pendahuluan Sejak dulu, Maluku dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasaran dunia. Oleh sebab itu wilayah ini telah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dunia sekaligus jalur lintasan perdagangan internasional yang menghubungkan berbagai negara untuk saling bertukar komoditi. Wilayah Maluku telah memainkan peran penting bagi perkembangan peradaban di Nusantara, sebagai salah satu wilayah yang menghubungkan berbagai negara di belahan dunia. Melalui wilayah ini pula, Nusantara dikenal seantero jagad. Peran Maluku di dunia internasional tak dapat dipungkiri lagi, terbukti pada abad ke-10 Masehi, wilayah perairan ini terkenal sebagai salah satu lintasan Jalur Sutera. Pada abad X jalur sutera merupakan jalur yang sangat penting untuk hubungan timbal balik baik dalam segi perdagangan, kebudayaan, agama maupun pengetahuan. Perdagangan ini tidak hanya menawarkan komoditi sutera, tetapi juga komoditi lain terutama rempah-rempah 1

2 yang sangat dibutuhkan di Eropa. Justru karenanya belakangan orang menyebutnya sebagai jalur rempah-rempah. Hal ini karena justru rempah-rempah kemudian menjadi komoditi utama perdagangan dunia (Lapian, et.al. 2001: 39). Wilayah Kepulauan Maluku atau terkenal dengan sebutan Spice Island oleh para ahli dikatakan sebagai wilayah yang memiliki posisi strategis menyangkut eksistensinya dalam kancah niaga dunia, sejak ribuan tahun lalu. Dari segi ekonomi, Maluku merupakan wilayah penghasil rempah-rempah paling utama, yang antara lain menyebabkan wilayah tersebut menjadi ajang potensial pertarungan kepentingan hegemoni ekonomi, dan akhirnya bermuara pada pertarungan politik dan militer (Meilink-Roelofsz, 1962:93-100; Ambary, 1998:150). Kiranya kita bisa mengerti bahwa wilayah Maluku oleh karena kekayaan rempah-rempahnya, telah menjadi perhatian dunia. Persaingan dunia yang kemudian juga melibatkan persaingan lokal dalam hal penguasaan perdagangan. Tidak bisa dipungkiri, wilayah Maluku telah menjadi ajang persaingan ekonomi dan perdagangan, sekaligus juga berhubungan dengan kekuasaan. Sudah jelas, kekuatan ekonomi dan perdagangan telah menegaskan adanya kekuatan-kekuatan politik atau kekuasaan dalam suatu wilayah untuk menguasai wilayah lainnya. Perdagangan dan ekonomi adalah salah satu sumbu utama kekuatan untuk menguatkan kekuasaan. Telah banyak diketahui bahwa wilayah Kepulauan Maluku, terutama di wilayah terdapat pusat-pusat kekuasaan yakni kerajaan-kerajaan yang sangat mapan, sosial, budaya, eokonomi dan politik yakni Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo (Moluko Kie Raha) serta Hitu dan Banda. Terutama Ternate dan Tidore, adalah dua pilar kekuasaan yang banyak mengembanagkan sayap politik, kekuasaan dan ekonominya ke wilayah lain. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dengan kota-kota niaga dan bandarnya yang penuh hiruk pikuk inilah yang menandai puncak atau zaman keemasan perdagangan Nusantara. Perdagangan adalah jembatan utama dalam proses penguatan kekuasaan kerajaan-kerajaan di tanah rempah, Maluku. Kekuataan perdagangan lainnya misalnya di wilayah Banda, sebagai pusat eksportir pala dan Hitu sebagai pelabuhan transito utama dan juga penghasil cengkeh, kemudian meluas hingga ke wilayah lain dengan perantara pelabuhan-pelabuhan yang ramai seperti Sulawesi, Jawa dan Malaka. 2

3 Gerak Niaga dan Zona Ekonomi Kerajaan Gerak niaga antara wilayah Kepulauan Maluku dan Papua, merupakan aktifitas perdagangan yang seseungguhnya menghubungkan zona-zona kekuatan ekonomi antara wilayah Kepualuan Maluku dan Papua. Dapat dikatakan wilayah-wilayah yang dilalui sebagai lintasan perdagangan dari wilayah kerajaan terutama Ternate dan Tidore, merupakan sebuah formasi yang sengaja dibangun untuk memperkokoh kekuatan ekonomi kedua kerajaan tersebut. Di antara zona ekonomi ini dihubungkan melalui rantai pelabuhan yang menopang gerak atau laju perdagangan kedua wilayah. Di wilayah Kepulauan Maluku, kota-kota niaga atau kota pelabuhan terkenal seperti Ternate, Tidore, Jailolo, Bacan, Hitu, Banda adalah wilayah-wilayah pelabuhan yang saling berinteraksi jalur distribusi pertukaran produk dalam lintasan perniagaan lokal (Handoko, 2007a). Di beberapa wilayah itu menjalin gerak niaga yang lebih luas dengan daerah lainnya baik ke wilayah barat maupun ke wilayah lebih ke timur seperti ke kota-kota pesisir di wilayah Tanah Papua. Ternate, Tidore dan Bacan mungkin wilayah yang paling intensif melakukan ekspansi dagang ke wilayah Papua. Wilayah-wilayah terdekat dengan wilayah Papua seperti sisi timur Pulau Seram, seperti Kepulauan Gorom memegang peran penting dan strategis, menghubungkan kedua wilayah itu. Meskipun wilayah Kepulauan Gorom kecil, namun posisinya di tengah antara Pulau Seram menuju Pulau Papua dan wilayah Maluku Tenggara. Maka, bisa diduga, pada masa lampau wilayah ini cukup ramai dalam jalur lintasan budaya melalui perairan di wilayah timur ini. Wilayah ini menjadi semacam jembatan yang menghubungkan antara Papua dengan Pulau Seram (Maluku Tengah dan sekitarnya). Wilayah ini juga menghubungkan antara Maluku Tenggara dengan Maluku Tengah dan Utara (Handoko, 2007b). Selanjutnya secara geografis Pulau Gebe di Maluku Utara juga memiliki letak yang strategis yang dapat menghubungkan antara wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan besar dengan wilayah Raja Ampat, Papua. Di Kepulauan Gorom, Seram Bagian Timur, Pelabuhan Ondor biasa disebut sebagai onderladen oleh masyarakat, yang diartikan sebagai pelabuhan tua. Pelabuhan ini telah dimanfaatkan masyarakat sejak dulu. Menurut informasi masyarakat, pelabuhan ini sejak dulu telah disinggahi kapal-kapal dari luar, baik dalam rangka dagang maupun urusan kepemerintahan. Pedagang-padagang China, Arab serta Bugis-Makassar, sejak dulu telah berdagang ke wilayah ini. Kawasan pelabuhan merupakan salah satu dari kluster situs Kerajaan Ondor. Berbagai temuan keramik asing periode Dinasti Ming (abad 3

4 14-16 M) dan Ching (abad M) ditemukan terkonsentrasi di areal dekat pelabuhan kuno ini. Selain itu kapal-kapal pada masa ekspansi Kesultanan Tidore maupun masa Kolonial Portugis dan Belanda telah bersandar di Pelabuhan Gorom. Saat ini Pelabuhan Gorom menjadi pelabuhan lokal yang menghubungkan transportasi dari Ambon ibukota Propinsi Maluku maupun dari daerah terdekat lainnya, bahkan dari Sorong dan Fak-Fak, Papua (ibid). Letak Papua yang strategis menjadikan wilayah ini pada masa lampau menjadi perhatian dunia Barat, maupun para pedagang lokal Indonesia sendiri. Daerah ini kaya akan barang galian atau tambang yang tak ternilai harganya dan kekayaan rempahrempah sehingga daerah ini menjadi incaran para pedagang. Karena kandungan mineral dan kekayaan rempah-rempah maka terjadi hubungan politik dan perdagangan antara kepulauan Raja Ampat dan Fak-fak dengan pusat kerajaan di wilayah Maluku, terutama Ternate dan Tidore dan Bacan, sehingga banyak pedagang datang untuk memburu dagangan di daerah tersebut. Pada era perdagangan rempah di Asia Tenggara terbentuk jalur-jalur pelayaran yang menghubungkan antara tempat produksi dan tempat-tempat untuk memasarkan. Tercatat dalam sejarah pulau-pulau produsen rempah di kawasan timur Nusantara seperti Ternate, Tidore, Bacan dan Kepulauan Banda. Beberapa bandar yang membentuk jaringan pelayaran lokal. Di daerah Maluku Tengah terdapat Hitu sebagai pusat bandar yang membawahi bandar-bandar kecil lainnya seperti bandar pelabuhan di Gorom, Kei-Aru dan Tanimbar. Dari Hitu komoditi yang dihasilkan dari pelabuhan kecil tersebut, kemudian dibawa ke pelabuhan seperti Gresik dan Jepara. Di Maluku Utara, terdapat empat bandar besar seperti Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Tidore membawahi bandar-bandar Halmahera Timur, Kepulauan Raja Empat dan Papua Barat. Ternate membawahi bandarbandar di Kepulauan Banggai, pesisir timur sampai utara Sulawesi; Jailolo membawahi bandar-bandar di Halmahera Barat (Utomo, 2008;15-16). Pola perdagangan seperti itu sesungguhnya dapat memberikan tentang gambaran pola penyesuaian sosio ekonomi pada masa lalu seperti yang dituliskan oleh Miksic (1981). Menurutnya kemungkinan besar, pola yang menghubungkan beberapa ekozone telah terbentuk, bahkan jauh sebelum masa klasik. Untuk mempertajam gagasan ini dibutuhkan data terperinci mengenai jenis dan jumlah komoditi yang ditukar tangan oleh para pihak penyalur komoditi, baik di wilayah pesisir, dataran, pedalamann, wilayah pusat (raja) dan penghulu (Miksic, 1981: 12). 4

5 Catatan penting lainnya adalah sebagaimana yang diungkapkan Heriyanti Ongkodharma Untoro, bahwa perdagangan merupakan bagian dari kegiatan ekonomi suatu masyarakat. Perkembangan perdagangan dari satu masa ke masa berikutnya mengalami perubahan, dapat dikatakan dari sistem yang sederhana menjadi sistem yang lebih kompleks. Akibatnya penjelasan serta pengertian tentang perdagangan menjadi semakin beragam sesuai dengan periode masyarakat pendukungnya (Untoro, 2007:13). Dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca tahun 1364/65, disebutkan nama Wawanin. Wawanin menurut para ahli Jawa Kuno adalah nama lain untuk daerah Onin (Yamin, 1953; Usmany, 2009), suatu daerah di wilayah Fak-fak yang pada masa lampau merupakan pusat dagang di Papua dan memiliki hubungan sejarah migrasi penduduk dengan wilayah yang terbentang dari Fak-fak hingga Namatota, dan dari Fakfak hingga Seget dan berbagai pulau di Raja Ampat dan Halmahera Selatan, Seram dan pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut) (Onim, 2006:47;ibid). Selanjutnya, tercatat pula adanya hubungan antara Bacan dan Biak yang dilakukan melalui Raja Ampat; dan karena letak geografisnya yang lebih ke selatan maka jalur perlayaran yang digunakan pada waktu itu adalah melalui Seram, Misol dan selanjutnya Raja Ampat. Jalur pelayaran ini tidak terbatas antara Seram dan kepala burung saja, namun juga antara Seram, kepulauan Gorong dan Onin. (Lapian dan Masinambow, 1984:27; ibid). Kemungkinan, wilayah Kepulauan Raja Ampat pada masa lampau menjadi semacam pintu gerbang yang memberikan jalan lapang hubungan antara wilayah kerajaan di wilayah Maluku dengan wilayah-wilayah daratan Papua lainnya. Sebaliknya wilayahwilayah di Kepualuan Maluku seperti Ternate, Tidore, Ambon, Banda atau daerah yang lebih dekat dengan Papua, yakni Kepulauan Gorom di Seram Bagian Timur, masuk ke wilayah daratan Papua melalui pintu kepulauan Raja Empat. Wilayah kepulauan Raja Empat menjadi pintu keluar masuk yang menghubungkan wilayah ini menuju jalur pelayaran internasional yang menghubungkan Teluk Cenderawasih dan Maluku sebagai pusat rempah-rempah dunia pada waktu itu yang menghubungkan barat dan timur. Oleh karena itu penting, menelusuri kembali jejak-jejak sejarah perdagangan kedua wilayah (Maluku-Papua) dengan dukungan bukti-bukti arkeologi yang dapat diamati baik fitur maupun artefaktual, selain tentu saja penting pula mengungkap bukti-bukti pertukaran komoditi antara kedua wilayah yang kemungkinan masih berlangsung hingga saat ini. Salah satu ilustrasi misalnya tentang bentuk perahu Mansusu di wilayah Biak, 5

6 nampak dipengaruhi oleh bentuk perahu di Maluku Utara, terlihat dari bentuk haluan dan buritannya yang sama. Dalam naskah Portugis tentang Sejarah Maluku yang ditulis oleh Antonio Galvao kira-kira tahun 1544, mengungkapkan bahwa bentuk perahu orang di Maluku Utara di tengah-tengah kapal menyerupai telur (he ovedo no meio) dan kedua ujungnya melengkung ke atas. Dengan demikian kapal bisa berlayar maju maupun berlayar mundur (Marwati dan Notosusanto, 1993:112). Pengaruh ini mungkin disebabkan banyaknya kunjungan orang Biak Numfor ke Maluku Utara dan terjalinnya hubungan baik antara orang Biak Numfor dan Kesultanan Tidore. Bahkan di masa VOC, orang Biak Numfor menjadi salah satu kekuatan armada laut bagi kerajaan Tidore (op. cit). Gerak niaga regional antara wilayah Maluku dan Papua, merupakan zona ekonomi menjadi semacam rantai-rantai perdagangan yang menghubungkan wilayah-wilayah niaga di Kepulauan Maluku dengan wilayah Papua. Hal ini karena kedua wilayah itu masing-masing memiliki komiditi andalan untuk saling dipertukarkan. Wilayah yang secara geografis relatif berdekatan, serta dihubungkan dengan wilayah-wilayah perairan yang merupakan jalur perdagangan internasional sejak awal-awal Masehi. Bagi wilayah Maluku, wilayah perairan dan daratan Papua, sangat penting untuk menguatkan basis ekonomi kerajaan. Jejaring Niaga dan Eksistensi kekuasaan Islam Eksistensi kekuasaan Islam terutama di wilayah Maluku, tidak bisa dilepaskan dari kegiatan perdagangan, hal ini mengingat penyebaran pengaruh Islam salah satunya dimulai melalui aktivitas niaga oleh para pedagang muslim, meskipun sebagian ahli berpendapat, perdagangan tak bersangkut paut langsung dengan Islamisasi. Ricklefs (2008) menuliskan bahwa antara Islam dan perdagangan tampaknya ada semacam kaitan, meskipun banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, mengingat perdagangan oleh orang-orang muslim telah ada beberapa abad sebelum masa pengislaman Nusantara yang baru terjadi pada abad XIII dan terutama XIV dan XV (Ricklefs, 2008:37-38). Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa proses perdagangan di wilayah Nusantara berlangsung jauh sebelum Islam berkembang, sehingga jika Islamisasi berlangung sejak dimulainya era perdagangan oleh bangsa-bangsa penyebar Islam, semestinya Islam tumbuh dan 6

7 berkembang sejak masa itu. Namun, satu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa proses perdagangan yang berlangsung telah memperkuat eksistensi Islam di Nusantara. Tjandrasamita memperkuat dengan penjelasan bahwa munculnya jalur perdagangan sejak masa awal telah memicu terjalinnya jaringan perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kota-kota pusat kesultanan, dengan kota-kota bandarnya sejak abad M (Tjandrasamita, 2009:39). Di wilayah Kepulauan Maluku contohnya, tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam yang besar dan semakin kuat eksistensi kekuasaannya, salah satu faktor utama yang berpengaruh adalah karena kekuatan perdagangannya. Pada masa perkembangannya munculnya rivalitas kekuasaan terutama Ternate dan Tidore, justru menciptakan simpulsimpul wilayah kekuasaan sebagai bagian dari jejaring niaga untuk menguatkan eksistensi kekuasaan Islam. Ketika terjadi perebutan pengaruh kekuasaan antara Ternate dan Tidore, Ternate melakukan ekspansi di wilayah Pulau Seram (Maluku Tengah dan Ambon), sementara itu Tidore melebarkan sayap kekuasaannya ke wilayah pesisir utara Pulau Seram dan wilayah paling timur Pulau Seram, yakni Gorom dan Seram Laut hingga ke wilayah Kepulauan Raja Ampat Irian Jaya (Leirissa, 2001:8). Dalam sejarah kekuasaan kerajaan di wilayah Maluku Utara, daerah Kepulauan Raja Empat mungkin yang paling popular sebagai salah satu wilayah perluasan kekuasaan dari persaingan kekuasan antara Ternate dan Tidore. Dalam beberapa literatur sejarah menyebutkan bahwa persaingan kedua kerajaan besar Ternate dan Tidore saling berebut pengaruh dan kekuasaan di wilayah itu. Pada intinya, secara umum Tanah Papua, merupakan salah satu wilayah yang berperan sebagai penyangga terhadap eksistensi kekuasaan kerajaan yang berkembang di wilayah utara terutama Ternate, Tidore dan Bacan yang merupakan tiga dari empat pilar utama kekuasaan kerajaan Islam yang disebut Molukie Kie Raha. Untuk menyambungkan zonazona ekonomi itulah, banyak wilayah yang terletak antara wilayah Kerajaan Ternate dan Tidore ditaklukkan. Dari hasil penelitian arkeologi dan didukung sumber sejarah serta diperkuat tradisi tutur, diperoleh penjelasan bahwa wilayah Seram Timur termasuk Pulau Gorom dan Geser merupakan daerah ekspansi dari kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara, yakni Tidore. Di wilayah Kepulauan Gorom terdapat 3 (tiga) aliansi kerajaan kecil yakni Amarsekaru, Kataloka dan Ondor yang mengakui sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Tidore (Handoko, 2007b). Kompleks makam Raja Amarsekaru, tugu 7

8 pelantikan raja dan masjid kuno dengan segala perlengkapannya, seluruhnya mengarah pada pengaruh Kerajaan Tidore. Ambary, dalam tulisannya yang dikutip oleh Halwany Michrob mengatakan bahwa sejarah masuknya Islam di Sorong dan Fakfak terjadi melalui dua jalur, yakni: a. Di daerah Sorong, perkembangannya di mulai sejak abad ke-15 ketika Rajaraja Ternate dan Tidore mengadakan pelayaran ke timur untuk mencari burung kuning yang berlokasi di Salawati b. Perkembangan agama Islam di daerah Fakfak dikembangkan oleh pedagangpedagang suku Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fakfak melalui Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon (Mene, 2009). Proses Islamisasi di wilayah Fakfak, dilakukan ketika para pedagang datang kemudian mereka menetap di pemukiman masyarakat di sekitar daerah pesisir pantai, selain berdagang mereka juga memperkenalkan agama Islam dengan mengajarkan penduduk untuk melakukan sholat (Onim, 2006; ; ibid). Kedatangan pengaruh Islam ke Indonesia bagian timur, yaitu ke daerah Fakfak tidak terpisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Proses masuknya agama Islam di Maluku, Ternate, Tidore serta Pulau Banda dan Seram karena dari sini Islam memasuki Kepulauan Raja Ampat di Sorong, dan Semenajung Onin di Kabupaten Fakfak (ibid). Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak, kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai Kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak. 8

9 Walaupun demikian tidak berarti bahwa Ternate tidak ada pengaruhnya, justru yang kedua ini dalam banyak hal sangat berpengaruh. Dengan adanya pengaruh kedua kesultanan Islam ini di Raja Ampat, Sorong dan Fakfak, maka telah dapat diduga (dipastikan) bahwa Islam masuk ke Raja Ampat dan Semenanjung Onim Fakfak (dan pantai selatan daerah Kepala Burung pada umumnya) dalam lingkup pengaruh kedua kesultanan itu (Onim 2006; 83; ibid). Kajian masuknya Islam di Tanah Papua juga pernah dilakukan oleh Thomas W. Arnold seorang orientalis Inggris didasarkan atas sumber-sumber primer antara lain dari Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Dalam bukunya yang berjudul The preaching of Islam yang dikutip oleh Bagyo Prasetyo disebutkan bahwa pada awal abad ke-16, suku-suku di Papua serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati telah tunduk kepada Sultan Bacan salah seorang raja di Maluku kemudian Sultan Bacan meluaskan kekuasaannya sampai Semenanjung Onim (Fakfak), di barat laut Papua pada tahun 1606, melalui pengaruhnya dan pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau-pulau tadi memeluk agama Islam meskipun masyarakat pedalaman masih menganut animisme, tetapi rakyat pesisir adalah Islam. Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di Pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di Pulau Cenderawasih ini. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar. Klein juga menjelaskan fakta kapan kedatangan Islam di Papua. Di sana dia menulis pada tahun 1569 pemimpin-pemimpin Papua mengunjungi Kerajaan Bacan dimana dari kunjungan terebut terbentuklah kerajaan-kerajaan. Kerajaan-kerajaan yang dimaksud itu adalah: Kerajaan Raja Ampat, Kerajaan Raja Rumbati, Kerajaan Atiati dan Kerajaan Fatagar. Sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Tidore sejak abad ke-xv. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai macam gelar ( Dari beberapa legenda yang berkembang di Raja Ampat dan Maluku, tersirat adanya hubungan antara Papua dan Maluku terutama dengan Bacan yang sudah terjalin berabad-abad yang lalu dimana jauh sebelum kerajan Tidore dan Ternate berkembang, kerajaan Bacan telah terlebih dahulu memiliki hubungan dengan Biak Numfor. Bacan telah dikenal sebagai pusat cengkeh di Maluku sebelum Ternate dan Tidore dikenal. 9

10 Bahkan pada abad ke-7 Masehi, Bacan telah memiliki hubungan dagang dengan Kerajaan Sriwijaya yang dilakukan melalui jalur pelayaran kuno melewati pesisir pulau Jawa, Bali, NTB, NTT,Maluku Tenggara, hingga tiba di Banda, Hitu dan Bacan. Dalam legenda penduduk Bacan nama Papua disebutkan bahwa Bikusigara menemukan empat buah telur ular yang sesudah beberapa hari kemudian menetas. Tiga laki-laki dan seorang wanita. Seorang menjadi raja Bacan, seorang menjadi raja Papua, seorang menjadi raja Butung dan Banggai, sedangkan wanita menjadi istri Raja Loloda di Halmahera Utara. Dalam Kroniek van het Rijk Bacan, telah diceriterakan bahwa sesudah kejadian malapetaka (letusan gunung?) dua putera sultan menghilang. Akhirnya mereka diketemukan, yang satu telah menjadi raja Misool yang lain di Waigeo (Abdurrahman, 1984:325). Temuan masjid-masjid kuno di Kabupaten Fakfak, dapat menjadi bukti pengaruh masuknya Islam di wilayah itu. Selain itu ditemukan sejumlah data artefaktual diantaranya gong, bedug masjid, rebana yang digunakan pada saat upacara maulid, songkok raja, tongkat cis, tanda raja dan adanya silsilah kerajaan dari kerajaan Ati-ati. Masjidmasjid kuno yang ditemukan tersebut tersebar di beberapa tempat diantaranya masjid Patimburak, masjid Werpigan dan masjid Merapi. Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Kaimana). Masingmasing raja tersebut mendirikan masjid dan masjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi masjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya masjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah masjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh raja ke-9. Mesjid tersebut telah mengalami renovasi, sehingga konstruksi aslinya telah hilang yang nampak adalah masjid yang baru (Tim peneliti, 1999; op.cit). Selanjutnya adalah masjid yang didirikan oleh Raja Fatagar yaitu masjid Merapi terletak di Kampung Merapi, dalam masjid terdapat bedug yang terbuat dari batang kayu kelapa. Di dekat masjid terdapat makam Raja Fatagar I dan II, makam terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok yang berada di dalam pagar dan kelompok yang berada di luar pagar. Selain itu bukti pengaruh masuknya Islam yaitu ditemukan rebana yang digunakan pada saat upacara maulid, gong, tanda raja, tongkat cis, songkok raja dan adanya silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah tersebut (op.cit). 10

11 Dengan demikian, baik catatan sejarah maupun bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa wilayah Kepulauan Maluku dan Papua merupakan dua wilayah yang sejak dulu telah menjalin kontak. Pada masa keemasan ketika Islam berkuasa di wilayah Kepulauan Maluku, Kerajaan-kerajaan pusat kekuasaan Islam, seperti Ternate dan Tidore, dan sebelumnya Bacan, merupakan wilayah yang melakukan ekspansi ke Papua, terutama di Kepulauan Raja Empat, Fakfak dan Biak melalui jejaring niaga. Demikian halnya menyangkut pembahasan tentang gerak perniagaan di wilayah Maluku dengan Papua. Banyak hal yang kompleks yang sesungguhnya masih perlu dikaji lebih dalam lagi. Sepanjang lintasan dari wilayah Maluku ke Papua, terdapat wilayah-wilayah yang menjadi daerah ekspansi kekuasaan Ternate dan Tidore, yang jalin menjalin hingga mencapai wilayah Papua. Wilayah-wilayah antara Maluku hingga Papua, dapat dipahami sebagai wilayah-wilayah ekozone dalam upaya membangun jejaring niaga antara wilayah pusat kekuasaan Islam dengan wilayah-wilayah sayap kekuasaannya. Kesimpulan Sesungguhnya tulisan ini bermaksud menegaskan adanya kontak-kontak perdagangan pada masa keemasan zaman pengaruh Islam antara wilayah Kepulauan Maluku dan Papua. Tidak hanya persoalan niaga, lebih jauh Maluku diwakili oleh Kerajaan Ternate dan Tidore, serta Bacan, melakukan ekspansi ke Papua untuk menancapkan tongkat kekuasaan dan Islam. Berbicara tentang niaga, tentu saja tidak hanya melibatkan kerajaan-kerajaan Islam itu saja, wilayah lainnya seperti Banda, Seram dan wilayah di Maluku Tenggara juga telah jalin menjalin membangun jejaring niaga dengan wilayah Papua. Namun, pada intinya hal ini merupakan formasi yang terbangun seiring agenda perluasan kekuasaan Islam oleh pusat-pusat kekuasaan Islam di Maluku. Bagi pusat kekuasaan Islam di Maluku Utara, tentu saja wilayah Papua dimaksudkan sebagai zona ekonomi yang diharapkan dapat menopang eksistensi kekuasaan Kerajaan Islam yang berhasil melebarkan sayap kekuasaannya di Papua. Potensi sumberdaya alam serta komoditi lokal yang berharga tentu menjadi jaminan, sebuah wilayah dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Dengan demikian, membangun zona ekonomi di Papua, dimaksudkan untuk memperkuat jejaring niaga dalam rangka mempertahankan kekuasaan dan sekaligus penyebaran Islam. 11

12 DAFTAR PUSTAKA Ambary, H. M Laporan Penelitian Arkeologi Islam di Pulau Bacan, Maluku Utara. Proyek Penelitian Arkeologi Maluku. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. (tidak terbit) Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesi. Jakarta: LOGOS Wacana Ilmu. Handoko, Wuri Periode Awal Kerajaan Hitu Hingga Masa Surutnya. Retrospeksi Arkeologi Sejarah. Kapata Arkeologi Vol. 2 Nomor 3 Tahun Balai Arkeologi Ambon. 2007a. Peran Strategis Wilayah Kepulauan Gorom dalam Kontak Awal Budaya, Perkembangan Perdagangan dan Budaya Islam di Maluku. Berita Penelitian Arkeologi (BPA) Vol. 2 Nomor 4 Tahun Balai Arkeologi Ambon. 2007b. Aktifitas Perdagangan Lokal Maluku: Tinjauan Awal Berdasarkan Data Keramik Asing dan Komoditi. Kapata Arkeologi. Vol. 3 Nomor 5. Balai Arkeologi Ambon. Lapian, A.B Masalah Perbudakan dalam Sejarah Indonesia: Hubungan Antara Maluku Dan Irian Jaya, dalam E.K.M.Masinambow, Maluku dan Irian Jaya. Jakarta. Buletin Leknas,Vol.III, No.1. LIPI Ternate Sekitar Pertengahan Abad Ke-16 dalam M.J. Abdulrahman, et.al. Ternate: Bandar Jalur Sutera. Hlm Ternate: LInTas (Lembaga Informasi dan Transformasi Sosial). Leirissa, R.Z Jalur Sutera: Integrasi Laut-Darat dan Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutera. Dalam M.J. Abdulrahman, et.al. Ternate: Bandar Jalur Sutera. Ternate: LinTas (Lembaga Informasi dan Transformasi Sosial). Marwati DJ dan Notosusanto N Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Depdikbud. Mene, Bau Pengaruh Masuknya Islam di Kabupaten Fak-fak, makalah dalam EHPA Bali. Paramita R. Abdurachman, Sumber-Sumber Sejarah Tentang Salawati, Raja Ampat dalam E.K.M.Masinambow (ed) Maluku dan Irian Jaya, Jakarta. Buletin Leknas Vol.III,No.1. LIPI. Ricklefs, M.C Sejarah Indonesia Modern Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 12

13 Tjandrasasmita, Uka Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Untoro, Heriyanti Ongkodharma Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten Kajian Arkeologi Ekonomi. Jakarta. Fakultas Imu Pengetahuan Budaya (FIB) Univeritas Indonesia. Utomo, Bambang Budi Traditional Cruise Smart Tourism Berlatar Kesejarahan dan Budaya. Majalah Pesona, No.05/Tahun II- MingguII- Desember Depbudpar. Usmany, Desyy Menapak Jejak Pelayaran Tradisional Orang Biak Numfor Abad 16 Hingga Awal Abad XX Kajian Sejarah Maritim. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Jayapura. www. hidayatulloh.com diakses pada tanggal 23 April

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

MASUKNYA ISLAM DI KABUPATEN FAKFAK DAN TINGGALAN ARKEOLOGINYA

MASUKNYA ISLAM DI KABUPATEN FAKFAK DAN TINGGALAN ARKEOLOGINYA MASUKNYA ISLAM DI KABUPATEN FAKFAK DAN TINGGALAN ARKEOLOGINYA Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract The process of introduction of Islam in Fakfak conected the sultanate of

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua

Mam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Mam MAKALAH ISLAM Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua 30, Januari 2014 Makalah Islam Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Sigit Kamseno (Redaktur bimasislam.kemenag.go.id dan kontributor di beberapa

Lebih terperinci

22 September 1605 M. Selatan mendapat tempat

22 September 1605 M. Selatan mendapat tempat 22 September 1605 M dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Perkembangan agama Islam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT

KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Ceramics in the presence of Misool Island, Raja Ampat attractive

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat menunjukkan identitas bangsa. Pencarian akar budaya di masa lampau dan upaya perlindungan atasnya merupakan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR

PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR PERDAGANGAN BESI PADA MASYARAKAT BIAK NUMFOR Sonya M. Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract A commerce is a transaction activity done by the seller and buyer. The Biaknese has recognized the trade

Lebih terperinci

ARKENAS PERNIAGAAN DAN ISLAMISASI DI WILAYAH MALUKU. Wuri Handoko

ARKENAS PERNIAGAAN DAN ISLAMISASI DI WILAYAH MALUKU. Wuri Handoko PERNIAGAAN DAN ISLAMISASI DI WILAYAH MALUKU 1. Pendahuluan Wilayah Kepulauan Maluku, sudah dikenal sebagai salah satu wilayah pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Kepulauan Maluku sebagai pusat

Lebih terperinci

Aktifitas Perdagangan Lokal di Kepualuan Maluku Abad 15 M - 19 M Tinjauan Awal Berdasarkan Data Keramik Asing dan Komoditas Lokal.

Aktifitas Perdagangan Lokal di Kepualuan Maluku Abad 15 M - 19 M Tinjauan Awal Berdasarkan Data Keramik Asing dan Komoditas Lokal. Aktifitas Perdagangan Lokal di Kepualuan Maluku Abad 15 M - 19 M Tinjauan Awal Berdasarkan Data Keramik Asing dan Komoditas Lokal Wuri Handoko* Abstract Famous Moluccas Archipelago as its heaven is mace,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHAULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim PARADIGMA KEMARITIMAN DAK JEJAK SEJARAH KEMARITIMAN YANG TERHAPUS 1. Aditya Ramadinata 1601552010 2. Dewi Fitrianingsi 160155201017 3. Friska Emelia Tindaon 160155201015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentu memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa ini pernah menemukan atau memiliki sebuah masa kejayaan yang

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH NON SEMINAR Teori-Teori Masuknya Islam ke Wilayah Timur Indonesia

JURNAL ILMIAH NON SEMINAR Teori-Teori Masuknya Islam ke Wilayah Timur Indonesia JURNAL ILMIAH NON SEMINAR Teori-Teori Masuknya Islam ke Wilayah Timur Indonesia Oleh: Muhammad Syarif Hidayatullah 1006714494 Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau mempunyai sejarah yang panjang sebagai wilayah yang menarik perhatian karena posisinya yang berada

Lebih terperinci

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL RAJA AMPAT TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 April 2016 s/d 21 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 17 April 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 April 2016 s/d 21 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 17 April 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 April 2016 s/d 21 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 17 April 2016 Minggu, 17 April 2016 Laut Andaman, Laut CIna Selatan

Lebih terperinci

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia 1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH 5W + 1H Apa Asal-usul Kerajaan AcehDarussalam? Siapakah Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam? Kapan Kerajaan Aceh didirikan? Dimana Terletak Kerajaan Aceh? Mengapa Kerajaan Aceh Darussalam

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

SITUS PULAU UJIR DI KEPULAUAN ARU: KAMPUNG KUNO, ISLAMISASI DAN PERDAGANGAN Ujir Island Sites in Aru Islands: Ancient Village, Islamisation and Trade

SITUS PULAU UJIR DI KEPULAUAN ARU: KAMPUNG KUNO, ISLAMISASI DAN PERDAGANGAN Ujir Island Sites in Aru Islands: Ancient Village, Islamisation and Trade Kapata Arkeologi, 12(2), 163-174 ISSN (cetak): 1858-4101 ISSN (elektronik): 2503-0876 http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id SITUS PULAU UJIR DI KEPULAUAN ARU: KAMPUNG KUNO, ISLAMISASI DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG Jakarta, 26 Februari 2015 JUM AT, 27 FEBRUARI 2015 GELOMBANG DAPAT TERJADI 2,0 M S/D 3,0 M DI : PERAIRAN BENGKULU, LAUT CHINA SELATAN, SELAT SUNDA BAGIAN SELATAN, LAUT SULAWESI BAGIAN TIMUR, PERAIRAN BITUNG-MANADO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah. Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah. Potensi Papua melepaskan diri dari Indonesia cukup besar. Ini yang pernah disampaikan mantan Kepala Staf Angkatan Darat

Lebih terperinci

BAB. I MOLOKU. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia)

BAB. I MOLOKU. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia) BAB. I MOLOKU Penjajahan di bumi nusantara tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada cengkeh (Eugenia aromatika) di bumi Maluku karena pada waktu itu cengkeh merupakan primadona unggulan untuk perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

Peninggalan Kolonial Di Kampung Makian. Marlyn Salhuteru*

Peninggalan Kolonial Di Kampung Makian. Marlyn Salhuteru* Peninggalan Kolonial Di Kampung Makian Marlyn Salhuteru* Abstract Mace Producer or recognized with term spice island, Moluccas become Europe nations capture. Initially Portugis, later; then Spanyol and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 April 2016 s/d 22 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 18 April 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 April 2016 s/d 22 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 18 April 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 April 2016 s/d 22 April 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 18 April 2016 Senin, 18 April 2016 Laut Andaman, Laut Cina Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaaannya. Musik terlahir dari daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Juni 2016 s/d 25 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 21 Juni 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Juni 2016 s/d 25 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 21 Juni 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 21 Juni 2016 s/d 25 Juni 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 21 Juni 2016 Selasa, 21 Juni 2016 Selat Malaka Bagian Selatan, Perairan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG Jakarta, 4 April 2015 MINGGU, 5 APRIL2015 GELOMBANG DAPAT TERJADI 2,0 M S/D 3,0 M DI : LAUT MALUKU, PERAIRAN KEP. HALMAHERA, LAUT HALMAHERA, LAUT BANDA BAGIAN TIMUR LAUT DAN BARAT DAYA, DAN PERAIRAN KEP.

Lebih terperinci