LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI KE NEGARA DENMARK DIPLOMASI PARLEMEN UNTUK MENDAPATKAN MASUKAN MENGENAI KESEJAHTERAAN SOSIAL

Transkripsi

1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI KE NEGARA DENMARK DIPLOMASI PARLEMEN UNTUK MENDAPATKAN MASUKAN MENGENAI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASA PERSIDANGAN IV TANGGAL 26 MARET 1 APRIL 2017 SEKRETARIAT KOMISI VIII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN.. 4 BAB II : HASIL PERTEMUAN & KUNJUNGAN 6 BAB III : REKOMENDASI.. 9 BAB IV : PENUTUP

3 DAFTAR NAMA KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI KE DENMARK DALAM RANGKA DIPLOMASI PARLEMEN UNTUK MENDAPATKAN MASUKAN TERKAIT DENGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG TANGGAL 26 MARET S.D. 1 APRIL 2017 NOMOR URU ANG T N A M A JABATAN FRAKSI DAPIL 495 DR. M. ALI TAHER,SH,M.HUM KETUA KOM VIII 256 DR. H. DEDING ISHAK, SH., MM. WAKIL KETUA KOMISI VIII 343 DR.IR.H.D. SODIK MUDJAHID,M.SC WAKIL KETUA KOMISI VIII 64 H.ABDUL MALIK HARAMAIN,M.Si WAKIL KETUA KOMISI VIII 86 H.ISKAN QOLBA LUBIS, MA WAKIL KETUA KOMISI VIII PAN PG GER PKB PKS BANTEN III JABAR III JABAR I JATIM II SUMUT II DRS.H.SAMSU NIANG,M.Pd ANGGOTA PDI-P SULSEL II HR.ERWIN MOESLIMIN SINGAJURU, SH.MH ANGGOTA PDI-P SULSEL II PDT. ELION NUMBERI, S.TH. ANGGOTA P G PAPUA DRS.SUPRIYANTO ANGGOTA GER JATIM VII H.KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM 526 H.ACHMAD MUSTAQIM ANGGOTA ANGGOTA PD P P P JATENG VIII JATENG VIII DRS.H. CHOIRUL MUNA CHOZIN ANGGOTA NASDEM JATENG VI SAMSUDIN SIREGAR,SH ANGGOTA HANURA SUMUT III 15 - DIAN ARIVANI,SE, MSM SEKRETARIAT KOMISI VIII 16 - HUSNUL LATIFAH, S.SOS. SEKRETARIAT KOMISI VIII 17 - FITRAH BUKHARI, SH,MSI,MH TENAGA AHLI KOMISI VIII DPR RI 3

4 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara menjamin kesejahteraan tiap-tiap penduduk. Dalam upaya untuk menjamin kesejahteraan penduduk, negara berkewajiban memberikan perlindungan dan jaminan hidup berupa: kesejahteraan sosial (kesos), rehabilitasi sosial (resos), serta perlindungan dan jaminan sosial (linjamsos). Namun demikan, kesejahteraan sosial di Indonesia belum merata. Salah satu sebab ketidakmerataannya kesejahteraan sosial di negeri ini adalah sistem serta struktur bangunan kesejahteraan sosial yang belum memadai dan tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sistem dan struktur kesejahteraan sosial setidaknya memiliki tiga posisi strategis. Pertama, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia dua dasawarsa terakhir, menghajatkan kehidupan sosial yang lebih berkualitas. Kedua, salah satu indikator umum akan kualitas hidup adalah tipisnya prosentase jarak antara orang miskin dengan orang kaya. Ketiga, negara (pemerintah dan parlemen) bertindak sebagai duty bearer (pemangku kewajiban) atas tersedianya sistem dan struktur kesejahteraan sosial, sedang masyarakat adalah rightholder (pemangku hak) akan kesejahteraan sosial. Karena itu, kesejahteraan sosial harus dibangun secara sistemis dan detail, baik yang terkait dengan kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Komisi VIII DPR RI, sesuai dengan kewenangannya terutama di bidang pengawasan memiliki posisi vital dalam menata, mengelola dan menjamin bahwa kesejahteraan sosial sebagai amanat UUD 1945 harus benar-benar bisa diwujudkan dan dirasakan secara merata kepada seluruh masyarakat, baik dengan merujuk kepada hasil kunjungan kerja di dalam negeri maupun luar negeri. II. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20, 20A, Pasal 21, dan Pasal 23 tentang Tugas DPR RI bidang Legislasi, Anggaran, dan Pengawasan 2. UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) yang dirubah dengan UU No. 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan UU No. 17 Tahun 2014 Tentang MD3, yang menyebutkan bahwa tugas komisi adalah melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. 3. Keputusan rapat internal Komisi VIII DPR RI tanggal 11 Januari

5 III. Tujuan 1. Mengumpulkan masukan mengenai kebijakan dan sistem kesejahteraan sosial. 2. Mengumpulkan masukan tentang efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan dan sistem kesejahteraan sosial. 3. Mengumpulkan masukan tentang partisipasi masyarakat yang efektif dan efisien dalam kesejahteraan sosial. IV. Capaian 1. Terumuskannya masukan kepada Pemerintah mengenai kebijakan dan system kesejahteraan sosial yang efektif. 2. Terumuskannya masukan tentang efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan dan sistem kesejahteraan sosial. 3. Terumuskannya masukan tentang partisipasi masyarakat yang efektif dan efisien dalam kesejahteraan sosial. V. Hasil Kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke Negara Denmark ini diharapkan menghasilkan rumusan mengenai kesejahteraan sosial yang efektif dan efisien demi memenuhi dan melindungi hak-hak amanat konstitusi yaitu menjamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, yang akan disampaikan kepada Pemerintah. VI. Pelaksanaan Kunjungan Kerja Kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke Negara Denmark akan dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 1 April VII. Tim Kunjungan Kerja Tim kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke Negara Denmark terdiri dari: 1. Pimpinan Komisi VIII DPR RI (satu di antaranya sebagai ketua tim) 2. Anggota Komisi VIII DPR RI yang mewakili fraksi-fraksi. 3. Sekretariat dan tenaga ahli Komisi VIII DPR RI sebagai pendukung teknis pelaksanaan kunjungan kerja. 5

6 BAB II HASIL PERTEMUAN DAN KUNJUNGAN Kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke Negara Denmark berupaya untuk menggali informasi dan mempelajari lebih lanjut mengenai tata kelola sistem kesejahteraan sosial di Denmark. Dalam kunjungan kali ini, delegasi Komisi VIII DPR RI mengadakan pertemuan dengan Folketing (Parlemen Denmark), Ministry for Children and Social Affairs. Selain mengadakan pertemuan, delegasi Komisi VIII DPR RI mengunjungi fasilitas penanganan korban narkoba di bawah pengelolaan Copenhagen Municipality (U-Turn) dan salah satu panti jompo yang berada di bawah koordinasi Gentofte Municipality. 1. Pertemuan dengan Ministry for Children and Social Affairs Pertemuan diadakan tanggal 27 Maret 2017 bertempat di kantor Ministry for Children and Social Affairs dan diterima oleh Head of Departement for Law and International Relations, Ms. Anita Herby serta didampingi oleh beberapa staf terkait. Beberapa hal yang dicatat dalam pertemuan ini adalah: a. Prinsip-prinsip utama yang diterapkan dalam system kesejahteraan sosial di Denmark adalah equal opportunities, solidarity, compensation dan accountability. Penerapan prinsip tersebut telah meningkatkan tata kelola sistem kesejahteraan sosial dan menjadikan Denmark sebagai salah satu Negara dengan tingkat kesejahteraan sosial yang tinggi dan merata di dunia. b. Pemerintah Denmark mengalokasikan 34% dari seluruh total anggarannya untuk mendukung pelaksanaan berbagai program kesejahteraan. Anggaran tersebut diberikan kepada masing-masing Municipality (setingkat Kab./Kota) yang selanjutnya dikelola secara mandiri bagi kepentingan penduduk di wilayahnya. Penyerahan otonomi dimungkinkan karena daerah tersebut yang dinilai paling mengetahui kondisi masyarakatnya. c. Visi Denmark 2020 dicanangkan Pemerintah Denmark, yang ingin menjadikan Denmark sebagai Negara dengan tingkat kesejahteraan tertinggi di dunia, dan Negara dengan tingkat rata-rata usia kehidupan tertinggi di dunia. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah telah menyediakan program seperti perumahan sementara bagi tunawisma sebelum mereka mampu membeli tempat tinggalnya sendiri dan memperluas kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas melalui pemberian insentif bagi para penyedia pekerjaan yang mempekerjakan mereka. 2. Pertemuan dengan Parlemen Denmark (Folketinget) Pertemuan diadakan tanggal 28 Maret 2017, bertempat di gedung parlemen Denmark dan diterima oleh Chairman of the Domestic, Social Affairs and Childrens s Committee, Chairman of the Health and Senior Citizens s Committee, dan Chairman 6

7 of the Employment Committee. Beberapa hal yang dapat dicatat dari pertemuan ini adalah: a. Prinsip utama pengelolaan system kesejahteraan di Denmark adalah seluruh orang berhak untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Misalnya tunjangan untuk penangguran, kesehatan, pendidikan serta tidak mengenal tingkat pendapatan, status sosial, posisi, pekerjaan, agama dan gender. b. Sebagai Negara yang mendeklarasikan sebagai welfare state, Negara dan pemerintah mengambil peranan penting dalam perlindungan dan pengutamaan kesejahteraan ekonomi dan sosial seluruh warga Negara Denmark. Konsep ini lahir dari prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi kekayaan yang setara, serta tanggung jawab masyarakat terhadap orangorang yang tidak mampu memenuhi persyaratan minimal untuk menjalani kehidupan yang layak. c. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah, berasal dari pungutan pajak yang dihimpun dari masyarakat umum dan perusahaan yang beroperasi di Denmark. Walaupun dengan kebijakan ini, Denmark menjadi salah satu Negara dengan tingkat pajak paling tinggi di dunia, namun masyarakat dan perusahaan di Denmark memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang baik dalam melakukan pembayaran pajak. Partisipasi dan kesadaran masyarakat itulah yang menjadi faktor utama dalam penerapan kesejahteraan sosial yang baik di Denmark. d. Tingginya penerimaan pajak yang digunakan untuk kesejahteraan sosial di Denmark tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan lapangan pekerjaan yang luas dan berdampak pada tingginya jumlah masyarakat yang bekerja dan membayar pajak. Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan Negara yang dapat menjamin terlaksananya system kesejahteraan sosial. e. Dalam melaksanakan system kesejahteraan sosial di Denmark, tanggung jawab implementasi kebijakan didistribusikan oleh Negara kepada setiap region (setingkat provinsi, terdapat 5 region yang ada di Denmark yakni Capital region of Denmark, Central Denmark, North Denmark, Zealand dan Southern Denmark) serta municipality (setingkat Kab./Kota) yang terdapat 98 municipality. 3. Kunjungan ke U-Turn Kunjungan diadakan pada tanggal 27 Maret 2017 dan diterima oleh Mette Clausen, pimpinan dari U-Turn. Tempat ini merupakan tempat penampungan para pecandu narkoba dan alkohol bagi remaja yang berusia 25 tahun ke bawah di bawah pengelolaan Copenhagen Municipality (pemerintahan kota Copenhagen). 7

8 4. Kunjungan ke Klockershave Diadakan pada tanggal 28 Maret 2017, tempat ini merupakan salah satu komplek apartemen khusus lanjut usia yang dikelola oleh Gentofte Municipality (pemerintahan kota Gentofte), sebelah utara Kopenhagen. Kompleks ini terdiri dari 50 apartemen yang masing-masing kamar dihuni oleh 1 orang Lansia yang rata-rata berusia 80 tahun. Di dalamnya terdapat bergabai fasilitas untuk kesejahteraan para penghuninya, antara lain ruang makan bersama, salon, ruang hiburan, taman, dan sarana pendukung lainnya. Gentofte Municipality memiliki visi terkait senior citizen (lansia) agar perawatan dapat mendukung para lansia supaya dapat menjalankan kehidupan secara layak. Untuk itu, Municipality selalu melakukan dialog dengan para lansia dan keluarganya untuk menemukan formua terbaik bagi masing-masing lansia. Dalam memberikan layanan kepada para lansia, Klockershave memberikan kesempatan bagi para sukarelawan yang ingin memberikan bantuan dalam bentuk apapun, seperti melakukan aktivitas bersama, memasak atau hanya sekadar bercengkrama. 8

9 BAB III REKOMENDASI Peningkatan kesejahteraan sosial tidak bisa diserahkan kepada salah satu Kementerian/Lembaga untuk mewujudkannya. Pelajaran utama dari Negara Denmark dalam mewujudkan kesejahteraan sosial-nya adalah terciptanya upaya semesta antara pemerintah, daerah, dan masyarakat dalam perwujudannya. Pemerintah Denmark siap menangani kebutuhan seluruh warganya, hal tersebut dapat terwujud dari tingginya pajak yang dibebankan kepada masyarakat. Masyarakat Denmark tidak ragu memberikan pajak yang tinggi karena tingginya kepercayaan pada pengelolaan pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Selain juga masyarakat Denmark meyakini apa yang dibayarkannya melalui pajak, suatu saat akan kembali lagi pada mereka berupa pelayanan yang prima. Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa hal yang dapat diberikan rekomendasi bagi Pemerintah antara lain: 1. Memperjelas pembagian tugas antara Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/kota di Indonesia. Menghindari tumpang tindih tugas menjadi salah satu pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. 2. Membuat blue print penanganan kesejahteraan sosial secara semesta dengan melibatkan seluruh stakeholder yang berkepentingan. Penanganan kesejahteraan sosial tidak bisa berdiri sendiri, perlu pelibatan lembaga lain dalam mewujudkannya. 3. Meningkatkan kemandirian pemerintahan daerah dalam peningkatan kesejahteraan sosial. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah merupakan garda depan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, sedangkan pemerintah pusat dapat diberikan kewajiban berupa pemberian kebijakan, tidak lagi mengurus pelaksanaan teknis. 4. Pelibatan dan peningkatan kualitas pekerja sosial sebagai garda depan dalam partisipasi sebagai upaya peningkatan kualitas masyarakat. 9

10 BAB IV PENUTUP Demikianlah Laporan Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI ke Negara Denmark ini diperbuat. Harapannya, laporan ini dapat ditindaklanjuti sebagai bahan pelajaran bagi para pengambil kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 10