EFEKTIFITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI TERAPIS ANAK TERANG KEDUNG SEROKO SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI TERAPIS ANAK TERANG KEDUNG SEROKO SURABAYA"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI TERAPIS ANAK TERANG KEDUNG SEROKO SURABAYA Gerhana Ega Swastika dan Setiadi, S.Kep., M.Kep., Ns. ABSTRAK Senam otak lebih menitik beratkan pada gerakan yang dapat merangsang dan memadukan semua bagian otak, baik otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak tengah (limbik), otak depan (dimensi pemfokusan) maupun otak besar (dimensi pemusatan). Gerakan senam otak sangat sederhana, karena tidak seperti senam badan yang menekankan pada otot dan kebugaran. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orang tua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis Senam otak dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko surabaya. Penelitian ini menggunakan desain pre experimen design dengan teknik rancangan rangkaian waktu (time series design). Populasinya adalah semua anak autis di terapis anak terang kedung seroko. Sampel di ambil secara non probability sampling dengan pendekatan Sampling Jenuh yaitu pengambilan sempel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Pada penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar sebelum melakukan senam otak 0 anak (0%) baik, 17 anak (68%) cukup, 8 anak (26%) kurang. Konsentrasi belajar sesudah melakukan senam otak 9 anak (36%) baik, 15 anak (58,6%) cukup, 1 anak (3,3%) kurang. Hasil uji statistic dengan uji wilcoxon di dapatkan nilai value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa 0,05 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan konsentrasi belajar terhadap senam otak. Implikasi hasil penelitian bahwa senam otak dapat di jadikan salah satu alternative dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya. Kata kunci : senam otak (brain gym), konsentrasi belajar, anak autis ABSTRACT Brain exercise focuses on movement that can stimulate and interate all parts of the brain, both left and right brain (lateral dimension), midbraind (limbic), brain front (focusing dimension) and cerebrum (the dimensions of convergence). Brain gymnastics movements are very simple, because it is not like gymnastics body that emphasizes the muscles and fitness. In some children may have difficulty, distress and disruption in terms of concentration and attention that he gave.many of the parent swereal so complaining and confused in raising and addressing children have difficulty concentrating. This study aimed to analyze Gymnastics brain in autistic children improve concentration learning in a child therapist bright kedung seroko Surabaya. This study design using pre experimen design with a circuit design technique of time (time series design). The population is all children with autism in a child therapist kedung seroko light. Samples taken by non

2 probability sampling with saturated sampling approach that is making sempel by taking the total number of population. The study showed that the concentration of brain before doing gymnastics 0 children (0%) good, 17 children (68%) fairly, 8 children (26%) less. The concentration of learing after doinf gymnastics brain 9 children (36%) good, 15 children (58,6%) fairly, 1 children (3,3%) less. the datawere analyzed with statistical testusing Wilcoxon Sign Test with significance level values obtained value = This shows that 0.05 mean sthat there is a significant effect of learning onbrain gymnastics concentration. The implications of the exercises can be made in one alternative to improve concentration in children with autism learn therapist anak terang kedung seroko Surabaya. Keywords: gymnasticsbrain(brain Gym), the concentration oflearning, children with autism Latar Belakang Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana menyenangkan yang di gunakan untuk memadukan semua bagian otak dalam meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2006). Gerakan senam otak itu di buat untuk merangsang otak kiri dan kanan (Dimensi lateralis), meringankan atau merileksasi belakang otak bagian depan otak (Dimensi pemfokusan) dan merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional. Gerakan senam otak sangat sederhana, karena tidak seperti senam badan yang menekankan pada otot dan kebugaran. Senam otak lebih menitik beratkan pada gerakan yang dapat merangsang dan memadukan semua bagian otak, baik otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak tengah (limbic), otak depan (dimensi pemfokusan) maupun otak besar (dimensi pemusatan). Namun, belom ada yang meneliti Efektivitas Senam Otak (brain gym) dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Autis di Terapis Anak Terang Kedung Seroko, Surabaya. Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan Jenifer Dustow (2007) di Hawaii pada 9 anak yang telah di diagnose Autism Spectrum Disorders (ASDs) yang berusia 3-5 tahun selama 6 minggu. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam tingkah laku dan konsentrasi pada hari dimana anak-anak melakukan gerakan senam otak. Percobaan ini dirancang untuk menilai apakah melakukan gerakan senam otak yang menyebrangi garis tengah membantu mengurangi perilaku autis, seperti menangis, berteriak, kelakuan agresif, menarik perhatian pada waktu yang tidak tepat, kurangnya pemfokusan. Semau anak diberikan gerakan senam otak yang sama di pagi hari selama 6minggu. Hasilnya 77% mengalami penurunan prilaku autis (dustow, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara peneliti terhadap anak autis di Terapis Anak Terang Kedung Seroko sebanyak 25 anak. Berdasarkan laporan guru pembimbing hampir 89% anak mengalami gangguan konsentrasi belajar. Gerakan senam otak mampu meningkatkan konsentrasi misalnya gerakan sakelar otak untuk mengoptimalkan pengirimiman pesan dari otak kiri ke kanan atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen dan menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak, gerakan tombol imbang dapat meningkatkan konsentrasi, pengambilan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap rileks, gerakan menguap berenergi dapat mengaktifkan otak untuk meningkatkan oksigen agar otak berfungsi secara efesien dan rileks, gerakan pasang telinga digunakan untuk

3 membantu konsentrasi, membantu mendengar suara diri sendiri saat berbicara atau menyanyi, gerakan burung hantu untuk mengkoordinasi pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh serta meningkatkan konsentrasi, kemudian gerakan pasang kuda-kuda untuk membantu berkonsentrasi dan mengingat kembali hal-hal yang telah di pelajari (Yanuarita, 2012). Bagi orang tua dan guru, terapi senam otak sendiri merupakan suatu alternative untuk mengurangi hiperaktifitas pada anak, bisa melatih konsentrasi belajar dengan baik, agar anak bisa belajar dengan baik dan maksimal seperti anak normal pada umumnya. Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-komunikasi, pemfokusanpemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui oleh tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktifitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja pasca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan (Tammasse, 2009). Senam otak bisa dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, memungkinkan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mwngaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenagkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, 2008). surabaya. Penelitian ini menggunakan desain pre experimen design dengan teknik rancangan rangkaian waktu (time series design). Populasinya adalah semua anak autis di terapis anak terang kedung seroko. Sampel di ambil secara non probability sampling dengan pendekatan Sampling Jenuh yaitu pengambilan sempel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Hasil dan pembahasan 1. Karakteristik responden berdasarkan konsentrasi belajar sebelum senam otak (brain gym) Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 (N = 25). Konsentrasi belajar F P F P F P Baik 0 0% 0 0% 0 0% Cukup 16 64% 16 64% 19 76% Kurang 9 36% 9 36% 6 24% Total % % % Menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang sebelum menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari kedua 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari ketiga 19 responden (76%) cukup, 6 responden (24%) kurang. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 17 responden (68%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar dan 8 responden (26%) mengalami kurang dalam konsentrasi belajar. 2. Karakteristik responden berdasarkan konsentrasi belajar setelah senam otak (brain gym) Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 ( N = 25 ). Metode penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis Senam otak dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko

4 Konsentrasi belajar F P F P F P Baik 7 28% 6 24% 14 56% Cukup 14 56% 19 76% 11 44% Kurang 4 10% 0 0% 0 0 Total % % % menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang setelah menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 7 responden (28%) baik, 14 responden (56%) cukup, 4 responden (10%) kurang. Hari kedua 6 responden (24%) baik, 19 responden (76%) cukup. Hari ketiga 14 responden (56%) baik, 11 responden (44%) cukup. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 9 responden (36%) mengalami baik dalam konsentrasi belajar, 15 responden (58,6%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar, 1 responden (3,3%) kurang dalam konsentrasi belajar. 3. Karakteristik responden berdasarkan efektivitas senam otak (brain gym) terhadap konsentrasi belajar Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 (N = 25). Dapat diketahui dari uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Test dengan taraf signifikasi diperoleh nilai value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan konsentrasi belajar terhadap senam otak (brain gym). Pembahasan 1. Mengidentifikasi kualitas konsentrasi belajar pada anak autis sebelum melakukan senam otak Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa anak autis sebelum dilakukan senam otak (brain gym), konsentrasi belajarnya adalah Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang tanpa menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari kedua 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari ketiga 19 responden (76%) cukup, 6 responden (24%) kurang. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 17 responden (68%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar dan 8 responden (26%) mengalami kurang dalam konsentrasi belajar. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, siswa autis membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran dan tidak bisa ditentukan waktunya untuk menguasai satu materi dan materi belum ditambah ketika anak belum bisa menguasai materi dengan tepat. Di awal proses pembelajaran siswa harus didampingi oleh guru pendampingnya, ini menghindari siswa tidak ingin belajar dengan peneliti, karena siswa belum kenal dan dekat dengan peneliti. Pada awal pembelajaran siswa belum respon ketika peneliti memberi peerintah kepada siswa untuk mengikuti materi yang peneliti berikan. Perintah diawal proses pembelajaran diberikan sebanyak tiga kali, ketika perintah pertama dan kedua siswa tidak mengikuti apa yang peneliti berikan maka pada perintah ketiga peneliti memberi siswa sentuhan, memegang tangannya untuk mengikuti gerakan yang peneliti berikan ini dimaksudkan untuk memaksa siswa merespon kepada peneliti. Semakin sering siswa melakukan proses pembelajaran maka akan semakin baik responnya dan terlatih konsentrasinya. Siswa autis mempunyai prilaku tantrum semaunya sendiri yaitu, ketidakmampuan siswa untuk memahami orang lain dan lingkungan, membuat mereka berprilaku seenaknhya sehingga anak auitis mudah sekali.

5 Gejala-gejala yang nampak pada anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakn oleh Supriyo (2008: 104), yaitu sebagai berikut: a. Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk nonton (di luar kegiatan belajar) tetapi kalau belajar sebentar sudah merasa tidak tahan b. Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti: suara radio, TV, gangguan adik/kakak) c. Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perelngkapan belajar d. Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari. Dalam beberapa kasus, anak-anak yang menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika menghadapi pekerjaan terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau kelompok berbasis yang membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan ADD mungkin menghadapi risiko lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal dari sekolah. Rentang atensi atau lamanya waktu yang digunakan anak untuk menekuni suatu kegiatan dapat diamati sesuai usia. Rata-rata rentang atensi pada usia 2 tahun selama 7 menit, usia 3 tahun selama 9 menit, usia 4 tahun selama 12 menit, usia 5 tahun selama 14 menit. Kemampuan memusatkan perhatian berbeda-beda. Makin berkembang anak makin mampu menseleksi stimulus yang ada dan makin mampu memusatkan perhatian. Meskipun gangguan konsentrasi ini juga dapat terus terjadi sampai usia dewasa. Gangguan konsentrasi ini biasanya sudah dapat diamati pada usia bayi. Tampak bayi sering berpindah-pindah perhatian pandangan matanya atau sering berganti mainan dalam waktu yang cepat. Biasanya bayi tidak menyukai lingkungan suasana yang tidak luas seperti boks bayi yang kecil dan suasana didalam kamar. Anak lebih menyukai lingkungan yang lebih lapang seperti tempat tidur yang luas dan anak sering minta keluar rumah. Pada anak yang lebih besar didapatkan gejala cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas, tidak bisa belajar lama. Bila belajar harus dalam keadaan tenang atau biasanya saat tengah malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan lama pada hal yang disukai seperti menonton televisi, baca komik atau main game. Anak tampak sering terburu-buru sehingga mengakibatkan perilaku tidak mau antri, tidak teliti sehingga terjadi kesalahan saat mengerjakan soal karena ketidaktelitiannya. 2. Mengidentifikasi kualitas konsentrasi belajar pada anak autis setelah melakukan senam otak Dari data diatas dapat di jelaskan bahwa anak autis setelah melakukan senam otak (brain gym), konsentrasi belajarnya adalah menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang setelah menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 7 responden (28%) baik, 14 responden (56%) cukup, 4 responden (10%) kurang. Hari kedua 6 responden (24%) baik, 19 responden (76%) cukup. Hari ketiga 14 responden (56%) baik, 11 responden (44%) cukup. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 9 responden (36%) mengalami baik dalam konsentrasi belajar, 15 responden (58,6%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar, 1 responden (3,3%) kurang dalam konsentrasi belajar. Hal ini dapat di jelaskan bahwa, Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi. Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa

6 Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif (Habiburrrohman, 2011). Konsentrasi merupakan suatu proses untuk memahami dan menguasai pikiran dan perasaan terhadap suatu peristiwa.oleh karena itu proses konsentrasi sangat membutuhkan ketenangan baik pikiran maupun situasi. Baihaqi M, dkk (2005) mengemukakan bahwa konsentrasi juga disebut dengan perhatian yang dapat diartikan sebagai pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek. Gangguan konsentrasi bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala atau suatu manifestasi penyimpangan perkembangan anak. Gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian yang kurang, dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar. Irwan Prayitno menyebutkan, bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barangbarang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya. 3. Efektifitas senam otak (brain gym) dalam konsentrasi belajar anak autis Berdasarkan hasil tabulasi silang melakukan senam otak dan tanpa melakukan senam otak. Bedasarkan data tersebut sesuai dengan teori menurut (Yanuarita, 2012) Senam otak di manfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan membuat otak bekerja aktif atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruan dari pada orang yang tidak atau menggunakan otaknya. Pada teori sesuatu organ yang aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka biasa katakana organ tersebut sehat. Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana menyenangkan di gunakan untuk memadukan semua bagian otak yang berfungsi meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2006). Gerakan itu di buat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau merileksasi belakang otak bagian depan otak (Dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbic) serta otak besar (Dimensi pemusatan). Dennison (2006) menyatakan meski sederhana, brain gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Senam otak di manfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan membuat otak bekerja aktif atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruan dari pada orang yang tidak atau menggunakan otaknya. Pada teori sesuatu organ yang aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka

7 biasa katakana organ tersebut sehat. (Yanuarita, 2012) Salah satu stimulasi yang selama beberapa tahun terakhir ini di anggap paling baik dan baru adalah senam otak atau brain gym. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Gerakan-gerakan senam ringan yang di lakukan dalam senam otak, seperti melalui olah tangan dan kaki yang dapat memberikan stimulus ke otak. Stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, misalnya kewaspadaan konsentrasi dan kecepatan dalam proses belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreatifitas. Senam otak dimanfaatkan untuk anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktifitas, kerusakan otak, sulit berkonsentrasi dan depresi (As adi, 2012). Gerakan senam otak, bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup akan terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan menggunakan seluruh otak. Senam otak dapat di lakukan di segala usia, mulai dari bayi hingga orang lanjut usia. Untuk melakukan senam otak, seorang anak harus dibantu oleh orang tuanya, baru setelah 3tahun ia bisa melukukannya sendiri. Manfaat positif bagi anak usia sekolah terutama yang berkebutuhan khusus, yakni dapat mempermudah kegiatan belajar serta membantu penyesuaian dengan tuntutan seharu-hari dan juga gerakan brain gym ini untuk menstimulasi, meringankan atau merileksasikan siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu dan juga dapat menunjang perubahan elektik dan kimiawi yang berlangsung selama kejadian mental dan fisik. Gerakan brain gym adalah usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain. Kemudian dapat di gunakan untuk membantu pelajar untuk lebih siap menerima pelajaran, memperbaiki rentang konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat, memperbaiki komunikasi dan dapat mengendalikan emosi (Yanuarita, 2012). Senam otak merupakan terapi yang sangat praktis, karena bisa dilakukan diamana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan ini yang tepat adalah sekitar menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare ; yang artinya menarik keluar. Sementara itu, kinesiology berasal dari bahasa yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi Kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia (Yanuarita, 2012). Pada umumnya penyandang autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Meraka menghindari atau tidak berespon kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih saying, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Biasanya anak-anak ini kurang minat untuk melakukan kontak social dan tidak adanya kontak mata (Yuwono, 2009). Teori-teori belajar yang hanya memberikan prtunjuk umum tentang belajar, tetapi teori tersebut tidak dapat dijadikan hokum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Karena itu, belajar yang efektif sangat di pengaruhi oleh bebrapa factorfaktor kondisional yang ada (Habiburrrohman, 2011). Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan di di terapis anak terang kedung seroko surabaya pada tanggal Mei 2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

8 1. Kualitas konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya sebelum melakukan senam otak sengaian besar berkatagori cukup. 2. Kualitas konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya sesudah melakukan senam otak sengaian besar berkatagori cukup. 3. Ada pengaruh antara senam otak (brain gym) terhadap konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko surabaya. Daftar Pustaka Baihaqi, M dan Sugirman, M. (2006). Memahami dan Membantu Anak. ADHD, Bandung : PT. Refika Aditama Brain Gym Internasional,2008. Diakes 22 juni 2009, dari http;//braingym.org/studies Dennison, P.E & Dennison, G.E. (2005). Brain Gym. PT Grasindo. Jakarta Dennison, P.E (2008). Brain gym and me. Brain gym dan aku. Jakarta ; Grasindo Dennison. (2006). Brain Gym. PT Gramedia, Jakarta Yanuarita, A. (2012). Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym), Jogjakarta : Teranova Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 57,23 dan kelompok

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia merupakan perubahan yang bersifat progresif dan berlangsung secara berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap perkembangan akan

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO

ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO ABSTRAK PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK LANSIA DENGAN PERMAINAN PUZZLE DI POSYANDU LANSIA DESA SEPANDE SIDOARJO Oleh: FACHRUDIN YUSUF Senam otak adalah serangkaian gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita didefinisikan sebagai anak yang memiliki kemmapuan intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta terjadi pada masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, dikarenakan anak usia sekolah sebagai generasi penerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, dikarenakan anak usia sekolah sebagai generasi penerus dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, dikarenakan anak usia sekolah sebagai generasi penerus dan menentukan kualitas dari suatu bangsa. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam otak merupakan serangkaian gerakan yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi seseorang. Senam otak memiliki beberapa manfaat yaitu, dapat mengasah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD) 88 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Nama peneliti Judul : Agustina Sihombing : Stimulasi Brain Gym pada Anak ADHD (Studi Kasus pada Anak ADHD) Tujuan : Untuk mengetahui gambaran Stimulasi senam

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA Kristina, Pengaruh Senam Otak terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar Mahasiswa 69 PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA Kristina, Nunung Ernawati Politeknik RS dr. Soepraoen

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 % BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi perkembangan fisik dan mental anak tersebut. Pada masa ini, anak sangat sensitive menerima segala pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak atau encephalon adalah pusat sistem saraf/ CNS (Central Nervous System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan mengkoordinir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARYATI NURYANA F 100060066 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA GURU-GURU SD DI DESA PANJI Oleh: dr. Ni Made Sri Dewi Lestari, S.Ked.,M.Kes / NIP 198207022008122002 dr. Adnyana Putra, S.Ked.,M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis bukan suatu penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS Dita Fiskasila Putri Hapsari, Agung Kurniawan Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Putri, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak-kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis

Lebih terperinci

MANFAAT SENAM OTAK. Zulaini *

MANFAAT SENAM OTAK. Zulaini * MANFAAT SENAM OTAK Zulaini * Abstrak: Selama ini orang lebih memelihara kebugaran fisik daripada otak. Padahal otak merupakan pusat dari kontrol segala aktivitas manusia. Senam otak atau brain gym dalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senam sangat erat kaitannya dengan gerakan. Setiap hari, tubuh manusia pasti selalu bergerak walau hanya sebentar. Limbangan (2012) mengungkapkan bahwa ketika manusia

Lebih terperinci

KEGIATAN SENAM OTAK DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN SENAM OTAK DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN SENAM OTAK DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Made Ary Astuti,S.Pd PAUD Mekarsari aryastuti3192@yahoo.com Abstrak Artikel ini membahas tentang bagaimana menstimulus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Oleh: H i d a y a t Apakah itu "ADHD"? Sebelumnya para orang tua dan guru menggambarkan anak-anak yang mudah

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis) BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan dan lingkungan sosial yang baik perlu diperhatikan bagi orangtua untuk anak-anak mereka. Kesehatan dan lingkungan sosial terhubung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya pada Taman Kanak- Kanak merupakan tempat yang tepat untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki oleh anak untuk

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia mengedalikan semua fungsi tubuh jika otak sehat maka akan mendorong kesehatan tubuh serta akan menunjang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Abstract Evelin Adriani dan Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta One of factors that

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR MELALUI BRAIN GYM Oleh : Al Razak Abstrak Penelitian ini di latarbelakangi oleh siswa Kesulitan Belajar kelas II di SDN 18 Koto Lua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugrah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden (0-3 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5

Lebih terperinci

HYPNOPARENTING TERHADAP TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI.

HYPNOPARENTING TERHADAP TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI. Dunia Keperawatan, Volume, Nomor, Maret 207: 2-2 HYPNOPARENTING TERHADAP TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Ifana Anugraheni Program Studi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan 1 EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : UNTARI RETNO WULAN F 100060052

Lebih terperinci

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER.

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. ANAK ADHD PERSISTILAHAN 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY DISORDER. 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. 3. MINIMAL BRAIN DISORDER=KETIDAKBERESAN DIOTAK KECIL. 4. MINIMAL BRAIN DEMAGE =KERUSAKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TITIK DWI LESTARI NIM:

SKRIPSI. Oleh : TITIK DWI LESTARI NIM: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA DALAM PEMBERIAN DIET SEHAT CASEIN FREE GLUTEN FREE (CFGF) ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD), HIPERAKTIF, DAN

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK KARTIKA IV-8 KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK KARTIKA IV-8 KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK KARTIKA IV-8 KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Nurmalita Fitria Dewi NIM. 072310101015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, emosi, komunikasi, dan interaksi sosial. Gejalanya sudah. tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun (Priyatna, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, emosi, komunikasi, dan interaksi sosial. Gejalanya sudah. tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun (Priyatna, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan sebuah sindrom yang disebabkan oleh kerusakan otak kompleks yang mengakibatkan terjadinya gangguan perilaku, emosi, komunikasi, dan interaksi

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma Program Studi Pendidikan Ners STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK YANG MENDAPATKAN TERAPI BRAIN GYM DI TK DHARMA WANITA DESA TAMBAK AGUNG PURI MOJOKERTO

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK YANG MENDAPATKAN TERAPI BRAIN GYM DI TK DHARMA WANITA DESA TAMBAK AGUNG PURI MOJOKERTO PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK YANG MENDAPATKAN TERAPI BRAIN GYM DI TK DHARMA WANITA DESA TAMBAK AGUNG PURI MOJOKERTO DESYANI GESTARI 11002145 Subject : Motorik Kasar, Anak, Brain Gym DESCRIPTION

Lebih terperinci

Tabel 1. Tingkatan Gelombang Otak Manusia

Tabel 1. Tingkatan Gelombang Otak Manusia Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain Pengembangan Instrumen Musik Sebagai Sarana Terapi Anak ADHD Hairunnas Ir. Oemar Handojo, M.Sn Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang 1. Tumbuh Kembang Anak BAB I PENDAHULUAN Dalam pengertian tumbuh - Gangguan bicara dan bahasa. kembang anak terkandung dua pengertian yang berbeda yakni pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen, bisa juga diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen, bisa juga diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan atau eksperimen, bisa juga diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design (Pocock, 2008)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi ada dua, yaitu faktor genetik

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : EVELIN

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI MENGAJAR DOSEN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI MENGAJAR DOSEN ISSN 2407-5299 PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI MENGAJAR DOSEN Loli Setriani Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gn. Pangilun, Gn. Pangilun, Padang Utara, Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO SKIRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI MUHAMMADIYAH CEPORAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan perkembangan fungsi psikologis yang meliputi gangguan dan keterlambatan dalam bidang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN REMAJA USIA TAHUN TENTANG SENAM OTAK

PENGETAHUAN REMAJA USIA TAHUN TENTANG SENAM OTAK PENGETAHUAN REMAJA USIA 16 18 TAHUN TENTANG SENAM OTAK Suryono Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Gymnastics of brain is connecting an exercise line up of the simple body movement that movement is made for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, keluarga bahkan negara. Maka seorang anak sudah seharusnya di jaga dan di asuh dengan baik. Pengasuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai dari masa pra lahir, masa bayi, masa awal anak-anak, pertengahan masa anakanak dan akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN PENELITIAN QUASY EKSPERIMENTAL Oleh : LULUT SETYOWATI NIM. 131311123074

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dalam mengembangkan bakat anak dan bahkan menjadi landasan atau pondasi yang kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF : DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 2 CENGKARENG

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF : DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 2 CENGKARENG PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF : DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 2 CENGKARENG DI SUSUN OLEH : KELOMPOK I : 1 ANNISA A 6 MUNAWAROH

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA YOGYAKARTA

GAMBARAN PELAKSANAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA YOGYAKARTA JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 77 GAMBARAN PELAKSANAAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA YOGYAKARTA Etik Pratiwi * * Dosen Akademi Keperawatan Notokusumo

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Halaman : 149-159 Meningkatkan Ketahanan Duduk Anak Hiperaktif Melalui Media Mozaik Di Kelas II SLB Hikmah Miftahul Jannnah Padang

Lebih terperinci

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira Apakah Autisme Itu? A U T I S M E Gangguan Perkembangan Neurobiologis yg Kompleks, yang terjadinya atau gejalanya sudah muncul pada anak sebelum berusia Tiga tahun. Gangguan perkembangan yg terjadi mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS

YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS YOGA: HARMONISASI MANAJEMEN STRESS Mulyaningrum E-mail : mulyaningrum2001@yahoo.com Abstrak Pada kehidupan modern, terutama di kota, setiap orang menjadi semakin besar peluangnya menghadapi banyak stress.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu (Alim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENURUNKAN STRES PADA ANAK

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENURUNKAN STRES PADA ANAK EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENURUNKAN STRES PADA ANAK Ranita Widyastuti dan Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract Children can experience stress due to daily activities,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

Lebih terperinci