BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Jagung Pulut (waxy corn) Pemanfaatan jagung pulut di beberapa daerah adalah sebagai jagung rebus dan jagung bakar karena rasanya enak dan gurih. Kegenjahan umur dari jagung pulut cukup menarik untuk dikembangkan karena pada umur sekitar hari dapat dipanen muda sebagai jagung rebus. Pemanfaatan yang lain adalah sebagai bahan baku pembuatan kue dan jagung marning. Namun sampai saat ini peningkatan potensi hasil jagung pulut belum mendapat perhatian serius. Jagung pulut merupakan jagung lokal yang mempunyai ukuran tongkol kecil, dengan diameter mm dan sangat peka terhadap penyakit bulai (Perenosclerospora sp). Karakter pulut diatur oleh gen resesif wx (waxy corn). Gen wx ini mudah ditransfer ke jagung bukan pulut (Hallauer 1990). Larutan kalium yodida (KI 2, atau yang umum dikenal sebagai larutan yodium) dapat digunakan untuk mengidentifikasi amilum jagung pulut, yaitu ditandai dengan reaksi warna merah kecoklatan pada bagian dalam biji yang dicelupkan ke dalam larutan tersebut. Pada jagung bukan pulut menunjukkan reaksi warna biru sampai hitam, demikian juga tepungsari jagung pulut apabila bereaksi terhadap larutan yodium warnanya menjadi coklat kemerahan. Jagung pulut yang ada ditanam petani dan di pasaran sekarang ini merupakan jagung pulut lokal, termasuk golongan varietas komposit. Jagung pulut ini merupakan salah satu sumber plasma nutfah. Kebanyakan petani menggunakan benih mereka sendiri atau dari tetangga hasil tanaman sebelumnya dan umumnya menanam benih yang berasal dari beberapa tongkol saja, demikian dilakukan bertahun-tahun sehingga tanaman menjadi nampak seragam (sebagai akibat dari small sample inbreeding). Produksi benih varietas sintetik relatif mudah dan petani dapat menggunakan benih dari hasil pertanamannya sendiri. Varietas komposit dan sintetik merupakan suatu populasi yang mempunyai keragaman genetik yang luas sehingga daya adaptasinya luas, tetapi kurang seragam dalam hal ukuran tongkol. Varietas jagung bersari bebas dapat berupa varietas sintetik maupun komposit. Varietas sintetik dibentuk dari galur inbrida yang memiliki daya gabung umum baik,

2 sedangkan varietas komposit dibentuk dari galur inbrida, varietas bersari bebas, dan atau hibrida. Dalam pembentukan varietas bersari bebas yang perlu diperhatikan adalah adanya populasi dasar yang akan diperbaiki dan metode pemuliaan yang digunakan dalam perbaikan populasi tersebut. Varietas sintetik adalah populasi bersari bebas yang berasal dari silang sesamanya (intercross) antar galur, yang diikuti dengan perbaikan melalui seleksi. Pembentukan varietas sintetik diawali dengan pengujian silang puncak (persilangan galur dengan penguji atau tester) untuk menguji daya gabung umum galurgalur yang jumlahnya banyak. Jagung Bermutu Protein Tinggi Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung yang ada di Indonesia masih mempunyai kelemahan dilihat dari nilai nutrisinya. Kandungan protein biji jagung biasanya berkisar antara 8-11% tetapi mengandung dua asam amino esensial lisin dan triptofan yang rendah, yaitu masing-masing hanya 0,225% dan 0,05% dari total protein biji. Angka ini kurang dari separuh konsentrasi yang disarankan oleh WHO/FAO (WHO 1985). Bila jagung digunakan sebagai pakan, maka protein untuk ternak juga kekurangan dua asam amino tersebut. Oleh karena itu diet sehat untuk manusia dan ternak monogastik harus memasukkan lisin dan triptofan dari sumber lain. Mertz et al. (1964) menemukan mutan jagung pada biji opak yang mengandung lisin tinggi yang kemudian diketahui bahwa karakter tersebut diatur oleh gen opaque-2 (oo). Gen opaque-2 yang mampu meningkatkan kadar lisin dan triptofan pada endosperm jagung telah dimanfaatkan untuk menghasilkan produk riset yang disebut Quality Protein Maize (QPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemindahan gen opaque-2 ke dalam jagung biasa dapat meningkatkan kualitas protein jagung yang bersangkutan, sebab disamping kandungan protein jagung meningkat, juga kandungan triptofan dan lisinnya lebih tinggi. Jagung QPM semula tidak diminati karena pengaruh pleiotrofik sifat fisik endospermnya yang lunak, rentan hama gudang dan busuk tongkol, hasil rendah, dan biji lama mengering. Peneliti Centro Internacional de Mejoramiento de Maizy Trigo (CIMMYT) telah berhasil menggabungkan gen oo dengan oo endosperm modifier gene (Vasal et al. 1980). Melalui suatu program seleksi berulang (recurrent selection) dan setelah beberapa siklus seleksi, akhirnya dihasilkan jagung QPM dengan -10-

3 endosperm lebih keras (Bjarnason and Vasal 1992). Kini kandungan protein jagung tersebut meningkat dari 9,0 menjadi 11,0-13,5%, juga kandungan triptofan dan lisinnya meningkat dari 0,05 dan 0,225 menjadi 0,11% dan 0,475%. Jagung QPM yang sekarang memiliki produksi hampir sama dengan jagung biasa, malah ada yang hasilnya lebih tinggi (Cordova 2001). Keberhasilan CIMMYT perlu dimanfaatkan baik secara langsung sebagai bahan introduksi maupun sebagai bahan donor perbaikan genetik materi jagung nasional. Meskipun dari tempat asalnya bahan genetik introduksi telah berupa improved germplasm namun perlu diintegrasikan dengan materi genetik nasional, dan pada saatnya dapat dikembangkan. Upaya meningkatkan kadar protein pada biji jagung sudah lama dilakukan. Publikasi klasik tentang ini adalah Seventy Generations of Selection for Oil and Protein in Maize oleh Dudley tahun Dilaporkan oleh Dudley et al. (1974) bahwa kadar protein berhasil ditingkatkan dari 10,9% (populasi asal) menjadi 26,6% pada galur jagung Ilinois High Protein. Belakangan Dudley (1977) menyimpulkan bahwa ada korelasi negatif antara kenaikan kadar protein dengan hasil. Biji jagung yang telah matang terdiri atas perikarp (6%), endosperm (82%), dan embrio/lembaga (12%). Pada lembaga, kadar dan mutu protein tinggi tetapi protein pada endosperm bermutu rendah. Berdasarkan kelarutannya, protein pada endosperm biji jagung terdiri atas fraksi-fraksi albumin larut dalam air, globulin larut dalam garam, prolamin atau zein larut dalam alkohol, dan glutelin larut dalam asam atau basa (Bjarnason and Vasal 1992). Proporsi zein ini pada endosperm cukup tinggi yakni sekitar 60%. Pada fraksi zein tidak terdapat lisin dan triptofan sedangkan pada ketiga fraksi lainnya, asam amino cukup seimbang. Oleh karena proporsi zein pada biji tinggi, tidak adanya lisin dan triptofan pada zein inilah yang berkaitan dengan rendahnya mutu protein pada jagung biasa (Vasal 2000, 2001). Dengan demikian pemuliaan jagung bermutu protein tinggi mesti diarahkan kepada perbaikan genetik endosperm. Awal dari perbaikan genetik terhadap mutu protein dipicu oleh penemuan gen-gen opaque dan floury. Gen-gen ini dilaporkan dapat mengubah kandungan lisin dan triptofan pada endosperm biji. Walaupun sejumlah gen diidentifikasi, namun yang sering dimanfaatkan dalam memperbaiki sifat endosperm jagung adalah opaque-2 (oo) dan floury 2 (fl2), masing-masing pertama sekali ditemukan oleh Mertz et al. (1964) dan Nelson et al. (1965). CIMMYT semula menggunakan kedua gen ini tetapi dalam -11-

4 perkembangan berikutnya lebih memfokuskan kepada pemanfaatan gen oo (Vasal 2000). Pemanfaatan gen oo dan fl2 dalam kegiatan pemuliaan jagung mulai intensif pada dekade 1970-an. Untuk mentransfer kedua gen itu ke bahan genetik target biasanya digunakan metode seleksi silang balik (back-cross). Biji yang mengandung gen oo dan fl2 memperlihatkan sifat lunak berkapur (soft chalky) dan merupakan penanda atau marka morfologis yang efektif dalam seleksi pada populasi yang bersegregasi (Vasal 2001). Oleh karena sifat yang resesif, pada setiap tahap back-cross diperlukan satu generasi selfing untuk pemulihan oo. Fenotipe biji yang lunak ini ternyata berkaitan dengan kelemahan yang dimiliki oleh jagung opak waktu itu (Bjarnason dan Vasal 1992). Penggunaan materi genetik fl2 juga berkurang karena munculnya karakter jelek (undesirable) dari mutan fl2. Selanjutnya selama satu dekade CIMMYT menitikberatkan program konversi jagung normal baik jenis varietas bersari bebas atau open polinated variety (OPV) maupun inbrida elit menjadi materi QPM. Pengujian dan penanaman secara komersial jagung opak jenis OPV dan hibrida meluas di negara-negara seperti Brazil, Colombia, India, USA, Afrika Selatan, dan Hungaria. Setelah mengevaluasi sejumlah besar materi jagung opak di banyak lingkungan, pada pertengahan 1970-an diketahui adanya beberapa kelemahan dari tipe QPM lunak. Karena pengaruh pleiotrofik, kelemahan terekspresi pada biji yakni hasil biji rendah, rentan terhadap hama (gudang) dan penyakit (busuk tongkol), biji lama mengering sesudah masak fisiologis. Penampilan biji yang lunak, tumpul, dan kusam tidak disukai oleh petani jagung yang sudah biasa dengan tipe endosperm keras. Arah pemuliaan beralih untuk memperkeras endosperm. Upaya memuliakan jagung opak berendosperm keras (Hard Endosperm QPM) dimulai dengan mencari sumber gen baru. Walaupun teridentifikasi mutan-mutan lain seperti o6 dan fl3 tetapi belum bisa mengungguli gen oo dalam meningkatkan mutu protein. Gen oo dan fl2 secara tunggal hanya akan menghasilkan fenotipe dengan endosperm lunak. Kemudian para peneliti mencoba: a) menggunakan gabungan dua gen (oo dan fl2 atau oo dan su2) dan b) penggunaan serempak gen oodengan gen modifier o2. Ternyata gen modifier oo yang pertama sekali dilaporkan oleh Paez et al. (1969) bila digabung dengan gen oo cukup efektif dalam mengubah kekerasan endosperm. Bahan genetik yang diperbaiki -12-

5 juga memperlihatkan proporsi berbeda antara fenotipe yang opak/buram dan yang transluscent/jernih. Lebih penting dari semua itu, penggabungan gen oo dengan modifier o ini terbukti dapat mengubah fenotipe biji sambil tetap mempertahankan mutu biji protein (Bjarnason and Vasal 1992). Sama pentingnya pemikiran untuk meningkatkan rasio lembaga: endosperm dan proporsi lapisan aleuron pada biji jagung biasa. Sebagaimana dikemukakan, kadar dan mutu protein lebih tinggi pada lembaga. Namun pembentukan varietas jagung berkadar lisin tinggi dengan cara ini pada jagung biasa tidak berhasil walaupun melalui seleksi berulang (Zuber et al. 1975). Sebagaimana dikemukakan, upaya awal perbaikan jagung opaque adalah terhadap fenotipe biji. Dari sejumlah bahan genetik hasil konversi populasi jagung opak dipilih tongkol-tongkol yang membawa sifat modified opaque, yakni keopakannya telah berubah ke arah lebih jernih. Biji-biji terbaik dari tongkol terpilih digunakan pada generasi-generasi seleksi selanjutnya. Kriteria seleksi yang diterapkan termasuk ketat, antara lain dengan membuang sifat biji yang tampilannya kabur dan kurang menarik. Mutu protein selalu dimonitor di laboratorium terutama kandungan lisin dan triptofan pada endosperm. Pada populasi yang bersegregasi, tongkol-tongkol dengan biji renggang juga dibuang (Vasal 2000, 2001). Beberapa literatur mengenai jagung bermutu ini dikenal dua istilah: High Quality Protein Corn, HQPC dan Quality Protein Maize, QPM. Tampaknya yang lebih populer digunakan adalah QPM. Terjemahan bahasa Indonesia yang mendekati untuk QPM adalah jagung bermutu protein tinggi. Marka Simple Sequence Repeats (SSRs) Marka molekuler pada awal perkembangannya diperkenalkan untuk mengatasi kesulitan seleksi secara konvensional. Apabila marka molekuler yang terpaut dengan gen-gen yang dimaksud sudah diidentifikasi, maka marka tersebut dapat membantu mengurangi ukuran populasi dan waktu yang dibutuhkan dalam program pemuliaan per siklus seleksi. Beberapa kelebihan marka molekuler adalah memiliki kemampuan menyeleksi tanaman pada tahap pembibitan untuk sifat yang baru bisa diamati setelah tanaman tumbuh menjadi besar dan kemampuan menyeleksi sifat yang sangat sulit bila menggunakan seleksi fenotipe saja yang membutuhkan waktu relatif panjang (Couch et al. 1991). -13-

6 Marka SSRs atau biasa disebut mikrosatelit telah menjadi sistem marka yang sering digunakan pada tanaman jagung (Smith et al. 1997). Mikrosatelit atau SSRs terdiri dari susunan DNA dengan motif 1-6 pasang basa, berulang sebanyak lima kali atau lebih secara tandem (Vigouroux et al. 2002). SSRs polimorfis telah digunakan secara ekstensif sebagai marka genetik pada studi genetik jagung seperti pada konstruksi pemetaan keterpautan gen dan pemetaan quantitative trait loci (QTL) (Romero-Severson 1998; Frova et al. 1999) atau analisis keragaman genetik dan evolusi (Senior et al. 1998; Pejic et al. 1998; Lu and Bernardo 2001; Matsuoka 2002). Primer SSRs dibentuk berdasarkan pada daerah pengapit konservatif (conserved flanking region). Variasi dalam jumlah pengulangan untuk suatu batasan lokus diantara genotip-genotip yang berbeda dengan mudah dapat dideteksi dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) (Hamada et al. 1982; Powell et al. 1996). Kemudahan SSRs dalam mengamplifikasi dan mendeteksi fragmen-fragmen Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), serta tingginya tingkat polimorfisme yang dihasilkannya menyebabkan metode ini ideal untuk dipakai dalam studi genetik, terutama pada studi dengan jumlah sampel yang banyak. Selain itu, teknik PCR pada SSRs hanya menggunakan DNA dalam jumlah kecil dengan daerah amplifikasi yang kecil, sekitar bp (base-pair) dari genom. Selain itu, SSRs dapat diaplikasikan tanpa merusak bahan tanaman karena hanya sedikit saja yang digunakan dalam ekstraksi DNA atau dapat menggunakan bagian lain, seperti biji atau polen (Senior et al. 1996). Marka SSRs juga bersifat multialelik dan mudah diulangi sehingga penggunaan marka SSRs lebih menarik dalam mempelajari keragaman genetik di antara genotipgenotip yang berbeda (Senior et al. 1998). Keunggulan lain adalah selain produk PCR dari SSRs dapat dielektroforesis dengan gel agarose, juga dapat dielektroforesis dengan menggunakan gel akrilamid terutama pada alel suatu karakter memiliki tingkat polimorfis yang rendah, dimana gel agarose tidak mampu digunakan. Dengan demikian, gel akrilamid mampu mendeteksi lebih banyak alel per lokus daripada gel agarose (Macaulay et al. 2001). Beberapa pertimbangan lain sehingga marka mikrosatelit banyak digunakan dalam studi genetik diantaranya: terdistribusi secara melimpah dan merata dalam genom, variabilitasnya sangat tinggi (banyak alel dalam lokus), dan sifatnya yang kodominan dengan lokasi genom yang telah diketahui. Dengan demikian, marka -14-

7 mikrosatelit merupakan alat uji yang memiliki reproduksibilitas dan ketepatan yang sangat tinggi sehingga banyak digunakan dalam membedakan genotip, evaluasi kemurnian benih, pemetaan gen, sebagai alat bantu seleksi, studi genetik populasi, dan analisis diversitas genetik. Peningkatan Produksi Jagung dan Permasalahannya Beberapa fenomena penting dalam produksi jagung di Indonesia, di antaranya: a. Kedepan areal pertanaman jagung akan bergeser dari pulau Jawa ke luar pulau Jawa, utamanya Sumatera. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan areal tanam jagung yang jauh lebih cepat di Sumatera dibandingkan dengan di Jawa, laju pertumbuhan di Jawa 0,15% pada musim hujan dan 1,92% pada musim kemarau, sedangkan di Sumatera 11,89% pada musim hujan dan 12,52% pada musim kemarau per tahun (Subandi et al. 2004). Ini berarti ke depan areal tanam jagung akan bergeser dari lahan subur ke lahan yang kurang subur (suboptimal/marjinal). b. Laju peningkatan areal jagung pada lahan sawah lebih cepat dari pada lahan kering, dan petani di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur dan Lampung, sebagai dua propinsi penghasil jagung utama, lebih tertarik menanam jagung dari pada palawija lainnya (terutama kedelai) dan/atau padi. Ini semua nampaknya terkait oleh perolehan pendapatan yang lebih baik dari usaha menanam jagung, karena pada musim kemarau umumnya harga jagung baik sebab disamping kualitas biji baik juga pasokan kurang (Subandi et al. 2004). Produktivitas jagung di tingkat petani sangat bervariasi, berkisar antara 0,80 7,50 t ha -1, tergantung pada wilayah, ekologi dan penerapan teknologi produksi (Swastika dan Sudana 2002). Meskipun produksi jagung nasional meningkat, namun secara umum tingkat produktivitas jagung dalam negeri relatif rendah yaitu baru mencapai 3,34 t.ha -1 (Deptan 2004) karena berbagai sebab. Hasil rendah karena belum menerapkan teknologi produksi jagung sepenuhnya dan adanya cekaman biotis dan abiotis. Cekaman abiotis utama adalah kekeringan dan kemasaman tanah pada lahan kering. Jagung sebagian besar ditanam pada lahan kering yang kebutuhan air untuk pertumbuhan tergantung pada curah hujan. -15-

8 Cekaman air (water stress) meliputi kekeringan/kurang air, banyak dijumpai pada: 1) lahan kering beriklim kering seperti di Nusa Tenggara, 2) pertanaman jagung kedua pada lahan kering beriklim lembab/basah, dan 3) lahan sawah setelah padi tanpa dukungan irigasi yang cukup. Penambahan luas areal jagung dari tahun ketahun relatif kecil terutama karena pergeseran musim hujan, sehingga untuk memacu peningkatan produksi perlu dilakukan melalui peningkatan produksi per satuan luas. Peningkatan produktifitas jagung di lahan tegal/lahan kering dapat dengan menanam varietas unggul yang toleran terhadap kekeringan. Masa kritis tanaman jagung terhadap kekurangan air adalah pada waktu berbunga sampai pengisian biji, dan hasilnya dapat berkurang sampai 22%. Karena itu pemuliaan jagung untuk toleran terhadap kekeringan memiliki arti penting (Slamet 1994). Dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia terhadap jagung yang dinamis dan beragam, diperlukan penyediaan varietas yang mempunyai sifat unggul dan beragam sesuai dengan kebutuhan pengguna yang berbeda. Oleh karena itu upaya koleksi terhadap plasma nutfah yang potensial untuk digunakan dalam menghasilkan varietas yang lebih unggul perlu dilakukan. Seleksi terhadap varietas dan galur-galur jagung yang telah ada merupakan salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat toleransi tanaman jagung yang memiliki ketahanan terhadap cekaman kekeringan. Perlu langkah-langkah perbaikan genetik lebih lanjut sesuai yang diinginkan. Untuk mendukung program pemuliaan tersebut diperlukan informasi yang mendasar mengenai mekanisme ketahanan tanaman jagung terhadap cekaman kekeringan sehingga proses seleksi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Selain itu pengetahuan tersebut juga sangat bermanfaat dalam membantu menentukan strategi pengembangan tanaman jagung toleran kekeringan di masa yang akan datang. Salah satu alternatif dalam mengatasi kendala tersebut adalah dengan jalan perakitan varietas yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Adanya varietas unggul yang adaptif pada kondisi lahan kering akan lebih memudahkan petani dalam mengadopsi teknologi. Strategi Pengembangan Varietas Toleran Kekeringan Salah satu cara untuk mengatasi cekaman kekeringan ialah menggunakan varietas yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Perbaikan varietas yang toleran terhadap cekaman kekeringan telah menghasilkan varietas Wisanggeni dan Lamuru yang -16-

9 hasilnya lebih baik dari hasil varietas Arjuna baik pada lahan irigasi maupun pada cekaman kekeringan. Tanaman mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi cekaman. Beberapa cara telah dilakukan untuk menilai toleransi terhadap cekaman kekeringan diantaranya dengan mengukur rasio akar/tajuk, kedalaman akar, kecepatan pertumbuhan akar, indeks kepekaan terhadap kekeringan (Blum 1980; Rosielle and Hamblin 1981; Blum 1988). Cristiansen dan Lewis, 1982 menyatakan bahwa tanaman mempunyai karakter xeromorphic yang muncul jika mendapat cekaman. Karakter ini dapat berbeda untuk setiap tanaman dan untuk setiap tingkat cekaman kekeringan. Disarankan agar efektif, seleksi sebaiknya dilakukan dalam keadaan tercekam. Karakter yang dapat digunakan dalam seleksi antara lain: a) Pertumbuhan akar berupa panjang dan densitas akar, bobot kering akar yang tinggi atau rasio akar/tajuk yang tinggi juga merupakan suatu indikasi tanaman untuk menghindar dari cekaman kekeringan (Hamim 1995). Menurut Creellman et al. (1990) tanaman yang mendapat cekaman kekeringan akan mengalami peningkatan rasio akar/tajuk. Dari banyak studi yang telah dilakukan terdapat indikasi bahwa terdapat hubungan yang erat antara absorbsi dengan perkembangan akar yang menurut Mackill et al. (1996) hubungan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) perakaran yang dalam dan padat berpengaruh terhadap meningkatnya absorbsi air, 2) besarnya daya tembus (penetrasi) akar pada lapisan tanah untuk mencapai air tanah dalam. b) Kendali Stomata. Merupakan faktor yang turut menentukan proses metabolisme, berperan pada fotosintesis dan respirasi yang berhubungan dengan pembentukan dan penggunaan karbohidrat, jadi hubungannya dalam hal penyimpanan dan penggunaan energi. Selanjunya stomata juga berfungsi sebagai alat yang mengurangi kehilangan air. Struktur yang berhubungan dengan transpirasi, respirasi dan fotosintesis ada dalam kendali genetik. c) Tahanan Kutikula. Schonherr (1976) menunjukkan bahwa permeabilitas kutikular daun ditentukan sepenuhnya oleh jumlah lilin kutikular. Studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa laju transpirasi ditentukan oleh lapisan kutikular (Christiansen dan Lewis 1982). Akan tetapi walaupun kendali stomata dan kutikular efektif dalam -17-

10 mengurangi kehilangan air, hal tersebut juga mengurangi pertukaran gas dan fotosintesis. d) Jumlah Stomata. Jumlah stomata yang berbeda pada tiap genotipe dan dikendalikan secara genetik (Tan and Dunn 1975, 1976). Tanaman yang mempunyai jumlah stomata rendah transpirasinya kurang akan tetapi tidak mempengaruhi laju fotosintesis (Miskin et al. 1972). e) Penggulungan dan senescence daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun untuk mengurangi transpirasi apabila air terbatas, melalui penggulungan daun dan percepatan penuaan daun tanaman bagian bawah seperti pada tanaman jagung. f) Karakter Biokimia. Penelitian Biokimia telah banyak dilakukan untuk mengukur kaitannya dengan ketahanan terhadap cekaman, diantaranya akumulasi prolin, asam absisat dan aktivitas nitrat reduktase, akan tetapi hasilnya tidak konsisten (Chritiansen dan Lewis 1982). Beberapa strategi dalam perakitan dan pengembangan varietas toleran lingkungan tercekam kekeringan melalui program pemuliaan tanaman: 1. Peranan Plasma Nutfah Plasma nutfah tanaman merupakan sumber daya alam yang dapat dilestarikan (conserveable) tetapi sekali musnah maka plasma nutfah tersebut tidak dapat diketemukan kembali dan tidak dapat dihidupkan kembali (non reviable). Plasma nutfah berfungsi sebagai sumber daya hayati, sumber gen dalam program pemuliaan, dan sistem penyangga kehidupan (Sutrisno dan Silitonga 2003). Kegiatan pemulian sebagian besar tergantung pada sumberdaya genetik dengan keragaman karakter dan jumlah yang memadai. Keragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber gen bagi para pemulia untuk lebih berpeluang dalam menghasilkan kultivar-kultivar jagung yang lebih unggul (Mejaya dan Moejiono 1995). Sehubungan dengan hal tersebut koleksi plasma nutfah jagung merupakan bahan genetik pembentukan populasi dasar yang dapat disediakan dengan cara koleksi varietas lokal, kerabat liar, introduksi, varieatas unggul baru/lama, mutasi gen, dan persilangan. Berbagai ancaman terhadap pelestarian plasma nutfah sebagai dampak dari berbagai usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan yang -18-

11 semakin meningkat antara lain dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan cara sistem pertanaman monokultur. Hal ini selain membawa keuntungan juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yaitu tersingkirnya varietasvarietas liar dan varietas lokal sehingga mengakibatkan terdesaknya atau bahkan musnahnya varietas tersebut ini berarti juga hilangnya sumber-sumber gen potensial yang terkandung di dalamnya yang mungkin suatu saat akan bermanfaat. Berbagai cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kehilangan sumber daya plasma nutfah tanaman pada umumnya dan khususnya plasma nutfah jagung dengan melakukan konservasi plasma nutfah. Kegiatan ini berupa pengelolaan koleksi dan pemeliharaan sumber keanekaragaman plasma nutfah jagung seperti koleksi kultivar lokal, kultivar liar atau introduksi dari luar negeri (Braw 1978). Varietas unggul diperoleh melalui rekayasa genetik dengan memanfaatkan plasma nutfah elite yang dilakukan secara berkesinambungan. Varietas unggul dapat berasal dari introduksi dan hasil rakitan pada lingkungan spesifik. Jagung komposit dan hibrida unggul merupakan hasil penelitian yang perlu terus dipertahankan sebagai sumber gen yang diperlukan dalam pembentukan varietas unggul baru. Untuk mencegah terjadinya kehilangan sumber daya plasma nutfah jagung maka dilakukan konservasi plasma nutfah. 2. Varietas Unggul Diantara komponen teknologi produksi, varietas unggul sangat berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas jagung, baik dalam hasil per satuan luas maupun sebagai komponen pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, sifat tanaman yang dipertimbangkan dalam merakit varietas jagung unggul adalah kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan (tanah, iklim) dan preferensi petani terhadap sifat lainnya diantaranya umur; warna, ukuran, dan rendemen biji; serta sifat brangkasan tetap hijau pada saat panen tongkol (masak fisiologis). Jagung unggul bersari bebas tersebut hampir semuanya dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Sebelum tahun 1981, dari 17 varietas yang dilepas semuanya jenis jagung bersari bebas, namun mulai tahun 1981 hingga sekarang jagung jenis hibrida adalah yang paling dominan. Kecenderungan ini terkait dengan keinginan mendapatkan varietas jagung unggul yang memiliki produktivitas tinggi. Upaya perbaikan produktivitas varietas unggul nyata kemajuannya baik dari jenis bersari bebas maupun hibrida. Potensi hasil -19-

12 jagung bersari bebas yang dilepas sebelum tahun 1981 umumnya dibawah 7,0 t.ha -1, setelah tahun 1981 meningkat menjadi 7,0 8,0 t.ha -1. Blum (2000) menjelaskan varietas toleran kekeringan suatu tanaman memiliki keragaman genetik yang dapat dikategorikan dalam 3 domain: (a) sel dan jaringan tanaman dapat mempertahankan turgor sehingga tanaman mundur menjadi layu dengan berbagai mekanisme, (b) tanaman dapat mempertahankan fungsinya walaupun status air dalam tanaman rendah, dan (c) tanaman pulih setelah terjadi cekaman kekeringan. Kekeringan dapat terjadi pada awal pertumbuhan, fase pengisian biji dan fase berbunga sampai panen. Prosedur CIMMYT (Banziger et al. 2000) dalam seleksi untuk kekeringan adalah dengan mengevaluasi galur atau famili dengan cekaman pada waktu berbunga atau waktu pengisian biji (cekaman sedang) sehingga hasilnya dapat mencapai 30-60% dari hasil normal, dan cekaman kekeringan waktu berbunga sampai panen dan hasilnya 15-30%. Evaluasi dilakukan di tempat yang tidak ada curah hujan sehingga dapat diatur pengairannya. Seleksi dilakukan dengan menggunakan indeks untuk mempertahankan umur berbunga, meningkatkan hasil baik pada cekaman maupun tanpa cekaman kekeringan, menurunkan interval anthesis dan tongkol berambut anthesis silking interval (ASI), tingkat senesen (daun kering), jumlah tanaman mandul, dan daun menggulung. Banziger et al. (1999) melaporkan bahwa seleksi untuk toleran kekeringan ternyata memberikan hasil pada beberapa aras N. Peningkatan hasil per daur seleksi saudara kandung (full sib) 81 kg ha -1, sedang seleksi S 1 meningkat 187 kg ha -1. Edmeades et al. (1992) membuat seleksi berdasar indeks dari hasil biji, ASI, temperatur kanopi, senesen daun, tingkat pemanjangan batang dan daun. Hasil seleksi ini meningkatkan rerata hasil dari 10 lokasi ialah 229 kg ha -1 pada cekaman kekeringan, dan 53 kg ha -1 pada tanpa cekaman per daur seleksi. Seleksi untuk cekaman kekeringan ternyata dapat meningkatkan hasil pada lingkungan tanpa cekaman walaupun lebih rendah dari yang diperoleh pada kondisi cekaman kekeringan. Ternyata seleksi untuk cekaman kekeringan juga meningkatkan total biomas pada La Posta Sequa tetapi tidak nyata untuk Pool 26 Sequa dan Tuxpeno Sequa sedang indeks panen meningkat pada ketiga populasi tersebut. Seleksi untuk toleran kekeringan selain meningkatkan -20-

13 hasil biji pada kondisi cekaman juga meningkatkan jumlah tongkol pertanaman, jumlah biji per tongkol, dan jumlah biji per meter persegi, dan menurunkan ASI, umur anthesis, tinggi tanaman, senesen dan ukuran malai, sedang bobot 1000 biji tidak terpengaruh. Pada lingkungan tanpa cekaman pengaruh ini lebih rendah (Chapman and Edmeades 1992). Pembentukan varietas unggul meliputi komposit dan hibrida dengan karakterkarakter berorientasi pada produksi biji untuk pakan diantaranya produktivitas tinggi (Komposit > 8 t.ha -1, Hibrida > 9 t.ha -1 ), toleran kekeringan atau Stay green, warna biji jingga dan ukuran biji besar untuk pakan ternak dan industri lainnya, biji kecil untuk burung (super genjah), dan rendemen biji tinggi (sekitar 80%) sedangkan untuk karakter dengan orientasi produksi biji untuk pangan yakni produksi tinggi ( > 7,0 t.ha -1 ), warna biji umumnya putih, toleran kekeringan atau stay green, kualitas nutrisi tinggi, dan agak pulen (amilopektin tinggi). 3. Pembentukan Varietas Toleran Laju pertumbuhan luas pertanaman jagung pada lahan sawah tadah hujan telah mencapai 10-15% dan pada sawah irigasi 20-30%. Wilayah Indonesia bagian timur mempunyai masalah terhadap kekeringan. Tanaman memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan. Levitt, Christiansen dan Lewis (1982) menyatakan bahwa tanaman mempunyai xeromorphic karakter yang akan muncul bila mendapat cekaman. Selanjutnya Hammim (1995) mengemukakan bahwa perubahan struktur tanaman terjadi sebagai respon terhadap sifat toleransinya. Perubahan struktur yang mengarah kepada bentuk yang menghindarkan tanaman dari cekaman banyak terjadi pada beberapa tanaman, misalnya perkembangan sistem perakaran, perubahan bentuk daun, mekanisme penutupan stomata dan sebagainya. Agar perakitan tanaman dapat berjalan efektif dan efesien, harus ditentukan karakter yang erat kaitannya dengan cekaman kekeringan dan potensi hasil. Salah satu metode untuk mengevaluasi hubungan antara suatu karakter dengan produktivitas adalah melalui populasi persilangan komposit (composite cross population). Beberapa genotipe tanaman dengan suatu karakter yang dipilih disilangkan secara komposit (disilangkan ke segala arah). Populasi ini kemudian digalurkan sampai mencapai homozigot untuk mendapatkan galur murni (Herawati dan Setiamiharja 2000). -21-

14 Seleksi pada lingkungan kering yakni pertanaman diatur dengan pemberian air secukupnya sampai umur 42 hari setelah tanam atau tanaman dalam fase keluarnya malai (tasseling stage), sedangkan pada lingkungan normal diberikan sampai menjelang panen (maturity stage). Famili jagung dalam populasi mempunyai sifat genotipe yang berbeda sehingga famili terbaik yang diseleksi toleran kering dapat direkombinasi guna memperoleh calon varietas berdaya hasil tinggi. Pada wilayah berperiode hujan pendek pembentukan jagung yang berumur genjah akan lebih toleran kering, karena berpeluang terhindar dari fenomena kekeringan sehingga produktivitasnya lebih tinggi dari yang berumur dalam. Sumartono (1995) mengemukakan perakitan varietas unggul yang toleran cekaman abiotik termasuk toleran kekeringan dapat dilakukan melalui pemuliaan konvensional dan invitro (para seksual) yakni dengan memanfaatkan sejumlah bahan genetik introduksi atau perbaikan varietas lokal setelah melalui seleksi dan persilangan famili superior. Peningkatan frekuensi gen baik (favorable) pada populasi dapat diarahkan untuk pembentukan varietas toleran lingkungan tercekam abiotik termasuk kekeringan. Tuxpeno adalah landrace asal Mexico yang merupakan sumber plasmanutfah untuk varietas toleran kering. Populasi ini dapat menghasilkan 4,0 t ha -1 dalam kondisi tercekam saat periode generatif. Disamping tuxpeno juga telah banyak dirakit varietas dengan warna biji kuning. Edmeades et al. (1992) melaporkan bahwa evaluasi hasil dari enam kultivar pada lingkungan kering diperoleh hasil tertinggi 5,0 t ha -1 (Tabel 1). Tabel 1 Evaluasi Populasi pada Cekaman Kekeringan Populasi Rerata Hasil (t.ha -1 ) Maksimal Minimal Pool-16 C DTP1 C5 Across La Costa Sequia C Pool-28 Sequia C DTP2 C DK Sumber: Edmeades et al. (1992) Selanjutnya Dahlan et al. (1996) mengemukakan bahwa perbaikan populasi Pool 2 (FSD) yang dirakit untuk varietas toleran kering memperlihatkan kemajuan -22-

15 seleksi dari siklus C1 sampai C5 yakni 0,9 t.ha -1, hal ini menunjukkan bahwa famili dalam populasi dapat diseleksi sebagai calon varietas (Tabel 2). Tabel 2 Peningkatan Populasi Pool 2 atas Cekaman Kekeringan Populasi Hasil (t.ha -1 ) Umur Berbunga Betina (hari) Pool-2(FSD)C Pool-2(FSD)C Pool-2(FSD)C Pool-2(FSD)C Pool-2(FSD)C Sumber: Dahlan et al. (1996) Pandey (1998), mengemukakan bahwa varietas baru dapat dibentuk dengan peningkatan gen baik setiap siklus antara dan di dalam populasi, disamping dilakukan persilangan dengan varietas yang telah adaptif pada lingkungan tertentu. Edmeades et al. (1992) mengemukakan bahwa Tuxpeno Sequia merupakan populasi toleran cekaman kering dan pada status siklus C0 hasilnya 1,8 t ha -1, populasi ini adalah sumber plasma nutfah untuk varietas toleran kering. 4. Hubungan Umur Genjah dan Tanggap Terhadap Kekeringan Fenotipe tanaman merupakan sifat tanaman yang terlihat dari luar dan merupakan hasil interaksi antara faktor genotipe dan lingkungan sudah lama menarik perhatian pemulia tanaman, karena hasil yang dicapai suatu tanaman ditentukan oleh interaksi tersebut. Nilai-nilai interaksi digunakan sebagai dasar untuk mengukur stabilitas suatu varietas. Varietas unggul jagung berumur genjah (<90 hari) diperlukan oleh banyak petani terutama untuk menyesuaikan pola tanam dan ketersediaan air. Di lahan sawah tanaman jagung biasanya diusahakan setelah panen padi, sehingga diperlukan varietas-varietas jagung berumur genjah. Varietas jagung berumur genjah umumnya cukup tenggang terhadap kekeringan. Sebagian besar tanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan tegal sehingga air yang tersedia untuk tanaman jagung tergantung pada curah hujan. Oleh karena itu diperlukan varietas yang hasilnya stabil dan tahan kekeringan. Lebih lanjut Slamet dan Dahlan (1993) melaporkan bahwa terdapat interaksi antara genotipe dengan cekaman kekeringan, sehingga dapat dipilih famili yang tahan terhadap kekeringan. Cekaman kekeringan akan menurunkan hasil jagung. Pengairan yang -23-

16 dilaksanakan 2 kali dan 4 kali akan menurunkan hasil 62,3% dan 13,5% dari pengairan 6 kali untuk Pool 2 dan 77,7 dan 37,8% untuk Malang Komposit 9. Terdapat interaksi antara genotipe dengan tingkat pengairan. Tanaman jagung pada lahan tegal sering mengalami kekeringan pada fase pengisian biji. Kerugian hasil yang ditimbulkannya mencapai 22%, sehingga adanya varietas jagung yang toleran terhadap kekeringan pada fase pengisian biji dapat mencegah kehilangan jagung sebesar 26-50%. Terdapat indikasi bahwa perbaikan didalam populasi untuk daya hasil dan toleran terhadap kekeringan pada populasi berumur genjah dapat dilakukan baik pada lingkungan kekeringan maupun normal (Slamet 1994). Keadaan kekeringan akan menurunkan hasil biji, berat tongkol, memperlambat waktu berbunga dan memperbesar interval berbunga (perbedaan antara antesis dan keluarnya rambut tongkol), memperpendek tanaman dan memperbesar tanaman yang mandul. (Dahlan dan Slamet 1991). Selanjutnya Grant et al menyatakan bahwa periode ekstrim cekaman kekeringan pada jagung adalah dua hari sebelum berbunga dan 22 hari setelah berbunga (Gambar 2). Varietas-varietas lokal yang berumur genjah umumnya berdaya hasil rendah, sehingga varietas-varietas lokal tersebut ditambah dengan varietas introduksi dan varietas unggul perlu diperbaiki daya hasilnya dengan menggunakan seleksi berulang. Beberapa pemulia telah melaporkan hasil seleksi untuk umur genjah. Subandi (1985), melaporkan bahwa seleksi untuk umur genjah telah mempengaruhi daya hasil, tongkol hampa dan rebah batang secara nyata, tetapi tinggi tongkol dan tinggi tanaman berkurang masing-masing 3,1 dan 1,9% per siklus. Troyer dan Larkins (1985), melakukan seleksi untuk umur genjah terhadap 10 varietas jagung sintetik umur dalam 11 daur. Kerugian seleksi per daur adalah 167 kg ha -1 (5%) peningkatan hasil biji dan 0,3 hari penurunan penundaan keluar rambut tongkol. Semakin genjah umur masak populasi diikuti oleh meningkatnya persentase rebah batang yaitu 2,8% per daur (Troyer and Brown 1976). Pada seleksi umur genjah umumnya diikuti perubahan terhadap hasil, sebab biasanya umur berkorelasi positif dengan hasil (Lonnquist et al. 1966). Zairin dan Machfud (1993), melaporkan bahwa untuk jagung golongan umur genjah varietas Arjuna P-18 memberikan penampilan yang paling baik dan berpotensi hasil tinggi diantaranya varietas lainnya, yakni 7,01 ton/ha pipilan atau 41% diatas produksi -24-

17 Arjuna. Lebih lanjut Slamet (1994) melaporkan bahwa varietas jagung Suwan-2, Malang Sintetik-12, Pool-2 (FSI)C3, Acer, Acer (S1)C4, Muneng 8331 dan P31D (S1)C2 mempunyai hasil stabil, artinya mempunyai tingkat hasil dan umur panen yang sama dengan varietas Arjuna. Lamuru merupakan varietas yang toleran kekeringan (Tabel 3). Bobot biji (g/tanaman) Waktu keluarnya bunga betina (hari) Gambar 2 Hubungan antara hasil (g/tanaman) dengan waktu keluarnya rambut pada kondisi lingkungan cekaman kekeringan (Grant et al. 1989) Varietas jagung unggul bersari bebas (komposit) yang banyak berkembang dan/atau mulai populer di petani adalah Arjuna, Bisma, Lamuru, dan Sukmaraga. Varietas Lamuru populer di kawasan timur Indonesia seperti Gorontalo, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan karena selain produksinya tinggi (6 8 t ha -1 ) juga agak toleran kekeringan dan bijinya berwarna oranye sangat sesuai sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak terutama pakan ternak unggas. Tabel 3 Varietas umur genjah dan toleran kekeringan yang telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian Varietas Wisanggeni Gumarang Lamuru Tahun dilepas Potensi hasil (t ha -1 ) 8,0 8,0 7,6 Umur panen (hari) Ketahanan penyakit bulai Toleran Agak Toleran Agak Toleran Keunggulan spesifik Toleran kekeringan Umur genjah Toleran kekeringan -25-

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

BAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK

BAB. V. Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK BAB. V Introgresi Gen Resesif Mutan opaque-2 ke dalam Galur Jagung Pulut (waxy corn) Memanfaatkan Alat Bantu Marker Assisted Selection (MAS) ABSTRAK Pemanfaatan marka molekuler sebagai alat bantu seleksi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segregasi Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil persilangan ditanam

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia, karena padi merupakan pangan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu 1999). Menurut Pusat Data dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,6 % tahun -1, sehingga mendorong pemintaan pangan yang terus meningkat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang merupakan hasil olahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi dan termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras

Lebih terperinci

Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas

Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas Made J. Mejaya, M. Azrai, dan R. Neni Iriany Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x 144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan lahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan lahan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Lahan Kering dan Potensinya di Bali Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan

Lebih terperinci

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi 87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai [1.04.04] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai [BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KEGIATAN BREEDING TANAMAN JAGUNG PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LUMAJANG

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KEGIATAN BREEDING TANAMAN JAGUNG PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LUMAJANG IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KEGIATAN BREEDING TANAMAN JAGUNG PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN LUMAJANG Reza Prakoso Dwi Julianto, Sri Umi Lestari, Astri Sumiati Universitas Tribhuwana Tunggadewi reza.july@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kedelai (1) Varietas Burangrang Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil dari tanaman petani di Jember, Seleksi lini murni, tiga generasi asal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung. Sistem perakaran tanaman jagung mempunyai perakaran yang tersebar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung. Sistem perakaran tanaman jagung mempunyai perakaran yang tersebar TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung termasuk dalam kelas monocotyledoneae, ordo poales, famili graminae, genus zea dan spesies Zea mays L. Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI ADAPTASI TANAMAN JAGUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM. Muhammad Aqil, Bunyamin Z dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia

INOVASI TEKNOLOGI ADAPTASI TANAMAN JAGUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM. Muhammad Aqil, Bunyamin Z dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 INOVASI TEKNOLOGI ADAPTASI TANAMAN JAGUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Muhammad Aqil, Bunyamin Z dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo

Lebih terperinci

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK KACANG HIJAU PERBAIKAN GENETIK Kacang hijau semakin menjadi pilihan untuk dibudi dayakan, karena secara teknis agronomis efisien terhadap air dibanding padi atau tanaman palawija lain. Masalah utama budi

Lebih terperinci

YASIN ET AL.: KONVERSI INBRED TETUA JAGUNG HIBRIDA. Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2

YASIN ET AL.: KONVERSI INBRED TETUA JAGUNG HIBRIDA. Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2 YASIN ET AL.: KONVESI INBED TETUA JAGUNG HIBIDA Konversi Inbred Tetua Jagung Hibrida Menggunakan Donor Jagung QPM Gen Opaque-2 Djamaluddin dan M. Yasin HG Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. atulangi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN (The assessment of introduction of corn composite high yield varieties

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman PEMULIAAN TANAMAN MANFAAT MATA KULIAH Memberikan pengetahuan tentang dasar genetik tanaman dan teknik perbaikan sifat tanaman, sehingga bermanfaat untuk 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman 2.Merancang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia). Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim yang dikehendaki

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Kajian tentang potensi jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Sebagai penghasil bahan bakar nabati, secara teknis banyak nilai positif yang dimiliki

Lebih terperinci

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 39 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA Dewasa ini, pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida untuk menggenjot produksi jagung nasional. Pangsa pasar jagung hibrida pun terus tumbuh

Lebih terperinci

SUMBERDAYA GENETIK. 2 Highlight Balitsereal Plasma Nutfah P

SUMBERDAYA GENETIK. 2 Highlight Balitsereal Plasma Nutfah P 2 Highlight Balitsereal 2009 SUMBERDAYA GENETIK Plasma Nutfah P eningkatkan produksi tanaman serealia seperti jagung, sorgum, gandum, jewawut, dan jali tidak dapat tercapai tanpa mengembangan varietas

Lebih terperinci

PENGAIRAN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

PENGAIRAN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PUSAT PELATIHAN PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGAIRAN KEDELAI Tujuan Berlatih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

STRUKTUR BIJI JAGUNG. Ada 3 bagian dasar yang menyusun biji yaitu : 1. Embrio

STRUKTUR BIJI JAGUNG. Ada 3 bagian dasar yang menyusun biji yaitu : 1. Embrio STRUKTUR BIJI JAGUNG Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton/tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Varietas Ciherang) Padi merupakan kebutuhan vital bagi manusia Indonesia sehari-hari, disebabkan setiap hari orang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Untuk menjaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi sangat penting, dan merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan nilai ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci