PROFIL SELF REGULATED THINKING SISWA SMP DAN CREATIVE THINKING SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL SELF REGULATED THINKING SISWA SMP DAN CREATIVE THINKING SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND"

Transkripsi

1 PROFIL SELF REGULATED THINKING SISWA SMP DAN CREATIVE THINKING SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND Iyon Suyana, Taufik Ramlan R, Heni Rusnayati, Endah Nurhabibah, Rizky Salis S Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia iyons@upi.edu ABSTRAK Dalam upaya mengembangkan habits of mind siswa dilakukan penelitian untuk mengungkapkan kemampuan profil self regulated thinking Siswa SMP dan creative thinking siswa SMA dalam pembelajaran dengan strategi π-log berbasis habits of mind. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen; Kuesioner self regulated thinking digunakan untuk mengetahui profil self regulated thinking sedangkan untuk mengetahui profil creative thinking digunakan fasilitas web berupa akun blog dengan rubrik penilaian berfikir kreatif yang diadaptasi dari rubric HOM dari Marzano (1992). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa memiliki kemampuan self regulated thinking pada kategori intermediate (moderate) dengan urutan indikator penyusunnya dari perolehan skor terbesar ke terendah adalah mengevaluasi keefektifan tindakannya, mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan, menyadari pemikirannya sendiri, menanggapi umpan balik dengan tepat, serta merencanakan dengan tepat. Untuk profil creative thinking siswa ratarata sebesar pada pembelajaran pertama, dan 2,5 pada pembelajaran kedua yang dikategorikan cakap. Kata Kunci: π-log, Self Regulated Thinking, Creative Thingking. PENDAHULUAN Habits of mind berarti memiliki watak berperilaku cerdas ketika menghadapi sebuah masalah yang jawabannya tidak segera diketahui (Costa and Kallick, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir (habits of mind) dapat diperkenalkan, dibentuk, digali, dilatih, dikembangkan, dan diperkuat menjadi lebih baik melalui berbagai strategi (Muaddab, 2013). Habits of mind sebagai dimensi kelima dalam Dimensions of Learning yang dikembangkan oleh Marzano (1992) terbagi ke dalam tiga kategori yaitu Self Regulation Thinking, Critical Thinking dan Creative Thinking. Self regulated thinking adalah kebiasaan berpikir mengenai suatu proses pengaturan diri yang mengaktifkan pemikiran, perilaku, dan perasaan secara terus-menerus dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Marzano (1993) dalam Dimensions of Learning mengungkapkan bahwa self regulated thinking sebagai bagian dari kebiasaan berpikir (habits of mind) terdiri dari menyadari pemikirannya sendiri, merencanakan dengan tepat, mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan, menanggapi umpan balik dengan tepat, serta mengevaluasi keefektifan tindakannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam self regulated thinking masih belum memadai. Creative thinking kebiasaan berfikir kritis terdiri dari : melibatkan diri dalam tugas meskipun jawaban dan solusinya tidak segera tampak; melakukan usaha memaksimalkan kemampuan dan pengetahuannya; membuat, menggunakan, memperbaikai standar evaluasi yang dibuatnya sendiri; serta menghasilkan cara baru dalam melihat lingkungan dan batasan yang berlaku di masyarakat. Strategi π-log berbasis habits of mind merupakan serangkaian kegiatan dalam proses 460

2 Prosiding Semnas Pensa VI Peran Literasi Sains Surabaya, 20 Desember 2014 pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan blog fisika guna merangsang kebiasaan berpikir cerdas agar tujuan pembelajaran fisika dapat dicapai secara efektif dan efisien. π-log dapat dimanfaatkan baik sebagai media, bahan ajar ataupun evaluasi dalam pembelajaran yang interaksinya tidak bergantung waktu dan tempat. Dengan merancang bahan ajar yang menuntut dan melatih siswa selalu harus berfikir dalam setiap aktufitas belajarnya, sehingga diharapkan berfikir menjadi kebiasaan siswa. Selain itu pemanfaatan π-log dalam pembelajaran berarti melatihkan kemampuan Teknologi dan Informasi yang merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Dengan demikian Strategi π-log berbasis habits of mind dapat digunakan untuk melatih self regulated thinking dan Creative thinking siswa sebagai bagian dari habits of mind. Profil self regulated thinking dan tingkatan creative thinking merupakan gambaran pencapaian/kemampuan self regulated thinking dan creative thinking.. Self regulated thinking dan creative thinking dapat dilatihkan pada siswa melalui pembelajaran. Self regulated thinking siswa dapat dilatihkan pada siswa melalui pertanyaanpertanyaan di dalam π-log yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa belajar menyadari pemikirannya sendiri serta melakukan perencanaan dan perancangan kegiatan, termasuk waktu mengakses π-log, guna menjawab pertanyaan kemudian mempublikasikan jawabannya melalui komentar π-log. Salah satu materi yang diajarkan adalah mengenai gerak lurus berubah beraturan dengan tampilan dalam π-log yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Melalui gambar dan pertanyaan yang diberikan, siswa diharapkan dapat melakukan pengamatan agar mampu menyadari pemikirannya sendiri mengenai fenomena GLBB yang ditunjukkan dan dapat menjawab pertanyaan melalui komentar dalam π-log di bawah materi tersebut. Gambar 1. Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan dalam π-log Setelah mempublikasikan jawaban melalui π-log, siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menanggapi umpan balik dengan tepat sehingga dapat belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Umpan balik yang diperoleh dari komentar dalam π-log akan membantu siswa mengevaluasi hasil pekerjaan mereka sehingga dapat memetakan tingkat kesulitan tugas dan mengenali bagian yang sulit dari tugas tersebut. Gambar 2. Link atau Tautan dalam π-log menuju Simulasi tentang Gerak Benda (Gerak Lurus dan Hukum Newton) Ketika mengalami kesulitan dan memerlukan informasi tambahan, siswa akan mencari dan menggunakan sumber yang mereka anggap perlu, baik dengan bertanya serta mencari informasi melalui link atau tautan yang disediakan dalam π-log maupun sumber lainnya. Salah satu tautan tersebut adalah link menuju eksperimen virtual mengenai gaya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2. Creative thinking dapat dilatihkan pada siswa tugas-tugas fisika dimuat dalam π-log supaya dapat diakses oleh seluruh siswa dimana pun dan kapan pun. Siswa dilatih untuk memahami tugas yang diberikan tanpa pengarahan dari guru sebelumnya, saat siswa membuka π-log untuk melihat tugas walau belum tahu tugasnya seperti apa merupakan 461

3 aspek dari creative thinking. Kemudian waktu untuk mengakses π-log pun menjadi aspek yang dinilai sebagai bagian dari creative thinking yang dijadikan sebagai bentuk standar evaluasi siswa dalam mengerjakan sebuah tugas, dan juga yang menjadi indikator lainnya adalah komunikasi dalam π-log anatara guru dan murid atau pun antara murid dengan murid dijadikan indikator dari aspek-aspek creative thinking. Diskusi dalam yang berlangsung dalam π-log juga dapat dijadikan indikator aspek dari creative thinking siswa seperti cara siswa menjawab, bahasa yang digunakan dan juga gagasan yang berbeda dengan siswa yang lain. Gambar 4. Tugas Individu yang diberikan Gambar 3. Contoh komentar siswa pada π-log Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa ada siswa yang berkomentar pada π-log terhadap tugas yang diberikan, tidak semua siswa ikut berkomentar dalam π-log karena kebanyakan dari siswa memilih untuk menjadi silent reader ketika mereka merasa sudah paham terhadap tugas yang diberikan. Tugas dalam π-log merupakan tugas portofolio yang harus dikerjakan secara individu dirumah, pada π-log hanya tertera contoh dari tugas yang harus dibuat oleh siswa. Dari tugas-tugas yang ada pada π-log dapat diketahui pula tingkat creative thinking siswa dengan menyesuaikan point-point yang ada pada instrument. Tugas pada gambar 4 merupakan tugas portofolio dimana siswa harus mencari aplikasi dari gerak parabola pada kehidupan sehari-hari dan menganalisanya dengan menggunakan konsep kinematika dengan analisis vektor yang sebelumnya telah dipelajari di sekolah. Gambar dan analisis konsep harus saling berkaitan dan benar, serta siswa diharuskan untuk menyertakan daftar pustaka dalam tugasnya. Creative thinking siswa pada umumnya terlihat pada tugas yang ditulis dalam kertas polio dengan hiasan hasil karya masing-masing yang tidak dicontohkan pada tugas π-log, bahkan ada yang membuat lebih dari 1 aplikasi fisika yang dikerjakan dalam tugas polio (Gambar 5). Creative thinking yang meliputi ketekunan dan kegigihan dapat dilatihkan kepada siswa dengan pemberian dorongan dan semangat melalui π-log untuk menyelesaikan permasalahan secara tuntas meskipun solusinya sulit atau belum ditemukan. Dengan demikian, siswa akan berusaha memaksimalkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Untuk menghargai diri mereka sendiri, siswa dilatih menghasilkan, meyakini, dan mempertahankan standar evaluasi mereka. Dengan demikian, siswa belajar bahwa untuk merasa percaya diri, 462

4 Prosiding Semnas Pensa VI Peran Literasi Sains Surabaya, 20 Desember 2014 mereka tidak perlu menurunkan standar evaluasi. Siswa juga perlu dilatih untuk menghasilkan cara pandang baru terhadap situasi tanpa dibatasi oleh kebiasaan masyarakat karena masalah akan terus berkembang seiring dengan kemajuan jaman. Gambar 5. Contoh Tugas Polio yang Dikumpulkan Siswa Salah satu pertanyaan dalam π-log yang memicu creative thinking siswa adalah mengenai contoh-contoh dari gaya gesek yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Gambar 6). Siswa yang berpikir kreatif tentu akan memberikan jawaban berbeda dari jawaban-jawaban yang biasa disampaikan oleh siswa lain. Gambar 6. Contoh Gaya Gesek dalam π-log Blog fisika berbasis habits of mind merupakan perangkat pengajaran dan pembelajaran yang bermanfaat karena menyediakan sebuah ruang bagi siswa untuk merefleksikan dan mempublikasikan pemikiran dan pemahaman mereka. Aktifitas ini akan melatih siswa untuk menyadari pemikirannya sendiri dan merencanakan dengan tepat apa yang akan mereka publikasikan dengan terlebih dulu mengenali, mengumpulkan, dan menggunakan sumber yang diperlukan. Selain itu, karena blog dapat dikomentari, blog menyediakan kesempatan untuk memperoleh umpan balik yang berpotensi bagi tumbuhnya ide dan pemikiran baru. Dengan demikian, siswa dilatih untuk menanggapi umpan balik dengan tepat sehingga dapat mengevaluasi keefektifan tindakannya agar memperoleh hasil yang lebih baik. Ferdig dan Trammel (2004) menampilkan beberapa argumen menarik untuk kegiatan blogging di kelas dan menghitung empat keuntungan utama dari keterlibatan siswa dalam blog. Ketika memposting tulisan dan komentar, siswa harus menjelajahi sejumlah informasi yang luas dari web atau referensi lainnya. Aktivitas ini tidak hanya membawa mereka pada serangkaian topik di luar kelas, tetapi juga mendorong untuk mengevaluasi validitas dan nilai dari sumber yang bervariasi. Blogging cenderung meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar dan memiliki atau menjalani prosesnya. Blog menyediakan forum diskusi bagi siswa yang mungkin belum bisa berpartisipasi di kelas. Blogging juga mendorong terjadinya diskusi di luar kelas dengan variasi sudut pandang yang luas. Dengan demikian, blog fisika berbasis habits of mind diharapkan tidak hanya mampu melatih self regulated thinking dan creative thingking, melainkan juga meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa. METODE Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah one shot case study untuk self regulated thinking dan One-Group Pretest-Posttet Design untuk creative thingking. Untuk mengukur self regulated thinking digunakan koesioner terdiri dari 20 pernyataan, baik positif maupun negatif, dengan 4 pernyataan untuk setiap indikator self regulated thinking. Untuk mengetahui profil creative thinking digunakan instrumen yang diadaptasi dari rubric HOM Marzano (1992) yang sebelumnya telah di judgment oleh expert Perlakuan (treatment) pembelajaran kegiatan demonstrasi dan eksperimen virtual uang dilengkapi dengan LKS yang membimbing siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga mengakses π-log di dalam maupun di luar KBM guna menambah 463

5 wawasan, mencari informasi, dan berdiskusi mengenai materi pelajaran. Data yang diperoleh berupa skor self regulated thinking dimana setiap pernyataan memiliki skor maksimum 4 dan skor minimum 1. Skor total yang diperoleh setiap siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang terdapat dalam Self Regulation Questionnaire (Brown, Miller, & Lawendowski, 1999). seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1. Kategori Self Regulated Thinking Skor SRQ Persentase SRT Self Regulated Thinking > 239 > 75,87% High (Intact) ,63% - 75,88% Intermediate (Moderate) < 213 < 67,62% Low (Impaired) (Brown, Miller, & Lawendowski, 1999 Adapun dalam menentukan persentase skor SRT tiap siswa, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: % SRT = x 100% Perolehan persentase ini kemudian diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 1. Untuk pengukuran creative thinking perlakuan (treatment) berupa tugas yang di upload pada philogupi.blogspot.com untuk kemudian dijadikan media bagi siswa dan guru melakukan interaksi didalamnya. Intrument creative thinking terdiri dari beberapa aspek yang bernilai antara 1 4 untuk setiap aspeknya. dikategorikan menjadi empat kategori sebagai berikut : Tabel 2. Kategori Creatuve thinking Kategori Nilai Creative thinking Tidak memuaskan X 0.99 Terbatas X 1.99 Cakap X 2.99 Unggul X 3.99 persentasenya pada setiap kategori self regulated thinking. Tabel 3. Profil Self Regulated Thinking Siswa High (Intact) Intermediate (Moderate) Low (Impaired) Jumlah Siswa % Gambar 7 menunjukkan persentase siswa pada setiap kategori self regulated thinking. Melalui diagram, tampak bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada setiap kategori self regulated thinking. Akan tetapi, meski jumlah siswa pada kategori low (impaired) lebih banyak dibandingkan pada kategori high (intact), mayoritas siswa telah berada pada kategori intermediate (moderate). Hasil ini didukung oleh penelitian Burgess (2012) melalui pembelajaran menggunakan strategi berbasis habits of mind terhadap siswa berlatarbelakang perilaku bermasalah yang menunjukkan adanya peningkatan pada masingmasing indikator habits of mind, penurunan perilaku bermasalah, serta peningkatan ketekunan siswa pada tugas yang diberikan. Begitu juga dengan penelitian Anwar (2005) yang menunjukkan bahwa semua kategori habits of mind, termasuk self regulated thinking, dapat terbentuk melalui asesmen yang ia terapkan pada pembelajaran konsep lingkungan. Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori N-Gain Nilai profil creative thingking didapatkan dari tugas yang dikerjakan dan aktivitas mereka dalam menggunkan π-log, skor dari creative thinking diperoleh dari %skor creative thinking = HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Self Regulated Thinking Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner secara umum, dapat diketahui kategori self regulated thinking siswa melalui skor total yang diperoleh masing-masing siswa. Tabel 2 menunjukkan jumlah siswa beserta Gambar 7. Persentase Profil Self Regulated Thinking Siswa Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Idris (2013) dan Haka (2013). Perolehan persentase skor self regulated thinking siswa yang diperoleh Idris (2013) sebesar 77,5% sedangkan Haka (2013) sebesar 86,5%. Bila diinterpretasikan berdasarkan Tabel 2, maka 464

6 Prosiding Semnas Pensa VI Peran Literasi Sains Surabaya, 20 Desember 2014 self regulated thinking subjek yang diteliti dalam kedua penelitian tersebut berada pada kategori high (intact). Perbedaan kategori ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah subjek penelitian, karakteristik materi pembelajaran, dan perlakuan yang diberikan. Idris (2013) dan Haka (2013) menggunakan asesmen formatif yang diberikan kepada siswa SMA serta diterapkan pada pelajaran biologi sedangkan penelitian ini menggunakan strategi π-log berbasis habits of mind yang diberikan kepada siswa SMP dan diterapkan pada pelajaran fisika, tepatnya materi gerak benda. Selain memperoleh profil kategori self regulated thinking siswa, dengan menggunakan data pengisian kuesioner juga dapat diperoleh skor dan persentase setiap indikator dalam menyusun self regulated thinking seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8. Self Regulated Thinking Gambar 8. Persentase Setiap Indikator SRT Dari Gambar 8, tampak bahwa persentase kemampuan siswa pada setiap indikator self regulated thinking tidak terlalu jauh satu sama lain, hanya berkisar antara %. Jika diurutkan dari indikator dengan persentase paling rendah hingga paling tinggi, maka urutannya adalah B, D, A, C, dan E. Hasil tersebut serupa dengan penelitian Black dan William (1998) yang menyatakan bahwa seringkali mahasiswa tidak mengetahui target yang harus dicapai dalam pembelajarannya. Peranan strategi π-log berbasis habits of mind dalam melatih kemampuan siswa untuk menyadari pemikirannya sendiri didukung oleh penelitian Cheung dan Hew (2008) yang menunjukkan bahwa partisipasi mahasiswa pada pembelajaran online sebagaimana π-log lebih mampu menggali indikator menyadari pemikirannya sendiri dan bersifat terbuka dibandingkan indikator habits of mind lainnya. Indikator yang paling kecil persentasenya adalah merencanakan dengan tepat (B). Hanya indikator ini yang perbedaannya paling besar dengan indikator di atasnya, yaitu menyadari pemikirannya sendiri (D). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam merencanakan dengan tepat sangat perlu ditingkatkan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengolahan persentase skor total dari setiap indikator. Tampak bahwa merencanakan dengan tepat adalah satu-satunya indikator yang berada pada kategori low (impaired), sedangkan indikator lainnya berada pada kategori intermediate (moderate). Interpretasi setiap indikator self regulated thinking ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4. Interpretasi Setiap Indikator SRT Indikator A B C D E % 70,89 62,86 73,04 70,18 74,82 Intermed Intermed Intermed Intermed Kateg Low iate iate iate iate ori (impair (moderat (moderat (moderat (moderat SRT ed) e) e) e) e) Hasil yang berbeda kembali ditunjukkan oleh Haka (2013). Indikator tertinggi yang diperoleh siswa melalui asesmen yang diterapkan adalah menanggapi umpan balik dengan tepat sedangkan indikator terendahnya adalah mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya. Umpan balik sebagai bagian dari asesmen formatif yang diterapkan oleh Haka (2013) tentu lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menanggapi umpan balik dengan tepat. Akan tetapi, karena π-log sebagai fasilitas yang sangat mampu menyediakan sumber belajar tentu lebih melatih kemampuan siswa dalam mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan. Meski demikian, indikator mengevaluasi keefektifan tindakannya menjadi salah satu indikator terbesar yang menyusun self regulated thinking siswa pada kedua penelitian. Selama pembelajaran berlangsung, hasil catatan lapangan diperoleh dari komentarkomentar siswa dalam π-log, pengisian LKS, serta pengamatan terhadap aktivitas siswa di kelas. Gambar 7 menunjukkan beberapa komentar yang mengindikasikan kemampuan self regulated thinking siswa. 465

7 Komentar Terkait Menyadari Pemikirannya Sendiri Komentar Terkait Menanggapi Umpan Balik dengan Tepat Gambar 9. Komentar-komentar dalam π-log Terkait Self Regulated Thinking Komentar Terkait Mengenali dan Menggunakan Sumber yang Diperlukan Profil creative thingking Pada profil Habits of Mind ranah Creative Thinking dari dua kali pemberian tugas, untuk tugas pertama yang bertujuan mengukur kemampuan creative thinking pada materi kinematika dengan analisis vektor. Tugas di upload pada philogupi.blogspot.com untuk kemudian dijadikan media bagi siswa dan guru melakukan interaksi didalamnya. Pada pelaksanaannya siswa pada umumnya lebih cenderung menjadi silent reader dari pada menjadi seorang yang rajin untuk bertanya dan menjawab, bentuk tugas berupa portofolio yang di kerjakan dirumah dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Komentar Terkait Mengevaluasi Keefektifan Tindakannya Gambar 10. Nilai Profil Creative Thinking l Dari diagram tersebut nilai paling kecil diperoleh bagi siswa yang dikategorikan terbatas sebanyak 0%, sedangkan nilai paling banyak diperoleh dari kategori cakap sebanyak 466

8 Prosiding Semnas Pensa VI Peran Literasi Sains Surabaya, 20 Desember % yang siswanya memilki karakteristik untuk menjadi silent reader. Siswa yang dikategorikan tidak memuaskan memiliki presentase sebesar 28%, mereka merupakan siswa yang tidak mengerjakan tugas π-log sama sekali. Siswasiswi yang cenderung aktiv pada π-log terdapat pada kategori unggul yaitu sebanyak 19%, mereka memiliki kemauan dalam mengerjakan tugas dan berdialog pada π-log. Pemberian tugas kedua untuk mengukur nilai creative thinking siswa dilakukan pada materi usaha dan energi. Tugas di upload pada π-log untuk kemudian di cek oleh siswa dan diharapkan siswa aktiv dalam diskusi di π-log. pengaruh dari penggunaan π-log berbasis habits of mind terhadap creative thinking siswa. Dengan menggunakan aplikasi M.Excel diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Uji Gain Creative Thingking Siswa Rendah % Sedang % Tinggi 0 0 0% Gambar 12. Presentasi Gain Creative Thinking Gambar 11. Nilai Profil Creative Thinking l Dari diagram tersebut diketahui bahwa siswa yang dikategorikan cakap memiliki presentase yang paling besar yaitu 44%, sama seperti pada tugas I creative thinking siswa yang dikategorikan terbatas bernilai nol. Siswa yang dikategorikan tidak memuaskan merupakan siswa yang tidak mengerjakan tugas proyek sama sekali, mereka pada umumnya merupakan siswa yang tidak menerjakan tugas proyek I. Namun prentasenya lebih kecil daripada yang pertama yaitu 17%, sedangkan yang pertama bernilai 28%. Siswa yang masuk kategori unggul memiliki presentase sebesar 39%, nilainya jauh lebih besar daripada presentase tugas I yang nilainya 19.44%. Siswa yang dikategorikan unggul merupakan siswa yang aktiv dalam π-log, bahkan untuk tugas kedua ini beberapa siswa melakukan langsung kontak pada peneliti. Hal itu dilakukan karena mereka bertanya dan membutuhkan jawaban secepatnya. Nilai gain dari creative thinking siswa pada pemberian tugas sesi I dan tugas sesi II dapat dihitung guna mengetahui adanya Dari hasil uji gain terhadap creative thinking siswa bahwa sebanyak 75% dikategorikan sebagai sedang ( ). Untuk nilai dengan kategori rendah sebesar 25% (g < 0.3), pada kategori kelas rendah banyak siswa yang memiliki nilai gain sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa tidak memiliki perbedaan dalam mengerjakan tugas I dan II, bahkan pada kategori rendah ditemukan beberapa siswa yang memiliki nilai gain minus. Siswa-siswa tersebut menunjukkan penurunan dalam creative thinking. Nilai rata-rata creative thinking I sebesar dan nilai rata-rata creative thinking sesi II sebesar 2.5, maka dapat dihitung nilai pertumbuhan dari seluruh kelas terhadap creative thinking sesi 1 dan II (Lampiran C-3). Hasil perhitungan diketahui bahwa atau sebesar 19.70% yang dikategorikan rendah (g < 0.3), meski dikategorikan rendah tapi dapat disimpulkan bahwa penggunaan π-log dapat meningkatkan creative thinking siswa. KESIMPULAN Implementasi strategi pembelajaran π-log berbasis habits of mind dapat meningkatkan kemampuan self regulated thinking siswa SMP dan creative thinking. siswa SMA. Profil self regulated thinking siswa SMP menunjukkan prosentasi terbesar pada kategori intermediate (moderate) dengan persentase 467

9 sebesar 57,14%. Persentase terbesar kedua berada pada kategori high (intact) sebesar 28,57% dan sisanya berada pada kategori low (impaired) sebesar 14,29%. Dengan demikian self regulated thinking siswa setelah mengalami pembelajaran menggunakan strategi π-log berbasis habits of mind cukup baik ditunjukkan dengan rendahnya jumlah siswa pada kategori low (impaired). Pada profil creative thinking siswa SMA setelah mengalami pembelajaran π-log berabsis habits of mind sebagian besar pada kategori cakap yaitu sebesar 52 % pada pembelajarn pertama dan 44 % pada pembelajaran kedua; yang mengalami kenaikan terbesar pada kategori unggul naik dari 19 % pada pembelajaran pertama menjadi 39 % pada pembelajaran kedua; sedangkan kategori tidak memuaskan mengalami penurunan terbesar dari 28 % pada pembelajaran pertama menjadi 17 % pada pembelajaran kedua DAFTAR PUSTAKA Anwar, C. (2005). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment) dalam Membentuk Habits of Mind Siswa pada Pembelajaran Konsep Lingkungan. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan. Brown, Miller, dan Lawendowski. (1999). The Self-Regulation Questionnaire (SRQ). U.S. Department of Education. [Online] Tersedia: Burgess, H. (2012). The Impact of Teaching Thinking Skills as Habits of Mind to Young Children with Challenging Behaviours. Journal Routledge Taylor & Francis Group-Emotional and Behavioural Difficulties. [Online] Tersedia: Campbell, J. (2006). Theorising Habits of Mind as A Framework for Learning. (online). Tersedia : 06pap/camo6102.pdf Costa, AL, and Kallick. (2000). Describing Sixteen Habits of Mind. Alexandria. VA : Assoctiation for Supervision and Cirricullum Development. Ferdig, R. dan K. Trammell. (2004). Content delivery in the blogosphere. THE Journal. [Online] Tersedia: Haka, N. B. (2013). Penerapan Asesmen Kinerja untuk Meningkatkan Kemampuan Habits of Mind dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa Kelas XI. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan. Idris, T. (2013). Penerapan Asesmen Portofolio untuk Meningkatkan Habits of Mind dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Kelas XI. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan. Lawanto,Oenardi Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda Komplemen dalam Pendidikan dan Pelatihan. Universitas Surabaya. Mardapi, Djemari Penilaian Pendidikan Karakter. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Marzano, R. J. (1992). Different Kind of Classroom. Teaching with Dimensions of Learning. Alexandria: ACD (Association for Supervision and Curriculum Development. Marzano et al. (1993). Dimensions of Learning (Trainer s Manual). [Online] Tersedia: Muaddab (2013). Pendidikan Ekonomi, Habits of Mind, dan Dominasi Pendidikan Sains. [Online] Tersedia: Rustaman, Nuryani Habits of Mind in Learning Science and Its Assesment. Bandung. Sriyati, Siti. Rustaman, Nuryani. dan Zainul, Asmawi Implementation of formative Assessment To Improve habits of mind of Biology Student. UPI. Bandung. Cheung & Hew. (2008). Examining Facilitator s Habits of Mind and Learner s Participation. Melbourne: Proceedings Ascilite Melbourne. 468

PENGGUNAAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN GERAK BENDA

PENGGUNAAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN GERAK BENDA PENGGUNAAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN GERAK BENDA Heni Rusnayati, Endah Nurhabibah, Iyon Suyana Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kuasi eksperimen yang menurut Panggabean (1996) merupakan eksperimen dimana variabel-variabel yang

Lebih terperinci

PERAN ASESMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN HABITS OF MIND SISWA

PERAN ASESMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN HABITS OF MIND SISWA PERAN ASESMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN HABITS OF MIND SISWA Siti Sriyati, Nukhbatul Bidayati Haka Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI siti_sriyati@yahoo.com ABSTRAK Habits of mind diklaim sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP HABITS OF MIND DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS XI

PENGARUH ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP HABITS OF MIND DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS XI PENGARUH ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP HABITS OF MIND DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS XI Tengku Idris 1, Siti Sriyati 2, Adi Rahmat 2 1 Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat manusia yang ada sekarang (Homo Sapiens-Sapiens) adalah berpikir, manusia berbeda dengan mahluk yang lainnya karena kemampuan berpikir (N.Rustaman, 2008). Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kualitas/mutu pendidikan di Indonesia ditentukan oleh terlaksananya pencapaian kurikulum yang sesuai dengan standar nasional pendidikan sebagai acuan standar dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan. Kedewasaan ini meliputi aspek kedewasaan intelektual, sosial dan moral. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. O X O Pretes Perlakuan Postes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. O X O Pretes Perlakuan Postes A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan tipe weak experiment. Penerapan penggunaan asesmen portofolio

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DALAM MEMBENTUK KEBIASAAN BERPIKIR PRODUKTIF (HABIT S OF MIND) SISWA

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DALAM MEMBENTUK KEBIASAAN BERPIKIR PRODUKTIF (HABIT S OF MIND) SISWA PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DALAM MEMBENTUK KEBIASAAN BERPIKIR PRODUKTIF (HABIT S OF MIND) SISWA Ratih Permana Sari 1, Sri Setiawaty 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Rakhmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Rakhmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 mengemukakan bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menggenggam cita-cita luhur dalam membangun peradaban masyarakatnya. Cita-cita tersebut termasuk dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Profil Afektif Siswa dalam Pendekatan Pembelajaran phi-log Berwawasan Karakter Bangsa

Profil Afektif Siswa dalam Pendekatan Pembelajaran phi-log Berwawasan Karakter Bangsa Profil Afektif Siswa dalam Pendekatan Pembelajaran phi-log Berwawasan Karakter Bangsa Iyon Suyana Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Jl. Setiabudhi No.229, Bandung, 40154 Email: iyons@upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ASESMEN FORMATIF TERHADAP HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI

KONTRIBUSI ASESMEN FORMATIF TERHADAP HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI KONTRIBUSI ASESMEN FORMATIF TERHADAP HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI Siti Sriyati, Nuryani Y. Rustaman dan Asmawi Zainul Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Abstract: Study about formative

Lebih terperinci

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik gerak pada benda titik dan

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik gerak pada benda titik dan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi : FISIKA : XI/1 : Usaha dan Energi : Usaha dan energi Pertemuan ke- : 1

Lebih terperinci

PENERAPAN ASESMEN FORMATIF UNTUK MEMBENTUK HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI

PENERAPAN ASESMEN FORMATIF UNTUK MEMBENTUK HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI PENERAPAN ASESMEN FORMATIF UNTUK MEMBENTUK HABITS OF MIND MAHASISWA BIOLOGI Siti Sriyati, Nuryani Rustaman, Asmawi Zainul Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Studi penerapan asesmen formatif dalam

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 TUREN Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2),

Lebih terperinci

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

Lebih terperinci

KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI

KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 126-131 KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI SANTI ARUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KONSEP ARCHAEBACTERIA

MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KONSEP ARCHAEBACTERIA Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24 Oktober 2015 MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA 1 Kode/Nama Rumpun Ilmu:772/Pendidikan Matematika EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA DESAIN TUGAS DAN ASESMEN BERBASIS PROYEK YANG TERINTEGRASI DENGAN E-LEARNING MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan seseorang individu menuju kedewasaan. Kedewasaan meliputi kedewasaan intelektual, sosial, dan moral (Sriyati dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia

Lebih terperinci

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3)   phone : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SINABOI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) e-mail

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1] PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MODEL TERPADU MADANI Yurika, Syamsu, Muhammad Ali yurika_physic@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Baleendah. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha

I. PENDAHULUAN Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas IV SD Inpres Kabuyu Nunuk Haryanti, Muslimin, dan Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA Yuti Rahinawati Guru SMA Negeri 6 Surabaya ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lebih terperinci

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Artikel) Oleh KHOIRUNNISA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1.The One-Group Pretest-Postest Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1.The One-Group Pretest-Postest Design BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah weak experiment design. Penerapan penggunaan asesmen formatif diterapkan pada satu kelas eksperimen. Pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING Riestania Faradilla, Ila Rosilawati, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung riestania.faradilla@gmail.com

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE THE EFFECTIVENESS OF THE LABORATORY UTILIZATION TOWARD MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Sayid Ali Rahmat, Marungkil Pasaribu dan I Wayan Darmadi e-mail: sayidalirahmat@gmail.com

Lebih terperinci

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN GENERIK SAINS PADA SISWA SMP NEGERI 1 DOLO Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin e-mail: Fatonahnurun@gmail.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum 32 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum Sekincau Kabupaten Lampung Barat pada semester Ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

PROFIL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMPN1 WERU MELALUI IMPLEMENTASI MODUL IPA MENGGUNAKAN MODEL SAINTIFIK

PROFIL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMPN1 WERU MELALUI IMPLEMENTASI MODUL IPA MENGGUNAKAN MODEL SAINTIFIK SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PROFIL PENINGKATAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester 24 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Kinematika Gerak Lurus. Dengan jumlah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb Muhamad Gina Nugraha, Duden Saepuzaman, dan David E.Tarigan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penerapan asesmen formatif pada penelitian ini dilaksanakan melalui program

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penerapan asesmen formatif pada penelitian ini dilaksanakan melalui program 148 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIIMPULAN Penerapan asesmen formatif pada penelitian ini dilaksanakan melalui program PAFTHoM, yang mengaplikasikan komponen dan berbagai startegi asesmen formatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN Endang Tri Wahyuni SMA Negeri Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, 57791

Lebih terperinci

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi AKTIVITAS BELAJAR Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan masyarakat saat ini semakin berkembang, perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan pada bidang teknologi, pengetahuan, dan seni, sehingga menuntut

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton Pengaruh Penerapan Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton Alfiyah Nurjannah, Nadi Suprapto Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

MENGGALI DAN MENINGKATKAN HABITS OF MIND MAHASISWA PADA MATERI BIODIVERSITAS MELALUI ASESMEN FORMATIF ABSTRAK

MENGGALI DAN MENINGKATKAN HABITS OF MIND MAHASISWA PADA MATERI BIODIVERSITAS MELALUI ASESMEN FORMATIF ABSTRAK MENGGALI DAN MENINGKATKAN HABITS OF MIND MAHASISWA PADA MATERI BIODIVERSITAS MELALUI ASESMEN FORMATIF ABSTRAK Siti Sriyati Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI siti_sriyati@yahoo.com Studi tentang menggali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa yang mengalami peristiwa belajar berdasarkan

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 BUDONG-BUDONG Muhammad Ali P 1, Fatimah 2, Wiwik Rudjatiningsih 3 Program Studi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER

Lebih terperinci

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung Ferdiana

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2011 ISBN : Surabaya, 19 Pebruari 2011

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2011 ISBN : Surabaya, 19 Pebruari 2011 EFEKTIVITS PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT BASED ASSESSMENT) PADA PEMBEBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETUNTASAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DI SLEMAN Antuni Wiyarsi & Erfan Priyambodo

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Praktikum Virtual Berbasis Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

Pengaruh Penerapan Praktikum Virtual Berbasis Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pengaruh Penerapan Praktikum Virtual Berbasis Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Sutarno Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Bengkulu, email

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

Indra Sahfriana 46, Wachju Subchan 47, Suratno 48

Indra Sahfriana 46, Wachju Subchan 47, Suratno 48 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI UNTUK MATERI AJAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi kehidupan

Lebih terperinci

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 Abubakar dan Rahmatsyah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar 19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari

Lebih terperinci

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 4 (2) (2015) Unnes Science Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK 41 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Febri Sulistiawan 1, Kamin Sumardi 2, Ega T. Berman 3 Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer Lovy Herayanti dan Habibi Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENGARUH MODEL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk penelitian kuasi eksperimen terdapat variable terikat dan variable bebas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk penelitian kuasi eksperimen terdapat variable terikat dan variable bebas 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dan penelitian deskriptif kuantitatif.

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung JPF Volume 2 Nomor 1 ISSN: 2302-8939 18 Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Mariani Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dalam meningkatkan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Fitriyah Karmila 1, Khaerati 2 Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Mustimah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah weak experiment design. Penerapan asesmen portofolio elektronik diterapkan pada satu kelas eksperimen.

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN: Implementasi Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika sebagai Upaya Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo Ria Oktaviastuti, Mita Anggaryani Jurusan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS Endang Susilawati 1, Agustinasari 2 1,2 STKIP TAMAN SISWA BIMA endang272021@yahoo.co.id

Lebih terperinci

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS X-7 SEMESTER 2 SMA 15 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sri Wigati SMA N 15 Semarang

Lebih terperinci

E049 MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA KONSEP FERMENTASI

E049 MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA KONSEP FERMENTASI E49 MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA KONSEP FERMENTASI Baiq Fatmawati 1, Nuryani Y. Rustaman 2, Sri Redjeki 2 1. STKIP Hamzanwadi-Selong (f_baiq@yahoo.com)

Lebih terperinci

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF SISWA PADA POKOK BAHASAN TERMOKIMIA DI KELAS XI IPA SMAN 3 PEKANBARU Leo Ferdinandus Manalu*, Asmadi M. Noer**, dan Rasmiwetti***

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA Ali Ismail M.Pd ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara komunikan dan komunikator. Komunikasi meliputi penyampaian informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran (teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi

Lebih terperinci