BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tiap gigi terdiri dari mahkota (korona) dan juga radiks (akar). Korona ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam merupakan lapisan-lapisan dengan kekerasan yang berbeda-beda satu sama lain. Lapisan terluar gigi pada korona terdiri dari enamel, dentin dan kamar pulpa. Sedangkan pada radiks terdiri dari sementum, dentin dan rongga pulpa Enamel Enamel merupakan substansi yang berkalsifikasi (mengapur yang menutupi seluruh korona gigi dan melindungi dentin). 7 Pada enamel yang baru terbentuk, enamel mengandung kira-kira 96-98% apatit dan yang lainnya adalah protein, lipid dan air. Pori-pori terbentuk di antara kristal-kristal di dalam enamel, menjadikan volume air sekitar 12%. Pada fase/ tahap yang berlarutan selama bertahun-tahun ini, terjadinya dinamika demineralisasi dan remineralisasi. 8 Ketebalan enamel bervariasi di pelbagai tempat pada korona, dengan ketebalan yang paling tinggi adalah pada cusps dan insisal, dan yang paling tipis pada regio servikal. Warna asli enamel adalah putih atau putih kebiruan dan ini ditunjukkan pada regio insisal dan ujung cusp pada gigi di mana tidak mempunyai dentin. Sejalan dengan menipisnya enamel, warna dentin menonjol dan warna enamel menjadi lebih gelap. 8

2 Tingkat mineralisasi juga berpengaruh pada warna enamel. Ini ditunjukkan dengan warna yang lebih opak pada area yang hipomineralisasi dibanding area yang mineralisasinya normal di mana warnanya biasanya translusen. Komponen enamel yang matang adalah 85% inorganik, 12% air dan sisanya adalah 3% protein dan lipid. Komponen matriks inorganik adalah kalsium fosfat dalam bentuk kristal hidroksiapatit, sedangkan komponen matriks organik tersusun dari protein non kolagen yang disebut amelogenin dan enamelin. 8 Mineral gigi disubstitusi oleh pelbagai ion seperti sodium, zinc, strontium dan karbonat yang menjadikannya lebih reaktif bila dibandingkan hidroksiapatit asli. Fluorida berlebihan mungkin masuk ke dalam struktur kristal, tergantung pada konsentrasi fluorida lokal pada permukaan gigi. Makin lama, permukaan enamel menjadi penuh termineralisasi jika ph lokal lingkungannya netral atau basa. 8 Hampir semua matriks protein enamel menghilang dengan matangnya enamel. Pertukaran ion kalsium, fosfat dan fluorida masuk dan keluar dari enamel berlangsung terus, tergantung pada konsentrasi lokal dan ph. Ini penting di dalam prosedur pemeliharaan gigi. Pada ph di bawah 5.5, mineral bisa hilang dari permukaan dan sentral enamel. Sedangkan pada ph di atas 5.5, kehilangan enamel didapat semula dari kalsium dan fosfat di dalam saliva. 8 Kalsium memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga gigi agar tetap sehat. Kalsium memproteksi gigi secara tidak langsung dengan cara menguatkan tulang rahang, menguatkan pertautan gigi dan tulang, mencegah terjadinya celah di mana bakteri dapat terinvasi ke dalam gigi, memacu infeksi, mencegah terjadinya

3 inflamasi dan pendarahan. Konsumsi kalsium yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan struktur gigi yang bagus. 9 Hampir 99% kalsium di dalam badan manusia terdapat di dalam tulang dan gigi. Terdapat 1% lagi kalsium bersirkulasi di dalam aliran darah, di mana ia menjalankan berbagai fungsi yang penting. 9, 10 Namun kalsium di dalam gigi tidak dimobilisasi kembali ke dalam darah karena mineral di dalam gigi yang telah erupsi tidak berubah untuk seumur hidup. 10 Tabel 1. Perbedaan komposisi antara enamel, dentin dan sementum Komposisi Enamel Dentin Sementum Inorganik (%) Organik (%) Reaksi Asam Terhadap Apatit pada Permukaan Gigi Enamel apatit mengandung banyak ion karbonat dan magnesium yang kelarutannya tinggi walaupun di dalam kondisi asam yang rendah. Terlarutnya magnesium dan karbonat menyebabkan perubahan pada ion hidroksil dan fluorida, mengarah pada enamel yang lebih matang dan mempunyai resistensi yang tinggi terhadap asam. Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat diperhebat lagi dengan adanya fluorida. 8 Gambar 1 di bawah menunjukkan siklus terjadinya demineralisasiremineralisasi. Apabila ion asam terpapar kepada permukaan gigi, tanpa

4 pertimbangan mengenai tingkat kematangan gigi, reaksi umum yang terjadi bias digambarkan seperti berikut: 8 ph H + bereaksi dengan ion Demineralisasi FA dan HA melarut PO 4 dalam saliva dan plak HA melarut FA terbentuk tanpa F HA dan FA terbentuk Remineralisasi FA kembali terbentuk Kalkulus Remineralisasi> Karies terbentuk Dapat terjadi erosi Terbentuk demineralisasi Gambar 1: Siklus Demineralisasi- remineralisasi Di dalam rongga mulut, ph dipertahankan mendekati netral (6,7-7,3) oleh saliva. Saliva mempertahankan ph melalui dua mekanisme. Pertama, aliran saliva mengeliminasi karbohidrat yang dapat dimetabolisme oleh bakteri dan menyingkirkan asam yang diproduksi oleh bakteri. Kedua, asam dari makan atau minuman yang bersifat asam serta asam yang dihasilkan oleh bakteri dinetralisir oleh aktivitas buffer saliva. Bikarbonat adalah komponen utama buffer, demikian juga peptida, protein, dan fosfat. Meningkatnya ph juga disebabkan oleh bakteri yang memetabolisme sialine dan urea menjadi ammonia. Dengan konsumsi gula, ph dapat menurun menjadi ph 5,0. 11

5 ph dan kandungan buffer di dalam saliva banyak bergantung pada bikarbonatnya. Demikian juga fosfat inorganik yang berperan dalam kapasitas buffer di dalam saliva. Dalam keadaan tingginya aliran saliva, bikarbonat bertindak sebagai buffer yang sangat efektif terhadap asam dan aksinya dapat digambarkan sebagai - berikut. Apabila ion bikarbonat (HCO 3 ) berkontak dengan ion asam (H + ), asam karbonat yang lemah terbentuk (H 2 CO 3 ). Ini dengan cepatnya berdisosiasi membentuk air dan karbon dioksida. 12 Dengan menurunnya ph, reaksi asam berlangsung sehingga ph kritikal untuk disosiasi hidroksiapatit tercapai pada ph Semakin menurunnya ph mengakibatkan interaksi yang progresif antara ion asam dengan grup fosfat hidroksiapatit, mengakibatkan sedikit atau terlarutnya semua kristalit di permukaan enamel. Fluorida yang tersimpan dilepaskan pada proses ini dan berekasi dengan ion Ca 2+ dan HPO 2-4 membentuk fluorapatit. 8 Jika ph menurun di bawah 4,5 yaitu ph kritikal untuk fluorapatit, fluorapatit melarut. Namun, jika ion asam dinetralisir dan didapat kembali ion Ca 2+ dan HPO 2-4, remineralisasi terjadi. Demikian juga, erosi dapat terjadi jika ph menurun di bawah 4,0 dan seterusnya terjadi erosi apabila ph di bawah 3,0. 8 Dengan berkurangnya ph, kondisi-kondisi seperti di bawah ini dapat terjadi: 8 - Enamel bertambah matang - Terjadinya karies yang kronis - Terjadinya karies yang rampan - Terjadi erosi karena adanya demineralisasi tanpa remineralisasi.

6 2.3. Demineralisasi Komponen mineral dalam enamel, dentin dan sementum yaitu hidroksiapatit, Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2. Di dalam lingkungan yang netral, hidroksiapatit seimbang dengan lingkungan yang jenuh dengan ion-ion Ca 2+ dan Po Pada ph 5,5 dan ke bawah, hidroksiapatit reaktif terhadap ion hidrogen yang terdapat pada asam. H + bereaksi dengan grup fosfat yang terdapat pada permukaan enamel. Proses ini dapat digambarkan sebagai berubahnya PO 4 3- menjadi HPO 4 2- dengan bertambahnya ion H +. HPO 2-4 tidak dapat dikontribusi kepada keseimbangan hidroksiapatit yang normal karena dalam hidroksiapatit yang normal terkandung di dalamnya PO 4 dan bukan HPO 4. Ini mengakibatkan kristal hidroksiapatit melarut dan dikenali sebagai demineralisasi. 8 Demineralisasi dapat diubah jika ph netral dan adanya kecukupan Ca 2+ dan PO 3-4 di dalam suatu lingkungan. Ca dan PO 4 dapat menghambat proses pelarutan hidroksiapatit melalui reaksi ion. Ini memungkinkan terbentuknya kembali sebagian kristal apatit yang larut dan ini disebut sebagai remineralisasi. Interaksi demineralisasi-remineralisasi diperhebat dengan adanya ion fluorida. 8 Kehilangan jaringan keras gigi secara progresif yang disebabkan oleh proses kemis dan tidak melibatkan serangan bakteri dikenal sebagai erosi. 13 Erosi telah menjadi suatu faktor yang penting apabila menyinggung tentang kesehatan gigi. Ada bukti menunjukkan bahwa kondisi ini berkembang sejajar dengan waktu. Apa yang dikatakan jumlah erosi yang terjadi pada gigi bergantung pada lama hidupnya gigi tersebut dan inilah yang membedakan gigi desidui dengan gigi permanen. Gigi

7 desidui masa hidupnya lebih singkat, maka erosi yang dialami gigi desidui lebih sedikit dibanding gigi permanen. 1 Erosi asam terjadi dalam episode berkala, terjadi dalam hanya beberapa menit dan merupakan sebab mengapa diet asam bersifat merusak. Permukaan gigi secara kontiniu berubah, dikarenakan asam melarutkan permukaan luar enamel sedikit demi sedikit. 14 Faktor kemis, biologis dan perilaku berinteraksi dengan permukaan gigi dan sebanding dengan masa dapat memproteksi atau mengurangkan jaringan gigi itu sendiri. Faktor-faktor ini menerangkan mengapa adanya perbedaan tingkat erosi antara satu individu dengan individu yang lain. Nilai ph, kalsium dan fosfat memainkan peranan penting dalam menerangkan terjadinya serangan erosi pada enamel gigi. 1 Semakin tinggi kapasitas buffer oleh sesuatu minuman, semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh saliva untuk menetralisasikan asam di dalam minuman itu sendiri. Tingkat kapasitas buffer suatu minuman atau makanan yang tinggi akan memacu proses pengurangan permukaan enamel dan terlarutnya enamel disebabkan oleh banyak ion dari mineral gigi diperlukan untuk menghapuskan inaktivasi asam yang menunjang demineralisasi yang lebih lanjut. Tidak ada ph yang tertentu untuk menentukan terjadinya proses demineralisasi pada enamel gigi. 1 Proses adhesi merupakan faktor penting apabila suatu larutan yang mengandung asam berkontak dengan permukaan enamel. Pertama kali, larutan asam harus berdifusi melalui pelikel-pelikel yang terdapat pada gigi dan kemudian baru

8 dapat berinteraksi dengan enamel. Dimulai dengan ion hidrogen dari asam melarutkan kristal hidroksiapatit pada permukaan enamel. 1 Asam kemudian berdifusi ke dalam area interprismatik pada enamel dan melarutkan lebih banyak enamel pada region di bawah permukaan enamel. Pada dentin, proses yang sama terjadi, namun lebih kompleks. Dengan adanya materi organik yang lebih banyak, difusi agen demineralisasi lebih ke dalam dan pengeluaran mineral gigi dihambat oleh matriks organik dentin. Diperkirakan bahwa matriks organik dentin memiliki kapasitas buffer untuk menghambat proses demineralisasi yang lebih lanjut, dan menurunnya sifat kemis atau mekanis matriks dentin menunjang kepada proses demineralisasi. 1 Suatu bahan yang dikenal sebagai bahan chelating mampu mengikat metal (ion) dan mengeluarkannya dari jaringan. 15 Adanya bahan chelating di dalam minuman dapat secara langsung melarutkan mineral gigi. Dengan meniadakan asam atau substansi chelating dapat menghambat dari terjadinya erosi pada gigi ph Meter Hanna HI ph meter Hanna HI96107 adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur ph suatu larutan. Untuk mengoperasikannya, terlebih dahulu perlu dilakukan kaliberasi alat. ph meter direndam ke dalam aquadest atau larutan buffer yang lainnya sehingga phnya menjadi 7,0. Harus diingat bahwa larutan buffer yang digunakan haruslah sentiasa dalam keadaan baru dan bersih. Kenaikan bacaan ph pada ph meter disebabkan karena tidak atau kurang melakukan kalibrasi sebelum mengambil bacaan, elektroda yang kering atau baterai yang lemah. 16

9 Untuk menggunakannya, pertama sekali penutup proteksinya dibuka. Meter ditolak tombol On dan direndam ke dalam larutan yang mau diukur phnya. ph meter dikacau perlahan-lahan di dalam larutan dan tunggu sebentar sehingga ph nya menjadi stabil. Setelah digunakan, cuci dengan air dan disimpan dengan cermat. 16 Gambar 2. ph Meter Hanna HI Komposisi Cat Kuku Pembuatan cat kuku tidak hanya melibatkan formulasi yang tunggal. Bahan dasar yang digunakan adalah resin, larutan plasticizers, dan coloring agents. Adapun bahan dasar yang lain adalah nitrocellulose yang berfungsi dalam membentuk lapisan tipis pada cat kuku. Cat kuku juga mengandung agen pewarna (coloring agent). Banyak pigmen pewarna yang digunakan dalam pembuatan cat kuku. Antaranya adalah mutiara dan guanine yang diperbuat dari sisik dan kulit ikan yang kecil. Sisik dan kulit ikan kecil ini dibersihkan dan dicampurkan dengan minyak kastor dan buthyl acetate. 17

10 Pabrik pembuatan cat kuku menggunakan resin sintetik, plasticizers dan terkadang nilon untuk meningkatkan fleksibilitas, resistensi terhadap air dan sabun. Resin sintetik dan plasticizers yang sering digunakan masa kini antaranya adalah minyak kastor, amyl dan buthyl stearate, juga campuran gliserol, asam lemak dan asam asetat. Oleh karena adanya resin sintetik dan plasticizers ini, maka cat kuku tidak akan terlepas dari permukaan enamel gigi sewaktu perendaman di dalam minuman yang berbeda. Cat kuku juga tidak mengandung unsur kalsium di dalam pembuatannya Titrasi Titrasi adalah pengukuran kuantitatif sesuatu yang ingin dianalisa (analit) dalam suatu larutan dengan setiap reaksinya menggunakan reagen. Reagen tersebut dikenal sebagai titran dan harus disediakan dalam bentuk standar atau harus distandardisasi sebanding dengan bentuk standarnya untuk mengetahui konsentrasi yang tepat. Tahap di mana semua analit digunakan merupakan tahap keseimbangannya. Mol analit diukur dari volume reagen yang diperlukan untuk bereaksi dengan semua analit, konsentrasi titran dan reaksi stoikiometri. 18 Reaksi stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara titran dan hasil produk titrasi dalam 19, 20 suatu reaksi kemis. Titik keseimbangan biasanya ditentukan menggunakan indikator visual yang disediakan untuk melakukan titrasi berbasiskan kepada reaksi netralisasi asam-basa, complexation dan redoks serta ditentukan menggunakan indikator yang ada di dalam larutan. Untuk titrasi asam-basa, indikator yang tersedia adalah indikator berubah

11 warna sesuai dengan perubahan ph. Apabila semua analit dinetralisasikan, pertambahan titran mengakibatkan ph larutan berubah dan menyebabkan warna indikator berubah. 18 Titrasi manual yang dilakukan menggunakan buret, yaitu suatu tube yang panjang dan mempunyai skala tertentu yang digunakan untuk menentukan jumlah titran sebelum dan sesudah titrasi. Perbedaan bacaan titran di dalam buret sebelum dan sesudah titrasi adalah volume titran untuk mencapai tahap akhir titrasi. Faktor terpenting dalam melakukan titrasi adalah membaca pengukuran pada buret dengan benar. 18 Salah satu bentuk titrasi adalah Complexometric Ca Determination yaitu bentuk titrasi yang digunakan untuk mengukur kandungan kalsium di dalam suatu bahan atau larutan. 18 Gambar 3. Metode titrasi menggunakan mikrobiuret dan kon flask

12 Complexometric Titrations Complexometric titration adalah suatu tehnik yang melibatkan titrasi ion-ion metal dengan agen complexing atau agen chelating (ligand). Metode ini adalah aplikasi suatu reaksi kompleksimetri. Dalam metode ini, ion dirubah kepada kompleks ion dan tahap keseimbangan atau akhir ditentukan menggunakan indikator metal atau secara elektrometrik. 21 Nama lain bagi titrasi ini adalah chilometric titration, chilometry, chilatometric titrations dan EDTA titrations. Semua nama ini menggunakan metode analitik yang sama dan didapatkan menggunakan EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid) dan chilon-chilon yang lainnya. Chilon-chilon ini bereaksi dengan ion metal membentuk suatu kompleks yang spesial dikenal sebagai chelate. 21 Ion metal + chilon indikator ion-metal Chelate (analit; agen complexing ion kompleks Kation Agen chelating kompleks metal Ligand Agen sequester Ligand diklasifikasi menjadi dua yaitu unidendate ligands serta bidendate dan multidendate ligands. Unidendate ligands berikat dengan hanya satu ion metal dalam satu masa. Ligand yang mempunyai banyak grup berkemampuan untuk berikat dengan banyak ion metal. Ini termasuk bidendate ligand ( 2 atom molar), tridendate ligand ( 3 atom molar) dan lain-lain. EDTA adalah contoh dari bidendate ligand. 19

13 Banyak prinsip titrasi asam-basa digunakan dalam titrasi kompleksometri ini. Di dalam titrasi ini, ion metal yang bebas hilang apabila dirubah menjadi ion kompleks. Dalam titrasi asam-basa, tahap akhir ditentukan dengan adanya perubahan pada ph. 21 Titrasi complexometric digunakan dalam banyak titrasi untuk menentukan berbagai metal seperti Ca, Mg, Pb, Zn, Al, Fe, Mn, Cr dan lain-lain. Malah dengan formulasi berbeda pada metode yang digunakan dalam titrasi complexometric dapat ditentukan kekuatan air (hardness of water) Penentuan Ca Complexometric (Complexometric Ca Determination) EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid) digambarkan dengan symbol H 4 Y memandangkan EDTA adalah asam tetrapotik. Empat hidrogen di dalam formula tersebut adalah empat hidrogen asam pada empat grup karboksil. Y 4- yang merupakan ligand tidak berproton bertanggungjawab dalam membentuk kompleks dengan ion metal. 22 Titrasi penentuan Ca dilakukan dengan menambahkan larutan EDTA pada sampel yang mengandung Ca. Analisa penentuan Ca menggunakan titrasi kompleksometri digambarkan seperti di bawah: 22 Ca 2+ + Y 4- < ===> Ca Y Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) Disodium EDTA adalah agen chelating yang larut air dan selalu digunakan. Ia adalah agen yang non-higroskopik dan sequester yang stabil (ligand yang membentuk

14 chelate yang larut air dipanggil sebagai agen sequester). EDTA membentuk chelate dengan hampir semua ion metal dan reaksi ini adalah basis umum untuk metode analitik ion-ion ini dengan titrasi menggunakan larutan standar EDTA. Titrasi jenis ini dipanggil complexometric atau chilometric atau titrasi EDTA. 21 EDTA dan quinolone 8-hidroksi adalah reagen-reagen yang penting untuk digunakan dalam kimia analitik. Agen sequester digunakan untuk membebaskan dan melarutkan ion-ion metal dengan cara presipitasi. EDTA memiliki aplikasi yang general di dalam analisis-analisis karena faktor-faktor berikut: 21 - Harganya murah - Struktur spesial anionnya mempunyai 6 atom ligand yang bisa mengikat pada banyak ion. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi EDTA adalah: 21 - Sifat dan aktivitas ion metal - ph di mana titrasi dilakukan - Adanya ion-ion lain yang menganggu seperti CN, citrate, tartrate, F, dan bentuk agen kompleks yang lainnya. - Bahan organik juga meningkatkan stabilitas kompleks Efek ph Terhadap Pembentukan Kompleks Metal Dalam keadaan yang asam, kompleks yang terbentuk yaitu gabungan EDTA dan ion metal kurang stabil. Maka, lebih banyak volume EDTA diperlukan untuk berikat dengan ion metal. Jika dalam keadaan yang basa, kompleks (EDTA+ ion

15 metal) adalah lebih stabil pengikatannya. Jumlah EDTA yang diperlukan untuk berikat dengan ion metal adalah lebih sedikit. 21 Walaupun kebanyakan kompleks adalah stabil pada masing-masing ph tersendiri, namun larutan biasanya dibuffer pada ph di mana kompleks dalam keadaan stabil dan warna indikator berubah pada saat yang tepat Metode Deteksi Tahap Akhir Tahap akhir titrasi dapat dideteksi menggunakan metode indikator dan metode instrumental. Suatu indikator metal harus memenuhi syarat sebagai berikut: 21 - Bahan harus dalam keadaan stabil sepanjang titrasi - Bersifat lebih lemah dibanding kompleks chelate metal - Warna indikator dan kompleks indikator metal haruslah berbeda - Indikator tidak mengambil peran EDTA Untuk mengetahui aksi mekanisme indikator, dianggap M adalah metal, I sebagai indikator, dan EDTA sebagai chelate (ligand). Pada awal titrasi, medium reaksi terdiri dari kompleks metal-indikator (MI) dan ion-ion yang berlebihan. Apabila titran EDTA ditambah ke dalam sistem, ion metal bebas bereaksi dengan EDTA. 21 Memandangkan MI adalah lebih lemah dibanding chelate metal-edta, maka EDTA melemahkan dan mengikat ion metal yang bebas. Akhirnya pada tahap akhir titrasi, EDTA melepaskan metal dari indikator dan indikator berubah warna dari warna kompleksnya kepada warna metal bebas. Reaksi digambarkan sebagai berikut: 21

16 MI + M + EDTA M-EDTA + I (warna kompleks Metal-indikator) (warna original indikator) Dalam penentuan kalsium, indikator yang biasa digunakan adalah Murexide dan Eriochrome Black T (EBT). 22, 23 Namun, EBT tidak dapat digunakan sebagai indikator pada titrasi kalsium dengan EDTA. Ia membentuk kompleks yang sangat lemah dengan kalsium untuk memberi tahap akhir titrasi yang tepat. 22 Larutan yang mengandung kompleks magnesium EDTA MgY 2- ditambah ke dalam campuran titrasi. 22 Kalsium (Ca 2+ ) membentuk kompleks yang lebih stabil dengan EDTA dibanding magnesium, reaksi berikut terjadi: 22 MgY 2- + Ca 2+ < === > CaY 2- + Mg 2+ Magnesium yang dilepaskan bereaksi dengan ion dobel dari Eriochrome Black T. Kompleks yang dibentuk melalui magnesium dan ion adalah merah. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut: Mg 2+ + HIn 2- < === > MgIn - + H + (biru) (merah) Larutan kemudian dititrasi dengan EDTA. Pada permulaan titrasi, EDTA bereaksi dengan ion kalsium berlebihan yang masih belum terbentuk menjadi kompleks. Selepas semua kalsium bereaksi, porsi EDTA yang lainnya bereaksi dengan kompleks magnesium yang telah terbentuk awal. EDTA yang ditambah bersaing dengan kompleks magnesium yang berwarna merah (MgIn - ), untuk

17 menjadikannya MgY 2- dan HIn 2- dan seterusnya memberikan warna biru pada tahap akhir titrasi. 22 MgIn - + H + + Y 4- < === > MgY 2- + HIn 2- (merah) (biru) Tabel 2. Jenis indikator yang digunakan di dalam titrasi Complexometric S. No. Name Of Indicator Colour Change ph range Metals detected 1 Mordant black II Eriochrome black T Ca, Ba, Mg, Zn, Red to Blue 6-7 Cd, Mn, Pb, Hg Solochrome black T 2 Murexide 12 Or Violet to Blue Ca, Cu, Co Ammonium purpurate 3 Catechol-violet Violet to Blue 8-10 Mn, Mg, Fe, Co, Pb 4 Methyl Blue Blue 4-5 Pb, Zn, Cd, Hg Thymol Blue Blue to Grey Alizarin Red 4.3 Pb, Zn, Co, Mg, Cu 6 Sodium Alizarin sulphonate Blue to Red 4 Al, Thorium 7 Xylenol range Lemon 1-3 Bi, Thorium 4-5 Pb, Zn 5-6 Cd, Hg Selain menggunakan metode indikator dapat pula digunakan metode instrumental dalam menentukan tahap akhir titrasi. Metode instrumental ada empat cara yaitu deteksi spektrofotometri, titrasi amperometrik, titrasi potensiometrik dan titrator berfrekuensi tinggi.

18 Perubahan absorpsi spektrum bila ion metal dari agen kompleks dirubah menjadi kompleks metal, atau bila suatu kompleks dirubah menjadi kompleks yang lain, biasanya dapat dideteksi secara lebih akurat dan dalam larutan yang lebih melarutkan dengan spektrofotometrik dibanding metode visual. Maka, di dalam titrasi disodium EDTA, tahap akhir titrasi dapat ditentukan menggunakan larutan 0,001M. Di dalam praktek, biasanya digunakan penggunaan indikator yang memberikan perubahan warna pada regio yang tidak tampak, namun ion berwarna dapat dititrasi tanpa menggunakan indikator melainkan menggunakan metode spektrofotometri. 21 Titrasi amperometrik merupakan suatu cara penentuan tahap akhir titrasi menggunakan potensial ion. Efek formasi kompleks atas potensial gelombang ion lebih negatif. Jika elektroda potensial disesuaikan dengan nilai potensial gelombang kation bebas dan kompleks, EDTA juga ditambah perlahan-lahan, difusi arus aliran listrik menurun dengan stabil sehingga sama dengan sisa listrik, yaitu kation bebas yang terakhir menjadi kompleks. Ini adalah tahap akhir dan jumlah larutan disodium EDTA yang ditambah adalah sama dengan jumlah metal yang ada. 21 Titrator berfrekuensi tinggi sesuai digunakan pada larutan yang mempunyai kelarutan yang tinggi, dalam setengah kasus dengan konsentrasi serendah 0,0002M. Ion dapat dititrasi langsung dalam larutan buffer atau reagen berlebihan dapat ditambahkan ke dalam larutan yang tidak dibuffer dan proton yang dilepaskan dititrasi dengan basa standar. Memandangkan larutan buffer dan elektrolit mengurangkan sensitivitas titrasi, konsentrasi mereka harus dijaga seminimum mungkin. 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Penetapan Kadar Magnesium Kelompok Vol. EDTA 0.1 M Vol. Magnesium 7 8 9 10 11 12 10.7 ml 14.1 ml 12 ml 2. Penetapan Kadar Kalsium Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS Kelompok : Kelompok 1 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Alfontius Linata

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Gambar 1. Kelenjar saliva 19 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

Sophie Damayanti / SF ITB

Sophie Damayanti / SF ITB Prinsip dasar Titrasi Kompleksometri reaksi pembentukan senyawa kompleks Dalam bidang FA reaksi pembentukan senyawa kompleks digunakan untuk ANALISIS LOGAM Uji batas CEMARAN LOGAM ZAT AKTIF Kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan. B. Tujuan Percobaan Menyelidiki kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan secara asidimetri dengan menggunakan

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

EFEK ph MINUMAN RINGAN TERHADAP PELEPASAN KALSIUM DARI PERMUKAAN ENAMEL GIGI

EFEK ph MINUMAN RINGAN TERHADAP PELEPASAN KALSIUM DARI PERMUKAAN ENAMEL GIGI EFEK ph MINUMAN RINGAN TERHADAP PELEPASAN KALSIUM DARI PERMUKAAN ENAMEL GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi OLEH: SHARUL NISHA

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang masih menganggap bahwa gigi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aluminium Hidroksida 2.1.1 Sifat Fisika Aluminium Hidroksida Rumus Molekul: Al(OH) 3 OH Al OH OH Berat Molekul: 78,00 Aluminium hidroksida merupakan padatan berbentuk serbuk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan Karbon Aktif tanpa Penambahan Zeolit Volume Volume t V1 ph V2 buffer EBT (menit) (ml) (ml) (tetes) (tetes) awal Sesudah Kesadahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar. VOLUMETRI I Drs Kusumo Hariyadi Apt MS. Analisa Kimia dibagi 2 bagian : 1. Analisa Kualitatif ( analisa jenis) bertujuan mencari adanya unsur / senyawa dalam suatu sampel 2. Analisa Kuantitatif (analisa

Lebih terperinci

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

Laporan Praktikum KI1212. Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI Laporan Praktikum KI1212 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI Disusun oleh: Alexander Leslie (10515007) Sharhan Hasabi (10515018) Devina Thasia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung Laporan Praktikum Nama : Linda Trivana Kimia Analitik 1 NRP : G44080075 Kelompok : B-Siang Asisten : Yuyun Yunita Hari, tanggal : Selasa, 11 Mei 2010 PJP : Zulhan A, S.Si Penentuan Kadar Vitamin C dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai  , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat mengenai email, dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. a. Air Tanah

Lebih terperinci

kimia TITRASI ASAM BASA

kimia TITRASI ASAM BASA Kurikulum 2006/2013 2013 kimia K e l a s XI TITRASI ASAM BASA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan macam-macam titrasi.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI

PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI A. Tujuan Menetapkan kadar Magnesium, Mangan, dan Zink

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Penentuan Kesadahan Total dalam Air Kelompok Vol. Sampel Vol. EDTA 0.01 M 7 50 ml 6 ml 9 50 ml 14.6 ml 11 50 ml 5.8 ml Kelompok Vol. Sampel

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA Asam merupakan zat yang yang mengion dalam air menghasilkan ion H + dan basa merupakan zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH -. ASAM Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Ultisol berasal dari bahasa Latin Ultimius, yang berarti terakhir yang merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang lanjut. Ultisol memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : 1. Irmayanti (157008011) 2. Binayanti Nainggolan (157008008) 3. Henny Gusvina Batubara (157008010) Tanggal Praktikum : 31 Maret 2016 Tujuan

Lebih terperinci

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech. 1 Pendahuluan Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan kompleks atau ion kompleks

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. A B PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan bening, tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 tentang daftar pola sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut, sehingga fungsi dalam lengkung gigi dapat terjaga dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik. Enamel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat

Lebih terperinci

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER

LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER LAPORAN INSTRUMEN DASAR PENGENALAN ALAT PH METER Oleh: Khoirun Nisa ( P1337434116078) SEMESTER 1 REGULER B DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2016/2017 LAPORAN INSTRUMEN

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI. Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih. Oleh. Kelompok V. Indra Afiando NIM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI. Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih. Oleh. Kelompok V. Indra Afiando NIM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani NIM 111431016

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015 LAPORAN PRAKTIKUM NAMA PRAKTIKAN : Nini Chairani (14700801) Zakirullah Syafei (1470080) PRODI : Magister Ilmu Biolmedik JUDUL : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 015

Lebih terperinci

VOLUMETRI / TITRIMETRI

VOLUMETRI / TITRIMETRI VLUMETRI / TITRIMETRI Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK 02 REGULER KELOMPOK 6 Disusun oleh: 1. Jang Jin Joo 1306399071 (11) 2. Robby Samuel 1306402204 (12) TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL 2014 Pengertian Titrasi

Lebih terperinci

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut: DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SUMBER SUMBER AIR Sumber sumber air dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu: 1. Air Laut Pencapaian bumi kita sebagian besar terdiri dari perairan laut, yaitu mencapai

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci