Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1. Kelenjar saliva 19"

Transkripsi

1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang terdiri atas kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual. 18,19 Sekitar 10% dihasilkan oleh kelenjar saliva minor dimukosa mulut (lingual, labial, bukal, palatinal, glossopalatinal). Sekresi saliva dihasilkan sebagai serus (kelenjar parotis), mukus (kelenjar minor), atau campuran yaitu serus dan mukus (kelanjar submandibula dan sublingual). 19,20 Saliva memainkan peranan penting dalam homeostatis karena dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem dalam rongga mulut. 21 Gambar 1. Kelenjar saliva 19 Sekresi saliva adalah refleks yang dimediasi oleh saraf. Volume dan jenis saliva yang disekresi dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Kelenjar menerima inervasi dari saraf parasimpatis dan simpatis. Pusat saliva parasimpatis terletak pada medula oblongata yang terbagi atas 3 bagian, yaitu superior nuklei salivatorius, inferior nuklei salivarius dan zona intermediet. Bagian superior nuklei (CN VII) 5

2 6 terhubung dengan kelenjar submandibula dan sublingual, sedangkan inferior nuklei (CN IX) mempersarafi kelenjar parotid. 22,23 Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan beriringan dengan arteri yang mensuplai arteri karotis eksterna yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotis dan bersama arteri lingualis memberikan suplai darah ke submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang mensuplai darah ke kelenjar sublingualis. Rangsangan simpatis akan menstimuli reseptor adrenergik menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada kelenjar saliva menyebabkan jumlah saliva sedikit, lebih kental dan kaya mukus. Berbeda dengan rangsangan parasimpatis yang menstimuli reseptor kolinergik menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, menyebabkan volume saliva lebih banyak dan kaya enzim 22, Komposisi Saliva Komposisi saliva terdiri atas 99% air dan 1% terdiri atas ion dan unsur organik. Ion penting dalam saliva adalah kation, Na + dan K +, anion Cl - dan bikarbonat (HCO 3 ). Elektrolit lain yang terdapat dalam saliva seperti kalsium, fosfat, fluorida, tiosianat, magnesium sulfat dan iodin. Unsur organik saliva seperti protein, karbohidrat, lipid dan molekul organik kecil. 10 Kalsium saliva dan fosfor dalam konsentrasi lewat jenuh dalam saliva dan memainkan peranan dalam remineralisasi gigi. ph netral dalam rongga mulut adalah dipertahankan oleh kapasitas buffer dari saliva. 10 Kalsium merupakan nutrisi penting dan tidak hanya untuk mineralisasi tulang dan gigi tetapi untuk mengatur peristiwa intraselular disebagian besar dan tidak pada semua jaringan tubuh. 24 Komposisi saliva merupakan faktor penting dalam menentukan prevalensi karies. Perlindungan relatif terhadap kavitas gigi, laju aliran saliva, kapasitas buffer, kalsium, fosfat dan konsentrasi fluorida adalah hal-hal yang diperlukan. Sirkulasi saliva dalam rongga mulut disebut sebagai seluruh saliva terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor, minor dan sedikit dari cairan krevikular. Saliva 6

3 7 dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut dan oleh karena itu kekurangan sekresi saliva akan mengakibatkan proses penyakit Pengaruh Saliva Terhadap Karies Saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara yaitu: aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan ph yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan ph saliva erat hubungannya dengan kecepatan sekresinya. 2 Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting, yang berperan dalam pemeliharaan ph saliva dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat berhubungan dengan tingkat aliran saliva, karena setiap faktor penurunan laju aliran saliva cenderung mengalami penurunan terhadap kapasitas buffer dan meningkatnya risiko perkembangan karies. 21 Pengaruh fungsi saliva penting adalah pembersihan dan menetralkan untuk pencegahan karies. Secara umum, meningkatkannya sekresi laju aliran saliva maka terjadi proses pembersihan dan kapasitas buffer tinggi. Berkurangnya laju aliran saliva dan bersamaan dengan penurunan sistem pertahanan rongga mulut dapat menyebabkan karies meningkat dan peradangan mukosa, karies gigi sebagian besar disebabkan karena hiposalivasi Pengaruh Volume Saliva Terhadap Karies Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. 4 Total aliran saliva sehari ml/hari. 10 Volume saliva dengan stimulasi yang normal berkisar lebih dari 5,0 ml/5 menit, rendah 3,5-5,0 ml/5 menit dan hiposalivasi kurang dari 3,5 ml/5 menit. 26 Volume saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk derajat hidrasi, posisi tubuh dan terpaparnya cahaya matahari. 27 7

4 Pengaruh ph Saliva Terhadap Karies ph saliva merupakan derajat keasamaan saliva yang penting dalam menjaga integritas gigi karena memengaruhi proses demineralisasi. Saliva normal berkisar dari 6-7 namun dapat dipengaruhi oleh jumlah aliran saliva dari 5,3 sampai 7,8. ph saliva dengan stimulasi dapat dikatakan sehat apabila bernilai 6,8-7,8, asam 6,0-6,6 dan sangat asam 5,0-5,8. 26 Penurunan ph mulut dibawah 5,5 akan menyebabkan terjadi demineralisasi enamel gigi. Salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap ph mulut adalah ph saliva. 28 Bakteri plak akan memfermentasi karbohidrat (sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan ph plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai ph 4,5-5,0. Kemudian ph akan kembali normal pada ph sekitar 7 dalam menit, dan jika penurunan ph plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini maka bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition) terjadi karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies Pengaruh Kalsium Saliva Terhadap Karies Kalsium adalah unsur mineral paling banyak dalam tubuh, pada orang dewasa mencakup sekitar 2% dengan berat badan yang setara sekitar gram kalsium. Mayoritas (99%) kalsium terdapat dalam tulang dan gigi, terutama sebagai hidroksiapatit, merupakan kristal anorganik terdiri atas susunan kalsium dan fosfor [Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ], memberikan kekerasan. Sisanya ada dalam jaringan lunak dan cairan tubuh dan menyumbang kurang dari 1% dari total kalsium dalam tubuh. Kalsium merupakan nutrisi paling penting, tidak hanya untuk mineralisasi tulang dan gigi tetapi mengatur sebagian intraseluler dalam jarigan tubuh. 24 Kalsium salah satu komponen elektrolit didalam saliva terdapat dalam bentuk ion. Kadar normal kalsium saliva adalah 1-2 mmol/liter. Interaksi antara plak dan saliva mempunyai peranan penting dalam mineralisasi, karena saliva merupakan 8

5 9 sumber utama ion anorganik kalsium yang berperan membantu proses pembentukan kalkulus. 15 Kadar kalsium dalam saliva dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: Jenis kelenjar, sekresi kalsium terbesar dihasilkan oleh kelenjar submandibula. 2. Ritme biologis, kadar ion kalsium saliva akan menurun pada pagi dini hari. 3. Stimulus, dalam keadaan tanpa stimulasi sebagian besar saliva utuh berasal dari kelenjar submandibula, sedangkan dalam keadaan distimulasi sebagian besar saliva utuh berasal dari kelenjar parotis. 4. Aliran saliva, merupakan faktor penting terhadap kadar komponen saliva. Konsentrasi kalsium akan meningkat ketika aliran saliva meningkat. Enamel gigi merupakan bahan yang keras dan paling padat didalam tubuh. Komposisi hidroksiapatit merupakan mineral yang mengandung kalsium dan fosfat. Struktur biomineralisasi ini adalah unik yang diperbaharui oleh remineralisasi, dimana melibatkan deposit dari ion kalsium dan fosfat dari saliva ke dalam area permukaan enamel dan didalam permukaan enamel. Dibawah kondisi asam kristal apatit dari bawah permukaan enamel, larut dalam cairan saliva disekitarnya. Demineralisasi ini merupakan salah satu langkah dalam perkembangan karies gigi, tersedianya kalsium dan fosfat faktor penting untuk remineralisasi dari awal pembentukan karies sesudah asam, selanjutnya angka karies terendah dihubungkan dengan konsentrasi kalsium saliva tinggi. 16 Konsentrasi dari kalsium dalam plak memengaruhi demineralisasi enamel gigi terjadinya risiko karies semakin tinggi konsentrasi kalsium, menurunnya tingkat demineralisasi dan risiko gigi berlubang. Semakin tinggi konsentrasi kalsium dalam plak, maka semakin besar penurunan ph yang bisa ditolerir sebelum terjadi demineralisasi. Adanya kalsium dalam makanan dapat membantu mengurangi terjadi karies gigi karena meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plak, tentu makanan lain, misalnya makanan dan minumana asam, dapat mengurangi kalsium dalam plak. 24 9

6 utama. 29 Konsep terjadinya karies gigi berfokus pada fermentasi dari karbohidrat oleh Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi pada enamel, dentin dan sementum, yang dihasilkan oleh fermentasi dari diet karbohidrat. Karies ditandai adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi, tetapi proses penyakit dimulai dalam biofilm bakteri (plak gigi) yang menutupi suatu permukaan gigi. 1 Pembentukan biofilm pada permukaan gigi dimulai dari permukaan gigi yang bersih segera berkontak dengan bakteri dan produk host pada cairan saliva dan krevikular. Produk ini diabsorbsi oleh hidroksiapatit pada permukaan gigi, menciptakan lapisan tipis yang disebut pelikel. Komposisi utama pelikel berbeda pada daerah rongga mulut dan antara individu. Spesies Streptococcus gram positif seperti Streptococcus oralis, Streptococcus mitis dan Neisseria terutama berkoloni pada permukaan gigi. Adhesi berikutnya pada lapisan pertama koloni, biofilm plak gigi membentuk multiplikasi dari pengkoloni utama, dan melalui koagregasi dan koadhesi bakteri koloni sekunder. Koloni sekunder cenderung melekat pada reseptor dari koloni bakteri yang kariogenik, menghasilkan asam organik. Bakteri plak menghasilkan berbagai hasil akhir yang berbeda tergantung pada diet. Jika ada karbohidrat yang mampu difermentasi asam-asam organik menghasilkan asam laktat, formit dan asetat. Asam-asam tersebut dapat menurunkan ph pada plak menghasilkan demineralisasi pada gigi dan menciptakan suatu lingkungan yang menguntungkan lebih lanjut bakteri Streptococcus mutans..25 Karies gigi merupakan penyakit yang dimulai dengan perubahan di dalam biofilm kompleks dan dipengaruhi oleh aliran dan komposisi saliva, terpapar oleh fluor, konsumsi diet gula-gula dan pencegahan (membersihkan gigi). Penyakit ini awalnya reversibel dan dapat dihentikan pada setiap tahap bahkan ketika beberapa dentin dan enamel rusak. 1 10

7 Etiologi Karies Etiologi karies gigi bersifat multifaktorial, Perkembangan karies gigi melibatkan beberapa faktor yaitu host, plak, substrat dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat difermentasikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga ph plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan ph yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun terjadi. Dari keempat faktor penyebab tersebut kadang-kadang digambarkan sebagai empat faktor yang berhubungan (Gambar 2). Karies baru dapat terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut diatas ada. 1,2 Gambar 2. Faktor etiologi karies gigi Patogenesis Karies Karies gigi dihasilkan oleh interaksi dari waktu kewaktu antara bakteri yang menghasilkan asam, substrat yang dapat dimetebolisme dan banyak faktor host yang termasuk gigi dan saliva. Karies gigi dihasilkan dari tidak seimbangan ekologi dalam keseimbangan fisiologis antara mineral-mineral gigi dan biofilm mikroba rongga mulut. Mekanisme dari proses karies mirip pada semua tipe karies, bakteri endogen lebih banyak mutans streptococci (Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus) dan Lactobacillus spp di dalam biofilm menghasilkan asam organik sebagai hasil 11

8 12 metabolisme fermentasi karbohidrat, asam ini menyebabkan nilai ph lokal menurun dibawah nilai kritis sehingga menyebabkan demineralisasi pada jaringan gigi. Jika difusi dari kalsium, fosfat dan karbonat keluar dari gigi secara terus-menerus pada kavitas gigi akan terjadi demineralisasi dan dikembalikan dalam tingkat semula dengan kembalinya kalsium dan fosfat. Fluorida sebagai katalis untuk difusi kalsium dan fosfat ke dalam gigi yang mana remineralisasi struktur kristalin didalam lesi. Membangun kembali permukaan kristalin dan flour apatit. Komposisi dari flour hidroksiapatit dan flour apatit, lebih tahan terhadap serangan asam dari struktur aslinya. Enzim bakterial dapat juga terlibat dalam perkembangan karies. Apakah karies gigi berkembang atau berhenti, atau kembalinya tergantung pada keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi (Gambar 3). 1 12

9 13 Biofilm bakteri + Fermentasi karbohidrat Menghasilkan asam Enamel gigi sehat Demineralisasi Remineralisasi Enamel gigi karies Ca 2+ PO 4 3+ F + Saliva s + Sumber fluoride + Kontrol plak + Modifikasi diet Gambar 3. Diagram proses karies sebagai perubahan terus menerus secara teratur pada demineralisasi (kerusakan) da remineralisasi (perbaikan) Karies dan Bebas Karies Hubungan saliva dan gigi sangat jenuh terhadap kalsium dan fosfat, dibandingkan dengan total kadar mineral dalam enamel. Jumlah ion-ion kalsium dan fosfat di dalam biofilm plak terlihat lebih besar dari pada di dalam saliva. Namun, adanya penurunan ph akibat asam bakterial, membuat level kejenuhan (supersaturasi) kalsium dan fosfat juga mengalami penurunan sehingga risiko demineralisasi meningkat. ph yang tepat untuk menunjukkan demineralisasi dimulai belum ada, namun demikian, umumnya ph 5,5 sampai 5,0 dipertimbangkan sebagai 13

10 14 ph kritis yang dapat membuat mineral gigi menjadi larut. Ketika demineralisasi berlangsung, lesi karies juga dapat terbentuk. 17 Proses demineralisasi dan remineralisasi adalah proses dinamis, dengan periode dari demineralisasi yang diikuti oleh remineralisasi. Pengaruh demineralisasi dapat dikembalikan jika waktu yang cukup antara pengaruh asiogenik memungkinkan untuk terjadinya remineralisasi. 3 Faktor perlindungan Aliran saliva dan komponen-komponen seperti protein, antibakterial, agent, flourida, kalsium dan fosfat serta diet yang seimbang. Faktor penyebab Fungsi aliran saliva yang berkurang, bakteri Streptococcus mutans dan lactobacillus dan komponen diet; seperti seringnya mengkonsumsi karbohidrat Mencegah Penyebab Gambar 4. Diagram skematik keseimbangan antara faktor perlindungan dan penyebab dalam proses karies. 3 Gambar 4. menunjukkan bahwa karies merupakan proses dinamis. Jika ukuran yang cukup memadai, keseimbangan dapat naik menuju kearah remineralisasi dan secara klinis dapat diketahui karies gigi dapat dihindarkan. Remineralisasi enamel dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium dan fosfat dalam biofilm, saliva atau bahan yang berklasifikasi. Kadar kalsium dan fosfat yang meningkat dapat menyebabkan pengendapan yang cepat fase mineral dan kalsium-fosfat pada permukaan enamel. Tindakan ini dapat menutup pori-pori yang memberikan jalan masuk kebawah permukaan demineralisasi enamel, selanjutnya membatasi remineralisasi yang mendasari lesi demineralisasi dibawah permukaan enamel, disebabkan oleh ketidakleluasaan daya larut dari mineral kalsium-fosfat dalam fase daya larut dari biofilm pada ph netral. Peningkatan konsentrasi ion kalsium dan fosfat 14

11 15 didalam biofilm menyebabkan pengendapan dari fase mineral, sama dengan yang terlihat pada pembentukan kalkulus Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Spektrofotometer Serapan atom merupakan suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. SSA terdiri dari komponen sumber cahaya, tempat sample, monokromator dan detektor. Prinsip kerja SSA pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar molekul atau ion senyawa dalam larutan. Atom-atom menyerap sinar tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya SSA meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom, banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis unsurnya

12 Landasan Teori Saliva senantiasa membasahi gigi dan mukosa mulut, fungsinya sebagai larutan pembersih, pelicin, buffer dan penyimpanan dari ion kalsium dan fosfat, yang penting untuk remineralisasi awal lesi karies gigi. 5 Komposisi saliva terdiri atas 99% air dan 1% terdiri atas ion dan unsur organik. Ion penting dalam saliva adalah kation Na + dan K +, anion Cl - dan bikarbonat (HCO 3 ). Elektrolit lain yang terdapat dalam saliva seperti kalsium, fosfat, fluorida, tiosianat, magnesium, sulfat dan iodin. Unsur organik saliva seperti protein, karbohidrat, lipid dan molekul organik kecil. 11 Saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara yaitu: aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan memfermentasi karbohidrat dari rongga mulut. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan asam penurunan ph yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan ph saliva erat hubungan nya dengan kecepatan sekresinya. 25 Volume saliva dengan stimulasi yang normal berkisar lebih dari 5,0 ml/5 menit, rendah 3,5-5,0 ml/5 menit dan hiposalivasi kurang dari 3,5 ml/5 menit. 26 Volume saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk derajat hidarsi, posisi tubuh, terpapar cahaya matahari. 27 Penurunan ph mulut dibawah 5,5 akan menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel gigi. Salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap tingkat keasaman ph mulut adalah ph saliva. 28 Kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit didalam saliva terdapat dalam bentuk ion. Kadar normal kalsium saliva adalah 1-2 mmol/liter. Interaksi antara plak dan saliva mempunyai peranan penting dalam mineralisasi, karena saliva merupakan sumber utama ion anorganik kalsium yang berperan membantu proses pembentukan kalkulus. 15 Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi pada enamel, dentin dan sementum, yang dihasilkan oleh fermentasi dari diet karbohidrat, Karies ditandai adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi, tapi proses penyakit dimulai dalam biofilm bakteri (plak gigi) yang menutupi suatu permukaan gigi. 1 16

13 17 Etiologi karies gigi bersifat multifaktorial. Perkembangan karies gigi melibatkan beberapa faktor yaitu host, plak, substrat dan waktu. 1,2 Mekanisme dari proses karies mirip pada semua tipe karies, bakteri endogen lebih banyak mutans streptococci (Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus) dan Lactobacillus spp di dalam biofilm menghasilkan asam organik sebagai hasil metabolisme fermentasi karbohidrat, asam ini menyebabkan nilai ph lokal menurun dibawah nilai kritis sehingga menyebabkan demineralisasi pada jaringan gigi. Jika difusi dari kalsium, fosfat dan karbonat keluar dari gigi secara terus-menerus pada kavitas gigi akan terjadi demineralisasi dan dikembalikan dalam tingkat semula dengan kemabalinya kalsium dan fosfat. 1 Proses demineralisasi dan remineralisasi adalah proses dinamis, dengan periode dari demineralisasi yang diselang selingi oleh remineralisasi. Pengaruh demineralisasi dapat dikembalikan jika waktu yang cukup antara pengaruh asiogenik memungkinkan untuk terjadinya remineralisasi. 3 17

14 Kerangka Teori Saliva Fungsi Saliva Pembersihan Pelumasan Antimikroba Remineralisasi Kuantitas dan kualitas saliva Laju aliran ph Kapasitas buffer Volume Komposisi saliva, elektrolit: Kalsium, fosfat, fluorida, tiosianat, magnesium, sulfat dan iodin Kuantitas dan kualitas normal saliva Laju aliran ph Kapasitas buffer Volume Laju aliran saliva dan sistem pertahanan rongga mulut Hiposalivasi kuantitas dan kualitas saliva Laju aliran ph Kapasitas buffer Volume Bebas karies Remineralisasi: ph biofilm dikembalikan oleh saliva yang bertindak sebagai buffer pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat dan mineral yang keluar dari enamel Demineralisasi: Karies Patogen esis Streptoc occus mutans dalam biofilm dapat memfermentasi Etiolgi Bakteri Subsrat Host Waktu 18

15 Kerangka konsep Saliva Stimulated whole saliva Bebas karies Karies Kuantitas dan kualitas normal saliva Laju aliran Ph Kapasitas buffer Volume Penurunan Kuantitas dan kualitas saliva Laju aliran ph Kapasitas buffer Volume Perbedaan kuantitas dan kualitas per saliva Volume saliva? ph saliva? Kadar kalsium saliva? 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi adalah karies. 1 Karies merupakan penyakit multifaktorial dan kronis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1. KARIES GIGI 2.1.1. Definisi Karies gigi adalah kerusakan gigi yang progresif akibat karbohidrat melekat pada permukaan gigi dan menyebabkan aktifnya metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies merupakan suatu proses hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan berkelanjutan dari jaringan gigi seperti email, dentin, sementun, dan permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA HPO 4. 11 Ada beberapa fungsi saliva yaitu membentuk lapisan mukus pelindung pada 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi sejumlah besar populasi. Proses karies mempengaruhi mineralisasi gigi, enamel, dentin, dan sementum, serta disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies gigi adalah penyakit kronik, prosesnya berlangsung sangat lama berupa hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari permukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies gigi adalah penyakit kronik, prosesnya berlangsung sangat lama berupa hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari permukaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Karies Gigi 2.1.1 Definisi Karies Gigi Karies gigi adalah suatu proses kronis hilangnya ion-ion mineral dari enamel mahkota gigi atau permukaan akar yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ganja adalah tanaman Cannabis sativa yang diolah dengan cara mengeringkan dan mengompres bagian tangkai, daun, biji dan bunganya yang mengandung banyak resin. 1 Ganja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang sering terjadi di dalam rongga mulut yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras, ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 tentang daftar pola sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia. Di negara maju dan negara yang sedang berkembang, prevalensi karies gigi cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Menyikat Gigi a. Metode Menyikat Gigi Metode menyikat yang dikenal di kedokteran gigi dibedakan berdasarkan gerakan yang dibuat sikat, pada prinsipnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai  , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat mengenai email, dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ph dan Saliva 1. PH Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala ph, yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H + ( dan juga OH - ) didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan

Lebih terperinci

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Nidia Alfianur 1, Budi Suryana 2 1, 2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. 36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit kronis yang sering terjadi pada anak-anak. Rasa sakit pada karies yang tidak dirawat akan mempengaruhi kehadiran di sekolah, makan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk menentukan atau mengukur derajat asam atau basa saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental, dengan rancangan pre and post test control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan dihilangkan bijinya, merupakan makanan ringan populer yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi 2.1.1 Definisi Karies Gigi Karies merupakan proses hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari jaringan gigi seperti, email,dentin, dan sementum,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva merupakan cairan oral yang disekresikan oleh tiga pasang kelenjar utama (parotid, submandibula, dan sublingual) dan beberapa kelenjar minoryang disalurkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluor Fluorida adalah suatu elemen alami yang dapat ditemukan pada air minum dan di dalam tanah pada berbagai konsentrasi. Fluorida merupakan mineral yang sangat bermanfaat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA 04111004066 Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saliva Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang mengkonsumsi air minum dari air PAH dan air PDAM di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES OLEH : Feradatur Rizka Eninea 11.1101.1022 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Flora mulut pada manusia terdapat berbagai mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah*** PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak 2.1.1 Defenisi Plak Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut mengandung berbagai macam komunitas bakteri yang berlimpah dan kompleks yang menghuni bagian atau permukaan yang berbeda dari rongga mulut. Ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan mayor dari ekosistem yang kompleks ini yaitu dental plak yang berkembang secara alami pada jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Karies Gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Saliva dan Anatomi Glandula Saliva Saliva adalah suatu cairan dalam rongga mulut yang mempunyai peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut adalah pintu gerbang sistem pencernaan manusia yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Di dalamnya terdapat fungsi perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Usia 3-6 tahun adalah periode anak usia prasekolah (Patmonodewo, 1995). Pribadi anak dapat dikembangkan dan memunculkan berbagai potensi

Lebih terperinci