TINJAUAN PUSTAKA. (Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008). Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)
|
|
- Ida Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008). Dalam ketentuan Intruksi Menteri dalam negeri no 14 tahun 1988 tentang Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) merupakan titik berat dari ruang terbuka kota yang diwujudkan dalam bentuk taman, jalur hijau, hutan kota, lapangan dan pekarangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat dalam kota baik berupa koridor/ jalur maupun area/penghubung/tempat pemberhentian dimana unsur hijau atau vegetasi yang alami dan sifat ruang yang terbuka lebih dominan (Hakim, 2002) Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi sebagai berikut: A. Fungsi utama (intrinsik) yaitu: 1) Fungsi ekologis yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) 2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar 3) Sebagai peneduh 4) Penghasil oksigen 5) Penyerap air 6) Penyerap polutan dari media udara, air dan tanah 6
2 7) Penahan angin B. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: 1) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal 2) Merupakan media komunikasi warga kota 3) Tempat rekreasi 4) Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam C. Fungsi ekonomi yaitu : 1) Sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur 2) Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain. D. Fungsi estetika yaitu : 1) Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro seperti halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro yaitu lansekap kota secara keseluruhan 2) Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota 3) Pembentuk faktor keindahan arsitektural 4) Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun. Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama diatas dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati (Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008). 7
3 Dalam Irwan (2008) mengelompokkan ruang terbuka hijau berdasarkan bentuk, yaitu sebagai berikut : 1. Jalur yaitu komunitas vegetasinya tumbuh mengikuti jalur bentukan alam (seperti pantai, sungai dan lembah) dan bentukan manusia (seperti jalan dan saluran). 2. Menyebar yaitu komunitas vegetasinya tumbuh menyebar berupa rumpun atau gerombol kecil seperti yang tumbuh di pekarangan atau halaman-halaman bangunan maupun yang ditanam pada lahan sisa dan median jalan. 3. Bergerombol atau menumpuk yaitu komunitas vegetasinya terkonsentrasi di suatu tempat dengan paling sedikit 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan yang tumbuh seperti bentukan hutan alam. Jalur Hijau Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Penyebab kurangnya luasan jalur hijau area di kota-kota besar secara umum adalah: 1) industrialisasi, 2) pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik, 3) tidak adanya mekanisme kontrol yang baik untuk 8
4 mempertahankan jalur hijau dan 4) daya dukung lingkungan yang sudah berkurang memperburuk kondisi perkotaan (Basri, 2009). Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20 30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan dua hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah (Tutur, 2011). Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan (2008) menyebutkan bahwa sabuk hijau atau jalur hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. Jalur hijau unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan partikel melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al,2003). Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) tentang tata cara perencanaan teknik lansekap jalan nomor 033/t/bm/1996, pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. 9
5 Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman perdu atau semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain :perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam melakukan perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok atau gugur. Usaha untuk menurunkan tingkat polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah dengan upaya green belt development.green belt development merupakan solusi yang tepat karena secara ekonomi dan teknologi layak dikembangkan.upaya ini dibagi menjadi 2 solusi yaitu berdasarkan parameter biofisik dan sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud disini adalah bagaimana pengembangan green belt yang ideal dan bermanfaat optimum untuk suatu kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar green belt dan jarak green belt dari pusat pencemar (Basri, 2009). Persyaratan untuk pohon peneduh jalan menurut Departemen Kehutanan (1992) adalah sebagai berikut : a) Mudah tumbuh pada tanah yang padat b) Tidak memilki akar yang besar di permukaan tanah c) Tanah tahan terhadap hembusan angin yang kuat d) Dahan dan ranting tidak mudah patah e) Pohon tidak mudah tumbang f) Buah tidak terlalu besar g) Serasah yang dihasilkan sedikit h) Tahan terhadap pencemar dari kendaraan motor dan industri i) Luka akibat benturan mobil mudah sembuh 10
6 j) Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap k) Kompatibel dengan tanaman lain l) Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhannya indah Pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan pohon Glodokan (Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Hal ini dikarenakan kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran (Antari dan Sundra, 2002). Beberapa jenis tanaman pelindung yang biasa ditanam di sisi kanan kiri jalan ataupun ditengah terbagi menjadi 3 bagian yaitu jenis pohon besar, jenis pohon sedang dan jenis pohon kecil. Jenis pohon besar yaitu kenari (Canarium vulgare), mahoni (Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), palem raja (Oreodoxa regia), saga (Adenanthera pavoninna), asam jawa (Tamarindus indica) dan bungur (Lagestroemia londonii). Jenis pohon sedang yaitu glodokan (Polyalthia longifolia), tanjung (Mimusops elengi), cemara kipas (Thuja occidentalis) dan biola cantik (Ficus lyrata). Sedangkan jenis pohon kecil yaitu palem merah (Cryrtostachys lakka), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem putri (Vitsia merini) dan pinang (Areca catechu) (Nazaruddin, 1996). Sedangkan menurut Permen PU nomor 05/prt/m/2008, fungsi dan kriteria vegetasi RTH jalur jalan dibagi menjadi beberapa fungsi dengan kriteria vegetasi sebagai berikut : 11
7 1) Vegetasi peneduh : a. Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median) b. Percabangan 2 m di atas tanah c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk d. Bermassa daun padat e. Berasal dari perbanyakan biji f. Ditanam secara berbaris g. Tidak mudah tumbang. 2) Vegetasi penyerap polusi udara : a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Memiliki kegunaan untuk menyerap udara c. Jarak tanam rapat d. Bermassa daun padat. 3) Vegetasi peredam kebisingan : a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Membentuk massa c. Bermassa daun rapat d. Berbagai bentuk tajuk. 4) Vegetasi pemecah angin : a. Tanaman tinggi, perdu atau semak b. Bermassa daun padat c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat < 3 m. 5) Vegetasi penahan silau lampu kendaraan : 12
8 a. Tanaman perdu atau semak b. Ditanam rapat c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat Menurut Dahlan (2004) persyaratan penting dalam pemilihan jenis pohon pelindung jalan diantaranya adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tapi tidak terlalu teduh, agar tidak mengganggu lalu lintas.tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong dalam jenis tanaman yang mempunyai batang dan percabangan kuat, tidak mudah patah serta memiliki kelenturan yang cukup, sehingga pada saat tertiup angin yang kuat, tanaman tidak patah jatuh menimpa pemakai jalan.tanaman juga tidak mudah roboh, karena memiliki perakaran yang kuat serta akarnya menghujam masuk ke dalam tanah, tidak menyebar di atas permukaan tanah saja.fungsi tanaman pelindung antara lain sebagai paru-paru kota karena tumbuhan itu menghasilkan gas oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, sebagai penyerap gas/partikel beracun untuk mengurangi pencemaran udara, sebagai peredam kebisingan dan sebagai habitat burung. Jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur hijau sebaiknya tidak hanya mempunyai satu manfaat, melainkan ada manfaat lain yaitu dari aspek ekologis,aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan.bagian dari tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatannyaadalah dari organ (batang, daun, buah, bunga dan perakaranya sertasifat perkembangannya. Sebagai contoh, dari tajuk, bunga dan daundapat menimbulkan kesan keindahan (estetika), dari beberapa bungayang mengeluarkan aroma segar dan warna yang menarik, batang 13
9 dandaun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalangangin, penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012) Kualitas Pohon Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk jaringan kalus baru guna merangsang penyembuhan luka dan dapat menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 1992). Menurut Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (2008) Kriteria pemilihan vegetasi untuk jalur hijau ini adalah sebagai berikut: a) Peredam kebisingan : untuk fungsi ini dipilih penanaman dengan vegetasi berdaun rapat. Pemilihan vegetasi berdaun rapat berukuran relatif besar dan tebal dapat meredam kebisingan lebih baik b) Ameliorasi iklim mikro : tumbuhan berukuran tinggi dengan luasan area yang cukup dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari c) Penapis cahaya silau : peletakan tanaman yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dan menyerap cahaya d) Mengatasi penggenangan 14
10 Pada pohon berdaun lebar seperti angsana, glodokan, kerai payung dan kenari ketidakseimbangan antara beban batang, tajuk dan ukuran tajuk dengan kemampuan menopang akar merupakan kelemahan struktural yang umum terjadi. Kelemahan lain adalah mudah busuknya bagian dalam batang yang menjalar ke dahan atau ranting dan terkadang kelainan ini tidak terlihat dari luar. Pada pohon berdaun jarum seperti pinus dan cemara, kelemahan struktural biasanya terjadi pada pangkal akar dan daerah perakaran (Pramukanto, 2007). Penelitian yang dilakukan Wonorahardjo et al (2007) menyatakanpengendalian iklim mikro kota dapat dilakukan dengan vegetasi dan infrastruktur lainnya seperti jalan, lapangan terbuka dll. Hasil penelitian didapatkan bahwa vegetasi berupa pohon sangat berpengaruh positif terhadap lingkungan termalnya dalam hal laju penurunan temperatur udara dan temperatur udara rata-rata.dengan demikian berubahnya lingkungan termal tidak dapat dianggap sebagai fenomena pemanasan global saja, karena terbukti dalam skala lingkungan mikro (kawasan kota) aspek karakteristik fisik permukaan seperti kualitas vegetasi dan tutupan lahan sangat berpengaruh pada temperatur udara sekitar perkotaan. Penelitian yang dilakukan Manik (2011) menyatakan bahwa pepohonan yang ada di jalur hijau di lokasi penelitian memiliki kualitas yang sangat bagus dari segi kesehatan, karena hanya sedikit pohon yang dijumpai dalam keadaan tidak sehat. Tetapi dari segi teknis kualitas pohon sangat buruk karena banyak pepohonan dikawasan jalur hijau tersebut yang mengganggu pondasi trotoar karena akar pohon menembus badan trotoar, disamping itu jarak tanaman juga tidak efektif karena kita melihat tajuk antar pepohonan sangat mengganggu 15
11 keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga pepohonan di lima kawasan jalur hijau yang dilakukan penelitian penanamannya kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan. Peraturan Pemerintah no 63 tahun 2002 pasal 15 ayat (2), menawarkan bentuk-bentuk hutan kota, yaitu : jalur, mengelompok atau menyebar. Lalu diatur dalam pasal 8 ayat (2) menyatakan luas hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Kaitanyya dengan pasal 15 ayat (2) untuk keperluan ameliorasi iklim mikro, sebaiknya menekankan pada bentuk jalur dan menyebar dan menghindari bentuk mengelompok. Jika bentuk mengelompok tersebut berada dalam suatu hamparan kompak yang luas, tentu hal ini tidak efektif dan tidak efisien. Tidak efektif karena tidak mengayom seluruh kota, dan tidak efisien karena sebagian vegetasi tidak berperan maksimal dalam mendinginkan areal diluarnya. Pemeliharaan Tanaman pada Jalur Hijau Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup yaitu untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan. Untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan yangkepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007). 16
12 Dahlan (2004) menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan pohon di hutan kota adalah sebagai berikut : 1. Mengganti atau menebang pohon yang sudah tua atau mati. Sebaiknya sebelum pohon itu menjadi tua, sudah disiapkan pohon penggantinya. 2. Perencanaan dan keterpaduan yang baik antar instansi pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh agar tanaman tidak mengganggu fasilitas atau instalasi yang sudah ada (telepon, listrik, air minum maupun saluran drainase) dan sebaiknya pemasangan dan pemeliharaan fasilitas atau instalasi tidak mengganggu hutan kota. 3. Upaya-upaya pemeliharaan seperti pemupukan, pengairan, pemberantasan hama dan penyakit serta gulma perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. 4. Penggemburan tanah perlu dilakukan agar akar dapat tumbuh lebih baik. 5. Pemasangan beton dan penopang tanah di sekeliling perakaran perlu dilakukan agar akar yang muncul keluar dapat ditutupi. 6. Tumbuhan yang tanahnya terancam longsor pada salah satu bidangnya agar dipasangi dinding penopang. 7. Pemangkasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk membang bagian dahan atau ranting tertentu, mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan para pengguna jalan maupun fasilitas disekitarnya dan untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik. 8. Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi kriteria sebagai berikut : mati, membahayakan, saling berhimpitan, sebagian 17
13 besar bagian pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon lain, pohonpohon yang tingkat ancamannya tinggi terhadap bangunan maupun saluran drainase, jalan dan trotoar serta kabel listrik dan telepon. Pohon-pohon yang terdapat luka pada batang akibat pemasangan reklame, spanduk, paku dan lain-lain dapat dilakukan upaya-upaya tertentu. Menurut Haller (1986) dalam Dahlan (1992) menyatakan usaha perawatan terhadap lubang luka dapat dilakukan dengan cara membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sumber penyakit serta membersihkan dan mengecat luka khususnya terhadap kambium yang terbuka. Penyiraman dilakukan untuk menjaga tanaman agar tidak matikekeringan.penyiraman dilakukan setiap hari pada musim kemaraupada pagi hari pukul dan sore hari pukul Siraman tidak boleh terlalu keras sehingga media tanam dan tanamantidak terganggu, dan dilakukan merata pada seluruh tanaman. Airyang dipergunakan untuk menyiram tanaman harus bebas dari segalakotoran minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat mengganggupertumbuhan tanaman dan temperatur air antara Celcius(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pendangiran dan penyiangan merupakan pekerjaan penggemburantanah dan pembersihan tanaman rumput liar di sekitar tanaman,pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekaliagar tanah teraerasi dan memudahkan pertumbuhan akar sehinggatanaman menjadi kokoh.tumbuhan liar harus dicabut sampai keperakarannya dan penggemburan tanahnya harus dilaksanakansecara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.pekerjaan ini tidak perlu dilakukan apabila:tanaman mempunyai perakaran dalam, terutama 18
14 jenis pohon dan pada lokasi yang curam (lereng) karena pekerjaan tersebut dapatmenyebabkan terjadinya erosi(peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan tanamanyang sudah tidak teratur dan mengganggu lingkungan/pandanganbebas pemakai jalan, serta mempertahankan bentuk/dimensi ukurantanaman.pemangkasan terhadap tanaman perdu/semak dilakukanmiring (45 ) dan rata agar air hujan tidak tergenang pada batang yangbaru dipotong.sedangkan rumput dipangkas dengan batas ketebalantidak lebih dari 5 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan pada pemeliharaan rutin dilakukan bertujuan untuk : a. Untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman yang sudah tidakteratur dan mengganggu lingkungan/penglihatan pemakaijalan. b. Untuk menjaga kesehatan tanaman bila ada daun, atau ranting yang terkena penyakit, jamur atau parasit lainnya, perlu segeradipangkas agar tidak meluas ke bagian tanaman lainnya. c. Untuk menghilangkan dahan/ranting yang tua/rusak dan mati. d. Untuk mempertahankan bentuk atau dimensi dan ukurantanaman. e. Untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau panjangsehingga tanaman tidak mati kekeringan (dilakukan pada akhirmusim hujan). f. Untuk mengurangi jumlah daun sehingga dahan tidak patahpada musim hujan. g. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman dengan baik, waktupemangkasan perlu diatur dengan tepat yaitu: i. setelah musim berbunga/berbuah ii. pada akhir musim hujan 19
15 iii. untuk membuat bentuk pohon/tanaman yang ideal seperti yang rencanakan pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman sedang berdaun lebat. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pemupukan tanaman dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekalimenggunakan pupuk anorganik atau pupuk organik/pupuk kandang.penaburan pupuk dilakukan pada tanah yang sudah didangir sedalam0,15 0,20 m di sekeliling batang pohon selebar diameter tajuktanaman. Cara lain pemupukan dengan pupuk anorganik yaitucampuran pupuk dengan air yang kemudian disiramkan di sekelilingperakaran tanaman, sedangkan untuk memupuk daun disemprotkanpada daun(peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pencegahan dan pemberantasan hama atau penyakit tanamandiperlukan untuk menjaga agar tanaman tidak terserang olehhama/penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida ke arah batang,daun serta semua percabangan.penyemprotan tidak boleh dilakukan di bawah sinar matahari yangterik, karena dapat menyebabkan terbakarnya daun.usahakan agarpenyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman. Untuk penggantian tanaman, tanaman yang perlu diganti adalah tanaman yang sudah mati atau rusak serta terkena seranganhama yang parah sehingga dapat menular ketanaman lain(peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). 20
TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperinciREKOMENDASI Peredam Kebisingan
83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan
Lebih terperinciPemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.
PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan
Lebih terperinciBAB VII PENGHIJAUAN JALAN
BAB VII PENGHIJAUAN JALAN Materi tentang penghijauan jalan atau lansekap jalan, sebagian besar mengacu buku "Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996" merupakan salah satu konsep dasar
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5
1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Permasalahan... 4 1.3 Tujuan... 5 BAB II PEMBAHASAN/ISI 2.1 Hakikat Penghijauan Lingkungan... 6 2.2 Peran
Lebih terperinciAnalisis Kualitas Pohon di 5 Jalur Hijau Kota Pematangsiantar (Tree Quality Analysis on Five Green Belt in Pematangsiantar)
1 Analisis Kualitas Pohon di 5 Jalur Hijau Kota Pematangsiantar (Tree Quality Analysis on Five Green Belt in Pematangsiantar) Annie N Hutagalung 1, Delvian 2, Deni Elfiati 2 1 Program Studi Kehutanan,
Lebih terperinciBAB VI R E K O M E N D A S I
BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR.02.6 PEMELIHARAAN RUTIN TAMAN JALAN AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA UPR
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciPemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.
Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain
Lebih terperincike segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan
Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA
Lebih terperinciKONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik
KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan
Lebih terperinciPemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management)
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management) Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP. MAgr, PhD. Tujuan Memahami dasar pemeliharaan dan pengelolaan lanskap Mengaplikasi
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciBUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO
BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan
Lebih terperinciIII. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman
Lebih terperinciIV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai
Lebih terperinciGambar 2. Bagan fungsi jalur hijau
II. TINJAUAN PUSTAKA Jalur hijau harus mempertimbangkan segala aspek sosial, fungsi jalur hijau dan nilai-nilai yang terkandung dalam perencanaannya. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan hal apaa saja yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Kota 2.1.1 Pengertian hutan kota Hutan kota adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaankegunaan
Lebih terperinci===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG
===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
Lebih terperinciManfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan
Lebih terperinciPERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt
68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DAN/ATAU PEMINDAHAN TAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka
TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
Lebih terperinciSALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2010 Menimbang : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN BUNDARAN MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, bahwa hutan kota mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam menunjang
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang
62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DAN TAMAN
1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DAN TAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinci*39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 63/2002, HUTAN KOTA *39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERTAMANAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan keindahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau. RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH
BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun
Lebih terperinciGambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)
48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. RTH dalam Penataan Ruang Wilayah Perkotaan Perkembangan kota merepresentasikan kegiatan masyarakat yang berpengaruh pada suatu daerah. Suatu daerah akan tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan Juni 1972. Permasalahan lingkungan yang
Lebih terperinciTENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang
Lebih terperinciVII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)
VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencegah
Lebih terperinciMenengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry
Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota
TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan
Lebih terperinciINFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI
INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI Saat ini banyak kota besar yang kekurangan ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat sebagai RTH. Padahal, RTH ini memiliki beberapa manfaat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya
165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PEMBAKARAN DAN KEBAKARAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Denah Lokasi Hutan Kota Sungkur Klaten terletak di Kelurahan Sungkur, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Bagian Utara Hutan Kota berbatasan dengan Jalan
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa hutan kota merupakan sumber daya alam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat
Lebih terperinci: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
LAPORAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA ( Taman Nostalgia Kupang ) NAMAA NIM KELAS MK : JONIGIUS DONUATA : 132 385 018 : A : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN
Lebih terperinciWALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI
WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinci