INTEGRASI MASYARAKAT ETNIS BALI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEGRASI MASYARAKAT ETNIS BALI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG"

Transkripsi

1 INTEGRASI MASYARAKAT ETNIS BALI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG A B. Wirawan Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah agusbudiwirawan@gmail.com ABSTRAK Di Kabupaten Parigi Moutong, struktur masyarakat terdiri dari berbagai etnis. Etnis Bali sebagai pendatang di Kabupaten Parigi Moutong menghadapi tantangan untuk berintegrasi dengan masyarakat lokal. Perbedaan antar etnis yang ada akan membawa dampak positif yaitu sebagai kekayaan budaya etnis yang dapat dijadikan modal dasar dalam pembangunan dengan syarat seluruh elemen memahami perbedaan antar etnis dengan menempatkan toleransi sebagai perekat integritas sosial. Namun sebaliknya, perbedaan-perbedaan yang ada akan membawa dampak negatif yaitu sebagai sumber pemicu disintegrasi sosial jika tiap-tiap etnis yang berbeda saling mengedepankan kepentingan kelompoknya dengan mengabaikan keberadaan kelompok sosial lainnya. Hal ini memunculkan permasalahan yaitu bagaimana integrasi yang dilakukan oleh etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong? Apa saja faktor penghambat terjadinya integrasi etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong? Simpulannya, masyarakat etnis Bali telah berupaya untuk berintegrasi dengan masyarakat lokal dengan mengatasi perbedaan antar individu, tidak mengeksklusifkan diri, dan berbaur dalam segala aspek kehidupan. Faktor-faktor yang mengganggu integrasi etnis Bali yaitu sensitifnya isu SARA, kesenjangan ekonomi dan pendidikan, dan perubahan sosial. Kata Kunci: Integrasi, Masyarakat, Etnis 1. Pendahuluan Disintegrasi sosial di tengah-tengah masyarakat kian meningkat. Terutama disintegrasi sosial yang bersifat horizontal, yakni disintegrasi yang berkembang di antara anggota masyarakat. Disintegrasi adalah keadaan anggota masyarakat yang saling bertikai, bertentangan, dan bersaing dengan keinginan untuk saling menyingkirkan, menjatuhkan, mengalahkan, hingga memusnahkan, walaupun harus menggunakan kekerasan untuk mewujudkan keingina tersebut. Disintegrasi dalam masyarakat merupakan proses interaksi yang alamiah karena masyarakat tidak selamanya bebas disintegrasi. Hanya saja, persoalan menjadi lain jika disintegrasi sosial yang berkembang dalam masyarakat berubah menjadi anarkis. Sumadi (2007: ) mengungkapkan bahwa kemajemukan memang bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi akan mampu menjadi alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa, lewat adaptasinya, meskipun tidak sepenuhnya mampu meleburkan diri dalam budaya lokal di daerah bersangkutan, sedangkan di sisi lain merupakan sumber disintegrasi yang laten, jika integrasi dalam masyarakat tidak dapat diwujudkan. Kabupaten Parigi Moutong merupakan kabupaten dengan masyarakat heterogen dengan beragam etnis (multietnis) sehingga menyuguhkan keberagaman budaya (multikultural) dengan ciri khasnya masingmasing. Awal kedatangan masyarakat etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong yaitu ketika ada beberapa masyarakat etnis Bali yang dipindahkan keluar Pulau Bali sebagai hukuman dari raja yang ada di Bali. Pembuangan ke wilayah lain yang umumnya sebagai hukuman ini disebut sebagai maselong. Sekitar tahun 1890, salah satu daerah yang dijadikan sebagai daerah maselong yaitu di wilayah Kabupaten 106 WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

2 Donggala (sekarang Kabupaten Parigi Moutong) tepatnya di Desa Mertasari. Desa Mertasari ditempati oleh suku Kaili sebagai suku asli. Kedatangan orang Bali yang diselong disambut baik dan kemudian terjadi pembauran budaya dan bahasa diantara kedua suku ini. Pada perkembangan berikutnya, program transmigrasi masyarakat etnis Bali menempati daerah-daerah seperti Desa Sumbersari, Torue, Purwosari, Tolai, Balinggi, Sausu, dan beberapa daerah lainnya. Di tengah kemajemukan ini, masyarakat etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong sebagai kaum minoritas berusaha berintegrasi dengan lingkungan sebaik mungkin demi terpelihara dan terciptanya kehidupan yang harmonis. Usaha positif dari masyarakat etnis Bali untuk menjaga stabilitas dan keamanan sosial agar tidak terjadi disharmonisasi dan masalah sosial tidak selamanya berbuah manis. Sejauh ini, belum ada disintegrasi yang memicu kekerasan fisik yang terjadi. Di Desa Pakareme Kecamatan Sausu tahun Permasalahan yang terjadi yaitu masalah persengketaan tanah. Tanah permukiman, persawahan, dan perkebunan yang sudah puluhan tahun ditempati dan diolah oleh masyarakat Etnis Bali kemudian diklaim oleh sekelompok masyarakat lokal yang menyatakan bahwa tanah tersebut adalah milik leluhur mereka. Sempat terjadi ketegangan, tetapi akhirnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Permasalahan lain diantaranya perbedaan sudut pandang tentang halal dan haramnya makanan. Masyarakat etnis Bali yang memelihara dan mengonsumsi daging babi, sedangkan masyarakat lokal yang mayoritas muslim tidak mengonsumsi daging babi. Perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku seperti minum minuman keras, perkelahian, dan mengonsumsi obatobatan terlarang. Remaja dengan latar belakang ekonomi keluarga tinggi umumnya cenderung menunjukkan atau memamerkan miliknya secara berlebihan sehingga memungkinkan munculnya reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial itu antara lain berupa kekaguman, pujian, hormat, pesona, simpati, sikap acuh tak acuh, cemburu, iri hati, ketakutan, penolakan, kemuakan, kebencian, kemarahan hebat, dan tindakan-tindakan konkret. Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana integrasi yang dilakukan oleh etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong? Apa saja faktor penghambat terjadinya integrasi etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong? Secara teoritis, manfaat tulisan ini yaitu dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal integrasi masyarakat Etnis Bali di wilayah transmigrasi untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Secara praktis, bagi masyarakat Etnis Bali di wilayah transmigrasi, tulisan ini dapat memberikan informasi mengenai integrasi dan disintegrasi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dapat lebih mawas diri dalam melakukan hubungan sosial. Bagi majelis keagamaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi disintegrasi yang muncul dalam masyarakat. 2. Hasil dan Pembahasan a. Integrasi dan Disintegrasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998) mengartikan integrasi sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan. Kata kesatuan mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran. Jika pembauran telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala perubahan itu dinamai integrasi. Dalam Bahasa Inggris, integrasi (integration) antara lain bermakna keseluruhan atau WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli

3 kesempurnaan. Hendry (2013: 194) menyebutkan bahwa jika berbagai komponen yang berbeda-beda dalam masyarakat merujuk pada kemajemukan sosial yang telah tercapai dalam suatu kehidupan bermasyarakat, maka proses ini dinamai integrasi sosial. Dalam sosiologi, integrasi sosial berarti proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Dengan demikian, ada dua unsur pokok integrasi sosial. Unsur pertama adalah pembauran atau penyesuaian, sedangkan unsur kedua adalah unsur fungsional. Apabila kemajemukan dalam masyarakat gagal mencapai pembauran atau penyesuaian satu sama lain, maka berarti disintegrasi sosial. Dengan kata lain, kemajemukan gagal membentuk (disfungsional) masyarakat. Pahrudin dkk (2009: ) mengemukakan bahwa kondisi kerukunan hidup beragama akan berubah menjadi disintegrasi jika faktor-faktor penyebab disintegrasi tidak diperhatikan oleh berbagai kelompok masyarakat Etnis Bali beragama maupun pemerintah. Disintegrasi adalah sebuah kondisi yang berlawanan dengan integrasi, yaitu suatu keadaan dimana warga bangsa atau masyarakat yang di dalamnya ada dua pihak atau lebih yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masingmasing pihak disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. Nasikun memberikan batasan bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang menganut berbagai sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya, sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain (dalam Setiadi & Kolip, 2011:550) Para sosiolog mengemukakan bahwa ciri-ciri masyarakat majemuk yaitu: a) masyarakat tersegmentasi ke dalam kelompokkelompok yang memiliki perbedaan subkebudayaan antara satu dan lainnya. Masyarakat majemuk dapar dilihat dari banyaknya perbedaan adat istiadat, bentuk atau model pakaian adat, bahasa, dan agama yang dijadikan sebagai patokan pada tata kelakuan masyarakat. Masyarakat tersegmentasi ke dalam kelompok-kelompok sosiokultural yang beraneka ragam. Perbedaan yang berakibat terkotak-kotaknya masyarakat ini disebut sebagai bentuk segmentasi kelompok sosial; b) memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. Nonkomplementer dapat diartikan tidak saling melengkapi, sehingga tidak ada sifat nonkomplementer antar lembaga berarti antara lembaga satu dan lainnya tidak ada hubungan keterkaitan atau korelasional. Ini berarti masing-masing lembaga sosial berdiri sendiri. Sifat 108 WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

4 kemandirian antar lembaga ini disebabkan oleh karakter masing-masing asosiasi yang berbeda-beda. c) kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar. Konsensus antar lembaga tidak bersifat mengakar sebab keragaman cara pandang antar lembaga tidak mampu mengikis ideologi atau cara pandang masing-masing asosiasi sosial yang ada; d) seringkali mengalami disintegrasi antara kelompok satu dan kelompok lain, akan tetapi juga sering terintegrasi jika terdapat persamaan kepentingan, cara pandang, tujuan, atau kadang-kadang juga integrasi sering terjadi melalui proses paksaan. Perbedaan tujuan dan cara pandang tentang suatu persoalan akan menimbulkan berbagai macam persoalan sosial seperti persaingan, contravention, dan disintegrasi. Tetapi jika antar asosiasi terdapat persamaan pandang dan tujuan biasanya akan melakukan konsolidasi di antara mereka; e) terjadi dominasi politik suatu kelompok atau oleh aliansi kelompok terhadap kelompok lain yang lemah (Setiadi & Kolip, 2011: ). Memperhatikan ciri-ciri masyarakat majemuk yang dikemukakan oleh para sosiolog di atas, maka salah satu dampak dari kemajemukan sosial adalah disintegrasi sosial yaitu proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain karena ada perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau tuntutan masing-masing pihak. Disintegrasi merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga disintegrasi bersifat inheren, artinya disintegrasi akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dari setiap disintegrasi ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar disintegrasi sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan. Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya disintegrasi yaitu adanya hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebuatan atas sumber-sumber kepemilikan, status sosial, dan kekuasaan (power) yang jumlah ketersediaannya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat. b. Integrasi Sosial yang dibangun oleh Etnis Bali Kabupaten Parigi Moutong berbatasan langsung dengan Kabupaten Poso yang pernah dilanda konflik. Oleh karena itu, isu SARA masih dianggap hal yang sensitif untuk diangkat ke permukaan dalam wacana dialog di daerah tersebut. Integrasi sosial antara etnis Bali dengan masyarakat lokal di Kabupaten Parigi Moutong memiliki keunikan tersendiri, mengingat jumlah etnis Bali yang ada di Kabupaten Parigi Moutong paling besar dibanding etnis Bali di kabupaten lainnya se- Sulawesi Tengah. Integrasi akan timbul karena orientasi antar elemen-elemen sosial memiliki perasaan in group terhadap kelompoknya, dan WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli

5 kelompok lain di luar kelompoknya (out group). Perbedaan antar individu, mengharuskan masyarakat Etnis Bali sebagai pendatang di wilayah transmigrasi untuk berintegrasi dengan masyarakat lokal wilayah transmigrasi tersebut. Integrasi penting dilaksanakan karena mengingat perbedaan antar individu yang dimiliki masing-masing kelompok agar tercipta toleransi diantara kedua belah pihak. Interaksi dan komunikasi yang intensif antara masyarakat Etnis Bali dengan masyarakat asli wilayah transmigrasi memungkinkan terjadinya integrasi diantara mereka guna menuju masyarakat yang harmonis. Masyarakat Etnis Bali dituntut untuk selalu mawas diri dan tidak mengeksklusifkan diri bersama kelompoknya dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi bagaimana membuka diri dan berintegrasi sesuai dengan norma yang berlaku serta tidak menonjolkan identitas agama pada interaksi sosial secara berlebihan. Hubungan internal (in group) antara sesama masyarakat Etnis Bali juga harus harmonis dan saling berintegrasi, tidak boleh terpecah belah atau terkotak-kotak, sehingga ketika ada permasalahan atau isu yang melibatkan masyarakat Etnis Bali maka seluruh komponen akan bersatu, bersamasama mencari jalan keluar atau solusi mengatasi permasalahan tersebut. Dalam kehidupannya, masyarakat Etnis Bali terkumpul dalam suatu organisasi sosial religius yang disebut Desa Pakraman. Desa Pakraman merupakan wadah kehidupan bersama yang didasarkan pada petunjukpetunjuk kerohanian sebagai dasar untuk bekerja dan bertingkah laku. Petunjuk kerohanian yang dimaksud adalah agama Hindu itu sendiri sebagai sumber penataan hidup. Menurut Lancar (2009:60), Desa Pakraman dibentuk atas dasar tiga unsur yaitu unsur Ketuhanan, usur kemasyarakatan, dan unsur teritorial atau wilayah. Terciptanya keseimbangan ketiga unsur tersebut dalam kehidupan masyarakat Etnis Bali yang tergabung dalam Desa Pakraman, maka diharapkan dapat terjalin simakrama yang harmonis antar warga pakraman dan lestarinya adat-istiadat, seni dan sosial budaya yang berlandaskan agama Hindu. Keharmonisan yang terjalin antara komponen-komponen sistem ini kemudian dapat direfleksikan dalam kehidupan bermasyarakat di luar Desa Pakraman, yaitu membangun keharmonisan melalui Desa Pakraman. Setiap kehidupan sosial masyarakat akan terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi sejumlah kekuatan-kekuatan lain. Benturan antar kepentingan baik secara ekonomi ataupun politik. Untuk mengatasi kesenjangan ekonomi antara masyarakat Etnis Bali dengan masyarakat lokal wilayah transmigrasi, maka untuk mengantisipasi agar tidak muncul disintegrasi karena perbedaan tingkat ekonomi di antara kedua pihak, masyarakat Etnis Bali sebaiknya tidak bergaya hidup mewah, tidak menunjukkan sebagai orang yang tingkat ekonominya tinggi, namun sebaiknya dapat menerapkan pola hidup yang 110 WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

6 sederhana menyesuaikan diri dengan lingkungan agar kesenjangan itu tidak begitu nampak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga kecemburuan sosial dapat diminimalisir demi terciptanya keharmonisan. Menurut Setiadi dan Kolip, (2011:581) dalam mengembangkan integrasi sosial dalam rangka manghindarkan diri dari disintegrasi sosial, maka perlu ditempuh beberapa langkah yaitu: a) menegakkan konsensus antar individu atau antar kelompok sosial. Dalam poin ini perlu diintegrasikan semua komponen sosial yang berupa kesepakatan antar anggota masyarakat terhadap nilai-nilai sosial yang ada; b) mengembangkan peran struktur masyarakat secara silang-menyilang. Ini artinya, konsensus akan mudah terjalin apabila dilakukan pembauran antar komponen sosial yang berbeda melalui hubungan silangmenyilang (cross-cutting affiliations). Berdasarkan langkah pertama yang dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip tersebut, maka masyarakat Etnis Bali dalam mengatasi penyebab disintegrasi yang berupa masalah remaja, dipandang perlu untuk menginternalisasikan nilai-nilai dan normanorma sosial dalam kehidupan demi menghindari adanya penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh remaja seperti mengonsumsi narkoba, berkelahi, dan mabuk-mabukan. Nilai dan norma memiliki hubungan yang saling terkait, kendati keduanya memiliki perbedaan. Jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan dari nilai yang di dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindakan (aksi). Terjadinya perilaku yang tidak sejalan dengan nilai dan norma sosial disebabkan oleh unsur kesengajaan karena nilai-nilai dan norma sosial dianggap sebagai ikatan yang mengurangi kebebasan perilaku mereka, serta unsur ketidaktahuannya karena tidak tersosialisasinya seperangkat nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Melalui proses sosialisasi, para anggoa masarakat belajar mengetahui dan memahami perilaku mana yang diharuskan, diperbolehkan, dianjurkan, dan tidak boleh dilakukan. Proses sosialisasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang melakukan sosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Internalisasi adalah proses yang dilakukan oleh pihak yang tengah menerima sosialisasi. Dalam proses ini, pihak yang diinternalisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari pesan yang diterima. Langkah selanjutnya adalah meresapkan dan mengorganisasi hasil pemahaman ke dalam ingatan dan batinnya. Proses sosialisasi dapat diberikan oleh keluarga, tokoh-tokoh agama, maupun majelis keagamaan. Setelah mendapatkan internalisasi nilai dan norma, diharapkan remaja tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Langkah kedua yang dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip yaitu mengembangkan peran struktur masyarakat secara silang-menyilang. Artinya, konsensus akan mudah terjalin apabila dilakukan pembauran antar komponen WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli

7 sosial yang berbeda melalui hubungan silangmenyilang. Pembauran dapat dilakukan misalnya saat masyarakat Etnis Bali melaksanakan kegiatan dharma shanti yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mempererat hubungan persaudaraan baik inter maupun antar masyarakat Etnis Bali beragama. Seperti halnya di Kabupaten Parigi Moutong, ketika diadakan kegiatan dharma shanti maka selalu mengundang tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama dari agama sahabat sehingga melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan toleransi dalam kehidupan beragama. Sering dalam kegiatan ini juga dipentaskan tari-tarian dari etnis lain. Dengan demikian, integrasi dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan dapat tercipta dengan selalu menjunjung tinggi toleransi tanpa mempermasalahkan perbedaanperbedaan yang ada. Ketika masyarakat lokal atau masyarakat non Hindu melaksanakan kegiatan atau hari raya keagamaan mereka, maka masyarakat Etnis Bali menghargai dan menghormatinya. Demikian juga ketika masyarakat Etnis Bali melaksanakan upacara keagamaan disesuaikan dengan lingkungan sekitar tempat tinggal atau desa, kala, dan patra. Dilakukannya pembauran antar komponen sosial yang berbeda melalui hubungan silang-menyilang ini diharapkan dapat mengatasi akar penyebab disintegrasi yang keempat yaitu perbedaan kebudayaan. Meninggalkan sikap primordialisme yang akan menjerumuskan kehidupan berbangsa dan bernegara kepada pola-pola sikap yang bersifat etnosentrisme, ekstremisme, dan konservatisme yang berlebihan. c. Faktor-faktor yang Mengganggu Integrasi Sosial Etnis Bali. Faktor-faktor yang dapat mengganggu integrasi sosial Etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Sensitifnya isu SARA Secara umum harus diakui, secara keseluruhan di wilayah Kabupaten Parigi Moutong sensitif dengan persoalan etnisitas. perbedaan kebudayaan, yang mengakibatkan adanya perasaan in group dan out group yang biasanya diikuti oleh sikap etnosentrisme kelompok, yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal, beradab diantara kelompok lain. Jika masing-masing kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial samasama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu timbulnya disintegrasi antar penganut kebudayaan. Isu SARA yang cukup mengganggu integrasi yang dilakukan oleh Etnis Bali, antara lain dalam hal makanan dan perkawinan. Etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong pada umumnya beragama Hindu, sebagaian kecil ada yang beragama Kristen. Hewan ternak yang umumnya dipelihara dan dikonsumsi oleh etnis Bali adalah ternak babi. Padahal, bagi masyarakat lokal yang mayoritas beragama Islam, babi adalah haram hukumnya. Inilah salah satu yang menjadi penghambat terjadinya integrasi. Ketika ada pesta yang dilaksanakan oleh etnis Bali, tidak terjadi pembauran yang sempurna karena 112 WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

8 tempat makan untuk etnis Bali dipisahkan dengan yang muslim. Isu SARA lain yang cukup mengganggu yaitu perkawinan antar etnis. Etnis Bali yang beragama Hindu atau Kristen menikah dengan masyarakat lokal yang beragama muslim, juga menjadi isu yang cukup kental di masyarakat. Isu bahwa etnis pendatang mau menghindukan atau mengkristenkan masyarakat lokal sering mengemuka di kalangan masyarakat. Keharmonisan akan tercapai jika antar kelompok dapat memahami perbedaan yang ada dengan menempatkan toleransi sebagai perekat integritas sosial. Permasalahan perbedaan kebudayaan dapat dikatakan sebagai kemajemukan horizontal artinya adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan disintegrasi yang masingmasing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum ada konsensus nilai yang menjadi pegangan bersama, maka akan menimbulkan disintegrasi. 2. Kesenjangan Ekonomi dan Pendidikan Benturan antar kepentingan ekonomi sering menjadi faktor penghambat integrasi. Benturan kepentingan ekonomi dipicu oleh makin bebasnya berusaha, sehingga banyak di antara kelompok pengusaha saling memperebutkan wilayah pasar dan perluasan wilayah untuk mengembangkan usahanya. Kesenjangan ekonomi yaitu perbedaan tingkat ekonomi antara masyarakat Etnis Bali dengan masyarakat lokal wilayah transmigrasi dapat menjadi benih timbulnya disintegrasi. Kesuksesan dan kemajuan yang diraih oleh masyarakat Etnis Bali dengan kerja keras mereka dapat memunculkan kecemburuan dari masyarakat lokal serta memunculkan prasangka-prasangka bahwa masyarakat Etnis Bali menjajah atau ingin menguasai wilayah mereka. Dari segi pendidikan, masyarakat Etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong sangat mengutamakan pendidikan, sehingga bermacam-macam profesi dapat digeluti oleh masyarakat Etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong dan salah satunya adalah terjun ke dunia politik. Masalah dalam bidang ekonomi dan pendidikan ini dapat dikategorikan sebagai kemajemukan vertikal artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan disintegrasi sosial karena ada sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan, dan kewenangan yang besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Polarisasi masyarakat seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya disintegrasi sosial. Singkat kata, distribusi sumber-sumber nilai di dalam masyarakat yang pincang akan menjadi penyebab utama timbulnya disintegrasi. WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli

9 3. Perubahan Sosial Perubahan sosial, yang terjadi secara mendadak biasanya menimbulkan kerawanan disintegrasi. Disintegrasi dipicu oleh keadaan perubahan yang terlalu mendadak biasanya diwarnai oleh gejala dimana tatanan perilaku lama sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman, sedangkan tatanan perilaku yang baru masih simpang siur sehingga banyak orang kehilangan arah dan pedoman perilaku. Keadaan demikian ini, memicu banyak orang bertingkah semau gue yang berakibat pada benturan antar kepentingan baik secara individual maupun antar kelompok. Contohnya yaitu masalah remaja etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong. Kehidupan ekonomi para transmigran etnis Bali yang cukup mapan membuat remaja etnis Bali di Kabupaten Parigi Moutong mulai mengalami perubahan dalam pergaulannya. Pada awal masa transmigrasi, remaja etnis Bali terkenal berprestasi di bangku sekolah maupun kuliah. Tetapi, seiring perkembangan waktu mulai banyak kenakalan remaja etnis Bali yang terjadi, merosot dalam prestasi belajar, dan berkonflik dengan remaja dari etnis lain. Masa remaja adalah fase perkembangan anak yang menginjak antara masa anak-anak ke masa dewasa. Masa tersebut dianggap juga sebagai masa transisi. Di masa-masa tersebut biasanya anak memiliki kecenderungan untuk mencari figur yang menjadi idola. Anak juga dihadapkan pada permasalahan pencarian jati diri ditambah lagi di dalam jiwanya terdapat perasaan ingin diperhatikan oleh lingkungan masyarakatnya. Akibatnya, anak tersebut sering melakukan tindakan dan gaya sebagaimana tokoh yang diodalakan. Dia juga dapat terjebak dalam tindakan kontroversial seperti terjerumus ke dalam tindakan menyimpang seperti mengonsumsi narkoba, berkelahi, dan mabuk-mabukan. Perilaku penyimpangan tersebut semata-mata dipicu oleh karakter sebagai remaja yang masih labil jiwanya sehingga bertingkah semau gue. d. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Masyarakat etnis Bali telah berupaya untuk berintegrasi dengan masyarakat lokal dengan mengatasi perbedaan antar individu, tidak mengeksklusifkan diri, dan berbaur dalam segala aspek kehidupan. Faktor-faktor yang mengganggu integrasi etnis Bali yaitu sensitifnya isu SARA, Kesenjangan ekonomi dan pendidikan, dan perubahan sosial. Saran bagi masyarakat Etnis Bali, hendaknya dapat melakukan integrasi dengan masyarakat lokal melalui terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Selalu mawas diri, sebisa mungkin tidak begitu menampakkan kemewahan atas kesuksesan yang telah diraih agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Selalu berusaha berinteraksi dengan baik antar masyarakat Etnis Bali agar tercipta saling pengertian dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi para remaja Etnis Bali, selalu mematuhi norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan negatif yang dapat merugikan berbagai pihak. Bagi majelis 114 WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

10 keagamaan yaitu Parisada, hendaknya selalu mengawasi dan melihat keadaan masyarakat Etnis Bali di wilayahnya, memberikan bimbingan kerohanian dan sosialisasi pentingnya kerukunan antar masyarakat Etnis Bali beragama menuju keharmonisan bersama. Pemecahannya. Jakarta: Kencana. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sumadi, Ketut Apresiasi Estetika dan Etnis Multikultur di Indonesia: Mencegah Disharmoni, Menjaga Kebertahanan NKRI (dalam Mudra: Jurnal Seni Budaya. Volume 21). Institut Seni Indonesia Denpasar. DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara Achmad, Nur Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta: Kompas. Balipost.com Sejak 1953 Bali Kirim KK Transmigran (dalam Balipost.com diakses tanggal 24 Juni 2013). Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Ekopriyono, Adi The Spirit of Pluralism: Menggali Nilai-Nilai Kehidupan, Mencapai Kearifan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hendry, Eka dkk Integrasi Sosial Dalam Masyarakat Multi Etnik. STAIN Pontianak: Jurnal Walisongo, Volume 21, Nomor 1, Mei Lancar, I Ketut, dkk Nitisastra. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI. Pahrudin, Agus, dkk Penyerapan Nilai- Nilai Budaya Lokal dalam Kehidupan Beragama di Lampung (dalam Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia 1). Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta. Setiadi, Elly M dan Usman Kolip Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan WIDYA GENITRI Volume 8, Nomor 1, Juli

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

V KONSEKWENSI MULTIKULTURALISME BANGSA

V KONSEKWENSI MULTIKULTURALISME BANGSA V KONSEKWENSI MULTIKULTURALISME BANGSA Pengertian Masyarakat Multikultural 1 Furnivall 2 Cliford Geertz 3 Dr. Nasikun 4 Pierre L. Van den Berghe Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konflik antar kelompok maupun disintegrasi sosial. Sebetulnya kemajemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konflik antar kelompok maupun disintegrasi sosial. Sebetulnya kemajemukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Majemuk Kemajemukan seringkali menarik perhatian karena dikaitkan dengan masalah konflik antar kelompok maupun disintegrasi sosial. Sebetulnya kemajemukan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika 44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

Berkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat

Berkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat RANGKUMAN MATERI A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia 1. Makna keragaman manusia Berdasarkan KBBI, ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) music, lagu, langgam; (4) warna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang globalisasi kini menjadi fenomena dan realitas kehidupan keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebagai berikut: 1.1.1 Hubungan antar kaum muda di Kecamatan Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

FAKTOR PENYEBAB KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG FAKTOR PENYEBAB KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Agus Budi Wirawan * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah teritorial sangat luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini telah dijumpai beberapa warga etnis seperti Arab, India, Melayu apalagi warga etnis Tionghoa, mereka sebagian besar telah menjadi warga Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V membahas tentang simpulan dan saran. Mengacu pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05)

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) 1. Jawaban: C Fungsi sosiologi diantaranya: Penelitian/menyediakan data Pembangunan/pengembangan Solusi pemecahan masalah 2. Jawaban: C Objek kajian sosiologi

Lebih terperinci

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konflik Konflik merupaka gejala sosial yang hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya, agama, serta aliran kepercayaan menempatkan Indonesia sebagai negara besar di dunia dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang 63 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang Melahirkan Konflik Berdasarkan pemaparan landasan teoritis tentang konflik antar agama di atas. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2). BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia selalu memiliki keinginan untuk hidup bersama, meskipun mereka berbeda. Mengutip pendapat Aristoteles manusia merupakan makhluk sosial atau sering disebut zoon

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang 248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pluralitas agama merupakan fenomena realitas sosial yang tidak dapat dielakan dalam kehidupan ini. Sehingga adanya pluralitas atau kemajemukan sebenarnya merupakan suatu

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SOSIOLOGI PAKET A TAHUN Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

PEMBAHASAN SOAL SOSIOLOGI PAKET A TAHUN Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! PEMBAHASAN SOAL SOSIOLOGI PAKET A TAHUN 2014 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari tentang masyarakat. Sebagai ilmu, sosiologi memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman di dalamnya seperti budaya, ras, agama, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara multikultur yang juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

PROSES KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Agus Budi Wirawan *

PROSES KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Agus Budi Wirawan * PROSES KONVERSI AGAMA DARI HINDU KE KRISTEN PROTESTAN DI DESA SUMBERSARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Agus Budi Wirawan * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012

[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012 [ R1] Harmonisasi Hubungan Lintas Kultural Masyarakat Transmigrasi Mendukung Pusat Pertumbuhan (Kasus Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Agen/Fasilitator Mendukung Koridor Ekonomi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1995 Anthropologi EBTANAS-SMA-95-01 Bila salah satu kebutuhan primer manusia tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan... A. ketidakseimbangan dalam tubuh B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai

Lebih terperinci