BAB I. Pendahuluan. sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Pendahuluan. sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke"

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai alat untuk mengabadikan peristiwa dan sebagai alat kritik sosial. Sastra adalah cerminan kehidupan. Ia merekam sebuah peristiwa dari masa ke masa. Dengan adanya sebuah karya sastra kita bisa membandingkan pola hidup dari abad yang satu dan abad yang lainnya. Karya sastra bukan hanya sebuah bacaan, peristiwa yang diungkapkan merupakan peristawa dan kejadian yang terjadi pada masa pembuatan karya tersebut. Karya sastra juga dijadikan alat kritik sosial. Para penulis mencoba mengungkapkan kejadian yang terjadi di sekitar mereka, seperti halnya karya-karya yang ditulis oleh Émile Zola. Salah satunya berjudul La Curée. La Curée merupakan sebuah kritik sosial pada era revolusi industri Prancis. Ia berbicara mengenai ekonomi, politik, sosial khususnya gaya hidup kelas atas dan pola hidup konsumerisme kalangan bourgeois. Setiap individu bukan hanya mempunyai kebutuhan, melainkan juga keinginan yang bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlahnya lebih besar daripada kebutuhan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), konsumerisme bisa diartikan sebagai: 1. Gerakan kebijakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklanan; 2. Gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat. Dalam 1

2 penelitian ini dibahas mengenai konsumerisme dalam makna kedua, yaitu konsumerisme sebagai gaya hidup manusia. Perilaku hedonis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Masyarakat di era modern menjadi masyarakat konsumerisme. Konsumerisme masyarakat dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan mereka serta pertumbuhan ekonomi masayarakat tersebut. Ciri-ciri orang hedonis adalah rasa gengsi yang tinggi. Mereka menilai suatu barang dari harga, baik itu bagus atau tidak tapi jika bermerk maka benda tersebut akan menaikkan derajat mereka. J y suis, j ai trouve, cria-t-il. Saccard, Aristide Saccard! avec 2 c.. hein! il y a de l argent dans ce nom la ; On dirait que l on compte des pieces de cent nous. (Zola, 1978:56) Aku menemukannya, teriaknya. Saccard, Aristide Saccard! Dengan 2 c.. huh! Ada uang di dalam nama itu. Bisa dibilang kita menghitung uang logam dari seratus kita. Kalimat tersebut adalah kutipan dari novel La Curée karya Émile Zola. Maknanya cukup menarik karena Saccard tokoh yang mengucapkan kalimat itu sangat antusias ketika mengganti namanya demi kepentingan materi. La Curée adalah novel yang ditulis oleh Zola pada tahun Novel ini merupakan bagian kedua dari seri Les Rougon-Macquart. Latar dari kisah ini adalah pada abad ke-19 ketika Prancis mencapai masa kejayaannya dengan ditemukannya penemuan-penemuan baru yang mempermudah mobilitas manusia, seperti penemuan mesin-mesin dan tranportasi. Bukan itu saja, Paris pun berubah menjadi kota yang modern dengan dibuatnya jalan-jalan yang di 2

3 kelilingi oleh pohon yang biasa disebut dengan l avenue. Pembangunan secara besarbesaran dilakukan oleh Le Baron Haussman. Dia yang mengubah wilayah kumuh di Paris menjadi kota yang modern dengan adanya boulevard. Perekonstruksian tersebut juga dibuat untuk memudahkan lalu lintas Paris yang kian hari semakin maju. Paris pun dijuluki sebagai ville lumière. Perubahan itu memang membawa dampak positif. Namun, di balik itu semua, terdapat kebobrokan sosial dalam kemajuan itu. Revolusi menciptakan jurang pemisah yang cukup besar antara si kaya dan si miskin. Sebelumnya, terdapat tiga kelas sosial di Prancis, yaitu clergés, nobles dan tiers états, tetapi setelah masuknya Revolusi Industri, kelas sosial di Prancis dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas bourgeois dan kelas prolétaire (kelas menengah kebawah misalnya kaum buruh). Peristiwa itu melahirkan banyak orang kaya baru. Peristiwa inilah yang digambarkan dalam novel La Curée ini. Pola perilaku konsumerisme menyebabkan sikap hedonis. Dalam novel ini digambarkan perilaku hedonis kaum bangsawan yang ditunjukkan oleh gaya hidup Saccard, Renée, beserta kolega bisnisnya. Hedonisme sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang artinya kesenangan atau kenikmatan. Menurut Syarif Maarif, hedonis melahirkan manusia yang tak berguna karena manusia hanya berpikir pada duniawi saja. Mereka mengaku beragama, tetapi tidak menjalankan dan menerapkan kaidah agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan manusia melakukan tindakan yang tak bermoral, seperti perselingkuhan, pembunuhan, dan korupsi. 3

4 Kebebasan berekspresi lahir pada abad ini. Hal ini dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh mereka untuk mendukung kalangan menengah ke bawah. Mereka juga mulai berani mengkritik ketidakadilan sosial serta kesewenang-wenangan pemerintah. Pada abad ke-19, ditemukan pula mesin percetakan yang memungkinkan penerbit mencetak lebih banyak buku. Orang-orang dapat membelinya dengan harga murah. Penulis pun mendapat keuntungan yang banyak dengan terjualnya banyak bukunya. La Curée bercerita mengenai kehidupan manusia yang berorientasi pada uang yang ia anggap sebagai sebuah kebahagian, tetapi sayangnya justru uanglah yang menjauhkannya dari kebahagiaan. Waktu yang ia punya hanya difokuskan demi menambah pundi-pundi keuangannya sehingga ia melupakan keutuhan keluarga. Dalam novel ini dijelaskan mengenai aspek politik dan ekonomi. Zola dalam novelnya berjudul La Curée, menceritakan kehidupan sosial sebuah keluarga di bawah kekuasaan kekaisaran kedua. Pengaruh Revolusi Industri cukup besar. Rakyat jelata, sebut saja buruh, mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Jam kerja mereka tinggi dengan risiko yang tinggi pula, tetapi gaji mereka rendah. Tentunya hal itu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan mereka. Bahkan, ada yang di rumahnya tidak memiliki kamar mandi. Sehari-harinya pun mereka hanya makan roti dan kentang karena harga daging yang tidak terjangkau untuk mereka. Berbalik dari kemalangan nasib buruh, tampak dari luar, gaya hidup dan segala yang dimiliki kaum borjuis menimbulkan kecemburuan sosial. Semua orang 4

5 berlomba-lomba untuk mendapatkan uang yang banyak untuk menjadi seperti mereka. Namun, ternyata di balik kehidupan mereka yang terlihat sempurna, terdapat banyak masalah yang membuat mereka tak dapat merasakan arti kebahagiaan. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa kemewahan yang mereka tunjukkan adalah seutuhnya milik mereka. Ada yang rela berhutang banyak untuk kepuasan sesaat, bahkan mereka berani melakukan apa pun, misalnya berbisnis dengan yang tidak halal. Hal itu terjadi karena dengan gaya hidup mereka yang serba mahal, mereka harus mempunyai kekuatan finansial yang kuat. Émile Édouard Charles Antoine Zola adalah seorang penulis dan jurnalis berkebangsaan Prancis. Ia lahir di Paris pada 2 April 1840 dan meninggal di kota kelahirannya pada 29 September Pada tahun 1886, ia mengubah statusnya menjadi warga negara Prancis. Zola adalah anak tunggal dari Francesco Zola, pria berkebangsaan Italia dan bekerja sebagai insinyur. Ayahnya meninggal ketika ia berumur tujuh tahun dan mengharuskannya berhenti sekolah, kemudian mencari pekerjaan. Pada tahun 1862, ia bekerja di Libraire Hachette. Dengan cepat, ia diangkat menjadi ketua publikasi dan mulai menulis. Ia mulai menulis cerita yang dipublikasikan pada tahun Ia adalah seorang penganut naturalisme. Naturalisme adalah aliran yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar terjadi di masyarakat. Ia percaya bahwa dalam masyarakat tidak hanya kehidupan indah seperti yang digambarkan oleh aliran romantisme, tetapi juga di dalam kehidupan itu terdapat keburukan-keburukan sosial yang patut diungkapkan. 5

6 Zola banyak menulis kondisi sosial pada zamannya, terutama masalahmasalah yang hadir pada zaman Revolusi Industri di Prancis. Karyanya banyak di terjemahkan ke dalam bahasa-bahasa di dunia dan banyak menuai komentar. Sebut saja karyanya berjudul Germinal yang menceritakan penderitaan buruh pada saat Revolusi Industri berlangsung. Dia juga menunjukkan perjuangan kelas sosial dan pemberontakan sosial. Para buruh memberontak atas ketidakadilan sosial. Ketika terjadi krisis ekonomi yang membawa dampak pada perusahaan tambang itu, perusahaan tersebut langsung mengumumkan penurunan gaji. Hal itu membuat buruh marah karena dengan gaji yang normal saja mereka belum bisa hidup normal dan sengsara. Mereka kemudian mogok kerja. Sayangnya, aspirasi mereka tidak didengar. Perjuangan selama satu minggu itu pun gagal sehingga menyebakan para pendemo merusak mesin-mesin tambang. Polisi pun didatangkan dan terjadilah pertempuran yang sengit. Para pendemo pun banyak yang mati. Selain itu, karya-karya yang ia tulis adalah Nana (1880), Au Bonheur des dames (1883), dan L œuvre (1886). Zola juga menjadi sangat fenomenal dengan artikelnya berjudul J accuse yang dipublikasikan di L aurore, yaitu tulisan mengenai kasus Dreyfus. Karya pertamanya adalah Contes à Ninon yang ia tulis pada umur 24 tahun. Karya Zola lebih berbicara mengenai kondisi sosial pada abad ke-19. Karya-karyanya seperti Nana (1880), Au Bonheur des Dames (1883), Germinal (1885), L Œuvre (1886) diterjemahkan ke berbagai bahasa dan membawa berkah 6

7 baginya. Setiap tahun, ia mendapat sampai franc dari hasil penjualan novel-novel tersebut. Novel La Curée ini dipilih karena ceritanya sangat historikal dan merefleksikan kehidupan sosial pada abad ke-19. Terdapat kesamaan-kesamaan antara buku sejarah Prancis yang telah dibaca dan novel ini, misalnya proyek pembangunan dan pengembangan kota Paris oleh le Baron Haussmann. Adanya perubahan besar-besaran pada Paris menjadikan kota ini sebagai kota yang sangat modern. Dalam novel La Curée, tokoh le Baron Haussmann bernama le Baron Gouraud. Salah satu tokoh dalam novel ini bernama M. Hupel, ia berkomentar mengenai perubahan yang terjadi di Prancis pada abad ke-19. Dia berkata bahwa ia bahkan tersesat untuk pergi ke Luxemburg dari l hotel de ville atau kantor walikota. Paris sangat berubah. Kesamaan itu ada karena Émile Zola sendiri cukup kritis dan berani mengungkapkan kebobrokan masyarakat dan menceritakan secara gamblang permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi pada abad ke-19. Novel ini juga membawa pembaca ke masa Revolusi Industri pada abad ke-19 di bawah kekaisaran kedua. Ada banyak lika-liku permasalahan yang terjadi pada masa itu, misalnya perjuangan seorang pria miskin yang ingin memperbaiki nasibnya dengan pindah ke Paris dan menikahi seorang wanita kaya. Dengan membaca novel ini juga, kita bisa mengetahui kehidupan perempuan pada zaman itu. Novel ini juga mengajak pembaca untuk masuk dalam kehidupan seorang wanita kaya raya yang cantik dan banyak 7

8 membuat wanita lain iri dengan yang ia miliki. Namun, sayangnya kesempurnaan itu tidak membuatnya bahagia. Dalam novel La Curée ini, tokoh-tokohnya adalah Aristide Rougon yang berganti nama menjadi Aristide Saccard, Renée Saccard, Maxime Rougon/Saccard, anak laki-laki Aristide Saccard, Sidonie Rougon/Saccard, kakak perempuan Aristide Saccard, Angèle Rougon/Saccard, Eugène Rougon, Clotilde Rougon/Saccard, Louise de Mareuil, le Baron Gouraud, M. de Saffre sekretaris dari kakak Saccard, Mme. D espanet, dan M. Hupel. Di dalam novel diceritakan bahwa Renée adalah wanita berdarah borjuis yang kaya raya. Ia dapat melakukan dan mendapatkan segalanya yang ia inginkan. Ia memiliki hubungan dengan pria yang sudah beristri dan dari hubungan itu ia hamil. Sayangnya, pria tersebut tidak dapat menikahinya karena statusnya yang sudah beristri. Untuk mencari ayah bagi anak yang ia kandung, ia pun menikahi seorang pria bernama Aristide Rougon yang akhirnya mengganti namanya menjadi Aristide Saccard. Pria itu adalah duda miskin dengan dua anak bernama Maxime dan Clotilde. Setelah menikah dengan Renée, Saccard menjadi sangat sukses. Ia menguasai proyek-proyek pembangunan dan memiliki bank. Ia turut serta dalam proyek le Baron Haussman dan ia juga didukung oleh Napoleon Bonaparte III. Waktunya banyak tersita untuk pekerjaannya. Renée sering merasa kesepian. Baginya, hidup terasa sangat monoton dengan menghadiri jamuan makan malam, pertemuan dengan rekan bisnis suaminya, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kaum elit pada zaman itu. 8

9 Hingga akhirnya ia menjalin hubungan dengan anak tirinya bernama Maxime dan itu tidak lain adalah sebuah bentuk perselingkuhan yang rumit antara ibu tiri dan anak tirinya sendiri. Jelas itu sungguh bertentangan dengan moral pada saat itu karena wanita dianggap sebagai makhluk yang lemah lembut, patuh pada suami, dan beberapa stereotype lainnya. Renée juga terlilit utang yang tak sanggup ia lunasi hingga akhirnya ia meninggal dunia. Ayahnyalah yang akhirnya menanggung semua utangnya. Novel ini memang bersifat fiksi, tetapi permasalahan yang diungkapkan dalam novel ini, seperti perselingkuhan dan materialisme merupakan masalah yang memang terjadi pada abad itu. Permasalahan-permasalahan itulah yang dikritis oleh Émile Zola. 1.2 Rumusan Masalah Revolusi industri yang membawa Prancis ke puncak kejayaannya membawa dampak yang baik, khususnya di bidang perekonomian dan industri. Namun, dengan membaiknya perekonomian, sebagian orang mempunyai uang yang berlebih dan menghambur-hamburkannya. Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan di atas, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut. a) Bagaimana Emile Zola mengkritisi pola kehidupan konsumtif kaum bourgeois pada abad ke-19? b) Apa saja bentuk akibat yang terjadi dari perilaku hedonis dalam novel La Curée? 9

10 1.3 Tujuan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran akan kondisi sosial di Prancis mengenai pola kehidupan kaum burjois yang berlebihan. Mengetahui sebab dan akibat dari gaya hidup hedonisme. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian dari karya Émile Zola telah banyak dilakukan, namun untuk saat ini penulis belum menemukan karya penelitian dari novel La Curée. Berikut penelitianpenelitian yang dibahas dari karya Émile Zola: Citra Diri Perempuan dalam Karya Sastra Germinal Karya Émile Zola dan dibahas oleh mahasiswa Sastra Prancis UGM yang bernama Okkie Nur Hamida pada tahun Ia membahas bagaimana wanita hanya dijadikan sebagai objek sosial belaka. Peneliti menggunakan teori structural dan teori kritik sastra feminis. Teori structural digunakan untuk menganalisis fakta dan tema cerita sedangkan teori kritik sastra feminis digunakan untuk menganalisis penggambaran citra diri tokoh perempuan dalam novel tersebut. Percampuran gender dalam roman Nana karya Émile Zola (sebuah kritik sastra feminis) dibahas oleh Indradya Susanto Putra yaitu mahasiswa Sastra Prancis UGM pada tahun Ia menjelaskan bagaimana wanita dari kaum proletar mampu memasuki kehidupan borjuis dengan melakukan praktek prostitusi. Bisa diartikan juga disini bahwa wanita bisa menaiki kelas hanya dengan jalan murahan, yang 10

11 dipandang sebelah mata atau hanya menggunakan seksualitasnya. Teori yang dipakai untuk penelitiannya adalah teori strukturalisme otonom, strukturalisme genetik, teori interteks, kritik sastra feminis dan analisis gender. Penulis menggunakan metode pendekatan struktural untuk menganalisis strutur intrinsik novel, kemudian struktur novel dianalisis dengan kritik sastra feminis. Simbolis dan Kekuasaan Perempuan dalam Film 8 Femmes oleh Ukhti Maryam Jamilah mahasiswa Sastra Prancis UGM pada tahun Ia meneliti tentang simbolisasi kekuasaan perempuan, bentuk-bentuk kekuasaan perempuan dan hubungan antara simbolisasi dan bentuk-bentuk kekuasaan perempuan. Stereotype tokoh Thérèse Raquin dalam novel Thérèse Raquin karya Émile Zola oleh mahasiswa Sastra Prancis UGM yang bernama Anggun Hapsari pada tahun Ia membahas ketidakadilan gender dan bagaimana posisi wanita dianggap sangat rendah sekali di mata masyarakat. peneliti menggunakan teori kekerasan dan teori stereotype dari Mansour Fakih. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data adalah metode kepustakaan. Agustinus B. Da Costa 2008 mahasiswa Sastra Prancis FIB UGM meneliti Ketidakadilan Gender dalam L Assommoir Karya Émile Zola, stereotype yang menempel pada wanita hanya merugikan pihak wanita, yang mengakibatkan ketidakadilan gender sehingga mereka selalu dinomor duakan. Stereotype tersebut misalnya adalah anggapan bahwa tujuan wanita diciptakan untuk melayani suaminya khususnya melayani kebutuhan seks. Peneliti menggunakan dua teori untuk 11

12 menganalisis topiknya, yaitu teori struktural dan teori kritik sastra feminis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis struktural. Egoisme dalam Novel Thérèse Raquin Karya Émile Zola sebuah tinjauan semiotik yang dibahas oleh Dian Ramadhani Suseno 2012 mengenai bagaimana proses seseorang menjadi egois. Walaupun karya yang dianalisis berasal dari penulis yang sama yaitu Émile Zola, namun terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian-penelitian yang telah dibahas diatas. Perbedaan-perbedaannya terletak pada objek materialnya dan topik yang diteliti. Penelitian ini menggunakan novel La Curée sebagai objek materialnya. Dalam penelitian ini pembahasannya adalah Gaya Hidup Konsumtif Kaum Bourgeois abad ke-19 dalam novel La Curée yakni bagaimana pola hidup kaum bourgeois pada abad itu. Penelitianpun dilakukan dengan teori yang berbeda yaitu dengan menggunakan teori dari Mike Featherstone yakni, budaya konsumen. 1.5 Landasan Teori Untuk menganalisis penelitian ini, digunakan teori budaya konsumen yang dikemukakan oleh Mike Featherstone. Dipilihnya teori ini karena didalamnya terdapat pembahasan mengenai pengertian konsumerisme, dan hal-hal yang berhubungan dengan pola hidup konsumtif pada era kapitalis barat. Hal tersebut sangat sesuai dengan yang topik yang dianalisis dalam penelitian ini, yakni gaya hidup kaum bourgeois Prancis pada abad ke-19. Mike Featherstone (2001) berpendapat bahwa terdapat 3 perspektif mengenai budaya konsumerisme, yakni: pertama, dasar dari budaya konsumtif terletak pada 12

13 produksi komoditas kapitalis yang menyebabkan terjadinya peningkatan pengeneralisasian budaya secara global dalam bentuk barang dan tempat-tempat perbelanjaan. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya aktivitas konsumsi dan meningkatkan kecenderungan orang untuk memanfaatkan waktu luang mereka dengan berbelanja (pada masyarakat komoditas). Kedua, prestise atau harga diri merupakan hasil yang ingin dicapai oleh setiap individu setelah berhasil mengkonsumi barang yang diinginkan. Pencapaian tersebut menciptakan sebuah kepuasan pada diri indivdu. Dalam kata lain kegiatan konsumsi dijadikan ajang untuk pengelompokkan kelas sosial dan menciptakan perbedaan kelas sosial. Ketiga, adanya perspektif yang terbentuk di masyarakat mengenai arti dari sebuah kesenangan atau kenikmatan emosional. Mereka percaya bahwa dengan melakukan aktivitas konsumsi mereka akan mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Kenikmatan tersebut bersifat semu dan temporer, contohnya saja anak muda zaman sekarang terbiasa pergi ke diskotik untuk mencari kenikmatan sesaat. Mereka juga mencari sebuah pengakuan dari lingkungan bahwa mereka termasuk orang yang mengikuti perkembangan zaman. Menurut Featherstone industri periklanan menggambarkan sebuah etika konsumsi baru yang mengajak masyarakat untuk menjadi hedonis dengan hanya memikirkan kehidupan sesaat, mengutamakan keindahan tubuh, paganisme, 13

14 kebebasan dari kewajiban sosial, mengeksplorasi eksotika tempat-tempat yang jauh, dsb. Benda-benda dikonsumsi untuk membatasi hubungan sosial. Dalam suatu proses konsumsi barang bukan hanya kegunaan yang dicari dan menjadi satu-satunya tujuan, dibalik itu semua terdapat tujuan lain yakni untuk memperoleh prestise. Harga jual yang tinggi sebagai tolak ukur. Kasus tersebut sering terjadi di lingkungan aristrokat dan orang kaya yang mencoba menunjukkan kekuasaanya pada orang kaya baru. Industri budaya menciptakan budaya massa yang bersifat homogen. Hal tersebut mengancam krativitas dari setiap individu karena dipengaruhi oleh trend massa 1. Dalam suatu sistem komoditas selalu ada yang berubah, pembentukkan pola pikir, pencitraan, pemerataan selera selalu menjadi cara yang ditempuh pihak-pihak tertentu. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya pengetahuan mengenai selera yang dapat diterima akal, begitu juga dengan membatasi pengeluaran yang harus dianggarkan untuk suatu benda konsumsi. Pada era kapitalisme lanjut (late capitalism) lahir nilai tanda dan simbol pada setiap barang konsumsi. Masyarakat cenderung menjunjung nilai prestise dari barang yang dibeli, dibandingkan nilai kegunaannya. 1 Mike Featherstone Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hlm 35 14

15 Menurut Mulyadi (2012), terdapat dua faktor yang memengaruhi sifat konsumerisme individu, yakni faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Terdapat beberapa unsur pada setiap faktor tersebut 2. Unsur yang terdapat didalam faktor internal adalah persepsi, kepribadian, pembelajaran, motivasi, dan sikap. Berikut akan dijelaskan mengenai arti dari kelima unsur tersebut menurut Schiffman-Kanuk, Solomon dan Neal-Quester-Hawkins. Pertama, motivasi menurut Schiffman-Kanuk digambarkan sebagai dorongan dari dalam diri individu seseorang dan memaksa dia untuk berbuat. Dorongan ini dihasilkan oleh tekanan yang timbul akibat dari satu kebutuhan yang tidak terpenuhi. Solomon berpendapat bahwa motivasi merujuk pada proses yang menyebabkan orang berperilaku seperti yang mereka perbuat. Hal itu terjadi bila kebutuhan timbul dan yang bersangkutan berniat untuk memuaskannya. Sekali kebutuhan telah terpenuhi, tingkat tekanan yang ada mendorong konsumen untuk mencoba mengurangi atau membatasi kebutuhan. Sementara itu, menurut Neal-Quester-Hawkins, suatu motivasi adalah kekuatan dari dalam diri seseorang. Sementara itu, uang menggerakkan perilaku yang memberi arah dan tujuan terhadap perilaku tersebut. Kedua, persepsi menurut Schiffman-Kanuk digambarkan sebagai proses ketika individu seseorang menyeleksi, mengorganisasi, dan menerjemahkan stimulasi menjadi sebuah arti yang koheren dengan semua keajdian dunia. Selain itu, dapat juga digambarkan dengan cara kita melihat dunia sekitar kita. Menurut Solomon, 2 Mulyadi Nitisusastro. Perilaku Konsumen Bandung. AlfaBeta. Hlm 84 15

16 persepsi adalah satu proses ketika sensasi-sensasi atau kejadian-kejadian diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Proses tersebut sebagai aktivitas yang kritis yang menghubungkan individu konsumen dengan kelompok serta situasi dan pengaruhpengaruh dari produsen. Ketiga, kepribadian dalam pandangan Schiffman-Kanuk, jati diri terdapat tiga rumusan yang penting, yaitu pertama, kepribadian mencerminkan perbedaan dari orang; kedua, kepribadian adalah sikap konsisten yang berkelanjutan; dan ketiga kepribadian itu dapat berubah. Solomon lebih menekankan pada penonjolan faktor psikologi yang unik dari seseorang dan bagaimana pembawaan yang unik tersebut memengaruhi cara orang tersebut bereaksi merespon terhadap lingkungannya. Sementara itu, menurut Neal-Quester-Hawkins, kepribadian terdiri dari berbagai reaksi normal yang dilakukan oleh individu seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Lingkungan sosial budaya juga memengaruhi faktor eksternal individu. Unsur-unsur sosial budaya adalah budaya, demografi, status sosial, referensi kelompok, dan keluarga. Yang pertama adalah kelas sosial. Menurut Schffman dan Kanuk, kelas sosial diartikan sebagai satu rangkaian tingkatan posisi sosial dimana tiap anggota dari tingkat-tingkat antro menempati posisinya atau sejumlah kelompok yang membagibagi kelompoknya dalam sirata tingkatan. Solomon berpendapat bahwa kelas sosial adalah kelompok masyarakat secara kasar dibagi kedalam kelompok berpunya dan tidak berpunya. Neal-Quester-Hawkins mendefinisikan kelas sosial sebagai 16

17 tingkatan-tingkatan kelompok masyarakat kedalam hal perbedaan dan kesamaan atas sikap, nilai dan gaya hidup. Pembagian atau pengklasifikasian kelompok masyarakat berdasarkan pendapatan mereka. Kedua adalah kebudayaan. Menurut Schiffman-Kanuk, budaya adalah karakter dari seluruh masyarakat yang didalamnya meliputi faktor-faktor bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan-kebiasaan, makan, musik, seni, teknologi, pola kerja, dan lain-lainnya yang memberikan arti bagi kelompok tertentu. Menurut Solomon, budaya adalah akumulasi dari makna-makna dalam masyarakat, ritual, norma dan tradisi diantara para anggota dari satu organisasi atau masyarakat. sedangkan Neal-Quester-Hawkins berpendapat bahwa budaya adalah konsep yang sangat kompleks, meliputi pengetahuan kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaankebiasaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat. Ketiga adalah demografi. Menurut Schiffman-Kanuk, demografi merujuk pada tingkat vitalitas dan ukuran kependudukan, demografi, membantu melokalisasi target pasar dimana karakteristik psikologi dan sosio-kultural membantu menggambarkan bagaimana mereka berpikir dan bagaimana mereka berperasaan. Solomon berpendapat bahwa demografi adalah data yang menggambarkan pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan, serta kepemilikan rumah berdasarkan etnik, suku bangsa dan agama. Menurut Neal-Quester-Hawkins, ilmu yang mempelajari kependudukan dalam hal ukuran, struktur, dan penyebaran. Ukuran berarti jumlah orang, struktur menggambarkan usia, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan distribusi yang menggambarkan penyebaran lokasi. 17

18 Keempat adalah referensi kelompok. Menurut Schiffman-Kanuk, referensi kelompok yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam membentuk pandangan tentang nilai khusus sikap atau sebagai pedoman berperilaku yang memiliki ciri khusus. Menurut Solomon, referensi kelompok diartikan sebagai perseorangan atau kelompok nyata atau maya yang membayangkan mempunyai kesamaan penilaian aspirasi atau perilaku. Kelompok referensi memengaruhi konsumen dalam tiga cara, informasional, pemakaian, dan penilaian. Menurut Neal-Quester-Hawkins, referensi kelompok adalah sebuah kelompok yang memiliki pandangan atau nilai yang digunakan oleh seseorang untuk berperilaku saat ini. Kelima adalah keluarga. Menurut Shiffman-Kanuk, keluarga didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang yang mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal bersama. Solomon menegaskan bahwa lazimnya satu unit keluarga adalah ada keluarga yang lengkap. Keluarga terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dan yang sering terjadi tidak hanya kakek dan nenek, tetapi juga paman, bibi, dan keponakan-keponakan. Sementara itu, menurut Neal-Quester- Hawkins, unit keluarga terdiri dari dua atau lebih orang yang saling memiliki keterikatan yang tinggal dan makan dalam tempat tinggal pribadi. 1.6 Metode Penelitian Untuk penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membaca objek material, yaitu novel La Curée karya Émile 18

19 Zola terbitan Broadard et Taupin. Setelah itu dilakukan pembacaan hermeneutik untuk mengungkapkan makna atau pesan dari novel tersebut. Setelah pembacaan kedua itu menghasilkan rumusan masalah, yaitu permasalahan mengenai gaya hidup konsumtif kaum bourgeois pada abad ke-19. Setelah mendapatkan data tersebut, proses dilanjutkan dengan memasukan data ke dalam kartu data untuk memudahkan proses pengklasifikasian data sesuai tema pokok. Setelah data berhasil dikumpulkan, digunakan teori Budaya Konsumen yang dikemukakan oleh Mike Featherstone untuk menganalisisnya. Teori ini dianggap sebagai teori yang sesuai dan memiliki korelasi untuk memecahkan pendekatan masalah dari novel ini. 1.7 Sistematika Penyajian Skripsi ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang yang berisi jalan cerita dari novel tersebut, penokohan, biodata Émile Zola, kehidupan pada abad ke-19 di Prancis, tujuan penelitian yang memaparkan manfaat dibuatnya penelitian ini, tinjauan pustaka, penjelasan, dan keterangan mengenai beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain yang bersangkutan dengan tema maupun objek material yang dipakai untuk penelitian ini. Rumusan masalah, yakni pemaparan permasalahan yang akan dibahas dan dipecahkan dalam penelitian ini, serta pertanyaan penelitian objek yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini dan akan dijawab dalam analisis penelitian, landasan teori, yakni penjelasan mengena teori apa saja yang digunakan untuk menganalisis data dan memecahkan permasalahan, metode penelitian, yaitu 19

20 bagaimana proses penelitian data, mulai membaca data, mengumpulkan data, mengklasifikasikan data dan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian sistematika penyajian, berbicara mengenai bagaimana penyajian penelitian ini, tinjaun pustaka. Bab II meliputi analisis mengenai kritik sosial pada kaum borjuis dalam novel La Curée karya Émile Zola. Penjelasan bentuk-bentuk perilaku konsumerisme dan penyimpangan yang terjadi. Bab III meliputi analisis mengenai akibat dari konsumerisme yakni perselingkuhan, hutang, gaya hidup mewah (hedonis), korupsi. Bab IV berisi kesimpulan dari tema, khususnya analisis dari penelitian ini. Halaman berikutnya berisi daftar pustaka, sumber materi penelitian ini, daftar tabel, lampiran. 20

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan

Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan monarki. Pergerakan ini diawali oleh para cendikiawan dan kelas menengah yang pada akhirnya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra termasuk salah satu dari bentuk seni yang bermedium bahasa, baik lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, pengarang dapat mengungkapkan imaginasi, pengamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah On ne naît pas femme: on le devient seorang perempuan tidak lahir perempuan, tetapi menjadi perempuan ujar Beauvoir dalam bukunya yang terkenal Le Deuxième

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian kompulsif dewasa ini menjadi salah satu topik yang menarik bagi sejumlah peneliti dibidang konsumsi maupun bidang pemasaran karena dianggap sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

Ringkasan Novel Grotesque

Ringkasan Novel Grotesque Ringkasan Novel Grotesque Sekolah Q merupakan sekolah elit yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang pandai. Ketika seorang anak berhasil menjadi murid sekolah Q, orang tua anak tersebut akan merasa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia selalu berubah menuruti perkembangan pola pikirnya. Dahulu kita mengenal adanya peradaban nomaden yang masih sangat mengandalkan alam untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki berjuta ragam penduduk yang berasal dari berbagai suku, ras, budaya, agama, dan pekerjaan yang berbeda beda diantara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas bukanlah proses yang mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang tepat serta waktu yang tepat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah bentuk apresiasi seorang penulis, ia dapat menggambarkan, mengungkapkan, menceritakan dunianya tanpa batas dalam rangkaian kata-kata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peran keluarga pada perilaku pembelian yang kompulsif dengan cara menguji pola komunikasi keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga menunjukkan bahwa

Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga menunjukkan bahwa Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng Pendahuluan Secara sederhana, keluarga merupakan fenomena natural dan biologis. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian kompulsif konsumen merupakan suatu fenomena yang dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen. Perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja pada umumnya memang senang mengikuti perkembangan trend agar tidak ketinggalan jaman. Seperti yang dikutip dari sebuah berita alasan remaja menyukai belanja

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu 12 BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Perilaku Konsumtif Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pada era modern saat ini, orang sudah mulai terlena dengan nilai-nilai moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan permissiveness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci