Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan monarki. Pergerakan ini diawali oleh para cendikiawan dan kelas menengah yang pada akhirnya menghasilkan revolusi Prancis yang juga merupakan revolusi borjuis 1. Revolusi ini menghasilkan pergantian sistem pemerintahan dari negara monarki menjadi republik. Perubahan ini ditandai oleh penghapusan kekuasaan absolut milik kerajaan terdahulu, yaitu kekuasaan yang bersumber dari Tuhan menjadi kekuasaan berasal dari rakyat serta hak dalam penetapan hukum 2. Perubahan sistem monarki menjadi sistem republik di Prancis memberi dampak yang sangat besar bukan hanya dalam struktur pemerintahan dan politik, namun juga perubahan dalam tatanan sosial masyarakat. Perubahan sistem pendidikan, kebebasan berpendapat, perubahan gaya hidup serta moralitas, dan yang terpenting yaitu sistem perekonomian negara akhirnya memunculkan kelas baru di antara kelas sosial lain yang sudah ada, yaitu borjuasi. Revolusi memberikan kesempatan bagi borjuasi untuk memegang peranan penting, setelah berabad-abad dianggap sebagai golongan paling bawah di strata sosial di Prancis. Kelas sosial ini sebenarnya bukan merupakan golongan baru di Prancis, namun pada masa setelah revolusi hingga masa Kekaisaran II kelas 1 Geffré, Jossua, 1989, 1789 The French Revolution And The Church (p.61) 2 Carpentier, Lebrun, 2011, Sejarah Prancis Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20 (p.266) 1

2 tersebut lebih banyak muncul di publik dan menjadi salah satu kelas yang memiliki posisi penting di masyarakat 3. Sejak kepemimpinan Napoléon Bonaparte, borjuasi telah banyak menjadi perhatian, bahkan Napoléon mencoba untuk lebih memperhatikan segala permintaan dan tuntutan dari kelas tersebut. Oleh karena itu, golongan tersebut menjadi pendukung kepemimpinan Napoléon 4. Fenomena tersebut direkam jelas oleh pengarang-pengarang Prancis pada masanya. Salah satu pengarang Prancis yang memotret kehidupan masyarakat Prancis khususnya golongan borjuis adalah Émile Zola. Émile-Édouard-Charles-Antoine Zola atau yang lebih dikenal dengan nama Émile Zola yang lahir Paris, 2 April 1840, merupakan salah satu penulis Prancis beraliran naturalis yang terkenal dengan karya-karyanya. Selain itu, semasa hidupnya, Émile Zola juga seorang kritikus dan aktivis politik yang peka dalam melihat permasalahan sosial, politik dan kehidupan golongan-golongan menengah ke bawah. Émile Zola dengan ketertarikannya pada sains dan sastra, terdorong untuk membuat suatu karya besar seperti Honoré de Balzac dengan La Comédie Humaine yang telah ada di awal abad tersebut 5. Alasan terciptanya antologi ini adalah bahwa Zola ingin menciptakan sebuah karya sastra yang bersifat scientifique yang berasal dari filosofi ekperimental tentang hasrat. Émile Zola menulis 20 novel dalam kurun waktu penulisan 20 tahun dan kemudian diberi judul besar Les Rougon- Macquart: Histoire Naturelle et Sociale 3 Op.cit., (p.298) 4 Ibid., (p.285) 5 William J. Berg. Émile Zola dalam Encyclopædia Britannica, ( diakses pada tanggal 30 Agustus 2013 jam 18:40) 2

3 d Une Famille sous le Second Empire ( ) 6. Berdasarkan judul besar tersebut kita dapat mengetahui secara singkat, bahwa selain membuat kisah tentang dua keluarga besar yang saling berhubungan dengan masa Kekaisaran II, Émile Zola juga meneliti tentang sifat-sifat genetika manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan tiap anggotanya 7. Émile Zola mengangkat permasalahan seperti ekonomi dan keuangan di Prancis yang terdapat dalam dua novelnya yaitu La Curée dan L Argent, tentang kekuasaan Gereja dalam La faute de l abbé Mouret, dan permasalahan lainnya seperti kisah seorang politisi dalam Son Excellence Eugène Rougon dan kehidupan para buruh di beberapa novel lainnya. Penelitian tentang kehidupan masyarakat di Prancis pada masa Kekaisaran II tersebut membawanya ke dalam kegiatan politik dan sosial 8. Antologi Les Rougon-Macquart mengisahkan tentang kehidupan dua keluarga yaitu Rougon dan Macquart yang saling terkait karena berasal dari ibu yang sama yaitu Adelaïde Fouque. Dalam Les Rougon-Macquart, terdapat 1200 tokoh yang masing-masing memiliki peran penting dalam setiap novelnya yang menggambarkan sebuah realita di masyarakat saat itu. Antalogi ini menggambarkan kehidupan masyarakat kelas menengah (borjuasi) dan kelas pekerja (proletariat) di Prancis khususnya pada masa Kekaisaran II yaitu sekitar tahun 1851 hingga Zola menggambarkan bahwa pada masa itu, terdapat banyak sekali perubahan khususnya di bidang industri dan Lagarde, Michard, 1966, XIX e siècle: Les Grands Auteurs Français du Programme V (p.484) 8 Ibid., (p.483) 3

4 ekonomi serta politik yang mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Novel pertama yang mengawali seluruh rangkaian cerita tersebut yang ditulis pada tahun 1870 adalah La Fortune des Rougon. Dalam novel tersebut, Zola berusaha untuk menggambarkan secara detail tentang kisah dua keluarga besar yang saling terkait yaitu keluarga Rougon dan Macquart. Setiap anggota keluarga merupakan tokoh penting yang mewakili masyarakat Prancis pada waktu itu 9. Novel yang termasuk antologi Les Rougon-Macquart ini adalah bentuk karya sastra yang bersifat fiksi, namun kita juga dapat mengatakan bahwa keberadaan novel tersebut sangatlah penting dalam kesusastraan Prancis dan juga dunia (Tadie, 1984:56). Novel La Fortune des Rougon menceritakan kehidupan keluarga borjuis yang berasal dari hubungan Adélaide Fouque dengan Rougon dan dengan Macquart. Adélaide merupakan seorang anak yatim piatu yang berasal dari keluarga pemilik perkebunan besar di sebuah kota bagian selatan Prancis bernama Plassans. Setelah Rougon meninggal, Adélaide menikah dengan Macquart yang bukan dari golongan terpandang dan bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat di kota tersebut. Adélaide memiliki tiga orang anak dari hasil hubungannya dengan kedua laki-laki tersebut. Anak-anaknya masing-masing memiliki perbedaan perawakan, sifat dan karakter yang mempengaruhi kehidupan mereka. Anak tunggal dari keturunan Rougon bernama Pierre, sedangkan dari keturunan Macquart, Adelaïde memiliki dua anak bernama Antoine dan Ursule. Pierre 9 Zola, 1871, La Fortune des Rougon: Préface 4

5 Rougon adalah seorang kepala keluarga yang mewakili keluarga borjuasi dan yang menjadi tokoh utama dari cerita ini. La Fortune des Rougon sangat jelas menampilkan kesan bahwa keturunan dari Rougon, yakni Pierre Rougon, mendapatkan keuntungan dalam hidupnya juga kepada keturunan-keturunannya. Di sisi lain, Ursule dan Antoine Macquart, kedua anak hasil hubungan Adelaïde dengan Macquart, berbanding terbalik dengan Pierre. Sejak kecil, Pierre telah memiliki sifat yang gigih, giat bekerja seperti ayahnya, namun kedua anak yang lain sama-sama membawa sifat buruk dari Macquart yaitu malas dan tidak mau hidup susah. Hal tersebut merupakan contoh bagaimana pengaruh naturalisme terhadap penulisan dalam karya Émile Zola. Novel-novel karya Émile Zola merupakan sebuah karya sastra yang bersifat naturalisme karena dalam pembuatannya, penulis tidak hanya sekedar menceritakan apa yang penulis inginkan namun, ia juga melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum membuat karya tersebut. Contohnya, Émile Zola, sebagai bapak naturalisme menggunakan penelitianpenelitiannya tentang hereditas. Dalam setiap novelnya, Émile Zola selalu mendeskripsikan karakter, watak dan perawakan setiap tokoh yang mempengaruhi perilaku dan kehidupan tokoh tersebut. Selain itu, segala aspek baik itu latar, kejadian atau fenomena di masyarakat yang ada dalam novel semua merupakan representasi atas kehidupan yang sebenarnya. Pierre dan beberapa tokoh lainnya seperti Félicité Puech merupakan gambaran kaum borjuasi yang melakukan segala cara untuk mendapatkan 5

6 kemakmuran dan status yang lebih tinggi di Prancis. Setelah mendapatkan berbagai kekuasaan atas beberapa sektor seperti pertambangan, yang pada saat itu sangat penting bagi Prancis, orang-orang tersebut mencoba untuk dapat mendekati pemerintahan Prancis hingga ke strata yang paling tinggi yaitu posisi Charles- Louis-Napoléon Bonaparte, seorang pemimpin Prancis pada zaman Kekaisaran II, demi keuntungan pribadi. Penelitian terhadap novel La Fortune des Rougon yang membahas kehidupan borjuasi di zaman Napoléon III menarik untuk dilakukan karena bertujuan untuk dapat memahami bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan politik yang dialami atau dilakukan oleh kaum borjuis pada masa Kekaisaran II di Prancis. I. 2 Rumusan Masalah Masa kepemimpinan Louis- Napoléon Bonaparte merupakan suatu periode yang banyak menimbulkan pro-kontra di masyarakat khususnya di kalangan borjuis. Dalam upaya kelas borjuasi untuk melegitimasi keberadaan mereka, dan upaya Louis-Napoléon Bonaparte dalam menguasai Prancis untuk periode selanjutnya, memberikan dampak bagi setiap lapisan masyarakat. Adapun pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimana dan mengapa borjuasi menjadi suatu kelas yang diperhitungkan pada masa Kekaisaran II yang tergambar dalam novel La fortune des Rougon? 6

7 2. Bagaimana ideologi dari novel La fortune des Rougon sebagai sebuah wacana dalam bentuk sebuah karya sastra? I. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran bahwa wacana pada karya sastra merupakan refleksi dari realita sosio-kultural yang terjadi dalam masyarakat di masa ketika karya tersebut dibuat. Tujuan tersebut akan dicapai melalui tujuan khusus sebagai berikut: 1. Menjelaskan kelas borjuasi sebagai kelas sosial di Prancis khususnya pada masa Kekaisaran II sebagai sebuah kelas sosial yang diperhitungkan. 2. Menjelaskan ideologi yang terdapat dalam novel La fortune des Rougon sebagai sebuah wacana yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik pada masa Kekaisaran II. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan kajian sastra, budaya dan sejarah Prancis. Mengingat bahwa objek penelitian ini terkait dengan realita sosial dan sejarah yang belum banyak dibahas oleh akademisi sastra Prancis. Sehingga, penelitian ini diharapkan membuka kesempatan untuk penelitian karya sastra berbasis analisis wacana kritis dengan melihat pada wacana sosio-kultural-historis yang karya sastranya berasal dari tempat masyarakatnya berada. 7

8 I. 4 Landasan Teori Penelitian ini akan menggunakan teori stratifikasi sosial dari Max Weber yang nantinya mempermudah analisis dengan dasar yang menguatkan penelitian ini. I.4.1 Teori Stratifikasi Sosial Max Weber mengemukakan bahwa terbentuknya kelas sosial bersumber dari analisis tentang stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial memiliki dimensidimensi khusus dalam ekonomi dan bersifat penting. Dimensi-dimensi tersebut yang saling terkait dengan status dan kelompok politik menjadi sangat penting apabila kita ingin menganalisis tentang perbedaan bentuk-bentuk stratifikasi sosial. Tidak seperti Karl Marx, Max Weber menyatakan bahwa tidak ada karakteristik tunggal yang benar-benar mendefinisikan posisi seseorang dalam sistem stratifikasi. Tiga komponen yang berbeda dalam stratifikasi sosial adalah keterkaitan antara kelas, status dan kekuasaan 10. I.4.2 Kelas, Status, dan Kekuasaan Max Weber menggunakan istilah kelas untuk merujuk pada sekelompok orang yang memiliki tingkat yang sama dalam hal kekayaan dan pendapatan. Meskipun Weber setuju dengan pendapat Marx, tentang pentingnya dimensi ekonomi dalam stratifikasi, ia berpendapat bahwa tindakan individu dan kelompok tidak hanya dapat dipahami dalam hal ekonomi. Kelas sosial terbentuk karena pada dasarnya, manusia secara tidak sadar 10 Schaefer, 2010, Sosiologi, (p.225) 8

9 menempatkan diri mereka pada golongan tertentu. Terbentuknya kelas sosial tersebut juga diakibatkan karena sifat manusia yang menginginkan untuk dihargai dan kita juga mengenal kelas sosial yang tertinggi, terendah, dan menengah. Selain itu, masing-masing kelas sosial punya kebudayaan serta menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya. Hal tersebut mempengaruhi gaya dan tingkah laku kehidupan masyarakat tersebut. Semua itu tercipta karena adanya persepsi dari masyarakat terhadap realita dalam lingkungannya dan semua yang dianggap memiliki kelebihan, baik itu dari segi ekonomi, jabatan, dan ilmu pengetahuan 11. Pada komponen kedua, Max Weber menggunakan istilah kelompok status untuk orang-orang yang memiliki prestise atau gaya hidup yang sama. Status keuntungan individu didapat dalam keanggotaan dalam kelompok yang diinginkan misalnya dalam profesi medis atau kelompok pengacara, namun, status tidak sama seperti posisi kelas dalam ekonomi. Seseorang yang mendapatkan uang dari kegiatan mencopet bisa saja memiliki penghasilan yang setara dengan seorang tenaga pengajar. Status pencopet tersebut tetap saja rendah sedangkan status yang dimiliki oleh seorang tenaga pengajar selalu lebih tinggi dibandingkan pencopet. Bagi Max Weber, komponen ketiga dalam stratifikasi sosial memiliki dimensi politik. Kekuasaan untuk mendapatkan suatu keinginan terhadap orang dapat berasal dari keanggotaan suatu kelompok yang berpengaruh, contohnya keanggotaan partai politik atau dewan direksi sebuah perusahaan. Konsep 11 Jones, 2010, Pengantar Teori-Teori Sosial 9

10 kekuatan tersebut nantinya akan merujuk ke dalam bentuk-bentuk penguasaan atas kelompok-kelompok oleh kelompok tertentu 12. Berdasarkan penjelasan singkat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Max Weber, setiap orang tidak hanya memiliki satu kedudukan dalam masyarakat, melainkan tiga. Posisi seseorang mencerminkan gabungan antara kelas, status dan kekuasaan dalam sistem stratifikasi. Setiap faktor mempengaruhi dua faktor lainnya dan saling berkaitan 13. Demikian penjelasan singkat tentang teori yang akan digunakan untuk penelitian mengenai kondisi sosial, kultural, dan politik kaum bourgeoisie pada masa pemerintahan Kekaisaran II di Prancis. Pemilihan teori kelas sosial ini dirasa akan menunjang penelitian ini, karena dapat menjawab permasalahan penelitian dilihat dari sudut pandang lainnya dan cakupannya tidak terlalu jauh dari pokok pembahasan. I. 5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan roman La fortune des Rougon karya Émile Zola. Roman ini sudah pernah diteliti di beberapa negara di Eropa juga di Amerika Serikat dilihat dari beberapa sudut pandang, namun dalam lingkup akademisi Universitas Gadjah Mada, penelitian tentang karya sastra ini akan menjadi yang pertama. Berikut beberapa tinjauan mengenai karya Zola lainnya dan beberapa penelitian tentang analisis wacana kritis yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. 12 Schaefer, 2010, Sosiologi, (p.225) 13 Ibid., (p.226) 10

11 Tulisan dalam e-jurnal milik Bernard Urbani dari Université d Avignon tahun 2006 yang berjudul La nature et ses pouvoirs dans La fortune des Rougon d Emile Zola 14, menjelaskan bagaimana penggunaan kata-kata dalam pendeskripsian tempat dan lingkungan alam pada novel La Fortune des Rougon, memiliki arti-arti yang diteliti dengan simbolisme. Pada kesimpulan tulisannya, Urbani menegaskan bahwa alam dan segala yang ada di dalamnya, pada novel tersebut, benar-benar mendukung permasalahan dari tokoh, keadaan sosial, ekonomi, dan politik. Selanjutnya karya-karya Émile Zola seperti L assamoir juga menjadi salah satu roman Zola yang banyak diteliti. Roman ini telah diteliti sebelumnya oleh Murdiyanti Ika Wardani dari Sastra Prancis UGM, dengan judul Roman L assamoir : Tinjauan Sosiologi Sastra. Dalam penelitian Murdiyanti, ia menggunakan teori sosiologi sastra dengan mengambil tiga pokok bahasan hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, fakta-fakta sosial sebagai representasi masyarakat dalam karya sastra dan Pandangan dunia sebagai mediasi antara karya sastra dengan masyarakat. Selain tinjauan pustaka berdasarkan penulis yakni Émile Zola, peneliti akan menggunakan beberapa tinjauan lainnya dilihat dari metode penelitian yang akan digunakan dalam meneliti karya sastra ini. Pada tahun 2010, Retno Iswandari telah membuat skripsi mengenai kegilaan dalam empat novel Indonesia dengan judul Kegilaan dalam Empat Novel Indonesia : Analisis Wacana Kritis 14 Bernard Urbani, La nature et ses pouvoirs dans La fortune des Rougon dalam Catedra de literatură comparată ( diakses pada tanggal 18 Juni 2013 jam 21:22) 11

12 oleh Retno Iswandari Analisis wacana kritis yang digunakan yakni analisis wacana dari Norman Fairclough, khususnya analisis tekstual meliputi, representasi, relasi dan identitas. Namun analisis ini tidak terpaku pada analisis linguistik. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, sampai saat ini, penelitian tentang Kehidupan Borjuasi di Prancis pada masa Kekaisaran II: Analisis Wacana Kritis terhadap Novel La Fortune des Rougon karya Émile Zola belum pernah dilakukan, oleh karena itu penulis memutuskan untuk meneliti tema ini. I. 6 Metodologi Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) dari Norman Fairclough untuk melihat kaitan antara teks dengan kondisi sosio-kultural sebuah masyarakat. Fokusnya adalah bagaimana bahasa dalam karya sastra membawa nilai ideologi tertentu di dalamnya. Analisis yang dipakai adalah sociocultural practice dari Norman Fairclough yang didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang kemudian muncul di dalam media (Fairclough, 1992:73). Dalam hal ini, hubungan antara teks dengan praktek sosial dimediasi oleh praktek diskursif. Selain itu, penelitian ini akan menggunakan intertekstualitas sebagai bagian dari praktek CDA dari Fairclough. Intertekstual tersebut mengacu pada pengaruh sejarah pada teks dan sebaliknya, sehingga mampu memberikan 12

13 kontribusi terhadap perkembangan sejarah dan perubahan yang ada di sekitar teks (Fairclough, 1992:102) Adapun tahapan-tahapan analisis yang dirangkum secara singkat sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif (teks dan konteks sebagai penanda wacana) Dalam tahapan analisis deskriptif, objek material berupa karya sastra berjudul La fortune des Rougon, akan diidentifikasi baik dalam teks maupun konteks. Teks dan konteks yang terdapat dalam karya sastra tersebut yang nantinya dijadikan data-data berupa penanda wacana yang akan dianalisis pada tahap selanjutnya. 2. Analisis interpretasi (penanda wacana dengan permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang ada dalam objek material) Pada tahap kedua, penulis akan mulai meneliti data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Penulis akan mendeskripsikan penandapenanda wacana tersebut yang berhubungan dengan aspek sosio-kulturalhistoris dalam teks karya sastra. Aspek-aspek tersebut akan digolongkan menjadi tiga yaitu sosial, ekonomi dan politik. 3. Analisis eksplanasi (analisis antara hasil pengklasifikasian penanda wacana dengan kondisi realita berdasarkan sejarah) Pada tahap analisis yang terakhir, hasil dari pendeskripsian dari tahapan sebelumnya, akan dianalisis dengan praktik sosial dan mendeskripsikan kaitan antara aspek-aspek sosio-kultural-historis yang ada di luar wacana 13

14 atau karya sastra, dengan aspek-aspek dalam karya sastra yang telah dideskripsikan sebelumnya. I. 7 Sistematika Penyajian Penelitian sastra dengan judul Kehidupan Borjuasi di Prancis pada masa Kekaisaran II : Analisis Wacana Kritis terhadap Novel La Fortune des Rougon Karya Émile Zola ini akan disajikan dalam 4 bab dengan penyajian sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II : Peneliti akan memaparkan secara singkat, penjelasan tentang sejarah Prancis pada masa Kekaisaran II dan Kelas Sosial Borjuasi. Bab III : Pembahasan, pada bab ini, peneliti akan memaparkan analisis deskriptif, interpretasi, dan analisis eksplanasi yang telah dilakukan terhadap kondisi keluarga borjuasi sebagai suatu kelas yang diperhitungkan pada masa Kekaisaran II dan ideologi dalam novel tersebut, dan akan dibagi menjadi 3 sub-bagian sekaligus menjawab rumusan masalah yang telah diajukan. Bab IV : Kesimpulan, pada bab ini, penulis akan memberikan penjelasan secara singkat tentang garis besar dari setiap bab sebelumnya, dan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. 14

15 Selain itu, peneliti akan mencantumkan, berbagai data dari objek material, berupa penggalan-penggalan serta lampiran-lampiran lainnya yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. 15

BAB I PENDAHULUAN. Bonaparte (selanjutnya disebut dengan Napoléon III) sebagai Presiden

BAB I PENDAHULUAN. Bonaparte (selanjutnya disebut dengan Napoléon III) sebagai Presiden BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kekaisaran II merupakan suatu zaman demokrasi otoriter, yang diperkuat pada suatu masa dengan keberhasilan di bidang ekonomi dan politik luar negeri. 1 Masa pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA

2015 ANALISIS KOMPARATIF UNSUR NATURALISME DALAM ROMAN UNE VIE KARYA GUY DE MAUPASSANT DAN LA MORT D OLIVIER BECAILLE KARYA ÉMILE ZOLA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah bentuk apresiasi seorang penulis, ia dapat menggambarkan, mengungkapkan, menceritakan dunianya tanpa batas dalam rangkaian kata-kata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas sosial. Dalam pengertian ini, keterlibatan pengarang dalam menciptakan karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata tersebut diberi imbuhan konfiks ke-an. Su berarti indah atau baik, sastra berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2007: 234) penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif. diciptakan dapat mudah dikenal dan dimengerti secara cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif. diciptakan dapat mudah dikenal dan dimengerti secara cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu contohnya adalah kepribadian manusia dapat berkembang dan berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu contohnya adalah kepribadian manusia dapat berkembang dan berubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu karya sastra khususnya novel tidak bisa lepas dari tokoh-tokoh fiksional yang ditampilkan. Para tokoh rekaan ini menampilkan berbagai watak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Dengan berkembangnya berbagai hal diberbagai aspek, selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir

Lebih terperinci

PERTENTANGAN ANTARKELAS DALAM NOVEL GERMINAL KARYA ÉMILE ZOLA

PERTENTANGAN ANTARKELAS DALAM NOVEL GERMINAL KARYA ÉMILE ZOLA PERTENTANGAN ANTARKELAS DALAM NOVEL GERMINAL KARYA ÉMILE ZOLA Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 2 Magister Ilmu Susastra Sastra Indonesia Suluh Edhi Wibowo A4A008012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa dari abad ke abad. Tulisan awal tentang wanita dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menjabarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan beberapa masukan bagi mahasiswa bahasa Perancis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Patton dalam Tahir 1 Paradigma adalah sebuah pandangan dunia, perspektif umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah On ne naît pas femme: on le devient seorang perempuan tidak lahir perempuan, tetapi menjadi perempuan ujar Beauvoir dalam bukunya yang terkenal Le Deuxième

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang mengitarinya. Karya sastra seolah menjadi saksi situasi kehidupan dimana dan kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan dengan dilakukannya penelitian ini. Bagian ini meliputi, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aliran karya sastra menggambarkan prinsip, pandangan hidup ataupun hal lain yang dianut oleh sastrawan dalam membuat karya sastra. Aliran dalam karya sastra

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan informasi dan pengetahuan tentang sejarah, perkembangan, tokoh, hasil karya, beserta aliran yang terdapat dalam karya sastra prancis masih menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat bahwa Sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma yang menentukan pandangan dunia peneliti sebagai bricoleur, atau menentukan world view yang dipergunakan dalam mempelajari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke-19, pemerintahan di Prancis hampir selalu dipimpin oleh pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi politik, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Objek penelitian, dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi, banyak aspek, dan unsur. Untuk memahaminya secara lengkap diperlukan teori dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam,

BAB I PENDAHULUAN. imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mengkaji peran kardinal dalam bidang pemerintahan dan bentuk dari pemerintahannya kita lihat dahulu apa itu kardinal dan tugasnya. Uskup atau kardinal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs karya Ulil

BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs  karya Ulil BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs www.islamlib.com karya Ulil Abshar Abdala Sebuah kesempatan yang berharga bagi peneliti dalam mempelajari pesan- pesan liberalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang yang peneliti sampaikan, maka jenis penelitian ini lebih cocok dengan penelitian kualitatif. Menurut Raco

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci