BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep Terdapat beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Eksistensi Eksistensi berasal dari kata exist dalam bahasa Inggris yang artinya ada. Eksistensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai keberadaan yang menunjukkan akan suatu hal. (KBBI, 2003:288). Kata Eksistensi berasal dari kata Latin existere, dari ex keluar : sitere = membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa saja yang dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada (Dagun, 1990:19). Dalam konteks penelitian ini eksistensi mengandung arti keberadaan, yaitu keberadaan adanya budaya yang terus dilakukan secara turun temurun secara defacto.sehingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah keberadaan yang menunjukkan bahwa sesuatu itu ada. 2. Makna R. Brown mendefinisikan makna sebagai kecenderungan total untuk menggunakan atau beraksi terhadap suatu bentuk bahasa. Konsep makna memiliki berbagai makna tanpa ada satu makna pun yang dianggap paling benar (Alfan, 2013:126). Pada dasarnya, makna sebenarnya ada pada kepala kita, bukan terletak pada suatu lambang. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami

2 makna dalam komunikasi.jadi dapat disimpulkan bahwa makna adalah respons dari stimulus dang diperoleh dari hasil belajar. Pada dasarnya, makna sebenarnya ada pada kepala kita, bukan terletak pada suatu lambang. 3. Masyarakat a. Pengertian Masyarakat Untuk menyebut masyarakat, di dalam bahasa Inggris biasa dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta atau berpartisipasi. Adapun kata Arab untuk masyarakat adalah mujtama (Warsito, 2015:117).Menurut Ralp Linton (1936) dalam The Study of Man mengemukakan, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batasbatas tertentu.menurut Soerjono Soekamto, masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. J.L Gillin dan J.P Gillin dalam Cultural Sociology (1948) mengatakan, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.mac Iver, masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks yang selalu berubah, atau jaringan dari relasi sosial (Warsito, 2015: ). Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang secara kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama, memiliki

3 budaya, adanya kesinambungan dan mempertahankan diri, memiliki nilai, sikap dan perilaku yang dimiliki bersama. b. Unsur-Unsur Masyarakat Istilah Masyarakat dalam bahasa Inggrisnya society. Krech, seperti yang dikutip Nursyid, mengemukakan bahwa A society is that it is on organized collectivity of interacting people whose activities become centered arounds a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and modes of actions. Jadi ciri atau unsur masyarakat sebagai berikut: 1) Kumpulan orang 2) Sudah terbentuk dengan lama 3) Sudah memiliki system social atau struktur sosial tersendiri 4) Memiliki kepercayaan, sikap dan perilaku yang dimiliki bersama. Krech, Crutchfield, dan Ballachey mengemukakan definisi masyarakat sebagai berikut: A society is that it is an organized collectivity of interacting people whose activies become centered around a set of common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action. Unsur masyarakat berdasarkan definisi ini, sebagai berikut: 1) Kolektivitas interaksi manusiayang terorganisir 2) Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama 3) Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap dan bentuk tindakan yang sama. Selanjutnya, Fairchild, memberikan batasan masyarakat sebagai berikut: Society is a group human beings cooperating in the pursuit of several of their major interest, in variably including self maintenance and self-perpetuation. The concept of society includes continuity, complex associational relationships, and a composition including

4 representatives of fundamental human types, specifically men, women and children. Unsur masyarakat menurut definisi tadi sebagai berikut: 1) Kelompok manusia 2) Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan utama 3) Adanya pertahanan dan kekekalan diri 4) Adanya kesinambungan 5) Adanya hubungan yang pelit diantara anggotanya Dikemukakan definisi masyarakat menurut Horton dan Hunt sebagai berikut: a society is a relatively independents, selfperpetuating human group who occupyterritory, share a culture, and have most of their associations within this group. Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt sebagai berikut: 1) Kelompok manusia 2) Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal 3) Menempati suatu kawasan 4) Memiliki kebudayaan 5) Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan (Setiadi, 2006:79-82). 4. Tradisi Tradisi dapat diartikan adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar (KBBI, 2003:1216). Tradisi menurutsztompka adalah kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu (Sztompka, 2007:71). Tradisi menurut Mursel Esten adalah kebiasaan-kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Di dalam tradisi

5 diatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain atau satu kelompok manusia dengan kelompok yang lain, bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang lain. Ia menjadi suatu sistem, memiliki pola dan norma yang sekaligus juga mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan menyimpang (Esten, 1992:14). Ada beberapa aspek yang berkaitan dengan tradisi menurut Douglas (1984), seperti: 1) bentuk warisan seni budaya tertentu, 2) kebiasaan atau bahkan kepercayaan yang dilembagakan dan dikelola oleh masyarakat dan pemerintah, misalnya lagu-lagu daerah atau lagu nasional, hari libur nasional dll, 3) kebiasaan atau kepercayaan bahkan tubuh ajaran yang dilembagakan dan dikelola oleh kelomok-kelompok agama, badan-badan gereja yang semuanya dibagikan kepada pihak lain. Sebagai contoh, kita sering mendengar ada orang yang berbicara tentang tradisi kekristenan atau tradisi keislaman (Liliweri, 2014:97-99). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat dari masa lalu yang masih dijalankan masyarakat. 5. Kebudayaan a. Pengertian Kebudayaan Menurut Warsito (2015) kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Sumber lain mengatakan, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Dilihat dari kata dasarnya, kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi. Dari pengertian tersebut, dibedakan

6 antara budaya yang berarti daya dan budaya yang berarti budi, yang berupa cipta,karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (cultuur dalam bahasa Belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini, berkembanglah culture yang berarti segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam. Dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai sistem simbol dan makna dalam masyarakat manusia yang didalamnya terdapat norma dan nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat sangkutan. Secara lebih jelas, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, dan meliputi: a) Kebudayaan materiil b) Kebudayaan nonmateriil 2) Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif, tetapi hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar 3) Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Alfan, 2013: 43-45). Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan kemampuan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Nuraeni, 2012:17). Menurut Kluckhohn, kebudayaan mengandung arti: pola-pola kehidupan yang diciptakan dalam perjalanan sejarah, eksplisit dan implisit, rasional dan irasional yang terwujud pada tiap waktu sebagai

7 pedoman yang berpotensi bagi laku perbuatan manusia (Warsito, 2015:51). Menurut Koentjaraningrat (1991), kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dengan belajar (Meinarno, 2011:90). Ralph Linton dalam buku The Cultural background of personality, kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari darn hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu (Prasetya, 2013:29). Jadi, kebudayaan dapat disimpulkan yaitu hasil tindakan dan pola pikir manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik sendiri dengan dibiasakan dengan belajar. b. Wujud kebudayaan Wujud kebudayaan adalah suatu suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola (Koentjaraningrat, 1990:186).Kebudayaan dapat berwujud gagasan (ide), tindakan (perilaku) dan hasil karya yang berbentuk kebendaan (materil) (Syarbaini, 2013:104). Menurut JJ. Honigman, bahwa bentuk budaya manusia dapat dibedakan menjadi 3 kategori kelompok, sebagai berikut: 1) Ideas, yaitu berupa ide-ide gagasan dan buah pikiran 2) Aktivities, yaitu kegiatan dalam upaya merealisasikan ide gagasan dan buah pikiran 3) Artifacts, adalah hasil dan kegiatan manusia (Sant osa, 2008:8). Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

8 1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat 3) Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia (Warsito, 2015:53). Ketiga wujud kebudayaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatsifat abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di pikiran manusia kebudayaan bersangkutan itu hidup. Lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan buku-buku hasil karya masyarakat yang bersangkutan yang banyak tersimpan dalam disk, arsip, kartu komputer dan pita komputer dan sebagainya. Ide dan gagasan masyarakat ini hidup dan memberi jiwa kepada mereka. Gagasangagasan ini saling berkaitan satu sama lain menjadi sebuah sistem yaitu sistem budaya atau biasa disebut dengan adat-istiadat. Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling interaksi satu sama lain berdasarkan pola tertentu. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga dapat diobservasi, difoto maupun didokumentasikan. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang berupa hasil fisik dari aktifitas, perbuatan dan karya manusia yang bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto maupun dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan tersebut yaitu yang berupa kebudayaan ideal dan adat istiadat yang mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia yang dapat menghasilkan benda-benda kebudayaan fisik dan begitu juga sebaliknya.

9 c. Unsur-unsur Kebudayaan Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di dunia ini, adalah: 1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari misalnya pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya. 2) Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi. Misalnya pertanian, peternakan, sistem produksi. 3) Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan. 4) Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis. 5) Ilmu pengetahuan 6) Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak 7) Sistem religi (Prasetya, 2013:33). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Kebudayaan sebagai hasil budi daya manusia atau hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Faktor Ras Menurut teori ini terdapat ras yang superior dan ras yang imperior. Ras superior ialah ras yang mampu menciptakan kebudayaan. Ras yang imperior ialah ras yang hanya mampu mempergunakan hasil budaya dan menurut saja. 2) Faktor Lingkungan Geografis Faktor ini biasanya dihubungkan dengan keadaan tanah, iklim, temperatur/suhu udara tempat manusia tinggal. Menurut teori ini lingkungan alam sangat mempengaruhi suatu kebudayaan daerah tertentu.

10 3) Faktor perkembangan teknologi Semakin tinggi tingkat teknologi manusia, pengaruh lingkungan geografis terhadap perkembangan kebudayaan semakin berkurang. Semakin tinggi tingkat teknologi suatu bangsa semakin tinggi pula tingkat kebudayaan. 4) Faktor hubungan antarbangsa Hubungan antarbangsa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya peristiwa-peristiwa: a. Penetration Pasifique atau perembesan kebudayaan secara damai. Ini terjadi karena adanya kaum imigran yang pindah menjadi penduduk suatu negeri lain. Mereka membawa kebudayaan yang masuk dan diterima oleh negeri tersebut tanpa menimbulkan kekacauan masyarakat penerima. b. Culture Contact/Akulturasi merupakan proses perkawinan unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan asing yang datang diterima menjadi kebudayaan sendiri atau juga pertemuan dua unsur kebudayaan yang berbeda di daerah yang lain. c. Difusi Kebudayaan Penyebaran unsur-unsur kebudayan dari suatu tempat ke tempat yang lain. d. Culture Creisse Proses persilangan antara dua unsur kebudayaan yang berbeda. Terjadi karena kedua unsur kebudayaan itu bertemu pada suatu daerah tertentu di luar daerah kedua kebudayaan tersebut.

11 5) Faktor Sosial Hubungan antara anggota masyarakat dengan sesamanya serta dengan kelompok sosial yang lain akan mempunyai pengaruh terhadap kebudayaan misalnya masyarakat yang masih mempunyai jenjang dimensi stratifikasi sosial tertentu. 6) Faktor Religi Kepercayaan suatu masyarakat yang telah diyakini sejak masa yang lalu sulit hilang begitu saja. 7) Faktor Prestige Biasanya bersifat individual yang dipopulerkan di dalam kehidupan sosial. Biasanya mempunyai efek negatif berupa pemaksaan diri atau keluarga misalnya perayaan dan pesta besar-besaran. 8) Faktor mode Suatu mode merupakan hasil budaya pada saat-saat tertentu. Sedikit banyak berpengaruh terhadap kebudayaan (Warsito, 2015:98-99). e. Karakteristik kebudayaan Karakteristik adalah sifat yang khas, yaitu keistimewaan atau ciri khas yang membantu kita dalam mengenal sesuatu, membedakan dengan yang lain, serta menjelaskan secara lebih dan nyata. Adapun karakteristik kebudayaan adalah: 1) Dapat dipelajari dan dimiliki bersama oleh masyarakat 2) Diwariskan kepada generasi penerusnya, misalnya melalui cerita kepada anak 3) Diwariskan kepada siswa di lembaga pendidikan 4) Berbasis simbol-simbol tertentu

12 5) Bersifat adaptif, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, misalnya budaya harus memenuhi segala hal yang dibutuhkan masyarakat (Alfan, 2013:92). f. Adat-istiadat 1) Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat (Koentjaraningrat, 1990:190). Hal ini dikarenakan nilai-nilai budaya sebagai konsep-konsep menganai sesuatu yang dianggap oleh sebagian besar masyarakat dianggap bernilai dan dijadikan sebagai pedoman memberi arah kehidupan masyarakat tersebut. Suatu sistem nilai budaya juga berupa pandangan hidup atau world view bagi manusia yang menganutnya (Koentjaraningrat, 1990:193). Pandangan hidup terdiri dari nilai-nilai yang dianut masyarakat yang dipilih dengan cara selektif. Sistem nilai merupakan pedoman hidup bagi mayoritas masyarakat sedangkan pandangan hidup hanya dianut oleh individu-individu tertentu dalam masyarakat itu. Berbeda dengan ideologi, ideologi dapat menyangkut kehidupan sebagian besar masyarakat tetapi juga menyangkut golongan-golongan tertentu pula. 2) Adat Istiadat, Norma dan Hukum Norma berupa aturan-aturan untuk bertindak secara khusus, sedangkan perumusannya bersifat terperinci, tegas dan tak meragukan (Koentjaraningrat, 1990:195). Norma -norma yang bertujuan mengatur tindakan masyarakat tidak sama beratnya. Norma-norma tersebut yaitu mores (norma golongan berat atau adat istiadat), folkways (tata cara).

13 g. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat (Soerjono, 2005:176). Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan, baik dibidang spirit maupun materiil. Kebutuhan tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat yang bersangkutan. Karena kemampuan manusia terbatas, dapat dikatakan juga bahwa kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas dalam memenuhi segala kebutuhan. h. Sifat Hakikat Kebudayaan Sifat hakikat kebudayaan (Soerjono, 2005: ) adalah sebagai berikut: 1) Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia. 2) Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak mati dengan habisnya usia generasi bersangkutan 3) Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah-lakunya. 4) Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakantindakan yang diizinkan. Hubungan Antara Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan adalah sebagai berikut: 1. Hubungan Manusia dengan Masyarakat Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal ini bukan hanya sekedar ketentuan semata-mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam, yaitu bahwa hidup

14 bermasyarakat adalah agar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya. 2. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan Bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang kesemuanya itu bersumber pada akal manusia. Dan bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia. 3. Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga penimbunan itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya. Dapat diibaratkan: manusia adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah danau besar, di mana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung. Manusia mengambil air dari danau itu. Maka tidaklah habis air dalam danau itu, melainkan bertambah banyak karena selalu ditambah oleh orang yang mengambil air itu. 4. Hubungan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bahwa manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena ketiga unsur inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung. Masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada manusia, karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat. Sebaliknya manusia tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat manusianya yaitu mencapai kebudayaan. Orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan (Prasetya, 2013:35-36).

15 6. Simbol Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbolsimbol. James P. Spardley mengatakan bahwa makna hanya dapat disimpan dalam simbol, sedangkan menurut Clifford Geertz, pengetahuan kebudayaan lebih dari kumpulan simbol, baik istilah rakyat maupun jenis simbol lain. Untuk itu, semua simbol, baik kata-kata yang terucapkan, objek seperti bendera, gerak tubuh seperti melambaikan tangan tempat seperti masjid atau gereja, atau perkawinan merupakan bagian dari sistem simbol. Dengan kata lain simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang dapat kita rasakan atau kita alami. Simbol atau sering disebut lambang secara etimologis berasal dari kata Yunani symballaein yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan yang dikaitkan dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya, simbol terjadi berdasarkan metomini, yaitu nama untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya dan metafora, yaitu pemaknaan kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan khas atau persamaan. Penggunaan simbol dalam budaya merupakan alat perantara yang berasal dari nenek moyang untuk melukiskan segala macam bentuk pesan pengetahuan kepada masyarakat sebagai generasi penerus yang diwujudkan dalam tindakan sehari-harinya. Sebagai makhluk budaya, simbol diharapkan mampu memberi pemahaman bagi masyarakat penggunanya. Penggunaan simbol dalam wujud budaya, ternyata dilaksanakan dengan penuh kesadaran, pemahaman dan penghayatan yang tinggi, dan dianut dari generasi ke generasi berikutnya. Paham atau aliran tata pemikiran yang mendasarkan diri pada simbol disebut simbolisme. Setiap bentuk upacara adat yang bersifat religi selalu disertai dengan simbol. Simbol dapat diartikan dengan tanda, ciri yang memberi tahukan sesuatu kepada seseorang. Budiono Herusatoto mendefinisikan

16 simbol atau lambang sebagai suatu hal atau keadaan yang menjadi pengantara pemahaman terhadap objek. Dengan demikian, simbol merupakan penggambaran suatu objek. Untuk mempermudah penyelidikan dalam membahas simbolsimbol religius ataupun mistik, ada tiga simbol yang harus dipahami. Pertama, simbol yang berwujud barang (visual), misalnya abu, air, hewan, buah-buahan, dan sebagainya. Kedua, simbol yang berwujud kegiatan (mitos), misalnya cara berdoa, peringatan -peringatan religius ataupun mistik, yang biasanya menghadirkan masa lampau sebagai daya dorong dalam perjuangan hidup selanjutnya. Ketiga, simbol yang bersifat bunyi (auditif), misalnya musik, syair, lo nceng, sawangan burung merpati (Alfan, 2013: ). Lambang atau simbol mempunyai fungsi sebagai media untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Lambang-lambang yang dikembangkan oleh manusia tidak hanya mempunyai arti sebagaimana terkandung didalamnya, tetapi yang lebih penting adalah dayanya (Dillistone, 2002:87). Turner (dalam Endraswara, 2006:172) mengatakan bahwa The symbols is the smallest unit of ritual which still remains the specific properties of ritual behavior. It is the ultimate unit of specific structurein a ritual contest. Maksudnya, simbol adalah unit bagian terkecil dalam ritual yang bersifat khusus. Simbol tersebut merupakan unit pokok dari struktur khusus dalam konteks ritual. Selanjutnya Brown juga berpendapat bahwa tindakan ritual itu banyak mengungkapkan simbol (Endraswara, 2006:172). Ciri khas simbol menurut Turner (dalam Endraswara, 2006: 173), yaitu: (a) multivokal, artinya simbol memiliki banyak arti menunjuk pada banyak hal, pribadi, dan fenomena, (b) polarisasi simbol, karena simbol memiliki banyak arti sering ada arti simbol yang bertentangan, (c) unifikasi, artinya memiliki arti terpisah (Endraswara, 2006:173).

17 Jadi dapat disimpulkan bahwa, simbol merupakan sebuah perantara yang dijadikan sebagai alat komunikasi, dalam simbol tersebut mengandung pesan dan pengetahuan untuk memahaminya kita perlu pemahaman dan penghayatan yang tinggi. B. Penelitian Terdahulu Pencarian hasil penelitian terdahulu dengan fokus penelitian yang hampir sama sekiranya penting dilakukan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam melaksanakan dan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya. Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang hampir sama dengan fokus penelitian yang peneliti sedang lakukan, diantaranya: Penelitian berjudul The Effect of Cultural Adaptation on Perceived Trustworthiness: Americans Adapting to Chinese Indonesians oleh Chanthika Pornpitakpandalam Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics Vol. 17 Iss pp (2005). Penelitian ini membahas tentang efek dari adaptasi budaya oleh orang-orang pebisnis Amerika pada kepercayaan mereka seperti yang dirasakan oleh orang-orang Cina Indonesia. Sampel terdiri dari 140 para profesional Indonesia yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, yang membaca salah satu dari empat cerita yang berbeda dalam derajat adaptasi budaya Amerika: menggunakan bahasa Inggris, dan menggunakan bahasa asli (yaitu, Indonesia). Hasilnya menunjukkan bahwa ada tidak ada perbedaan dari stereotip tersebut. Adaptasi tinggi menggunakan bahasa Inggris kondisi dianggap lebih kondisional disebabkan daripada adaptasi tinggi menggunakan bahasa asli. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kedua penelitian ini bertemakan kebudayaan. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah selain lokasi penelitian, fokus penelitian lebih menekankan kepada kepercayaan pada cerita-cerita dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan penelitian peneliti pada kebudayaan Indonesia pada aspek tradisi. Penelitian berjudul Local wisdom behind Tumpeng as an icon of Indonesian traditional cuisine oleh Ignatius Radix A.P Jati dalam Nutrition

18 and Food Science Vol 44 Iss 4 pp (2014). Penelitian ini menggambarkan dan membahas sejarah Tumpeng, menjelaskan makna dari semua aspek dari Tumpeng, dari bentuk, warna, dan item yang tersedia. Hasil dari penelitian ini Tumpeng adalah bagian integral dari upacara adat Jawa dalam setiap tahap kehidupan manusia. Bentuk, warna dan item sendiri adalah simbol hubungan dengan Allah, kemakmuran dan bimbingan bagi Orang-orang Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu keduanya berfokus pada makna filosofis dan sejarah dari suatu hasil kebudayaan. Sedangkan perbedaan dari kedua penelitian ini yaitu, penelitian ini membahas tentang makanan tradisi sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan membahas tentang upacara tradisi. Penelitian berjudul Eksistensi Wayang Beber Dalam Pelestarian Nilai- Nilai Budaya Jawa di Pacitan (2012) oleh Mukhlis Prasetya. Penelitian ini membahas tentang Wayang Beber Karangtalun Desa Kedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Tujuannya adalah mengetahui eksistensi wayang beber, mengetahui makna filosofi yang ada di dalamnya, dan upaya untuk melestarikan wayang beber di Karangtalun Desa Kedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Hasil penelitiannya adalah bahwa Wayang Beber sebagai warisan budaya adiluhung tidak dapat eksis lagi karena kalah dengan hiburan modern dan terabaikan oleh pengaruh unsur-unsur budaya asing. Kemudian makna filosofis yang ada dalam Wayang Beber yaitu makna perjalanan tindakan rohani menuju tingkat spiritual. Upaya pelestarian yang dilakukan yaitu sesekali mengadakan pertunjukan Wayang Beber bagi yang mempunyai khaul serta masih ada peminat Wayang Beber ini. Kesamaan dari kedua penelitian ini yaitu keduanya sama-sama membahas bagaimana kondisi suatu tradisi masyarakat pada era Modern. Selain itu, upaya pelestarian yang dilakukan untuk mempertahankan tradisi. Sedangkan perbedaan kedua penelitian ini selain lokasi penelitian, metode penelitian dan fokus penelitian yaitu penelitian ini berfokus pada kebudayaan Jawa yaitu Wayang Beber

19 sedangkan fokus penelitian peneliti yaitu pada upacara tradisi sebaran apem Yaqowiyyu. Penelitian berjudul Interaksi Simbolik antar Pelaku Seni dalam Memaknai Nilai-nilai Luhur pada Kesenian Tradisional di Kampung Bumen Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta (2012) oleh Shubuha Pilar Naredia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan interaksi simbolik antar pelaku seni dalam memaknai nilai-nilai luhur pada kesenian tradisional di Bumen. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kesenian srandul, karawitan, sholawatan dan macapatan di Kampung Bumen menjadi ruang bagi para pelaku seni untuk berinteraksi menggunakan simbolsimbol di dalamnya dan memaknai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kesenian tradisional tersebut. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah keduanya merupakan pemaknaan suatu masyarakat terhadap suatu kebudayaan. Sedangkan perbedaan penelitian dari keduanya adalah selain lokasi penelitian, metode yang digunakan juga berbeda. Penelitian ini menggunakan studi kasus sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan metode fenomenologi. Penelitian yang berjudul Makna Tradisi Grebeg Suro Dalam Melestarikan Budaya Bangsa Bagi Masyarakat (2012) oleh Istivani Elvia Rini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui riwayat tradisi Grebeg Suro di Kota Surakarta, untuk memahami makna yang terkandung dalam tradisi Grebeg Suro yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta bagi masyarakat Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta sebagai salah satu tradisi untuk melestarikan budaya bangsa, dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta untuk mempertahankan tradisi Grebeg Suro. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 3 makna yang terkandung dalam tradisi Grebeg Suro bagi masyarakat Kelurahan Baluwarti yaitu pertama, tradisi Grebeg Suro dimaknai sebagai upacara ritual dalam rangka menyambut bulan Suro, kedua yaitu tradisi Grebeg Suro dimaknai sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan YME, ketiga yaitu tradisi Grebeg Suro merupakan salah satu media dakwah untuk menyebarkan ajaran

20 Islam. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu keduanya penelitian ini fokus penelitian pada makna sebuah tradisi masyarakat. Perbedaan keduanya yaitu penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. C. Landasan Teori Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pemaknaan masyarakat pada tradisi sebaran apem. Dalam hal ini setiap unsurunsur yang digunakan dalam acara ini mengandung makna yang harus diungkapkan. Ada kemungkinan penafsiran masing-masing individu berbedabeda sehingga harus ada kesepakatan dalam penafsiran ini. Selain itu, unsurunsur tersebut perlu dikaji mendalam agar dapat tergambar dengan jelas makna dari simbol unsur tersebut. Maka dari itu, hal ini perlu diulas dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Blummer. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan paradigma definisi sosial, gambaran pokok perhatian berpedoman pada karya Weber yaitu cara para aktor sosial mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari definisi itu pada tindakan atau interaksi setelahnya (Ritzer, 2012:1152). Salah satu pendekatan dalam paradigma definisi sosial adalah interaksionisme simbolis yang dikembangkan oleh Herbert Blumer. Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, intrepretasi atau saling berusaha untuk saling memahami maksud dan tindakan masing-masing. Jadi, dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan

21 tanggapan atau respon. Tetapi antara stimulus yang diterima dan respon yang terjadi sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi oleh si aktor. Jelas proses interpretasi ini adalah proses berfikir yang menampakan kemampuan yang khas yang dimiliki manusia (Ritzer,2002:52). Bagi Blumer (1969:2) interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka 2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengann orang lain 3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung(poloma, 1999:258). Makna-makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang dianggap cukup berarti. Sebagaimana yang dinyatakan Blumer, bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu itu. Tindakantindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain. Dalam teori interaksi simbolik, aktor tidak dipandang sebagai manusia yang semata-mata responsif, melainkan aktor senantiasa menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Dalam perspektif interaksionisme simbolik, respons aktor baik secara langsung maupun tidak, selalu didasarkan pada penilaian makna atas penggunaaan simbol-simbol yang menjembatani interaksi manusia. Dengan demikian menurut Blumer tindakan atau tanggapan aktor bukan hanya sekedar reaksi spontanitas belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain, melainkan didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antarindividu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau saling berusaha memahami maksud dari tindakan masing-masing. Karena itu, proses interaksi antarmanusia itu bukan suatu proses di mana adanya stimulus secara otomatis dan langsung mendapat

22 tanggapan atau respon secara otomatis pula. Tetapi antara stimulus yang diterima dan respons yang terjadi sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi yang diberikan oleh individu terhadap stimulus yang datang itu. Jelaslah proses interpretasi ini adalah proses berfikir yaang merupakan kemampuan unik yang dimiliki manusia. Menurut Blumer, proses interpretasi yang menjadi penengah atau pengolah antara stimulus dan respons menjadi proses kunci dalam teori interaksionisme simbolik (Upe, 2010: ). Di dalam penelitian ini mengandung simbol-simbol. Salah satu diantaranya yaitu apem, gunungan apem, cara apem yang dilempar dan lainnya yang akan dikaji dalam penelitian ini. D. Kerangka Berfikir Manusia, masyarakat, dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur ini menyebabkan kehidupan makhluk sosial berlangsung. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Wujud kebudayaan dapat berupa ide, gagasan, nilai, norma, aktifitas manusia, dan benda-benda hasil dari manusia. Salah satu wujud kebudayaan adalah tradisi. Tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan yaitu tradisi penyebaran apem di Jatinom Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten yang disebut Yaqowiyyu. Tradisi ini mengandung simbol-simbol, baik dalam pelaksanaan maupun unsur lainnya. Pemaknaan masyarakat yang berbea-beda tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer. Interaksi antar indiivdu, antar kelompok diantarai penggunaan simbol-simbol. Dalam proses interaksi antar manusia, diantara stimulus dan respon diantarai proses interpretasi.

23 Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Tradisi Yaqowiyyu Simbol Pemaknaan Masyarakat Teori Interaksionisme Simbolik Tokoh Masyarakat Masyarakat

MASYARAKAT DAN KOMUNITAS

MASYARAKAT DAN KOMUNITAS MASYARAKAT DAN KOMUNITAS MASYARAKAT DAN KOMUNITAS Masyarakat dibedakan dari Komunitas??? MASYARAKAT (SOCIETY) APAKAH MASYARAKAT ITU??? Masyarakat memiliki beragam makna 1.Menurut istilah masyarakat merupakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Sosial Budaya

Dampak Perubahan Sosial Budaya Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ILMU ANTROPOLOGI

KEBUDAYAAN DALAM ILMU ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN DALAM ILMU ANTROPOLOGI Tatap Muka Minggu ke-7 Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas Kebudayaan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material dari budaya (benda/fisik) حضر مدن (ثقف- ثقافة ( Arab

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri, mulai dari lagu kedaerahan, pakaian adat, rumah adat sampai ke makanan

Lebih terperinci

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi D E F I N I S I Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi atau akal. Kebudayaan berarti hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat SITI IRENE ASTUTI D SITI IRENE ASTUTI D Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN PERTANIAN Semester : I/II Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Budaya Fakultas Psikologi Oleh: Holy Greata Program Studi Psikologi Pengertian "Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehldupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE 5

PERTEMUAN MINGGU KE 5 PERTEMUAN MINGGU KE 5 WUJUD KEBUDAYAAN Talcott Parsons bersama A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception 88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta kata budhayah yaitu dari kata buddhi yang berarti budi atau akal dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat Human Relations Modul ke: Kebudayaan dan Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Amin Shabana Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah kebudayaan merupakan tejemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si KEBUDAYAAN Pengantar Antropologi 1 Sub Pokok Bahasan: 1. Definisi Kebudayaan 2. Wujud Kebudayaan 3. Adat Istiadat 2 Definisi Kebudayaan Kebudayaan (dalam bahasa sehari-hari): Dibatasi pada hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Antropologi Psikologi Wujud dan Unsur Kebudayaan Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Wujud Kebudayaan Koentjaraningrat menyebutkan kebudayaan ada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia, yang juga berstatus daerah istimewa. Yogyakarta terletak 450 km arah timur kota jakarta dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

UAS-Basic Culture Social Sciences

UAS-Basic Culture Social Sciences UAS-Basic Culture Social Sciences MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA Fungsi akal dan budi bagi manusia 1. Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi 2. Muncul tuntutan hidup yang lebih daripada

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: MANUSIA DAN BUDAYA Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia Makhluk Yang Tidak Bisa Hidup Sendiri. Ilmu Filsafat Memandang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya Yang Diciptakan Tuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS. Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan tercipta jika tidak ada manusia yang melestarikanya, karena manusia

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki kekayaan kebudayaan didalamnya. Selain itu menurut Koentjaraningrat (2009:165), di Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN Oleh: Suyatno, Ir., MKes. KEBUDAYAAN??? KE BUDAYA AN BUDAYA Sosioantro 2 adaptasi tantangan manusia Alam : (REAKSI) KEBUDAYAAN Geografis, Geologis, Iklim,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, merupakan kekayaan budaya yang sarat dengan nilai-nilai.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, merupakan kekayaan budaya yang sarat dengan nilai-nilai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya tradisi lisan yang banyak tersebar diseluruh pelosok indonesia. Berbagai bentuk tradisi lisan apakah cerita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari bahasa, makanan, pakaian sampai kebudayaan yang beraneka ragam. Begitupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia dan Kebudayaan Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 Manusia sebagai Makhluk Budaya Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat sosiologi dalam kehidupan. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya mempunyai suatu pola kehidupan yang terbentuk dari setiap kebiasaan anggota masyarakat yang disepakati. Polapola kehidupan tersebut menjadi

Lebih terperinci

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing) Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing) KARYA TULIS ILMIAH Laporan Hasil Penelitian Buku Ilmiah Buku Ajar (Buku Teks) Kritik

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB II KAJIAN TEORI. Adat berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah merupakan wujud ideal

Lebih terperinci