BAB II KAJIAN TEORI. Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan acuntability yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan acuntability yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Akuntabilitas Pengelolaan a. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan acuntability yang diartikan sebagai yang dapat dipertanggungjawabkan.atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Sjahrudin rasul ( akuntabilitas. diakses 12 januari 2012) menyatakan bahwa Akuntabilitas sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. J.B Ghartey ( akuntabilitas.diakses 12 januari 2012) menyatakan bahwa Akuntabilitas ditujukan untuk mencapai jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu apa, mengapa, siapa, kemana, yang mana, dan bagaimana suatu pertanggungjawaban harus dilakukan. Akuntabilitas merupakan perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara priodik. Sumber daya dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Setiap tahun anggaran sekolah dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua dana yang dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Pertanggungjawaban ini dilakukan didalam rapat dewan sekolah, yang diikuti komponen sekolah, komponen masyarakat dan pemerintah daerah. Proses

2 ini menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan dana kepada pihak-pihak yang berhak. Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hendaknya diarahkan untuk meningkatakn aktivitas pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan sangat diperlukan guna memaksimalkan hasil yang dicapai. Agar tujuan dan sasaran program dana BOS dapat dicapai, maka kepala sekolah bersama guru perlu menyusun strategi pengelolaan dana BOS secara baik.pihak sekolah harus proaktif melibatkan komite dan seluruh guru dalam pengelolaan dana BOS. Dalam konteks ini koordinasi perlu dilakukan secara kontinu, sehingga stakeholder pendidikan yang ada di sekolah mengetahui pengelolaan dana BOS secara transparan, demikian pula sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS, sehingga pemanfaatan dana BOS benar-benar dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan b. Pengertian Pengelolaan. Haryoso( islam.blogspot.com/2011/12/01/pengelolaan. Diakses 11 januari 2012) mengemukakan bahwa Pengelolaan adalah istilah suatu yang berasal dari kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Wardoyo( Diakses 11 januari 2012) memberikan definisi bahwa Pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan atau manajemen memiliki sejumlah fungsi. Terry (dalam Fattah:1996) fungsi manajemen sebagai berikut :(1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasi (organizing), 3) penggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling). Fungsi-fungsi pengelolaan tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi awal manajemen. Sudjana (2004:57) mengemukakan bahwa perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu, yaitu meliputi proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan kegiatan yang terorganisir. Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat menentukan pelaksanaan fungsi-fungsi lainnya. Kondisi ini menunjukan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, akibat adanya ketidakpastian. Oleh karena itu kegiatan perencanaan meliputi hal hal sebagai berikut :(1) mengadakan survey terhadap lingkungan, (2) menentukan, (3) meramalkan kondisi-kondisi di masa yang akan datang, (4) menentukan sumber-sumber yang diperlukan, (5) memperbaiki dan menyelesaikan rencana karena adanya perubahanperubahan kondisi.

4 Engkoswara dan Komariah (2010: 94 ) mengemukakan bahwa kehadiran manajemen adalah untuk melaksanakan kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Manajemen memiliki fungsi sebagai berikut yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) penggerakkan (actuating), dan (4) pengawasan (controlling ). Keberadaan suatu rencana sangat penting bagi organisasi, karena berfungsi untuk : (1) menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai (2) memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut (3) organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan (4) menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten produser dan tujuan (5) memberikan batas kewenangan dan tanggungjawab bagi seluruh pelaksana; (6) memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini; (7) menghindari pemborosan. Perumusan rencana pada dasarnya bermaksud menjawab pertanyaan berikut: (1) tindakan apa yang harus dikerjakan; (2) apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan; (3) di manakah tindakan itu harus dikerjakan; (4) kapankah tindakan itu harus dilaksanakan; (5) siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu; (6) bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu. Agar tujuan dan sasaran program dana BOS dapat dicapai, maka kepala sekolah bersama guru perlu menyusun strategi pengelolaan dana BOS secara baik. kepala sekolah harus proaktif melibatkan komite dan seluruh guru dalam pengelolaan dana BOS 2. Pengorganisasian.

5 Nawawi (2005:63) mengemukakan bahwa Pengorganisasian merupakan sistem kerja sama sekelompok orang, yang dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan /tugas dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja, yang menghimpun pekerjaan sejenis dalam satu satuan atau unit kerja. Satuan / unit kerja sebagai satu jaringan kerja(net work ) internal merupakan proses kerjasama, dengan menetapkan wewenang dan tanggung jawab masing masing. Kerjasama dilakukan dengan saling memeberikan informasi /data, keterangan, bertukar pikiran, pengalaman, penyampaian saran dan kritik yang sehat, rapat diskusi. Pembagian tugas dipandang sangat penting, sehingga setiap orang yang terlibat dalam organisasi akan mengetahui tugas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Engkoswara dan Komariah (2010 :147 ) mengemukakan bahwa pembagian tugas akan memperoleh beberapa keuntungan,yaitu : a. Dapat memberi tugas kepada setiap anggota yang sesuai dengan kemampuannya b. Dapat memberikan ketentuan yang jelas bagi setiap tugas kepada orang yang akan mengerjakannya, karena orang tidak dapat berada dan mengerjakan dana pekerjaan dalam waktu bersamaan. Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan dan menstribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Mengorganisasikan berarti : (1) menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan, (3) menugaskan seseoarang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu, (4) mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan keleluasaan melaksanakan tugas

6 Berdasarkan proses pengorganisasian, maka untuk meningkatkan akuntabilitas kelompok kerja dalam mengelola dana BOS, setiap guru yang diserahi tugas harus mampu mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis agar program perencanaan yang sudah tersusun sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. 3. Penggerakkan. Fungsi penggerakkan dilakukan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian. Terry (dalam Sagala 2000:52) mengemukakan bahwa menggerakkan (actuating) berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting menggerakkan personil melaksanakan program sekolah. Pemimpin yang efektif menurut Hoy dan Miskel (dalam sagala 2008 :53 ) cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (supportif ) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan. Pelaksanaan program dana bantuan operasional sekolah merupakan bagian dalam perencanaan yakni untuk melaksakan sasaran kegiatan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan. Pelaksanaan pemanfaatan dana BOS meliputi pembiayaan atau pendanaan baik berupa pembelanjaan maupun pembayaran jasa. Penggunaan dana BOS di madrasah harus didasarkan pada kesepakatan bersama antara kepala madrasah/dewan guru dan komite madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAKM/RAPBM, disamping dana yang diperoleh dari pemda atau sumber lain yang sah.

7 4. Pengawasan. Nawawi (2005 :115 ) mengemukakan bahwa pengawasan sebagai proses mengukur (measurment ) dan menilai (evaluation )tingkat efektivitas kerja personil dan tingkat efisiensi penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Semua fungsi yang telah dijelaskan di atas tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan. Murdick (dalam Fattah :1996) merupakan pengawasan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organasisi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu : (1) menetapkakan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Oleh karena itu, sistem pengawasan harus dipandang sebagai suatu sistem informasi, karena kecepatan dan ketepatan tindakan korektif sebagai hasi akhir proses pengawasan bergantung pada macamnya informasi yang diterima. Sekolah merupakan sistem yang terdiri atas serangkaian komponen saling terkait dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk melakukan transformasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan akan masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan lingkungannya. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen yang menentukan terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah beserta komponen lainnya. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Manajemen komponen keuangan harus dilakukan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan

8 ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi, dan nepotisme. Komponen utama manajemen keuangan meliputi : a) Prosedur anggaran b) Prosedur akuntansi keuangan c) Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian d) Prosedur investasi e) Prosedur pemeriksaan Berkaitan dengan pengelolaan dana di sekolah adalah kreatifitas, dinamis, dan selaras dengan kebutuhan perkembangan yang terjadi dimasyarakat dan lingkungan. Strategi dalam menggali dana pendidikan secara administratif sangat tepat karena berkaitan dengan bagaimana seorang kepala sekolah melakukan upaya-upaya sumber daya dan sumber dana yang terdapat dalam lingkungan sekolah. Dalam pelaksaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran. Ordonator adalah pejabat yang berwewenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwewenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

9 Kepala sekolah sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan, karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam. Bendaharawan, disamping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran. Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS, perlu diadakan kegiatan pengawasan dengan tujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, dan bentuk penyelewengan lainnya. Agar program dana BOS berjalan secara lancar dan transparan, maka perlu dilakukan monitoring dan pengawasan yang dilakukan secra efektif dan terpadu. Bentuk kegiatan monitoring dan pengawasan adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BOS. Komponen utama yang dimonitor antara lain: 1. Alokasi dana BOS pada madrasah penerima bantuan 2. Penyaluran dan penggunaan dana BOS 3. Pelayanan dan penanganan pengaduan masalah BOS 4. Administrasi keuangan BOS 5. Pelaporan. a. Perencanaan Pengelolaan Dana Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan di lingkup sekolah bertujuan untuk :

10 1) Menjamin agar perubahan/ tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil. 2) Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah. 3) Menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar pelaku sekolah, antarsekolah, dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antar waktu menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. 4) Mengoptimalkan partisipasi warga masyarakat. 5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Perencanaan dalam manajemen pendidikan adalah kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perencanaan menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan berhubungan dengan anggaran atau budget sebagai penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan. Sagala (2000:46) menyatakan bahwa Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama,berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Jones (dalam Mulyasa 2002: 171) mengemukakan bahwa perencanaan financial yang di sebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan. Implementation involves accounting (pelaksana anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap tercapainya sasaran.

11 Dalam rencana anggaran sekolah anggaran sekolah terdiri dari manajemen pendidikan yang ada di lingkungan itu sendiri ini mengandung arti bahwa manajemen pendidikan sebagai proses kerja sama yang sistematik, sistemik dan komperehensip dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan demikian, dalam pengelolaan dana yang ada di sekolah sekolah harus benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. b. Proses penyusunan anggaran Dalam kaitannya dalam proses penyusunan anggaran, Lipham (dalam Mulyasa 2002:174) mengungkapkan ada empat fase kegiatan pokok yaitu: 1. Merencanakan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan menentukan prioritas menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat di ukur, dan membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai tujuan. 2. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan denga mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. 3. Mengelola pelaksanaan anggaran yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan. 4. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.

12 Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan masa yang akan datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran. c. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah Pelaksanaan Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional tampaknya memadukan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang telah di tetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak dapat mengubah dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya, dan sekolah hanya bertindak sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat mikro kelembagaan, namun demikian sesuai dengan semangat MBS, sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang sangat luas dalam kaitannya dengan pengelolaan dana untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah, untuk mengefektifkan pembuatan anggaran pembelanjaan sekolah, yang sangat bertanggungjawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administratif dalam hal penyusunan pendapatan dan belanja sekolah di laksanakan oleh kepala sekolah yang dibantu para wakilnya yang di tetapkan oleh kebijakan sekolah serta dewan sekolah di bawah pengawasan pemerintah. d. Proses pengaturan. Dalam garis besarnya pengaturan keuangan di sekolah meliputi : a) Penerimaan Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai sumber yaitu pemerintah, orang tua dan masyarakat. Penerimaan dana dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola penerimaan keuangan, namun dalam pelaksanaaanya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai persamaan.

13 Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber yaitu : 1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan 2. Orang tua peserta didik 3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. Berkitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional 1989 bahwa, karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua.. Untuk pengambilan dana BOS dilakukan oleh kepala madrasah atau bendahara BOS madrasah dengan diketahui oleh ketua komite madrasah, diterima secara utuh sesuai dengan SK alokasi yang dibuat oleh tim manajemen BOS kabupaten. b) Penggunaan Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan Rencana Anggaran Pembiayaan Sekolah (RAPBS). Penggunaan dana BOS di madrasah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala madrasah/dewan guru dan komite madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAM/RAPBM. c) Pertanggungjawaban

14 Setiap tahun anggaran sekolah dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua dana yang dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Pertanggungjawaban ini dilakukan didalam rapat dewan sekolah, yang diikuti komponen sekolah, komponen masyarakat dan pemerintah daerah. Proses ini menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan,dan pembayaran atau penyerahan dana kepada pihak-pihak yang berhak. Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS, perlu diadakan kegiatan pengawasan dengan tujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar, dan bentuk penyelewengan lainnya. Penggunaan dana BOS sepenuhnya menjadi tanggungjawab lembaga yang kegiatannya mencakup pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang serta pelaporan keuangan, sehingga memudahkan proses pengawasan atas penggunaan dana. 1.)Tim Manajemen BOS Provinsi Pengelolaan dana BOS oleh tim manajemen BOS provinsi berpedoman pada: 1) ketentuan pembayaran atas dana APBN; 2) ketentuan pengadaan barang/jasa instansi pemerintah; 3) ketentuan perpajakan; 4) ketentuan pembukuan keuangan negara. 2.) Tim Manajemen BOS Kabupaten Pengelolaan dana BOS oleh tim manajemen BOS kabupaten berpedoman pada: 1) ketentuan pembayaran atas dana APBN; 2) ketentuan pengadaan barang/jasa instansi pemerintah; 3) ketentuan perpajakan; 4) ketentuan pembukuan keuangan negara. 3.)Tim Manajemen BOS Madrasah Rencana kegiatan dan anggaran madrasah (RKAM) atau (RAPBM) harus memuat rencana penerimaam dan rencana penggunaan uang dari semua sumber yang diterima madrasah B. Konsep Dasar Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

15 Bantuan operasional sekolah merupakan program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan dasar bagi pelaksana program wajib belajar 9 tahun.namun demikian ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara umum pembiayaan pendidikan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya rutin (recurring cost) dan biaya modal (capital cost). Recuring cost pada intinya mencakup keseluruhan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan, seperti biaya administrasi, pemeliharaan fasilitas, pengawasan, biaya kesejahteraan lain,dan sebagainya. Penerimaan biaya pendidikan di Negara kita sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan pendidikan sesuai dengan amanat yang terdapat pada pembukaan UUD 1945, secara lebih jelas dalam UU No.2 Tahun 1989 yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama dalam pasal 36 ayat 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut : pada ayat (1) disebutkan Biaya penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah menjadi tanggungjawab pemerintah, pada ayat (2) disebutkan biaya penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat menjadi tanggungjawab badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan, kemudian ayat (3) disebutkan bahwa pemerintah dapat memberi bantuan kepada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagaimana tertuang dalam PP nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dengan demikian ada 3 jenis biaya pendidikan, yaitu : 1. Biaya satuan pendidikan ; adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi : a) biaya investasi yaitu biaya penyediaan sarana dan prasarana,

16 pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap; b) biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain-lain; c) bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orng tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; d) Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik berprestasi. 2. Biaya penyelenggaraan dan / atau pengelolaan pendidikan adalah penyelenggaraan dan / atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten / kota, atau penyelenggra satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. 3. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. C. Program dana bantuan operasional sekolah dan manajemen berbasis sekolah (MBS)) Dalam program BOS, dana diterima oleh madrasah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan dewan guru dan komite madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan MBS yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian

17 fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Madrasah mengelola dana secara professional, transfaran dan dapat di pertanggungjawabkan 2. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu, dan manajemen madrasah 3. Madrasah harus memiliki rencana jangka menengah yang disusun 4 tahunan 4. Madrasah harus menyusun rencana kerja tahunan (RKT) dalam bentuk rencana kegiatan dan anggaran madrasah (RKAM), dimana dana BOS merupakan bagian integral di dalam RKAM tersebut 5. Rencana jangka menengah dan RKAM harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan komite madrasah dan disahkan oleh kantor kemenag kabupaten/kota atau yayasan (untuk madrasah swasta). Penggunaan dana BOS di madrasah didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala madrasah/dewan guru dan komite madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAM/RAPBM, disamping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Dalam hal penggunaan dana BOS di madrasah/pps,harus diperhatikah hal-sebagai berikut: 1. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional Madrasah/PPS 2. Bagi Madrasah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukkan yang sama

18 3. Pembelian barang/jasa per belanja tidak melebihi Rp.10 juta 4. Penggunaan dana BOS untuk transfortasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan satuan kegiatan Madrasah di luar kewajiban jam mengajar D. Tujuan program Bantuan Operasional sekolah. Secara umum program dana bantuan operasional sekolah (BOS), bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bertujuan untuk : 1. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin ditingkat pendidikan dasar baik madrasah negeri maupun madrasah swasta. 2. Membebaskan biaya operasional sekolah (BOS) bagi seluruh siswa MI negeri dan MTs negeri. 3. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di Madrasah swasta /PPS. Dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun yang bermutu, banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Program program tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan wajib belajar 9 tahun, maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu.

19 2. Melalui BOS tidak ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran /pungutan yang dilakukan oleh madrasah / PPS 3. Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke tingkat MTs / setara. Tidak boleh ada tamatan MI/setara yang tidak dapat melanjutkan ke MTs/setara 4. Kepala madrasah/penanggung jawab pps mencari dan mengajak siswa mi yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di MTs/PPS wustha. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah. 5. Kepala madrasah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel. 6. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah/pps, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan komite madrasah dan atau orang tua/wali murid. E. Landasan hukum Landasan hukum dalam pelaksanaan program bantuan operasional sekolah (BOS) meliputi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : a ) Undang Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara ; b) Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ; c) Undang Undang No. 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara ;d) Peraturan Pemerintah No. 106 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan; e) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan f ) Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar ; g) Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan ; h) Intruksi Presiden

20 No. 5 tahun 2006 tentang gerakan nasional percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara; i) Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No.036/u/1995 tentang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar ; j )Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.044/u/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah ;k) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.28 tahun 2008 tentang perubahan atas peraturan menteri pendidikan nasional No.13 tahun 2008 tentang harga eceran tertinggi buku teks pelajaran yang hak ciptanya dibeli oleh kementrian pendidikan nasional ; l) Surat Edaran Dirjen Pajak Kementrian Keuangan Republik Indonesia No.SE-02/PJ./2006, tentang pedoman pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan penggunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) oleh bendaharawan atau penanggungjawab pengelolaan penggunaan dana BOS dimasing-masing unit penerima BOS; m) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 69 tahun 2009 tentang standar biaya operasional nonpersonalia tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB ; n) Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2007 tentang petunjuk pencairan dan penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS),BOS buku, dan bantuan khusus murid (BKM) ; o) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No.DJ.I/375/2009 tentang penetapan buku ajar referensi, pengayaan dan panduan pendidik untuk madrasah ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pendidikan Agama Islam pada sekolah dan Pondok Pesantren tahun anggaran 2009 ; p) Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dengan perubahan terakhir PP Nomor 64 tahun 2010.

21 F. Pengorganisasian Tugas dan Tanggungjawab dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 1. Organisasi Pengelolaan bantuan operasional sekolah (BOS) di lingkungan kementrian agama dilakukan oleh tim manajemen BOS,dengan susunan sebagai berikut : 1. Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat a) Menteri Agama RI b) Sekretaris Jenderal Kementrian Agama RI. 2. Tim Manajemen Tingkat Provinsi a) Gubernur b) Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi 3.Tim Manajemen Tingkat Kabupaten /Kota a) Bupati /Walikota b) Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten /Kota 4.Tim Manajemen BOS Tingkat Madrasah /PPS 2. Tugas dan Tanggungjawab Setiap unsur yang terlibat dalam pengelolaan program bantuan operasional sekolah (BOS) memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. Tim manajemen BOS Tingkat Pusat Tim manajemen BOS tingkat pusat memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. Membentuk dan menerbitkan surat keputusan tim manajemen BOS provinsi 2. Menyusun rencana program 3. Menetapkan alokasi dana dan sasaran tiap provinsi

22 4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program 5. Mempersiapkan dan melatih tim manajemen BOS provinsi 6. Melakukan penyusunan,penggandaan dan penyebaran buku petunjuk pelaksanaan program 7. Menyusun database madrasah/pps tingkat nasional 8. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi 9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat 10. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh tim manajemen BOS provinsi atau tim manajemen BOS kabupaten/kota 11. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait. 2. Tim manajemen BOS Tingkat Provinsi Tim manajemen BOS Tingkat Provinsi memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. Membentuk dan menerbitkan SK tim manajemen BOS kabupaten/kota 2. Menetapkan alokasi dana BOS pada tiap kabupaten/kota 3. Menetapkan alokasi dana BOS untuk tiap madrash negeri 4. Mempersiapkan secretariat dan perlengkapannya ditingkat provinsi 5. Melakukan koordinasi dengan tim manajemen BOS kabupaten/kota dalam rangka penyaluran dana BOS ke madrasah/pps 6. Mempersiapkan daftar isian pelaksanaan anggaran( DIPA) sesai dengan dana dan kegiatan yang telah ditetapkan 7. Mempersiapkan dan menyusun anggaran BOS kedalam DIPA kanwil sesuai dengan akun dan perutukkannya

23 8. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program BOS ditingkat provinsi 9. Mempersiapkan dan melatih tim manajemen BOS kab/kota 10. Melakukan pendataan penerima bantuan 11. Menyalurkan dana ke madrasah /PPS sesuai dengan haknya (jumlah siswa ) 12. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi 13. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat 14. Bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penggunaan dana ditingkat provinsi 15. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada tim manajemen BOS pusat dan instansi terkait 16. Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada tim manajemen BOS pusat. 3. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota Tim manajemen BOS tingkat kabupaten /kota memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. Menerbitkan SK tim manajemen BOS madrasah negeri 2. Menetapkan alokasi dana BOS untuk setiap madrasah swasta/pps 3. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada madrasah /pps penerima BOS 4. Melakukan pendataan madrasah/pps 5. Melakukan koordinasi dengan tim manajemen BOS provinsi 6. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi 7. Merencanakan pelaksanaan program BOS kepada tim manajemen bos provinsi 8. Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada tim manajemen bos provinsi 9. Mengumpulkan data dan laporan madrasah /pps 10. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat

24 11. Bertanggung jawab terhadap kasus penyalahgunaan dana ditingkat kabupaten/kota 12. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada tim manajemen bos provinsi dan instansi terkait. 4. Tim manajemen BOS Tingkat Madrasah /PPS Tim manajemen BOS tingkat madrasah memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada, bila jumlah yang diterima melebihi dari yang semestinya dengan, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana terebut ke kas Negara dengan memberitahukan kepada tim manajemen BOS kab /kota dan ditembuskan kepada tim manajemen BOS Provinsi. 2. Bersama-sama dengan kepala komite madrasah /pengasuh PPS, mengidentifikasi siswa miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran 3. Mengola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan 4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS serta rencana penggunaan dana BOS dimadrasah menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman madrasah 5. Mengumumkan besar dana BOS yang digunakan oleh madrasah yang ditandatangai oleh kepala madrasah,bendahara,dan komite madrasah 6. Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli oleh madrasah yang ditandatangani oleh kepala madrasah,bendahara,dan komite madrasah 7. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di madrasah. 8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat 9. Melaporkan penggunaan dana BOS kepada tim manajemen BOS kab/kota.

25 G. Mekanisme pelaksanaan program dana bantuan operasional sekolah (BOS) 1. Mekanisme penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS). a.) Bagi madrasah /PPS yang belum memiliki rekening rutin,harus membuka rekening atas nama madrasah/pps; b) Madrasah /PPS mengirimkan nomor rekening tersebut kepada tim manajemen BOS kabupaten /kota; c) Tim manajemen BOS kab /kota melakukan verifikasi dan mengkompilasi nomor rekening madrasah /PPS dan selanjutnya dikirim kepada tim manajemen BOS provinsi 2. Mekanisme pengambilan dana BOS pada madrasah swasta /PPS Syarat pengambilan dana BOS pada madrasah swasta /PPS adalah : a) Pengambilan dana BOS dilakukan oleh kepala madrasah /PPS (atau bendahara BOS madrasah /PPS dengan diketahui oleh ketua madrasah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan; b) Dana BOS harus diterima secara utuh sesuai dengan SK alokasi yang dibuat oleh tim manajemen BOS kab/kota, dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun;c) Penyaluran dana BOS yang dilakukan secara bertahap (tiga bulanan ),bukan berarti harus dihabiskan dalam periode tersebut. Besar penggunaan dana BOS tiap bulan disesuaikan dengan kebutuhan madrasah/pps sebagaimana tertuang dalam rencana kegiatan dan anggaran madrasah (RKAM) atau (RAPBM; d) Bilamana terdapat sisa dana di madrasah /pps pada akhir tahun pelajaran atau tahun anggaran, maka dana tersebut tetap milik kas madrasah/pps (tidak disetor ke kas Negara ) dan harus digunakan untuk kepentingan madrasah/pps; e) Bunga bank /jasa giro akibat adanya dana direkening madrasah/pps menjadi milik madrasah/pps untuk digunakan bagi kepentingan madrasah

26

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN BESARAN/SATUAN BIAYA DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS (PSG) DENGAN

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH DAN TUNJANGAN GURU BAGI SEKOLAH DASAR SWASTA,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355); B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N A N G G A R A N P E N D A P

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dana Pendidikan 2.1.1 Pengertian Dana Pendidikan Menurut Mulyasa (2011:167) menyatakan bahwa dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KOTA DEPOK YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN I. UMUM Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, dan Pasal 49,

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH 0 BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH 0 1 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun, diukur dengan capaian Angka Partisipasi

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA DEPOK YANG BERASAL DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011 KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011 1 Pokok Bahasan A B Sekilas Program BOS Kebijakan Perubahan Mekanisme Penyaluran Dana BOS Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan semata-mata bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah dan masyarakat, begitu juga dalam hal pembiayaan

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 38 TAHUN 2011

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2012

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2012 i Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH SWASTA DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2012 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2012 i ii BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi desentralisasi Indonesia yang dimulai pada tahun 2001 sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH (BOSDA) KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS) WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa layanan pendidikan adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 348/C/KU/2009

SURAT EDARAN Nomor: 348/C/KU/2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Depdiknas Gedung E Lt. 5 Jalan Jenderal Sudirman Senayan 5725061-5725613 Fax 5725606; 5725608, Jakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2009 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Perihal : PEDOMAN PELAKSANAAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) OLEH BENDAHARAWAN ATAU PENANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN PENGGUNAAN DANA BOS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Menimbang PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 205 KATA PENGANTAR Dana BOS yang diterima oleh sekolah

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2013 UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH

BUKU PANDUAN TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2013 UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH BUKU PANDUAN TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH NEGERI TAHUN ANGGARAN 2013 UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a.akuntabilitas Perencanaan program Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a.akuntabilitas Perencanaan program Dana Bantuan Operasional Sekolah A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a.akuntabilitas Perencanaan program Dana Bantuan Operasional Sekolah Sesuai hasil wawancara dengan informan 1 diperoleh: Perencanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH YANG ANGGARANNYA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN TERJANGKAU DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU

BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN TERJANGKAU DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN TERJANGKAU DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2010 i BAGIAN 1 PETUNJUK

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PERAWATAN DAN FASILITAS KEPADA SEKOLAH SWASTA DAN MADRASAH NEGERI / SWASTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2014 (DRAFT)

Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2014 (DRAFT) Petunjuk Teknis PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH DAN PPS TAHUN ANGGARAN 2014 (DRAFT) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI 2014 BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH SD,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kewajiban Negara memberikan pelayanan pendidikan dasar tertuang pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi segenap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

R JA JIB BELA A W S MAR

R JA JIB BELA A W S MAR MARS WAJIB BELAJAR BUKU PANDUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PENDIDIKAN GRATIS DALAM RANGKA WAJIB BELAJAR 9 TAHUN YANG BERMUTU DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN. A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN. A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai 76 BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkenaan dengan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem No.933, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. Dekonsentrasi. Penatausahaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 110/C/KU/ /C/KU/2008

SURAT EDARAN Nomor : 110/C/KU/ /C/KU/2008 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Gedung E Lt 5, Komplek Depdiknas Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 5725610, 5725611, 5725612, 5725613,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Globalisasi telah ditandai oleh pesatnya perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA SELATAN

GUBERNUR SUMATERA SELATAN GUBERNUR SUMATERA SELATAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Otonomi sekolah Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks pengembangan suatu institusi. Otonomi menunjukkan sebagai sesuatu yang dapat berdiri sendiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA PENDAMPINGAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Komite Sekolah Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah provinsi, kabupaten/kota,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen madrasah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di madrasah. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DANA BANTUAN RUTIN, DANA BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENDAMPING, DAN DANA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN 2012-2013 PROVINSI DIY a. Pendahuluan Perencanaan merupakan fungsi manajemen

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL MADRASAH TSANAWIYAH DAN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL MADRASAH TSANAWIYAH DAN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL MADRASAH TSANAWIYAH DAN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG SUMBANGAN SUKARELA DAN PUNGUTAN DARI MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang :

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SATUAN PENDIDIKAN DASAR, DAN SATUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG PELIMPAHAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN DANA RUTIN, BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENDAMPING, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DANA BANTUAN RUTIN, BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENDAMPING, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci